STRATEGI METODE IQRA’ PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM ALAZHAR 22 DAN SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH PLUS KOTA SALATIGA TAHUN 2013
Oleh : SUSRIANA WAHYU IKA LESTARI NIM : M1.11.041
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya
sendiri
dan
sepanjang
pengetahuan
dan
keyakinan
saya
tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainya.” Salatiga, 12 September 2013 Yang membuat pernyataan
Susriana Wahyu Ika L.
ABSTRACT
Title “The Strategy of “ Iqra‟ Method” in Learning Qur‟an at Elementary Shool Al-Azhar 22 and Muhammadiyah Plus In Salatiga in the year of 2013
Pupils at Islamic Elementary School Al-Azhar 22 and Muhammadiyah Plus Elementary School in Salatiga Municipality on an average could read koran fluently, so both of them often reached champion in koran reading competition but different in number of achievement especially at five last year from 2008 to 2013. Based on the data we found the problem that result of championship for two elementary schools is different although using the same learning method. This study use qualitative descriptive with compared both Islamic Elementary School Al-Azhar 22 and Muhammadiyah Plus Elementary Echool. The purpose of this study is to take a depth review about the differences of koran learning strategy using iqra method between Islamic Elementary School Al-Azhar 22 and Muhammadiyah Plus Elementary Echool. The research was to be conducted on July 2013. Participants are iqra teacher, principal, curriculum holder, managing board of foundation. The data was collected by depth interview using open questionnaire. While data analyze used descriptive analyze. The result of this study showed that, first : Quranic learning strategy using iqra method has been prepared as systematic and good planning used teaching media and certain technique method that considered effective and efficient; second : the same strategy in curriculum guidelines, plan of learning, identified for student in early lesson year, using method and learning media, how to evaluate, give an extra learning for students who low in reading. While the differences of learning method can be seen in addition curriculum, time preparing, educational background and double burden of teacher.
Key words : strategy, Quranic learning. iqra
ABSTRAK
Tesis ini berjudul “Strategi Metode Iqra‟ Pada Pembelajaran alQur‟an Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 Dan Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun 2013” Keluaran atau out put dari Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 dan Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga rata-rata dapat membaca al-Qur‟an dengan lancar, sehingga kejuaraan lomba membaca al-Qur‟an sering diraih kedua sekolah tersebut, namun jumlah perolehan kejuaraan membaca al-Qur‟an lima tahun terakhir dari tahun 2008-2013 dari kedua sekolah tersebut berbeda. Dari data yang diperoleh tersebut ditemukan masalah yaitu penggunaan metode yang sama, hasil kejuaraan berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian “deskriptif kualitatif” yang mengkomparasikan dua sekolah dengan tujuan mengkaji lebih mendalam untuk mengetahui perbedaan strategi pembelajaran al-Qur‟an dengan metode Iqra‟. Penelitian dilakukan di Kota Salatiga pada bulan Juli 2013. Populasi dan subjek adalah guru yang mengajar Iqra‟, Kepala Sekolah, pemegang kurikulum, dan pengurus yayasan. Untuk memperoleh data menggunakan instrumen berupa daftar pertanyaan terbuka dengan melakukan wawancara mendalam terhadap responden. Teknik analisis data dengan analisis deskriptif. Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan, pertama: Strategi pembelajaran al-Qur‟an dengan metode Iqra‟ dipersiapkan secara terencana dan sistematis dengan menggunakan metode, media pengajaran dan teknik tertentu yang dianggap efektif dan efisien; kedua: kesamaan strategi dalam hal: pedoman kurikulum, perencanaan pembelajaran, mengidentifikasi siswa di awal tahun pelajaran, penggunaan metode dan media pembelajaran, teknik mengevaluasi, pemberian jam tambahan bagi siswa yang kurang lancar membaca. Sedangkan perbedaanya dapat dilihat pada kurikulum tambahan, penyediaan waktu, latar belakang pendidikan guru, dan tugas rangkap guru.
Kata kunci: strategi, pembelajaran al-Qur‟an, Iqra‟
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala karunia nikmatNya. Berkat pertolonganNya tesis ini dapat terselesaikan untuk memperoleh gelar Magister pada program Pendidikan Agama Islam, bidang Supervisi Pendidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Shalawat dan salam tercurahkan untuk Nabi Muhammad Saw, sang tauladan seluruh umat. Penelitian untuk tesis ini mengambil judul “Strategi Metode Iqra‟ Pada Pembelajaran al-Qur‟an Di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 Dan Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun 2013”. Tidak mungkin terlaksana dengan sempurna tanpa bantuan pihak-pihak terkait baik dari lembaga maupun perseorangan yang berupa bimbingan, dorongan, dan do‟a secara khusus penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. dan Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., adalah pembimbing dalam penelitian dan penulisan tesis. Dengan penuh ketekunan, kesabaran dan ketajaman dalam membimbing, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. 2. Bapak-bapak pimpinan Pascasarjana STAIN Salatiga, khususnya Bapak Direktur Dr. H. Sa‟adi, M.Ag., dan Asisten Direktur bidang Akademik, Dr. H. Zakiyuddin Baidhawi. 3. Bapak-bapak pimpinan di Sekolah Dasar dan Bapak/Ibu guru Iqra‟ yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini. Khususnya Bapak Ubaidah, S.Ag. Kepala SD Al-Azhar 22 Salatiga dan Bapak Sutomo, M.Ag Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga. Yang telah membantu
penulis
dengan
memberikan
akses
besar
dalam
mengumpulkan data yang sangat diperlukan. 4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari Salatiga Ibu Siti Rohmini, M.Pd.I. serta rekan-rekan se profesi di Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari Salatiga. 5. Segenap keluarga dan famili, khususnya suami Drs. BPH. Pramusinta, M.Kes., atas kesabaran keikhlasan dalam mendampingi penyelesaian
tesis ini, putra–putraku Yusuf Muhammad Al-Farih dan Ilyas Muhammad Abbas menjadi penyemangat untuk menyelesaikan tesis ini, orang tua Bapak Sulaiman, Ibu Susmiyati, Bapak Surat (alm), dan Ibu karni (alm). 6. Teman-teman peserta Program Pascasarjana STAIN Salatiga angkatan 2011/2012 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut namanya satu-persatu. Semoga Allah menerima amal baik dan memberi balasan yang lebih baik untuk semuanya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat dalam upaya pengembangan dunia pendidikan, namun masih banyak kekurangan maupun kelemahan dalam penyususnan dan penulisan. Terimakasih atas kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan.
Salatiga, 12 September 2013 Penulis
Susriana Wahyu Ika L.
TRANSLITERASI*) Huruf Arab
Huruf Latin
Huruf Arab
Huruf Latin
ا
a
ط
th
ب
b
ظ
zh
ت
t
ع
„
ث
ts
غ
gh
ج
j
ف
f
ح
h
ق
q
خ
kh
ك
k
د
d
ل
L
ذ
dz
م
M
ر
r
ن
N
ز
z
ه
H
س
s
و
W
ش
sy
ء
‟
ص
sh
ي
Y
ض
dh
ال
Al
â = a dibaca panjang î = i dibaca panjang û = u dibaca panjang *) Syaikh Abu Bakar al-Jazairi, Mengenal Etika & Akhlak Islam, Jakarta: Lentera, 2003, hlm. 7.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................
iii
ABSTRAK.................................................................................................
iv
PRAKATA.................................................................................................
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................
viii
DAFTAR ISI..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..............................................
1
B. Rumusan dan Batasan Masalah...................................
7
C. Signifikansi Penelitian.................................................
7
D. Kajian Pustaka.............................................................
8
E. Metode Penelitian........................................................
10
F. Sistematika Penulisan..................................................
15
BAB II
STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN 17 AL-QUR‟AN........................................................................... A. Strategi Pembelajaran..................................................
17
1. Pengertian Strategi Pembelajaran..........................
17
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran..........................
21
3. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran...
22
B. Belajar dan Pembelajaran............................................
24
1. Pengertian..............................................................
24
2. Ciri-ciri Belajar...................................................... 26 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran................................. 26 4. Tujuan Pembelajaran.............................................
28
5. Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar.................
29
6. Tolok
Ukur
Keberhasilan
Proses
Belajar 31
Mengajar............................................................... 7. Teori Pembelajaran................................................ 31 C. Organisasi Kurikulum.................................................
32
D. Metode Pembelajaran..................................................
34
1. Pengertian..............................................................
34
2. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam....
36
3. Macam-macam Metode Pembelajaran dalam 36 Pendidikan Islam................................................... 4. Metode Membaca al-Qur‟an.................................. 37 a. Metode Baghdadiyah........................................ 37 b. Metode Qiro‟ati................................................
38
c. Metode an-Nahdhiyah......................................
39
d. Metode Tarsana................................................
40
e. Metode Iqra‟.....................................................
41
Sistematika buku Iqra‟....................................
42
Metode Pembelajaran Iqra‟.............................
45
Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqra‟.......
49
BAB III GAMBARAN UMUM SD ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SD
52
MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA................................ A. Gambaran Umum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga............. 52 1. Sejarah ........................................................................... 52 2. Letak Geografis.............................................................. 53 3. Identitas Sekolah............................................................
53
4. Visi, Misi dan Tujuan..................................................... 54 5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan...............
55
6. Keadaan Siswa...............................................................
58
7. Fasilitas Pendukung.......................................................
59
8. Struktur
Organisasi
Sekolah Dasar Al-Azhar 22 61
Salatiga........................................................................... 9. Prestasi Yang Pernah Diraih........................................ 62 B. Gambaran Umum Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus 64 Salatiga............................................................................... 1. Sejarah ..........................................................................
64
2. Letak Geografis.............................................................. 65 3. Identitas Sekolah............................................................
65
4. Visi dan Misi .................................................................
66
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan...............
67
6. Keadaan Siswa...............................................................
69
7. Fasilitas Pendukung.......................................................
70
8. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Muhammadiyah 71 Plus................................................................................. 9. Prestasi Yang Pernah Diraih........................................ 72
BAB IV
STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN
74
AL-QUR‟AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH PLUS KOTA SALATIGA................................................................. A. Tujuan Pembelajaran........................................................
74
B. Kurikulum........................................................................
75
C. Strategi Pembelajaran.......................................................
80
Perencanaan.....................................................................
81
Pelaksanaan...................................................................... 83 BAB V
PENUTUP................................................................. 91 A. Simpulan...................................................................... 91 B. Saran............................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
95
LAMPIRAN............................................................................................... 100 BIOGRAFI PENULIS..............................................................................
144
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Halaman Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut
56
Pendidikan ( SD Islam Al-Azhar 22)...................................... 3.2
Keadaan guru Iqra‟ Menurut Pendidikan (SD Islam Al-
57
Azhar 22)................................................................................ 3.3
Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas (SD Islam Al-
57
Azhar 22)................................................................................ 3.4
Daftar Jumlah Siswa SD Islam Al-Azhar 22 Tahun
58
Pelajaran 2013/2014............................................................... 3.5
Sarana dan Prasarana SD Islam Al-Azhar 22
59
3.6
Daftar Prestasi Siswa SD Islam Al-Azhar 22 Tahun 2008-
62
2013......................................................................................... 3.7
Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut
67
Pendidikan ( SD Muhammadiyah Plus).................................. 3.8
Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas ( SD
68
Muhammadiyah Plus)............................................................. 3.9
Daftar Jumlah Tahun Pelajaran 2013/2014 ( SD
69
Muhammadiyah Plus)............................................................. 3.10
Sarana dan Prasarana ( SD Muhammadiyah Plus).................
70
3.11
Daftar Prestasi Siswa Tahun 2008-2013 ( SD
72
Muhammadiyah Plus)............................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1
Struktur Organisasi SD Islam Al-Azhar 22........................
61
3.2
Struktur Organisasi SD Muhammadiyah Plus....................
71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Foto Pembelajaran Iqra‟...............................................
2
Instrumen Penelitian....................................................
3
Pedoman Wawancara..................................................
4
Hasil Wawancara.........................................................
5
Kartu Prestasi Iqra‟......................................................
6
Daftar Nilai Iqra‟.........................................................
7
Surat Keterangan Penelitian.........................................
8
Lembar Bimbingan Tesis.............................................
9
Biografi Penulis...........................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an adalah firman Allah yang telah diwahyukan kepada Rasulullah SAW melalui beberapa cara yang dikehendaki oleh Allah SWT yang memuat hukum-hukum Islam1 dan berisi tuntunan-tuntunan bagi ummat manusia untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat, lahir maupun batin.2 Dia (al-Qur‟an) adalah sumber dari segala sumber ilmu yang menimbulkan kebaikan serta kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia di dunia. Di samping itu
al-Qur‟an merupakan sarana yang
paling utama untuk bermunajat kepada Allah baik membaca, mempelajari, mengajarkan, serta mendengarkanya. Kesemuanya itu merupakan ibadah bagi setiap orang yang mengamalkanya. 3 Menurut M. Quraish Shihab, mempelajari al-Qur‟an adalah kewajiban.4 Dengan demikian belajar membaca al-Qur‟an perlu diberikan sejak usia kanak-kanak, sehingga pada saat dewasa penguasaan membaca al-Qur‟an sudah memenuhi kaidahkaidah yang ditentukan.
1
Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 101. 2 Azzah Zain Al-hasany, Al-Qur’an Puncak Selera Sastra, Surakarta: Zuyad Visi Media , 2007, hlm. 97. 3
Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 101. 4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1996, hlm. 33.
Ahmad Munir dan Sudarsono berpendapat bahwa apabila seseorang berkeinginan kuat untuk dapat membaca al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya, maka perlu penguasaan huruf, harakat, kalimat serta ayatayat yang disebut: muraah al-huruf wa al harakat dan muraah al-kalimah wa al-ayah. Maka dari itu belajar tajwid perlu mendapatkan perhatian khusus agar dalam membaca al-Qur‟an dapat terlaksana dengan baik dan benar.5 Sebagaimana dalam al-Qur‟an surat al-Muzzamil ayat 4 :6
Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan”. Untuk mendapatkan tingkat ketelitian tersebut perlu latihan-latihan secara berkesinambungan dan sungguh-sungguh, baik secara sendirian maupun kelompok. Di samping itu, diperlukan pula adanya kesopanan di
5
Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 4. 6 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Intermasa, 1999, hlm. 988.
dalam
membaca
al-Qur‟an
yang
meliputi
adab
membaca
dan
mendengarkan al-Qur‟an.7 Penguasaan dan tingkat ketelitian membaca al-Qur‟an dapat diperoleh dari proses pembelajaran. Menurut H. Douglas Brown pembelajaran adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subyek atau sebuah ketrampilan dengan belajar, pengalaman atau instruksi.8 Belajar al-Qur‟an dapat dilakukan di mana saja dengan tidak dibatasi oleh tempat, waktu (kapan saja), dengan berbagai sarana dan prasarana yang
tidak
mengikat
(termasuk
karya-karya
teknologi
modern).
