Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut
Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP. 1947 07 17 1978 01 1001
Selasa, 17 Juli 2012
Page 2
Latar Belakang BAJA
LINGKUNGAN AIR LAUT
ANODA TUMBAL
DILAPISI POLYETHYLENE
DAMPAK TERHADAP PROTEKSI KATODIK
Page 3
TIMBUL SCRATCH
Rumusan Masalah bagaimana pengaruh bentuk dan ukuran scratch polyethylene wrap terhadap proteksi katodik anoda tumbal Aluminium Alloy pada baja AISI 1045 di lingkungan air laut.
Batasan Masalah • Material uji dianggap homogen. • Kehalusan permukaan pada material uji dianggap tidak berpengaruh pada perilaku korosi yang terjadi. • Adanya arus liar (stray current) diabaikan dalam perhitungan. • Lingkungan uji tidak berubah saat pengujian menyangkut temperatur, pH, dan bebas dari mikroorganisme.
Tujuan Penelitian • Mempelajari pengaruh bentuk scratch polyethylene wrap pada baja AISI 1045 terhadap proteksi katodik anoda tumbal Aluminium Alloy di lingkungan air laut. • Mempelajari pengaruh ukuran scratch polyethylene wrap pada baja AISI 1045 terhadap proteksi katodik anoda tumbal Aluminium Alloy di lingkungan air laut. • Mempelajari terjadinya korosi pada baja AISI 1045 dengan lapis lindung polyethylene wrap yang tidak sempurna.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui batas toleransi bentuk dan ukuran scratch polyethylene terhadap proteksi katodik anoda tumbal Al Alloy pada baja AISI 1045 di lingkungan air laut. Page 5
Page 6
Korosi
Korosi didefinisikan sebagai proses perusakan atau degradasi sebuah material logam akibat reaksi dengan lingkungan (Fontana, 1987) Korosi juga merupakan kebalikan dari metalurgi ekstraksi Menurut jenis reaksinya dapat digolongkan sebagai chemical corrosion dan korosi elektokimia electrochemical corrosion (Sulistijono, 1999) Page 7
Mekanisme Korosi
Fe Fe2+ + 2e- (reaksi oksidasi)
A
K
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2 (terbentuk karat / anoda [A] terkorosi) 2H+ + 2e- H2 (terbentuk gelembung gas H2, katoda [K] terproteksi)
Page 8
Jenis Korosi
Uniform Corrosion Galvanic Corrosion Crevice Corrosion Pitting Corrosion Selective Leaching Intergranular Corrosion Fretting Corrosion Page 9
Stress Corrosion Cracking Hydrogen Induced Cracking Fatigue Corrosion Erosion Cavitations
Faktor yang Mempengaruhi Laju Korosi
Keberadaan gas terlarut (O2, CO2) Temperatur pH Adanya Sulfate Reducing Bacteria Keberadaan padatan terlarut (Cl, CO3, SO4) Impurities Kecepatan fluida / elektrolit Konsentrasi elektrolit Page 10
Pencegahan Korosi
Desain Komponen Proteksi Katodik Arus Paksa (Impressed Current) Anoda Tumbal (Sacrificial Anode) Proteksi Anodik Chemical Inhibitor Coating
Page 11
Proteksi Katodik Anoda Tumbal
Menggunakan prinsip sel galvanis Ada perbedaan potensial standar antara logam yang dilindungi (katoda) dan yang dikorbankan (anoda) Potensial standar anoda lebih rendah dari katoda Cocok untuk struktur yang kecil seperti underground pipeline dan offshore pipeline Anoda yang sering digunakan adalah Mg, Al, Zn Page 12
Elektroda Acuan
