HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA ISTRI YANG TINGGAL DI RUMAH MERTUA
Nellafrisca Noviasari dan Agoes Dariyo Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan psychological well-being dengan penyesuaian diri pada istri yang serumah dengan mertua dan mengetahui hubungan tiap dimensi psychological well-being dengan penyesuaian diri pada istri yang serumah dengan mertua. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, alat ukur kuesioner psychological well-being dan penyesuaian diri, jumlah subjek sebanyak 385 orang. Teknik analisa menggunakan korelasi product moment pearson. Berdasarkan hasil korelasi ditemukan ada hubungan signifikan antara variabel psychological well-being dan penyesuaian diri (r= 0,460; p= 0,000<0,01). Selain itu, melalui uji tiap dimensi psychological well-being ditemukan ada hubungan positif signifikan antara selfacceptance dengan penyesuaian diri (r= 0,329; p=0,000<0,01), positive relations with others
dengan
penyesuaian diri
(r= 0,342; p=0,000<0,01), autonomy dengan
penyesuaian diri (r= 0,331; p= 0,000<0,01), environmental mastery dengan penyesuaian diri (r= 0,151; p= 0,000<0,01), purpose in life dengan penyesuaian diri (r= 0,470; p= 0,000<0,01) dan personal growth dengan penyesuaian diri (r= 0,288; p= 0,000<0,01). Kata Kunci : Psychological well-being, Penyesuaian diri istri
Pernikahan merupakan ikatan kudus
PENDAHULUAN Pernikahan
pada
(suci/sakral),
suatu
seorang laki-laki dan seorang wanita
hubungan yang dijalani oleh pria dan
sebab hubungan pasangan suami istri
wanita sebagai pasangan suami dan
tersebut telah di sahkan dalam suatu
istri untuk menjadi satu keluarga baru.
acara keagamaan tertentu dan di sahkan
umumnya
(marriage)
berkaitan
dengan
134
antara
pasangan
dari
pula oleh catatan pemerintahan sipil,
sama
mereka
pasangan suami istri tersebut akan dapat
sepakat
untuk
membina
lain
dalam
kehidupan rumah tangga dalam suatu
menjalani
keluarga (Dariyo, 2008).
dengan baik.
Pada umumnya mereka yang telah
Dalam
keluarga,
hubungan
pernikahan
maka
pernikahannya
tidak
hanya
menikah adalah mereka yang masuk
dibutuhkan dasar cinta antar pasangan
pada
suami istri, mereka juga harus dapat
fase
dewasa
awal
(young
adulthood) yaitu dengan rentang usia
mencintai
antara 20-40 tahun (Papalia, Olds &
orang
Feldman, 2009). Pada orang dewasa
pasangan mereka, seperti ketika suami
biasanya
untuk
harus mengenal dan menyayangi orang
mengambil keputusan untuk menikah
yang dicintai sang istri, sama halnya
dengan tujuan membentuk keluarga.
seperti istri yang juga harus menyayangi
Menurut Erikson (dalam Papalia, Olds
dan menghargai orang yang dicinta sang
& Feldman, 2009), menikah adalah
suami. Dalam hal ini juga dibutuhkan
sebuah pilihan dalam kehidupan untuk
kesiapan
secara
membangun rasa aman dan memberi
pasangan
suami-istri
pertumbuhan anak yang sehat dalam
menjalani hubungan rumah tangga yang
keluarga.
mempunyai
Setiap
pilihan
pasangan
dalam
berjalan
dalam dengan
keluarga
atau
orang-
saudara terdekat pada
psikologis agar
pada dapat
baik.
pernikahan pasti menginginkan suatu hubungan
dan menghargai
Dengan demikian, seseorang harus
yang
mampu
harmonis, langgeng
mengembangkan
psychological
well-being
kehidupan yang
atau berjalan lama. Dengan adanya
merupakan realisasi dan pencapaian
hubungan pasangan suami istri yang
penuh dari potensi individu, sehingga
saling menghargai, dan mencintai satu
individu dapat menerima kekurangan
135
dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu
menikah untuk tinggal bersama di
membina
rumah
orang
hubungan
lain,
dan
positif dapat
dengan
mertua
dikarenakan
mereka
menguasai
belum memiliki tempat tinggal ataupun
lingkungannya. Ketika individu yang
belum mampu membeli rumah (Charlie,
telah mencapai kesejahteraan psikologis
2006).
