Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Model Integrasi Pelaporan Emisi Karbon Dalam Laporan Keuangan
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Standar Akuntansi Karbon (SAK), sistem Kontrol Keuangan (SKK), Manajemen Penjualan (MP), jaminan Corporate Governance (CG) dan faktor Audit karbon (Audit) berpengaruh terhadap paradigma accounting. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur di Jawa Tengah. Sampel penelitian diambil dari populasi dengan teknik purposive random sampling. Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan direct mail survey melalui surveyor yang sebelumnya telah mendapatkan pengarahan dari peneliti. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: Standar Akuntansi Karbon berpengaruh positif dan signifikan (p:0,000 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting,Sistem Kontrol Keuangan berpengaruh positif dan signifikan (p:0,000 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting, Manajemen penjualan berpengaruh positif dan signifikan (p:0,009 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting, Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan (p:0,014 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting, Audit karbon berpengaruh positif dan signifikan (p:0,007 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting. Keywords : standar akuntansi karbon, control keuangan, manajemen penjualan, jaminan corporate governance, faktor audit karbon, paradicma accounting
Titik Purwanti Staf Pengajar Universitas Widya Dharma Klaten
42
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
dan individu yang berkepentingan, pada tahun 2003, PBB melakukan resvisi terhadap SEEA.
PENDAHULUAN Informasi-informasi keuangan saat ini tidak lagi menjadi sumber utama yang dapat memenuhi kepentingan publik. Tuntutan publik atas penerapan prinsipprinsip GCG terhadap proses bisnis yang dijalankan oleh perusahaan semakin meningkat. Angka-angka keuangan tidak lagi relevan untuk dijadikan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan jangka panjang. Isu mengenai kerusakan lingkungan, perubahan iklim dan sumber daya alam yang semakin menipis memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses bisnis perusahaan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kegiatan bisnis telah membawa perubahan yang begitu besar dalam perekonomian, tetapi dampak eksternal yang ditimbulkannya terhadap lingkungan dan sosial kemasyarakatan juga besar. Proses bisnis yang dijalankan yang melibatkan aktivitas yang berhubungan dengan sosial, lingkungan dan tata kelola semakin dibutuhkan publik untuk menilai kinerja perusahaan secara menyeluruh dalam jangka panjang. Untuk memenuhi tuntutan tersebut sebagian perusahaan secara sukarela telah menyampaikan informasi-informasi non keuangan tersebut dalam laporan CSR atau sustainabilitas perusahaan.
Rerangka pelaporan ini merupakan panduan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam mengungkapkan informasi sustainabilitas mereka kepada publik. Proses pengembangan rerangka ini telah dilakukan secara sistematik melalui kegiatan diskusi dan dialog untuk mencapai consensus. Proses yang dilakukan secara terbuka dan inklusif ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan di lebih dari 60 negara di dunia. Pemangku kepentingan tersebut meliputi perusahaan, publik, akademisi, pekerja dan institusi professional. Ide pelaporan informasi non keuangan berupa informasi sustainabilitas ini kemudian berkembang menjadi pelaporan integrasian. Integrasi antara informasi keuangan dan non keuangan akan memberikan gambaran yang lebih baik kepada pemangku kepentingan mengenai kinerja suatu perusahaan. Pada tanggal 11 September 2009, A4S bersama-sama dengan the GRI menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh para investor, dewan standar, organisasi profesi akuntansi, perwakilan PBB dan perwakilan publik. Pertemuan ini menyepakati pentingnya pelaporan integrasian. Pertemuan ini juga merekomendasikan dibentuknya lembaga internasional yang berperan dalam mempromosikan pentingnya pelaporan integrasian.
Ide pelaporan informasi mengenai lingkungan sebenarnya sudah dituangkan dalam publikasi yang berjudul Handbook of National Accounting: System for integrated Environmental and Economic Accounting (SEEA). Publikasi ini pertama kali diterbitkan oleh PBB pada saat workshop international yang diselenggarakan oleh United Nation Environment Program (UNEP) dan Bank Dunia pada tahun 1993. Tujuan dari dipublikasikannya SEEA adalah untuk menyediakan rerangka penyajian informasi-informasi sumber daya lingkungan. Dengan adanya informasi tersebut analisis yang melibatkan keterkaitan antara lingkungan dan dan dampaknya terhadap ekonomi dapat ditelaah secara lebih menyeluruh. Setelah melalui diskusi yang panjang yang melibatkan berbagai lembaga, organisasi
Untuk mewujudkan ide tersebut, sejak bulan Agustus 2010 telah dibentuk organisasi internasional yang bertanggung jawab untuk menciptakan rerangka pelaporan integrasian yang dapat diterima secara global. Organisasi internasional tersebut adalah Komite Pelaporan Integrasian Internasional (International Integrated Reporting Committee, IIRC). Rerangka pelaporan yang dikembangkan oleh IIRC akan mengintegrasikan informasi keuangan, lingkungan, sosial dan tata kelola dalam format yang lebih jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan. Rerangka ini berperan penting dalam
43
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
menjawab tantangan global berkaitan dengan ekonomi global dan sustainabilitas.