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran al-Qur‟an dapat menjadi sistem pembelajaran yang menarik. Di era teknologi informasi sekarang ini sebagian masyarakat memanfaatkan teknologi informasi untuk belajar membaca al-Qur‟an secara mandiri melalui program komputer sehingga siapapun dengan mudah dapat mempelajari cara membaca al-Qur‟an. Namun belajar melalui program komputer hasilnya belum memenuhi kaidah-kaidah membaca al-Qur‟an dengan benar, karena hal-hal yang berhubungan dengan makhraj huruf, kefasihan membaca, dan adab terhadap al-Qur‟an belum semuanya didapatkan.
7
Ahmad Munir & Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 4. 8 H. Douglas Brown , Principles of Language Learning and Teaching, New Jersey: 1980, hlm. 7.
Keterampilan membaca al-Qur‟an menjadi sangat penting karena semua amalan umat Islam berpedoman kepada al-Qur‟an. Hal ini sesuai pendapat Abdurrahman Saleh Abdullah bahwa membaca al-Qur‟an dilakukan pada saat-saat shalat sehari semalam yang merupakan kewajiban atas setiap muslim dan mengacu kepada kehidupan di dunia.9 Berlatih membaca al-Qur‟an bisa diperoleh dari pembelajaran, hal ini memerlukan guru yang langsung dapat memberi contoh tempat keluarnya huruf atau makhraj, mendengar contoh bacaan, serta melihat adab-adab yang disampaikan oleh guru tersebut. Oleh karena itu agar bacaan alQur‟an benar dan fasih perlu berguru baik secara individu maupun kelompok karena dalam proses pembelajaran guru merupakan ujung tombak keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Marno dan Idris berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran di sekolah, terutama sekolah dasar, guru merupakan sumber daya edukatif sekaligus aktor proses pembelajaran yang utama. Perubahan dalam teknologi informasi dan teknologi pembelajaran bukan penghalang bagi guru sebagai sumber dan aktor pendidikan yang utama, melainkan menjadi tantangan yang menuntut kompetensi profesional guru yang lebih tinggi. 10 Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 22 Salatiga yang selanjutnya disebut SD Islam Al-Azhar 22 termasuk kedalam kategori Sekolah Umum Swasta Islam yang memiliki kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan
9
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm. 20. 10 Marno & Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, Jogjakarta: Arruzz Media Group, 2010, hlm, 21.
al-Qur‟an yang merupakan kurikulum pengembangan pribadi muslim. Tolok ukur dan indikasi keberhasilan kurikulum tersebut diantaranya murid mampu membaca al-Qur‟an dengan benar dan mengetahui maknanya.11 SD Islam Al-Azhar 22 menerapkan kurikulum Pendidikan al-Qur‟an melalui metode Iqra‟ dengan tujuan menuntaskan pembelajaran al-Qur‟an sesuai penjabaran kurikulum yang ditetapkan yaitu anak dapat menguasai tatacara membaca al-Qur‟an dengan benar di kelas II.12 Sekolah Dasar Muhammadiyah
Plus Salatiga yang selanjutnya
disebut SD Muhammadiyah Plus merupakan sekolah dasar yang menyelenggarakan pembelajaran Agama Islam yang ditangani oleh bidang khusus yaitu
al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab
(ISMUBA). Pembelajaran al-Qur‟an termasuk ranah bidang ini, yang dilaksanakan melalui
metode
Iqra‟ dengan menambah jam pelajaran
untuk mendukung keberhasilan mata pelajaran agama pada kurikulum sekolah tersebut.13 Metode iqra‟ dalam pelaksanaanya mengutamakan kemampuan pribadi masing-masing siswa, sehingga hasil pembelajaran antar siswa satu dengan siswa yang lain bisa berbeda walaupun waktu yang disediakan sama. Kreatifitas siswa merupakan wujud nyata dari pengakuan insan
11
Bidang Pendidikan TK-SD Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim, Jakarta: YPI Al-Azhar, 2012, hlm. 12. 12 Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 13 Mei. 13 Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 23 April.
pendidikan akan realitas yang ada bahwa siswa tidak dapat disamakan dalam segala hal.14 Hal ini sesuai dengan metode belajar cepat yang mengakui bahwa masing-masing dari kita memiliki cara belajar yang cocok dengan karakter dirinya, sehingga dapat belajar dengan cara yang alamiah, lebih mudah dan cepat.15 Keluaran atau out put dari SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga rata-rata dapat membaca al-Qur‟an dengan lancar, sehingga kejuaraan lomba membaca al-Qur‟an sering diraih kedua Sekolah tersebut, namun jumlah perolehan kejuaraan membaca al-Qur‟an lima tahun terakhir dari tahun 2008-2013 dari kedua sekolah tersebut berbeda. Dari data yang diperoleh tersebut ditemukan masalah yaitu penggunaan metode yang sama, hasil kejuaraan berbeda. Dari uraian di atas tersebut penulis mengangkat tema Strategi Metode Iqra‟ pada Pembelajaran al-Qur‟an di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Memperhatikan latar belakang tersebut di atas maka dapat dituangkan rumusan masalah sebagai berikut:
14
Zamroni, dkk., Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Strategi dan Metodologi, Yogyakarta: Idea Press, 2012, hlm. 154. 15
Colin Rose, & Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning For The 21 Century, Bandung: Nuansa, 2002, hlm. 36.
ST
1. Bagaimana
strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22
Salatiga? 2. Bagaimana strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Muhammadiyah Plus Salatiga? 3. Apa persamaan dan perbedaan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan di SD Muhammadiyah Plus Salatiga? C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan 1.1 Menjelaskan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga . 1.2 Menjelaskan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 1.3 Mencari persamaan dan perbedaan
strategi pembelajaran Iqra‟ di
SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan di SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 2. Manfaat 2.1 Teoritis Dapat dijadikan sebagai salah satu model dalam menentukan strategi pembelajaran al-Qur‟an bagi dunia pendidikan. 2.2 Praktis Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan solusi bagi sekolahsekolah dan guru-guru dalam menuntaskan pembelajaran alQur‟an.
D. Kajian Pustaka Pembelajaran al-Qur‟an merupakan bagian dari kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dasar. Penelitian tentang strategi Pembelajaran Agama Islam
telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
diantaranya: Pertama, tesis Jariyah Mufidah dengan judul “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Prestasi Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Cilongok Banyumas”. Fokus masalahnya adalah strategi pembelajaran yang telah diterima murid akan mempengaruhi sikap dan perilaku murid tersebut. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif, dan hasil temuan pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi pembelajaran pada mata pelajaran Agama Islam menggunakan metode ceramah, metode diskusi, dan metode praktek. Adapun perilaku siswa terhadap metode pembelajaran tersebut beragam. Siswa ada yang mendukung metode pembelajaran, ada yang kurang mendukung, dan ada yang bersikap netral.16 Kedua, tesis Solihin yang berjudul ”Strategi Pembelajara PAI di SMK Negeri 8 Mandailing Natal”. Pokok masalah bagaimanakah penerapan strategi pembelajaran PAI pada SMK Negeri 8 Mandailing Natal. Pendekatan yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran PAI
16
Jariyah Mufidah, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Prestasi Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Cilongok Banyumas, Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2010.
pada SMK Negeri 8 Mandailing Natal adalah strategi pembelajaran expositori learning.17 Ketiga, tesis Nanik Hayati
dengan judul “Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu (Studi Kasus di SLB Negeri I Bantul)”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan strategi serta menjelaskan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunarungu di SLB Negeri I Bantul. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah deskriptif, dan hasil temuan pada penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran
kontekstual,
pendekatan
pembelajaran
mengkombinasikan antara student centered (pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa ) dengan teacher contered (pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru).18 Setelah melihat penelitian sebelumnya, materi al-Qur‟an dimasukkan dalam mata pelajaran PAI, adapun penelitian tentang
pembelajaran al-
Qur‟an belum ada. Penelitian ini berusaha mengungkap pembelajaran PAI secara lebih spesifik lagi yaitu pembelajaran al-Qur‟an yang ruang lingkup tentang perbedaan dua subyek sebagaimana yang penulis ketahui sebagai sekolah unggulan di kota Salatiga yaitu SD Islam Al-Azhar 22 dan SD
17
Solihin, Strategi Pembelajara PAI di SMK Negeri 8 Mandailing Natal. Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2011. 18
Nanik Hayati, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu Studi Kasus di SLB Negeri I Bantul, Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2012.
Muhammadiyah Plus tentang strategi metode iqra‟pada pembelajaran alQur‟an . E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berorientasi pada “kualitatif deskriptif”. Menurut Djam‟an Satori dan Aan Komariah penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau jasa. Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomenefenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif. 19 Senada dengan pendapat Bogdan dan Tylor yang dikutip Lexi J. Moleong metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.20 2. Data yang Dikumpulkan Data penelitian yang dibutuhkan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang diambil meliputi data guru yang mengajar al-Qur‟an di kelas I, II, III dan siswa Kelas I, II, III. Data guru meliputi: karakteristik
dan
pelaksanaan
strategi
pembelajaran
al-Qur‟an.
Karakteristik guru meliputi: nama, umur, pendidikan terakhir, bidang studi yang diampu, mengajar di kelas berapa; sedangkan strategi 19
Satori Djam‟an & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 23. 20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 4.
pembelajaran al-Qur‟an dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: Persiapan pembelajaran ; pelaksanaan pembelajaran; dan evaluasi. Data siswa kelas I, II dan III meliputi kartu prestasi dan daftar nilai keberhasilan. Data sekunder yang diambil adalah dokumentasi tentang data SD Islam Al-Azhar 22 , SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga dan data pendukung lainnya. 3. Alat Penelitian Penelitian ini menggunakan alat berupa: Pedoman observasi; pedoman wawancara sebagai panduan untuk menggali informasi kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran al-Qur‟an; kartu prestasi siswa dan daftar nilai siswa untuk mengetahui keberhasilan siswa; dan catatan lapangan yaitu catatan penelitian di lapangan untuk mencatat hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan. 4. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu bulan. Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti mengadakan observasi terlibat pada saat proses pembelajaran dengan tujuan melakukan pengamatan langsung agar mendapatkan informasi dari informan berupa: ruang/ tempat pembelajaran, pelaku pembelajaran (guru dan siswa), kegiatan yang dilakukan pada saat pembelajaran, objek pembelajaran (benda atau alat-alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran), perbuatan pelaku pembelajaran (tindakan-tindakan yang berlangsung dalam pembelajaran), kejadian atau peristiwa dalam pembelajaran, waktu
dalam pembelajaran, tujuan yang ingin di capai dalam pembelajaran dan perasaan, emosi dan kenyamanan dalam pembelajaran. Pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.21 Selain itu wawancara terstruktur dilakukan oleh peneliti sendiri di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga sebagai tempat berlangsungnya penelitian. Peneliti bertemu dengan responden untuk mengadakan wawancara secara bergantian, dengan merekam dan mencatat keterangan dari responden, Selain wawancara peneliti observasi langsung ke kelas untuk mengambil data pelaksanaan pembelajaran, setelah diperoleh data dari responden, peneliti membuat transkrip. Data yang berasal dari siswa diambil dari kartu prestasi dan daftar nilai siswa. Penilaian berdasarkan prestasi dan daftar nilai, sehingga masing-masing siswa akan berbeda dalam pengambilan datanya. Data yang diambil dicocokkan dengan standar baku keberhasilan. Apabila siswa sesuai dengan standar baku maka dikategorikan berhasil (B) dan apabila siswa tidak sesuai dengan standar baku maka dikategorikan belum berhasil (BB). Strategi pembelajaran al-Qur‟an melalui metode Iqra‟ dianggap berhasil di SD Islam Al-Azhar 22 apabila jumlah seluruh siswa kelas I dan II 90 % siswa tamat Iqra‟ jilid VI. 22 Sedangkan di
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 174. 22
Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 13 Mei
SD Muhammadiyah Plus strategi dianggap berhasil apabila 90 % siswa kelas I, II, dan III tamat Iqra‟ jilid VI. 23 5. Telaah Dokumen Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources). Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.
Dalam arti luas dokumen meliputi semua sumber, baik
sumber tertulis maupun sumber lisan, sedangkan dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja.24 Telaah dokumen dilakukan di SD Islam Al- Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga. Data yang diambil menyangkut informasi
(data) yang
mendukung penelitian. 6. Analisis Data Analisis data dilakukan secara diskriptif dengan menggunakan metode analisis komparatif. Menurut Lexy J. Moleong
analisis
komparatif digunakan dengan tujuan untuk memperoleh ketepatan 23
Marijo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 2013, 8 Mei Satori Djam‟an & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 146. 24
kenyataan, generalisasi empiris, dan penetapan konsep.25 Data yang dikumpulkan dari wawancara hasilnya ditulis dalam bentuk catatan dan disalin dalam bentuk transkrip. Pembuatan transkrip dilakukan langsung setelah memperoleh data, karena untuk menghindari kelupaan atau adanya sumber data yang kurang lengkap. Setelah
membuat
transkrip
dilakukan
pengkodean
dan
pengkatagorian kemudian diwujudkan dalam analisis data berupa narasi sesuai dengan variabel penelitian dan kemudian dibahas dengan membandingkan hasil wawancara dengan hasil trianggulasi. Kemudian ditarik suatu kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Hal tersebut penting karena untuk mengawali sesuatu pembahasan
diperlukan arah yang jelas dan kerangka yang
sistematis dalam menjawab rumusan masalah. Unsur-unsur ini diuraikan terlebih dahulu untuk mengetahui kegelisahan akademik yang melatar belakangi dilakukanya penelitian ini. Selain itu juga diuraikan tujuan penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terutama bagi pemerhati pendidikan. Kajian pustaka digunakan untuk memastikan
25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 269-271.
bahwa kajian ini berbeda dengan pembahasan serupa yang pernah ada ataupun belum dibahas sebelumnya. Kemudian dilanjutkan bab kedua membahas strategi pembelajaran, belajar dan pembelajaran, organisasi Kurikulum, metode pembelajaran, metode membaca al-Qur‟an. Pada bab ketiga, setelah dilakukan penelitian maka didapatkan gambaran umum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan gambaran umum SD Muhammadiyah Plus Salatiga yang meliputi; profil SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga, struktur dan muatan kurikulum Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga, pembelajaran al-Qur‟an melalui metode Iqra‟, model pembelajaran meliputi; perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Bab keempat
tentang penyajian data yang telah diperoleh dan
dilakukan pembahasan dan analisis data untuk menjawab masalah yang terdapat dalam rumusan masalah. Penelitian ini diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti penjelasan yang ada sebelumnya, sedangkan saran dapat menjadi semacam agenda pembahasan lebih lanjut di masa yang akan datang.
