Minggu-IV Setelah Trinitatis Roh Kudus Memberikan Kekuatan untuk Bersaksi Ya Abba, ya Bapa … Aku adalah Anak, Bukan Lagi Budak!
Nas Epistel: Galatia 4:4-9
Nas Evangelium: Matius 10:16-22
4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah
10:16 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti
mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang
domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu
perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus
4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang
seperti merpati.
takluk
10:17
kepada hukum
Taurat,
supaya
kita
Tetapi
waspadalah
terhadap
semua
diterima menjadi anak.
orang; karena ada yang akan menyerahkan
4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah
kamu kepada majelis agama dan mereka akan
telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati
menyesah kamu di rumah ibadatnya.
kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
10:18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke
4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan
muka
anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga
sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi
adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
orang-orang yang tidak mengenal Allah.
4:8 Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah,
10:19 Apabila mereka menyerahkan kamu,
kamu memperhambakan diri kepada allah-allah
janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan
yang pada hakekatnya bukan Allah.
akan apa yang harus kamu katakan, karena
4:9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal
semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu
Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal
pada saat itu juga.
Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada
10:20 Karena bukan kamu yang berkata-kata,
roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau
melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-
mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
kata di dalam kamu.
penguasa-penguasa
dan
raja-raja
10:21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan
anaknya.
Dan
anak-anak
akan
memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. 10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai
pada
kesudahannya
akan
selamat.
Prolegomena Nas yang menjadi perikop yang ditetapkan oleh Almanak HKBP sebagai MInggu Trinitatis yang memberikan penekanan pada hasitolusadaan Debata alias ketritunggalan Allah, apalagi mengingat bahwa hal anak dan hamba yang dipertentangkan pernah dibahas pada Minggu Pentakosta 17 Maret
2013 yang lalu dengan nas perikop Roma 8:14-17. Namun, ada beberapa hal menarik yang patut untuk kita diskusikan yang akan membedakannya dengan Minggu Pentakosta yang lalu. Eksegese Yang dipertentangkan di sini adalah status hamba dengan anak. Pokok pembahasan belum berubah. Seorang ahli waris sebelum mencapai usia dewasa dianggap sama dengan hamba. Terdapat orangorang yang mengatur dan mengawasi dia - perwalian dan pengawasan - hingga dia bebas untuk memperoleh bagiannya sesuai dengan yang ditetapkan dalam surat wasiat ayahnya.
Galatia 4:4 - genap waktunya Setelah genap waktunya sesuai dengan "saat yang telah ditentukan oleh bapanya" (4:2). Itu menunjukkan bahwa tugas hukum Taurat untuk mendisiplinkan dan mempersiapkan memerlukan waktu lama. Anak-Nya, mengindikasikan sebagai sarana yang tepat untuk membawa banyak anak ke dalam kemuliaan. Sungguh-sungguh menjadi anak tidak dimungkinkan sebelum Sang Anak yang tidak ada bandingannya itu tiba. Di sini ditunjukkan pra-eksistensi Yesus Kristus. Lahir dari seorang perempuan sebagai bagian penjelasan Paulus yang menuntut penekanan pada kesamaan Kristus dengan kita, bukan pada perbedaannya.
Galatia 4:5 – ditebus dari ketaklukan pada hukum Taurat, lalu menjadi anak bukan lagi budak Disebutkan aspek negatif (takluk kepada hukum Taurat) dan segi positif (menjadi anak) pada penebusan. Dengan menjadi anak, si budak dimerdekakan. Budak yang dimerdekakan diangkat menjadi anak, tidak hanya oleh karena menurut hukum menjadi waris (Galatia 4:7; bandingkan Galatia 3:29), tetapi terutama oleh karena dikaruniai dengan hidup ilahi. Dalam memberi karunia itu ketiga diri ilahi bergabung (Galatia 4:6) Ayat ini menggambarkan Yesus yang disunat, dipersembahkan kepada Allah, dididik sesuai dengan ketentuan hukum Taurat, menggenapi segala kebenaran, dan Dia harus menaati hukum Taurat secara sempurna agar dapat menebus umat-Nya dari belenggu dan kutuk hukum Taurat dan memungkinkan mereka diterima menjadi anak. Hak istimewa ini mereka peroleh sebagai sebuah anugerah kasih karunia dan bukan sebagai hasil dari masa pendidikan yang panjang di bawah hukum Taurat.
