Judul
: Penyesuaian Diri pada Menantu Pria Dewasa Awal yang Tinggal dengan Mertua Nama / NPM : Lia Yuliyana / 10502137 Pembimbing : Ira Puspitawati, SPsi, MSi ABSTRAK Seseorang yang memutuskan untuk menikah tentunya akan menghadapi kehidupan baru, lingkungan baru dan keluarga baru, begitu menikah kedua pasangan itu harus belajar menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan tanggungjawab. Sementara pada saat ini tak jarang individu setelah menikah lalu memutuskan untuk tinggal dengan mertua karena alasan belum mempunyai rumah atau alasan lain. Bukan hanya pihak perempuan saja yang tinggal dengan mertua, terkadang pihak laki-lakipun banyak yang setelah menikah tinggal dengan mertuanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan mertua dan menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, bagaimana penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, mengapa menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian yang demikian. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang menantu pria dengan usia dewasa awal sekitar 22 – 28 tahun yang tinggal dnegan mertua dan lama tinggal kurang lebih 1 hingga 2 tahun. Dan pendekatan penelitian ini menggunakan wawancara dengan pedoman umum dan observasi nonpartisipan. Berdasarkan penelitian pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka menantu yang tinggal dengan mertua memiliki hubungan yang baik dengan mertua dikarenakan adanya sikap peduli dari mertua dengan adanya pemberian nasehat, adanya kebebasan yang diberikan oleh mertua, adanya hubungan yang terjalin dengan dekat. Berdasarkan hasil penelitian pada subjek yaitu menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian diri secara umum baik. Secara khusus penyesuaian diri selama tinggal dengan mertua memiliki aspek – aspek yang terdiri dari sikap empati dan menghargai mertua, memperlakukan perasaan terhadap mertua, penerimaan yang baik dari mertua, adanya kebahagiaan, bersikap optimis, berkata jujur, bertanggungjawab, dan adanya adaptasi yang baik. Dalam hal ini terdapat persamaan antara subjek pertama dan kedua, yang sesuai dengan teori karakteristik penyesuaian diri dan aspek – aspek penyesuaian diri antara lain : berorientasi keluar, dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial, berbahagia, tidak pesimis, tidak mempunyai kebiasaan berbohong, memiliki rasa tanggungjawab, dan penyesuaian sosial sedangkan pada subjek ketiga, antara lain : berorientasi keluar, dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial, berbahagia, dan tidak pesimis. Berdasarkan penelitian pada subjek yaitu menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka menantu yang tinggal di rumah mertua memiliki penyesuaian diri baik karena adanya hubungan yang baik dengan mertua dan lingkungan, perasaan dan sikap yang baik, melakukan aktitifitas tertentu serta adanya motivasi dalam diri subjek. Dalam hal ini terdapat persamaan antara subjek pertama dan kedua yang sesuai dengan teori dari faktor – faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain : adanya kemampuan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain, adanya impian, dan adanya perasaan dan sikap yang baik selama tinggal dengan mertua sedangkan pada subjek ketiga, antara lain : adanya kemampuan untuk mepertahankan hubungan yangn baik dengan orang lain, adanya minat dan hobi tertentu dan adanya impian.
