PERBEDAAN KEPUASAN PERNIKAHAN ANTARA PASUTRI YANG SERUMAH DAN TERPISAH DARI ORANGTUA/MERTUA Febrian Saputra, Niken Hartati, Yolivia Irna Aviani Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail:
[email protected]
Abstract: Differences between satisfaction wedding couples at home and separated from the parent/laws. This research was conducted divorce phenomenon cases that occur as a result of dissatisfaction with couple to the interference of parents or in-laws. This prompted the researchers to determine differences in marital satisfaction among couples who live with their parents/in-laws with couples who live apart from their parents/in-laws. Descriptive quantitative research using 38-item Likert scale. Scale reliability was analyzed through Cronbach Alpha formula. Subjects 60 persons. Data analyzed using different test methods (ttest). The t-test results analysis, (r) 0.870 with p=0.001 (p<0.05). It is advisable for couples to live apart from their parents/in-laws in order to get the marriage satisfaction.
Keywords: Satisfaction, marriage, marital satisfaction
Abstrak : Perbedaan kepuasan pernikahan antara pasutri yang serumah dan yang terpisah dari orangtua/mertua. Penelitian ini dilakukan dengan fenomena banyak kasus perceraian yang terjadi akibat ketidakpuasan pasangan dikarenakan adanya campur tangan orangtua atau mertuanya. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui perbedaan kepuasan pernikahan antara pasutri yang tinggal bersama orang tua/mertua dengan pasutri yang tinggal terpisah dari orang tua/mertua. Jenis penelitian kuantitatif deskriptif menggunakan skala Likert dengan 38 aitem. Reliabilitas
skala dianalisis melalui formula Alpha Cronbach.
Subjek penelitian 60 orang di kota Bukittinggi. Data dianalisis menggunakan metode uji beda (t-test). Hasil analisis t-test yaitu (r) sebesar 0,870 dengan p= 0,001 (p<0,05). Sehingga disarankan bagi pasutri untuk tinggal terpisah dari orang tua/mertua agar mendapat kepuasan pernikahan.
Kata kunci : Kepuasan, pernikahan, kepuasan pernikahan 136
Saputra, dkk., Perbedaan Kepuasan Pernikahan Antara…| 137
Ada dua alasan penting ketika kita
PENDAHULUAN Menikah merupakan salah satu tahapan dalam
kehidupan
penting.
manusia
Banyak
hasil
yang
sangat
penelitian
mengukur kepuasan pernikahan. Pertama, disaat
adanya
ketidakpuasan
dalam
yang
pernikahan yang merupakan suatu prediktor
menunjukkan bahwa mereka bertahan dalam
utama dari perceraian. Kedua, ketidakpuasan
pernikahan
pernikahan
lebih
bahagia
tidak
memiliki
masalah-masalah seperti: orang tua tidak
pasangan dan juga berumur lebih panjang,
kompeten sehingga terlalu ikut campur urusan
menurut Gottman & Silver (dalam Ariesta,
rumah tangga anaknya, adanya tekanan
2007).
pernikahan
psikologis,
komitmen,
memprihatinkan khususnya bagi istri (Amato,
dibanding
menyatakan mereka
yang
Idealnya
menawarkan
suatu
intimasi,
persahabatan,
kasih
sayang,
pemuasan
emosional,
serta
serta
dengan
kesehatan
berbagai
fisik
yang
2007).
seksual, pendampingan dan peluang bagi pertumbuhan
berkaitan
Menurut
Atwater
(2005)
kepuasan
sumber
pernikahan dapat didefenisikan sebagai suatu
identitas dan kepercayaan diri yang baru.
perasaan akan kepuasan dan kesenangan
Selain itu menurut Papalia (2008) pernikahan
dalam suatu perkawinan. Hal itu terjadi dalam
memungkinkan
hubungan suami istri. Menurut Hawkins
pembagian
dalam
hal
konsumsi dan pekerjaan.
