MODEL BAHAN AJAR INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BELAJAR AKTIF MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA UNTUK SEKOLAH DASAR
Penanggung Jawab Koordinator
: Erry Utomo, Ph. D : Drs. Suherman
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM 2010
Kerangka Bahan Ajar Budaya Karakter Bangsa dan Kewirausahaan Melalui Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Menggunakan Pendekatan Belajar Aktif SD/MI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB
I A. B. C. D.
BAB
II
A. B. C. D. E. F. BAB
III
A. B. BAB
IV
A. B. C. D. E. F. G.
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Tujuan Penyusunan Bahan Ajar Ruang Lingkup Bahan Ajar Sasaran Pengguna Bahan Ajar
1 6 7 7
PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DAN KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN
8
Sistem Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar Konsep Pendidikan Jasmani dan Olaharaga Tahapan Belajar Gerak Gaya Mengajar Pendidikan Jasmani, Olaraga Dan Kesehatan Penilaian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
8 17
PENGINTEGRASIAN NILAI-NILAI BUDAYA KARAKTER BANGSA KE DALAM PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN
76
Pola Pengintegrasian Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
76 81
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN
96
Pengertian Bajam Ajar Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar Kriteria Bahan Ajar Yang Baik Kelayakan Penyajian Bahan Ajar Kelengkapan Penyajian Bahan Ajar Kerangka Bahan Ajar Pendidikan Jasmani,
96 97 98 103 106 108 110
34 42 44 62
i
Lampiran
Olahraga dan Kesehatan Contoh Bahan Ajar Kelas I s.d VI SD
Daftar Pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
1
ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritualsosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan, untuk itu dilakukan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, dari Taman Kanak-Kanak hingga ke Perguran Tinggi, memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan gaya hidup sehat sedini mungkin.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan juga merupakan suatu wadah di mana
peserta
didik
dapat
mengembangkan
keterampilan
interpersonal,
keterampilan sosial, dinamika tim dan keterampilan psikomotorik.
Pendidikan
jasmani
pada
hakikatnya
adalah
proses
pendidikan
yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
2
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Dari pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Karenanya pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam ”pikiran dan tubuh” yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat 1 , sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. 1
http://www.pbprimaciptautama.blogspot.com/2007/06/falsafah-pendidikan-jasmani.html
3
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung 7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan seharihari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur
waktu istirahat yang tepat dan
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
Melalui Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan disamping membina keterampilan hidup aktif dan sehat, juga bertujuan untuk mempromosikan pembangunan tim dan bekerja sebagai anggota tim. Permainan seperti sepak bola, bola basket dan badminton di mana penggunaan tim adalah harus bertujuan untuk membantu peserta didik membangun hubungan baik dengan rekan-rekan mereka dan juga menunjukkan bagaimana mereka bisa menang - atau setidaknya bermain terbaik mereka - sementara bekerja sebagai satu unit.
Melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan peserta didik tidak hanya meningkatkan keterampilan interpersonal dengan orang-orang di
4
sekitar mereka, tetapi juga meningkatkan motivasi dan kebanggaan dalam apa yang mereka lakukan. Hal ini terlihat jelas dalam peristiwa ketika salah satu tim keluar sebagai menang, tim lain untuk mencapai sukses - sukses yang hanya mungkin melalui kerja tim dan memperoleh kepercayaan dengan orang lain. Demikian juga menanamkan rasa percaya diri dan rasa bangga pada peserta didik dalam kegaitan belajar mengajar Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai sarana untuk membangun karakter.
Sistem pembelajaran saat ini dipandang belum secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya degradasi moral seperti penyalahgunaan narkoba, radikalisme pelajar, pornografi dan pornoaksi, plagiarisme, dan menurunnya nilai kebanggaan berbangsa dan bernegara. Kebijakan untuk menanggulangi masalah ini antara lain sebagai berikut: a.
Menanamkan pendidikan moral yang mengintegrasikan muatan agama, budi pekerti, kebanggaan warga negara, peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban dalam penyelenggaraan pendidikan
b.
Mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan soft skills yang meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan karakter berbangsa dan bernegara
c.
Menumbuhkan budaya peduli kebersihan, peduli lingkungan, dan peduli ketertiban melalui pembelajaran aktif di lapangan
d.
Penilaian prestasi keteladanan peserta didik yang mempertimbangkan aspek akhlak mulia dan karakter berbangsa dan bernegara.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut menghendaki suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (pendidikan kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, seni, serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter
5
bangsa kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan (virtue) yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup/ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa berfungsi sebagai: 1. wahana pengembangan, yakni: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi berperilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; 2. wahana perbaikan, yakni: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan 3. wahana penyaring, yakni: untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
B. Tujuan Penyusunan Model Bahan Ajar Secara umum model bahan ajar budaya internalisasi nilai-nilai karakter melalui mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan menggunakan pendekatan belajar aktif ini bertujuan memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum. Secara khusus tujuan buku panduan ini bertujuan:
6
1. Memberi informasi kepada guru tentang arti penting pengembangan nilai-nilai karakter untuk peserta didik. 2. Memberi informasi kepada guru tentang cara pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan keseahatan. 3. Menjelaskan tentang berbagai teori yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. 4. Memberikan penyadaran kepada guru bahwa berbagai pendekatan dan metode dapat digunakan dalam membelajarkan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. 5. Memberi kesempatan kepada guru untuk memilih sendiri kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 6. Membantu guru mengembangkan aktivitas pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk mencapai kompetensi dasar sebagaimana tertuang di dalam Standar Isi mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dapat dijabarkan dalam bahan ajar.
C. Ruang Lingkup Bahan Ajar Seluruh uraian di dalam panduan penyusunan bahan ajar ini mencakup Bab. I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan sasaran pengguna buku panduan, Bab. II
Pendidikan Budaya Karakter Bangsa Dan
Kerangka Konsep Pendidikan Jasmani, Olaraga Dan Kesehatan, memuat: latar belakang pendidikan budaya dan karakter bangsa, karkteristik perkembangan peserta didik Sekolah Dasar, konsep pendidikan jasmani dan olahraga, tahapan belajar gerak, gaya mengajar pendidikan jasmani dan olahragah, penilaian pendidikan jasmani dan olahraga, Bab. III Pengintegrasian Nilai-Nilai Budaya Karakter Bangsa Ke Dalam Pendidikan Jasmani, Olaraga Dan Kesehatan, memuat: nilai karakter, penyusunan perencanaan pembelajaran, contoh silabus dan contoh rencana pelaksanaan dan Bab. IV Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Jasmani, Olaraga Dan Kesehatan, memuat: pengertian bahan ajar,
7
prinsip pemilihan bahan ajar, langkah-langkah pemilihan bahan ajar, ciri-ciri bahan ajar yang baik, kelayakan penyajian, kelengkapan penyajian, dan kerangka penyusunan bahan ajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. . D. Sasaran Pengguna Buku Panduan Panduan ini terutama diperuntukkan bagi guru sekolah dasar yang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan baik itu guru kelas maupun guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Selain itu, panduan ini juga dapat digunakan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam rangka pembinaan kepada guru di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
8
B A B II
PENDIDIKAN BUDAYA KARAKTER DAN KERANGKA KONSEP PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN
A. SISTEM NILAI KARAKTER Persoalan karakter kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu berfokus pada berbagai aspek kehidupan dan dikemukakan dalam berbagai media seperti koran, media elektronik. Tulisan-tulisan dan wawancara mengenai persoalan karakter mengemuka. Selain di media massa para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pun berbicara mengenai permasalahan karakter di berbagai forum seminar pada tingkat lokal, nasional, dan bahkan internasional. Permasalahan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual dan sebagainya menjadi topik pembahasan di media massa dan seminar tersebut. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti berbagai perturaan dan hukum, pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat, dan sebagainya. Salah satu alternatif untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah pengembangan karakter dan pembentukan karakter adalah pendidikan. Sesuai dengan konsep dan fungsinya pendidikan merupakan wahana psiko-sosial yang bersifat preventif. Sebagai wahana yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang berkenaan dengan masalah karakter. Hal ini memang merupakan usaha pengembangan yang baru terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera tetapi memiliki daya tahan yang lebih kuat.
9
Kurikulum yang merupakan “the heart of education,” sudah harus memberikan perhatiannya yang lebih besar terhadap pendidikan karakter dibandingkan masa sebelumnya. Pendapat yang dikemukakan para pemuka masyarakat, ahli pendidikan, para pemerhati pendidikan dan anggota masyarakat lainnya yang dikemukakan di media massa dan Sarasehan Nasional tahun 2010 sudah menggambarkan kuatnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan karakter. Apalagi jika dikaji bahwa apa yang dikemukakan masyarakat sebagai kebutuhan mengenai pendidikan karakter secara imperative merupakan rumusan kualitas manusia Indonesia terkandung dalam Tujuan Pendidikan Nasional. Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan karakter telah juga menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan pendidikan karakter telah dikembangkan di berbagai direktorat dan bagian di berbagai lembaga pemerintah terutama
di
berbagai
unit
Kementerian
Pendidikan
Nasional.
Upaya
pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan masyarakat dan kepedulian pemerintah mengenai pendidikan karakter akhirnya berakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan karakter dan menjadi salah satu program unggulan paling tidak untuk masa 5 (lima) tahun mendatang. Pedoman guru ini dirancang dalam rangka menterjemahkan kebijakan pemerintah dalam pendidikan karakter.
1. Pengertian Pendidikan Karakter Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU. Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
10
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem peralatan atau teknologi, serta seni. Kehidupan manusia terus berkembang yang disebabkan oleh perkembangan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi dan seni yang diakibatkan oleh perkembangan dalam berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan. Manusia sebagai mahluk sosial menjadi penghasil dari sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan tersebut tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan terebut. Pendidikan merupakan proses terencana dalam mengembangkan potensi anak didik untuk memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang sudah ada dan mengembangkannya ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau juga kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak orang tersebut. Kebajikan tersebut terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat kepada orang lain. Karakter terwujud dari karakter masyarakat dan karakter masyarakat terbentuk dari
karakter
Pengembangan
masing-masing
anggota
karakter,
pembinaan
atau
masyarakat
bangsa
kepribadian
pada
tersebut. anggota
masyarakat, secara teoretis maupun secara empiris, dilakukan sejak usia dini hingga dewasa. Demikian pula program ”pengembangan karakter” atau
11
”pembentukan kepribadian bangsa” sebenarnya sudah berlangsung sejak kanak-kanak sampai yang bersangkutan tidak lagi berada pada jenjang dan jalur pendidikan formal dan non-formal. karakter terus
Pembentukan atau pembinaan
berlangsung di masyarakat dalam berbagai lingkungan
kehidupan. Karakter merupakan hasil dari pendidikan dalam arti luas. Karakter Indonesia secara konseptual tercermin dalam rumusan dan kandungan sila-sila Pancasila. Membangun karakter secara psikologis harus bertumpu pada pembangunan hati, otak dan fisik. Dengan demikian pendidikan karakter ditekankan pada internalisasi, personalia atau penghayatan, dan pembentukan prilaku peserta didik. Sebagai suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha kolektif dari masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi kehidupan mereka, kelangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu pendidikan harus disikapi sebagai proses pewarisan budaya dan pembangunan bangsa dan karakter (nation and character building) bagi generasi muda. Proses pengembangan karakter dimaksudkan
sebagai
wahana
untuk
menjamin
kelangsungan
serta
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Pengembangan yang dilakukan melalui pendidikan harus diwujudkan dalam bentuk proses pengembangan potensi diri setiap peserta didik sebagai komponen pendukung karakter di masa mendatang. Oleh karena itu proram pendidikan karakter haruslah berfokus pada pengembangan nilai-nilai karakter yang mendasar dan baik atau fundamental, diperlukan, dan diinginkan oleh masyarakat dan bangsa. Pengembangan pendidikan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar dan pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat nilai,
12
pendidikan karakter merupakan usaha bersama sekolah dan oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru, semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah. Pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang
berpusat pada
pengembangan nilai-nilai karakter pada masyarakat sekolah termasuk di dalamnya dan paling utama peserta didik. Pengembangan nilai-nilai tersebut harus tetap menempatkan peserta didik sebagai subjek yang aktif mempelajari, menginternalkan, memasukkan nilai dalam sistem nilai yang sudah ada pada dirinya, menjadikan nilai baru tersebut menjadi bagian dari kepribadian dirinya. Secara kontekstual nilai-nilai itu terus berkembang selama mereka berada dalam proses pendidikan di sekolah dan masyarakat, dan menjadi dasar untuk mempelajari nilai-nilai baru setelah sepenuhnya berkarya di masyarakat. Dengan perkataan lain, nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik tersebut akan menjadi modal dasar menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia yang mampu membangun bangsa dan negaranya.
2. Landasan Pedagogis Pendidikan Karakter Pendidikan
pada
dasarnya
merupakan
suatu
upaya
sadar
untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar tersebut tidak boleh dilepaskan dari lingkungan dimana peserta didik berada terutama dari lingkungan budayanya (Ki Hajar Dewantara; Pring; Oliva) karena peserta didik hidup dalam lingkungan tersebut dan bertindak sesuai dengan kaedahkaedah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukainya budayanya.
13
Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsanya dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing terhadap budaya terdekatnya maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsanya dan dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian maka dia sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma (anomi) dan nilai budaya nasional nya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan tersebut. Semakin kuat dasar pertimbangan yang dimilikinya akan semakin kuat pula kecenderungannya untuk tumbuh dan berkembang menjadi warganegara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya tersebut secara kolektif dalam konteks makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsanya. Dengan demikian peserta didik sebagai anak bangsa dan warganegara Indonesia akan memiliki wawasan, pola berpikir, pola sikap, dan pola tindak dan menyelesaikan masalah yang sesuai dengan norma dan nilai ciri keIndonesia-annya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” . Oleh karena itu aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional
(UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah
memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Secara kultural pendidikan berfungsi untuk mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi muda melalui proses enkulturasi. Nilai-nilai dan prestasi tersebut akan menjadi kebanggaan bangsa dan pada gilirannya akan menjadikan bangsa tersebut lebih dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain
14
berfungsi mewariskan nilai, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilainilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan inti dari suatu pendidikan. Proses pengembangan nilai-nilai karakter tersebut menghendaki suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum (pendidikan kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, seni, serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan karakter kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat penting. Selain itu dalam pendidikan karakter harus terbangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai berkenaan dengan lingkungan di mana dirinya dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang (sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik (ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada upaya terobosan terhadap kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi pendidikan karakter. Dengan terobosan kurikulum yang demikian maka nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan memiliki dampak nyata dalam kehidupan dirinya, masyarakat, bangsa dan bahkan ummat manusia. Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan (virtue) yang menjadi nilai dasar karakter. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan karakter
15
pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup/ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
3. Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berfungsi sebagai: a. wahana pengembangan, yakni: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi berperilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter; b. wahana perbaikan, yakni: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan c. wahana penyaring, yakni: untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter.
4. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter sebagai berikut: a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani atau afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai karakter; b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku (habituasi) peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious; c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
16
5. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter diidentifikasi dari sumber-sumber sebagai berikut: a. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari oleh nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan karakter harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. b. Pancasila: negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilainilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni yang diatur dalam pasal-pasal UUD 1945. Pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. c. Budaya: adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilainilai dari pendidikan karakter. d. Tujuan Pendidikan Nasional: tujuan pendidikan nasional mencerminkan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
17
pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan karakter dibandingkan ketiga sumber yang disebutkan di atas. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter sebagai berikut ini: 1)
Religius : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
2)
Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3)
Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4)
Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5)
Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6)
Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan apa yang telah dimiliki
7)
Mandiri: Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8)
Demokratis: cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9)
Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10)
Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
18
11) Cinta tanah air: Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 12)
Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain
13) Bersahabat/komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. 14) Cinta damai: Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 15) Senang membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16) Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 17) Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 18) Tanggungjawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Jasmani Pertumbuhan manusia sangat kompleks, bukan hanya karena adanya variasi di antara dua jenis kelamin atau di antara dua orang yang berbeda, tetapi juga ada variasi di dalam diri orang yang sama dari waktu ke waktu selama proses pertumbuhan
berlangsung.
Masa
kanak-kanak
memiliki
karakteristik
pertumbuhan yang lamban dan relatif stabil. Tulang-tulang masih lemah dan akan
19
tetap bertahan seperti itu hingga masa pertumbuhan berakhir, yaitu sekitar akhir masa remaja. Masa kanak-kanak merupakan periode yang ditandai dengan peningkatan tinggi badan, berat badan dan massa otot secara terus menerus. Laju pertumbuhan pada masa kanak-kanak memang tidak secepat pada periode awal atau masa bayi, dan berangsur-angsur akan melambat seiring masuknya anak ke usia remaja. Masa kanak-kanak secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: 1) periode usia 2 sampai 6 tahun yang disebut dengan awal masa kanak-kanak (usia kelompok bermain–taman kanak-kanak), 2) periode usia 6 sampai 9 tahun yang disebut dengan periode pertengahan masa kanak-kanak (usia kelas 1–4 sekolah dasar), dan 3) periode usia 9 sampai 12 tahun yang disebut dengan periode akhir masa kanak-kanak (usia kelas 4–6 sekolah dasar). Pola gerak dasar (lari, jalan lompat) akan dapat dilakukan dengan baik di pertengahan masa kanak-kanak, tetapi kemampuan koordinasinya masih kurang dan ini berimplikasi terhadap kemampuan anak-anak untuk belajar keterampilan yang kompleks. Sementara itu tahun-tahun masa adolesen adalah waktunya pertumbuhan yang sangat cepat. Anak perempuan memasuki masa percepatan pertumbuhan lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dan juga berhenti lebih cepat. Pertambahan tinggi badan lebih dahulu dialami sebelum pertambahan berat dan kekuatan.