dapat
Bagi wanita atau seorang istri yang
mengatasi setiap tuntutan diri yang ada
menjalani rumah tangganya bersama
pada lingkungan baru nya, seperti pada
mertua pasti memiliki harapan yang
pasangan
baik.
yang
baik,
maka
yang
pernikahannya
individu
mampu dengan
menjalani
baik
Apabila
harapan
yang
diinginkannya tercapai maka individu
(Ryff,
tersebut akan merasa bahagia dan hal
1989). Banyak pasangan yang mengawali
tersebut
akan
mempengaruhi
pernikahannya ini harus tinggal di
kesejahteraan
rumah mertua dengan alasan ingin
apabila harapan yang diinginkannya
menemani orangtua, mertua sudah tidak
tidak tercapai, maka akan berdampak
sanggup untuk hidup sendiri, bahkan
pada ketidakseimbangan kesejahteraan
karena pasangan belum memiliki rumah
psikologisnya (Ryff, 1989). Hal ini
sendiri atau faktor ekonomi (Syaaf,
juga berkaitan dengan kesehatan mental
2014).
kehidupan
seseorang, ketika seseorang mampu atau
pernikahannya, pasangan terutama pada
tidaknya dalam pencapaian tujuan yang
istri yang tinggal serumah dengan
diharapkannya (Ekasari, 2011).
Saat
menjalani
Ketika
mertua harus belajar terhadap tuntutan
psikologisnya,
wanita
tinggal
namun
bersama
diri serta tanggung jawabnya sebagai
mertuanya, mereka merasa tertekan
istri maupun menantu. Sementara pada
karena harus berperan sebagai anak,
saat ini tak jarang individu setelah
ibu, sekaligus istri tiap harinya. Rasa
136
stres yang diderita oleh wanita tersebut dapat
darah
yang penting di dalam kehidupan.
tinggi dan diabetes. Menantu yang
Seseorang yang memiliki psychological
tinggal di rumah mertua dan dapat
well-being yang baik akan merasa
mengikuti pola gaya hidup atau aturan
nyaman,
lingkungan di tempat mereka tinggal,
menjalankan fungsinya sebagai manusia
serta menantu yang tinggal di rumah
secara positif. Psychological well-being
mertua lebih dari 14 tahun memiliki
ditandai
kesehatan mental yang baik. Hasil yang
kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak
ditemukan antara tahun 1990 hingga
adanya gejala-gejala depresi (Ryff &
2004, bahwa dari 671 orang didiagnosis
Keyes,
mengidap 3,72%
menyebabkan
penyakit
meninggal
tekanan
Psychological well-being adalah hal
dan
bahagia
dengan
1995).
serta
dapat
diperolehnya
Tetapi
banyaknya
arteri
koroner,
hambatan yang membuat menantu tidak
karena
penyakit
dapat
mencapai
kesejahteraan
jantung dan 68,7% meninggal karena
psikologisnya ketika hidup bersama
penyebab lain (Ekasari, 2011). Menurut
mertuanya
Potter & Perry (2005), mengatakan
perbedaan-perbedaan sifat yang dimiliki
bahwa
oleh
stres
menunjukkan
suatu
yaitu
karena
masing-masing
adanya
individu,
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
perbedaan aturan yang diterapkan oleh
berasal dari dalam diri maupun dari luar
mertua
diri
perbedaan pendapat antar menantu dan
seseorang
yaitu
perubahan
di
dalam
rumahnya,
dan
mertua yang tidak sependapat.
lingkungan sekitar, keluarga (hubungan
Hal
yang tidak baik dengan mertua, ipar,
tersebut
dapat
membuat
anak, besan) dan budaya. Orang yang
menantu tidak mendapatkan kehidupan
sehat
berumah tangga yang bahagia, tidak
mental
ditandai
dengan
memperoleh kesejahteraan psikologis
kesejahteraan psikologis (Ryff, 1989).
137
positif serta akan berdampak stress
pasangan pun menjadi hal utama dalam
dantidak dapat menerima diri nya
memasuki
sendiri dengan segala hambatan yang
pernikahannya. Namun perbedaan kedua
dihadapinya.
dan
pasangan ini yang kemudian akan
kepuasan hidup dirasakan lebih besar
menjadi satu karena adanya ikatan
ketika individu mengalami pengalaman
pernikahan (Olson, Frain & Skogrand,
membina hubungan dengan orang lain
2011).