Kata kunci : Penyesuaian Diri, Menantu pria, Mertua
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam sepanjang hidupnya manusia mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, salah satunya pada tahapan masa dewasa awal. Pada masa dewasa awal ini individu menghadapi berbagai macam tugas perkembangan, salah satunya adalah menikah. Menikah adalah suatu peristiwa sakral dan memiliki arti penting dalam sejarah perjalanan hidup seseorang, bukan hanya saja sebatas masa hidupnya tetapi juga harapan menentukan kehidupan keturunan kedepannya (Ritongga, 2005). Begitu menikah pasangan itu harus belajar menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan tanggungjawab Sementara pada saat ini tak jarang individu setelah menikah lalu memutuskan untuk tinggal bersama dirumah mertua dikarenakan belum memiliki tempat tinggal atau alasan lain (Charlie, 2006) Tinggal serumah dengan mertua, yang trend disebut 'Di Pondok Mertua Indah', bagi sebagian pasangan mungkin merupakan hal yang menguntungkan. Di sisi lain, tidak sedikit pula pasangan yang justru menganggap hal itu akan menimbulkan permasalahan dalam rumah tangga.. Bagi sebagian pasangan, permasalahan hubungan antara menantu dengan mertua seringkali menjadi pemicu timbulnya konflik antara suami dengan istri atau sebaliknya (Sukriya, 2002). Dalam kamus Bahasa Indonesia (Anwar, 2000) menantu adalah istri
atau suami dari anak, sedangkan mertua adalah orang tua istri atau suami (Anwar, 2000), Seseorang yang memutuskan untuk menikah pastinya akan menghadapi kehidupan baru, lingkungan baru dan keluarga baru, semuanya itu membutuhkan suatu penyesuaian diri Menantu yang tinggal dengan mertuanya setidaknya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Penyesuaian diri adalah suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya (Mu’tadin, 2002). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menantu yang tinggal dengan mertua diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan barunya sekarang, dimana individu harus berusaha agar dapat mendapat hasil yang diharapkan yang lebih sesuai untuk mengatasi ketegangan, frustasi, konflik tuntutan dari diri maupun lingkungan, sehingga terjalin hubungan yang baik dengan lingkungan. B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana hubungan menantu yang tinggal dengan mertua berkaitan dengan penyesuaian diri ?, Bagaimana penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua?, Mengapa pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian diri yang demikian ? C. Tujuan Penelitian Peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan mertua dengan
menantu yang tinggal dengan mertua yang berkaitan dengan penyesuaian diri, bagaimana penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, mengapa menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian diri yang demikian. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti berharap dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial, kemudian penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya mengenai Penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tidak bekerja tinggal dengan mertua 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada pembaca dan menggambarkan berbagai permasalahan guna meningkatkan penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, selain itu juga penelitian ini dapat memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua juga memiliki hubungan yang cukup baik dengan mertuanya. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya atau proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya (Fatimah, 2006). 2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri a. Penyesuaian pribadi. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. b. Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. 3. Karakteristik Penyesuaian Diri a. Penyesuaian yang Sehat b. Penyesuaian yang Tidak Sehat 4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Powell (1983) menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi penyesuian diri itu sebagai resources. Resources tersebut adalah : a. Kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain. b. Kondisi fisik yang sehat c. Intelegensi d. Hobi dan minat – minat