20
(Sumber: David L. Gallahue & John C. Ozmun. Understanding Motor Development: Infants, Children, Adolescents, Adults. Boston: McGraw Hill. 2004:113) Gambar 1 Perubahan Bentuk dan Proporsi Tubuh Gambar 1 di atas merupakan ilustrasi perubahan bentuk dan proporsi tubuh sampai dengan usia 12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan jasmani merujuk pada pengertian adanya perubahan besaran/jumlah/volume dan fungsi pada unsur sistem saraf, kerangka, dan otot.
Berikut ini penjelasan secara garis besar,
mengenai perubahan-perubahan tersebut.
a. Sistem Saraf Rasa sakit, panas dan gerakan diterima oleh seseorang melalui penerima khusus di kulit, otot dan sendi. Refleks merupakan gerak otomatis yang merupakan respons dari kondisi khusus; misalnya gerak menarik tangan saat jari tersentuh panci panas. Namun setiap orang juga dibekali kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap setiap gerakan yang akan dilakukan. Sistem saraf merupakan sistem komunikasi dan “komputer”nya tubuh.
Saraf
meneruskan impuls atau signal elektris yang membawa pesan dari, ke dan di dalam otak. Sistem saraf meliputi otak, spinal cord, dan saraf peripheral yang menstimulasi otot-otot. Pada Gambar 2 dapat dilihat ilustrasi bagian-bagian otak. Midbrain (letaknya di bagian bawah) merupakan bagian otak yang sudah
21
berkembang penuh pada saat dilahirkan. Fungsi bagian ini adalah mengendalikan seluruh gerak refleks yang sudah dimiliki oleh setiap bayi sejak lahir. PENGENDALI SELURUH AKTIVITAS
Cerebral cortex Midbrain Cerebellum
Spinal cord
(Sumber: J.Weir & P.H.Abrahams. Imaging Atlas of Human Anatomy. CR-Rom. London: Primal Pictures.Ltd.) Gambar 2. Bagian-bagian Utama Otak Cerebral cortex merupakan bagian otak yang mengontrol respon gerak sadar (voluntary motor responses) dan penting untuk pemerolehan serta penguasaan bahasa, berpikir abstrak, dan semua proses kognisi. Perkembangannya akan mencapai maksimal pada usia 4 tahun. Bagian pengontrol sistem motorik berada di cortex, yang fungsinya adalah mengontrol gerak tubuh bagian atas, togok badan, lengan dan tangan. Bagian ini akan berkembang pesat pada usia 6 bulan, sementara bagian lain yang fungsinya mengontrol tungkai dan kaki akan berkembang kemudian. Bagian terakhir yang akan berkembang adalah cerebellum.
Fungsi utama dari bagian ini mengontrol atau mengatur gerak,
khususnya keterampilan gerak. Fungsi lainnya adalah menjaga keseimbangan tubuh.
22
b. Kerangka Tulang membentuk kerangka, menopang berat tubuh dan membentuk pengungkit agar seseorang dapat bergerak. Terdapat 206 tulang keras pada orang dewasa, dan susunan serta komposisinya menentukan penampakan tubuh secara keseluruhan. Semuanya itu semula berwujud tulang yang lunak dan rapuh. Struktur kerangka tubuh semula berupa jaringan tulang rawan yang lunak, yang kemudian akan mengeras seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini disebut osifikasi (ossification) yaitu proses tulang menjadi keras dan kaku. Kecepatan dan kesempurnaan osifikasi sangat individual. Tulang anak dalam masa pertumbuhan belum sepenuhnya mengeras (proses osifikasi belum sempurna), relatif masih lunak dan lentur, sehingga masih mampu mengabsorb tekanan atau beban tanpa menjadi patah. Aktivitas jasmani dapat meningkatkan kekuatan tulang, namun kecelakaan atau cedera dapat menyebabkan kerusakan atau cedera yang menetap, khususnya pada atlet muda.
c. Sendi Sendi adalah penghubung 2 tulang. Kedua ujung tulang dibungkus/ dilindungi oleh tulang rawan, agar gerakan lancar. Beberapa sendi memiliki pelumas sendi untuk mengurangi gesekan antar 2 ujung tulang. Fungsi pelumas ini sama dengan fungsi oli pada mesin. Ada sendi yang memiliki rentang gerak sangat luas dan dapat bergerak ke semua arah, contohnya adalah sendi bahu, sementara sebagian yang lain kurang luas geraknya, bahkan ada yang hanya bergerak ke satu arah, contoh lutut dan tulang belakang. Banyak pula sendi yang dihubungkan oleh ligamen. Ligamen ini kuat, merupakan ikatan serabut, sekali rusak atau tertarik, tidak akan kembali ke bentuk atau fungsi asalnya, dan akibatnya sendi menjadi tidak stabil (sering terjadi di lutut).
d. Otot dan Tendon Otot bertanggung jawab terhadap gerak. Saat otot berkontraksi ia akan memendek dan menggerakkan tulang yang dilekatinya. Setiap gerak selalu merupakan hasil tarikan otot terhadap tulang, tidak pernah merupakan hasil dorongan. Otot
23
melintasi satu atau lebih sendi dan seringkali berkelompok sesuai dengan jenis geraknya (contoh kelompok otot hamstring dan quadriceps). Berat otot sekitar 40% dari berat tubuh dan akan berkembang menjadi lebih kuat bila diberi latihan yang tepat. Bagian ujung otot yang melekat pada tulang berupa jaringan yang kuat dan liat, disebut tendon. Otot membutuhkan energi untuk kontraksi. Gerakan yang membutuhkan waktu singkat dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi yang tersedia di dalam otot. Sementara latihan yang dilakukan dalam waktu lama memerlukan oksigen dan bahan bakar (gula dan lemak) di dalam otot. Otot sama dengan mesin, membakar bahan bakar (yang berasal dari makanan) agar bisa bergerak, menjadi panas dan menghasilkan/mengeluarkan sisa buangan. Sama dengan motor yang memerlukan percikan api untuk menyala, otot memerlukan signal saraf agar dapat bergerak. Selama masa perkembangan, otot akan tumbuh seiring dengan tumbuhnya tulang. Membesarnya ukuran otot, baik karena pertumbuhan alami maupun sebagai akibat adanya stimulasi (latihan, obat-obatan, dsb) disebut hipertropi (hypertrophy).
Gambar 3. Anatomi Otot (Sumber: R. P. Pangrazi. Dynamic Physical Education for Elementary School Children. San Fransisco: Pearson Education, Inc. 2004:284) Pada umumnya, saat anak bertambah besar seiring dengan bertambahnya usia, kekuatannya juga akan meningkat. Sejumlah penelitian mengenai kekuatan statis pada anak-anak, yang diukur dengan grip dynamometer, menunjukkan hasil yang hampir sama antara anak perempuan dan laki-laki, dengan peningkatan sekitar 65% dalam periode usia 3 hingga 6 tahun. Pada rentang usia 6 sampai 18 tahun, kekuatan anak laki-laki akan meningkat hingga 359%, sementara anak perempuan
24
akan meningkat hingga 260%. Secara umum, perkembangan kekuatan anak perempuan memang sedikit di bawah anak laki-laki, namun pada periode akil balik perkembangan kekuatan anak laki-laki jauh berada di atas anak perempuan. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya hormon testosteron pada anak laki-laki yang kemudian diikuti dengan bertambahnya berat dan ukuran serabut otot.
e. Kardio-Respiratori Sistem kardio-respiratori terdiri dari jantung, paru-paru, arteri, kapiler dan vena. Jantung dan paru-paru selalu siap menyediakan oksigen untuk semua fungsi tubuh. Jantung sebenarnya adalah salah satu jenis otot, sebesar kepalan tangan di tengah dada bagian kiri. Satu sisi jantung menerima darah yang memuat oksigen segar dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh arteri. Darah akan kembali ke sisi lain jantung dan melalui pembuluh vena di pompa kembali ke paru-paru.
Pada orang dewasa, bahkan dalam keadaan
istirahat, jantung akan memompa darah sekitar 5 liter tiap menit. Jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras selama seseorang melakukan latihan dan seperti otot yang lain, jantung akan menjadi lebih baik bila seseorang berlatih secara teratur. Darah adalah campuran dari air, sel dan nutrisi, dan merupakan sistem angkutan/tranportasi di dalam tubuh. Paru-paru memiliki permukaan yang lebar untuk memudahkan pergantian oksigen dan gas-gas yang lain. Gambar 3 menunjukkan bagian-bagian jantung. Setiap kali jantung memompa akan menimbulkan detakan, yang disebut dengan denyut. Denyut ini dihitung frekuensinya per menit; bila denyut berkecepatan 75 per menit artinya jantung berdetak 75 kali per menit. Penghitungan denyut biasanya dilakukan melalui pergelangan tangan, selama 10 sampai 15 detik. Sistem respiratori atau pernafasan meliputi organ hidung, mulut, tenggorokan, bronchi dan paru-paru.
Gambar 4 menunjukkan komponen-komponen dalam
25
sistem ini. Bernafas meliputi aktivitas menarik dan mengeluarkan udara, dan di dalam udara terkandung 21% oksigen yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Fungsi utama dari paru-paru adalah menyediakan oksigen bagi tubuh, yang dibawa melalui aliran darah menuju seluruh sel dalam tubuh.
(Sumber: R. P. Pangrazi. Dynamic Physical Education for Elementary School Children. San Fransisco: Pearson Education, Inc. 2004:285) Jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh, sangat tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Bila seseorang melakukan kerja atau latihan berat, maka kecepatan respirasinya akan meningkat dan dengan sendirinya akan membawa lebih banyak oksigen. Jika jumlah oksigen yang disuplai ke sel-sel tubuh mencukupi untuk mempertahankan tingkat aktivitas, maka aktivitas itu disebut aerobik atau daya tahan aerobik. Sebaliknya jika aktivitas yang dilakukan memiliki intensitas yang tinggi, seperti lari cepat atau lari naik tangga, dan kecepatan suplai oksigen tidak dapat mengimbangi kecepatan aktivitas, maka pada saat itu selama waktu yang relatif singkat fungsi tubuh berjalan tanpa bantuan oksigen. Keadaan ini disebut dengan “hutang oksigen”, yang harus dibayar kemudian. Aktivitas semacam ini disebut dengan anaerobik.
26
2. Perkembangan Keterampilan Motorik Dengan meningkatnya ukuran-ukuran dan makin matangnya fungsi-fungsi jasmani, anak-anak juga akan memperoleh perkembangan kemampuan dalam keterampilan motorik. Meskipun sebagian besar perilaku merupakan hasil belajar, perlu diingat bahwa faktor kematangan sangat berpengaruh dan akan membatasi jenis-jenis keterampilan yang dapat dipelajari dan seberapa banyak keterampilan yang mampu dipelajari.
Kecakapan dalam keterampilan motorik sangat
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan jasmani. Perkembangan perilaku motorik terdiri dari 5 tahap, yaitu: tahap reflektif, elementer, gerak dasar, spesifik dan spesialisasi. Perincian dari kelima tahap tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Tahap Perilaku Motorik TINGKAT PERKEMBANGAN
TAHAPAN
CONTOH KARAKTERISTIK PERILAKU
Sebelum lahir – masa bayi (-5 bln – 1 tahun)
Reflektif
Menghisap, meraih, fleksi, ekstensi, postural adjustments
Masa bayi (0 sampai 2 tahun)
Elementer
Berguling, duduk, merangkak, merambat, berdiri, berjalan, meraih
Awal masa kanak-kanak (2 sampai 7 tahun)
Gerak dasar
Pertengahan-hingga akhir masa kanak-kanak (8 sampai 12 tahun)
Spesifik
Remaja sampai dewasa (12 tahun ke atas)
Spesialisasi
Lokomotor, nonlokomotor, manipulatif, dan kesadaran gerak Penyempurnaan gerak dasar dan kesadaran gerak; gerak dasar tari-tarian, permainan/ olahraga, senam dan aktivitas akuatik Aktivitas rekreasional dan atau sampai kompetitif.
(Sumber: Carl Gabbard, Elizabeth LeBlanc & Susan Lowy. Physical Education for Children: Building the Foundation. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. 1987, p:22) Berikut ini akan diuraikan karakteristik perilaku motorik pada masing-masing tahap perkembangan, namun demikian agar pembahasan lebih terfokus pada
27
batasan usia dini, maka yang akan diuraikan dalam kesempatan ini adalah tahap gerak dasar, spesifik dan spesialisasi.
a. Tahap Gerak Dasar Gerak dasar yang meliputi gerak lokomotor merupakan gerak berpindah tempat, misalnya; berjalan, berlari, dan melompat, gerak nonlokomotor (stability) merupakan gerakan di tempat, misalnya; gerakan mengayun, memutar, dan menekuk, gerak manipulatif merupakan gerakan memaikan benda menggunakan tangan atau kaki, misalnya; melempar, menangkap, menggiring dan menendang, dan kesadaran gerak (perceptual efficiency) merupakan dasar dari gerak-gerak yang lebih kompleks. Bagi anak yang normal hampir semua bentuk keterampilan dan kesadaran gerak yang terkait dengan gerak dasar dapat dikuasai dengan baik pada derajad tertentu pada usia sekitar 7 tahun, karena pola gerak reflek mempengaruhunya, dalam refleks ini terdapat tiga reaksi: (1). Bila kepala diputar, angota-angota gerak yang terletak diarah putaran wajah akan berekstensi. Sedang yang dibelakang wajah akan melakukan fleksi, (2). Bila kepala menunduk, ekstrimitas atas akan melakukan melakukan
fleksi,
dan
ekstrimitas
bawah
akan
ekstensi, (3). bila kepala ditengadahkan, ektrimitas bawah akan
melakukan fleksi sedangkan ekstimitas atas akan melakukan ekstensi. Keterampilan dasar adalah aktivitas motorik seperti lari, lompat, lempar atau menangkap (pola gerak dasar). Masing-masing memiliki kategori gerak dasarnya, yaitu
lokomotor,
nonlokomotor
dan
manipulatif.
Tahap
perkembangan
keterampilan dasar biasanya menggunakan rentang dari belum matang sampai matang atau dari bentuk minimal sampai bentuk keterampilan olahraga.
Ini
merupakan ciri-ciri keterampilan anak usia 2 sampai 7 tahun. Keterampilan olahraga merupakan pola gerak dasar yang sudah matang, yang diadaptasi untuk kebutuhan gerak khusus dalam suatu cabang olahraga, misalnya passing-throwing (melempar-menangkap) dalam cabang olahraga bola basket, lompat jauh (melompat), dan lari dalam cabang sepakbola.
28
Keterampilan nonlokomotor, atau kadangkala juga disebut stability skills, adalah gerakan yang dilakukan dengan sesedikit mungkin atau sama sekali tanpa berpindah
pijakan/tumpuan,
misalnya
bergoyang
(twisting,
swaying),
membungkuk dan lainnya. Gerak nonlokomotor biasanya dikuasai hampir bersamaan dengan gerak lokomotor. Keterampilan manipulatif adalah bentuk keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol benda atau objek dengan menggunakan tangan atau kaki. Terdapat 2 jenis keterampilan manipulatif, yaitu reseptif dan propulsif. Keterampilan manipulatif reseptif adalah kemampuan untuk menerima dan mengendalikan objek, seperti menangkap bola, mencegat bola. Sementara manipulatif propulsif ditandai dengan adanya pengerahan tenaga terhadap objek, seperti menendang, memukul, melempar.
b. Tahap Spesifik Keterampilan dan kesadaran terhadap gerak yang dikuasai anak-anak selama masa tahapan dasar, sedikit demi sedikit akan makin membaik akurasinya maupun kemampuan adaptasinya. Pada usia sekitar 8-9 tahun, perkembangan sosial anak memiliki peran sebagai stimulan dalam proses “memperbaiki gerak”, khususnya bentuk-bentuk gerakan yang diperlukan untuk memainkan permainan yang saat itu sedang populer. Selama masa akhir tahap ini, sekitar usia 9-12 tahun, banyak bentuk-bentuk keterampilan dasar yang sudah dapat dikuasai dengan baik oleh anak-anak dan akan terus membaik. Mereka juga mulai dapat melakukan gerakgerak dasar dalam berbagai variasi dan situasi yang lebih kompleks, atau dalam permainan olahraga kecabangan.
c. Tahap Spesialisasi Selama masa remaja dan kemudian berlanjut hingga dewasa, kemampuankemampuan yang khusus dapat diasah agar menjadi makin baik sekaligus diterapkan atau diadaptasikan dalam bentuk keterampilan tertentu atau
29
spesialisasi. Keberhasilan memperbaiki keterampilan dalam bentuk atau untuk spesialisasi, sangat tergantung pada adanya minat dan latihan.
3. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Pemahaman terhadap prinsip-prinsip perkembangan akan membantu kita untuk dapat menyusun perencanaan kegiatan pembelajaran, memberikan stimulasi dan pengayaan pengalaman yang sesuai bagi anak-anak. Dengan pemahaman ini, kita juga akan dapat melakukan yang tindakan yang tepat untuk menyemangati dan mendukung anak dalam belajar. Terdapat seperangkat prinsip yang menjadi karakteristik pola dan proses pertumbuhan dan perkembangan. Prinsip-prinsip ini akan menjelaskan tipikal perkembangan sebagai suatu proses yang berurutan dan dapat diramalkan atau diprediksi. Menurut Ruffin (2001) kita dapat meramalkan bagaimana sebagian besar anak akan berkembang dengan kecepatan yang sama dan pada waktu yang hampir bersamaan dengan anak lain yang seusianya. Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam satu dua aspek, namun pola tumbuh-kembang anak-anak dapat dikatakan berlaku secara universal.
a. Prinsip Perkembangan (1) Perkembangan dimulai dari kepala ke arah kaki. Prinsip ini menjelaskan mengenai arah perkembangan dan pertumbuhan. Menurut prinsip ini, anak-anak akan terlebih dahulu mampu mengontrol bagian kepalanya, kemudian lengan dan terakhir tungkai. Kemampuan mengkoordinasi lengan akan diikuti dengan kemampuan mengkoordinasi tungkai. (2) Perkembangan dimulai dari bagian tengah ke bagian luar tubuh. Prinsip ini menjelaskan arah perkembangan. Menurut prinsip ini, sum-sum tulang belakang (spinal cord) berkembang terlebih dahulu, sebelum bagian yang lebih luar. Atau dengan kata lain, perkembangan dimulai dari bagian tengah tubuh ke arah luar.