Kebahagiaan
awal
kehidupan
dan merasa menjadi bagian dari suatu
Berdasarkan penelitian Anjani &
kelompok tertentu, dapat menerima
Suryanto (2006), bahwa pada sejumlah
dirinya sendiri, dan memiliki makna dan
pasangan
dengan
tujuan hidup yang mereka jalani (Ryff
dibawah
sepuluh
dan Singer dalam Steger, Kashdan &
beberapa
Oishi, 2008).
muncul pada periode awal pernikahan
Pasangan
yang
memulai
masalah
usia
pernikahan
tahun,
ditemukan
yang
seringkali
hidup
dan menghambatnya proses penyesuaian
barunya dalam menjalani hubungan
diri. Sehingga perbedaan inilah yang
pernikahan,
memiliki
membuat pasangan suami-istri harus
karakteristik
oleh
perbedaan
masing-masing
saling
mengerti,
memahami
serta
pasangan. Perbedaan dalam kehidupan
menyesuaikan diri pada pernikahannya.
pernikahan
Penyesuaian menjadi hal yang penting
dan
sebelum
menikah
menjadi suatu keharusan yang harus di
dalam
jalani
serta
berdampak
harus
keharmonisan
oleh
kemampuan
suami-istri, pasangan
yang
sebuah
perkawinan
akan
pada keberhasilan serta rumah
akan
terus
penyesuaian
yang baru. Gaya hidup yang harus di
dilakukan pada pasangan, saat berada
oleh
masing-
masing
138
ini
dan
menyesuaikan diri dengan keluarga
sesuaikan
diri
tangga
dalam lingkungan keluarga maupun di
tinggal di rumah mertua terlihat dari
luar rumah tangga mereka.
hasil interaksi personal, bahwa menantu
Menurut
hasil
Sweat
yang tidak terbiasa dengan aturan yang
(dalam Fitroh, 2011), bahwa 60%
dilakukan di rumah mertua, seperti
pasangan
mengalami
harus bangun pagi, mengurus rumah
ketegangan hubungan dengan mertua,
yang sesuai dengan kebiasaan yang
yaitu antara menantu perempuan dengan
dilakukan oleh mertuanya, tidak dapat
ibu
adanya
beraktivitas bebas di rumah mertua, dan
ketegangan hubungan antara menantu
mertua yang turut campur dalam pola
dan mertua ini sering terjadi ketika
asuh
mengawali kehidupan pernikahannya
seseorang harus dapat menyesuaikan
yang memilih untuk tinggal satu rumah
diri dengan lingkungan agar dapat
bersama mertuanya. Saat menjalani
mencapai aturan yang berlaku dalam
kehidupan
lingkungannya.
suami
mertua.
terutama
penelitian
istri
Fenomena
pernikahannya, pada
istri
harus
pasangan
(dalam
belajar
anaknya.
Oleh
Menurut
Desmita,
karena
itu
Schneiders
2009),
bahwa
menyesuaikan diri terhadap tuntutan diri
penyesuaian diri adalah suatu proses
serta tanggung jawabnya sebagai istri
yang mencakup respon mental dan
maupun menantu.
tingkah laku, dimana individu berusaha
Memasuki
kehidupan
bersama
untuk
dapat
berhasil
mengatasi
mertua pun seringkali ada tuntutan diri
kebutuhan- kebutuhan dalam dirinya,
bagi salah satu pasangan terutama pada
ketegangan-ketegangan,
istri yang harus mengikuti aturan-aturan
konflik, dan frustrasi yang dialaminya,
yang sudah ada dalam rumah atau
sehingga terwujud tingkat keselarasan
keluarga pihak suami. Fenomena yang
atau harmoni antara tuntutan dari dalam
sering terjadi saat istri atau menantu
139
konflik-
diri dengan apa yang diharapkan oleh
tentang orang yang berfungsi secara
lingkungan dimana ia tinggal.
penuh
(fully-funtioning
person),
Hasil penelitian dari Anissa &
pandangan Maslow tentang aktualisasi
Handayani (2012), menyatakan bahwa
diri (self actualization), pandangan Jung
penyesuaian diri istri tinggal dirumah
tentang individuasi, konsep kematangan
keluarga suami menunjukkan hasil yang
dari Allport, juga sesuai dengan konsep
signifikan. Hal ini mengindikasikan
Erikson dalam menggambarkan individu
bahwa
yang mencapai integrasi. Psychological
sebagian
besar
istri
dapat
melakukan proses penyesuaian diri yang
well-being
baik
diperolehnya
dengan keluarga suami
yang
dapat
ditandai
dengan kepuasan
kebahagiaan,
ditandai dengan komunikasi yang baik.