(dalam
Sumpani,
2008)
mendefenisikan
Sedangkan menurut Atwater & Duffy
kepuasan pernikahan adalah perasaan bahagia,
(2005), pernikahan adalah pernyataan telah
puas, dan pengalaman senang, yang dirasakan
menikah
dua
oleh pasangan suami istri secara subjektif
individu dalam kondisi legal. Dengan adanya
terhadap berbagai aspek dalam perkawinan.
penyatuan dua individu berarti terjadi pula
Dari
penyatuan
dan
disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan
perkembangan sebuah sistem baru alias sistem
adalah perasaan senang dan bahagia yang
ketiga, menurut Carter & McGoldrick (dalam
dapat
Santrock, 2002). Hal tersebut memungkinkan,
pasangan suami istri.
timbulnya
dan
dua
biasanya
melibatkan
sistem
ketidaksepakatan
dalam keluarga.
keluarga
atau
konflik
beberapa
defenisi
dirasakan
Santrock
secara
(2002)
di
atas
subjektif
menjelaskan
dapat
oleh
bahwa
konteks sosiokultural memiliki pengaruh yang kuat pada pernikahan. Tingkat usia dimana
138 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 136-145
seorang individu menikah, harapan tentang
berupaya untuk mengalah demi tercapainya
seperti
dan
keutuhan keluarga.
mungkin
Ketidakmauan
apa
perjalanan
pernikahan sebuah
nantinya,
pernikahan
dan
ketidakmampuan
berbeda-beda. Harapan yang realistis dan
untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan
mitos
atau orang lain, menyebabkan suatu masalah
tentang
pernikahan
berkonstribusi
terhadap ketidakpuasan dalam pernikahan. Perceraian
adalah
contoh
ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang
yang sepele menjadi besar, sehingga berakhir dengan sebuah perceraian (Dariyo, 2004). Penelitian
John
(dalam
menunjukkan
bahwa
paling mudah dilihat dan hal ini mengalami
Santrock,
peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaiatan
beberapa hal yang dapat menjadi masalah
dengan masalah perceraian UU Perkawinan
dalam perkawinan yang dapat menyebabkan
No. 1 tahun 1974, pasal 39 disebutkan bahwa
perceraian adalah hubungan dengan mertua,
untuk melakukan perceraian harus ada cukup
keuangan, perkawinan, stres, pekerjaan rumah
alasan yaitu antara suami istri tidak akan
tangga, seks, dan bayi. Isu yang diangkat
dapat rukun sebagai suami istri dan mereka
dalam penelitian ini adalah hubungan dengan
sudah dapat didamaikan.
pihak mertua.
Hal
tersebut
menunjukkan
2002)
Gottman
bahwa
Hubungan menantu dengan mertuanya
sebenarnya perceraian dapat menjadi alternatif
merupakan isu yang kerap muncul dalam
terakhir dalam memecahkan permasalahan
suatu perkawinan. Menurut Fischer (dalam
suami istri setelah semua cara yang dapat
Ariesta, 2007), sosok mertua dan menantu
ditempuh untuk menyelamatkan pernikahan
menjadi
tidak berhasil (Walgito, 2002).
perkawinan yang secara hukum, agama, sosial
satu
kesatuan
karena
adanya
Baik suka maupun tidak suka (like or
menyatukan orang tua dengan pasangan hidup
dislike), perceraian merupakan sebuah fakta
anaknya. Hal ini disebabkan sosok mertua dan
yang terjadi antara pasangan suami istri,
menantu selalu mengundang pro dan kontra.
akibat perbedaan-perbedaan prinsip yang
Mertua
dan
menantu
pada
awal
tidak dapat dipersatukan lagi melalui berbagai
perkawinan masih merupakan dua pihak yang
cara dalam kehidupan keluarga. Masing-
saling asing satu sama lain. Hubungan mereka
masing tetap mempertahankan pendirian,
merupakan suatu ikatan yang intim karena
keinginan
dengan adanya perkawinan, mereka memulai
dan
kehendak
sendiri,
tanpa
Saputra, dkk., Perbedaan Kepuasan Pernikahan Antara…| 139
hubungan keluarga sebagai orang tua dan anak.