wilayah akuntansi sosial, atau memberi efek spektrum yang begitu luas pada bidang lain. Akulturasi tersebut membutuhkan kesiapan pengetahuan, teknologi, justifikasi hukum dan terutama kesadaran konvensional dalam praktik bisnis. Oleh karena itu, dalam tahap awal perkembangan era Carbonaccounting (Akuntansi Karbon) di Negara berkembang, khususnya di Indonesia, dibutuhkan seperangkat perekayasaan akuntansi manajemen sebagai stimulan bagi aplikasi model Carbonacounting.
Protokol Kyoto, dalam salah satu pasalnya, menyatakan pentingnya merubah perilaku hidup menuju konsep ekonomi lingkungan. Diakui atau tidak, sekarang ini aktifitas ekonomi dan konsumsi manusia telah menjadi faktor utama penyebab adanya global warming. Implikasi selanjutnya dari pemanasan global tersebut adalah meningkatnya suhu rata-rata bumi yang dapat berdampak pada aspek sosial budaya secara serius jika tidak segera ditangani. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gasgas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C hingga 0,28°C pada tahun 2050(http://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_ Kyoto).
Terkait dengan hal tersebut, maka masalah yang perlu dikaji adalah sejuah mana aplikasi Carbonaccounting tersebut didukung oleh kesiapan dan kemauan untuk mengembangkan berbagai isu strategis dan perekayasaan dibidang akuntansi manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sejauh mana faktor-faktor isu strategis akuntansi manajemen memberi dampak pada paradigma Carbonaccounting. TINJAUAN PUSTAKA Isu-isu tentang global warming dan perdagangan karbon, serta pengaruh keduanya terhadap terhadap profesi akuntansi telah menjadi diskusi serius yang diselenggrakan oleh ICMA (Institute of Certified Management Accountants), dengan mediator Janek Ratnatunga, peneliti senior dari organisasi tersebut. Serangkaian diskusi yang dilakukan di Australia (8 kali), Kanada (4), India (1), China (1), Lebanon (2), Philipina (1) Papua Nugini (2), Indonesia (4), Sri Lanka (4), Malaysia (2), Singapore (1), dan United Arab Emirates (1) menghasilkan temuan penting terkait dengan dampak penerapan perdagangan karbon terhadap profesi akuntan, cost dan revenue (biaya produksi), serta isu strategis carbon cost management (Ratnatunga, 2007).
Pengaruh dampak global warming terhadap kehidupan manusia telah memunculkan serangkaian tindakan serius dari masyarakat dunia guna melakukan upaya pencegahan efek global warming secara lebih luas. Protokol Kyoto, yang telah ditanda tangani dan diratifikasi oleh sebagian besar negara-negara di dunia tersebut merupakan kunci perubahan bagi masyarakat dunia. Dalam protokol dinyatakan bahwa pemerintah negaranegara pe-ratifikasi, perusahaan-perusahaan dan konsumen harus segera melakukan upaya perubahan perilaku menuju konsep ekonomi baru, yaitu, era ekonomi lingkungan, yang oleh Ratnatunga (2007) dinyatakan sebagai “Carbonomics”.
Diskusi tersebut mengasumsikan bahwa era carbonomics telah berlaku dan selanjutnya adalah mendeskripsikan model isu-isu strategis, terutama bidang akuntansi Keuangan, yang mungkin terkena dampak penerapan konsep karbon tersebut.
Namun proses akulturasi sikap dan perilaku ekonomi berbasis ekologi tidak serta merta dapat berlaku dalam suatu
44
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Sebaliknya, jika seandainya era carbonomics merupakan sutau keharusan, maka faktor-faktor atau isu-isu penting yang terkait dengan Carbonomics harus dapat dieksplorasi secara cermati. Penelitian ini mendasarkan pada analogi asumsi tersebut, sebagai sebuah kajian eksploratif yang hendak menginvestigasi factor-faktor penting sebagai pendorong implementasi penerapan Carbonaccounting –terminologi khusus bidang akuntansi dalam konsep Carbonomics.
2. Apakah faktor Sistem Kontrol Keuangan mempengaruhi berlakunya paradigm Carbon accounting? 3. Apakah faktor Manajemen penjualan mempengaruhi berlakunya paradigm Carbon accounting? 4. Apakah faktor Jaminan Corporate Governance mempengaruhi berlakunya paradigma Carbon acounting? 5.