e. Keyakinan religius f. Impian B. Menantu Pria 1. Definisi Menantu Pria Menantu pria adalah suami dari anak, yang memiliki organ reproduksi yang terdiri dari penis, skrotum (struktur seksual internal) testis, epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius, serta prostat (struktur seksual eksternal) serta hormon reproduksi yang paling dominan yaitu testosteron. 2. Hubungan Menantu dan Mertua Purnomo (1994) menjelaskan hubungan tersebut dalam beberapa kemungkinan, yaitu : Mertua turut campur dalam urusan anak atau menantu, Mertua tidak mau berurusan dengan anak atau menantu, Mertua tunduk pada menantu , Mertua menguasai menantu, Mertua yang dekat dengan menantu C. Dewasa Awal 1. Definisi Dewasa Awal Hurlock (1996) mengatakan bahwa masa dewasa awal merupakan periode penyesuian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapanharapan sosial baru. Masa dewasa awal ini dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun. Orang dewasa awal diharapkan memainkan peranan baru seperti peran suami atau isteri, orang tua dan pencari nafkah dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-
keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas baru ini. 2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal Soesilowindiadini (1998) memaparkan hal-hal yang menjadi tugas perkembangan dewasa awal : Memilih calon suami atau isteri, Belajar hidup bersama dengan suami atau isteri, Memulai kehidupan berkeluarga, Mengasuh anak, Menyelenggarakan rumah tangga, Mulai bekerja, Mulai bertanggungjawab sebagai seorang warga negara, Mendapatkan kelompok sosial yang sesuai baginya. 3. Fase-fase Dewasa Awal Levinson (dalam Dariyo, 2003) membagi fase-fase dewasa awal sebagai berikut : a. Fase memasuki masa dewasa awal (usia 17-33 tahun) 1) Early adult transition, usia 17 sampai 22 tahun 2) Usia transisi antara 22 tahun sampai dengan 28 tahun. 3) Usia transisi 30-an (28 tahun sampai 33 tahun) b. Fase puncak dewasa awal (usia 33 tahun sampai dengan 45 tahun), terbagi menjadi dua tahap berikut ini 1) Puncak dewasa awal (usia 33 tahun sampai dengan 40 tahun) 2) Transisi dewasa menengah (usia 40 tahun sampai dengan 45 tahun) Individu telah
D. Penyesuaian Diri pada Menantu Pria Dewasa Awal yang Tinggal dengan Mertua Penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua adalah suatu proses dimana menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua berusaha agar mendapat hasil yang diharapkan yang lebih sesuai untuk mengatasi ketegangan, frustasi, konflik tuntutan dari diri dan lingkungan tempat menantu pria dewasa awal tersebut berada sehingga terjalin hubungan yang baik antara menantu pria dewasa awal dengan mertuanya selama tinggal dengan mertuannya. Penyesuaian diri sangat dibutuhkan oleh menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua karena menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua mengalami keadaaan yang baru dan apabila menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian diri yang baik maka akan tercipta hubungan yang baik antara dirinya dengan mertua serta lingkungan sekitar selama tinggal dengan mertua. Menurut Fatimah (2006) pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu aspek penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2000), karakteristik penyesuaian diri dibagi menjadi dua yaitu penyesuaian yang sehat dan penyesuaian yang tidak sehat. Powell (1983) menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi penyesuian diri itu sebagai resources. Dengan demikian resources sangat dibutuhkan untuk
proses penyesuaian diri yang baik. Resources tersebut adalah : Kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain, kondisi fisik yang sehat, intelegensi, hobi dan minat – minat tertentu, keyakinan religius dan impian. Disinilah menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua harus mempunyai penyesuaian diri pribadi yang ditandai dengan keberhasilan, kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial dan karakteristik penyesuaian diri yang sehat, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri serta adanya hubungan antara menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua pada mertuanya. Menurut Purnomo (1998) menjelaskan hubungan tersebut dalam beberapa kemungkinan yaitu mertua turut campur dalam urusan anak atau menantu, mertua tidak mau berurusan dengan anak atau menantu, mertua tunduk pada menantu, mertua menguasai menantu, mertua yang dekat dengan menantu. BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif melakukan penelitian pada latar belakang alamiah. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1990), mendefinisikan metode kualitatif sebagai produser penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Adapun ciri-ciri pendekatan kualitatif menurut Poerwandari (1998) adalah Studi dalam situasi alamiah, Analisis induktif, Kontak personal langsung (peneliti dilapangan), Perspektif holistic, Perspektif dinamis, perspektif perkembangan, Orientasi pada kasus unik, Netralitas empatik, Fleksibilitas desain, Peneliti sebagai instrumen kunci B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Dalam penelitian ini ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian yaitu pria dengan usia dewasa awal (22-28 tahun) dan tinggal dengan mertua dengan lama tinggal kurang lebih 1 hingga 2 tahun. 2. Jumlah Sampel Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tiga orang subjek. Hal ini dilakukan agar mendapatkan subjek yang benarbenar sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti juga mengambil tiga orang sebagai significant other, masing-masing satu significant other untuk tiap subjek. Hal ini untuk mendapatkan data yang valid dan seakurat mungkin sehinggga hasil penelitian dapat saling menguatkan. C. Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian Peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan beberapa teori yang relevan dengan masalah. Pedoman yang telah disusun,
ditunjukkan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian. Kemudian peneliti mencari calon subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan permohonan izin untuk dapat melakukan wawancara 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti bertemu langsung dengan subjek yang bersangkutan untuk menanyakan perihal subjek yang sekiranya bersedia diwawancarai. Baru kemudian peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan wawancara ke dalam bentuk verbatim tertulis. Kemudian peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkahlangkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data. Setelah itu membuat diskusi dan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian. Kemudian dari hasil diskusi dan kesimpulan yang telah dilakukan, peneliti mengajukan saran-saran untuk penelitian selanjutnya. D. Teknik Pengumpulan Data Wawancara berstruktur dan Observasi non Partisipan E. Alat Bantu Penelitian Pedoman Wawancara, Pedoman Observasi, Alat Perekam, Alat Tulis
F. Keakuratan Penelitian Menurut Patton (dalam Yin, 1994), mengemukakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan untuk mencapai keabsahan, yaitu : Triangulasi data, Triangulasi pengamat, Triangulasi teori, Triangulasi metode G. Tehnik Analisis Data Menurut Marshall dan Rossman (1995) dalam menganalisis penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah : Mengorganisasikan Data, Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban, Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada terhadap Data, Menulis Hasil Penelitian BAB IV. HASIL DAN ANALISIS A. Identitas Subjek 1. Subjek Pertama berinisial Kr Berjenis kelamin laki-laki, Lahir di Malang 08 Maret 1979, Usia 28 Tahun, Pendidikan terakhir S1, Bekerja sebagai Produser Tv Swasta, Lama tinggal dengan mertua : Kurang Lebih 1 Tahun dan significant othernya berinisial R, Jenis Kelamin Perempuan, Lahir di Kebumen 24 Desember 1980, Usia 27 Tahun, Pendidikan terakhir S1, Bekerja sebagai Karyawan Swasta, Hubungan dengan subjek yaitu Istri subjek 2. Subjek Kedua berinisial Dn, Berjenis Kelamin Laki-laki, L:ahir di Jakarta, 19 Juni 1981, Usia 26 Tahun, Pendidikan terakhir SMU, Bekerja sebagai Karyawan Swasta, Lama tinggal
dengan mertua : 1 Tahun lebih 4 bulan dan significant othernya berinisial Ip, Jenis Kelamin Perempuan, Lahir di Depok, 01 Januari 1981, Usia 26 Tahun, Pendidikan terakhir D III, bekerja sebagai karyawan swasta, Hubungan dengan subjek ialah istri subjek 3. Subjek Ketiga berinisial Bm, jenis kelamin Laki-laki, lahir di Bandung 10 Agustus 1982, usia 25 tahun, pendidikan trakhir S1, dan pada saat ini sedang tidak bekerja, Lama tinggal dengan mertua : 1 Tahun lebih 1 bulan dan significant othernya berinisial Il, jenis kelamin perempuan, Lahir di Jakarta 01 Agustus 1984, usia 23 tahun, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan ibu rumah tangga, Hubungan dengan subjek ialah Istri subjek B. Seting Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga subjek dengan 1 significant other pada masing – masing subjek. Peneliti mendapatkan subjek pertama dan kedua berdasarkan rekomendasi dari seorang teman sedangkan subjek ketiga merupakan suami dari teman peneliti sendiri. Peneliti memilih rumah mertua pada masing – masing subjek untuk melakukan wawancara. C. Hasil Penelitian 1. Bagaimana hubungan mertua dengan menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua ? Menantu yang tinggal dengan mertua memiliki hubungan yang baik dengan