Hal itu yang menyebabkan konflik besar yang sering terjadi antara suami dan istri. Jika
Hubungan yang baru ini juga diakui
hal ini berlangsung terus-menerus, akan
Landis (dalam Ariesta, 2007), memiliki
berdampak
kedekatan emosional yang lebih kuat dari
perkawinan. Meksipun di masa kini sudah
pada keluarga asal pasangan lain, seperti
banyak pasangan yang tidak lagi tinggal
kakak atau adik ipar. Karena kedekatan
serumah dengan mertua, namun hal tersebut
emosional
bukan berarti bahwa masalah menantu dan
yang kuat
inilah
maka
ada
kecenderungan yang besar dari mertua untuk
buruk
pada
sebuah
ikatan
mertua tidak lagi terjadi.
ikut campur dalam rumah tangga anak dan
Diantara sejumlah permasalahan keluarga
menantunya, menurut Landis (dalam Ariesta,
yang sering muncul dewasa ini adalah
2007).
persoalan antara istri dan ibu mertuanya.
Bagi sebagian pasangan, permasalahan
Problematika
ini faktor
timbul
dikarenakan
yang
mendukung
hubungan antara menantu dengan mertua
banyaknya
seringkali menjadi pemicu timbulnya konflik
ketidakharmonisan
antara suami dengan istri atau sebaliknya.
kesalahpahaman antar individu yang banyak
Contohnya, seorang istri yang tinggal bersama
didukung dengan adanya lingkungan yang
mertuanya tidak memperhatikan mertuanya
kurang baik. Banyak para menantu perempuan
seperti saat makan, si istri hanya makan
yang cenderung memiliki konflik dengan
sendiri tanpa menghiraukan mertuanya.
mertuanya, khususnya ibu dari suaminya.
tersebut
serta
Kemudian perlakuan si istri yang seperti
Bagi menantu laki-laki yang tinggal
itu di laporkan mertuanya kepada suami si
serumah dengan mertua merupakan suatu
istri,
jalan mereka untuk menyesuaikan diri dengan
sehingga
mendengarnya
suami dan
tidak
terjadilah
senang /
mertua. Karena adanya perhatian dan sikap
pertengkaran antara suami dan istri. Suami
peduli dari mertua dengan adanya pemberian
yang pasti membela orang tuanya akan
nasehat. Serta adanya kebebasan dari mertua
memarahi si istri karena tidak menghargai
yang menyebabkan hubungan terjalin erat dan
orang tuanya, begitu juga istri yang tidak
dekat (Yuliana, 2006). Permasalahan mertua
mendapat belaan dari suami merasa ia sangat
dengan menantu laki-laki bisa dikatakan lebih
dibedakan di mata suaminya.
konflik
140 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 136-145
sedikit dari permasalahan dengan menantu perempuan.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan
Ketidakharmonisan hubungan orangtua
merupakan data yang berupa angka-angka dan
dan anak dapat menyebabkan rendahnya
bisa diolah secara statistik. Jenis penelitian ini
kepuasan pernikahan. Veroff dkk (1998)
adalah
menjelaskan
memiliki
yang
Lehmann (dalam Yusuf, 2008) penelitian
memuaskan
berarti
sekedar
deskriptif merupakan suatu tipe penelitian
pernikahan
lebih
dari
kuantitatif
Menurut
menetapkan untuk menikah dan lebih dari
yang
sekedar hidup dengan komitmen untuk terus
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
tinggal sampai maut memisahkan. Hal ini
fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba
menuntut
menggambarkan fenomena secara detail.
tentang
keharmonisan hidup
dalam
sehingga
berbagi
masing-masing
bertujuan
deskriptif.
mendeskripsikan
secara
Jadi pada penelitian ini peneliti ingin
pasangan mendapatkan suatu keterpenuhan.
mendeskripsikan
Serta
mengenai perbedaan kepuasan pernikahan
kepuasan
pernikahan
merupakan
indikator bagi keutuhan rumah tangga. Pengaruh orang tua
fenomena
yang
detail
pada pasangan yang tinggal dengan orang
pada kepuasan
pernikahan lebih negatif di antara kelompok sosial ekonomi tinggi, kelompok kelahiran
tua/mertua dengan pasangan yang tinggal di rumah sendiri. Teknik
pengambilan
sampel
yang
yang lebih muda, dan dalam penelitian yang
digunakan adalah cara purposive sampling
dilakukan di tahun-tahun terakhir. Data
yang merupakan teknik pengambilan sampel
menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan
yang
menurun
karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih
konflik peran dan pembatasan kebebasan.