BAB II LANDASAN TEORI STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN
A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.26 Strategi pembelajaran dengan penggunaan berbagai sumber daya (guru dan media) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan strategi misalnya surat alAnfal ayat 60:
Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi”. 27 Kekuatan dalam hal ini adalah strategi seorang guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, 26
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 859. 27 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Intermasa, 1999, hlm. 271.
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.28 Sedangkan menurut I Nyoman Sudjana Degeng dalam buku yang berjudul Srategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer karya Made Wena, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga berbentuk
bidang
pengetahuan
tersendiri.
Sebagai
suatu
bidang
pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari kemudian dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimiliki seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang strategi pembelajaran.29 Nana Sudjana sebagaimana dikutip oleh Ahmad Rohani mengatakan bahwa strategi mengajar adalah “taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efisien. Strategi pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu dalam suatu pengajaran.30 Jerrold E. Kemp dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan karya Wina Sanjaya menjelaskan 28
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011,
hlm. 57. 29
Made Wena, Srategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 2. 30
Ahmat Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka cipta, 2004, hlm. 34.
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Walter Dick dan Lou Carey juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.31 Dalam konteks pengajaran, menurut Robert Gagne yang dikutip Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah dalam mengambil keputusan. Keseluruhan pengertian strategi di atas merujuk pada aspek perencanaan yang cermat, terukur, dan dipersiapkan melalui mekanisme yang benar.32 Subana dan Sunarti seperti yang dikutip oleh Iskandarwassid & Dadang Sunendar memberikan pengertian strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Pola umum atau karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar (KBM).
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 126. 32 Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 3.
b. Rencana menyeluruh mengenai kegiatan pembelajaran yang serasi bagi pencapaian tujuan pengajaran ( strategies of instruction). c. Rancangan atau pola yang digunakan untuk menentukan proses pembelajaran, merancang materi pembelajaran, dan memandu pengajaran di kelas (models of teaching). d. Pola umum kegiatan yang menggambarkan proses penentuan atau penciptaan situasi tertentu dalam perwujudan kegiatan pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku.33 Menurut Hasibuan dalam buku Metodologi Pembelajaran Agama Islam karya M. Basyiruddin Usman,
bahwa strategi belajar mengajar
merupakan pola umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar.34 Dari uraian pengertian strategi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran masih bersifat konsep tentang perencanaan yang akan diterapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu strategi adalah suatu rencana tindakan yang mengandung metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Rencana tindakan tersebut dipilih dan digunakan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang memudahkan peserta didik dalam memahami dan
33
Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 5. 34 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 22.
menerima materi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dikuasai dan dipraktekkan. 2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran a. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian penemuan expositiondiscovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual groups-individual learning. b. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. c. Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. d. Ditinjau dari penyajian dan cara pengelolaan, strategi pembelajaran dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif
dan startegi
pembelajaran induktif.35 3. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran a. Pertimbangan yang berhubungan dengan hal yang ingin dicapai. b. Pertimbangan
yang
berhubungan
dengan
bahan
atau
materi
pembelajaran. c. Pertimbangan dari sudut siswa. d. Pertimbangan- pertimbangan lainya.36
35
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 128-129.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai optimal. Dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran berguna bagi guru dan siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaan strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar, karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.37 Ada empat stategi dasar dalam proses pembelajaran: 1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2) Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnya. 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk
36
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 129-130. 37 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm. 2-3.
penyempurnaan
sistem
instruksional
yang
bersangkutan
secara
keseluruhan.38 Di samping itu David Jacobsen, dkk., menjelaskan tentang pengajaran sebagai berikut: “The three basic steps in the three-phase approach to teaching are these: The planning phased, the implementing phase, and the evaluating phased”.39 Ketiga fase tersebut saling berhubungan pada pembelajaran yakni pembuatan program-program dan rencana pembelajaran yang kemudian diimplementasikan dan diakhiri dengan evaluasi. B. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu40 yang belum dimiliki sebelumnya, sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami dan mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.41 Menurut Abdul Hafizh Muhammad Salamah belajar diartikan sebagai sesuatu yang untuk membantu membuka tabir yang belum jelas atau diketahui.42
38
Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hlm. 6. 39 David Jacobsen, dkk., Methods for Teaching A Skills Approach, Melbourne: merrill Publishing Company, 1989, hlm.9. 40 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 13. 41 Baharudin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, hlm. 13. 42 Abdul Hafizh Muhammad Salamah, Tasmim al-Tadris, Riyadh, Al Wali, 1423 H., hlm.15.
Di samping itu Syeikh az-Zarnuji seperti diterjemahkan oleh Abdul Kadir al-Jufri, menambahkan sebagai berikut: “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias dari pemiliknya, jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu.”43 Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada
pembelajaran
guru
mengajar diartikan
sebagai
upaya
guru
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Pembelajaran berpusat pada peserta didik.44 Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari keseluruhan program pendidikan di sekolah. Di Sekolah Dasar, kegiatan belajar mengajar ditekankan pada pembinaan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Asumsi yang mendasari adalah bahwa kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan tiga kemampuan dasar yang pertama kali harus diperkenalkan dan ditanamkan kepada siswa sekolah dasar. Ketiga kemampuan ini sangat diperlukan untuk dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi maupun untuk mengikuti perkembangan zaman.45
43
Syeikh Az-Zarnuji, Ta’lim Muta’allim, terjemahan Abdul Kadir al-Jufri, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009, hlm. 7. 44 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasinya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 13. 45
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi aksara, 2009, hlm. 21.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk memperoleh ilmu bagi individu. Dalam hal ini guru berperan penting dalam mengorganisir dan memfasilitasi guna mencapai ketrampilan dari ilmu tersebut. 2. Ciri-ciri Belajar a. Ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku .Ini berarti bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak trampil menjadi trampil. b. Perubahan perilaku relative permanent. Perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah. c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.46 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran
46
Baharudin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, hlm. 15.
Prinsip belajar menurut Soekamto dan Winaputra dalam buku Teori Belajar dan Pembelajaran karya Baharudin dan Esa Nur Wahyuni adalah: a. Apapun yang dipelajari siswa dialah yang harus belajar, oleh sebab itu siswalah yang harus aktif. b. Setiap siswa belajar sesuai dengan kemampuan. c. Siswa akan dapat belajar dengan baik jika mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama belajar. d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti. e. Memotivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya. 47 Salah satu langkah mencapai masyarakat pembelajar yaitu melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian orang belajar lebih baik dengan suatu cara, sebagian yang lain dengan cara yang lain pula, setiap orang memiliki gaya belajar dan gaya bekerja yang unik ada yang lebih mudah belajar secara visual, ada yang lebih mudah belajar secara auditorial.48 Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan oleh guru yang bertujuan mengubah siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang
47
Baharudin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, hlm. 12. 48 Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian I, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 99.
terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.49 Sesuai dengan UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti pembelajaran sebagai usaha untuk memberdayakan manusia. Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri.50 Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberi motivasi agar siswa terdorong untuk belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.51 4. Tujuan Pembelajaran a. Untuk mendapatkan pengetahuan. Ditandai dengan kemampuan berfikir, pemilikan pengetahuan dan tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan. b. Penanaman
konsep
dan
ketrampilan.
Penanaman
konsep
juga
memerlukan suatu ketrampilan jasmani maupun rohani, ketrampilan jasmani adalah ketrampilan yang dapat dilihat dan diamati sehingga
49 50
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 34. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 9-
11. 51
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 13.
menitik
beratkan
pada
ketrampilan
anggota
tubuh,
sedangkan
ketrampilan rohani bersifat abstrak yang menyangkut persoalan penghayatan
dan
ketrampilan
berpikir
serta
kreativitas
untuk
menyelesaikan dan merumuskan masalah atau konsep. c. Pembentukan sikap. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai-nilai itu siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauan untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. 52 5. Faktor-faktor Psikologis dalam Belajar Menurut Sunhaji,
dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran
menyebutkan bahwa faktor-faktor Psikologi dalam belajar meliputi: 53
a. Motivasi. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau dalam dirinya ada keinginan untuk belajar, dalam hal motivasi ada dua hal yakni mengetahui apa yang akan dipelajari dan mengapa hal tersebut patut dipelajari. b. Konsentrasi. Memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar, unsur dalam motivasi akan sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian.
hlm. 3. hlm. 16.
52
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012,
53
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012,
c. Reaksi. Kegiatan belajar memerlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot-otot harus dapat bekerja secara harmonis. Belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan
mental,
kewaspadaan,
perhitungan,
ketekunan,
dan
kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya. d. Organisasi. Belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata, atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian yang dapat membuat seseorang menjadi mengerti lebih jelas. e. Pemahaman. Memahami adalah suatu akhir dari setiap belajar karena tanpa pemahaman pengetahuan dan sikap akan sia-sia. f. Ulangan. Untuk mengatasi lupa diperlukan kegiatan ulangan, dengan mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari, kemampuan siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang dapat membantu konsentrasi yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki subyek belajar bisa tercapai.
6. Tolok Ukur Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Sunhaji mengemukakan tentang tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar yang meliputi : a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok.54 7. Teori Pembelajaran Beberapa teori belajar seperti dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono antara lain:55 a. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Ia menyatakan sebagai “ Some types of behavior are produced or elicited by stimuli”.56 Pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar responya menurun. Dalam menerapkan teori Skinner guru perlu memperhatikan pemilihan stimulus dan penggunaan penguatan. b. Menurut Gagne bahwa belajar merupakan kegiatan komplek. Hasil belajar
merupakan
kapabilitas.
Setelah
belajar
orang
memiliki
ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Menutut Gagne belajar terdiri
hlm. 21-22.
54
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012,
55
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
,hlm. 9-16. 56
George M. Gazda & Raymond J. Corsini, Theories of Learning, Itasca: F.E. Peacock Publishers, Inc., 1980, hlm. 135.
dari tiga komponen, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. c. Menurut Pandangan Piaget bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. d. Menurut Rogers pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan guru. Pandangan-pandangan di atas bisa disimpulkan hasil belajar didapat karena adanya stimulus yang diberikan oleh pendidik kepada siswanya, hasil belajar tersebut berupa ketrampilan, pengetahuan, dan sikap nilai. Dalam hal ini pendidik perlu memperhatikan langkah-langkah pembelajaran
dalam
menentukan
stimulus
guna
keberhasilan
pembelajaran. C.
Organisasi Kurikulum Salah satu hal yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran adalah organisasi kurikulum, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya organisasi kurikulum. Menurut Prof. Dr. Nasution dalam buku yang berjudul “Tata Laksana Kurikulum” karya B. Suryobroto Organisasi kurikulum adalah pola atau
bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada muridmurid. Hal tersebut sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.57 Pola-pola
organisasi
kurikulum
yang
dikemukakan
oleh
B.
Suryosubroto meliputi58: 1. Separated subject currikulum. Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam pelajaran yang terpisah satu sama lain, contoh mata pelajaran Ilmu-ilmu tumbuhan, Ilmu hewan, Ilmu tubuh manusia, Ilmu kesehatan, dan Ilmu Alam. 2. Correlated Curriculum. Kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada hubungan walaupun batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan. Senada dengan pendapat H. Dakir yaitu menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasanya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama. Karena suatu topik dibahas dari berbagai macam pelajaran maka pelaksanaanya dilakukan secara team teaching.59 3. Integrated curriculum. Meniadakan batas antar berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
57
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm.
58
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm.
1. 1-5.
59
Cipta, 2004, hlm. 41.
H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka
Kurikulum yang pelaksanaanya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu. D. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Mengenai pengertian metode seperti halnya dengan pengertianpengertian lain, terdapat beberapa pendapat diantara para ahli. Menurut Tayat Yusuf dan Saiful Anwar yang dikutip oleh Armai Arief secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani “metodos” yaitu suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.60 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.61 Menurut M. Basyirudin Usman, metode pembelajaran adalah alat yang merupakan perangkat atau bagian dari suatu strategi pengajaran.62 Endang Fauziati menambahkan pengertian tentang metode sebagai berikut: “Method an overall plan for the orderly presentation of language material, no part of which contradicts, and all of which is based upon the selected approach”.63
60
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 40. 61 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hlm. 580. 62 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 22. 63
Endang Fauziati, Introduction to Methods and Approaches in Second or Foreign Language Teaching, Surakarta: Era Pustaka Utama, 2009, hlm. 15.
Jika mencermati definisi metode di atas dihubungkan dengan pembelajaran, maka metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang ditetapkan, dengan demikian bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan, sedang metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach) . Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen mencatat ada dua pedekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches).64 2. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusiamanusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 127.
Allah Swt., baik kepada Tuhanya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainya.65 Metode belajar ditinjau dari aspek kemampuan seseorang ada dua cara: Pertama yaitu belajar langsung berhadapan dengan guru dengan cara menerima materi atau penjelasan terlebih dahulu. Kedua belajar dengan cara bertanya tentang masalah-masalah kepada orang yang lebih mengerti tanpa memperoleh materi dulu.66 3. Macam-macam Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam a. Metode pembiasaan, adalah sebuah cara untuk membiasakan anak berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Metode ini dinilai efektif jika diterapkan pada peserta didik yang berusia kecil karena memiliki daya ingat yang kuat dan mempunyai kepribadian yang belum matang, sehingga mudah terlarut dengan pembiasaan. b. Metode keteladanan, adalah hal-hal yang dapat dicontoh oleh seseorang dari orang lain, keteladanan yang baik yang dapat dijadikan sabagai alat pendidikan Islam. c. Metode pemberian ganjaran, adalah pemberian hadiah kepada peserta didik sebagai pendorong belajar. d. Metode pemberian hukuman, hukuman merupakan jalan terakhir yang dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik dengan tujuan
65
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 40. 66 Muhammad Husain, Muntolaqotu Tolibil ‘ilmi, Kairo: Maktabah Islamiyah, 2003, hlm. 76-77
untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.67 4. Metode Membaca al-Qur‟an a. Metode Baghdadiyah Metode Baghdadiyah adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’.68 Metode ini menurut pandangan penulis adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia. 1) Cara mengajarkan Metode Baghdadiyah: a) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf hijaiyah menurut tertib kaidah Baghdadiyah, yaitu dimulai dari huruf alif, ba’, ta’, dan sampai ya’. b) Kemudian diajarkan tanda-tanda baca (harakat) sekaligus bunyi bacaanya. Dalam hal ini anak dituntun bacanya secara pelan-pelan dan diurai/ dieja, seperti alif fathah a, alif kasrah i, alif dhammah u, dan seterusnya.