hidup dan tidak adanya gejala-gejala
Komunikasi sangat dibutuhkan istri
depresi (Ryff & Keyes, 1995).
saat menyesuaikan diri nya dengan
Dimensi Psychological Well Being
keluarga suami, karena istri yang tinggal
Ryff (1989) mengembangkan skala
di rumah keluarga suami setiap harinya
psychological well-being yang telah
harus bertatap muka dengan keluarga
terbukti
suami, maka dibutuhkannya komunikasi
psikometri. Psychological well-being
yang baik agar mencapai penyesuaian
memiliki
diri yang diharapkan.
penerimaan
TINJAUAN PUSTAKA
hubungan positif dengan orang lain
Psychological well-being
(positive relations with others), otonomi
Menurut Ryff (1989), gambaran tentang memiliki merujuk
karakteristik psychological pada
orang
(autonomy,
secara
6
konseptual
dimensi, diri
dan
diantaranya
(Self-acceptance),
penguasaan
lingkungan
yang
(environmental mastery, tujuan hidup
well-being
(purpose in life), dan pertumbuhan
pandangan
Rogers
diri (personal growth).
140
aspek yaitu, persepsi terhadap realitas,
Penyesuaian Diri Runyon
dan
Haber
(1984)
kemampuan
mengatasi
stres
dan
mengemukakan bahwa penyesuaian diri
kecemasan, gambaran diri yang positif,
dapat dipandang sebagai keadaan (state)
kemampuan
atau sebagai proses. Penyesuaian diri
dengan
sebagai
interpersonal yang baik.
keadaan
penyesuaian
diri
berarti
bahwa
merupakan
suatu
mengekspresikan
baik,
dan
emosi
hubungan
HIPOTESIS Ada
tujuan yang ingin dicapai oleh individu.
hubungan
positif
Individu yang memiliki penyesuaian
psychological
diri yang baik terkadang tidak dapat
penyesuaian diri pada istri yang tinggal
meraih
di rumah mertua.
tujuan
membuat
yang
dirinya
ditetapkannya,
atau
orang
lain
well-being
antara dengan
METODE PENELITIAN
kecewa, merasa bersalah, dan tidak
Kriteria subjek dalam penelitian
dapat lepas dari perasaan takut dan
ini adalah wanita yang telah menikah
kuatir. Penyesuaian diri sebagai tujuan
dengan
atau kondisi ideal yang diharapkan tidak
bersama mertua dan usia pernikahan 0
mungkin dicapai oleh individu dengan
tahun hingga 25 tahun. Sampel yang
sempurna. Tidak ada individu yang
digunakan
berhasil
sebanyak 385 istri yang tinggal di
menyesuaikan
diri dalam
segala situasi sepanjang waktu karena
usia
20-40
dalam
tahun,
tinggal
penelitian
ini
rumah mertua. Penelitian ini menggunakan metode
situasi senantiasa berubah.
penelitian kuantitatif noneksperimental.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri (1984)
Penelitian ini juga merupakan penelitian
menyebutkan bahwa penyesuaian diri
korelasi yang mengukur apakah terdapat
yang dilakukan individu memiliki lima
hubungan antara psychological well-
Runyon
dan
Haber
141
being dan penyesuaian diri pada istri
semakin baik kemampuan penyesuaian
yang tinggal di rumah mertua.
diri seorang stri yang serumah dengan
Teknik pengambilan sampel yang
mertuanya. Sebaliknya, semakin rendah
akan dilakukan dalam penelitian yaitu
psychological
menggunakan non-probability sampling.
psikologis),
Yaitu,
penyesuaian diri istri juga cenderung
accidental
sampling
yang
merupakan teknik penentuan sampel
well-being
(kesehatan
maka
kemampuan
rendah. Berdasarkan
berdasarkan kebetulan, secara kebetulan
gambaran
data
bertemu dengan peneliti apabila cocok
psychological well-being memiliki nilai
sebagai sumber data. Jumlah sampel
mean empiric yang lebih besar dari nilai
yang diambil berdasarkan tabel Krejcie
mean hipotetik (4,56 > 3,5), hasil
yaitu 385 orang (Sugiyono, 2012).
penelitian ini sejalan dengan penelitian
HASIL
PENELITIAN
yang
DAN
McLaughlin,
Horwitz dan White (dalam Soulsby &
PEMBAHASAN Berdasarkan
diungkapkan
hasil
analisis
Bennett,
data
2015)
bahwa
seorang
menunjukkan
pasangan akan memberikan dukungan
bahwa adanya hubungan positif dan
dan menjadi pendukung terbaik untuk
signifikan antara psychological well-
kesejahteraan psikologis pasangannya
being dengan penyesuaian diri pada
dibandingkan status pernikahannya itu
istri yang serumah dengan mertua.
sendiri.