Isu-isu penting dalam diskusi dan hasil temuan para peneliti ICMA yang dianggap penting adalah terkait dengan faktor standar akuntansi karbon, yang meliputi pentingnya standar emisi, voluntary atau mandatory pelaporan emisi karbon dan biaya litigasi; dan faktor system kontrol keuangan yang meliputi cakupan sistem informasi dalam kerangka perubahan perilaku menuju efisiensi karbon. Faktor ketiga, yaitu manajemen Laba yang merupakan faktor yang secara langsung terkait dengan penjualan suatu produk yang menghasilkan emisi karbon, dan pengurangan waktu. Ketiga faktor tersebut terkait dengan strategi sistem akuntansi keuangan karbon.
Apakah faktor Audit karbon berpengaruh terhadap berlakunya paradigma Carbon acounting?
REVIEW LITERATUR PENGEMBANGAN HIPOTESIS -
DAN
Carbonomics
Salah satu rekomendasi dari Protokol Kyoto adalah sistem ambang emisi dan perdagangan karbon. Perusahaan membutuhkan pemikiran dan tekhnologi baru untuk mengimplementasikan gagasan perdagangan karbon dibawah Protokol Kyoto. Isu pokok dalam perdagangan karbon ini adalah jumlah karbon yang dapat dirasionalisasi dan model pasar perdagangan karbon yang dapat mempengaruhi strategi bisnis, kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Untuk dapat mengarah pada gagasan perdagangan karbon, dibutuhkan pemahaman yang baik tentang elemen-elemen akuntansi bisnis dan keuangan, seperti permodalan, permintaan dan penawaran kredit karbon, nilai bisnis manejemen resiko, alokasi modal, dan bahkan jika mungkin adalah standar pelaporan keuangan yang secara khusus terkait dengan transaksi karbon. Sebagai tambahan, isu – isu tentang pajak yang terkait dengan pajak emisi karbon dan implikasi transfer harga perdagangan karbon perlu untuk diperhatikan.
Faktor lain yang juga penting adalah strategi corporate governance atau yang sering disebut sebagai faktor jaminan corporate governance, yaitu adanya jaminan akuntabilitas dan transparasi dalam pelaporan dan manajemen karbon. Faktor lain, adalah dalam hal implementasi akuntabilitas yaitu faktor audit yang terkait dengan teknik lebih lanjut tentang audit emisi karbon dalam tahapan produksi, pemasaran, dan praktik-praktik SDM berbasis efisiensi karbon. Kelima faktor di atas dianggap merupakan faktor krusial yang harus dipersiapkan dalam era Carbonaccounting. Oleh karena itu rumusan dalam penelitian adalah, sebagai berikut:
Sekarang ini, di Eropa, fokus utamanya adalah laporan keuangan dan perpajakan. Sedikit sekali yang memfokuskan dalam hal profesi akuntansi yang terkait dengan akuntansi manajemenstrategis termasuk penilaian pasar dan isu – isu tentang manajemen
1. Apakah faktor Standar Akuntansi Karbon mempengaruhi berlakunya paradigm Carbon accounting?
45
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
kinerja. Isu yang terkait dengan manajemen biaya karbon (Carbon Cost Management) utamanya terkait dengan apakah pelaporan biaya karbon bersifat mandatory atau voluntary, yang dalam hal tertentu sangat tergantung pada kompetisi industri suatu negara. Ketidak seimbangan dalam konsumsi sumber – sumber ekonomi dalam perspektif keberlanjutan lingkungan tidak hanya disebabkan oleh perspektif ekonomi semata tetapi rendahnya tingkat kesadaran untuk melakukan tindakan pencegahan Global Warming.
(Carbondiokside) yang terkait langsung dengan aktivitas ekonomi dan manusia. Terkait dengan kegiatan ekonomi, Protokol Kyoto memberikan batasan investasi tekhnologi emisi CO2 yang rendah, perhitungan biaya dalam harga pokok produksi dan pembebanan biaya emisi karbon kepada pelanggan berdasar regulasi. Ratnatunga (2007) telah melakukan penelitian yang melibatkan 638 responden dari 11 negara. Penelitian yang dimulai tahun 2003 hingga awal 2007, menghasilkan berbagai gagasan segar terkait dengan pengurangan karbon bagi entitas bisnis dan perseorangan serta isu – isu strategis dibidang akuntansi manajemen terkait dengan manajemen karbon (sebagian ditampilkan dalam Tabel 1).
Ada lima gas yang dapat menyebabkan efek global warming yaitu Carbondiokside, metan, nitrous oxide, sulfur heksaflouride, dan HFC. Protokol Kyoto membatasi keberadaan gas tersebut diudara terutama karbondioksida
Tabel 1. Isu-isu strategis akuntansi manajemen terkait dengan manajemen karbon
46
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
faktor terkait dengan kebutuhan instrument strategis akuntansi manajemen.