67
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hlm. 110-131. 68 Animous, Juz’amma, Surakarta: Alwah, 1414.
c) Setelah anak-anak mempelajari huruf hijaiyah dengan cara-caranya itu, barulah diajarkan kepada mereka al-Qur‟an juz’amma ( Juz yang ke-30 dari urutan juz dalam al-Qur‟an ) itu.69 2) Kelebihan Siswa akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi sudah hafal huruf-huruf hijaiyah, siswa yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain, siswa diperkenalkan nama huruf hijaiyah sejak awal pelajaran.70 3) Kekurangan Adapun
kekuranganya
metode
ini
menurut
penulis,
membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus dieja sehingga siswa merasa jenuh dan banyak yang tidak menyelesaikan sampai bisa membaca al-Qur‟an. b. Metode Qiro’ati Metode Qiro’ati adalah pengajaran membaca al-Qur‟an dengan langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid , mengajar jilid 1 dan 2 sebaiknya secara perorangan sedangkan mengajar jilid 3 sampai 6 sebaiknya secara klasikal, namun setiap siswa diberi kesempatan membaca.71
69
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip metodologi buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur‟an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 5-6. 70 Animous, Juz’amma, Surakarta, Alwah, 1414. 71 Dachlan Salim Zarkasi, Metode Praktis Belajar Membaca al-Qur’an, Semarang, Yayasan Pedidikan al-Qur‟an Mujawwidin, 1990, Jilid 1.
Pada jilid pertama huruf dibaca langsung tanpa mengeja dengan cepat dan tidak memanjangkan suara, pada jilid dua diperkenalkan nama harakat, angka arab, dan bacaan mad thabi’i. Jilid tiga adalah pendalaman jilid satu dan dua, jilid empat dikenalkan nun sukun, tanwin, mad wajib dan mad jaiz, nun dan mim bertasydid, wawu yang tidak dibaca. Jilid lima diajarkan cara waqof, mafatih al suwar dan pendalaman jilid sebelumnya. Pada jilid enam diajarkan cara membaca izhar halqi dan membaca al-Qur‟an juz satu.72 c. Metode An-Nahdhiyah Metode an-Nahdhiyah adalah salah satu metode membaca alQur‟an yang muncul di daerah Tulung agung, Jawa Timur. Materi pembelajaran al-Qur‟an tidak jauh berbeda dengan metode Qira’ati dan Iqra’ . Dan perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran al-Qur‟an pada metode ini lebih menekankan pada kode ”ketukan” dalam pelaksanaan. Inti pelajaran metode an-Nahdhiyah: Pada jilid pertama siswa diperkenalkan huruf yang belum dirangkai sekaligus pengenalan tanda baca fathah, kasrah, dan dhammah. Pada jilid kedua diajarkan rangkaian huruf, bacaan mad thabi’i, tanda bacaan, harakat tanwin, pengenalan angka arab. Jilid yang ketiga diajarkan , ta’ marbuthah, huruf dengan tanda sukun, alif Fariqah, ikhfak, hamzah washal. Jilid 72
Dachlan Salim Zarkasi, Metode Praktis Belajar Membaca al-Qur’an, Semarang, Yayasan Pedidikan al-Qur‟an Mujawwidin, 1990, hlm. 1-6.
keempat diajarkan bacaan izhar qomariyah, bacaan izhar syafawi, bacaan izhar halqiyah, dan bacaan mad wajib muttasil. Jilid kelima diajarkan bacaan lien, tanda tasydid, bacaan ghunnah, idhgam bighunnah, idhgam bila ghunnah, dan iqlab, cara membaca lafadz jalalah, dan bacaan ikhfa’ syafawi. Di akhir jilid 1-5 diberikan materi do‟a harian. Jilid keenam diajarkan idhgam syamsiyah, qolqolah, mad lazim kilmi musaqqol/ mukhaffaf, mad aridly, mad iwadh, mad lazim harfi, tanda-tanda waqof, dan surat-surat pilhan.73 d. Metode Tarsana ( Tartil, Sari’, dan Nagham) Belajar membaca al-Qur‟an dengan metode Tartil, Sari’, dan Nagham (Tarsana). Tartil artinya membaca al-Qur‟an sesuai dengan ilmu tajwid. Sari’
( (سر يعyang
dimaksud adalah cepat, dalam
mempelajari al-Qur‟an metode ini hanya membutuhkan waktu singkat (7 jam ) sudah bisa membaca al-Qur‟an. Naghom
( )نغمadalah lagu dalam
al-Qur‟an. Jadi Tarsana adalah belajar membaca al-Qur‟an sesuai dengan ilmu tajwid dalam waktu singkat dan sekaligus dapat lagu al-Qur‟an. Cara pengajarannya yaitu: 1) Tahap pertama siswa membaca huruf tanpa mengeja. Pada halaman ini juga dikenalkan huruf-huruf hijaiyah yang sudah disambung dengan tanda fathah. 2) Tahap kedua siswa diperkenalkan tanda kasrah dan dhammah. 73
LP. Ma‟arif NU , Cepat Tanggap Belajar al-Qur’an an-Nahdhiyah, Tulung Agung: LP. Ma‟arif NU, 1992, Jilid VI.
3) Tahap ketiga diperkenalkan bacaan mad thabi’i dan mad layin (diftong). 4) Tahap keempat diperkenalkan tanda sukun, tasydid, dan qolqolah. 5) Tahap kelima diperkenalkan istilah-istilah bacaan tajwid. 6) Tahap keenam mempraktekkan bacaan-bacaan tajwid yang telah diajarkan pada tahap sebelumnya. 7) Tahap terakhir yaitu membaca surat-surat pendek. 8) Diajarkan dengan lagu pada setiap tahap.74 e. Metode Iqra’ Metode Iqra’
adalah suatu metode membaca al-Qur‟an yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqra‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna 75. Cara belajar membaca al-Qur‟an dengan motode Iqra’ ini pernah dijadikan proyek oleh Departemen Agama RI sebagai upaya untuk mengembangkan minat baca terhadap kitab suci al-Qur‟an. Meski demikian, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan juga kelemahanya sendiri. Oleh karena itu perlu ada upaya konvergensi
74
Syamsuddin Mustaqim, Bimbingan Belajar Membaca al-Qur’an dengan Metode Tarsana, (Tartil, Sari’, dan Nagham) , Sragen: Kaset, 2009. 75 As‟ad Humam, Buku Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Jilid 16, Yogyakarta: AMM, 2000.
dengan memodivikasi beberapa metode guna mendapatkan metode pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan efektif.76 1) Sistematika Buku Iqra‟ Pelajaran pada jilid 1 seluruhnya berisi pengenalan bunyi hurufhuruf tunggal berharokat fathah. Diawali dengan huruf a, ba, ta, tsa, dan seterusnya sampai bunyi ya. Target yang dicapai
anak bisa
membaca dan mengucapkan secara fasih sesuai dengan makhrajnya huruf-huruf tunggal berharakat fathah. Dalam hal ini anak belum ditargetkan untuk mengenal nama-nama huruf itu sendiri, seperti alif, ba’, ta’ dan seterusnya.77 Pada
jilid
2
diperkenalkan
dengan
bunyi
huruf-huruf
bersambung berharakat fathah, baik huruf sambung di awal, di tengah, maupun di akhir kata. Mulai diperkenalkan bacaan “mad” namun
masih
berharakat.
Mulai
halaman
ini
anak
boleh
diperkenalkan nama huruf demikian pula nama harakat. Target jilid 2 meningkatkan kefasihan membaca bunyi huruf, anak bisa membaca huruf-huruf sambung, anak bisa membedakan bacaan pendek dan panjang dari fathah yang diikuti alif dan fathah berdiri.78 Pada awal jilid 3 ini anak diperkenalkan bacaan kasrah. Karena anak telah mampu membedakan bentuk-bentuk huruf bersambung,
76
Moh.Roqib , Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, keluarga, dan masyarakat), Yogyakarta: LkiS, 2009, hlm. 103. 77 H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 9. 78 H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 10-11.
maka pengenalan bacaan kasrah ini langsung huruf tunggal dan huruf sambung sekaligus. Bacaan dhammah dikenalkan pada jilid 3 setelah anak betul-betul mengenal bacaan kasrah dan fathah. Pada halaman 19 langsung diperkenalkan dhammah panjang karena diikuti oleh wawu sukun. Dan disinilah anak dikenalkan huruf wawu dan tanda dhammah, baik dhammah biasa maupun dhammah terbalik sebagai tanda bacaan panjang. Target jilid 3 anak mengenal bacaan kasrah, kasrah panjang karena diikuti ya’ sukun dan kasrah pajang karena berdiri, anak mengenal bacaan dhammah , dhammah panjang karena diikuti wawu sukun dan dhammah panjang karena terbalik. Anak sudah mengenal nama tanda baca fathah, kasrah, dhammah dan sukun. Anak sudah mengenal nama-nama huruf alif , ya’ dan wawu.79 Pelajaran pada jilid 4 diawali dengan bacaan fathah tanwin, kasrah tanwin, dhammah tanwin, bunyi ya’ sukun dan wawu sukun yang jatuh setelah harakat fathah, mim sukun, nun sukun, qolqolah dan huruf hijaiyah lainya yang berharakat sukun, pada jilid ini anak sudah diperkenalkan dengan nama semua huruf hijaiyah dan namanama tanda bacanya. Didahulukanya bacaan qolqolah dari huruf-huruf sukun lainya dimaksudkan agar sejak dini anak telah mampu menghayati bacaan qolqolah sehingga terbiasa dengan bacaan yang mestinya berqolqolah tetap dibaca qolqolah. Dalam pelajaran bacaan tanwin, nun sukun dan mim sukun target yang ada pada jilid 4 ini baru 79
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 11-12.
memperkenalkan bacaan-bacaan izhar, sedang bacaan yang lain belum diperkenalkan.80 Dalam jilid 5 diajarkan bacaan alif lam qamariah, tanda waqaf, mad far’i, alif lam syamsyiah, idgham bigunnah, lam jalalah, dan idgam bilagunnah, tetapi belum diperkenalkan istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu tajwid. Isi jilid 6 sudah memuat semua persoalan-persoalan tajwid, walaupun belum diperkenalkan teori-teori tajwidnya. 81 2) Metode Pembelajaran Iqra‟ a) CBSA, siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan pokok bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun. Belajar aktif tidak hanya diperlukan untuk menambah gairah, namun juga untuk menghargai perbedaan individual dan keragaman kecerdasan.82 b) Privat menyimakan seorang demi seorang secara bergantian. Pendapat Lapp, Bender, Ellenwood & John di antara model aktivitas belajar adalah The Personilised Model, di mana proses pembelajaran
dikembangkan
dengan
memperhatikan
minat,
pengalaman dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya. 83
80
H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 12. 81 H. M. Budiyanto, Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an), Yogyakarta: “AMM”, 1995, hlm. 13. 82 Melvin L. Silberman & Allin Bacon, Active Learning:101 Strategiies to Teach Any Subject, terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2004,hlm. 4. 83 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm. 147.
c) Asistensi. Siswa yang lebih tinggi pelajaranya dapat membantu menyimak santri lain. Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan peserta didik untuk mengajarkan materi kepada temanya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta didik dalam mengajarkan kepada teman sekelas.84 Mengajar adalah belajar. Jika guru berpandangan demikian, maka ia akan selalu berkembang dan makin menguasai disiplin atau bidang studi yang diampu.85 Salah satu langkah awal untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih mudah yaitu dengan mengajari orang lain. Sesuai pendapat Marian Diamond bahwasanya setiap orang dapat menjadi guru. Berapapun usia anda, hanya ada sedikit cara yang lebih baik untuk mengkristalisasi apa yang telah anda pelajari daripada mengajarkanya kepada orang lain.86 Mengajari teman sebaya, bagi siswa yang bertindak sebagai tutor dapat mengambil keuntungan mencapai kemajuan dalam membaca.87
84
Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, hlm. 62. 85 M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2009, hlm. 153. 86 Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian I, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 177. 87 Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian II, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 387.
Setiap siswa bisa menjadi guru, ini merupakan strategi mudah untuk
mendapatkan
partisipasi
seluruh
kelas
dan
pertanggungjawaban individu dan memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai guru bagi siswa lain.88 Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa”aku tahu bahwa aku tahu”, pengulangan lebih baik dalam kontek yang berbeda dengan asalnya. Kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain.89 d) Siswa tidak diperkenalkan tanda baca, yang pokok betul membacanya. e) Komunikatif, beri sanjungan kepada siswa apabila bacaan betul. f) Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu dipacu, maka membacanya boleh diloncat-loncatkan agar cepat selesai.90 Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, yang
berekperimen
dengan
apa
yang
disebutnya
sebagai
„Sugestology” atau “Sugestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. 88
Melvin L. Silberman & Allyn Bacon, Active Learning: 101 Strategiies to Teach Any Subject, terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2004, hlm. 196. 89 Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah inger-Nourie, Quantum Teaching mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, terjemahan Ary Nilandari, Bandung: Kaifa, 2008, hlm. 92. 90 H.M. Budiyanto, dkk., Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Gerakan Membaca, Menulis, Memahami, Mengamalkan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an, Yogyakarta: AMM, 2003, hlm. 38-43.
Beberapa teknik yang digunakan untuk memberi sugesti adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif. Istilah lain yang hampir dapat sama dengan sugestologi adalah
“pemercepatan
belajar”
(accelerated
learning).
Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “ memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”.91 Metode belajar cepat mengakui bahwa masing-masing dari kita memiliki cara belajar pribadi yang cocok dengan karakter dirinya. Ketika belajar menggunakan teknik yang cocok menjadi lebih mudah dan lebih cepat.92 Cara membaca buku Iqra’ menurut pengamatan penulis diperbolehkan memakai alat bantu untuk menunjuk huruf agar lebih cepat membacanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bobbi De Porter bersama Mike Hernacki bahwa kiat-kiat untuk membaca di antaranya menggunakan jari anda atau benda lain sebagai petunjuk.