Dari hasil hasil uji korelasi yaitu r =
psychological well-being dapat bersikap
0,460 dan Sig (p) = 0,000 < 0,01,
positif terhadap dirinya sendiri dan
artinya
tinggi
orang lain, dapat mengatur tingkah
psychological well- being (kesehatan
lakunya sendiri, mampu menciptakan
psikologis) seorang istri, maka akan
dan mengatur lingkungan serta berusaha
dalam
penelitian
bahwa
ini
semakin
142
Individu
yang
memiliki
mengembangakan diri nya (Ryff, 1989).
psikologis),
Keadaan mental yang sehat merupakan
penyesuaian diri istri juga cenderung
syarat bagi tercapainya penyesuaian diri
rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang baik, dan keadaan mental yang
Ryff (1995), individu yang memiliki
baik akan mendorong individu untuk
nilai
memberikan
penerimaan diri, ia memiliki sikap yang
dengan
respon
dorongan
tuntutan
yang
internal
lingkungannya
selaras maupun
yang
positif
(Schneiders,
maka
tinggi
kemampuan
dalam
dimensi
terhadap dirinya sendiri dan
menerima aspek yang baik maupun
2008).
yang buruk pada dirinya. Pernyataan
Penelitian ini juga menemukan ada hubungan
antara
dimensi
tersebut di dukung oleh penelitian Putra
self-
& Karyani (2014), bahwa individu yang menerima
dirinya,
dapat
accceptance dengan penyesuaian diri
mampu
dengan hasil korelasi r = 0,329 dan Sig
membuka diri, dan berusaha menjalin
(p) = 0,000 < 0,01, Adanya hubungan
hubungan
sosial,
positif antara dimensi self-acceptance
menyadari
sepenuhnya atas
dengan penyesuaian diri pada istri yang
dan tindakan yang diambil, sehingga
serumah dengan mertua. Dari hasil
tidak terhambat atau tidak merasa
penelitian tersebut, menunjukkan bahwa
kesulitan dalam penyesuaian diri.
maka
individu pilihan
self-acceptance
Hasil penelitian dari nilai rata-rata
(penerimaan diri) seorang istri, maka
masing-masing dimensi psychological
akan
well- being
semakin
tinggi
semakin
baik
kemampuan
pada
dimensi
positive
penyesuaian diri seorang
istri yang
relations with others (hubungan positif
serumah
mertuanya.
dengan orang lain) dengan penyesuaian
semakin
rendah
diri diperoleh hasil uji korelasi yaitu r =
well-being
(kesehatan
Sebaliknya, psychological
dengan
0,342 dan sig (p) =
143
0,000 < 0,01, adanya hubungan positif
yaitu individu yang dapat berempati
antara dimensi positive relations with
dengan
others dengan penyesuaian diri pada
menyesuaikan diri dengan pergaulan
istri yang serumah dengan mertua. Dari
sosialnya (Goleman, 2009). Pernyataan
hasil penelitian tersebut, menunjukkan
tersebut juga di dukung bahwa dalam
bahwa semakin tinggi positive relations
penyesuaian diri istri yang tinggal
with others (hubungan positif dengan
bersama mertua akan mempengaruhi
orang lain) seorang istri, maka akan
keseimbangan psikologis, dan istri yang
semakin baik kemampuan penyesuaian
mampu memiliki hubungan yang baik
diri seorang istri yang serumah dengan
dan mampu mengatasi ketegangan serta
mertuanya.
konflik dari tuntutan lingkungan tempat
Sebaliknya, psychological psikologis),
semakin
rendah
mertua, maka akan tercipta hubungan
(kesehatan
yang baik serta lingkungan sosial yang
kemampuan
nyaman saat tinggal bersama mertua
well-being maka
penyesuaian diri istri juga cenderung rendah.