Terkait dengan gagasan Carbonomics, dampak gagasan tersebut telah merambah di berbagai macam profesi, diantaranya adalah profesi akuntansi. Hal ini karena bidang akuntansi, terutama akuntansi manajemen, keuangan dan audit baik langsung ataupun tidak langsung terkena dampak dari era carbonomics tersebut. Dalam terminologi akuntansi, Carbonomicsmemberi dampak pada Carbonaccounting. Pada tahapan selanjutnya, era Carbonacccounting akan berkembang jika didukung oleh berbagai sistem dan perekayasaan akuntansi yang memadai. Pada era Carbonaccounting, sebuah gagasan untuk menghubungkan produk dengan efisiensi CO2 perlu mendapat dukungan dan perhatian secara serius, sebab satu gagasan dalam efisiensi emisi CO2 adalah satu tindakan dalam penyelamatan dunia. Inilah makna penting
-
Paradigma Carbonaccounting standar akuntansi karbon
dan
Standar akuntansi karbon merupakan isu strategis yang diduga mampu mendorong paradigma Carbonaccounting. Standar akuntansi karbon, selain sebagai pijakan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan manajemen karbon, juga menjadi dasar bagi pengambilan keputusan terkait dengan biaya produksi berbasis efisiensi emisi karbon. Karena batas wilayah pencemaran emisi karbon dalam ruang udara bersifat semu, maka standar akuntansi karbon juga harus mengatur tentang biaya litigasi dalam sengketa perdagangan karbon. Semakin transparan
Paradigma Carbonaccounting dalam pengembangan profesi dan perekayasaan akuntansi dalam situasi dunia yang tengah dilanda kecemasan akibat global warming. Kunci utama dalam Carbonaccounting adalah efisiensi emisi gas rumah kaca, khususnya CO2 (gas terbesar yang dihasilkan oleh aktifitas manusia), yang terkait dengan proses produksi maupun penyediaan barang dan jasa. Oleh karena itu, pengendalian emisi CO2 merupakan factor kunci. Jika mekanisme perdagangan karbon dalam Protokol Kyoto disepakati dalam suatu Negara maka kejelasan tentang sistem perdagangan karbon, penyerapan emisi karbon serta batas emisi karbon harus tertuang secara jelas dalam sebuah perundangan. Dorongan untuk mencapai paradigma Carbonaccounting juga akan semakin jelas terwujud jika capaian minimalisasi global warming dan perubahan perilaku (cukture) dapat terukur secara jelas. Paradigma Carbonaccounting akan didukung oleh dunia praktik akuntansi jika berbagai instrumen strategis yang melingkupinya telah siap. Mencermati berbagai isu dalam editorial Ratnatunga (2007, 2008), dapat dirangkum berbagai
dan akuntabel standar karbon akan semakin mendorong perubahan paradigma manajemen menuju Carbonaccounting. -
Paradigma Carbonaccounting sistem kontrol keuangan
dan
Sistem Kontrol Keuangan (SKK) merupakan sebuah wujud pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumberdaya perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan selama periode tertentu. Adapun laporan keuangan itu sendiri merupakan salah satu sumber informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat beberapa keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian deviden kepada pemegang saham dan lain sebagainya. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1, terdapat dua tujuan pelaporan keuangan, yaitu: pertama, memberikan informasi yang bermanfaat bagi para insvestor potensial, kreditor, dan pemakaian lainnya untuk membuat keputusan insvestasi, kredit, dan keputusan serupa lainnya. Ketersediaan sistem tersebut akan memicu akuntabilitas
47
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
manajerial dalam efisiensi karbon, sebagai bagian dari tanggungjawan social perusahaan dalam menyelamatkan dunia dari ancaman global warming. -
Paradigma Carbonaccounting Manajemen Penjualan
situasi mengatasi tumbangnya berbagai perusahaan raksasa kelas dunia (Subramanian, dan Janek Ratnatunga (2003)). Lebih jauh, Ratnatunga dan Muhamed Ariff (2005) menyatakan bahwa
dan
perhatian terhadap corporate governance terutama dimotivasi oleh kepentingan publik dalam hal kesehatan ekonomi perusahaan dan ekonomi sosial secara keseluruhan. Dalam perspektif paradigma carbonaccounting, dimensi penyelamatan ekologi adalah factor penting dalam keberlanjutan ekonomi negara, bahkan dunia. Oleh karena itu, paradigm carbonaccounting harus didukung oleh corporate governance yang melingkupi kesehatan dan keberlanjutan ekonomi sosial. Faktor penting implementasi carbonaccounting dalam perspektif corporate governance adalah adanya jaminan dari institusi (profesi atau institusi hukum) tentang akuntabilitas dan transparansi pelaporan manajemen karbon oleh perusahaan. Dua aspek tersebut memberi dukungan pada keberlanjutan ekologi dan ekonomi sosial secara keseluruhan, sebagai tujuan utama dalam efisiensi karbon. Lebih jauh, guna mendukung implementasi akuntabilitas dan transparansi manajemen karbon secara independen, dibutuhkan perekayasaan audit karbon pada tingkat lanjut. Teknik audit karbon tersebut untuk mengaudit secara obyektif terhadap jejak rekam produksi yang menghasilkan emisi karbon, yang meliputi bagian produksi, pemasaran, persediaan bahan baku, investasi mesin, praktik SDM dan brand image perusahaan dalam akuntabilitas efisiensi karbon.