91
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan), terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 1999, hlm. 14. 92 Colin Rose & Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning For The 21ST Century Cara Belajar Cepat Abad XXI, terjemahan Dedy Ahimsa, Bandung: Nuansa, 2002, hlm. 36.
Karena mata anda secara alamiah mengikuti benda yang bergerak, maka akan membantu anda bila ada penunjuk yang dapat diikuti saat mata bergerak ke bagian bawah halaman. Doronglah mata anda
dengan cepat
menyusuri
bahan bacaan itu dengan
menggerakkan jari anda lebih cepat dari pada kecepatan membaca anda selama ini. Bertahanlah untuk tidak berhenti ataupun mengulang.93Kiat membaca cepat yaitu gerakkan telunjuk anda ke bawah di tengah-tengah halaman. Dengan mata, lihatlah tepat di atas ujung jari. Gerakkan jari dengan cepat sehingga anda tidak punya
waktu
untuk
berhenti
pada
setiap
mengucapkanya.94Program
Finger-phonics,
menggunakan
yang
pendekatan
sangat
huruf
dan
Program
ini
sederhana
tentang
pengajaran ponetik dengan menghubungkan setiap suara dalam bahasa inggris dengan tindakan dan gerakan jari tertentu.95 3) Kelebihan dan kekurangan Kelebihan metode Iqra’: a) Adanya buku (modul) yang mudah dibawa dan dilengkapi oleh beberapa petunjuk teknis pembelajaran bagi guru serta pendidikan dan latihan guru agar buku iqra‟ ini dapat dipahami dengan baik
93
Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan), Bandung: Kaifa, 1999, hlm. 256. 94 Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian I, , terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm.160. 95 Gordon Dryden & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian II, terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003, hlm. 385.
oleh guru, para guru dapat menerapkan metodenya dengan baik dan benar. b) Cara Belajar siswa aktif (CBSA). siswa diberikan contoh huruf yang telah diberi harakat sebagai pengenalan di lembar awal dan setiap memulai belajar siswa dituntut untuk mengenal huruf hijaiyah tersebut. Pada permulaan, siswa langsung membaca hurufhuruf tersebut secara terpisah-pisah untuk kemudian dilanjutkan ke kata dan kalimat secara gradual. Jika terjadi kesalahan baca, guru memberikan kode agar kesalahan tersebut dibenarkan sendiri dengan cara mengulang bacaan. c) Bersifat privat (individual). Setiap siswa menghadap guru untuk mendapatkan
bimbingan
langsung
secara
individual.
Jika
pembelajaran terpaksa dilakukan secara kolektif maka guru akan menggunakan buku Iqra‟ klasikal. d) Menggunakan sistem asistensi, yaitu santri yang lebih tinggi tingkat pembelajaranya membina siswa yang berada di bawahnya. Meski demikian proses kelulusan tetap ditentukan oleh guru dengan melalui ujian. e) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif, seperti dengan menggunakan bahasa peneguhan saat siswa membaca benar, sehingga siswa termotivasi, dan dengan teguran yang menyenangkan jika terjadi kesalahan.
f) Penggunaan sistem pembelajaran yang variatif dengan cerita dan nyanyian religius sehingga siswa tidak merasa jenuh. g) Menggunakan bahasa secara langsung sehingga lebih mudah diingat. Selain itu siswa tidak diperkenalkan huruf hijaiyah terlebih dahulu dengan asumsi menyita banyak waktu, dan menyulitkan siswa. Oleh karena itu metode Iqra‟ bersifat praktis sehingga mudah dilakukan. h) Sistematis dan mudah diikuti: pembelajaran dilakukan dari yang mudah ke yang sulit; dari yang sering didengar, yang mudah diingat ke yang sulit didengar dan diingat. i) Buku dengan metode ini bersifat fleksibel untuk segala umur. Lembaganya dikenal dengan nama Taman Kanak-kanak al-Qur‟an (TKQ) dan Taman Pendidikan al-Qur‟an (TPQ). Yang pertama didesain untuk anak-anak sedangkan kedua didesain untuk yang sudah dewasa atau orang tua.96 Menurut penulis selain memiliki kelebihan, metode Iqra‟ juga memiliki kekurangan yaitu : a) Anak kurang tahu nama huruf hijaiyah karena tidak diperkenalkan dari awal pembelajaran. b)
Anak kurang tahu istilah atau nama-nama bacaan dalam ilmu
tajwid.
96
Moh.Roqib , Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat), Yogyakarta: LkiS, 2009, hlm. 104-105.
BAB III GAMBARAN UMUM SD ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SD MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
A. Gambaran Umum SD Islam Al-Azhar 22 1. Sejarah Gedung SD Islam Al-Azhar 22 dulunya adalah gedung Yayasan Pesantren Luhur Nahdlatul Ulama Salatiga yang berdiri sekitar tahun 1968 yang diprakarsai oleh para tokoh agama dan pendidikan di Kota Salatiga. Yayasan
tersebut
bertujuan
menyebarluaskan
ajaran
Islam
untuk
menghasilkan ahli-ahli terdidik dan berakhlakul karimah yang dibutuhkan dalam pembangunan negara Indonesia. Pada tahun 1998 terjadi perubahan nama menjadi Yayasan Pesantren Luhur Salatiga dengan tujuan bidang sosial dan keagamaan. Salah satu tujuan sosial adalah menyelenggarakan lembaga pendidikan formal. Salah satu sekolah yang didirikan adalah SD Islam Al-Azhar 22 atas kerjasama dengan Yayasan Pesantren Islam AlAzhar yang berpusat di Jakarta Selatan. Peletakan batu pertama oleh Bapak Fuad Bawazier yang pada saat itu selaku menteri keuangan dan menjabat sebagai badan pembina Yayasan Pesantren Luhur Salatiga. 97
97
H. Zarkasyi Rosyid, Wawancara Pribadi , Salatiga: Senin, 22 Juli 2013, dengan Ketua Yayasan Pesantren Luhur Salatiga.
2. Letak Geografis Secara geografis SD Islam Al-Azhar 22 terletak di jalan Diponegoro No. 64 Salatiga, masuk wilayah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Dari pusat kota 1,5 Km. Karena tempatnya di pinggir jalan raya tepatnya, di pertigaan kauman sehingga mudah dijangkau oleh transportasi baik umum maupun pribadi. 3. Identitas sekolah SD
Islam
Al-Azhar
22
Salatiga
adalah
sekolah
Islam
yang
diselenggarakan oleh yayasan yang didirikan oleh beberapa orang Islam untuk kepentingan pendidikan ummat Islam, sekolah ini bukan pesantren dan bukan madrasah. Karena itu termasuk ke dalam kategori sekolah umum swasta Islam, dan berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, termasuk ke dalam kategori atau golongan sekolah jenis pendidikan umum, bukan jenis pendidikan keagamaan Islam. Secara rinci profil SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga dapat diuraikan sebagai berikut. a. Nama Sekolah
: SD Islam Al–Azhar 22 Salatiga
b. NIS/NPSN
: 100290/20328503
c. NSS
: 102036204036
d. Status Sekolah
: Swasta
e. Akreditasi
:A
f. Alamat Sekolah
: Jl. Diponegoro N0.64 Salatiga
Telp. (0298) 313412 Fax. 0298 313412 g. Kelurahan
: Salatiga
h. Kecamatan
: Sidorejo
i.
Kota
: Salatiga
j.
Propinsi
: Jawa Tengah
k. Kode Pos
: 50711
l.
Tahun Berdiri
: 1998
m. Kelompok Sekolah
: Imbas
n. Luas Bangunan
: 702 x 3 ( 3 lantai)
4. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Mewujudkan peserta didik yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia dan unggul. b. Misi Mewujudkan pembelajaran yang bertumpu pada IMTAQ dan IPTEK 1. Menanamkan sikap dan perilaku Islami 2. Menanamkan dan melatih kemampuan dasar baca, tulis, dan hitung 3. Menciptakan kegiatan yang dapat memberi kesempatan murid berekspresi 4. Membekali peserta didik untuk meguasai tehnologi
5. Membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi 6. Menciptakan guru yang profesional di bidangnya 7. Menjadi sekolah unggulan di lingkungan sekitarnya 8. Membekali guru dan murid agar mampu berbahasa Inggris aktif. c. Tujuan Terbentuknya manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia yang memahami dasar-dasar aqidah, syariah, dan akhlak Islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui pula sumber utama ajaran Islam. 5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, meliputi seluruh potensi anak didik. Pendidik juga merupakan pemberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan yang dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam hal penerimaan tenaga pendidik dan kependidikan, SD Islam Al-Azhar 22 dilakukan secara selektif sesuai dengan bidang keahlianya.
Gambaran tentang tenaga pendidik dan kependidikan di SD Islam Al-Azhar 22 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1
SLTP
1
2.72
2
SLTA
5
13.5
3
Diploma
4
10.8
4
Sarjana ( S 1 )
27
72.98
Jumlah
37
100
Tabel di atas menunjukkan tenaga pendidik di SD Islam Al-Azhar 22 72.98% berijazah S1, 13.5% berijazah SLTA, 10.8% berijazah Diploma, dan 2.72 berijazah SLTP. Pegawai-pegawai di atas merupakan pegawai tetap yayasan, selain pegawai tetap ada juga pegawai tidak tetap yang tuntutan kerjanya berbeda dengan guru tetap, seperti guru Iqra‟.98 Adapun gambaran tentang guru Iqra‟ dapat dilihat pada tabel berikut:
98
Azhar 22
Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga: 29 Juli 2013, selaku Kepala SD Islam Al-
Tabel 3.2 Keadaan Guru Iqra‟ Menurut Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1
SLTP dan Pesantren
3
60
2
SLTA dan Pesantren
1
20
3
Sarjana (S 1) dan
1
20
5
100
Pesantren Jumlah
Ini berarti para guru Iqra‟di SD Islam Al-Azhar 22 telah memiliki persyaratan dan kualifikasi akademik menjadi tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran al-Qur‟an dengan kompetensinya masingmasing. Menurut ketua Yayasan Pesantren Luhur Salatiga, salah satu syarat menjadi guru Iqra‟ di SD Islam Al Azhar 22 minimal lulusan pesantren dan memiliki pengalaman mengajar al-Qur‟an.99 Tabel 3.3 Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas
No
99
Tugas
Jumlah
Prosentase
1
Pimpinan
1
2.72
2
Guru
26
70.27
3
TU
3
8.1
H. Zarkasyi Rosyid, Wawancara Pribadi , Salatiga: Senin, 22 Juli 2013, selaku Ketua Yayasan Pesantren Luhur Salatiga
4
Satpam
3
8.1
5
Tenaga Kebersihan
4
10.81
Jumlah
37
100
Tabel 3 menunjukkan 70.27% guru secara fungsional bertugas mendidik siswa. 27% adalah staf yang membantu dan sebagai tenaga pendamping bagi proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif. 6. Keadaan Siswa Siswa yang diterima di SD Islam Al-Azhar 22 berasal dari Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Sampai saat ini SD Islam Al-Azhar 22 telah meluluskan 10 angkatan. Jumlah siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 494 siswa (253 putera dan 242 puteri). Adapun gambaran tentang data siswa SD Islam AlAzhar 22 Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.4 Daftar Jumlah Siswa SD Islam Al-Azhar 22 Tahun Pelajaran 2013/ 2014
Kelas IA IB IC 2A 2B 3A
L 17 18 19 23 21 18
P 20 19 18 18 19 19
Jumlah 37 37 37 41 40 37
3B 4A 4B 5A 5B 6A 6B Jumlah
18 22 22 20 20 18 17 253
20 15 14 20 20 19 20 241
38 37 36 40 40 37 37 494
7. Fasilitas Pendukung Untuk menunjang fungsi SD Islam Al-Azhar 22 didukung dengan sarana dan prasana yang terdapat pada tabel berikut: Tabel 3.5 Sarana dan prasarana SD Islam Al-Azhar 22
N0
Ruang
Jumlah
Luas
1.
R. Teori/Kelas
13
112 X 12
2.
Perpustakaan
1
77
3.
R.Media ( Audio Visual)
1
77
4.
R.Ibadah/Musholla
2
150
5.
Komputer 1 set
32
(CPU+Monitor)
Keterangan
1 Kasek 2 TU 2 Perpust/AVA 4 Guru 1 Lab Bahasa 22 Lab Komp
6.
TV
17
1 AVA/perpus 1 Lab Bahasa 1 Lab IPA
1 Satpam 1 Guru 12 Kelas 7.
DCD Player
16
1 TU 1 AVA 1 Lab IPA 1 Lab Bahasa 12 Kelas
8.
Tape Besar
1
9.
Tape Kecil/Radio
3
Tape
1 TU 1 K3 1 Lab IPA
10.
OHP
11.
Laptop
1 set 2
1 Baik 1 Rusak
12.
Printers
12
1 Kasek 3 TU 4 Guru 1 AVA 1 Lab Komp. 1 Gudang
13.
Loss Speaker
4
14.
Mega Phone
1
15.
Speaker Aktif
1 Ps
17.
Pesawat Telp.
5
Lab Musik 1 TU 1 AVA 1 YPL
18.
Proyektor
4
8.
Struktur Organisasi Sekolah Dasar Al-Azhar 22 Salatiga Gambar 3.1 Struktur
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar
Yayasan Pesantren Luhur Kota Salatiga
Disdikpora Kota Salatiga
Kepala Sekolah
Komite Sekolah/Jam‟iyyah
Ubaidah, S.Ag.
Kabid Kurikulum
Kabid kemuridan
Lutfi R., S.Pd.
Tri Nuryani, S.Ag.
Tata Usaha
Kabid Tendik
Kabid Sarpras
Erma Wardani, S.Pd.
Hari Pramono, S.Pd.