Lengan akan berkembang terlebih dahulu
30
sebelum tangan, dan tangan atau kaki akan berkembang sebelum jarijemari. Jari-jemari baik di tangan maupun di kaki, yang digunakan untuk gerak motorik halus merupakan bagian yang terakhir berkembang dalam proses perkembangan fisik. (3) Perkembangan
tergantung
pada
kematangan
dan
pembelajaran.
Kematangan merujuk pada urut-urutan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan biologis. Perubahan biologis berlangsung secara berurutan dan akan memberi kemampuan baru bagi anak-anak. Perubahan pada otak dan sistem saraf lebih banyak tergantung pada adanya proses pematangan. Perubahan di bagian ini akan menyebabkan meningkatnya kemampuan anak-anak dalam berpikir (kognitif) dan keterampilan motorik (fisik). Di samping itu, anak-anak harus terlebih dahulu mencapai kematangan pada titik tertentu sebelum ia mampu berkembang lebih lanjut untuk menguasai keterampilan yang baru. Lingkungan dan pembelajaran yang dialami oleh anak-anak memiliki berpengaruh besar terhadap optimasi perkembangan anak-anak. Rangsangan lingkungan dan pengalaman yang beragam akan membuat
anak
mampu
mengembangkan
kemampuannya
secara
maksimal. (4) Perkembangan dimulai dari sesuatu yang simpel/nyata ke arah yang lebih kompleks. Anak-anak menggunakan kognisi dan keterampilan bicaranya untuk memberikan alasan dan memecahkan masalah. Sebagai contoh, belajar hubungan antara 2 benda, mencari kesamaannya atau penggolongannya merupakan kemampuan yang penting untuk mengembangkan kognisi. Proses kognisi pada saat belajar bagaimana atau apa kesamaan antara apel dan jeruk, dimulai dari tahap pemikiran yang mudah tentang ciri-ciri 2 objek. Bila tidak melihat adanya kesamaan, maka anak-anak usia kelompok bermain akan mendeskripsikan objek berdasarkan beberapa ciriciri dari objek tersebut, misalnya ciri warnanya. Barangkali responsnya:
31
“apel berwarna merah dan jeruk oranye”. Tahap pertama dari proses berpikir tentang apa kesamaan 2 objek, sama dengan mendeskripsikan atau mencari hubungan fungsional di antara kedua objek tersebut.
Bila
kemampuan kognisi anak makin berkembang, mereka akan mampu memahami hubungan yang lebih kompleks dari 2 objek atau benda. (5) Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terus-menerus dan berkelanjutan. Seiring dengan perkembangan, anak-anak akan makin menguasai keterampilan-keterampilan yang sudah mereka pelajari dan menambah keterampilan baru. Selanjutnya keterampilan baru ini akan menjadi dasar bagi penguasaan keterampilan baru yang lain. Pola ini berlaku pada sebagian besar anak. Satu tahap perkembangan akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya, demikian seterusnya. Bayi terlebih dahulu mampu menggerakkan lengan dan tungkai sebelum mampu meraih sesuatu. (6) Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari hal yang umum ke hal yang khusus. Dalam perkembangan motorik, bayi akan terlebih dahulu meraih sesuatu dengan tangannya sebelum mampu melakukannya dengan hanya menggunakan jemari tangannya, atau hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya. Awal gerak motorik bayi sangat umum, tidak terarah, dan reflektif. Pertumbuhan terjadi dari gerak otot besar ke gerak otot yang lebih kecil/halus. (7) Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan bersifat individual. Setiap anak berbeda dan kecepatan pertumbuhannya juga berbeda-beda. Meskipun pada umumnya pola dan tahapan perkembangan dan pertumbuhannya sama, tetapi kecepatan mencapai tingkat perkembangan tertentu bisa berbeda-beda.
Dengan memahami kenyataan bahwa
32
kecepatan perkembangan bersifat individual, maka kita harus berhati-hati karena usia tidak dapat dengan begitu saja digunakan sebagai patokan untuk mendeskripsikan atau menyimpulkan tingkat perkembangan seorang anak. Beberapa anak akan mulai berjalan pada usia 10 bulan sementara beberapa yang lain baru dapat berjalan beberapa bulan lebih tua hingga sekitar usia18 bulan. Anak juga ada yang pasif, dan ada juga yang aktif. Namun bukan berarti bahwa anak yang aktif lebih cerdas dari anak yang pasif. Hingga saat ini belum ada komparasi yang benar-benar valid untuk membandingkan kemajuan antar satu anak dengan lainnya.
b. Karakteristik Masa Anak-anak (anak besar) usia 6 Sampai 12 Tahun ditinjau dari Ranah Kognitif, Afektif, Perkembangan Gerak dan Implikasi Program Perkembangan Gerak Anak laki-laki dan perempuan bersifat sebangun di dalam pola pertumbuhan mereka, dengan pola pertumbuhan anggota tubuh (seperti lengan, tungkai) menjadi lebih cepat dari pertumbuhan bagian togok sepanjang masa anak-anak.
Perkembangan ranah afektif bisa dikatakan dramatis selama awal tahun masa anak-anak. Selama periode ini, anak dilibatkan di dalam kedua tugas baik itu tugas sosial dan emosional yang penting untuk perkembangkan inisiatif pada anak (prakarsa). Anak-anak terlibat dalam pengalaman-pengalaman baru, seperti memanjat, melompat, berlari, dan melemparkan sesuatu, demi mereka sendiri dan untuk kegembiraan saja dan mengetahui apakah mereka mampu melakukan. Kegagalan untuk mengembangkan inisiatif/ prakarsa dan kebebasan
33
memimpin memunculkan perasaan malu, tidak berharga, dan rasa bersalah. Penetapan dari suatu konsep diri yang stabil adalah yang penting kepada pengembangan ranah afektif pada seorang anak karena itu berpengaruh fungsi kognitif dan psikomotor. Melalui perantara permainan, anak kecil mengembangkan suatu asas daya gerak yang luas, manipulatif, dan kemampuan-kemampuan stabilitas. Dengan suatu konsep diri yang positif dan yang stabil, keuntungan pengontrolan otot dapat terkendalli lebih lancar. Rasa takut, berhati-hati, dan terukur dalam bergerak pada anak usia 6 sampai 7 tahun secara berangsur-angsur akan memberikan rasa percaya diri, keinginantahuan. Imajinasi-imajinasi hidup memungkinkan anak dapat melakukan melompat dan memanjat Karakteristik-karakteristik
perkembangan
menunjukkan suatu perpaduan dari sebuah
berikut
dapat
diwakili
sumber yang luas dan
diperkenalkan di sini untuk menyediakan suatu pandangan yang lebih lengkap secara keseluruhan kondisi anak selama awal tahun masa anak-anak sangat luas 1) Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak (a) Anak laki-laki dan perempuan memiliki tinggi badan dari sekitar 111,8-152,4 cm dan memiliki berat badan20.0-40.8 kg (b) Pertumbuhan melambat, terutama dari usia 8 hingga terakhir dari periode ini. Ada saat pertumubuhan melambat tetapi masih ada kenaikan-kenaikan, tidak seperti keuntungan kecepatan penambahan tinggi dan berat selama masa pra-sekolah. (c) Tubuh mulai bertambah tinggi, dalam satu tahun tingginya bertambah dari 5.1-7.6 cm dan dalam satu tahun berat badan bertambah dari 1.42.7 kg. (d) Cephalocaudal (dari kepala ke kaki) dan proximodistal (pusat ke batas luar) prinsip-prinsip dari perkembangan di mana pada kenyataannya
34
otot-otot yang besar dari tubuh itu lebih cepat perkembangannya dibanding otot-otot yang kecil. (e) Anak perempuan secara umum sekitar satu tahun di depan anak lakilaki di dalam perkembangan fisiologis, dan membedakan minat mulai muncul pada akhir periode ini. (f) Pilihan tangan adalah sekitar 85 persen lebih menyukai tangan kanan dengan dibentuk kuat dan sekitar 15 persen yang lebih menyukai tangan kiri (g) Anak laki-laki dan anak perempuan adalah keduanya penuh dengan energi tetapi sering kali rendah dalam menguasai daya tahan, mengukur daya tahan dan mudah lelah. Kemampuan reaksi pada latihan bagaimanapun sangat besar. (h) Mekanisme-mekanisme
perceptual
visual
secara
penuh
dibentuk/mapan pada akhir periode ini. (i) Aktivitas yang yang melibatkan mata dan anggota tubuh- anggota tubuh lain berkembang pelan-pelan. Aktivitas seperti itu seperti memvoly atau membentur bola yang di berdirikan dan melempar memerlukan praktek yang cukup yang mempertimbangkan untuk penguasaan. 2) Karakteristik-Karakteristik Perkembangan ditinjau dari Ranah Kognitif (a) Tahap perhatian adalah secara umum masih singkat pada awal periode ini, tetapi secara berangsur-angsur akan meluas. Bagaimanapun juga, anak laki-laki dan perempuan dari
usia ini akan sering kali
memanfaatkan waktu untuk aktivitas yang menjadi minat besar mereka. (b) Mereka bersiap-siap untuk belajar dan untuk menyenangkan orang dewasa (orang di sekitarnya), tetapi mereka masih membutuhkan bantuan dan bimbingan di dalam membuat keputusan.
35
(c) Anak-anak mempunyai imajinasi yang baik dan penampilan kreatif yang sangat baik; bagaimanapun rasa malu kelihatan untuk menjadi suatu akhir dari periode ini. (d) Mereka sering tertarik akan televisi, komputer-komputer, game-game video, dan membaca. (e) Mereka tidak mampu berpikir abstrak dan sukses terbaik dengan contoh-contoh nyata dan situasi-situasi selama permulaan dari periode ini. Lebih banyak kemampuan-kemampuan teori abstrak bersifat jelas pada akhir periode ini. (f) Anak-anak dengan beralasan curiga dan ingin mengetahui "mengapa." 3) Karakteristik Perkembangan ditinja dari Ranah Afektif . (a) Minat dari anak laki-laki dan anak perempuan bersifat sebangun pada awal periode ini tetapi segera mulai untuk berbeda/ menyimpang. (b) Anak adalah berpusat pada diri sendiri dan bermain dengan kurang baik di dalam kelompok-kelompok yang besar untuk periode waktu yang lama selama tahun yang utama, situasi-situasi kelompok kecil dengan ditangani dengan baik. (c) Anak sering agresif, membual, kritis, reaksi yang berlebih, dan menerima kekalahan dan memenangkan dengan kurang baik. (d) Ada satu tidak konsisten tingkat kedewasaan; anak itu sering lebih sedikit bersikap dewasa di rumah dibanding di sekolah. (e) Anak mau mendengarkan yang berwibawa, "adil" hukuman, disiplin, dan penguatan. (f) Anak-anak bersifat ingin/gembira dan senang bertualang untuk dilibatkan dengan seorang teman atau kelompok para teman di dalam aktivita berbahaya. (g) Konsep diri anak itu menjadi dengan kuat dibentuk/mapan.
36
4) Pelaksanaan untuk Program Perkembangan Gerak (a) Harus ada peluang untuk anak-anak untuk melakukan gerakan-gerakan pokok di dalam bidang-bidang lokomotor, manipulasi, dan stabilitas sampai batas di mana mereka cairan dan efisien. (b) Bantuan kebutuhan anak-anak di dalam membuat transisi dari tahap gerakan pokok sampai tahap gerakan yang khusus. (c) Mereka mempunyai kelompok dan mengamankan tempat-tempat di dalam sekolah mereka dan rumah mereka. (d) Peluang besar untuk dorongan dan penguatan positif dari orang dewasa adalah perlu mempromosikan pengembangan yang dilanjutkan dari konsep diri yang positif. (e) Peluang dan dorongan untuk menjelajah dan eksperimen melalui gerakan dengan tubuh dan obyek mereka di dalam lingkungan meningkatkan efisiensi gerak perceptual. (f) Harus ada praktek agar merasakan di mana ada tanggung jawab lebih besar semakin diperkenalkan dengan mempromosikan kepercayaan pada diri sendiri. (g) Peluang untuk aktivitas regu harus disediakan di waktu wajar. (h) Aktivitas Imajiner dan meniru-niru bisa secara efektif disatukan ke dalam program selama tahun karena imajinasi-imajinasi anak-anak itu masih bersemangat (i) Aktivitas yang dilakukan pada tingkat ini dengan melibatkan pemakaian musik dan irama bersifat menyenangkan dan bersifat berharga di dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan gerak dasar, kreativitas, dan suatu pemahaman dasar komponen-komponen dari musik dan irama. (j) Aktivitas yang melibatkan memanjat dan menggantung adalah berpengaruh baik bagi perkembangkan tubuh bagian atas. (k) Diskusikan situasi dalam permainan termasuk peraturan permainan seperti itu seperti mengambil giliran, perlakuan wajar, tidak menipu,
37
dan nilai-nilai yang umum lainnya sebagai alat penetapan suatu pengertian yang lebih lengkap dari yang benar atau salah. (l) Mulai untuk menekankan ketelitian, wujud, dan ketrampilan di dalam kinerja dari ketrampilan-ketrampilan gerakan. (m) Beri dorongan kepada anak-anak untuk berpikir sebelum mereka bertindak dalam satu aktivitas. Membantu mereka mengenali alat yang berpotensi bahaya sebagai alat mengurangi perilaku mereka yang sering kali sembrono. (n) Mendorong ke aktivitas kelompok kecil yang diikuti oleh aktivitas kelompok yang lebih besar dan pengalaman olahraga beregu. (o) Penggunaan dari aktivitas yang berirama untuk menyaring koordinasi yang diinginkan. (p) Keterampilan-keterampilan gerakan khusus dikembangkan dan dipilih pada akhir periode ini. Pentingnya waktu luang untuk praktek, dorongan, dan instruksi selektif. (q) Keikutsertaan yang muda di dalam aktivitas olahraga yang bersifat untuk perkembangan yang sesuai dan menghubungkan kebutuhan dan minat dari anak-anak harus diberikan dorongan.
C. KONSEP PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHARAGA Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui penyediaan
pengalaman
belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermaian, dan berolahraga yang direncanakan secara sistematis guna merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik, Organik, keterampilan motorik, keterampilan berfikir, emosional, sosial dan moral. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yakni memberikan kesempatan pada peserta didik terlibat
38
langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan aktivitas olahrga secara sistematis. Hal tersebut merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional, spiritual dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbangan. Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani peserta didik akan memperoleh pengalaman yang erat kaitannya kesan pribadi yang menyenangkan berbagai ungkapan kreatif, inovatif, keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pola hidup sehat, pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia, juga akan membentuk keperibadian yang positif. Pendidikan Jasmani menekankan aspek pendidikan yang bersifat menyeluruh (kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, ketermapilan sosial, penalaran dan tindakan moral), yang merupakan tujuan pendidikan pada umumnya. Atau secara spesifik melalui pembelajaran pendidikan jasmani, peserta didik melakukan kegiatan berupa permainan (game), dan berolahraga ( disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak). Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah perkembangan zaman.
1. Hakekat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,
39
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan
pikiran
dan
jiwanya.
Fokusnya
pada
pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya
seperti
pendidikan
jasmani
yang
berkepentingan
dengan
perkembangan total manusia. Dari pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Karenanya pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam ”pikiran dan tubuh” yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian
40
seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, pendidikan jasmani diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat 1, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
2. Definisi Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani
yang
didesain
untuk
meningkatkan
kebugaran
jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap peserta didik. Hal ini sesuai dengan batasan pengertian pendidikan jasmani menutut UNESCO dalam “ International Charter of Physical Education and Sport ” (1978), sebagai berikut : Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematika melalalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilan
jasmani,
pertumbuhan,
kecerdasan dan pembentukan watak. 2 Materi mata pelajaran Pendidikan Jasmani yang meliputi: pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik (aktivitas air); dan 1
http://www.pbprimaciptautama.blogspot.com/2007/06/falsafah-pendidikan-jasmani.html
2
Harsuki. Perkembangan Olahraga Terkini. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), p. 26.
41
pendidikan luar kelas (outdoor) disajikan untuk membantu peserta didik agar memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan, yang pada gilirannya peserta didik diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup seseorang. Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif.
3. Pengertian Olahraga Olahraga adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Dari uraian di atas maka pengertian olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
42
4. Perbedaan Pendidikan Jasmani dengan Olahraga Sehubungan hal di atas sesuai dengan pendapat Abdul Kadir Ateng, dalam mata kuliah
yang disampaikan oleh
azas dan
falsafah
pendidikan
olahraga tentang perbedaan olahraga dan pendidikan jasmani, sebagai berikut :3
Komponen
Tujuan Materi Bentuk gerak Peraturan
Pendidikan Jasmani Pendidikan keseluruhan, kepribadian dan emosional Child centered (sesuai dengan kebutuhan anak/individualized) Seluas gerak kehidupan sehari-hari Disesuaikan dengan keperluan (tidak dibakukan)
Sport (Olahraga) Kinerja motorik (motor performance/kinerja gerak untuk prestasi Subject centered (berpusat pada materi) Fungsional untuk cabang olahraga bersangkutan Peraturannya baku (standar) agar dapat dipertandingkan Ditinggalkan/untuk milih cabang olahraga lain
Anak yang lamban
Harus diberi perhatian ekstra
Talen Skating (TS)
Untuk mengukur kemampuan awal
Untuk cari atlit berbakat
Latihannya
Mutilateral (latihan yang menyangkut semua otot)
Spesifik
Partisipasi
Wajib
Bebas
Perbedaan pendidikan jasmani yang telah disampaikan oleh Abdul Kadir Ateng, diperkuat oleh Syarifudin, dalam buletin pusat perbukuan, yaitu : Komponen Tujuan
Orientasi
Materi 3
Pendidikan Jasmani
Olahraga
Program yang dikembangkan sebagai sarana untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan totalitas subjek.