Seseorang
orang lain, maka individu
yang
(Purnomo,1994). Dari
memiliki
hasil
penelitian
dimensi
hubungan positif dengan orang lain
psychological
mampu membina hubungan yang penuh
autonomy
kepercayaan dengan orang lain, dan
diperoleh hasil korelasi r = 0,331 dan
memahami
sig
prinsip
memberi
dan
(p)
well-being
pada
dengan penyesuaian diri
=
0,000
<
0,01
yang
menerima dalam hubungan antar pribadi
menunjukkan bahwa ada hubungan
(Ryff, 1995). Positive relations with
dimensi
autonomy
others (hubungan positif dengan orang
dengan
penyesuaian
lain) juga memiliki pengaruh yang
tinggi autonomy (kemandirian) maka
cukup besar terhadap penyesuaian diri,
akan semakin baik seseorang dalam
144
(kemandirian) diri.
Semakin
penyesuaian
dirinya
dengan
orang
dimensi
environmental
mastery
mertua dan lingkungannya sosialnya.
memiliki
Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dibandingkan dimensi lainnya. Seperti
menyatakan
yang
yang diungkapkan oleh Ryff (1995),
memiliki kemandirian yang kuat akan
bahwa psychological well-being terdiri
mampu
jawab,
dari berbagai konsep kesehatan yang
menyesuaikan diri terhadap perubahan
berbeda-beda. Environmental mastery
lingkungan, berani menghadapi masalah
merupakan salah satu dari enam dimensi
dan resiko (Warsito & Warsito, 2013).
kesehatan mental yang dilambangkan
Memiliki
yang
oleh psychological well-being. Dengan
sehat dengan lingkungan sosial yang
demikian tidak dapat dipastikan bahwa
mengharuskan individu mandiri, seperti
seseorang
kemampuan
mastery yang rendah akan menyebabkan
bahwa
individu
bertanggung
hubungan
pribadi
mengatasi
ketegangan,
nilai
yang
dengan
rendah
environmental
konflik dan frustasi untuk memenuhi
rendahnya
dirinya
emosinya
Penyesuaian diri sebagai usaha dalam
hasil
penguasaan memiliki kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan
tanpa
terganggu
(Santrock,
2012).
Pada
perhitungan
nilai
rata-rata
dimensi
psychological
well-being
pada
environmental
mastery
respons
penyesuaian
dalam
cara-cara
diri.
tertentu
dengan
sehingga konflik-konflik, kesulitan dan
penyesuaian diri menunjukkan hasil
frustasi (Schneiders, 2008). Hal ini juga
korelasi yaitu r =0,151 dan sig (p) =
didukung
0,000 < 0,01, bahwa ada hubungan
manusia yang sukses adalah seseorang
dimensi (penguasaan penyesuaian
oleh
mastery
yang
lingkungan)
dengan
menciptakan perbaikan pada lingkungan
bahwa
dan melakukan perubahan-perubahan
Diketahui
145
kemampuan
bahwa
environmental
diri.
memiliki
pernyataan
untuk
yang dinilai perlu melalui aktivitas fisik
hubungan dimensi personal growth
dan mental serta mengambil manfaat
(pertumbuhan
dari lingkungan tersebut (Ryff,1989).
penyesuaian diri, menunjukkan bahwa
Pada
hasil
perhitungan
korelasi
pribadi)
dengan
ada hubungan dimensi personal growth
dimensi psychological well-being pada
(pertumbuhan
purpose in life dengan penyesuaian diri
penyesuaian
yaitu r = 0,470 dan sig (p) = 0,000 <
memiliki pertumbuhan pribadi yang
0,01,
ada
baik ditandai dengan mengenal diri
purpose in life
sendiri, memandangi diri sendiri sebagai
menunjukkan
hubungan dimensi (tujuan
hidup)
bahwa
dengan
pribadi) diri.
Seseorang
dengan yang
individu yang tumbuh dan berkembang
penyesuaian
diri. Diketahui bahwa dimensi purpose
dan
in life memiliki nilai yang tinggi
pengalaman baru (Ryff, 1995). Hal ini
dibandingkan dimensi lainnya. Salah
juga mendukung penelitian sebelumnya
satu
diri
yang menyatakan bahwa mengenal diri
adalah individu yang memiliki tujuan
sendiri merupakan hal yang berguna
hidup yang realistis, yang sesuai dengan
bagi proses penyesuaian diri dan salah
kemampuan dan kesempatan yang ada
satu
dalam lingkungan (Haber & Runyon,
(Handayani dkk, 1998).
1984).