mertua dikarenakan adanya sikap peduli dari mertua dengan adanya pemberian nasehat, adanya kebebasan yang diberikan oleh mertua, adanya hubungan yang terjalin dengan dekat. 2. Bagaimana penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua ? Menantu yang tinggal di rumah mertua memiliki penyesuaian diri secara umum baik. Secara khusus penyesuaian diri selama tinggal dengan mertua memiliki aspek – aspek yang terdiri dari sikap empati dan menghargai mertua, memperlakukan perasaan terhadap mertua, penerimaan yang baik dari mertua, adanya kebahagiaan, bersikap optimis, berkata jujur, bertanggungjawab, dan adanya adaptasi yang baik. 3. Mengapa menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian yang demikian ? Menantu yang tinggal di rumah mertua memiliki penyesuaian diri baik karena adanya hubungan yang baik dengan mertua dan lingkungan, perasaan dan sikap yang baik, serta adanya motivasi dalam diri subjek. D. Pembahasan 1. Bagaimana hubungan mertua dengan pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua ? Berdasarkan penelitian pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka menantu yang tinggal dengan
mertua memiliki hubungan yang baik dengan mertua dikarenakan adanya sikap peduli dari mertua dengan adanya pemberian nasehat, adanya kebebasan yang diberikan oleh mertua, adanya hubungan yang terjalin dengan dekat. Hal ini sesuai dengan teori hubungan mertua dan menantu dari Purnomo (1994), yaitu : Mertua tidak menguasai menantu, Mertua dekat dengan menantu. 2. Bagaimana penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua ? Berdasarkan hasil penelitian pada subjek menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian diri secara umum baik. Secara khusus penyesuaian diri selama tinggal dengan mertua memiliki aspek – aspek yang terdiri dari sikap empati dan menghargai mertua, memperlakukan perasaan terhadap mertua, penerimaan yang baik dari mertua, adanya kebahagiaan, bersikap optimis, berkata jujur, bertanggungjawab, dan adanya adaptasi yang baik. Hal ini sesuai dengan teori karakteristik penyesuaian diri menurut Hurlock (dalam Yusuf, 2000) dan aspek – aspek penyesuaian diri menurut Fatimah (2006) : Berorientasi keluar, dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial, berbahagia, tidak pesimis,
tidak mempunyai kebiasaan berbohong, memiliki rasa tanggungjawab, dan penyesuaian sosial. BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bagaimana hubungan mertua dengan menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua ? Berdasarkan penelitian pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka menantu yang tinggal dengan mertua memiliki hubungan yang baik dengan mertua Dalam hal ini ketiga subjek memiliki persamaan sesuai dengan teori hubungan mertua dan menantu, antara lain mertua tidak menguasai menantu, mertua dekat dengan menantu dan adanya sikap peduli dari mertua dengan adanya pemberian nasehat. 2. Bagaimana penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua ? Berdasarkan hasil penelitian pada subjek yaitu menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua memiliki penyesuaian diri secara umum baik. Secara khusus penyesuaian diri selama tinggal dengan mertua memiliki aspek – aspek yang terdiri dari sikap empati dan menghargai mertua, memperlakukan perasaan terhadap mertua, penerimaan yang baik dari mertua, adanya