Schipper and Vincent (2003), menjelaskan bahwa kualitas laba digunakan oleh insvestor dan kreditur sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan pembuatan kontrak (contracting decission), keputusan investasi (investment decision) dan digunakan sebagai salah satu indikator kualitas laba yang dihasilkan para pembuat standar (standard setters). Penelitian Ratnatunga (2007) yang dilakukan sepanjang tahun 2003 hingga 2007 juga menyimpulkan faktor-faktor penting yang terkait dengan manajemen efisiensi karbon dalam produksi, seperti manajemen bahan baku (limbah produksi), biaya overhead pabrik (BOP) konvensional (diantaranya marketing, trasportasi bahan baku, depresiasi mesin), BOP lingkungan (diantaranya biaya regulasi, recycling, amortisasi biaya desain), tenaga kerja (etoskerja berbasis efisiensi karbon), dan aspek pembiayaan (stock holding costs, debitors costs, dan carbon tax). Mendasarkan pada aspek-aspek produksi tersebut, manajemen produksi harus melingkupi standard teknis produksi berbasis efisiensi CO2, efisiensi bahan baku dan waktu produksi. Semakin jelas tolok ukur manajemen produksi berbasis ekologi maka semakin jelas pula pula arah perubahan paradigma akuntansi manajemen menuju Carbonaccounting.
Dari kajian penelitian terdahulu tersebut di atas, secara teoritis jelas sekali terdapat pengaruh dari kesiapan berbagai aspek strategis akuntansi manajemen terhadap paradigm carbonaccounting. Berbagai aspek strategis tersebut meliputi faktor standar akuntansi karbon; sistem kontrol keuangan; manajemen penjualan; corporate governance; dan faktor audit karbon.
- Paradigma Carbon accounting, Corporate Governance dan Strategi Audit Corporate governance merupakan isu strategis dibidang akuntansi manajemen. Tidak saja karena meningkatnya pasar uang secara global, pertumbuhan perusahaan mutinasional dan perkembangan ekonomi kawasan, namun corporate governance dibutuhkan dalam
48
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Secara sistematis, hubungan antar variabel dependen-independen tersebut dapat digambarkan
Hipotesis 3: Diduga faktor Manajemen Penjualan berpengaruh terhadap Paradigma
pada Gambar 1.
Carbonaccounting
Mendasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran teoritis tersebut hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Hipotesis
Hipotesis
Hipotesis 5: Diduga faktor Audit Karbon berpengaruh terhadap Paradigma Carbonaccounting
1:
4:
Diduga faktor Jaminan Corporate Governance berpengaruh terhadap Paradigma Carbonaccounting
Diduga faktor Standar Akuntansi Karbon berpengaruh terhadap Paradigma Carbonaccounting
Hipotesis 2: Diduga faktor Sistem Kontrol Keuangan berpengaruh terhadap Paradigma Carbonaccounting Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis Strategi Akuntansi keuangan
Strategi corporate Governance
Standar Akuntansi Karbon
Sistem Kontrol Keuangan
Corporate Governance
Paradigma Carbon Accounting
Manajemen Penjualan
FaktorAudit
Strategi Faktor Audit
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian berikut:
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh faktor Standar Akuntansi
49
ini
adalah
sebagai
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Karbon terhadap Carbonaccounting.
Paradigma
Tengah. Sampel penelitian diambil dari populasi dengan teknik purposive random sampling. Purposive digunakan dengan kriteria bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur di Jawa Tengah yang mengikuti program PROKASIH dari KLH. Teknik Random digunakan dengan cara simple random dari daftar perusahaan peserta PROKASIH yang diperoleh dari Badan lingkungan Hidup Jawa Tengah. Unit analisis dalam penelitian adalah manajer atau level di bawah manajer perusahaan pada bagian produksi, internal auditor atau akuntansi. Mengingat sifatnya sebagai data subyek, maka sumber data penelitian ini adalah primer. Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan direct mail survey melalui surveyor yang sebelumnya telah mendapatkan pengarahan dari peneliti. Variabel dependent dalam penelitian ini paradigma accounting, sedangkan variable independen penelitian meliputi faktor standar akuntansi karbon (SAK), sistem Kontrol Keuangan (SKK), manajemen penjualan (MP), jaminan corporate governance (CG) dan factor audit karbon (Audit). Tabel 2 menyajikan variabel dan proksi pengukurannya yang dijabarkan dalam setiap item, dan bersumber dari gagasan Ratnatunga (2007, 2008). Teknik multiple regression digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian
2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh faktor Sistem Kontrol Keuangan terhadap Paradigma Carbonaccounting. 3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh faktor Manajemen Penjualan terhadap Paradigma Carbonaccounting. 4. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh faktor Jaminan Corporate Governance terhadap Paradigma Carbonaccounting. 5. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Audit Karbon terhadap Paradigma Carbonaccounting. 2. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat penelitian yang diharapkan di dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan adalah mengkaji faktor-faktor yang menentukan Paradigma Carbonaccounting melalui pendekatan dengan menggunakan diskresi akrual sebagai ukurannya. Tujuannya untuk membandingkan dengan penelitian sebelumnya. 2. Manfaat Praktis
dengan persamaan sebagai berikut:
Manfaat praktis yang diharapkan adalah dapat memberikan manfaat manajer produksi, manajer pemasaran, manajer penjualan, manajer keuangan dan manajer perusahaan yang lainnya untuk dapat mengukur Paradigma Carbonaccounting secara tepat. Sehingga nantinya Paradigma Carbonaccounting yang diukur dapat dijadikan sebagai alat dalam membantu pembuatan keputusan dimasa yang akan datang.