Pada lingkungan air laut, elektroda acuan yang biasa digunakan adalah elektroda Cu-CuSO4, elektroda Ag-AgCl2, dan elektroda Zn. Elektroda Referensi Cu-CuSO4 Ag-AgCl2 Zn
Page 13
Potensial Terkorosi
Potensial Optimum
Potensial Overproteksi
-0,65 V atau lebih -0,60 V atau lebih +0,45 V atau lebih
-0,85 V sampai -1,0 V -0,80 V sampai -0,95 V +0,150 V sampai +0,250 V
-1,05 V atau lebih -1,00 V atau lebih +0,10 V atau kurang
Polyethylene (PE) Merupakan golongan thermoplastics
Sering digunakan sebagai bungkus plastik, peredam getaran, insulasi panas, dan wrapping pipa-pipa industri
Polyethylene Wrap Salah satu jenis coating dengan polymer Digunakan secara simultan dengan proteksi katodik Kedap air Page 14
Lingkungan Air Laut Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%) natrium (31%) sulfat (8%) magnesium (4%) kalsium (1%) potasium (1%) sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Page 15
Baja AISI 1045 Baja AISI 1045 tergolong dalam kelompok medium carbon steel dengan kandungan karbon sebesar 0,43% - 0,50%. Baja ini banyak digunakan sebagai komponen-komponen penunjang produksi di industry, seperti pipa atau vessel. Komposisi kimia dari baja AISI 1045 adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Komposisi Kimia Baja AISI 1045
Unsur % C 0.43 – 0.50 Mn 0.6 – 0.9 S 0.050 P 0.040 Page 16
Anoda Aluminium Alloy Anoda alumiuium adalah anoda yang paling sering digunakan pada system proteksi katodik anoda tumbal pada lingkungan air laut. Berikut adalah material properties dari anoda aluminium.
Page 17
Spesifikasi
Nilai
Tegangan Dorong (V)
0,3
Efisiensi arus (%)
50 - 95
Densitas (g/m3)
2.7
Kapasitas arus (A.h/kg)
2700
Pengausan(kg/A.tahun)
3,24
Pengausan (m3/A.tahun)
1,180 x 10-3
Keluaran Arus (A/m2)
6,5
Potensial larutan vs CSE (Volt)
-1,1
Page 18
Diagram Alir
Mulai
Preparasi baja AISI 1045
Preparasi Air Laut
Preparasi Anoda Tumbal
Pemasangan polyethylene
Penimbangan berat awal anoda
Pemberian scratch
Menghubungkan baja berlapis PE dengan anoda tumbal
Proses Imersi ke dalam media air laut
Page 19
A
Cont’d A
Pengukuran Arus dan Potensial
Penimbangan Berat Akhir Spesimen Anoda
Pengamatan Makro Katoda dan Anoda
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Page 20
Material Penelitian
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baja AISI 1045 Polyethylene Anoda Tumbal Aluminium Alloy
Page 21
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Mesin potong untuk memotong material 2. Wadah untuk menyimpan air laut 3. Timbangan elektronik untuk menimbang material uji 4. Digital multitester untuk mengukur potensial dan arus 5. Penggaris sebagai alat ukur 6. Kabel atau kawat tembaga sebagai penghubung baja dengan anoda 7. Air laut sebagai media korosif 8. Elektroda acuan Cu-CuSO4 9. Kamera digital untuk foto makro Page 22
Langkah langkah pelaksanaan penelitian • Preparasi media air laut Media yang digunakan adalah air laut yang di ambil dari air laut di dekat pantai Kenjeran.
50 mm
• Preparasi spesimen uji Spesimen Katoda Preparasi spesimen untuk katoda yaitu Baja AISI 1045. Dilakukan pemotongan dengan mesin potong dengan dimensi spesimen P = 100 mm, L = 50 mm, dan tebal = 16 mm.