KESIMPULAN
karakteristik
Hasil
uji
penyesuaian
perhitungan
terbuka
terhadap
kriteria
mental
pengalaman-
yang
sehat
rata-rata
Penelitian ini dapat disimpulkan
selanjutnya yaitu dimensi psychological
bahwa terdapat hubungan positif antara
well-being
psychological
pada
personal
growth
well-being
dengan
dengan penyesuaian diri dengan hasil
penyesuaian diri. Terdapat hubungan
korelasi r = 0,288 dan sig (p) = 0,000 <
positif antara dimensi self-acceptance
0,01,
pada
menunjukkan
bahwa
ada
146
variabel
psychological
well-
being
dengan
penyesuaian
Terdapat
hubungan
positif
diri.
sendiri, dapat hidup mandiri yang
antara
mampu
menghadapi
situasi
dimensi positive relations with others
kehidupannya, mendekatkan diri dengan
pada variabel psychological well-being
berkomunikasi
dengan hubungan
penyesuaian positif
atau
membentuk
diri.
Terdapat
hubungan antar pribadi dengan mertua
antara
dimensi
agar mengetahui sifat yang dimiliki
autonomy pada variabel psychological
mertua. Selanjutnya
well-being dengan penyesuaian diri.
menjalani
hubungan pernikahan istri yang memilih
Terdapat hubungan positif antara dimensi environmental mastery pada
untuk
variabel
sebaiknya
psychological
dalam
well-being
tinggal
di
rumah
mertua,
harus
lebih
dapat
diri,
terdapat
meningkatkan kemampuan penyesuaian
antara
dimensi
diri seperti dapat berperilaku yang
pada
variabel
sesuai dengan gaya hidup di rumah
well-being
dengan
mertua, lebih meningkatkan komunikasi
penyesuaian diri. dan terdapat hubungan
yang efektif dengan mertua, berusaha
positif antara dimensi personal growth
memahami
pada variabel psychological well-being
mertua, dapat mengontrol emosi dengan
dengan penyesuaian diri.
baik ketika terjadi masalah dalam rumah
SARAN
tangga maupun dengan mertua agar
1. Bagi menantu perempuan atau istri
tidak terjadi kesenjangan hubungan
dengan hubungan purpose
penyesuaian positif in
psychological
life
sifat
atau
karakteristik
Sebaiknya bagi seorang menantu
menantu dengan mertua, dan tidak
perempuan atau calon istri sebelum
membedakan orang tua kandung dengan
memasuki hubungan pernikahan dapat
mertua agar mencapai hubungan yang
mengenal karakteristik atau sifat diri
harmonis.
147
2. Bagi mertua
menjadi penengah untuk memberikan
Bagi mertua, disarankan untuk tidak bersikap
memaksa
diinginkannya,
sesuai
pengertian terhadap istri dan ibunya,
yang
melainkan
sehingga
saling
akan
terhindar
dari
permasalahan antar suami dan istri
menghargai satu sama lain dengan
begitupula dengan istri dan ibunya.
menantunya,
4. Bagi peneliti selanjutnya
dan
berinteraksi
serta
Dalam
penelitian
terjadi
menggunakan
dua
kesenjangan hubungan antara menantu
psychological
dan mertua. Dan dibutuhkannya saling
penyesuaian
memahami dan mengerti karakteristik
penelitian
masing-masing
menambahkan variabel lain misalnya
memiliki hubungan yang hangat dengan menantu
agar
tidak
akan
menantu
maupun
well-being diri,
selanjutnya
emotional
antar menantu
dukungan
suami
mertua tidak turut
(suami),
meyakinkan
campur urusan
untuk untuk
intelligence,
atau
hasil
yaitu dan
disarankan
seperti
anak
hanya
variabel
mertua, sehingga saat terjadi masalah dan
ini
sosial
guna
penelitian
dan
anak dan menantu.
menggunakan alat ukur atau skala
3. Bagi suami
validitas dan reliabilitas yang tinggi
Bagi
suami,
memiliki
disarankan
untuk
menjadi
kepala
kesiapan
sehingga penelitian dapat memperoleh data yang lebih objektif.
rumah tangga, membentuk keluarga yang
harmonis
keluarganya
dan
sendiri
Dan
membina
tanpa
sebaiknya
selanjutnya
campur
pada
untuk
penelitian
menggunakan
pendekatan kualitatif, agar lebih dapat
tangan orang tuanya atau orang lain.
mengetahui
Dapat
penyesuaian diri istri yang tinggal di
bersikap
adil
ketika
terjadi
konflik antara istri dan ibunya, dan
rumah
148
bagaimana
mertua
atau
gambaran
gambaran
psychological well-being pada istri yang
www.wolipop.detik.com/read/201
tinggal di rumah mertua.