kebahagiaan, bersikap optimis, berkata jujur, bertanggungjawab, dan adanya adaptasi yang baik. Dalam hal ini terdapat persamaan antara subjek pertama dan kedua, yang sesuai dengan teori karakteristik penyesuaian diri dan aspek – aspek penyesuaian diri dan penyesuaian sosial sedangkan pada subjek ketiga, antara lain : berorientasi keluar, dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial, berbahagia, dan tidak pesimis. 3. Mengapa penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua demikian ? Berdasarkan penelitian pada subjek yaitu menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka menantu yang tinggal di rumah mertua memiliki penyesuaian diri baik karena adanya hubungan yang baik dengan mertua dan lingkungan, perasaan dan sikap yang baik, melakukan aktitifitas tertentu serta adanya motivasi dalam diri subjek. Hal ini sesuai dengan teori faktor – faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dari Powell (1983). Dalam hal ini terdapat persamaan antara subjek pertama dan kedua yang sesuai dengan teori dari faktor – faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain : adanya kemampuan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain, adanya impian, dan adanya perasaan dan sikap yang baik selama tinggal dengan mertua
sedangkan pada subjek ketiga, antara lain : adanya kemampuan untuk mepertahankan hubungan yangn baik dengan orang lain, adanya minat dan hobi tertentu dan adanya impian. Dari kesimpulan di atas maka didapat bahwa penyesuaian diri pada subjek ketiga berbeda dengan subjek pertama dan kedua, hal ini disebabkan bahwa subjek ketiga belum bekerja dan tidak ada tanggung jawab tertentu selama tinggal dengan mertua. B. Saran Dari hasil penelitian tentang penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tinggal dengan mertua, maka saran yang dianjurkan peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitian tentang Penyesuaian diri pada menantu pria dewasa awal yang tidak bekerja tinggal dengan mertua. 2. Bagi subjek pertama dan kedua, agar dapat melakukan penyesuaian diri lebih baik lagi dari yang sekarang ini selama tinggal dengan mertua dan lebih baik lagi dalam menjalin hubungan dengan mertua. Dan bagi subjek ketiga, diharapkan agar dapat melakukan penyesuaian diri lebih baik lagi dan segera mencari pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA Agustin, H. (2006).Psikologi Perkembangan “Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara. Anwar, D. (2000). Kamus Lengkap Bahasa Indonesi. Jakarta : Balai Pustaka. Basuki, Heru .(2006). Pendekatan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta : Universitas Gunadarma. Bryan. (2006). Pondok Mertua Indah. http://thebrl.blogspot.com/200 6_07_archive.html.20 Juli 2006. Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. (1995). Psychology of Adjusment and Human Relationships. New York: McGraw Hill (original Work Published 1990). Charlie, L. (2005). Jurus Merebut Hati Mertua. Bandung : Nexx Media. Damayanti, I. (1993). Penyesuaian Diri Terhadap masa Bercavement pada Duda Usia Tengah Baya. Jakarta : Universitas Indonesia. Dariyo, A. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Elin. (2006). Tinggal di Pondok Mertua Indah. http://www.unjungpandangeks press.com/view.php?id=4898 &jenis=life.31 Mei 2006. Fatimah, N. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : Pusaka Setia. Hurlock, E. B. (1993). Child Development. New York :
McGraw Hill,inc. (Original Work Published 1978). Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional. Marshall, C. & Rossman, G. B. (1989). Designig Qualitative Reaserch. London : Sage Publicaton. Mu’tadin, Z. (2002). Penyesuaian Diri Remaja.http://www.epsikologi.com/remaja/160802.h tm.09 April 2002. Moleong, L.J. (1990). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Novadia, A.(1980). Persepsi Menantu terhadap Kualitas Hubungan dengan Ibu Mertua. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi : Universitas Indonesia. Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Purnomo, H. B. (1994). Pondok Mertua Indah : Suatu Tinjauan Psikologis dan hubungan Mertua – Menantu. Bandung : Mandar Maju.
Powell, D. H. (1993). Understanding Human Adjusment : Normal Adoptation Throught the Life Cycle. Canada : Little Brown & Company Limited. Ritongga, M. (2005). Akidah Merakit Hubungan Manusia dengan Khaliknya melalui Pendidikan Akidah Usia Dini. Surabaya : Amelia. Riyanto, Y. (2001). Metodelogi Penelitian. Surabaya : SIC Sukirya, L. (2002). Membina Hubungan Menantu-Mertua. http://www.epsikologi.com/keluarga/18110 2.html.18 November 2002. Soesilowindradini.(1998). Psikologi Perkembangan Masa Remaja : Surabaya : Usaha Nasional. Strong, B., Devault, C., Sayod. W.B., Yaber, L.W .(2005). Human Sexsuality : Diversity in Contemporary America. New York : McGraw-Hill. Yusuf, S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Yin, R.(1994). Case Study Research Design and Method. London : Sage Publication.