Program yang dikembangkan sebagai sarana untuk mencapai prestasi optimal.
Aktivitas jasmani berorientasi pada kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan subjek Materi perlakuan tidak
Aktivitas jasmani berorientasi pada suatu program latihan untuk mencapai prestasi optimal Untuk mencapai prestasi
Abdul Kadir Ateng . Perkulian Azas Pendidikan Olahraga.
43
Komponen
Lamanya perlakuan
Frekuensi perlakuan
Intensitas
Peraturan
Pendidikan Jasmani dipaksakan melainkan disesuaikan dengan kemampuan anak. Lamanya aktivitas jasmani yang dilakukan dalam pendidikan jasmani tiap pertemuan dibatasi oleh alokasi waktu kurikulum. Di samping itu juga disesuaikan dengan kemampuan organ-organ tubuh subjek. Frekuensi pertemuan belajar pendidikan jasmani dibatasi oleh alokasi waktu kurikulum. Namun demikian diharapkan peserta didik dapat mengulang-ulang keterampilan gerak yang dipelajari di sekolah pada waktu senggang mereka dirumah. Diharapkan mereka dapat melakukan pengulangan gerakan antara 2 sampai 3 kali/minggu. Intensitas kerja fisik disesuaikan dengan kemampuan organ-organ tubuh subjek
Tidak memiliki peraturan yang baku. Peraturan dapat dibuat sesuai dengan tujuan dan kondisi pembelajaran
Olahraga optimal materi latihan cenderung dipaksakan. Lamanya aktivitas jasmani yang dilakukan dalam latihan olahrag cenderung tidak dibatasi.Agar individu dapat beradaptasi dengan siklus pertandingan, aktivitas fisik dalam latihan harus dilakukan mendekati kemampuan optimal. Agar dapat mencapai tujuan, latihan harus dilakukan dalam frekuensi yang tinggi.
Intensitas kerja fisik harus mencapai ambang zona latihan. Agar subjek dapat beradaptasi dengan siklus pertandingan kelak, kadangkadang intensitas kerja fisik dilakukan melebihi kemampuan optimal. Memiliki peraturan permainan yang baku. Sehingga olahraga dapat dipertandingkan dan diperlombakan dengan standar yang sama pada berbagai situasi dan kondisi.
Dengan adanya perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga secara konsep, ,maka secara sistimatis dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga akan memiliki perbedaan, hal ini sesuai dengan contoh perbedaan pembelajar pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu :
44
Pendidikan Jasmani Berjalan Pembelajaran berjalan pada pendidikan jasmani ditujukan pada usaha untuk membentuk sikap dan gerak tubuh yang sempurna. Pembelajaran biasanya dilakukan melalui materi baris-berbaris Lari Materi lari pada pendidikan jasmani dimaksudkanuntuk dapat mengembangkan keterampilan gerak berlari dengan baik. Berlari dapat dilakukan dalam beberpa bentuk; lari zigzag, lari kijang, lari kuda, dan beberapa bentuk lari lainnya Lompat Materi lompat dalam pendidikan jasmani dimaksudkan untuk dapat mengembangkan keterampilan gerak lompat dengan baik. Lompat dapat dilakukan dalam beberapa bentuk ; lompat harimau, lompat kodok, dan beberpa bentuk lompat lainnya. Lempar Materi lempar dalam pendidikan jasmani dimaksudkan untuk dapat mengembangkan ketermapilan gerak lempar dengan baik. Melempar dapat dilakukan dengan beberapa bentuk ; lempar bola, lempar sasaran, dan beberpa bentuk lempar lainnya.
Olahraga Berjalan Berjalan pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan berjalan dilakukan dengan secepat-cepatnya melalui teknik dan peraturan yang telah baku Lari Lari pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan dilakukan untuk mencapai prestasi optomal. Dalam cabang atletik lari dibagi dalam beberapa nomor. Lompat Lompat pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan lompat pada cabang atletik dilakukan untuk mencapai prestasi optimal Lempar Lempar dalam olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan lempar pada cabang atletik dilakukan untuk mencapai prestasi optimal.
5. Tujuan Pendidikan Jasmani Pokok-pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani bahwa tujuan pendidikan jasmani mencakup empat komponen, yakni : 1.) komponen organik, merupakan gambaran tujuan aspek fisik dan psikomotor yang harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi ; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantung dan otot. 2.) komponen neuromuskuler merupakan gambaran tujuan yang meliputi aspek kemampuan unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan, keseimbangan, dan kecepatan. 3.) komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif
45
4.) komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan afektif Jika mengamati tujuan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Mengembangkan
keterampilan
pengelolaan
diri
dalam
upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 5) Mengembangkan
sikap
sportif,
jujur,
disiplin,
bertanggungjawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis 6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
D. TAHAPAN BELAJAR GERAK Dalam belajar gerak, idealnya dimulai dari tahap pemahaman konsep, tahap asosiasi, dan tahap automatisasi.
46
1. Pemahaman Konsep (cognitive stage) Selama cognitive stage ini, peserta didik pertama kali diperkenalkan dengan ketrampilan gerak yang baru, dan tugas untuk mengembangkan satu pemahaman persyaratan-persyaratan gerakan itu. Pemahaman konsep ini diawali dengan cara melihat suatu proses bagaimana suatu gerakan dilakukan, jadi sebaiknya guru pendidikan jasmani memperagakan terlebih dahulu suatu gerakan baru kemudian peserta didik diminta untuk melakukannya kembali. Ini berarti sebelum menyuruh peserta didik melakukan tugas unjuk kerja, mereka terlebih dahulu harus memahami secara konsep rincian unjuk kerja tersesebut, baru kemudia mereka disuruh untuk melakukannya.
2. Tahap yang kedua atau associative stage Setelah peserta didik mencoba gerakan secara berulang-ulang, maka akan muncul suatu suatu gerakan yang dirasakan sesuai secara individu, ada kemungkinan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainya akan berbeda dalam menampilkan suatu unjuk kerja. Seorang peserta didik pada tahap ini menjadi merasa terikat dan memilih pada pola gerakan tertentu. Gerakan menjadi lebih konsisten, dengan sedikit kesalahan. Kemampuan melakukan gerakan dengan secara tidak langsung akan memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri sendiri, membiarkan peserta didik untuk mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang disesuaikan pada berbagai kondisi lingkungan. Dalam tahap ini, kemampuan peserta didik menjadi terus meningkat tidak hanya mendeteksi penyebab kesalahannya tetapi juga tentang pengembangan strategi yang sesuai untuk kebaikan mereka. Perubahan karakter peserta didik, peran guru pada tahap ini menggeser dari satu instruksi yang mendominasi untuk praktek perancangan dengan desain constructive practice experiences.
47
3. Autonomous stage Tahap akhir ini tidak semua peserta didik akan dapat mencapainya. Di dalam tahap automatisasi, penampilan mencapai tingkat kecakapan yang paling tinggi dan telah menjadi otomatis. Perhatian peserta didik selama tahap ini direlokasikan kepada pengambilan keputusan yang strategis. Sebagai tambahan, tugas-tugas ganda dapat dilaksanakan secara serempak. Akhirnya, peserta didik-peserta didik di dalam tahap ini bersifat konsisten, merasa yakin/ percaya diri, membuat sedikit; kesalahan dan secara umum dapat mendeteksi dan mengoreksi kesalahan yang mereka lakukan. kecakapan ketrampilan telah mencapai tingkatan-tingkatan yang paling tinggi, di sana tinggal untuk perbaikan, hanya peserta didik yang mempunyai talenta dalam cabang olahraga tertentu yang sampai pada tahap outomatisasi ini.
E. GAYA MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang dapat mengantarkan pada perubahan dalam aktivitas sebagai hasil dari latihan. Di mana yang menjadi dasar dari belajar adalah perubahan yang terjadi pada tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertianpengertian baru, perubahan yang terjadi pada sikap, kebiasaan-keniasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial dan emosional. Belajar yang dimaksud bukan hanya yang menyangkut kegiatan dalam berfikir untuk mendapatkan pengetahuan semata, melainkan juga yang berhubungan dengangerak tubuh, emosi dan perasaan. Yang mana apabila tahap belajar yang menekankan pada aktivitas berfikirnya maka kita golongkan kepada ranah belajar kognitif. Dan apabila belajar dengan menekankan pada aktivitas emosi dan perasaan yang kita golongkan pada ranah belajar afektif. Sementara belajar yang
48
menekankan kepada aktivitas gerak tubuh maka kita golongkan pada ranah belajar psikomotor atau belajar gerak (motorik) Belajar adalah sebagai upaya aktif yang dilakukan oleh seseorang dalam upaya memperoleh perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang diharapkan mencakup pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dan belajar yang dilakukan pada umumnya berlangsung dari yang sederhana ke yang lebih kompleks walaupun belum terdapat kesamaan di dalam langkah-langkah yang ditempuh. Belajar tak terlepas dari proses pengajaran, yang mana pengajaran itu sendiri adalah suatu proses dari penyampaian informasi yang dilakukan oleh guru ke pada peserta didik. Dalam hal ini kita membutuhkan suatu teori pengajaran yang bersifat universal, yang mana difokuskan pada kegiatan pengajaran sebagai salah satu aspek tingkah laku manusia yang berdiri sendiri. Pembahasan mengenai struktur pengajaran harus selalu dilengkapi dengan pembahasan mengenai bagaimana kondisi yang berlangsung pada saat peserta didik sedang melakukan kegiatan belajar. Pemahaman mengenai struktur pengajaran serta struktur materi pelajaran merupakan bahan kajian yang sangat penting. Dari suatu proses pengajaran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan tiap-tiap peserta didik di dalam mengemukakan gagasan pribadi masing-masing. Di sini guru harus dapat menjadi suatu jembatan yang dapat menghubungkan antara peserta didik dengan isi dari materi pelajaran serta dapat menjaga keharmonisan dari semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan pembelajaran tersebut, baik dari guru itu sendiri, materi pelajaran maupun dengan peserta didik. Untuk itu, di dalam memilih gaya pengajaran merupakan salah satu jembatan penghubung diantara peserta didik dengan materi pelajaran. Terdapat beberapa gaya pengajaran yang dapat dipilih di dalam pelaksanaan proses pengajaran, seperti: Gaya Pemberian Perintah (Komando), Gaya Latihan, Gaya Resiporkal, Gaya Periksa Sendiri, Gaya Inklusi, Gaya Penemuan Terpimpin, dan Gaya
49
Divergen, yang mana memiliki kekhususan sesuai dengan tujuan dari masingmaisng kegiatan yang akan dilakukan. Mosston mengemukakan spectrum gaya mengajar sebagai upaya menjembatani di antara pokok bahasan dan belajar. Spektrum ini merupakan suatu konsepsi teoritis dan suatu desain atau rancangan operasional mengenai alternatif atau kemungkinan gaya mengajar. Setiap gaya mengajar memiliki struktur tertentu yang menggambarkan peran guru, peserta didik dan mengidentifikasi tujuantujuan yang dapat dicapai jika gaya mengajar ini dilakukan. Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh peserta didik di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan. Jenis-jenis keputusan dibuat oleh guru dan peserta didik yang menentukan proses dan hasil dari episode itu. Oleh karena itu, spectrum gaya mengajar ini memberikan kepada guru suatu susunan atau aturan tentang alternatif di dalam perilaku mengajar, yang memungkinkan guru mencapai lebih banyak peserta didik dan memenuhi banyak tujuan. Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar dalam pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar-mengajarnya. Dougherly dan Bonanno
mengemukakan
padangannya
terhadap
gaya-gaya
mengajar
dikemukakan oleh Mosston tentang karakteristik, pertimbangan-pertimbangan mengajar tertentu, dan kelebihan dan kekurangannya. Selanjutnya ia mengemukakan pendapatnya dalam melaksanakan dan menerapkan gaya mengajar tersebut, adalah: 1). Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya. Setiap gaya mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu pada gaya itu sendiri. Faktor-faktor ini harus ditekankan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu dari pelajaran, kesiapan peserta didik untuk mengambil keputusan faktor lain.
50
2). Ada periode yang membuat atau menyebabkan berhenti yang harus diamati, jika gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekan kepada peserta didik pada akhir dari rangkaian kesatuan gaya mengajar. 3). Jika pelajaran ternyata tidak berhasil, maka dengan berhati-hati dalam menilai semua variabel atau faktor didalam situasi mengajar sebelum menyalahkan gaya mengajar itu sendiri. Jika pelajaran mengalami kegagalan, maka pertimbangan dan meninjau kembali semua variabel atau faktor sebelum menyalahkan kegagalan atau ketidaksesuaian pada gaya mengajar itu sendiri. Kita dapat meninjau kembali dan mempertanyakan seperti: a. Apakah peserta didik mempersiapkan untuk membuat jenis-jenis keputusan sesuai dengan yang diharapkan? b. Apakah guru menyampaikan informasi persiapan yang cukup kepada peserta didik? c. Apakah guru melakukan gaya mengajar dengan benar? d. Apakah guru memberikan feedback tidak hanya berkaitan dengan penampilan fisik, tetapi juga penyesuaian dengan gaya yang digunakan?
1.
e. Apakah gaya mengajar sesuai dengan pelajaran?
Gaya Komando (The Command Style) Metode Komando, adalah metode yang pertama dari berbagai jenis yang ada, yang dalam uraian atau isinya mempunyai karakteristik guru yang membuat semua keputusan. Tugas guru adalah membuat semua keputusan sebelum pelaksanaan, pelaksanaan, setelah pelaksanaan (evaluasi). Tugas dari peserta didik adalam mempersiapkan diri, dan mengikuti. Inti dari metode komando ini adalah arah dan hubungan yang dekat antara stimulus guru dan respon peserta didik. Stimulus ( sinyal komando) yang deberikan guru sebelumnya dalam setiap gerak peserta didik, dan murid melakukan sesuai dengan apa yang dicontohkan guru. Oleh karena itu, semua keputusan mengenai tempat, gerakan, waktu mulai, pace dan ritme, waktu berakhir, durasi, dan interval dibuat oleh guru. Sebagai unit dasar dari suatu hubungan, terutama mengenai guru dan murid dalam hasil metode komando terutama tentang outcomes ( guru dan murid
51
merupakan objek yang utama). Saat guru membuat semua keputusan tentang anatomy dan murid mengikuti keputusan tersebut, Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat keputusan: pra-pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca pertemuan. Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada peserta didik dinyatakan sebagai berikut: G
=
Keputusan Guru
S
=
Keputusan Peserta didik
Anatomi Gaya Komando A
B
Pra-pertemuan
G
G
Pertemuan
S
S
Pasca Pertemuan
G
G
Ada banyak contoh dari jenis metode hubungan ini : simponi orchestra, penampilan balet, dansa folk, renang sinkronosasi, dayung, senam kesegaran jasmani, drumband, aerobic, cheerleader, paduan suara, dan banyak lagi. Dalam metode Komando ini harus bisa menggambarkan isi dari hubungan antara guru yang membuat semua keputusan dan respon murid terhadap setiap keputusan yang diambil guru. Persamaan antara kegiatan yang dilakukan murid dan contoh yang diberikan guru adalah berkesinambungan untuk setiap penampilan gerak ; seorang guru memberikan sinyal komando untuk setiap gerakan dan murid melakukan sesuai dengan contoh, dalam hubungan ini dapat dilahat dalam kelas karate, ballet, aerobic, dan dansa folk. Kadang sinyal komando dan ritme membantu dalam memindahkan atau mentransfer kepada orang lain seperti beat music dalam aerobic, dram dalam folk dance, kemudi dalam rowing, seorang murid memimpin pemanasan
52
dalam olahraga. Isi dari hubungan adalah sama – satu orang membuat keputusan untuk yang lainnya. Saat hubungan ini menjadi hidup maka objektiv dari metode komando ini telah dicapai. Seorang guru yang ingin menggunakan metode ini harus benar benar mengerti mengenai cara atau langkah pengambilan keputusan (uraian dari metode ini), rangkaian dari pengambilan keputusan, hubungan yang mungkin antara sinyal komando dan respon yang diharapkan, kelayakan dari penugasan, dan penampilan kemampuan dari murid (kemampuan melakukan penampilan gerak dengan kemungkinan ketepatan dan benar sesuai denagn model yang diperlihatkan atau dicontohkan) Di dalam pendidikan jasmani, gaya pengajaran komando dapat kita temukan dalam beberapa kegiatan, yaitu: a. “Gerakan Tunggal” yang mana dilakukan oleh sejumlah peserta didik yang sedang berdiri dengan posisi tubuh tertentu, pada tempat-tempat tertentu dalam mnedengarkan serta untuk memberikan respon atas stimulus tertentu yang dibeikan oleh gurunya. b. Pada serangkaian gerakan yang sudah dirancang berdasarkan tahapantahapan khusus, misalnya gerakan-gerakan tertentu pada senam lantai, tarian modern, beberapa gerakan pada tarian daerah dan sebagainya. Dalam hal ini, semua gerakan dilakukan berdasarkan serangkaian perintah yang diberikan oleh guru. c. Beberapa jenis olahraga tertentu, misalnya Senam Kesegaran Jasmani. Gerakan yang dilakukan oleh semua anggota terjadi secara teratur serta bersama-sama, karena isyarat aba-aba / perintah yang diberikan oleh salah seorang dari regu dayung tersebut yang berperan sebagai pengaturnya. Kenyataan yang terjadi, dimana beberapa aspek atau unsur yang memiliki perbedaan ternyata gerakan dapat dilakukan secara harmonis dan terkordinir. Kesemua itu terjadi karena adanya isyarat perintah yang diberikan pada saat pengajaran dengan gaya pemberian perintah tersebut. Meskipun struktur dan
53
tujuan dari kegiatannya berbeda, namun keterampilan dan keterkaitan antara guru dengan muridnya tetap akan sama, karena kesemuanya dipengaruhi oleh pemberian isyarat perintah yang sama. Tahapan yang harus dilalui oleh seseorang dalam rangkaian kegiatan sebenarnya adalah: 1) Tahapan Pre- Impact : penyusunan perencaan pembelajaran berupa silbus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Tahapan Impact : implementasi perencanaa di dalam kegiatan belajar mengajar 3) Tahapan Post – Impact : pemberian umpan balik setelah pembelajaran Pada saat proses stimulus respon sedang berlangsung, guru mengamati penampilan setiap peserta didik serta memberikan umpan balik kepada mereka, kemudian perikasa kembali tahapan post – impact yang ada pada anatomi dan amati gerakan-gerakan yang kurang tepat kemudian beri petunjuk untuk memperbaikinya secara lisan, baik berupa pernyatan perbaikan, pernyataan penilaian maupun pernyataan netral. Gunakan pernyataan yang cocok dengan situasi yang sedang terjadi. Bila terjadi kesalahan, gunakan umpan balik yang sifatnya memperbaiki/korektif. Bila penampilan memuaskan, berikan umpan balik penilaian, dan sebagainya.