dahulu (Yusuf, 2008). Jumlah Sampel 60
Kepuasan pernikahan berkorelasi dengan
orang sedangkan karakteristik sampel pada
menampilkan kedekatan saling emosional,
penelitian ini adalah: 1). Pendidikan min
pengambilan
SMA 2). Usia pernikahan max 5 tahun 3).
setelah
kelahiran
keputusan
anak
bersama,
manajemen keuangan (Ross, 2009).
dan
dilandasi
tujuan-tujuan
atau
Telah mempunyai anak min 1 orang. Instrumen penelitian berupa skala dimana
METODE
skala adalah alat ukur psikologis berbentuk kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang
Saputra, dkk., Perbedaan Kepuasan Pernikahan Antara…| 141
disusun sedemikian rupa sehingga respon
tua/mertua = 0,728 dengan p = 0,664 (p >
seseorang terhadap peryataan tersebut dapat
0,05). Berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh
diberikan skor dan kemudian dapat di
maka
interpretasikan (Azwar, 2007). Skala ini
penelitian skor kepuasan pernikahan pasangan
disusun berdasarkan skala model Likert yaitu
suami istri yang tinggal serumah dengan
skala yang menjadikan distribusi respons
orang tua/mertua dan pasangan suami istri
sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
yang tinggal terpisah dari orang tua/mertua
dapat
disimpulkan
bahwa
data
Skala dalam penelitian ini adalah skala
berdistribusi normal, jadi data penelitian ini
kepuasan pernikahan dan masing-masing
bisa dianalisis dengan statistik parametrik
skala
karena telah memenuhi syarat berdistribusi
terdiri
unfavorable.
dari Skala
aitem
favorable
kepuasan
dan
pernikahan
normal.
tersebut dibuat berdasarkan aspek kepuasan
Didapatkan F = 0,641 dan p = 0,426
pernikahan menurut Olson dan Fower (dalam
kemudian hasil pengolahan diperoleh p =
Dewi, 2008). Skala ini terdiri atas aitem
0,426 (p > 0,05). Berdasarkan nilai-nilai yang
favorable sebanyak 31 aitem dan unfavorable
diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa data
sebanyak 31 aitem, dengan menggunakan 5
penelitian skor kepuasan pernikahan pasangan
pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai
suami istri yang tinggal serumah dengan
(S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
orang tua/mertua dan pasangan suami istri
Tidak Sesuai (STS), diberi skor 1 sampai
yang tinggal terpisah dari orang tua/mertua
dengan 5 untuk unfavorable dan 5 sampai 1
bersifat homogen. Data penelitian ini bisa
untuk favorable.
dianalisis dengan statistik parametrik karena telah memenuhi syarat data bersifat homogen. Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
uji
beda
pada
kepuasan
pernikahan secara keseluruhan diperoleh t =
Hasil Berdasarkan nilai K-SZ untuk skor
3,429 dan p = 0,001 (p < 0,05). Dengan
kepuasan pernikahan pada pasangan suami
demikian maka dapat disimpulkan bahwa
istri yang tinggal serumah dengan orang tua /
terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang
mertua = 0,843 dengan p = 0,476 (p > 0,05).
sangat signifikan pada pasangan suami istri
K-SZ untuk skor kepuasan pernikahan pada
yang
pasangan yang tinggal terpisah dari orang
tinggal
serumah
dengan
orang
142 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 136-145
tua/mertua dengan pasangan suami istri yang
bantuan pihak lain seperti orang tua/mertua.
tinggal terpisah dari orang tua/mertua.