PAC = + 1(SAK) + 2(SKK) + 3(MP) + 4(CG) + 5(Audit) + å Dimana, PAC = Paradigma Carbonaccounting SAK = Faktor Standar Akuntanasi Karbon SKK = Sistem Kontrol Keuangan MP = Faktor Manajemen Penjualan CG = Faktor Jaminan Corporate Governance Audit = Faktor Audit Karbon, dan å merupakan residual Variabel/Dimensi Indikator pengukuran
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur di Jawa
50
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Tabel 2. Definisi Operasional variable No 1
Variabel Paradigma Carbon Accounting
Definisi dan Pengukuran 1. Pengendalian emisi CO2 2. Konsep Perdagangan Karbon antar negara/perusahaan a. Kejelasan tentang Sistem perdagangan karbon antar negara/ manajemen perusahaan b. Kejelasan tentang kesepakatan Penetapan Batas Masksimum emisi CO2 antar negara / manajemen perusahaan c. Kejelasan perjanjian sistem perdagangan dan batas emisi CO2 bagi negara / manajemen perusahaan 3. Kejelasan tujuan Minimalisasi Global Warming 4. Perubahan perilaku entitas (negara/perusahaan/individu) Strategi Sistem Akuntansi Keuangan Karbon 2 Faktor Standar 1. Komisi standar emisi akuntansi karbon 2. Voluntary / mandatory disclosure pelaporan emisi karbon 3. Standar Biaya Litigasi / pengadilan polusi lingkungan 3 Faktor Kontrol Volatibiliti arus kas adalah derajat penyebaran arus kas atau indeks Sistem Keuangan penyebaran distribusi arus kas perusahaan. 4
Faktor Manajemen Penjualan
Manajemen penjualan diukur dari Siklus perusahaan yaitu periode waktu rata-rata antara pembelian persediaan dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima penjual atau rangkaian seluruh transaksi dimana suatu bisnis menghasilkan penerimaannya dan penerimaan kasnya dari pelanggan. 5 Strategi Corporate 1. Negara / institusi hukum / profesi mejamin adanya Governance akuntabilitas pelaporan manajemen karbon oleh perusahaan 2. Negara/isntitusi hukum menjamin tranparansi pelaportan manajemen karbon oleh perusahaan Strategi Audit 6 Faktor Audit Teknik audit tingkat lanjut untuk mencatat jejak-rekam kegiatan yang menghasilkan emisi karbon, yang meliputi: 1. Produksi 2. Pemasaran 3. Persediaan bahan baku 4. Investasi modal (mesin efisiensi karbon) 5. Praktik-praktik SDM berbasis efisiensi karbon 6. Praktik evaluasi terhadap brand image perusahaan dalam pertanggungjawaban efisiensi karbon Skala Indikator Seluruh indikator diukur dengan skala Likert Like 6 item. Untuk variabel dependen angka 1 mewakili nilai sangat tidak setuju, dan skala 6 menunjukkan nilai sangat setuju. Sedangkan untuk seluruh variabel independen, angka 1 mewakili nilai sangat tidak penting, dan skala 6 menunjukkan nilai sangat penting obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003 :
HASIL YANG DICAPAI Deskripsi Data
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
51
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
43). Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan manufaktur di Jawa Tengah.