Adapun pengorganisasiannya, guru mempunyai pilihan sebagai berikut a. Pemberian umpan balik terhadap seluruh peserta didik. b. Pemberian umpan balik terhadap masing-masing peserta didik secara perorangan. c. Pemberian umpan balik selama pelaksanaan penampilan. d. Pemberian umpan balik setelah pelaksanaan penampilan. Pengaruh yang terjadi karena umpan balik yang diberikan guru secara masal akan dapat dibedakan dari pemberian umpan balik secara perorangan. Guru
54
harus memuji mana diantara dua jenis umpan balik ini yang cocok untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didiknya. Demonstrasi atau pemberian contoh yang diperagakan secara baik oleh seseorang akan sangat berpengaruh terhadap pengamat dan akan mempunyai implikasi psikologis yang sangat besar terhadap peserta didik. Demonstrasi atau pemberian contoh yang baik mempunyai beberapa kekuatan sebagai berikut : a. Demonstrasi akan dapat menciptakan gambaran menyeluruh dari kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. b. Demonstrasi akan mengarah kepada suatu tingkat keberhasilan tertentu. Dengan pemberian demonstrasi oleh gurunya, maka setiap peserta didik akan termotivasi untuk menampilkan seluruh tugas yang diberikan kepadanya dengan kekuatan maksimal yang dimilikinya. c. Mempengaruhi peserta didik untuk dapat mengkoordinasikan gerakangerakanya secara lembut, lengkap dan berhasil. Seseorang akan berusaha berdiri sambil menahan nafas pada saat melakukan gerakan berputar pada salah satu tarian yang dilakukannya . d. Dapat menciptakannya suatu visualisasi mengenai bermacam-macam bagian dari kegiatan serta proses berpaduan gerakan-gerakan tertentu. e. Dapat memperlihatkan rangakaian atau bagian-bagian dari gerakangerakan yang harus dilakukan oleh peserta didik. f. Nampak seperti suatu hal yang mudah. Sepertinya, guru hanya perlu “memperlihatkan dan memperjelaskan”, setelah itu peserta didik tinggal menirukan gerakan yang telah dicontohkan sebelumnya. g. Demonstrasi dapat menghemat waktu. Pada sisi lainnya, cara pemberian penjelasan jauh lebih lama, membosankan dan kadang-kadang belum bisa memberikan kejelasan mengenai gerakan-gerakan yang harus dilakukan peserta didik. h. Dapat difokuskan pada ketepatan dari hasil penampilan gerakan yang sudah dialkukan peserta didik.
55
i. Dapat
memberikan
informasi
kepada
peserta
didik
mengenai
bagaimanakah standar dari guru terhadap ketepatan dan kesempurnaan dari gerakan-gerakan yang mereka lakukan. j. Dapat membentengi peserta didik agar mereka selalu berada pada posisi yang sempurna sesuai dengan wewenamg yang dimilikinya. k. Dapat mengarahkan perhatian peserta didik sehingga mereka dapat memperhatikan bagian-bagian penting yang berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam melakukan berbagai gerakan sampai hal-hal yang terperinci sekalipun. l. Dapat memperlihatkan posisi start yang tepat pada beberapa jenis olahraga tertentu (missal start pada lintasa, posisi servis pada tennis dan sebagainya). m. Dapat memberikan ilustrasi mengenai gerakan-gerakan yang sesuai dengan tujuan tertentu (langkah pertama pada lari cepat, gerakan lengan saat melalakukan servis pada bola voli, dan sebagainya). n. Dapat menciptakan rasa kagum dan motivasi yang kuat bagi peserta didik. o. Dapat menimbulkan gagasan mengenai keindahan dari beberapa gerakan manusia. p. Dapat mempengaaruhi persepsi tertentu terhadap peserta didik. Pemberian demonstrasi bukan merupakan hal yang aneh didalam pengajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut sama dengan yang dilakukan oleh guru matematika dalam memberikan contoh atau mendemontrasikan cara-cara dalam menyelesaikan beberapa hitungannya, begitupun yang sering dilakukan oleh guru fisika. Bila guru telah berhasil memberikan contoh, maka peserta didik akan segera dapat melakukan gerakan yang diminta oleh gurunya. Selama ini, diakui bahwa dalam pemberian contoh merupakan salah unsur yang sangat penting dan memegang peranan yang tidak sedikit di dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dapat disimpulkan empat unsur penting, yaitu :
56
Langkah 1 : Demonstrasi Langkah 2 : Penjelasan Langkah 3 : Pelaksanaan Langkah 4 : Pengevaluasian
2. Gaya Latihan Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat keputusan: pra-pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca pertemuan. Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada peserta didik dinyatakan sebagai berikut: G
=
Keputusan Guru
S
=
Keputusan Peserta didik
Dalam Gaya Latihan, ada beberapa keputusan selama pertemuan berlangsung yang dipindahkan dari guru ke peserta didik. Pergeseran keputusan ini memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru kepada peserta didik. a. Anatomi Gaya Latihan A
B
G
G
Pertemuan
S
S
Pasca
G
G
Prapertemuan
Pertemuan b. Sasaran Gaya Latihan Sasaran gaya latihan berbeda dari sasaran gaya komando, dalam hubungannya dengan perilaku guru dan peranan peserta didik. Sasaran yang berhubungan dengan tugas penampilan adalah : 1) Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dan dijelaskan. 2) Memperagakan/mendemonstrasikan tugas penampilan yang diberikan.
57
3) Lamanya waktu latihan berkaitan dengan kecakapan penampilan 4) Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru dalam berbagai bentuk. c. Peranan Guru dan Peserta didik 1. Peserta didik membuat keputusan selama pertemuan berlangsung mengenai: 1) Sikap (postur) 2) Tempat 3) Urutan pelaksanaan tugas 4) Waktu untuk memulai tugas 5) Kecepatan dan irama 6) Waktu berhenti 7) Waktu sela di antara tugas-tugas 8) Memprakarsai pertanyaan-pertanyaan. 2. Peranan guru sedikit berubah dari Gaya Komando untuk menjadi Gaya Latihan 1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sendiri 2) Memberi balikan secara pribadi kepada peserta didik 3) Memiliki kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap peserta didik. 4) Harus
memberi
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka. d. Implikasi Gaya Latihan 1. Satu-satunya keputusan peserta didik dalam Gaya Komando adalah untuk bergerak sesuai dengan petunjuk. Dalam episode-episode Gaya Latihan, peserta didik harus: 1) Mengenal / mengetahui yang diharapkan dari kelas,
58
2) Menerima pemberian tugas, 3) Membuat keputusan sambil menjalankan tugas 4) Menerima balikan 2. Sekarang disediakan waktu bagi peserta didik untuk mengatur: kapan memulai, kapan berhenti, waktu sela antara tugas-tugas. 3. Siklus kegiatan adalah: 1) Pencapaian tugas oleh guru (peragaan, penjelasan) 2) Pelaksanaan tugas oleh peserta didik, 3) Pengamatan dan penilaian oleh guru (umpan balik). 4. Peranan baru peserta didik, keputusan-keputusan dan peranan guru harus dijelaskan di kelas. 1) Karena perubahan dari perintah ke latihan, maka peserta didik perlu memahami peranan mereka dan meyakininya oleh guru. 2) Perubahan
menimbulkan
ketegangan
dan
kadang-kadang
ketidakpastian, jadi harus diusahakan agar peserta didik merasa enak dengan tanggung jawab baru mereka. 3) Gaya Latihan mungkin perlu dimulai dengan memakai satu tugas saja dan menambah waktu bagi peserta didik untuk mengambil keputusan dalam beberapa jam pelajaran. Dengan demikian mereka berkesempatan untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka. e. Pemilihan Pokok Bahasan dan Desain Gaya Latihan Jenis-jenis kegiatan yang dapat dipakai dalam Gaya Latihan ini adalah: 1. Tugas-tugas tetap yang dapat dilaksanakan menurut suatu model khusus. 2. Dapat dinilai dengan kriteria benar dan tidak benar, dan pengetahuan tentang hasil-hasil.
59
f. Merencanakan Pelajaran dalam Gaya Latihan 1. Lembaran tugas atau kartu Gaya Latihan dibuat untuk meningkatkan efisiensi Gaya Latihan. Ini dapat didesain untuk ditempatkan didinding atau dibuat untuk masing-masing peserta didik. 1) Membantu peserta didik untuk mengingat tugasnya (apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya). 2) Mengurangi pengulangan penjelasan oleh guru. 3) Mengajar peserta didik tentang bagaimana mengikuti tanggung jawab tertulis untuk menyelesaikan tugas-tugas. 4) Untuk mencatat kesempatan mengabaikan peragaan dan penjelasan oleh peserta didik, dan kemudian guru harus menyisihkan waktu lagi untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Manipulasi peserta didik secara demikian akan mengurangi interaksi guru dalam: (a) meningkatkan tanggung jawab peserta didik, (b) guru mengarahkan perhatian peserta didik kepada keterangan di lembaran tugas dan pada tugas-tugas lain yang harus dilakukan. g. Desain lembaran tugas 1) Berisi keterangan yang diperlukan mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, dengan berfokus pada tugas. 2) Merinci tugas-tugas khusus 3) Menyatakan banyaknya tugas” (a) Ulangan (b) Jarak 4) Memberi arah bagi peserta didik dalam melaksanakan tugas. 5) Kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan dilihat oleh peserta didik. h. Rencana Keseluruhan Pelajaran (1) Memberikan rencana keseluruhan untuk episode-episode (unit-unit) yang akan diajarkan.
60
(2) Kalau lembaran tugas telah merinci tugas-tugas bagi peserta didik, maka rencana pelajaran yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang diperlukan untuk memimpin kelas. (3) Apabila kelak Anda akan mengajar di kelas ini Anda perlu merencanakan pelajaran dan lembaran tugas bagi peserta didik. (4) Lembaran tugas terlampir dapat dipakai sebagai contoh format. (5) Komponen-komponen Rencana Pelajaran terdiri dari : (a) Rencana: tanggal, waktu, nama: semua harus jelas. (b) Tekanan pelajaran: harus disebutkan semua kegiatan yang akan diajarkan. (c) Peralatan: semua yang diperlukan dalam pelajaran. (d) Alat bantu mengajar: apa yang dibutuhkan guru selain alat-alat kegiatan seperti proyektor, lembaran tugas, dan lain-lain. (e) Sasaran penampilan: dinyatakan dengan jelas dengan memakai istilah-istilah
penampilan
(operasional)
tentang
apa
yang
diharapkan untuk dapat dilakukan pada akhir pelajaran. (f) Penilaian penampilan: bagaimana mengukur sasaran yang telah dicapai. (g) Nomor
sasaran:
Penjelasan
harus
sesuai
dengan
sasaran
penampilan yang dimaksud. (h) Isi = kegiatan Prosedur = peragaan, penjelasan Organisasi = pengaturan peralatan dan peserta didik, langkahlangkah dalam tiap episode. Diagram = Memperlihatkan pengaturan logistik. 6) Waktu yang diperkirakan: beberapa banyak waktu yang diperlukan untuk setiap komponen pelajaran.
61
7) Butir-butir pelajaran penting: petunjuk bagi guru tentang konsep, pemikiran dan keterangan, untuk ditekankan dan jangan lupa untuk dimasukkan.
3. Gaya Resiprokal Gaya receiprocal merupakan gaya mengajar yang dikenal dengan istilah gaya timbal balik. Pengorganisasian aktivitas fisik dilakukan secara berpasangan. Setiap anggota dari pasangan ini mempunyai peranan masing-masing. Salah seorang diantaranya bertindak sebagai pelaku (doer) sementara dan lainnya sebagai pengamat (Observer). Secara skematis, proses penyampaian serta tugas-tugas pada model pengajaran dengan gaya ini adalah sebagai berikut : a. Pelaku (doer) b. Pengamat (observer) c. Guru (teacher) Tugas dari mereka yang berperan sebagai pelaku adalah melakukan tugastugas serta keputusan yang diminta oleh gaya/bentuk olah gerak yang dipelajarinya. Sedangkan peran pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku berdasarkan kriteria yang telah disampaikan dan melakukan komunikasi dengan guru. Sedangkan peran guru berperan mengamati pelaku (doer) dan pengamat (observer) akan tetapi komunikasi hanya dilakukan dengan pengamat. Jadi dalam pelaksanaannya terjadi 3 unsur yang dilibatkan, sehingga akan menghasil alur komunikasi khusus seperti yang digambarkan sebagai berikut : Pelaku – Pengamat - Guru Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan: (1) peningkatan , interaksi sosial antara teman sebaya dan, (2) umpan balik langsung.
62
1. Anatomi Gaya Resiprokal Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a) a. Kelas diatur berpasangan dengan peranan-peranan khusus untuk setiap partner. 1) Salah satu dari pasangan adalah “pelaku” (p) 2) Lainnya menjadi pengamat (a) 3) Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan pengamat. P
––––––– G
P
––––––– –––– G
4) Peranan pelaku sama seperti dalam Gaya Latihan 5) Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku dan berkomunikasi dengan guru. 6) Guru mengamati baik “p” maupun “a” tetapi hanya berkomunikasi dengan “a”. a). Guru membuat semua keputusan sebelum pertemuan. b). Pelaku membuat keputusan selama pertemuan c). Pengamat membuat keputusan umpan balik sesudah pertemuan 2. Sasaran Gaya Resiprokal Sasaran gaya resiprokal ini berhubungan dengan tugas dan peranan murid. a. Tugas (pokok Bahasan) 1)
Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat.
2)
Murid menerima umpan balik langsung
3)
Sebagai pengamat, murid memperoleh pengetahuan mengenai penampilan tugas.
63
b. Peranan peserta didik 1) Memberi dan menerima umpan balik 2) Mengamati penampilan teman, membandingkan dan mempertentangkan dengan kriteria yang ada, menyampaikan hasilnya kepada pelaku. 3) Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap kawan. 4) Memberikan umpan balik. 3. Pelaksanaannya Gaya Resiprokal a. Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat. 1) Guru harus menggeser umpan balik kepada peserta didik (a) 2) Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik. 3) Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya, ini memerlukan adanya rasa percaya b. Keputusan-keputusan 1) Sebelum pertemuan: guru mambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini. 2) Selama pertemuan: a). Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a). b). Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru. c). Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan. 3) Sesudah pertemuan: a). Menerima kriteria b). Mengamati penampilan pelaku
64
c). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kiteria yang diberikan. d). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah. e). Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku. 4) Peranan guru adalah : a. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengamat. b. Berkomunikasi dengan pengamat saja. (1) Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan pengamat. (2) Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat. 3) Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat berganti peranan. 4) Proses pemilihan partner dan pemantauan keberhasilan proses adalah penting. 5) Guru bebas untuk mengamati banyak peserta didik selama pelajaran berlangsung. c. Pemilihan pokok bahasan: 1) Ini menentukan garis-garis pedoman untuk perilaku pengamat. 2) Lima bagian lembaran kriteria adalah: a) Uraian khusus mengenai tugas (termasuk pembagian tugas secara berurutan). b) Hal-hal yang khusus yang harus dicari selama penampilan (kesulitan yang potensial). c) Gambar atau sketsa untuk melukiskan tugas. d) Contoh-contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik.
65
e) Mengingatkan peranan pengamat (apabila peserta didik telah memahami gaya ini, bagian ini bisa dihapuskan). d. Pertimbangan-pertimbangan khusus untuk Gaya Resiprokal Interaksi antara guru dan pengamat: 1) Pengamat harus dianjurkan untuk berkomunikasi menurut kriteria yang telah disusun. 2) Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik yang akurat yang berhubungan dengan kriteria. 3) Seringkali pengamat terlalu kritis dan harus belajar mengikuti kriteria yang telah ditentukan. 4) Guru perlu menekankan tanggung jawab positif dari pengamat. 5) Guru perlu membantu pelaku dan pengamat untuk berkomunikasi.
