Nama Jurnal, Vol. ..., Nomor ... Juni 2015 1-11
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PETUNJUK MELALUI PENERAPAN MODEL GUIDED WRITING (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka) Maria Ulfah Finanjung1 Robandi Roni M. Arifin2 Etty Rohayati3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] [email protected]
Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam menulis teks petunjuk di kelas IV SDN Gunungkuning. Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar menulis siswa. Penelitian yang dilakukan menggambarkan aktivitas dan peningkatan hasil belajar menulis siswa. Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menulis siswa adalah model guided writing. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka. Penelitian yang dilakukan merupaka penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model Elliot, penelitian ini dilaksanakan selama 3 siklus dan masing-masing siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Setiap siklus terdiri dari kegiatan pramenulis, menulis, dan pasca menulis. Pada setiap siklusnya, siswa menghasilkan satu produk tulisan. Hasil perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan refleksi dalam setiap siklusnya dijadikan perbaikan pada siklus selanjutnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis petunjuk. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai pada tiap siklusnya, yaitu: rerata nilai aktivitas siklus I 46,8. Rerata nilai aktivitas siklus II 57,04. Rerata nilai aktivitas siklus III 66,4. Nilai hasil belajar siklus I rata-rata 49,71. Siklus II 66,63. Siklus III 75,29. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disarankan kepada guru atau pengajar bahasa Indonesia untuk menggunakan model pembelajaran menulis guided writing sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran menulis. Kata kunci: menulis, teks petunjuk, guided writing
1. Penulis 2. Penulis Penanggung Jawab 1 3. Penulis Penanggung Jawab 2
Maria Ulfah Finanjung. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Petunjuk Siswa Melalui Penerapan Model Guided Writing
INCREASE WRITE ABILITY TEXT OF INSTRUCTION TROUGH GUIDED WRITING APPLICATION MODEL abstract. The reasearch background is cause from students disability in write text of instruction in IV grade SDN Gunungkuning. For superinted that problem, must did research for find out activity and students achievement writing ability. The reasearch was did description students activity and student achievement writing ability. than did such step to increased activity and student learning result in write text of instruction with guided writing application model. Learning model was used to increased activity and student writing learning result is guided writing model. This research was did in 4 grade at SD Negeri Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka. The research was did form PTK used Elliot model, the research was did during 3 cycle and every cycle consist from 3 step. Every cycle consist form prewrite, write, and pasc write. Until every cycle student has one writing product. The planning result, implementationm, analize, and reflection in every cycle is come repair for furthermore cycle. The research result was did found increased students activity and learning result in write instruction of text. That thing was indicate from increased in every cycle, that is: mean value at first cycle is 46,8 and second cycle is 57,04 . Last, third cycle is 66,4. then, student achievement at first cycle is 49,71. cycle to is 66,63 last, third is 75,29. Based on the research, the research concludes that teacher in four grade at SD Negeri Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka must apply guided method to teach writing ability because it can be inprove students‟ activity and learning result in writing ability. Key words : guided writing, text of intruction, writing.
Rendahnya kemampuan menulis siswa sekolah dasar tidak terlepas dari metode apa yang digunakan guru dalam mengajar menulis. Pada dasarnya, model yang digunakan dalam mengajarkan menulis berbeda dengan model yang digunakan dalam mengajarkan kemampuan berbahasa lain. Sehingga perlu kecermatan dalam menentukan model yang sesuai. Siswa yang belajar secara konvensional akan sulit dalam menggunakan bahasa secara utuh. Siswa akan kesulitan menyesuaikan diri kapan, bagaimana dan dimana bahasa dapat digunakan sesuai dengan konteksnya. Selain itu, saat ini tidak jarang dalam pembelajaran bahasa, guru kurang memperhatikan keterampilan berbahasa yang seharusnya dimiliki siswa. Guru hanya mementingkan pengetahuan berbahasa siswa saja agar tujuan pembelajaran tercapai. Padahal kemampuan berbahasa siswa tidak kalah penting untuk diajarkan kepada siswa sebagai bekal kehidupan dimasa yang akan datang.