Guru
Murid
Keterangan:
= Garis Komando = Garis Koordinasi
Karyawan
9. Prestasi Yang Pernah Diraih SD Islam Al-Azhar 22 dalam berbagai kegiatan lomba meraih prestasi yang bagus. Prestasi yang pernah diraih merupakan perwujudan kinerja yang disumbang oleh guru, siswa, maupun tenaga kependidikan. Secara riil dengan kejuaraan yang diraih oleh sekolah juga turut memberikan semangat bagi siswa untuk belajar lebih baik dan sekaligus juga turut memotivasi para guru untuk mendorong peserta didik belajar lebih baik lagi. Catatan prestasi yang dicapai oleh siswa antara lain: Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa Bidang Agama Tahun SD Islam Al–Azhar 22 Salatiga 2008 – 2013 N0
Nama Siswa
Jenis Lomba
1
Yusuf Muhammad Al Farih
2
Adityo Pandu Saputra
3
Hones Muslimah
4
Fadhila Syahla Khairunnisa
5
Thoriq Fahmi
Sholat
2008
I
6
Oase Qomara
Khot
2008
II
7
M.Thorif Fahmi
Salat Putra
2008
I
8
Yusuf Muhammad Al Farih
Tartil Qur‟an
2008
I
9
M.Yusuf Al Farih
Tartil
2008
I
10
Muhammad Saiful Afif
Salat Putra
2009
I
11
Kamila Nikmatul Ulya
Salat Putri
2009
I
12
Yusuf Muhammad Al Farih
Murotal Putra
2009
I
13
Minawati Albisanah
Murotal Putri
2009
I
Murotal
CCQ
Tahun
Prestasi
2008
I
2008
I
2008 2008
14
M.Ibrahim Usman
Pildacil
2009
I
15
M.Saiful Afif
Salat Putra
2009
I
16
Kamila Nikmatul Ulya
Salat Putri
2009
I
17
Biqi
Murotal Putra
2009
I
18
Muhammad Ibrahim Usman
Pildacil
2009
H III
19
Hones Muslimah
Agama & Al Qur‟an
2009
III
20
Minawati Albisanah
MTQ “ Tartil “
2009
II
21
Yusuf Muhammad Al Farih
MTQ “ Tartil “
2009
I
22
Muhammad Abiy Zain
Pildacil
2011
I
23
Muhammad Abiy Zain
MTQ
2011
I
24
Yusuf Muhammad
Salat
2011
I
25
Muhammad Yusuf
Salat
2011
II
26
Muhammad Abiy Zain
Pildacil
2011
I
27
Fikri Cahya Kurniawan
Agama & Al Qur‟an
2011
II
28
Muhammad Abiy Zain
Pildacil
2011
III
29
Muhammad Abiy Zain
Khitobah ( Pa )
2011
I
30
Salma Maisun Aqila
Khitobah ( Pi )
2012
I
31
Robby Amri Fauzi
Khitobah (Pa)
2012
II
32
Almas Putri Muslimah
Khot Putri
2012
III
33
Salma Maisun Aqila
Khitobah ( Pi )
2012
I
34
Robby Amri Fauzi
Khitobah ( Pa )
III
Al - .Kahfi Luqman Azhar 35
Dyah Tri Larasati Benazeer Zahra Fika Bilqis
CCQ
2013
H3
B. Gambaran Umum SD Muhammadiyah Plus Salatiga 1. Sejarah SD Muhammadiyah yang dulunya HIS Muhammadiyah merupakan amal usaha monumental sebagai cikal bakal perkembangan Muhammadiyah di Salatiga. Tempo dulu sekolah ini telah melahirkan banyak kader. Namun setelah memasuki era Orde Baru, mulai tahun 80-an ketika pemerintah mengembangkan SD Inpres sekolah tersebut mulai mundur dan secara perlahan menuju kematian karena kehabisan atau kurang ada animo dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Sejak tahun 90-an Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Salatiga sudah memikirkan solusinya tetapi selalau gagal. Menyikapi kondisi semacam itu akhirnya pada tahun 2002 Pimpinan Daerah Muhammadiyah bersama para mantan pimpinan mengadakan rapat untuk mengambil keputusan di antara dua pilihan
yaitu ditutup atau
dikembangkan secara revolusioner dengan mengubahnya menjadi SD Unggulan, dengan segala konsekuensi pendanaannya. Kebijakan jatuh pada pilihan kedua, yang selanjutnya dibentuk Tim Pengembang Pendidikan Muhammadiyah (TTPM) Desember 2002, terdiri dari para tokoh Muhammadiyah dan pakar pendidikan, yang diketuai oleh Prof. Dr. H. Achmadi. Dari kerja tim kemudian diputuskan SD Muhammadiyah tersebut menjadi SD Muhammadiyah Plus.
Selanjutnya melihat perkembangan SD Muhammadiyah Plus selama 3 tahun terakhir cukup besarnya animo dari orang tua murid untuk dapat diterima di SD Muhammadiyah Plus ini, dimana pada tahun pelajaran 2006 pendaftaran hanya dibuka selama lebih kurang 2 jam saja ( sudah menolak pendaftaran ), maka Tim Pengembang merasa perlu untuk mengembangkan lokasi baru yang cukup memadai. Alhamdulillah saat ini harapan tersebut sudah terkabul dengan membeli tanah di daerah Togaten, Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga seluas 1800 meter persegi dan insya Allah dalam waktu dekat akan diperluas dengan tanah yang ada disekitar lokasi seluas 180 meter persegi. 100 2. Letak Geografis Secara geografis SD Muhammadiyah Plus terletak di Jalan. Suropati No. 14 Telp. (0298) 322441 Togaten Salatiga, masuk wilayah kecamatan Sidomuktio Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. tempatnya sangat strategis yaitu dekat dengan perempatan pasar sapi, tidak terlalu dekat dengan jalan raya mudah dijangkau, sehingga proses pembelajaran bisa kondusif. 3. Identitas Sekolah Nama Sekolah
: SD Muhammadiyah Plus
a. Alamat Sekolah
: Jl. Suropati No. 14 Togaten Salatiga Telp. (0298)
322441
100
Dokumen SD Muhammadiyah Plus
RT / RW
: 01 / 05
Dukuh
: Togaten
Kelurahan
: Mangunsari
Kecamatan
: Sidomukti
Kab/Kota
: Salatiga
Provinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: 50721
b. Status Sekolah
: Swasta
c. Status Akreditasi
:A
d. Kurikulum
: KTSP
4. Visi dan Misi visi: Pusat Keunggulan di bidang IMTAQ dan IPTEK Misi : a. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu di bidang ilmu, moral, sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan SDM yang berkualitas di bidang IMTAQ dan IPTEK b. Memberikan bekal dasar baca, tulis, dan berhitung serta pengetahuan keterampilan yang bermanfaat bagi siswa c. memberikan bekal dasar tentang agama Islam dan pengamalannya sesuai dengan perkembangannya serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidkan di jenjang selanjutnya.
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pendidik
adalah
orang
yang
bertanggung
jawab
terhadap
perkembangan anak didik, meliputi seluruh potensi anak didik. Pendidik juga
merupakan
pemberi
pertolongan
kepada
anak
didik
dalam
perkembangan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan yang dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam hal penerimaan tenaga pendidik dan kependidikan, SD Muhammadiyah Plus dilakukan secara selektif sesuai dengan bidang keahlianya. Gambaran tentang tenaga pendidik dan kependidikan di SD Muhammadiyah Plus dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.7 Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Menurut Pendidikan
No
Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1
SD
2
4,88
2
SLTP
1
2,45
3
SLTA
2
4,88
4
Diploma
1
2,45
5
Sarjana ( S 1 )
34
82,9
6
Sarjana ( S 2 )
1
2,44
Jumlah
41
100
Tabel di atas menunjukkan tenaga pendidik di SD Muhammadiyah Plus Salatiga 82,9% berijazah S1, 4,88% berijazah SLTA, 4,88% berijazah SD, 2,45 berijazah Diploma, dan 2,45 berijazah SLTP. Ini berarti SD Muhammadiyah Plus telah memiliki persyaratan dan kualifikasi akademik menjadi tenaga pendidik sesuai dengan pendidikan yang diharapkan saat ini dengan kompetensi masing-masing. Menurut kepala SD Muhammadiyah Plus, ketentuan untuk menjadi guru minimal berijazah sarjana S1 dan khusus pengampu matapelajaran Iqra‟ adalah sarjana PAI. 101 Hal ini sesuai antara kompetensi yang dimiliki oleh guru terhadap mata pelajaran yang diampu. Tabel 3.8 Keadaan Pegawai Menurut Bidang Tugas
No
Tugas
Jumlah
Prosentase
1
Pimpinan
1
2,44
2
Guru
31
75,61
3
TU
4
9,76
4
Satpam
4
9,76
5
Penjaga Sekolah
1
2,44
Jumlah
41
100
Tabel 3 menunjukkan 75,61% guru secara fungsional bertugas mendidik siswa. 21,96% adalah staf yang membantu dan sebagai tenaga
101
Sutomo, Wawancara Pribadi , Salatiaga: Rabu, 24 Juli 2013, Seorang Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Plus Salatiga
pendamping bagi proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif. 6. Keadaan Siswa Jumlah siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 551 siswa (293 putera dan 258 puteri). Adapun gambaran tentang data siswa SD Muhammadiyah Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.9 Daftar Jumlah Siswa SD Muhammadiyah Plus Tahun Pelajaran 2013/2014
NO
1
2
3
4
5
6
KELAS Ali Bin Abi Thalib Ustman Bin Affan Umar Bin Khatab Abu Bakar Ash Shidiq Hamzah Bin Abdul Mutholib Kholid Bin Walid Harun Al Rasyid Salman Al Farizi Al Ghozali Ibnu Sina Thoriq Bin Ziyad Hj. Supartinah Ali Munawar Amin Rais Ahmad Dahlan AR Fachrudin Al Kindi Al Farabi Al Rumi Jumlah
L 18 10 17 19 11 19 21 22 17 18 17 16 16 16 16 9 10 12 9 293
P 12 19 13 12 19 17 16 14 14 14 14 15 14 12 11 10 14 12 6 258
JML SISWA TOTAL 30 29 30 31 30 36 37 36 31 32 31 31 30 28 27 19 24 24 15 551
JML
150
109
94
61
74
63
7. Fasilitas Pendukung Untuk menunjang fungsi SD Muhammadiyah Plus Salatiga didukung dengan sarana dan prasana yang terdapat pada tabel berikut: Tabel 3.10 Sarana dan prasarana SD Muhammadiyah Plus Salatiga
No
Jenis Ruang
1. 2.
Ruang Kelas Ruang Perpustakaan Ruang Lab Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang Komputer Tempat Ibadah Ruang UKS Kamar Mandi Guru Kamar mandi siswa Gudang Ruang sirkulasi Tempat Bermain/Halaman Ruang kantin
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Baik 19 1
Kondisi RR RB -
Jumlah 19 1
Bukan Milik -
1
-
-
1
-
1 1 1 1 2
-
-
1 1 1 1
1 -
8
-
-
8
-
1 2 1
-
-
1 2 1
-
1
-
-
1
-
-
8. Struktur Organisasi SD Muhammadiyah Plus Salatiga Gambar 3.2 Struktur Organisasi
Pembina PDM Kota Salatiga
Disdikpora Kota Salatiga
Penyelenggara Tim PLPM Direktur Tk – SD
Penelitian dan Pengembangan
Komite Sekolah
Drs. Djumadi
Kepala Sekolah Sutomo, M.Ag Wakil Kepala Ainul Huri
Kaur Kurikulum Marijo, S.Pd.I.
Kaur Kesiswaan
Kaur Ismuba
Kaur Adm. Ketenagaan
Kaur Sarpras
Wiwiek W, S.Pd
Suharwono, S.Pd.I.
Triyono, S.Pdi
Buhtari, S.Si
Guru
Siswa
Keterangan
= Garis Komando = Garis Koordinasi
Kaur Humas Endra G, S.Si
9. Prestasi yang pernah diraih SD Muhammadiyah Plus Salatiga dalam berbagai kegiatan lomba meraih prestasi yang bagus. Prestasi yang pernah diraih merupakan perwujudan kinerja yang disumbang oleh guru, siswa, maupun tenaga kependidikan. Secara riil dengan kejuaraan yang diraih oleh sekolah juga turut memberikan semangat bagi siswa untuk belajar lebih baik dan sekaligus juga turut memotivasi para guru untuk mendorong peserta didik belajar lebih baik lagi. Catatan prestasi yang dicapai oleh siswa antara lain: Tabel 3.11 Data Prestasi Siswa Bidang Agama SD Muhammadiyah Plus Salatiga Tahun 2008-2013 Jenis Lomba/Kegiatan Pekan Maulud Nabi Muhammad
Tingkat
Tahun
Kecamatan
2010
Khitobah Pa Khitobah Pi
Kecamatan Kecamatan
2010 2010
III
Tartil Pa
Kecamatan
2010
5
III
MTQ Pa
Kecamatan
2010
6
II
Khitobah
Kecamatan
2010
7
I
Khithobah Pa
Kecamatan
2011
8
II
Khitobah Pi
Kecamatan
2011
9
I
MTQ
Kecamatan
2011
10 11 12
III I III
MTQ Pildacil MTQ
Kota Kota Kota
2011 2011 2011
No
Juara
1
Umum
2 3
I I
4
Nama Peserta / Tim Tim SD Muhammadiyah Raka Gustian Pratama Arinda Aulia Fasha Wildan Rayhan Pratama Dhiya Ulhaq Raissakari Raka Gustyan Pratama Raka Gustyan Pratama Amalia Tasyakurnia Rahman Al Shafa Bumi Muhammad Al Shafa Bumi Muhammad
13 14 15 16 17 18 19 20
I I I I I III II IV
21
I
TIK Pa Mapsi TIK Pi Mapsi Khot Pa Mapsi Khot Pi Mapsi Khitobah Pa Mapsi Khitobah Pa Mapsi MTQ Pa Mapsi Khitibah Mapsi Ceramah Islam Fasi
Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota Provinsi
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
Kota
2013
Tahun 2012 dan 2013 tidak dicantumkan Nama pemenang
BAB IV STRATEGI METODE IQRA‟ PADA PEMBELAJARAN AL-QUR‟AN DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL-AZHAR 22 DAN SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH PLUS KOTA SALATIGA
A.
Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran sebagaimana diterangkan oleh Sunhaji adalah: a). mendapatkan pengetahuan; b). penanaman konsep dan ketrampilan; dan c). pembentukan sikap. Supaya mendapatkan sebagaimana yang telah disebutkan, maka masing-masing lembaga memiliki tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. Di SD Islam Al-Azhar 22 tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan berdasarkan Indikator utama dalam Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim (Agama dan al-Qur‟an) adalah siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan benar. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, supaya siswa dapat membaca al-Qur‟an lebih terarah dan teliti maka metode yang digunakan adalah metode Iqra‟, sebagaimana diungkapkan oleh Nuril bahwa tujuan pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
Iqra‟
sebagai
dasar
pembelajaran supaya anak lebih terarah dan teliti dalam membaca al-
Qur‟an.102 Guru Iqra‟ aktif mendampingi siswa di kelas bersama guru kelas saling berkordinasi dalam pengaturan waktu (pembelajaran Iqra‟ bersamaan waktunya dengan pembelajaran yang lain) sehingga tercipta suasana kondusif. Satu persatu siswa diajari membaca, menulis dan hafalan.103 Tujuan pembelajaran Iqra‟ di SD Muhammadiyah Plus dimaksudkan untuk menjadikan anak berakhlak mulia. Salah satu akhlak mulia adalah siswa-siswi trampil dalam membaca al-Qur‟an104 pendapat kepala sekolah tersebut diperkuat oleh guru Iqra‟ yaitu mampu membaca al-Qur‟an dengan lancar sesuai tajwid dan fasih.105 Praktek sehari-hari pembelajaran Iqra‟ dilaksanakan diawal pelajaran jam 07.00-08.00 di kelas masing-masing.106 B.
Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, salah satunya adalah pendidikan al-Qur‟an. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 2 ditegaskan bahwa kurikulum pada 102
Nuril, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam Al-
103
M. Ashab, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam
Azhar 22 Salatiga. Al-Azhar 22 Salatiga 104
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 105 Rahayu omami, Wawancara Pribadi, Salatiga: 26 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 106
Ainul Huri, Wawancara Pribadi, Salatiga: 26 Juli2013, guru Iqra‟ danWakil KepalaSD Muhammadiyah Plus Salatiga.
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Oleh karena itu di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus dalam menentukan kurikulum tetap mengacu pada perundangundangan yang berlaku yang disesuaikan dengan potensi organisasi dan peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. SD Islam Al-Azhar 22 pada mata pelajaran umum memadukan kurikulum dari Dinas Pendidikan dan Kurikulum dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar Pusat, sedangkan untuk mata pelajaran Agama dan al-Qur‟an menggunakan kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar Pusat. Kurikulum agama dibagi menjadi dua yaitu mata pelajaran agama Islam yang diajarkan seminggu 3 jam, dan mata pelajaran al-Qur‟an diajarkan seminggu 3 jam. Sebagai pendukung pelajaran al-Qur‟an materi hafalan surat-surat pendek dilaksanakan setiap pagi saat ikrar, adapun materi membaca al-Qur‟an didukung oleh pembelajaran Iqra‟. 107
Nur Hayati selaku koordinator ekstrakurikuler Iqra‟ di SD Islam AlAzhar 22 menyatakan untuk pembelajaran Iqra‟ termuat dalam kurikulum Angkatan Muda Masjid (AMM) Yogyakarta yang kemudian digabungkan dengan kurikulum pembiasaan akhlakul karimah yang diterbitkanoleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar pusat Jakarta. Dalam kurikulum
107
Lutfi Rahmawati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala Bidang Kurikulum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga.
tersebut memuat target pencapaian Iqra‟yaitu di akhir kelas I siswa minimal mampu membaca Iqra‟ jilid 4 dan di akhir kelas II siswa minimal mampu membaca Iqra‟ jilid 6.108 Evaluasi kurikulum Iqra‟ dilakukan secara berkala tiap 3 bulan, tiap semester, dan di akhir tahun pelajaran.109 Pelaksanan kurikulum di SD Islam Al-Azhar 22 menggunakan 5 (lima) pendekatan,110 meliputi: 1) pendekatan pengalaman, yang dimaksud adalah dengan pemberian pengalaman keagamaan pada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individual maupun kelompok. Untuk ini metode mengajarnya antara lain adalah pemberian tugas (resitasi) dan tanya jawab pengalaman siswa dalam belajar al Qur‟an; 2) pendekatan pembiasaan, yang dimaksud adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya yaitu membaca al-Qur‟an. dengan pendekatan ini siswa dibiasakan mengamalkan agamanya yaitu mengamalkan al-Qur‟an, baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah pelatihan, pelaksanaan tugas, demonstrasi dan pengalaman langsung di lapangan; 3) pendekatan emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan 108
Nur Hayati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Koordinator ekstrakurikuler Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga. 109 Lutfi Rahmawati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala Bidang Kurikulum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga. 110 YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al Qur’an SD Islam Al-Azhar, Jakarta: 2012, hlm. 28-29.
ini selalu diusahakan mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar semakin kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT, dan kebenaran ajaran agama Islam. Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah ceramah, bercerita, tanya jawab, demonstrasi, menirukan, diskusi, sosio drama, dan pelaksanaan tugas; 4) pendekatan rasional, yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan menggunakan akalnya dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pelatihan, dan pemberian tugas; 5) pendekatan fungsional, yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatanya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Materi yang dibahas dipilih sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan siswa di masyarakat. Untuk itu metode mengajarnya antara lain adalah pelatihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Kurikulum di SD Muhammadiyah Plus memadukan antara kurikulum Dinas Pendidikan, kurikulum Kementerian Agama, dan kurikulum Pesantren. Selain mata pelajaran umum diberikan mata pelajaran
keislaman diantaranya akidah, akhlak, fikih, dan sejarah Islam. Untuk mendukung materi keislaman maka dilaksanakan pembelajaran Iqra‟. 111 Target kurikulum Iqra‟ yang ditetapkan pada tahun pelajaran 2012/2013 di akhir kelas 3 minimal harus sudah menyelesaikan Iqra‟ jilid 6. Mulai kelas 4 anak sudah tadarus dengan al-Qur‟an dan di akhir kelas 6 menghatamkan al-Qur‟an.112 Evaluasi kurikulum dilaksanakan setiap tahun di akhir tahun pelajaran. Karena ketrampilan membaca al-Qur‟an bagi siswa SD Muhammadiyah Plus menjadi program penting, maka di tahun pelajaran 2013/2014 diadakan perubahan target kurikulum, yakni di akhir kelas 1 minimal siswa sudah menyelesaikan Iqra‟ jilid 6.113 Dari pengamatan dan dokumen yang diperoleh di dua sekolah tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum yang dipakai adalah sama Correlated Curriculum yaitu menggabungkan antara kurikulum
dari
Angkatan Muda Masjid (AMM) Yogyakarta dan kurikulum sekolah. Namun dalam menyiapkan pembelajaran SD Islam Al-Azhar 22 ditemukan kurikulum tertulis, sedangkan di SD Muhammadiyah Plus tidak ditemukan kurikulum secara tertulis.
111
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 112 Suharwono, Wawancara Pribadi , Salatiga: 26 Juli 2013, Guru Iqra‟ dan Kaur Ismuba SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 113 Sutomo Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga.
Pelaksanaan
kurikulum
di
dua
sekolah
tersebut
di
atas
menggabungkan antara Dinas Pendidikan, Yayasan/organisasi dan AMM Yogyakarta. Ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh B.
Suryosubroto bahwa pola-pola organisasi kurikulum meliputi: 1. Separated subject currikulum (menyajikan segala bahan terpisah antara mata pelajaran satu dengan yang lainya); 2. Correlated Curriculum (menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasanya mempunyai tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama); dan 3. Integrated curriculum (menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan). C.
Strategi Pembelajaran Strategi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal ini memberikan dukungan keberhasilan pembelajaran yang optimal dalam arti pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Penetapan strategi pembelajaran berguna bagi guru dan siswa untuk mempermudah proses belajar, karena didalam strategi ada rancangan yang disiapkan oleh guru untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Di sisi lain siswa memiliki potensi yang siap untuk berkembang, misalnya: kebutuhan, minat, tujuan, dan emosi. Tiap siswa mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai aktifitas dan mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Aktivitas belajar bersumber dari guru dan siswa. Guru berkewajiban
menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu
menuju kearah
tujuan yang diinginkan, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal. Fase-fase pembelajaran sebagaimana yang diterangkan oleh David Jacobsen, dkk.,dapat dijabarkan di dua sekolahan sebagai berikut: 1. Perencanaan a. SD Islam Al-Azhar 22 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SD Islam AlAzhar 22 dibuat oleh guru sebelum memulai pelajaran berupa rencana mingguan dan skenario pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran bukan hanya mempersiapkan materi pelajaran yang akan disajikan, tetapi juga merumuskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar mengajar.114 RPP meliputi rencana mingguan dan skenario pembelajaran yang berisi uraian standar kompetesi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan belajar serta evaluasi yang digunakan. Rencana program pengajaran disusun mengikuti pola dan cara-cara yang dikembangkan yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, imtaq dan karakter, materi pelajaran, alokasi waktu, metode dan pendekatan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat dan sumber belajar, penilaian 114
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al Qur’an SD Islam Al-Azhar, Jakarta:2012, hlm. 29.
dan tindak lanjut, dan catatan.115Menurut Ubaidah116bahwa rencana mengajar untuk guru Iqra‟ dalam setiap tahunnya ada targettargetnya dalam pembelajaran mereka sudah mempunyai persiapan masing-masing, sedangkan menurut Amin 117menyebutkan persiapan mengajar, hari ini menguasai bacaan tertentu atau minggu ini membuat
semacam
target
harus
hafal
surat
pendek
dan
menggunakan metode ceramah di awal tentang materi yang disesuaikan dengan pelajaran agama atau al-Qur‟an saat itu (jadwal pelajaran berlangsung hari itu). b. SD Muhammadiyah Plus salatiga SD Muhammadiyah Plus rencana pembelajaran sebagaimana dijelaskan oleh Sutomo118 bahwa persiapan mengajar sebelum tahun ajaran baru mengadakan rapat kerja. Iqra‟ menjadi program wajib yang harus dilaksanakan disetiap level. Sedangkan menurut Marijo119 persiapan mengajar, guru menyiapkan buku pegangan Iqra‟ dan kartu prestasi santri untuk memberikan catatan hasil kegiatan belajar mengajar.
115
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al Qur’an SD Islam Al-Azhar, , Jakarta: 2012, hal. 29. 116 Ubaidah, Wawancara Pribadi, Salatiga:30 Juli 2013, Kepala SD Islam AlAzhar 22 Salatiga. 117 Amin, Wawancara Pribadi, Salatiga: 22 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam AlAzhar 22 Salatiga. 118 Sutomo, Wawancara Pribadi , Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga. 119 Marijo, Wawancara Pribadi, Salatiga:26 Juli 2013, guru Iqra‟ danWakilKepalaSD Muhammadiyah Plus Salatiga.
2. Pelaksanaan a.
SD Islam Al-Azhar 22 Sebagaimana
dijelaskan
dalam
buku
Kurikulum
Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al Qur‟an SD Islam alAzhar120 tentang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ada 2 (dua) komponen penting yaitu guru dan siswa beriteraksi yang berpengaruh timbal balik, artinya bukan hanya siswa belajar dari gurunya tetapi juga guru akan banyak belajar dari kegiatan yang berlangsung yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Langkah yang dilakukan untuk pembelajaran Iqra‟ meliputi beberapa tahapan yaitu pertama: uji kemampuan siswa secara individu; kedua: pelaksanaan pembelajaran di kelas secara individu dan kelompok; dan ketiga: evaluasi akhir pembelajaran berdasar pada kemampuan dengan alat ukur ebta tiap-tiap kenaikan jilid yang dibantu dengan catatan harian berupa kartu prestasi santri. Pelaksanaan pembelajaran Iqra‟ dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler bersamaan dengan kegiatan belajar mata pelajaran yang lain di kelas dari jam 07.05-12.00, di sela-sela mengerjakan tugas mata pelajaran dari guru kelas siswa dipanggil untuk mengaji sekitar 7-10 menit. Masing-masing kelas jumlah guru 2 sebagai
120
YPI Al-Azhar, Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim Agama dan Al Qur’an SD Islam al-Azhar , Jakarta: 2012, hlm. 29.
team teaching dan ditambah 1 guru khusus Iqra‟, hal ini untuk mengantisipasi keterbatasan jam pelajaran yang tersedia.121 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa: untuk mendukung mata pelajaran agama dan al-Qur‟an setiap pagi jam 06.50 diadakan do‟abersama dan dilanjutkan dengan hafalan surat pendek, kemudian siswa masuk kelas dilanjutkan dengan tadarus sekitar 15 menit bagi kelas III- VI. Kelas I dan II mengaji Iqra‟ atau al-Qur‟an secara privat: guru kelas membuka pelajaran dan menjelaskan materi pelajaran (selain Iqra‟), kemudian guru kelas memberi tugas, dilanjutkan guru Iqra‟ memberikan materi secara klasikal seperti menulis huruf hijaiyah dan menghafal surat pendek, lalu memanggil siswa satu-persatu untuk mengaji di tempat yang sudah disediakan. b. SD Muhammadiyah Plus Salatiga Pembelajaran Iqra‟ diampu oleh guru kelas masing-masing yang bekerjasama dengan guru luar (mahasiswa STAIN) untuk teaching klinis dimaksudkan menuntaskan anak-anak yang kurang cepat memenuhi target kurikulum. Pembelajaranya dilaksanakan pagi sebelum pelajaran yang lain dimulai, yang dijadualkan setiap pukul 07.00 - 08.00, akan tetapi pelaksanaanya fleksibel bagi bapak atau ibu guru yang pagi ada waktu luang maka anak-anak yang
121
Lutfi Rahmawati, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala Bidang kurikulum SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga.
kurang diberitahu dulu agar berangkat lebih pagi utuk mendapat tambahan materi Iqra‟ yang dimulai 06.30 - 07.00.122 Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa: untuk mendukung matapelajaran keislaman dijadualkan setiap pagi pukul 07.00-08.00 diadakan do‟a bersama, hafalan surat pendek, hafalan hadis, shalat dhuha dan tadarus. Kelas IV-VI tadarus klasikal. Kelas I-III: sebagian guru kelas memberi tambahan jam kepada anak yang kurang untuk belajar mata pelajaran umum ada juga yang mengajar Iqra‟ dibantu oleh guru bantu dari STAIN. Jumlah guru bantu bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan siswa, jika di satu kelas masih banyak yang lambat membaca maka guru bantu lebih banyak dibanding dengan kelas yang hanya sedikit yang lambat membaca. Kelas IV-VI tadarus klasikal dibimbing guru kelas masing-masing. c. Persamaan dan perbedaan strategi pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran di SD Islam AlAzhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus memiliki kesamaan, sebagaimana
diterangkan oleh
Iskandar Wassid & Dadang
Sunendar, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Identifikasi peserta didik dan penentuan tingkatan baca Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga, identifikasi terhadap siswa dilakukan 122
Sutomo, Wawancara Pribadi, Salatiga: 24 Juli 2013, Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga.