F. EVALUASI
PENDIDIKAN
JASMANI,
OLAHRAGA
DAN
KESEHATAN Evaluasi merupakan prosedur rutin harus dilakukan. Evaluasi dalam pendidikan jasmani adalah untuk mengukur perkembangan dan status anak, fasilitas, peralatan, program, guru dan program harian. Proses pengukuran dikembangkan dengan berbagai teknik dan berbagai jenis tes baik secara kuatitatif dan maupun kualitatif. Hasilnya dapat digunakan untuk melengkapi dan memperbaiki rencana pengajaran yang akan diimplementasikan setelah itu. Hasilnya dipresentasikan untuk pengembangan guru, anak, dan orang tua. Banyak alat yang dapat digunakan untuk menilai. Yang biasa digunakan dan terukur, terpercaya adalah tes tertulis dan tes unjuk kerja (performance). Kualitas
66
unjuk kerja tidak dapat di ukur dengan objektif dan harus di nilai secara subjektif, pengamatan yang hati-hati dari unjuk kerja dan sikap, hendaknya di buat dan di catat dalam bentuk skala (rating scale), kartu unjuk kerja (performace chart), catatan anekdot, ceklis, dan kuesioner. Diskusi berkelompok atau perorangan, percakapan, pertemuan juga dapat dijadikan alat pengkuran. Peserta didik merupakan sasaran utama dari proses pendidikan, jadi pusat penilaian harus berpusat pada peserta didik. Tujuan secara umum dari pendidikan jasmani, status dan kemajuan anak harus dievaluasi dalam setiap waktu tertentu. Apakah potensi gerak setiap anak berkembang secara optimum. Sementara itu tujuan khusus pada area pertubuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial dan emosi juga harus dinilai. Tujuan yang disarankan dalam penilain subjektif dan objektif hendaknya dapat menentukan status dan tingkat pencapaian dalam area perkembangan fisik, keterampilan/unjuk kerja, pengetahuan dan perilaku sosial. Keseluruhan dari hal-hal yang di nilai tersebut hendaknya dapat meningkatkan proses belajar mengajar pada setiap area tersebut diatas. Tujuan dari penilaian tersebut bukan hanya menentukan “tingkat pencapaian anak” namun penilaian merupakan hal yang mendasar dalam situasi pembelajaran. Dan penilaian tersebut harus berkelanjutan dan dari waktu ke waktu, dan merupakan proses kerjasama antara guru dan peserta didik. Guru di depan kelas di samping melaksanakan tugas menyampaikan pengetahuan dan memberikan pengalamam praktik berbagai aktivitas pendidikan jasmani, seperti permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, ritmik, akuatik, pendidikan luar kelas, dan materi kesehatan, juga melakukan pengukuran tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi dasar. Peningkatan mutu proses pembelajaran merupakan aspek yang penting dalam pendidikan jasmani di sekolah dasar. Istilah proses pembelajaran merupakan interaksi dua arah antara guru dan peserta didik. Namun demikian titik sentral
67
proses pembelajaran adalah peserta didik. Tujuan pengajaran pada dasarnya adalah mendorong peserta didik agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan yang dirumuskan pada tiap kelas di sekolah dasar. Sebagai pengajar, guru seringkali bertanya-tanya serta ingin memperoleh jawaban yang meyakinkan terhadap pertanyaan; Apakah pembelajaran yang diberikan sudah sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik?, Seberapa jauh kemajuan yang diperoleh peserta didik?, Apakah kompetensi yang diharapkan dapat dicapai? Untuk memperoleh jawaban yang memuaskan dibutuhkan informasi yang lengkap melalui penilaian. Bila guru mengajarkan aspek permainan dan olahraga, kemampuan dasar; melakukan keterampilan gerak dasar, dan hasil belajarnya; melakukan keterampilan gerak dasar manipulatif, indikatornya; lempar tangkap bola, maka untuk mengtahui tingkat pencapaian peserta didik dilakukan penilaian terhadap keterampilan manipulatif lempar-tangkap bola. Apakah peserta didik sudah dapat melakukan lempar tangkap bola dengan baik, Apakah keterampilan peserta didik sudah melekat?, Apakah peserta didik sudah dapat melakukan lempar tangkap bola ke berbagai arah?, Apakah peserta didik sudah dapat melempar bola ke sasaran. Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang dapat dimunculkan sebagai pertanyaan untuk penilaian keterampilan lempar tangkap. Bukti kemajuan hasil belajar peserta didik ada yang dapat dilihat hasilnya dalam waktu relatif singkat, misalnya; dalam waktu beberapa kali pembelajaran/ semester, dan ada juga yang dapat dilihat hasilnya setelah menempuh program jangka waktu panjang, misalnya satu tahun atau lebih. Kemajuan hasil belajar peserta didik harus dicatat dan didokumentasikan agar dapat diperlihatkan peningkatannya pada peserta didik, orang tua atau pihak lain yang membutuhkannya.
68
Proses pengumpulan data yang dilakukan satu kali adalah kurang cocok untuk melihat kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, tetapi cara ini juga dimungkinkan dilakukan untuk melihat keunggulan atau kelemahan peserta didik dalam satu keterampilan.
1. Pengertian penilaian Penilaian adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian kompetensi yang dilakukan anak didik melalui berbagai tekni yang mampu mengungkapkan , membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Prinsip-prinsip penilaian adalah sebagai berikut: a. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagaian terpisah dari proses pembelajaran. b. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karkateristik, dan esensi pengalaman belajar c. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
2. Ruang Lingkup Penilaian Pendidikan Jasmani Meliputi; Penilaian mata pelajaran pendidikan jasmani memiliki karakteristik penilaian yang berbeda dari mata pelajaran yang lain, dimana aspek yang dinilai meliputi aspek: a. Penilaian terhadap anak 1) Penilaian fisik (Physical Measurement) •
Penilaian kesehatan;
•
Postur (tinggi dan berat badan)
•
Kebugaran fisik
2) Penilaian unjukkerja keterampilan (Skill Performance)
69
3) Penilaian pola gerak dasar (Basic Movement Patterns) 4) Penilaian keterampilan kecabangan (Spesific Sport Skill) 5) Penilaian
pengetahuan
(Knowledge
Testing):
konsep
spesifik,
peraturan, prosedur atau prinsip-prinsip. 6) Penilaian sikap dan perilaku (Affective Behaviuors): mau berbagai dalam penggunan alat, mau menerima saran dan kritik dari teman/orang dewasa, menerima keputusan wasit, memberikan bantuan bagi yang membutuhkan, mengenal dan menerima perbedaan/batas kemampuan orang lain dll) b. Penilaian terhadap program 1) Kesesuaian silabus dan satuan pelajaran dengan kurikulum 2) Status kebugaran fisik anak 3) Pencapaia keterampilan yang diperoleh anak 4) Tingkat pengetahuan anak 5) Perilaku sosial anak 6) Penempatan mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kegiatan harian kelas 7) Keberagaman aktivitas dalam program 8) Kesesuaian fasilatan dan peralatan 9) Kegiatan ekstrakurikuler 10) Dll c. Penilaian fasiltas dan peralatan Dalam periode tertentu guru diharapkan melakukan penilaian terhadap sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Tujuan penilainan ini adalah untuk melihat apakah alat/fasilatas olahraga yang dipergunakan masih sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, apakah alat/fasilatas memperhatikan factor keselamatan peserta didik, dan
70
bagaimana efisiensi alat/sarana olahraga yang ada di sekolah apakah memadai atau tidak.
3. Kapan Menilai? Penilaian dalam program ini adalah penilaian sumatif dan formatif. Penilaian sumatif dilakukan setelah menyelesaikan beberapa aspek pembelajaran, milasnya pada akhir satu unit pembelajaran, semester atau akhir tahun dan merupakan pencapaian yang diperolah pada setiap kelas. Hasil atau status anak dibandingkan dengan standar normative atau pencapaian sebelumnya. Penilaian formatif terjadi pada setiap pembelajaran, yang berkaitan dengan tujuan khusus/jangka pendek. Penilaian pada dasarnya adalah objektif, tapi pada jenjang sekolah dasar biasanya lebih subjektif dan dijadikan bahan dasar untuk meramalkan perencanann pembelajaran secara individual pada pembelajaran berikutnya. Kedua jenis penilaian tersebut adalah penting, satu dan lainnya saling melengkapi. Bagaimanapun, pada jenjang pendidikan dasar, khususnya sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, penekanannya adalah pada pengembangan dan perbaikan keterampilan pola gerak dasar yang dijadikan bekal ke arah pola cabang-cabang olahraga.
4. Apa Gunanya Penilaian? Manfaat penilaian pendidikan jasmani adalah untuk mengetahui/memantau pencapai kompetensi peserta didik dari waktu ke waktu. Secara spesifik manfaat penilaian pendidikan jasmani adalah; a. Untuk menafsirkan kemajuan pencapaian kompetensi dasar, yakni, pengumpulan informasi tentang kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam mencapai setiap kompetesi dasar, misalnya kemajuan keterampilan dalam permainan sepak bola. b. Untuk memberikan umpan balik suatu program, yakni, untuk mengetahui tingkat keberhasil guru dalam proses pembelajaran, aspek apa yang sudah dikuasai atau yang belum dikuasai peserta didik akan terpantau. Dan hasilnya
71
dapat dijadikan sebagai sumber untuk memperbaiki metoda atau pola pembelajaran. c. Sebagai laporan, yakni, hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai laporan kepada peserta didik, orang tua atau pihak lain yang membutuhkannya.
5. Bentuk-Bentuk Penilaian Bentuk-bentuk tes yang dapat digunakan dalam penilaian pendidikan jasmani antara lain; a. Tes praktik/perbuatan Tes perbuatan adalah
suatu yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan atau menerapkan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks atau mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tes praktik dalam pendidikan jasmani lebih mengutamakan pada memperagakan gerakan atau keterampilan-keterampilan yang dipelajari peserta didik. b. Portofolio Portofolio merupakan koleksi karya peserta didik yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar peserta didik. Portofolio memuat semua pengalaman belajar peserta didik baik bersifat proses mapun hasil. Pengumpulan data meliputi: 1) Data perilaku interpersonal (misalnya: kerjasama, menghargai perbedaan dan persamaan dengan orang lain) 2) Data perilaku intrapersonal (misalnya: mengendalikan diri, disiplin, partisipasi aktitif dalam aktivitas jasmani) 3) Kinerja keterampilan 4) Kesegaran jasmani 5) Tugas-tugas khusus, dan bukti-bukti materi lain (misalnya; mengadakan pertandingan, piala/medali/piagam)
72
Pengelolaan koleksi karya peserta didik tersebut merupakan tantangan bagi peserta didik. Bagaimana seluruh data karya peserta didik tersebut diorganisir? Bagaimana menyimpan data tersebut? Dan lainnya. Langkah pertama yang harus ditempuh adalah mendiskusikannya dengan guru yang mengajar pendidikan jasmani baik itu guru kelas maupun guru mata pelajaran. Pengisian format portofolio ini diisi oleh peserta didik dan guru, hasil yang dibuat peserta didik di kros cek dengan hasil guru, kemudian ditemukan titik temu antara pendapat peserta didik dan guru, bila ada perbedaan antara pendapat peserta didik dan guru, maka dilakukan diskusi. Penilaian portofolio ini dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk menentukan angka rapor, dan yang lebih utama dari penilaian fortofolio ini adalah peserta didik mengetahui secara jelas tentang perkembangan aspek pengetahuan, sikap dan psikomotornya. Dengan data tersebut baik guru maupun peserta didik dapat melakukan perbaikan terhadap aspek yang dirasa masih kurang. c. Pertanyaan lisan Pertanyaan lisan merupakan pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsug. Pertanyaan ini meliputi pengetahuan tentang berbagai keterampilan dalam pendidikan jasmani. Pertanyaan diajukan oleh guru kepada peserta didik secara langsung dan bukan secara tertulis. Materi-materi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan peserta didik. Kegunaannya adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap teori pelaksanaan suatu keterampilan. Misalnya, keterampilan
73
berguling: yang perlu ditanyakan pada peserta didik adalah tentang cara-cara bagaimana melakukan berguling dari sikap awal, pelaksanaan dan sikap akhir.
6. Tes kesegaran jasmani Tes kesegaran jasmani merupakan tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani peserta didik. Jenis tes yang digunakan antara lain; Balke test, Harvard Step Test, Cooper, dan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Pelaksanaan tes ini dilakukan cukup sekali dalam satu semester/tahun. Contoh format tes kesegaran jasmani menggunakan TKJI untuk peserta didik usia 6-9 tahun dan usia 10-12 tahun adalah sebagai berikut: 1) Materi TKJI untuk kelompok usia 6-9 tahun Putra a) Lari cepat 30 meter b) Gantung angkat tubuh (pull-ups) selama 30 detik c) Baring duduk (sit-ups) selama 30 detik d) Loncat tegak (verical jump) e) Lari 600 meter 2) Materi TKJI untuk kelompok usia 6-9 tahun Putri a) Lari cepat 30 meter b) Gantung siku tekuk (chin-ups) selama 30 detik c) Baring duduk (sit-ups) selama 30 detik d) Loncat tegak (verticak jump) e) Lari 400 meter 3) Materi TKJI untuk kelompok usia 10-12 tahun Putra a) Lari cepat 40 meter b) Gantung angkat tubuh (pull-ups) selama 30 detik c) Baring duduk (sit-ups) selama 30 detik d) Loncat tegak (verical jump) e) Lari 800 meter 4) Materi TKJI untuk kelompok usia 10-12 tahun Putri a) Lari cepat 40 meter
74
b) Gantung siku tekuk (chin-ups) selama 30 detik c) Baring duduk (sit-ups) selama 30 detik d) Loncat tegak (verticak jump) e) Lari 600 meter Langkah pelaksanaan tes adalah: a. guru terlebih dahulu menjelaskan cara pelaksanaan dan penentukan skor kepada peserta didik b. guru menjelaskan arti penting kejujuran dalam pencatan hasil pengukuran c. guru tidak membandingkan hasil tes satu peserta didik dengan peserta didik lain d. hasil tes kesegaran jasmani ini, didiskusikan dengan peserta didik secara individual, tujuannya agar peserta didik mengetahui komponen kesegaran apa yang telah memadai dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Nilai Kesegaran Jasmanai Indonesia untuk usia 6 – 9 tahun Putra NILAI
LARI 30 METER
GANTUNG ANGKAT TUBUH
BARING DUDUK 60 DETIK
LONCAT TEGAK
LARI 600 METER
5
Sd – 6.7”
> 16
> 30
> 66
Sd – 3’04”
4
6.8” – 7.6”
11 – 15
28 – 37
53 – 65
3’05” – 3’53”
3
7.7” – 8.7”
6 – 10
19 – 27
42 – 52
3’54 – 4’46”
2
8.8” – 10.3”
2–5
8 – 18
31 – 41
4’47 – 6’04”
1
> 10.4”
0-1
0-7
< 30
> 6’05”
Nilai Kesegaran Jasmani Indonesia untuk usia 6 – 9 tahun Putri Nilai
Lari 30 meter
Gantung Siku Tekuk
Baring Duduk 60 detik
Loncat Tegak
Lari 400 meter
5
Sd – 7.7”
> 41”
> 28
> 50
Sd – 3’06”
4
7.8” – 7.5”
22” – 40”
19 – 27
39 – 49
3’07” – 3’55”
3
8.8” – 8.3”
10” – 21”
9 – 18
30 – 38
3’56 – 4’58”
2
10.0” – 9.6”
3” – 9”
3–8
20– 29
4’59 – 6’40”
1
> 12.0”
0” – 2”
0-2
< 20
> 6’41”
75
Nilai Kesegaran Jasmanai Indonesia untuk usia 10 – 12 tahun Putra NILAI
LARI 40 METER
GANTUNG ANGKAT TUBUH
BARING DUDUK 60 DETIK
LONCAT TEGAK
LARI 800 METER
5
Sd – 6.7”
> 16
> 30
> 66
Sd – 3’04”
4
6.8” – 7.6”
11 – 15
28 – 37
53 – 65
3’05” – 3’53”
3
7.7” – 8.7”
6 – 10
19 – 27
42 – 52
3’54 – 4’46”
2
8.8” – 10.3”
2–5
8 – 18
31 – 41
4’47 – 6’04”
1
> 10.4”
0-1
0-7
< 30
> 6’05”
Nilai Kesegaran Jasmani Indonesia untuk usia 10 – 12 tahun Putri Nilai
Lari 40 meter
Gantung Siku Tekuk
Baring Duduk 60 detik
Loncat Tegak
Lari 600 meter
5
Sd – 7.7”
> 41”
> 28
> 50
Sd – 3’06”
4
7.8” – 7.5”
22” – 40”
19 – 27
39 – 49
3’07” – 3’55”
3
8.8” – 8.3”
10” – 21”
9 – 18
30 – 38
3’56 – 4’58”
2
10.0” – 9.6”
3” – 9”
3–8
20– 29
4’59 – 6’40”
1
> 12.0”
0” – 2”
0-2
< 20
> 6’41”
No 1. 2. 3. 4. 5.
NORMA TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (Untuk Putera dan puteri) Jumlah nilai Klasifikasi Kesegaran Jasmani 22 – 25 Baik sekali ( BS ) 18 – 21 Baik ( B ) 14 – 17 Sedang ( S ) 10 – 13 Kurang ( K ) 5–9 Kurang sekali ( KS )
76
FORMULIR TKJI Nama :…………………………………............................ Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan * Kelas :…………………………………………………… Usia :………………Tahun Nama Sekolah :…………………………………………………… No
Jenis Tes
1
Lari 30/40 meter*
2
Gantung
Hasil
Nilai
Keterangan
………….. detik
a. siku tekuk
………….. detik
b. angkat tubuh 30 detik
………….. kali
3
Baring duduk 30 detik
………….. kali
4
Loncat tegak a. Tinggi Raihan : ……. Cm b. Loncatan I
: ……..Cm
c. Loncatan II
: ……..Cm
………….. Cm
d. Loncatan III : ……..Cm 5
Lari 400m/600m/800m
………… menit
Jumlah nilai : tes 1+ tes 2 + tes 3 + tes 4 + tes 5
* coret yang tidak perlu 7. Tes keterampilan gerak Perkembangan keterampilan gerak merupakan salah satu tujuan program pendidikan jasmani di sekolah dasar. Evaluasi terhadap perkembangan keterampilan gerak harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Salah satu cara penilaian terhadap aspek keterampilan gerak dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan membuat daftar cek-list. Misalnya guru membelajarkan gerak dasar manipulatif di kelas III, pada saat peserta didik melakukan praktik gerak dasar manipulatif (seperti; lempar, tangkap, melambungkan, menendang) dalam permainan, guru
77
mengamati unjukkerja peserta didik terhadap komponen gerak setiap keterampilan manipulatif sudah dikuasai sebagaian besar peserta didik? Contoh format observasi keterampilan manipulatif NAMA
JENIS KETERAMPILAN
PESERTA DIDIK
Melempar baik
sedang
Menangkap kurang
baik
sedang
kurang
Menendang baik
sedang
kurang
1. Rahmat 2. Budi 3. Rusli Dst…
Keterangan: Keterampilan Melempar Baik jika, Sikap awal :
berdiri dengan salah satu kaki di depan, posisi badan menyamping arah lemparan
Gerakannya:
mengayunkan salah satu lengan yang memegang bola kebelakang diikuti memindahkan berat badan, ayunkan lengan ke depan sambil memindahkan berat badan ke depan, bersamaan dengan bola dilepaskan
Sedang jika, salah satu dari sikap awal atau gerakannya kurang tepat Kurang jika, sikap awal dan gerakkannya kurang tepat Format observasi ini diisi oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan tanda ceklis (√) sesuai dengan kemampuan peserta didik.