Jadi dalam penelitian ini ditemukan adanya perbedaan
Pembahasan
menemukan
bahwa
mayoritas
pasangan suami istri di Bukittinggi yang tinggal
pernikahan
antara
pasangan suami istri yang tinggal terpisah dari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti
kepuasan
memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang
Iryna, 2012) adalah keseluruhan evaluasi
tinggi, dimana diketahui pasangan suami istri
suami
yang berada pada kepuasan pernikahan yang
pernikahannya, yang dilihat dari beberapa
tinggi yaitu sejumlah 29 orang (96,67%).
aspek yaitu: berkaitan dengan komunikasi,
Sedangkan pasangan yang tinggal serumah
kegiatan mengisi waktu luang, orientasi
dengan orang tua/mertua sejumlah 26 orang
keagamaan,
(86,67%). Skor empiris pada pasangan suami
keuangan,
istri yang tinggal terpisah dari orang tua juga
dengan keluarga dan teman, anak dan
mempunyai rata-rata lebih tinggi yaitu 162,96
pengasuhan anak, masalah kepribadian dan
dibandingkan dengan pasangan suami istri
peran egalitarian.
serumah
orang
kota Bukittinggi. Kepuasan pernikahan (Lemme dalam
tinggal
dari
tinggal serumah dengan orang tua/mertua di
tua/mertua
yang
terpisah
orang tua/mertua dengan pasangan yang
dengan
orang
tua/mertua dengan rata-rata 152,06.
atau
istri
resolusi hubungan
mengenai
konflik, seksual,
kehidupan
manajemen hubungan
Aspek-aspek tertentu seperti child and parenting dan communication adalah aspek-
Pasangan yang tinggal terpisah dari orang
aspek
yang
paling
berpengaruh
dalam
tua/mertua lebih puas dalam pernikahan
penilaian
mereka karena dengan tinggal terpisah dari
kepuasan pernikahan mereka, dibandingkan
orang tua/mertua membuat mereka lebih
aspek-aspek lainnya.
subjektif
pasangan
terhadap
nyaman dan tenang sebagai pasangan suami
Pada aspek communication, suami istri
istri, dan merasa lebih bahagia karena apa
akan saling terbuka satu sama lain dalam
yang mereka raih adalah atas jerih payah
menjalankan kehidupan rumah tangga agar
mereka berdua.
keduanya memiliki hubungan yang harmonis
Segala bentuk masalah dapat mereka selesaikan berdua
tanpa harus
meminta
dan saling terpuaskan.
Saputra, dkk., Perbedaan Kepuasan Pernikahan Antara…| 143
Kemudian pasangan yang tinggal terpisah
Berdasarkan analisis uji beda (t-test) yang
dari orang tua/mertua menurut penelitian
dilakukan pada penelitian ini, diperoleh hasil
memperoleh skor yang lebih tinggi dalam
bahwa pasangan suami istri yang tinggal
mendisiplikan anak dan pengasuhan anak
terpisah dari orang tua/mertua memiliki
dikarenakan mereka mendidik anak dari kecil
tingkat kepuasan yang tinggi dari pada
hingga besar tanpa bantuan dari pihak lain dan
pasangan suami istri yang tinggal serumah
mengetahui bagaimana sifat-sifat dan karakter
dengan orang tua/mertua di Bukittinggi,
anaknya masing-masing.
dimana koefisien korelasi (r) sebesar 0,870
Seperti yang diungkapkan oleh Duvall &
dengan p= 0,001 (p < 0,05).
Miller (1977), pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan
SIMPULAN DAN SARAN
pernikahan
Simpulan
seseorang.
Orang
yang
berpendidikan akan melihat sesuatu dari
Secara
umum
tingkat
kepuasan
berbagai sudut pandang, dan akan mempunyai
pernikahan pasangan suami istri yang tinggal
berbagai
ketika
serumah dengan orang tua / mertua di Kota
dihadapkan pada kondisi tertentu karena
Bukittinggi berada pada kategori sedang. Ini
berbagai pengetahuan dan pemahaman yang
berarti tingkat kepuasan tidak tinggi pada
didapatkan seseorang dari berbagai tingkatan
semua komponen.
alternatif
keputusan
Secara
pendidikan yang dilaluinya.
umum
tingkat
kepuasan
Hal tersebut akan memberikan pengaruh
pernikahan pasangan suami istri yang tinggal
termasuk ketika mengevaluasi pasangan dan
terpisah dari orang tua/mertua di Kota
kehidupan pernikahannya. Tingkat pendidikan
Bukittinggi berada pada kategori tinggi. Hal
responden dalam penelitian ini adalah SMA
ini berarti bahwa pasangan suami istri tersebut
hingga
hampir seluruhnya puas disemua komponen.