digunakan dengan kriteria bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur di Jawa Tengah yang mengikuti program PROKASIH dari KLH. Penelitian ini mampu menjaring sampel sebanyak 124 perusahaan manufaktur.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat diambil untuk objek penelitian yang dapat dianggap untuk mewakili seluruh populasi yang diteliti (Arikunto, 1989 : 92). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
Dari pengumpulan data diperoleh hasil sebagai berikut :
Table 4.1 Respon dari responden Keterangan
Jumlah
Kuesioner disebar
150
Kuesioner kembali
130
Kuesioner tidak lengkap
6
Kuesioner yang lenkap
124
Sumber : Data Primer
Dari kuesioner yang lengkap selanjutnya ditabulasi berdasarkan karakteristik sebagai berikut: Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
Laki-laki
49
39,51
Perempuan
75
60,48
Jumlah
124
100
Sumber : Data primer
Dari table di atas ternyata terdapat lebih sedikit responden laki-laki, yaitu sejumlah 49 orang (39,51 persen), sedangkan responden perempuan sejumlah 75 orang (60,48 persen). Dari kuesioner yang lengkap selanjutnya ditabulasi berdasarkan karakteristik sebagai berikut ;
52
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Table 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Umur Umur
Jumlah
Prosentase
Kurang dari 20 tahun
25
20,16
20 tahun - 29 tahun
37
29,16
30 tahun - 39 tahun
42
29,57
40 tahun - 49 tahun
17
13,70
3
2,41
124
100
50 tahun ke atas Jumlah Sumber : Data primer
Dari table diatas, ternyata responden paling banyak berumur 30 tahun – 39 tahun sebanyak 42 orang (29,57 persen), kemudian umur kurang dari 20 tahun sebanyak 25 orang (20,16 persen), selanjutnya umur antara 40 tahun – 49 tahun sejumlah 17 orang (13,70), selanjutnya paling sedikit umur 50 tahun ke atas sejumlah 3 orang (2,41 persen). Table 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah
Prosentase
SLTA
26
20,96
D3
34
27,41
S1
46
37,09
Lainnya
18
14,51
Jumlah
124
100
Sumber : Data primer Dari table di atas, ternyata responden yang mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebanyak 26 orang (80,96 persen), selanjutnya yang mempunyai tingkat pendidikan D3 sejumlah 34 orang (27,41 persen), selanjutnya tingkat S1 sejumlah 46 orang (37,09 persen), kemudian yang mempunyai tingkat pendidikan lainnya sebanyak 18 orang (14,51 persen).
Hasil Uji Validas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Yaitu metode yang bersifat analisis dipergunakan sebagai jawabanjawaban yang telah dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibagikan.
Agar kuisioner yang kita ujikan benar-nemar memenuhi syarat, kita dapat melakukan penelitian selanjutnya terlebih dahulu dengan mengadakan pengujian validitas.
Langkah-langkah analisis pengujian kuisioner dalam penelitian ini adalah :
53
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
Aspek PAC
SAK
SKK
MP
CG
Audit
Nomor pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
rhitung
rtabel
Keterangan
0,525 0,352 0,508 0,535 0,469 0,498 0,546 0,642 0,500 0,483 0,482 0,578 0,611 0,514 0,660 0,715 0,674 0,673 0,618 0,620 0,596 0,620 0,657 0,607 0,696 0,610 0,647 0,596 0,538 0,596 0,578 0,658 0,666 0,648 0,725 0,538 0,500 0,579 0,512 0,476 0,529 0,514 0,598 0,576 0,432 0,659 0,526
0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176 0,176
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
54
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Diketahui untuk n = 124 taraf signifikan 5% adalah 0,176. Dari uji validitas dengan menggunakan teknik korelasi product moment dapat diketahui bahwa semua pertanyaan valid karena koefisien korelasinya lebih besar dari 0,176.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Hasil pengujian Alpha Cronbach dengan SPSS disajikan sebagaimana diketahui pada tabel berikut:
2. Uji Reliabilitas Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Kriteria Nunnally 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Alpha
PAC SAK SKK MP CG Audit Sumber: Data primer diolah
0,815 0,726 0,636 0,633 0,601 0,775
Hasil uji reliabilitas dalam tabel 4.2 menunjukan bahwa koefisien reliabilitas (Croanbach Alpha) untuk masing-masing variabel dapat diandalkan/reliabel karena melebihi ambang batas lebih besar dari 0,6 yang ditetapkan oleh Nunnally.
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Analisis Data
1. Uji Regresi Linier Dapat dijelaskan dalam hasil pengolahan data sebagaimana tampak pada tabel berikut: Tabel 4.3
Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linier Variabel SAK SKK MP CG Audit
Koefisien
t hitung
0,485 0,559 0,489 0,468 0,294
3,713 3,589 2,669 2,488 2,736
Konstanta : 7,368 F-hitung : 84,942 Sig. 0,000 2 R : 0,783 Adj. R2 : 0,773 Dependen Variabel: PAC Sumber: Data sekunder diolah Regresi estimasi :
55
Sig (prob=0,05) 0,000 0,000 0,009 0,014 0,007
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
PAC = 7,368 + 0,485SAK + 0,559SKK + 0,489MP + 0,438CG + 0,294Audit
c. Manajemen penjualan berpengaruh positif dan signifikan (p:0,009 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting.. d. Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan (p:0,014 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting.. e. Audit karbon berpengaruh positif dan signifikan (p:0,007 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting.