8. Penilaian sikap Penilaian sikap merupakan pengukuran terhadap perilaku/kecenderungan peserta didik dalam bertindak pada pembelajaran pendidikan jasmani.
78
Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, aspke nilai karakter yang dinilai meliputi; 1)
Sportifitas
2)
Tanggun Jawab
3)
Partisipasi
4)
Kerjasama
5)
Pengendalian diri
6)
Mau berbagai peralatan dalam bermain.
7)
Mengikuti perintah guru.
8)
Menerima saran dan kritik
9)
Memiliki rasa percaya diri dalam melakukan praktik.
10) Memberikan bantuan bagi yang membutuhkan. 11) Menghargai 12) Menerima perbedaan individu dan keterbatasan orang lain, DLL
79
CONTOH: PENILAIAN PERORANGAN KELAS
: IV
ASPEK
: PERMAINAN DAN OLAHRAGA
Standara Kompetensi
: 1. Mempraktikkan berbagai gerak dasar permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar
: 1.1 Mempraktikkan gerak dasar salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi dan kontrol yang baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran**)
MATERI POKOK
: Permainan sepak bola
A.1.1Tugas
: Berilah tanda (+,v,-) pada tabel berikut sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya, baik aspek sikap mapun keterampilan yang kamu miliki + = istimewa
- = perlu diperbaiki
Kerjasama pada
√
-
pada
+
√
Kerja kelompok
+
√
Pengendalaian
√
-
+
-
Sportivitas
+
√
Motivasi
+
√
Perilaku
√
√
Respek
Guru
didik
Peserta
Guru
didik
Peserta
Guru
didik
Peserta
Guru
Peserta
+
Jun
didik
Guru
+
didik
Mei
Guru
Apr
didik
Mart
Peserta
SEMESTER 1 A.1.1.1.1. Feb
Peserta
SIKAP
V = dapat diterima
teman Respek guru
diri Tanggung jawaab
KETERAMPIL AN
A.1.1.1.2
DASAR
SEPAK BOLA Menendang
√
√
80
+ = istimewa
Memberhentika
V = dapat diterima
- = perlu diperbaiki
Menggiring
√
-
Mengontrol
+
+
Guru
didik
Peserta
Guru
didik
Peserta
Guru
didik
Peserta
Peserta
-
Guru
Guru
+
Jun
didik
Mei
didik
Apr
Guru
Mart
didik
A.1.1.1.1. Feb
Peserta
SEMESTER 1
Peserta
SIKAP
n
Ekstrakurikuler Komentar guru penjas:
81
BAB III
PENGINTEGRASIAN NILAI-NILAI KARKTER MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN
A. POLA PENGINTEGRASIAN Karaktermerupakan hasil dari pendidikan dalam arti luas. Karakter Indonesia secara konseptual tercermin dalam rumusan dan kandungan sila-sila Pancasila. Membangun karakter secara psikologis harus bertumpu pada pembangunan hati, otak dan fisik. Dengan demikian pendidikan karakter ditekankan pada internalisasi, personalia atau penghayatan, dan pembentukan prilaku peserta didik. Sebagai suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha kolektif dari masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi kehidupan mereka, kelangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu pendidikan harus disikapi sebagai proses pewarisan budaya dan pembangunan bangsa dan karakter (nation and character building) bagi generasi muda. Proses pengembangan karakter dimaksudkan sebagai wahana untuk menjamin kelangsungan serta peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Pengembangan yang dilakukan melalui pendidikan harus diwujudkan dalam bentuk proses pengembangan potensi diri setiap peserta didik sebagai komponen pendukung karakter di masa mendatang. Oleh karena itu proram pendidikan karakter haruslah berfokus pada pengembangan nilai-nilai karakter yang mendasar dan baik atau fundamental, diperlukan, dan diinginkan oleh masyarakat dan bangsa.
Pengembangan pendidikan karakter tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar dan pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat nilai, pendidikan karakter merupakan usaha bersama sekolah dan oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru,
82
semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
Pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang
berpusat pada
pengembangan nilai-nilai karakter pada masyarakat sekolah termasuk di dalamnya dan paling utama peserta didik. Pengembangan nilai-nilai tersebut harus tetap menempatkan
peserta
didik
sebagai
subjek
yang
aktif
mempelajari,
menginternalkan, memasukkan nilai dalam sistem nilai yang sudah ada pada dirinya, menjadikan nilai baru tersebut menjadi bagian dari kepribadian dirinya. Secara kontekstual nilai-nilai itu terus berkembang selama mereka berada dalam proses pendidikan di sekolah dan masyarakat, dan menjadi dasar untuk mempelajari nilai-nilai baru setelah sepenuhnya berkarya di masyarakat. Dengan perkataan lain, nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik tersebut akan menjadi modal dasar menjadikan mereka sebagai warganegara Indonesia yang mampu membangun bangsa dan negaranya.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter tersebut menghendaki suatu proses yang berkelanjutan (never ending process), dilakukan melalui mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Agar internalisasi nilai-nilai tersebut dapat dideteksi, maka dalam pengembangan perencanaan pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sistem nilai karakter harus sudah tercermin.
Lazimnya pembelajaran karakter sebagai pokok bahasan/mata pelajaran menggunakan pendekatan penanaman nilai (value inculcation approach), pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), pendekatan analisis (values analysis approach), pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) dan pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). Akan tetapi dalam pedoman pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah.
83
Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadi nilai sesuai dengan keyakinan diri. Prinsip ini dimaksudkan agar peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.
Hal ini dimaksudkan
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Penerapannya melalui kegiatan seperti: bermain peran, simulasi, diskusi, hubungan antar individu, dan melalui kegiatan sekolah.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter: 1. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari Taman Kanak-kanak, SD/MI
atau tahun pertama dan
berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas terakhir SMP/MTs. Pendidikan karakter di SMA/MA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler. Bagan 1 berikut ini memperlihatkan pengembangan nilai-nilai tersebut melalui keempat jalur tadi:
84
MATA PELAJARAN
PENGEMBANGAN DIRI
NILAI
BUDAYA SEKOLAH Bagan 1. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pengembangan nilai-nilai karakter melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai berikut: MP 1 MP 2 MP 3 MP 4
NILAI
MP 5 MP6 MP .n
Bagan 2. Pengembangan Nilai-nilai Karakter melalui Setiap Mata Pelajaran
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan mengandung makna bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika,
pendidikan
jasmani,
olahraga
dan
kesehatan,
seni,
keterampilan, dan sebagainya.
85
Gambar 1. Warung Kejujuran Nilai kejujuran dikembangkan dengan praktek langsung melalui warung kejujuran, tidak diajarkan sebagai materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran. Pembeli membayar sesuai dengan harga yang ditentukan.
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Oleh karena itu guru tidak perlu mengubah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ada tetapi dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam standar komptensi dan kompetensi dasar yang berkaitan, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan daalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Konsekuensi dari prinsip ini nilai-nilai karakter tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna sebuah nilai.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai karakter dilakukan oleh
86
peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara aktif
(tanpa mengatakan
kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan siswa aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data/fakta/nilai, menyajikan hasil rekonstruksi/proses pengembangan nilai) menumbuhkan nilai-nilai karakterpada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
Gambar 2. Pembelajaran Aktif
B. PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
87
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus menjawab pertanyaan 1. Apa kompetensi yang harus dikuasai siswa? 2. Bagaimana cara mencapainya? 3. Bagaimana cara mengetahui pencapaiannya?
1. Prinsip Pengembangan Silabus a. Ilmiah: Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b. Relevan: Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. c. Sistematis: Komponen-komponen silabus
saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten: Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. e. Memadai: Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. f. Faktual dan Kontekstual: Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan
pembelajaran,
sumber
belajar,
dan
sistem
penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. g. Fleksibel:
Keseluruhan
komponen
silabus
dapat
mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. h. Menyeluruh: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
88
2. Unit Waktu a. Silabus mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran yaitu, untuk kelas I sampai dengan kela III menggunakan pendekatan tematik, namun khusus untuk mata pelajaran ini dapat dilakukan tersendiri apabila sekolah memiliki guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan juga harus di bicarakan atau didiskusikan pada level sekolah, dan untuk kelas IV sampai dengan kelas VI alokasi waktu adalah 4 jam pelajaran per minggu. Penjabaran alokasi waktu tersebut idealnya dilaksanakan menjadi 2 kali pertemuan setiap minggunya, hal ini ditinjau dari tingkat kemampuan fisik peserta didik SD/MI. b. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang tertuang di dalam standar isi pendidikan bagian struktur program. c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang tertuang di dalam standar isi pendidikan, namun demikian apabila guru dapat memformulasikannya kembali, umpanya Standar Kompetensi yang tedapat di semester 1 dapat di tarik ke semester 2 apila menurut analisa guru tidak sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3. Komponen Silabus a. Standar Kompetensi b. Kompetensi Dasar c. Materi Pokok/Pembelajaran d. Kegiatan Pembelajaran e. Indikator f. Penilaian g. Alokasi Waktu h. Sumber Belajar
89
4. Langkah Pengembangan Silabus a. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi b. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar c. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran e. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi f. Menentukan Jenis Penilaian g. Menentukan Alokasi Waktu h. Menentukan Sumber Belajar
Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi mata pelajaran dengan memperhatikan halhal berikut: a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi, sekolah dapat memformulaskan kembali dengan dianalisis berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik di sekolah masing-masing dan dipetakan ke dalam perencanaan semester. b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan standar kompetensi dalam mata pelajaran; c. Keterkaitan standar kompetensi dan standar kompetensi antar mata pelajaran.
Mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi, sekolah dapat memformulaskan kembali dengan dianalisis berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik di sekolah masing-masing dan dipetakan ke dalam perencanaan semester. b. Keterkaitan antar kompetensi dasar dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
90
c. Keterkaitan kompetensi dasar dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar a. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah c. Cakupan pengembangan indikator terdiri dari : aspek kognitif, psikomotor dan afektif. d. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. e. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi f. Setiap kompetensi dasar dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua) g. Keseluruhan indikator dalam satu kompetensi dasar merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
Mengidentifikasi materi pokok: Dalam pemilihan materi pokok, guru diharapkan mempertimbangkan: a. Potensi peserta didik; b. Relevansi dengan karakteristik daerah; c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; d. Kebermanfaatan bagi peserta didik; e. Struktur keilmuan; f. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; h. Alokasi waktu untuk satu kompetensi dasar ;
91
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental, kognitif dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegaitan pembelajaran: 1. Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan mengacu kepada indikator untuk mencapai kompetensi dasar 2. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran 3. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi.
Menentukan Jenis Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis, pengamatan kinerja, , dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan penilaian yang tertuang di dalam silabus adalah sebagai berikut: a. Untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik, yang dilakukan berdasarkan indikator b. Menggunakan acuan kriteria c. Menggunakan sistem penilaian berkelanjutan
92
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran
Menentukan Alokasi Waktu Setiap Kompetensi Dasar Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam menghitung jumlah alokasi waktu setiap kompetensi dasar adalah: 1. Hitung jumlah minggu efektif dalam satu semester 2. Hitung seluruh jumlah kompetensi dasar yang akan di ajarkan di dalam satu semester 3. Alokasi waktu per minggu Contoh: Penetapan jumlah alokasi waktu setiap Kompetensi Dasar pada Kelas IV semester 1 Minggu efektif dalam satu semester = 18 minggu Jumlah Kompetensi Dasar dalam satu semester = 11 Jam pelajaran per minggu = 4 jam pelajaran Maka, hasilnya adalah: 18 : 11 = 1,6 x 4 = 6,4
Selanjutnya baru dianalisis dengan keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu untuk Standar Kompetensi merupakan hasil penjumlahan dari alokasi setiap kompetensi dasar yang terdapat dalam standar kompetensi.
93
Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Contoh Standar Kompetesi dan Kompetensi Dasar Kelas IV, Semester 1 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam
1.1 Mempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola
permainan sederhana dan olahraga serta
kecil sederhana dengan peraturan yang
nilai-nilai yang terkandung didalamnya
dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran**) 1.2 Mempraktikkan gerak dasar atletik sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin**) 1.3. Mempraktikkan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran**)
2. Mempraktikkan latihan untuk meningkatkan kebugaran dan
2.1 Mempraktikkan aktivitas nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya
permainan sederhana
untuk melatih daya tahan dan kekuatan otot, serta nilai kerja keras, dan disiplin 2.2 Mempraktikkan aktivitas permainan untuk melatih kelenturan dan koordinasi, serta nilai kerja keras, dan disiplin
94
C. CONTOH SILABUS Nama Sekolah
: SDN ................
Kelas / Semester
: 4 (empat) / 1 (satu)
Mata Pelajaran
: Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Standar Kompetensi
: 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam
permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya KOMPETENSI
MATERI
KEGIATAN
DASAR
POKOK/
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILA
ALOKASI
ALAT &
IAN
WAKTU
SUMBER
PEMBELA
BELAJAR
JARAN Permain 1.1 Mempraktikkan gerak dasar
Kasti
• Guru memberikan
Kognitif:
penjelasan tentang
• Dapat
komponen gerakan
Tes
8 jam
•
Bola Kasti
menyebutkan
Tertulis/
pelajaran
•
Tongkat
lisan
dalam
permanan kasti, seperti
komponen
permainan bola
melempar, menangkap,
gerakan
kecil sederhana
melambungka dan berlari
dalam
Tes
dengan
kemudia memberikan
permainan
Tertulis/l
Paket
peraturan yang
penjelasan otot-otot yang
kasti
isan
Siswa
dimodifikasi,
dominan dalam gerakan
serta nilai
tersebut
kerjasama tim,
• Peserta didik
permainan
permainan kasti terhadap
kasti
Observas
kesehatan
terhadap
i
tubuh Afektif:
kasti
• Menerapkan nilai-nilai
Unjuk
aktivitas melambungkan
kerjasama,
Kerja
bola secara individu dan
sportivitas,
berpasangan
dan
Unjuk
kejujuran
Kerja
aktivitas melempar dan
dalam
menangkap bola secara
bermain
berpasangan dan dalam
Buku
kesehatan
gerakan dalam permainan
• Peserta didik melakukan
•
manfaat
mendiskusikan manfaat
• Peserta didik melakukan
Pluit
menyebutkan
kejujuran**)
pelaksanaan komponen
•
• Dapat
sportivitas, dan
• Guru memberikan contoh
pemukul
Psikomotor:
Unjuk Kerja Unjuk
95
kelompok kecil • Peserta didik melakukan aktivitas memukul bola yang dilambungkan sendiri
• Dapat melambungk an bola • Dapat
dan yang dilambungkan
melemparka
orang lain
n bola ke
• Peserta didik melakukan aktivitas lari mengikut aba-
Kerja
Unjuk Kerja
berbagai
Unjuk
arah
Kerja
• Dapat
aba • Peserta didik bermain kasti di bawah bimbingan guru
menangkap bola dari berbagai arah • Dapat memukul bola yang dilambungka n dari berbagai arah dan jarak. • Dapat berlari mengikuti aba-aba • Dapat bermain kasti
D. CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran Kelas/Semester
: Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan : 4 ( Empat )/ I (Satu )
Pertemuan ke
: I ( Satu ) sampai dengan 5 ( Lima )
Alokasi Waktu
: 10 x 35 Menit
96
Standar Kompetensi: 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya Kompetensi Dasar: 1. 1 Mempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran**)
Indikator: Kognitif: • Dapat menyebutkan komponen gerakan dalam permainan kasti • Dapat menyebutkan manfaat permainan kasti terhadap kesehatan tubuh Afektif: • Dapat bekerjasama dalam bermain • Sportif dalam bermain Psikomotor: • Dapat melambungkan bola • Dapat melemparkan bola ke berbagai arah • Dapat menangkap bola dari berbagai arah • Dapat memukul bola yang dilambungkan dari berbagai arah dan jarak. • Dapat berlari mengikuti aba-aba • Dapat bermain kasti I.
Tujuan Pembelajaran:
Kognitif: • Dapat menyebutkan komponen gerakan dalam permainan kasti • Dapat menyebutkan manfaat permainan kasti terhadap kesehatan tubuh Afektif: • Dapat bekerjasama dalam bermain • Sportif dalam bermain Psikomotor: • Dapat melambungkan bola
97
• Dapat melemparkan bola ke berbagai arah • Dapat menangkap bola dari berbagai arah • Dapat memukul bola yang dilambungkan dari berbagai arah dan jarak. • Dapat berlari mengikuti aba-aba • Dapat bermain kasti II.
Materi Ajar (Materi Pokok): •
II.
Permainan kasti
Metode Pembelajaran: •
Ceramah
•
Gaya Komando
•
Penugasan
IV. Langkah-langkah
:
Pembelajaran A. Kegiatan Awal: •
Siswa dibariskan menjadi empat barisan
•
Mengecek kehadiran siswa
•
Menegur siswa yang tidak berpakaian lengkap
•
Melakukan gerakan pemanasan berupa lari keliling lapangan, menggerakkan anggota tubuh dimulai dari kepala hingga ke kaki.