Galatia 4:6-7: Roh Anak-Nya sehingga bisa menyeru Ya Abba, ya Bapa Penerimaan sebagai anak ini ditegaskan oleh kesaksian dari Roh Kudus, yang di sini disebut sebagai Roh Anak-Nya, sebab tugas-Nya adalah melanjutkan dan menerapkan karya Anak. Dia menciptakan di dalam diri orang percaya kepastian tentang penerimaan oleh Allah melalui kesaksian-Nya di dalam hati. Paulus memakai kata Abba, kata Aram untuk ayah, di mana seruan itu baru penuh berarti, kalau diucapkan dalam bahasa kekanak-kanakan yang khusus di masing-masing keluarga sebagaimana yang berlaku pada orang Yahudi. Kedudukan sebagai anak menyingkirkan kedudukan sebagai hamba
dan mencakup kedudukan sebagai ahli waris. Roh Kudus merupakan jaminan dari berkat-berkat yang akan datang tersebut (bdg. Efesus 1:13, 14). Untuk lebih tepat memahami kata "menyeru", baiklah kita mengingat ungkapan yang lazim dalam Perjanjian Lama, yaitu "menyeru Allah", maksudnya percaya kepada Allah dan mengharapkan segalagalanya dari pada-Nya.
Galatia 4:8 – bertobat Sebelum bertobat mereka melayani makhluk-makhluk yang pada hakikatnya bukan Allah (melainkan berhala). Perilaku semacam itu dapat dipahami, sebab pada saat itu mereka tidak mengenal Allah.
Galatia 4:9 - sesudah kamu dikenal Allah Mereka kini mengenal Dia sebab mereka kini juga dikenal oleh Dia, sebagaimana ditunjukkan oleh luapan kasih karunia-Nya terhadap mereka. Tidak masuk akal bahwa orang-orang dengan sejarah hidup demikian dapat berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin itu (yang berlawanan dengan Injil). Pertobatan orang-orang Galatia adalah karya Allah, yang terlebih dahulu "mengenal" yang berarti memilih dan mengasihi mereka (corak Perjanjian Lama). Hukum taurat memberi perintah-perintah dan larangan-larangan, tetapi tidak mampu memberi kekuatan hati untuk melakukannya. Refleksi/Tantangan/Bekal untuk (Warga) Jemaat Dari pembacaan dan pembahasan paragraf-paragraf tersebut di atas, kita mendapatkan pesan yang layak dijadikan panduan, antara lain: (1) Semua ada waktunya, dan ada yang mengatur dan menentukan. (2) Kita – sebagai orang percaya – bukan lagi budak, melainkan anak yang berhak atas warisan, dan anak yang punya hubungan mesra dengan Bapa. Sudah sedekat dan semesra apakah kita dengan Bapa? Bagaimana jika dibandingkan dengan kedekatan kita dengan bapak duniawi kita? (3) Allah mengenal kita, bahkan jauh sebelum kita mengenal Allah. Roh Kudus yang ada di dalam diri kitalah yang membawa kita pada pengenalan akan Allah dan memberi kekuatan dalam mempersaksikan iman kita. Nas perikop ini juga mengajak kita berfikir dan menarik isinya (=content) untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan saat ini (= context) dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut yang juga berpotensi untuk diajukan oleh warga jemaat saat penyampaian khotbah di partangiangan wejk: (1) Apakah hukum Taurat masih relevan dengan kehidupan kristiani saat ini? -> perlu penjelasan tentang pengertian bahwa Taurat bukanlah “sekadar” patik na sampulu i
(2) Ada saja kemungkinan seorang warga jemaat di HKBP Immanuel Kelapa Gading mempunyai sejarah hubungan anak-bapak yang tidak mesra. Bagaimana menjelaskan hubungan ini agar tidak berkonotasi negatif baginya dalam memahami konteks “ya Abba, ya Bapa” ini? Epilegomena Pemahaman tentang status anak yang dimungkinkan oleh Roh Kudus sebagai bagian dari ketritunggalan Allah, itu pulalah yang memampukan kita untuk memahami nas perikop Ev yang mengisahkan
tentang
penganiayaan
yang
akan
dihadapi
oleh
pengikut
Kristus
dalam
mempersaksikan imannya. Menahan penderitaan, penyiksaan, penghinaan (bahkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai bagian dari majelis agama), pembencian dari orang-orang yang seharusnya mengasihi, adalah bagian yang harus ditanggung sebagai kesaksian iman. Dan Roh Kudus-lah yang akan memberikan jawaban dan kekuatan. Jakarta, 10 Juni 2013 St. Rodlany A. Lbn. Tobing, SE, MBA, MMin. Tulisan ini dibuat dengan mengandalkan sebagian besar bahannya dari www.sabda.org yang dapat dilihat dan dibaca di www.tanobato.wordpress.com. Silakan diakses, dan diunduh untuk melihat tulisan lainnya. Diedit oleh penulis sedemikian rupa agar cocok untuk kebutuhan Sermon Parhalado HKBP Immanuel Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jum’at, 14 Juni 2013.