100 mm Page 23
Pemberian variasi scratch • Bentuk Rectangular
2 mm
•ukuran p = 25 mm l = 2 mm
25 mm
4 mm
•ukuran p = 25 mm l = 4 mm
25 mm
Page 24
Cont’d 10 mm
•ukuran p = 25 mm l = 10 mm
25 mm
• Bentuk Circular •ukuran d = 7,96 mm
7,96 mm
Page 25
Cont’d •ukuran d = 11,28 mm
11,28 mm
•ukuran d = 7,96 mm
17,84 mm
Page 26
Cont’d
Spesimen Anoda
20 mm
Preparasi spesimen untuk katoda yaitu Aluminium Alloy. Dilakukan pemotongan dengan mesin potong dengan dimensi masing masing anoda yaitu (40 mm x 20 mm x 10 mm).
40 mm
Page 27
Melakukan Pengujian Korosi Pengujian korosi dilakukan dengan metode uji imersi yaitu dengan memasangkan katoda dengan anoda yang kemudian dihubungkan dengan kabel tembaga. Setelah katoda dan anoda terhubung, dilakukan uji imersi ke dalam lingkungan air laut pada kedalaman yang sama untuk masingmasing spesimen. Proses imersi ini berlangsung selama 20 hari dan 40 hari dengan pengambilan data setiap 4 hari sekali secara periodik. Kabel Tembaga
Air Laut
Anoda Tumbal Baja AISI 1045 Polyethylene Wrap Page 28
Perolehan Data
Pengukuran potensial proteksi katoda dan arus galvanik Pengukuran dilakukan selama satu jam pertama setelah proses uji celup, selanjutnya dilakukan pencatatan data dengan range waktu setiap 4 hari selama 20 hari dan 40 hari. Pengukuran dilakukan dengan menghubungkan baja dan anoda Alumunium dengan elektroda acuan CuCuSO4 dalam lingkungan media air laut. Digunakan Multimeter untuk mengukur potensial proteksi dan arus galvanik yang keluar. Pengukuran potensial proteksi dan arus galvanik dilakukan sesuai standar NACE RP-0169.
Page 29
Cont’d
Penimbangan berat anoda Proses penimbangan berat anoda dilakukan untuk mengetahui berat spesimen yang hilang (weight loss). Proses penimbangan bisa dilakukan menggunakan timbangan elektronik dan hanya bisa dilakukan ketika telah mengalami proses imersi selama 20 hari dan 40 hari. Pengamatan makro pola korosi pada katoda dan anoda Dilakukan pengamatan makro pola korosi pada baja yang dilapisi scratch dengan masing-masing dimensi dan bentuk scratch. Selanjutnya dilakukan pengamatan pola korosi terhadap masing-masing anoda. Porses pengamatan bisa dilakukan menggunakan foto makro setelah uji imersi selama 20 hari dan 40 hari.
Page 30
Page 31
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 2 mm -1,14mA V Terendah = 4,31 Tertinggi = -1,00 V 4,79 mA Rata2 = -1,115 V 4,523 mA
Page 32
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 2 mm Terendah = 4,10 -1,14mA V Tertinggi = -1,00 4,65 mA V Rata2 = -1,086 4,299 mA V
Page 33
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 4 mm Terendah = -1,14 4,13 mA V Tertinggi = -1,00 4,69 mA V Rata2 = -1,112 4,423 mA V
Page 34
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 4 mm Terendah = -1,14 4,17 mA V Tertinggi = -0,99 4,54 mA V Rata2 = -1,076 4,307 mA V
Page 35
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 10 mm Terendah = 3,97 -1,12mA V Tertinggi = -0,94 4,52mA V Rata2 = -1,058 4,188 mA V
Page 36
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 10 mm Terendah = 4,01 -1,10mA V Tertinggi = -0,78 4,52mA V Rata2 = -0,963 4,359 mA V
Page 37
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 7,96 mm Terendah = 4,17 -1,14mA V Tertinggi = -1,01 4,48 mA V Rata2 = -1,098 4,335 mA V