Salah satu aspek kemampuan berbahasa ialah kemampuan menulis. Menulis merupakan kegiatan mencurahkan pikiran maupun perasaan yang ada pada diri seseorang. Dengan menulis, seseorang dapat memberikan informasi secara tidak langsung kepada orang lain. Menulis dikaitkan dengan pembelajaran kontekstual berarti apa yang akan ditulis siswa harus bersumber dari pengalaman atau lingkungan disekitar siswa. Saat ini pembelajaran menulis di sekolah dasar memiliki banyak kelemahan, diantaranya ialah penggunaan metode pembelajaran menulis yang kurang tepat. Siswa sekolah dasar kelas rendah memiliki karakteristik sulit memahami hal-hal yang bersifat abstrak ketimbang memahami halhal yang konkrit. Jika dilihat dari perkembangannya, siswa kelas rendah belum mampu untuk mengkontruksi sendiri gagasan-gagasan yang akan ditulisnya, siswa akan merasa kesulitan untuk menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan seperti menentukan kalimat pertama.
Nama Jurnal, Vol. ..., Nomor ... Juni 2015 1-11
Salah satu model yang dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa adalah model guided writing. Dengan menerapkan model ini, guru menjadi pembimbing siswa dalam menulis. Guru juga memberikan perbaikan kepada siswa sesuai dengan kelemahan siswa dalam menulis. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis teks petunjuk di SDN Gunungkuning dengan menggunakan model Guided Writing? 2. Bagaimana hasil kemampuan menulis siswa kelas IV SDN Gunungkuning melalui pembelajaran menulis teks petunjuk dengan menggunakan model Guided writing? Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan secara bertahap. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, perlu melalui beberapa tahapan menulis. Kegiatan menulis diawali dengan menentukan ide apa yang akan ditulis terlebih dahulu. Selanjutnya siswa menulis tulisan berdasarkan kerangka tulisan yang telah ditentukan. Tulisan yangtelah dibuat kemudian diedit dan dilakukan revisi untuk mendapatkan hasil tulisan yang optimal. Kegiatan-kegiatan tersebut digolongkan kedalam tiga tahapan yaitu tahap pramenulis, menulis dan pasca menulis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan sebuah latihan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus. Tarigan (2013, hlm. 9) menyatakan “menulis sebagai sebuah perkembangan yang dibentuk dari berbagai pelatihan keterampilan, pengalaman, pengajaran serta adanya kesempatan dan waktu”. Kegiatan menulis tidak terlepas dari jenis teks apa yang hendak ditulis. Pada tingkat sekolah dasar jenis teks yang digunakan salah satunya adalah teks petunjuk. Teks petunjuk merupakan teks yang memaparkan
penjelasan mengenai langkah-langkah dalam membuat sesuatu atau melakukan sesuatu. Menulis teks petunjuk yang baik perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah kejelasan perintah yang digunakan. Kejelasan perintah tersebut terlihat dari pemilihan kata dan kalimat yang digunakan. Perintah yang jelas akan memudakan pembaca dalam memahami isi perintah. Selain itu perintah yang dituliskan dalam teks petunjuk harus beruntut. Penulis tidak boleh menuliskan petunjuk secara acak, karena akan menyulitkan pembaca. Dalam mengajarkan menulis teks petunjuk, perlu diperhatikan strategi seperti terlebih dahulu mengajarkan mengenai kalimat deskriptif dan penggunaan ejaan yang benar dalam sebuah kalimat. Strategi tersebut digunakan agar hasil yang diperoleh siswa dalam menulis petunjuk sesuai dengan yang diharapkan. Selain strategi dalam mengajarkan teks petunjuk, diperlukan pula sebuah model pembelajaran dalam mengajarkan teks petunjuk. Model pembelajaran merupaka konsep suatu proses belajar yang berisi mengenai gagasan dan cara mengaplikasikannya. Salah satu model pembelajaran menulis yang dapat diterapkan dalam menulis petunjuk adalah model guided writing yang merupakan komponen dari pendekatan bahasa whole language. Menurut kementrian republik Ontario “Guided writing is a strategy that gives students the opportunity to review a recently taught writing skill in a small-group setting and then to apply the skill through independent writing” (2005, hlm.5.3). Model guided writing akan memberikan kemudahan pada siswa dalam menulis, karena dengan menerapkan model ini siswa akan dibimbing oleh guru dalam menulis. Selain itu siswa dibagi kedalam kelompok sesuai dengan kelemahannya dalam menulis. Sehingga memberi kemudahan pula bagi guru dalam memberikan bimbingan. Adapun langkah-langkah dalam mengajarkan menulis dengan menggunakan model ini menurut Oczkus, L. D. (2007,
Maria Ulfah Finanjung. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Petunjuk Siswa Melalui Penerapan Model Guided Writing