S1,
dimana
tingkat
kepuasan
pernikahan tertinggi dimiliki oleh responden
Terdapat perbedaan kepuasan pernikahan
dengan pendidikan terakhir S1 sedangkan
yang sangat signifikan pada pasangan suami
lulusan
menunjukkan
istri yang tinggal serumah dengan orang
kepuasan pernikahan yang rendah dibanding
tua/mertua dengan pasangan suami istri yang
dengan yang lainnya.
tinggal terpisah dari orang tua / mertua di
SMA/Sederajat
Kota Bukittinggi.
144 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2, November 2014, hlm. 136-145
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
Saran Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran
yang
Beberapa
dikemukakan saran
tersebut
oleh
peneliti.
sebagai bahan penelitian disarankan untuk
lain:
memambah analisis mengenai laki-laki yang
Disarankan kepada pasangan suami istri untuk
tinggal di rumah orang tuanya sebab pada
dapat
penelitian ini hanya terfokus pada laki-laki
lebih
mengkomunikasikan
antara
untuk mengembangkan tema yang sama
terbuka
dalam
berbagai
persoalan
mertua.
Serta
rumah tangga, jujur dan terbuka sehingga
mempertimbangkan variabel-variabel
yang
terbentuk sikap saling pengertian, saling
berhubungan dengan pasangan suami istri
mengisi, saling mengerti, dan terhindar dari
sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain
kesalahpahaman guna mencapai kepuasan
seperti pendidikan terakhir, lama perkawinan,
pernikahan
dalam
jumlah anak dan juga kehadiran orang tua
hubungan suami istri bisa terjaga untuk
ataupun mertua yang mempengaruhi kepuasan
mempertahankan kehidupan rumah tangga
dalam pernikahan.
sehingga
keintiman
yang
tinggal
di
rumah
dan terhindar dari perceraian. DARTAR RUJUKAN Amato. (2007). Alone together (how marriage in america is changing). London: Harvard University Press. Ariesta. (2007). Hubungan Antara Harga Diri dengan Identitas Sosial sebagai Seorang Suami yang Tinggal di Rumah Mertua pada Suami Minangkabau. http://www.google.com/url?sa=t&rct =j&q=&esrc=s&source=web&cd=3 &ved=0CC4QFjAC&url=http%3A% 2F%2Fwww.lontar.ui.ac.id%2Ffile% 3Ffile%3Ddigital%252F126201155.2%2BNOV%2Bh%2B%2BHubungan%2BAntara%2B%2BPendahuluan.pdf&ei=dcuEU8O 9PMaKuAT24oH4Cw&usg=AFQjC NECpKxUykwj7esTNxiV_OHgTam CpQ&bvm=bv.67720277,d.c2E Diakses Tanggal 16 Maret 2014
Atwater. (2005). Psychology for living: adjusment, growth and behaviour today (8th Edition). New Jersey: Pearson Prentice. Azwar. (2007). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Dariyo.
(2004). Memahami psikologi perceraian dalam kehidupan keluarga. http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.p hp/Psi/article/download/20/20 Diakses tanggal 16 Maret 2014
Duvall.
(1977). Marriage and family development (5th ed.). New York: J.B Lippincott Company.
Papalia. (2008). Psikologi perkembangan (A.K Anwar. Terjemahan). Jakarta: Prenada Media Group
Saputra, dkk., Perbedaan Kepuasan Pernikahan Antara…| 145
Ross E. C, (2009). Marital satisfaction. http://www.yorku.ca/ecross/psy3630/ oct5_material_posted.pdf. Diakses tanggal 17 Desember 2013 Santrock. (2002). Life span development (jilid II edisi Kelima). Jakarta: Erlangga. Sumpani. (2008). Kepuasan pernikahan ditinjau dari kematangan pribadi dan kualitas komunikasi. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Veroff. (1998). The developmental course of marital dysfunction. New York: Cambridge University Press.
Walgito. (2002). Bimbingan dan konseling perkawinan. Yogyakarta: Andi. Yuliana.
(2006). Penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua. http://www.gunadarma.ac.id/library/a rticles/graduate/psychology/2010/Art ikel_10502137.pdf Diakses tanggal 16 Maret 2014
Yusuf. (2008). Metode penelitian. Padang: UNP Press.