Page 38
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 7,96 mm Terendah = 4,05 -1,14mA V Tertinggi = 4,66 -1,01mA V Rata2 = 4,287 -1,093mA V
Page 39
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 11,28 mm Terendah = 4,19 -1,13mA V 4,52 mA Tertinggi = -0,99 V 4,308 mA Rata2 = -1,095 V
Page 40
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 11,28 mm -1,13mA V Terendah = 4,10 Tertinggi = -0,77 V 4,51 mA Rata2 = -1,026 V 4,336 mA
Page 41
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 17,84 mm Terendah = 3,15 -1,01mA V 4,50 mA Tertinggi = -0,78 V 3,813 mA Rata2 = -0,918 V
Page 42
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 17,84 mm Terendah = 4,29 -1,14mA V 4,72 mA Tertinggi = -0,99 V 4,409 mA Rata2 = -1,043 V
Page 43
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Tanpa Scratch Terendah = 4,11 -1,14mA V Tertinggi = -1,01 4,68 mA V Rata2 = -1,117 4,325 mA V
Page 44
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 40 hari
Tanpa Scratch Terendah = 4,03 -1,15mA V Tertinggi = -1,01 4,56 mA V Rata2 = -1,114 4,239 mA V
Page 45
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Tanpa Polyethylene Wrap -0,98mA V Terendah = 3,66 Tertinggi = -0,80 V 4,43 mA Rata2 = -0,862 V 4,003 mA
Page 46
Hasil Pengukuran Potensial dan Arus selama 20 hari
Tanpa Polyethylene Wrap Terendah = -1,12 V 4,17 mA Tertinggi = -0,82 V 4,95 mA Rata2 = -1,020 V 4,485 mA
Page 47
Hasil Uji Pencelupan Anoda Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 2 mm Waktu (hari) 20 40
Berat awal (g) 22,8137 21,9510
Berat akhir (g) 22,7734 21,8966
Berat hilang (g) 0,0403 0,0544
Laju korosi Anoda (mpy) 3,83143 2,58598
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 4 mm Waktu (hari) 20 40
Berat awal (g) 23,1832 23,1543
Berat akhir (g) 23,1335 23,0995
Berat hilang (g) 0,0497 0,0548
Laju korosi Anoda (mpy) 4,72512 2,60499
Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 10 mm Waktu (hari) 20 40 Page 48
Berat awal (g) 23,2409 22,8175
Berat akhir Berat (g) hilang (g) 23,1066 0,1343 22,6335 0,1840
Laju korosi Anoda (mpy) 12,76827 8,74699
Scratch Circular, Ukuran d = 7,96 mm Waktu (hari) 20 40
Berat awal (g) 22,6779 21,8624
Berat akhir (g) 22,6542 21,8109
Berat hilang (g) 0,0237 0,0515
Laju korosi Anoda (mpy) 2,25322 2,44812
Scratch Circular, Ukuran d = 11,28 mm Waktu (hari) 20 40
Berat awal (g) 22,6920 23,4511
Berat akhir Berat (g) hilang (g) 22,6401 0,0519 23,3973 0,0538
Laju korosi Anoda (mpy) 4,93428 2,55746
Scratch Circular, Ukuran d = 17,84 mm Waktu (hari) 20 40 Page 49
Berat awal (g) 22,8672 22,1427
Berat akhir (g) 22,8018 22,0690
Berat hilang (g) 0,0654 0,0737
Laju korosi Anoda (mpy) 6,21776 3,50343
Tanpa Scratch Waktu Berat awal (g) (hari) 20 23,6264 40 22,2985
Berat akhir (g) 23,6161 22,2881
Berat hilang (g) 0,0103 0,0104
Laju korosi Anoda (mpy) 0,97925 0,49438
Tanpa Polyethylene Wrap Waktu Berat awal (hari) (g) 20 22,7310 40 22,6790
Page 50
Berat akhir (g) 22,6688 22,5994
Berat hilang (g) 0,0622 0,0796
Laju korosi Anoda (mpy) 5,91353 3,78390
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 2 mm
40 hari 20 hari Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 4 mm
20 hari Page 51
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 10 mm
20 hari Scratch Circular, Ukuran d = 7,96 mm