2. Uji parsial (t hitung) Menunjukkan SAK berpengaruh positif dan signifikan (p:0,000 < 0,05), SKK berpengaruh positif dan signifikan (p:0,000 < 0,05), MP berpengaruh positif dan signifikan (p:0,009 < 0,05), CG berpengaruh positif dan signifikan (p:0,014 < 0,05), dan Audit berpengaruh positif dan signifikan (p:0,007 < 0,05) terhadap PAC.
Uji F (Simultan) F hitung = 84,942 untuk N=124/5 dan =0,05 didapatkan F tabel = 2,29 signifikan (p:0,000 < 0,05).
3. Uji F (Simultan) F hitung = 84,942 untuk N=124/5 dan =0,05 didapatkan F tabel = 2,29 signifikan (p:0,000 < 0,05). Menunjukkan pengaruh secara simultan variabel independen (SAK, SKK, MP, CG, dan Audit) terhadap FAC.
Menunjukkan pengaruh secara simultan variabel independen
4. Koefisien Determinasi (R2) R2 sebesar 0,783 dengan model disesuaikan untuk jumlah variabel independen banyak dengan R2 Adjusted sebesar 0,773 menunjukkan bahwa variasi perubahan PAC dapat dijelaskan oleh faktor-faktor SAK, SKK, MP, CG, dan Audit sebesar 77,3%. Sedangkan sisanya dijelaskan variabel lain di luar model sebesar 22,7%.
Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka dapat di sarankan sebagai berikut:
(Standar Akuntansi Karbon, Sistem Kontrol Keuangan, Manajemen penjualan, Corporate Governance dan Audit karbon) terhadap Paradigm Carbon accounting.
1. Carbon Accounting merupakan hal baru dalam transaksi ekonomi berbasis ekologi. IMplikasinya akan berpengaruh luas pada penerapan carbon accounting pada perusahaan. Di Indonesia masih perlu sosialisasi atas kebijakan tersebut mengingat banyak perusahaan yang belum menerapkan akuntansi carbon. 2. Banyak faktor yang menentukan kesuksessan implementasi carbon accounting di Indonesia. Hal ini memerlukan kesiapan dalam segala bidang. Untuk itu pemerintah harus ikut peduli dengan memberikan berbagai sarana dan prasarana serta pelatihan kepada perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di paparkan dalam bab – bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Uji Parsial (t hitung) a. Standar Akuntansi Karbon berpengaruh positif dan signifikan (p:0,000 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting. b. Sistem Kontrol Keuangan berpengaruh positif dan signifikan (p:0,000 < 0,05) terhadap Paradigm Carbon accounting..
56
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
DAFTAR PUSTAKA
Byod, James, and spencer Banzhaf, (2006), What Are Ecosystem Services? The Need for Standardized Environmental Accoungting Units, http:// papers.ssrn.com, Discussion Paper, Resouces for The Future.
Accounting Profession, JAMAR, Vol. 5 No. 2, pp. 1-8 Muhammad Ja’far S., Lisa Kartikasari, (2012), Carbonaccounting: Implikasi Strategis Perekayasaan Akuntansi Manajemen, artikel SNA 12 Palembang
Caraiani, Chirata; CI Lungu, and Cornelia Dascalu, (2009) Greean Acounting – a Helping Instrument in European Harmonisation of Environmental Standards, http://papers.ssrn.com,, Affiliations: Academy of Economic Studies of Bucharest, pp.1.
______________, (2008), Carbonomics: Strategic Management Accounting Issues, JAMAR, Vol. 6 No. 1, h.1-10 ______________, dan Muhamed Ariff (2005), Towards a holistic Model of Corporate
Chenhall R.H., (2003), Management control systems design within its organiational context: findings from contingency-based research and directions for future, Accounting, Organization and Society, Vol. 28 (23), pp. 127-168.
Governance, JAMAR, Vol. 3, No. 1, pp. 115 Subramaniam, Nava dan Janek Ratnatunga, (2003), Corporate Governance: Some Key Chalengers and Opportunities for Accounting Research, JAMAR, Vol. 1, No. 2, pp. 1-8
Guthrie, James, (1996), Current Professional Responses to Corporate Environmental Accounting,for APEC Environmental Workshop, 4 October, Macquarie Graduate School pf Management, Macquarie University, Sydney
United Nations, (1998), Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change, downloaded by http://www.google.com
Larrinaga, Carlos; FC Fenech; CC Ruiz; FL Macarulla; and Jose MM Moneva, (2002), Accountability and Accounting Regulation: The Case of Spanish Environmental Disclosure Standard, Euopean Accounting Review, Vol. 11, No. 4. McCright, Aaron M., and Riley E. Dunlap, (2008), Social Movement identity and Belief Systems: An Examination of Beliefs About Environmental Problems within the Amreican Public, Public Opinion Quarterly, Vol. 72, Issue 4, pp. 651-676 Ratnatunga, Janek, (2007), Carbon Cost Accounting: The Impact of Global Warming on the Cost
57