dengan melakukan tes sesuai panduan buku Iqra‟ untuk mengetahui tingkat penguasaan membaca Iqra‟ dari masingmasing siswa yang bertujuan untuk memetakan siswa. Ada perbedaan satu dengan yang lain dari seluruh siswa. Untuk memudahkan awal memulai membaca Iqra‟ maka dikelompokkan (hasil pemetaan)
sesuai dengan hasil tes. Sebagaimana
dikemukakan oleh Asep Wijaya, “Sebelum mulai ada tes dulu, walau di rumah materi ngajinya lebih jauh jika kita tes belum lancar maka kita turunkan ke materi yang lebih bawah, kemudian dipeta-petakan menurut kemampuan membacanya”,123 dan Zaenal Muhtarochim, “Ya karena melihat kemampuan dan daya pikir anak
yang
berbeda-beda”.124
Demikian
halnya
di
SD
Muhammdiyah Plus menurut Triyono,”Ya untuk klasifikasi dan pemetaan”125 2) Memilih pendekatan pembelajaran Pendekatan pembelajaran yang digunakan di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus adalah pendekatan Individual. Pembelajaran berpusat pada peserta didik/siswa (student-centred approaches). Setiap siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Siswa aktif dan guru bersifat memfasilitasi dan mengarahkan 123
Asep Wijaya, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga 124 Zaenal Muhtarochim, Wawancara Pribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga 125 Triyono, Wawancara Pribadi, Salatiga: 26 Juli 2013, Kaur Ketenagaan danguru Iqra‟ SD Muhammadiyah Plus Salatiga.
sesuai dengan yang dihadapinya. Satu-persatu siswa maju (sorogan)
untuk
membaca
Guru
al-Qur‟an.
menyimak/mendengarkan. Apabila terjadi kesalahan pada siswa, guru (pada saat itu) langsung mengingatkan pada bacaan yang salah, sehingga siswa harus mengulangi bacaannya dari yang salah ke yang benar. Pendekatan ini sangat efektif, karena masig-masing siswa dapat menerima ilmu pengetahuan langsung dan mempraktekkannya tanpa meninggalkan kemampuan pribadi. Antara
guru
yang
dimilikinya secara
dan siswa dapat berkomunikasi secara
sempurna tanpa ada pembatas, artinya siswa dan guru dapat saling berhadapan. Pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan maksimal. Sebagaimana menurut Ainul Huri,
“proses
pembelajaran dilaksanakan di awal pelajaran yang sebelumnya siswa-siswa dengan didampingi guru menghafal surat pendek dan hadits secara klasikal, selanjutnya materi membaca dengan pendekatan individual.126 Pendekatan yang digunakan secara individual dengan harapan siswa dapat membaca Iqra‟ sesuai dengan kemampuan masing-masing. Persiapan yang dilakukan sebelum mengajar tidak ditulis secara khusus seperti mata
126
Ainul Huri, Wawancara Pribadi, Salatiga:20 Agustus 2013, guru Iqra‟ danWakil KepalaSD Muhammadiyah Plus Salatiga.
pelajaran yang lain, karena masing-masing siswa berbeda materi yang didapati pada hari tersebut. 3) Memilih dan menetapkan metode pembelajaran Metode pembelajaran Iqra‟ menurut Moh Roqib yaitu: Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), siswa aktif membaca sendiri setelah dijelaskan pokok bahasanya, guru hanya menyimak tidak menuntun; Privat menyimakan seorang demi
seorang secara
bergantian; dan Asistensi. Siswa yang lebih tinggi pelajaranya dapat membantu menyimak santri lain. Untuk memudahkan siswa dapat membaca al-Qur‟an, metode yang dipakai
oleh
SD Islam
Al-Azhar
22 dan SD
Muhammadiyah Plus adalah accelerated learning dan Active Learnig, ceramah di awal pelajaran dan dilanjutkan individual ketika membaca Iqra‟. Metode ini menekankan pada aspek latihan membaca al-Qur‟an secara langsung, bukan hafalan.
Metode Iqra‟
pelaksanaanya adalah sistematis dan mudah diikuti,
dalam yaitu
pembelajaran dilakukan dari yang paling mudah, kemudian bertahap pada yang agak sulit dan ke jenjang berikutnya yang sulit; dari yang dilafalkan.
sering didengar , mudah diingat dan mudah
4) Menetapkan standar keberhasilan Sunhaji mengemukakan tentang tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar yang meliputi: a) daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok; b) perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan siswa-siswa adalah adanya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak terampil menjadi
terampil.
Zaenal
Muhtarochim
mengemukakan,
“Penilaian membaca Iqra‟ dilakukan di setiap selesai membaca, yang kemudian setiap semester dirata-rata dan dilaporkan kepada wali siswa berupa lembaran yang terpisah dengan raport. Dari target yang ditetapkan dalam kurikulum siswa dianggap tuntas jika sudah bagus secara tajwidnya dan memenuhi target kurikulum”.127 Demikian halnya dikemukakan oleh Suharwono, “Penilaian membaca Iqra‟ diadakan setiap selesai membaca yang dituliskan dalam buku prestasi. Buku ini akan terus diisi sampai anak lulus jilid 6, pelaporan nilai kepada orang tua melalui buku tersebut. Dari target yang ditetapkan dalam kurikulum siswa
127
Zaenal Muhtarochim, WawancaraPribadi, Salatiga: 23 Juli 2013, guru Iqra‟ SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga
dianggap tuntas jika sudah bagus secara tajwidnya dan memenuhi target kurikulum”.128 5) Evaluasi Di SD Islam Al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus evaluasi yang didapatkan adalah dengan diketahuinya siswa-siswa dapat membaca al-Qur‟an pada kurun waktu yang ditentukan. Apabila mereka dirasa ada kekurangan maka diberikan jam tambahn untuk membaca Iqra‟, sehingga mereka dapat memenuhi sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Perbedaan yang dapat dilihat antara kedua sekolah adalah jadwal pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran Iqra‟ di SD Islam Al-Azhar 22 bersamaan dengan pelajaran yang lain dimulai pukul 07.00 – 12.00, sedangkan di SD Muhammadiyah Plus Salatiga ada jadwal tersendiri dimulai pukul 07.00 – 08.15.
128
Suharwono, Wawancara Pribadi, Salatiga:26 Juli 2013, KaurIsmuba dan guru Iqra‟ SD MuhammadiyahPlusSalatiga.
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Tujuan Pembelajaran Upaya meningkatkan ketrampilan membaca al-Qur‟an sesuai tajwid menjadi tujuan dari belajar membaca al-Qur‟an. Hal ini sebagaimana dituangkan secara jelas dalam tujuan pembelajaran al-Qur‟an di SD Islam al-Azhar 22 Salatiga yaitu siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan benar. Supaya siswa dapat membaca al-Qur‟an lebih terarah dan teliti maka metode yang digunakan adalah metode Iqra‟. Demikian halnya di SD Muhammadiyah Plus Salatiga, tujuan pembelajaran alQur‟an adalah siswa mampu membaca al-Qur‟an dengan lancar sesuai tajwid dan fasih, metode yang digunakan adalah metode Iqra‟. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kemampuan guru pendamping belajar al-Qur‟an sangat berarti dan mengambil peran utama. Di SD Islam Al-Azhar 22 Salatiga guru pendamping memiliki latar belakang dari pesantren, sedangkan SD Muhammadiyah Plus Salatiga mengambil pendamping dari STAIN Salatiga dari jurusan Pendidikan Agama Islam. Di samping itu kemauan dan kesadaran siswa yang didukung peran orang tua murid juga ikut mempengaruhi keberhasilan. Selain
itu penyediaan sarana, metode dan perangkat pembelajaran juga sangat penting. 2. Kurikulum SD Islam al-Azhar 22 dan SD Muhammadiyah Plus Salatiga dalam menentukan kurikulum mengacu pada perundang-undangan yang berlaku disesuaikan dengan potensi organisasi dan peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil pengamatan dan dokumen yang diperoleh di ke dua sekolah tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum yang dipakai adalah sama Correlated Curriculum yaitu menggabungkan antara kurikulum dari Angkatan Muda Masjid (AMM)
Yogyakarta
dan
kurikulum
sekolah.
Namun
dalam
menyiapkan pembelajaran SD Islam Al-Azhar 22 ditemukan kurikulum tertulis, sedangkan di SD Muhammadiyah Plus tidak ditemukan kurikulum secara tertulis. Target pencapaian Iqra‟ada perbedaan. Di SD Islam al-Azhar 22 Salatiga target yang akan dicapai adalah siswa akhir kelas I mampu membaca Iqra jilid 4, siswa akhir kelas II mampu membaca Iqra‟ jilid 6. Sedangkan di SD Muhammadiyah Plus target yang akan dicapai adalah di akhir kelas III siswa menyelesaikan Iqra‟ jilid 6 di tahun pelajaran 2012/2013.
3. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh kedua sekolahan memiliki kesamaan mulai dari perencanaan mengajar, pelaksanaan, memilih dan menetapkan metode, menetapkan standar keberhasilan dan evaluasi. Khusus dalam pelaksaan strategi kegiatan yang dilakukan adalah 1) identifikasi peserta didik dan penentuan tingkatan bacaan Iqra‟masing-masing siswa sesuai kemampuannya; 2) memilih pendekatan pembelajaran; 3) memilih dan menetapkan metode pembelajaran; 4) menetapkan standar keberhasilan sesuai panduan Iqra‟ bahwa siswa dapat naik jilid diatasnya apabila telah selesai membaca keseluruhan dengan benar; 5) evaluasi, sekaligus bahan laporan tahunan dan pertanggungjawaban kepada sekolah dan orang tua murid. Ada perbedaan strategi pembelajaran yaitu pada waktu pelaksanaan tidak terjadwal secara khusus di SD Islam Al-Azhar 22 dan terjadwal secara khusus di SD Muhammadiyah Plus Salatiga.
B. Saran
Setelah mempertimbangkan jalannya penelitian, hasil penelitian dan simpulan, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1) Penyedian guru Iqra‟di SD Islam Al-Azhar 22 yang berlatar belakang pendidikan pesantren sudah sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu. Akan lebih baik jika masing-masing pengajar diberi bekal tambahan tentang kependidikan yang di dalamnya ada muatan materi metode mengajar dan psikologi pendidikan anak. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kuaitas pembelajaran dan kenyamanan belajar Iqra‟ bagi siswa. 2) Di SD Muhammadiyah Plus Salatiga, dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran perlu adanya kurikulum tertulis sebagai pedoman pembelajaran. 3) Bagi peneliti dan pemerhati baca tulis al-Qur‟an, penelitian ini dapat digunakan
untuk
mengawali
penelitian
sejenis
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti peran orang tua dalam mendukung keberhasilan baca tulis al-Qur‟an anaknya dengan melakukan wawancara mendalam dengan orang tua murid.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Al-Hasany, Zain. Al-Qur’an Puncak Selera Sastra. Surakarta: Zuyad Visi Media, 2007. Animous. Juz’amma, Surakarta, al-Waah, 1414. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010. Az-Zarnuji, Syeikh. Ta’lim Muta’allim. Terjemahan Abdul Kadir al-Jufri, Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009. Bafadal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Baharudin & Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media Group, 2008. Bidang Pendidikan TK-SD Al-Azhar. Kurikulum Pengembangan Pribadi Muslim. Jakarta: YPI Al-Azhar, 2012. Brown , H. Douglas. Principles of Language Learning and Teaching. : New Jersey: 1980. Budiyanto,H. M. Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra’ (Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur‟an). Yogyakarta: “AMM”, 1995.
Budiyanto, H.M. dkk., Ringkasan Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan
Gerakan
Membaca,
Menulis,
Memahami,
Mengamalakan, dan Memasyarakatkan al-Qur’an.
Yogyakarta:
AMM, 2003. Dakir, H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990. De Porter, Bobbi.dkk. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari, Bandung: Kaifa, 2008. De Porter, Bobbi & Hernacki, Mike. Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 1999. Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Rineka Cipta, 2002. Dryden, Gordon & Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution)
bagian I. terjemahan Word++ Translation Service,
Bandung: Kaifa, 2003. ___________. Revolusi Cara Belajar ( The Learning Revolution) bagian
II.
terjemahan Word++ Translation Service, Bandung: Kaifa, 2003. Fauziati, Endang. Introduction to Methods and Approaches in Second or Foreign Language Teaching. Surakarta: Era Pustaka Utama, 2009.
Gazda , George M. & Raymond J. Corsini, Theories of Learning. Itasca: F.E. Peacock Publishers, Inc., 1980. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Hayati, Nanik. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu Studi Kasus di SLB Negeri I Bantul. Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2012. Hidayatullah, M. Furqon. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2009. Humam, As‟ad. Buku Iqra’ , Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an Jilid 1-6. Yogyakarta: AMM, 2000. Husain, Muhammad. Munthalaqotu Tolibil ‘Ilmi. Kairo: Maktabah Islamiyah, 2003. Iskandarwassid & Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Jacobsen, David., dkk. Methods for Teaching A Skills Approach. Melbourne: merrill Publishing Company, 1989. LP. Ma‟arif NU.
Cepat Tanggap Belajar al-Qur’an an-Nahdhiyah. Tulung
Agung: 1992, Jilid VI. Marno & Idris. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Arruzz Media Group, 2010. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Mufidah, Jariyah. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Prestasi Siswa di SMK Ma’arif NU 01 Cilongok Banyumas. Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2010. Munir, Ahmad & Sudarsono. Ilmu Tajwid dan Seni Baca al-Qur’an. Jakarta:Rineka Cipta, 1994. Rohani, Ahmat. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka cipta, 2004. Roqib , Moh. Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat). Yogyakarta: LkiS, 2009. Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl. Accelerated Learning for The 21ST Century. Bandung: Nuansa,2002. Salamah, Abdul Hafizh Muhammad. Tashmim al-Tadris. Riyadh: al-Wali, 1423H. Sanjaya,Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2012. Satori,
Djam‟an
&
Aan
Komariah.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:Alfabeta, 2011. Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1996. Silberman, Melvin L. Allin Bacon, Active Learning:101 Strategiies to Teach Any Subject. terjemahan Raisul Muttaqien, Bandung: Nusamedia & Nuansa, 2004. Solihin. Strategi Pembelajara PAI di SMK Negeri 8 mandailing Natal. Yogyakarta: UIN Sunan Kali Jaga, 2011. Sunhaji. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2012.
Suprijono,Agus. Cooperative Learning Teori & Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Suryosubroto, B. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam.
Jakarta:
Ciputat Pers, 2002. Wena, Made. Srategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Yayasan
Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir
al-Qur‟an.
Al-Qur’an
dan
Terjemahnya. Jakarta: Intermasa, 1999. Zaini, Hisyam. dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. Zamroni, dkk. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Strategi dan Metodologi. Yogyakarta: Idea Press, 2012. Zarkasi, Dachlan Salim. Metode Praktis Belajar Membaca al-Qur’an. Semarang: Yayasan Pedidikan al-Qur‟an Mujawwidin, 1990, jilid 1.