20 hari Page 52
40 hari
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Scratch Circular, Ukuran d = 11,28 mm
20 hari
40 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 17,84 mm
20 hari Page 53
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Tanpa Scratch
20 hari
40 hari
Tanpa Polyethylene Wrap
20 hari Page 54
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 2 mm
40 hari 20 hari Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 4 mm
20 hari Page 55
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Scratch Rectangular, Ukuran p = 25 mm, l = 10 mm
20 hari Scratch Circular, Ukuran d = 7,96 mm
20 hari Page 56
40 hari
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Scratch Circular, Ukuran d = 11,28 mm
20 hari
40 hari
Scratch Circular, Ukuran d = 17,84 mm
20 hari Page 57
40 hari
Hasil Foto Makro Katoda dan Anoda Tanpa Scratch
20 hari
40 hari
Tanpa Polyethylene Wrap
20 hari Page 58
40 hari
Tabel Perbandingan Hasil Potensial Proteksi, Arus Galvanik, Berat Hilang dan Laju Korosi Anoda Bentuk dan Ukuran Scratch
Waktu
Rectangular, p = 25 mm l = 2 mm 20 hari 40 hari Rectangular, p = 25 mm l = 4 mm 20 hari 40 hari Rectangular, p = 25 mm l = 10 mm 20 hari 40 hari Circular, d = 7,96 mm 20 hari 40 hari Circular, d = 11,28 mm 20 hari 40 hari Circular, d = 17,84 mm 20 hari 40 hari Tanpa Scratch 20 hari 40 hari Tanpa Pemasangan Polyethylene 20 hari Wrap 40 hari
Page 59
Potensial Proteksi (V) -1,115 -1,086 -1,112 -1,076 -1,058 -0,963 -1,098 -1,093 -1,095 -1,026 -0,918 -1,043 -1,117 -1,114 -0,862 -1,020
Arus Galvanik (mA) 4,523 4,299 4,423 4,307 4,188 4,359 4,335 4,287 4,308 4,336 3,813 4,409 4,325 4,239 4,003 4,485
Berat Laju Korosi hilang (gr) Anoda(mpy) 0,0403 3,83143 0,0544 2,58598 0,0497 4,72512 0,0548 2,60499 0,1343 12,76827 0,1840 8,74699 0,0237 2,25322 0,0515 2,44812 0,0519 4,93428 0,0538 2,55746 0,0654 6,21776 0,0737 3,50343 0,0103 0,97925 0,0104 0,49438 0,0622 5,91353 0,0796 3,78390
Page 60
Kesimpulan 1. Pada bentuk scratch rectangular dengan pencelupan selama 20 hari, semakin besar ukuran scratch, maka potensial proteksi semakin naik, arus galvanik semakin turun, dan laju korosi anoda semakin naik. Sedangkan pada pencelupan selama 40 hari, semakin besar ukuran scratch, maka potensial proteksi semakin naik, arus galvanik semakin naik, dan laju korosi anoda semakin naik. 2. Pada bentuk scratch circular dengan pencelupan selama 20 hari, semakin besar ukuran scratch, maka potensial proteksi semakin naik, arus galvanik semakin turun, dan laju korosi anoda semakin naik. Sedangkan pada pencelupan selama 40 hari, semakin besar ukuran scratch, maka potensial proteksi semakin turun, arus galvanik semakin naik, dan laju korosi anoda semakin naik. 3. Pada bentuk scratch rectangular mempunyai laju korosi anoda yang lebih tinggi daripada bentuk scratch circular. 4. Pola korosi yang terlihat pada baja adalah uniform corrosion terutama pada area scratch. Sedangkan pola korosi yang terlihat pada anoda adalah cenderung pitting corrosion. Page 61
Saran
1. Pengujian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan bahan pelapis yang lainnya. 2. Untuk penelitian lebih lanjut, dapat dilakukan dengan memvariasikan pada kondisi lingkungan seperti salinitas dan temperatur air laut.
Page 62
Page 63