98
B. Kegiatan Inti: Pertemuan 1 •
Melakukan gerakan melambungkan/melempar bola tanpa bola dengan hitungan
•
Melambungkan bola dengan berbagai arah dan kecepatan berpasangan atau perorangan
•
Melakukan lempar tangkap dari berbagai arah dan kecepatan : melempar bola lurus, melempar bola lambung, melembar menyusur tanah dilakukan secara berpasangan
Pertemuan 2 •
Melakukan gerakan memukul bola dengan hitungan
•
Memukul bola yang di lambungkan sendiri
•
Memukul bola yang dilambungkan oleh orang lain
Pertemuan 3 •
Membagi kelompok yang seimbang untuk persiapan main
•
Bermain kasti dengan peraturan yang dimodifikasi
•
Menjelaskan dan mempraktekkan peraturan main yang terdapat dalam permainan kasti
Pertemuan 4 •
Bermain kasti / pemantapan
•
Melakukan umpan balik terhadap seluruh komponen keterampilan permainan kasti
Selama pembelajaran berlangsung guru megamati nilai-nilai kerjasama, sportivitas dan kejujuran peserta didik C. Kegiatan Akhir / Penenangan •
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang telah dilakukan/ diajarkan
•
Memperbaikai tentang kesalahan-kesalahan gerakan dan tekhnik dalam permainan kasti
99
V.
VI.
Alat dan Sumber Belajar: •
Buku Penjaskes kls. 4
•
Diktat permainan bola kecil
•
Lapangan
•
Pemukul kasti
•
Bola kasti
•
Tiang hinggap
•
Scoring board/keset
•
Pluit
•
Kapur line/tali
Penilaian: Penilaian proses terhadap ujuk kerja keterampilan komponen gerakan permainan kasti
Dalam penilaian proses ini guru harus dibekali dengan daftar chek, daftar ini dipegang oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kiat yang lebih mudah untuk melakukan penilaian proses ini adalah hanya mengamti peserta didik yang menonjol keteramplannya dan yang kemampuannya rendah, sedangkan peserta didik yang memiliki keterampilan rerata cukup di pantau. Contoh daftar chek list
100
Format Penilaian Permainan Kasati (Menggunakan Daftar Tanda Cek) Nama peserta didik: ________ No.
Aspek Yang Dinilai
Kelas: _____ Baik
Tidak baik
1.
Melambungkan bola
2.
Melemparkan bola
3.
Menangkap bola
4.
Memukul bola
5.
Berlari mengikuti aba-aba
6.
Kerjasama selama bermain kasti Skor yang dicapai Skor maksimum
5
101
B A B IV
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA DAN KESEHATAN
A. PENGERTIAN BAHAN AJAR Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lenganlengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb. Untuk membantu memudahkan memahami
102
keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.
B. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN BAHAN AJAR Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau ghbahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
103
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya
Dengan lebih spesifi prinsip pengembangan bahan ajar adalah seperti berikut ini: 1. Bahan ajar relevan dengan tingkat perkembangan gerak siswa. 2. Bahan ajar dihayati melalui kegiatan berpikir, melakukan aktivitas fisik. 3. Bahan ajar bersumber dari rujukan yang terpercaya. Sumber bahan ajar itu berupa buku teori atau buku pelajaran siswa. 4. Bahan ajar dihayati, dipahami, dan dikuasai bukan hanya secara individual tetapi juga melalui kerja sama dengan teman, keluarga, lingkungan sosial, maupun dengan guru secara kooperatif. Oleh karena itu, penguasaan materi pembelajaran bukan secara kompetitif tetapi melalui kerja sama dengan berbagai pihak secara kooperatif. 5. Bahan ajar harus sistemis. Artinya, ada hubungan antara materi pembelajaran yang satu dengan yang. 6. Bahan ajar harus bermakna. Artinya, materi pembelajaran itu bermanfaat bagi siswa secara konkret. 7. Bahan ajar harus menarik. Artinya, isi materi pembelajaran itu beserta penataannya sesuai dengan tingkat perkembangan maupun minat siswa. 8. Bahan ajar terukur. Artinya, ketika murid mempelajari materi pembelajaran dapat memahami perkembangan belajarnya dan dapat melakukan usaha pengembangan diri dengan atau tanpa bantuan orang lain.
C. LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN BAHAN AJAR Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak
104
dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
105
1) Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. 2) Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. 3) Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema. 4) Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik. 5) Materi
pembelajaran
aspek
afektif
meliputi:
pemberian
respon,
penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. 6) Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi.
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting
106
untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran: 1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”. Contoh:Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia. 2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Contoh :Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang. 3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.Contoh : Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat
107
magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb. 4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya
“ya”, berarti materi
pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”. Contoh :Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar. 5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.Contoh:Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas. 6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.Contoh:Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
4. Memilih sumber bahan ajar Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb. Jenis bahan ajar terdiri atas: 1. Bahan cetak: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
108
wallchart. 2. Audio Visual: video/film,VCD 3. Audio: radio, kaset, CD audio 4. Visual: foto, gambar, model/maket. 5. Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet
E. KRITERIA BAHAN AJAR YANG BAIK 1. Aspek Bahasa a. Sesuai dengan perkembangan berpikir siswa Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, pola, contoh, ilustrasi, tugas, soal, dan latihan, baik yang abstrak maupun konkret, mudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini ditandai oleh pilihan kata dan struktur kalimat yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk memahaminya, termasuk jumlah kata dalam satu kalimat dan jumlah kalimat dalam satu paragraf. Sebagai conroh, panjang kalimat untuk kelas I dan II terdiri atas 3—5 kata; kelas III dan IV terdiri atas 3—9 kata; kelas V dan VI terdiri atas 3—12 kata (Hal ini terkecuali untuk kalimat-kalimat perintah/seru), panjang paragraf untuk kelas I dan II terdiri atas 3—5 kalimat; kelas III dan IV terdiri atas 3—8 kalimat; dan kelas V dan VI terdiri atas 5—12 kalimat.
b. Sesuai dengan Tingkat Perkembangan Sosial-Emosional Siswa Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, pola, contoh, ilustrasi, tugas, soal, dan latihan, baik yang abstrak maupun konkret, tidak mengarah pada SARA, kekasaran, pornografi, pelecehan, bias gender, dan sebagainya yang dapat mengganggu dan mempengaruhi pikiran dan perasaan peserta didik secara negatif.
c. Keterpahaman Pesan Kegiatan Pendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan yang disajikan berisi aktivitas fisik , dan mental dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan
109
berpikir peserta didik. Misalnya, jumlah kata dalam satu kalimat, jumlah kalimat dalam satu paragraf, dan jumlah paragraf dalam satu wacana akan mempengaruhi tingkat kekomunikatifan pesan.
d. Ketepatan Bahasa dan Penyajian Menggunakan bahasa sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia dan Pedoman EYD (Pedoman Ejaan yang Disempurnakan), kecuali untuk kelas 1 dan 2 yang mungkin belum mempelajari tanda baca secara cermat.
d. Menggunakan Istilah dan Simbol yang Baku Penggunaan bahasa sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia dan Pedoman EYD (Pedoman Ejaan yang Disempurnakan), kecuali untuk kelas 1 dan 2 yang mungkin belum mempelajari tanda baca secara cermat.
e. Keutuhan Makna dalam Bab Pesan atau materi yang disajikan dalam satu bab mencerminkan kesatuan tema.
f. Keutuhan Makna dalam Subbab Pesan atau materi yang disajikan dalam satu subbab mencerminkan kesatuan subtema.
g. Keutuhan Makna dalam Paragraf Pesan atau materi yang disajikan dalam satu paragraf memuat satu pokok pikiran.
h. Kebertautan Antarbab dalam Satu Bahan Ajar Penyampaian pesan antara satu bab dengan bab lain dalam satu bahan ajar mencerminkan keruntutan dan keterkaitan isi (kesinambungan).
110
i. Kebertautan Antarsubbab dalam Satu Bab Penyampaian pesan antara satu subbab dengan subbab lain dalam satu bab mencerminkan kesatuan tema, kesatuan subtema dalam subbab dan kesatuan pokok pikiran dalam satu paragraf.
j. Kebertautan Antarparagraf dalam Satu Bab Penyampaian pesan antarparagraf yang berdekatan dalam satu subbab mencerminkan keruntutan dan keterkaitan isi.
k. Kebertautan Antarparagraf dalam Satu Paragraf Penyampaian pesan antarkalimat dalam satu paragraf mencerminkan keruntutan dan keterkaitan isi.
Secara lebih spesifik karakteristik bahan ajar yang baik adalah sebagai berikut di bawah ini: 1.
Menimbulkan minat siswa untuk mempelajari bahan ajar. Bahan ajar yang diususun perlu disusun semenarik mungkin sehingga menimbulkan minat siswa untuk mempelajarinya.
2.
Ditulis dan dirancang untuk siswa Bahan ajar disusun atau dirancang untuk siswa. Namun demikian, bahan ajar ini akan digunakan guru dan orang tua untuk membelajarkan siswa
3.
Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Pada bagian awal bahan ajar perlu dijelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan. Tujuannya agar siswa, guru, dan orang tua mempunyai mengenai apa yang ingin di capai dalam menggunakan bahan ajar tersebut.
4.
Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel Pola yang sudah ditetapkan dalam bahan harus fleksibel sehingga siswa mempunyai pilihan-pilihan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa yang beragam.
111
5.
Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai. Struktur penyajian perlu memperhatikan kebutuhan dan kompetensi akhir yang ingin dicapai. Siswa menjadi titik tolak dalam menentapkan struktur bahan ajar.
6.
Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih Latihan-latihan yang disjaikan di dalam bahan ajar harus memberikan kepada siswa untuk berlatih. Kesempatan ini dapat dijabarkan seperti dengan menyajikan berbagai pertanyaan dengan berbagai variasi dan jumlah yang cukup.
7.
Mengakomodasi kesulitan siswa Siswa yang menggunakan bahan ajar mempunyai kesulitan yang berbedabeda. Untuk itu, bahan ajar perlu memperhatikan kesulitan siswa yang beragam ini.
8.
Memberikan rangkuman Untuk memberikan kesempatan kepada siswa menyimpulkan mengenai kompetensi yang ia pelajari, maka sebaiknya ada rangkuman yang membantu siswa dalam mempelajari bahan ajar.
9.
Gaya penulisan komunikatif dan semi formal Bahasa dan gaya penulisan tidak kaku dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
10. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa Penyusun bahan ajar perlu memperhatikan kompetensi yang akan dicapai siswa sehingga kepadatan dapat diukur sesuai dengan kebutuhan siswa. 11. Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa Guru perlu mendapatkan umpan balik dari kompetensi yang ia dipelajari siswa sehingga ini dapat digunakan untuk perbaikan.pelajarai. 12. Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.
112
Pada bagian tertentu di bahan ajar perlu dijelaskan cara mempelajari bahan ajar sehingga siswa, guru, dan orang tua dapat menggunakan bahan ajar secara efektif dan efisien.
F. KELAYAKAN PENYAJIAN a. Konsistensi Sistematika Sistematika penyajian dalam setiap bab taat asas, minimal memuat peta konsep, (tidak menyalin SK/KD), pendahuluan/apersepsi, isi yang memuat materi Pendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan lengkap dengan penjelasan konsep dan latihan, serta penutup untuk setiap bab yang memuat evaluasi, rangkuman, dan refleksi).
b. Keseimbangan Antarbab Uraian materi Pendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan
antarbab
disusun secara proporsional (tercermin dari jumlah halaman secara relatif) dengan mempertimbangkan muatan SK dan KD yang dipilih untuk setiap bab.
c. Keruntutan Konsep Penyajian kegiatan berbahasa dan berPendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan dimulai dari hal yang mudah ke hal yang lebih sukar, dari hal yang sederhana ke hal yang lebih kompleks, dari hal yang dekat dengan lingkungan siswa ke hal dengan lingkungan yang lebih luas.
d. Kesesuaian/Ketepatan Ilustrasi dengan Materi Ilustrasi yang digunakan tepat, sesuai dengan materi Pendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan yang disajikan dalam bab bersangkutan.
113
e. Berpusat pada Siswa Penyajian
materi
Pendidikan
Jasmani,
Olaraga,
dan
Kesehatan
menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang terlihat pada tugas-tugas dan proyek, baik untuk dikerjakan secara mandiri, kelompok maupun klasikal oleh peserta didik.
f. Ketergugahan Metakognisi Siswa Penyajian materi dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir lebih dalam tentang apa, mengapa, dan bagaimana mempelajari materi pelajaran dengan cara yang menyenangkan. Metakognisi akan lebih tergugah apabila materi disajikan, misalnya, dalam bentuk pemecahan masalah.
g. Ketergugahan Siswa untuk Berpikir Kritis, Kreatif, dan Inovatif melalui Metode Inkuiri Eksperimrn Penyajian materi Pendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan dapat menggugah peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, termasuk melalui metode eksplorasi dan latihan.
h. Variasi Penyajian Materi disajikan secara variatif sesuai dengan karakteristik materi tersebut sehingga dalam proses pembelajaran dapat menarik perhatian peserta didik.
G. KELENGKAPAN PENYAJIAN a. Pengantar Inti pengantar di awal buku adalah ucapan terima kasih, namun dapat ditambah dengan tujuan penulisan, sistematika buku, kelebihan buku, cara belajar yang dianjurkan, dan
hal lain yang dianggap penting
diinformasikan kepada peserta didik/pemakai baik oleh penulis maupun oleh penerbit.
114
b. Pendahuluan Bab Pada awal setiap bab terdapat penjelasan tentang apa yang dipelajari pada bab itu. Sebagai subjudul dapat digunakan kata pendahuluan, pengantar, atau lainnya, tetapi kata-kata subjudul itu tidak harus ada, yang penting penjelasannya.
c. Daftar Isi Daftar isi memuat judul-judul bab, subbab, termasuk pengantar, daftar isi, daftar pustaka, daftar indeks, dan lampiran.
d. Glosarium Glosarium berisi istilah-istilah penting dalam teks dengan penjelasan arti istilah tersebut, diurutkan secara alfabetis, dan disertai nomor-nomor halaman tempat istilah itu terdapat dalam teks, dicantumkan pada lampiran buku.
e. Daftar Pustaka Semua rujukan yang digunakan tercantum dalam daftar pustaka secara konsisten. Daftar pustaka diletakkan di bagian penutup buku dan disusun secara alfabetis serta mengikuti tata cara penulisan daftar pustaka yang lazim.
f. Identitas Tabel dan Gambar Setiap tabel, gambar, dan lampiran diberi nomor, nama atau judul. Teks, tabel, gambar, dan lampiran yang diambil dari sumber lain harus disertai dengan rujukan. Judul tabel terletak di atas tabel terkait, sedangkan judul gambar di bawah gambar terkait.
g. Rangkuman dan Refleksi Rangkuman merupakan konsep kunci bab yang bersangkutan yang dinyatakan dengan kalimat ringkas dan jelas yang memudahkan peserta
115
didik memahami keseluruhan isi bab. Refleksi memuat sikap dan perilaku yang harus diteladani oleh peserta didik.
h. Evaluasi Evaluasi digunakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi sesuai dengan SK/KD. Evaluasi yang disajikan di dalam buku tidak berbentuk perintah, tetapi ajakan dan umpan baliknya. Daftar cek yang berisi konsepkonsep kunci setiap bab dapat dimuat di sini agar peserta didik dapat menilai/menaksir pencapaian materi bagi dirinya sendiri.
H. KERANGKA MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN JASMANI, OLARAGA, DAN KESEHATAN UNTUK SEKOLAH DASAR
Berikut ini adalah contoh sistematika model bahan ajar Pendidikan Jasmani, Olaraga, dan Kesehatan yang disusun dalam bentuk modul untuk siswa. Contoh sistematika bahan ajar ini dapat disesuaikan atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. ...... (judul bahan ajar)
Kemampuan yang ingin dicapai: 1. ... 2. ... 3. ...
A. ..... (Sub judul 1)
1.
.... (uraiain materi/perintah/kegiatan)
2. .... (uraian materi/perintah/kegiatan) 3. ... Catatan untuk guru:
Judul dirumuskan dari kompetensi dasar, tema(mengambil intisari, kata kunci, ...) Kemampuan yang ingin dicapai dirumuskan dari kompetensi dasar atau indikator yang ada di silabus dan RPP
Sub judul merupakan uraian dari judul atau judul kegiatan yang akan dilakukan siswa, mungkin juga dari rumusan KD (bisa juga diambil dari langkah-langkah pembelajaran di RPP) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa termasuk latihan. Berisi petunjuk pelaksanaan tentang kegiatan yang harus dilakukan guru dalam membantu siswa melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sub judul.
Daftar Pustaka
116
Daftar Pustaka
Standar Isi Pendidikan http://specialed.abot.com/od/characterbuilding Adisasmita Yusuf, Strategi Instruksional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: PPs IKIP Jakarta., 1997. Atwi Suparman, Pengembangan Instruksional, Jakarta: Dikti, 1987. Borg, Walter R. & Meredith D. Gall, education Research: an Introduction, New York: Longman Inc. 1983. Coker, Cheryl A., Motor Learning and Control for Practitioners, Mexico :McGraw Hill, 2004. Colwin Cecil M., Swimming into the 21th Century. Champaign : Human Kinetics Publishers, Inc., 1992. Cook Anne Shumway- & Woollacott Marjorie H. “Motor Control” Theory and Practical Applications. USA: Second EditionWalnut Street Philadelphia Pennsylvania. ,2001. David Kirck., McDonald Doune., O’Sullivan Mary (2006), The Hand Book Physical Education. London SAGE Publication. Davis Bob. et al. (1997). Physical Education and the study of sport. London: Mosby, an imprint of Times Mirror International Publisher Ltd. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Teknis Pendidikan Jasmani , Jakarta: Depdikbud, 1995. Gallahue, David L., Understanding Motor Development Infants, Children, Adolescents, Adults, New York: McGraw Hill.
117