1/10/12/174521/1742642/1135/tin
DAFTAR PUSTAKA
ggal -
Anissa, N., & Handayani, A. (2012).
bahayakan-kesehatan-wanita.
bersama-mertua-bisa-
Hubungan antara konsep diri dan
Diakses pada tanggal 20 Juni
kematangan
2015.
emosi
dengan
penyesuaian diri yang tinggal
Fitroh, S. F. (2011). Hubungan antara
bersama keluarga suami. Jurnal
kematangan emosi dan hardiness
Psikologi Pitutur, 1 (1), 57-67.
dengan
penyesuaian
menantu
Anjani, C., & Suryanto (2006). Pola
diri
perempuan
yang
pada
tinggal di Rumah ibu mertua.
periode awal.INSAN, 8 (3), 198-
Jurnal Psikologi Islam, 8 (1), 83-
210.
98.
penyesuaian
perkawinan
Goleman,
Charlie, L. (2006). Jurus merebut hati mertua. Bandung: Nexx Media. Dariyo,
A.
(2008).
perkembangan Jakarta:
Gramedia
Emosional.
perkembangan
Psikologi peserta
mertua
bisa
Jakarta:
H.
(1998).
pelatihan
didik.
PT.
Efektivitas
pengenalan
diri
terhadap peningkatan penerimaan
Bandung: Remaja Rosdakarya. Ekasari, E. (2011).
Kecerdasan
Handayani, M. M., Sofia. R., & Avin,
Pustaka
F. (2009).
Emotional
Gramedia Pustaka Utama.
muda.
Umum. Desmita.
(2009).
Intelligence;
Psikologi
dewasa
D.,
diri
Tinggal bersama
dan
harga
diri.
Jurnal
Psikologi, 2, 47-55. Olson, D.H, De Farin, J & Skogrand,
membahayakan
L
kesehatan.
149
(2011).
Marriage
and
Ryff,
families: Intimacy, diversity, and
C.
(1989).
Happiness
is
strength (7th ed). New York:
everything, or is it? Explorations
McGraw-Hill.
on the meaning of psychological
Papalia, D. E., Sterns, H.L., Feldman,
well-being.
Journal
R.D., & Camp, C.J. (2007). Adult
Personality
and
development and aging (3rd ed.).
Psychology, 57.1069-1081 Ryff,
New York: McGraw-Hill.
(1995).
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku
ajar
fundamental:
konsep,
proses,
dan praktik.
H.
B.
(1994).
The
C.L.M.
structure
of
well-being
727.
Pondok
Ryff, C.D. & Singer, B. (2008).
dan
Know thyself and become what
hubungan
you are: a eudaimonic approach to
Mandar Maju.
antara
well-being.
13-39.
penerimaan
Santrock, John W. (2012). Life-span
diri dengan penyesuaian diri pada
Development.
remaja difabel. Publikasi Online
(13
th
Ed.).
University of Texas, Dallas : Mc
UMS Surakarta.
Graw-Hill.
Runyon, R.P., & Haber, A. (1984). of
psychological
Journal of Happiness Studies, 9,
Putra, A. R., & Karyani, U. (2014).
Psychology
Keyes,
and social psychology, 69, 719-
mertua – menantu. Bandung :
Hubungan
Social
revisited. Journal of personality
mertua indah: suatu tinjauan psikologis
&
psychological
Jakarta: EGC. Purnomo,
C.D.,
of
Schneiders, A. A. (2008). Personal
adjustment.
adjustment and mental health.
Illinois : The Dorsey Press.
150
New York: Holt Rinechart and Winston. Soulsby, L. K., & Bennett, K. M (2015). Marriage and psychological wellbeing: the role of social support. Journal
Scientific
Research
publishing. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif
kualitatif
dan
R&B. Bandung: Alfabeta. Syaaf, S. (2014). Sebelum tinggal bersama, kenali dulu tipe mertua anda.www.female.kompas.com/re ad/2014/09/02/000700520/Sebelu m.Tinggal.Bersama.Kenali.Dulu. Tipe.Mertua.Anda. Diakses pada tanggal 12 Nopember 2015. Warsito. L. I. S., & Warsito H. (2013). Perbedaan tingkat kemandirian dan penyesuaian diri mahasiswa perantauan suku batak ditinjau dari jenis kelamin. E-Journal UNESA, 1(2)
151