hlm. 75) adalah (a) menerapkan model Guided Writing secara keseluruhan dalam pembelajaran menulis dikelas (b) membentuk kelompok sementara berdasarkan kelemahan-kelemahan siswa dalam menulis (c) menulis dalam grup dengan bimbingan guru (c) menilai perkembangan siswa dalam menulis. Dengan demikian sebelum membentuk kelompok belajar dengan menggunakan model guided writing, seorang guru harus mengetahui kelemahan siswa dalam menulis. Penilaian yang digunakan dalam metode ini meliputi penilaian proses dan hasil. Penilaian proses dilaksanakan sejak guru memberikan instruksi mengenai kegiatan yang akan dilakukan siswa. Pada kegiatan menulis, guru dapat melakukan penilaian berupa catatan anekdot. Clay (dalam Gibson, 2008, hlm. 91) “for writing behavior, anecdotal notes made both during and immediately after each lesson will help teachers know what aspects of instruction have or haven't been appropriated by students.” Catatan anekdot bersifat observatif, artinya penilaian dibuat berdasarkan hasil pengamatan peristiwa yang terjadi di dalam kelas. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Mulyasa (2012, hlm. 10) “PTK diartikan sebagai penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar.” Perbaikan dalam meningkatkan kualitas proses untuk mencapai hasil belajar yang maksimal tidak dapat dilakukan dalam satu kali tindakan, karena guru harus selalu memperbaiki hasil yang didapat pada tindakan pertama untuk kemudian dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Penelitian dilakukan secara berulang atau bersiklus dengan tujuan mencapai perbaikan yang diinginkan. Penelitian dilakukan secara khusus untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa kelas IV dengan menggunkan metode
Guided Writing. Sehingga perlu adanya perbaikan dalam setiap pembelajaran agar lebih efektif dan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Karena dalam masalah yang akan diteliti tidak bisa dipecahkan dalam satu kali tindakan (treatment), sehingga harus dilakukan penelitian secara berulangulang atau bersiklus. Oleh karena itu peneliti mengambil metode yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model Elliot, karena penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus dan pada masing-masing siklus tersebut terdiri dari 3 tindakan. Rancangan tersebut dimaksudkan agar objek penelitian dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Gunungkuning yang terletak di desa Gunungkuning, Kec. Sindang, Kab. Majalengka. Lokasi SDN Gunungkuning berada di wilayah perkebunan dan pesawahan yang dekat dengan rumah warga. Akses menuju SD terbilang mudah, namun tidak ada kendaraan umum yang melewati SD tersebut sehingga perlu menggunakan kendaraan pribadi ataupun sewaan. Definisi operasional atau ruang lingkup penelitian ini adalah model guided writing merupakan model yang mengajarkan keterampilan menulis siswa dengan bimbingan guru sebagai fasilitator. Pada pelaksanaannya, siswa akan dibagi kedalam kelompok berdasarkan kelemahan dalam menulisnya. Kemudian siswa membuat tulisan secara individu dalam kelompoknya dengan bimbingan guru. Dengan mengelompokan siswa berdasarkan kelemahannya, akan memudahkan guru dalam membimbing siswa agar kemampuan siswa dalam menulis meningkat. Selanjutnya adalah Aktivitas menulis siswa merupakan aktivitas siswa dalam proses menulis dengan menggunakan model guided writing. Adapun aktivitas menulis
Nama Jurnal, Vol. ..., Nomor ... Juni 2015 1-11
siswa yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa dalam menulis petunjuk dengan indikator sebagai berikut. a. Siswa dapat berkomunikasi aktif dalam pembelajaran menulis. b. Siswa dapat bekerjasama dengan kelompok dalam pembelajaran menulis. Untuk mengukur pencapaian anak terhadap indikator tersebut, maka peneliti menggunakan alat ukur observasi. Kemampuan menulis merupakan kesanggupan seseorang dalam membuat tulisan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Adapun kemampuan yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini yaitu kemampuan menulis teks petunjuk dengan indikator sebagai berikut. a. Siswa dapat menulis teks petunjuk dengan isi yang sesuai. b. Siswa dapat menulis teks petunjuk dengan menggunakan bahasa yang tepat. c. Siswa dapat menulis teks petunjuk dengan menggunakan teknis penulisan yang sesuai. Untuk mengukur kemampuan anak terhadap indikator tersebut, maka peneliti menggunakan alat ukur alat berupa produk tulisan siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Menulis Petunjuk (Produk) untuk menilai peningkatan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk, selain itu digunakan instrumen aktivitas untuk mengukur aktivitas siswa dalam menulis petunjuk. selanjutnya adalah observasi untuk menilai peningkatan kemampuan siswa. Catatan ini berisi mengenai catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa yang dialami siswa secara individu sebagai pelengkap penilaian guru terhadap siswa terutama yang berkaitan dengan perilaku. Dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi data penelitian. Data yang diperoleh dari instrumen tersebut kemudian dianalisis dengan cara
kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, data yang diperoleh dianalisi secara kualitatif. Menurut Bognan (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 334) analisi data kualitatif dapat dilakukan dengan cara mengorganisasikan data yang kemudian dibuat kesimpulan untuk diceritakan kepada orang lain. HASIL DAN PEMBAHASAN Model guided writing memberikan solusi bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas menulis siswa, karena dengan model tersebut guru dapat mengetahui apa kelemahan siswa dan memberikan bimbingan bagi siswa berdasarkan kelemahan tersebut. Dengan demikian kemampuan siswa dalam menulis dapat ditingkatkan karena setiap kekurangan siswa dalam menulis akan diperbaikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model guided writing untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis petunjuk di kelas IV SD Negeri Gunungkuning. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemampuan menulis petunjuk siswa kelas IV meningkat pada tiap siklusnya. Aktivitas siswa dalam menulis petunjuk dinilai berdasarkan indikator komunikasi dan kerjasama. Hal tersebut karena dalam pembelajaran menulis dengan menerapkan model guided writing terdapat aktivitas yang menekankan pada komunikasi siswa dan kerjasama. Dengan demikian peneliti mengukur kedua indikator tersebut untuk menggambarkan aktivitas siswa dalam menulis petunjuk dengan menerapkan model guided writing. Pada siklus satu aktivitas siswa mengalami peningkatan baik dalam hal komunikasi maupun kerjasama pada tiap tindakan. Pada tindakan 1 nilai rata-rata aktivitas siswa dalam menulis petunjuk adalah 39,5. Kemudian pada tindakan 2, nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 47,5. Selanjutnya, pada tindakan 3 siklus pertama nilai rata-rata siswa adalah 55,6.
Maria Ulfah Finanjung. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Petunjuk Siswa Melalui Penerapan Model Guided Writing
Kegiatan yang dilakukan siswa pada tiap tindakan dalam satu siklus berbeda-beda, hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat mendapat ide mengenai apa yang hendak ia tulis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Alkhaidiah (dalam Abidin, 2012, hlm. 181) menyatakan bahwa menulis sebagai suatu proses menuangkan ide kedalam tulisan secara bertahap. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti membagi satu siklus kedalam tiga proses menulis yaitu pramenulis, menulis dan pasca menulis. Nilai rata-rata indikator komunikasi lebih rendah dibandingkan dengan kerjasama pada tiap tindakannya karena siswa belum berani untuk berpendapat, menjawab pertanyaan guru serta mengajukan pertanyaan secara mandiri. Rata-rata nilai indikator komunikasi yang diperoleh siswa pada tiap tindakan siklus satu adalah 1,08 pada tindakan pertama, 1,44 pada tindakan kedua, dan 1,7 pada tindakan ketiga. Kebanyakan siswa hanya berkomunikasi dengan temannya dan hanya sedikit siswa yang berani mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru secara mandiri. Rata-rata nilai indikator kerjasama siswa dalam aktivitas menulis teks petunjuk lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi dan meningkat pada tiap tindakannya. Hal tersebut dikarenakan siswa dapat membentuk kerjasama walaupun belum sepenuhnya membangun interaksi dalam kelompok. Rata-rata indikator kerjasama pada tiap tindakan siklus satu adalah 2,08 pada tindakan pertama, 2,36 pada tindkan kedua, dan 2,83 pada tindakan ketiga. Pada aktivitas kerjasama, ada siswa yang mendominasi kelompok dan ada pula siswa yang pasif dalam kelompok. Kekurangan tersebut peneliti catat dalam catatan lapangan atau anekdot untuk mengukur perkembangan siswa dalam aktivitas dan hasil belajar menulis petunjuk. kegiatan tersebut berdasarkan pada pendapat Clay (dalam Gibson, 2008, hlm. 91) “for writing behavior, anecdotal notes made both during and immediately after each lesson will help teachers know what aspects of instruction
have or haven't been appropriated by students.” Pada siklus dua, nilai rata-rata aktivitas siswa meningkat dibandingkan dengan siklus satu. Peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan siklus satu dan melakukan perbaikan terhadap kegiatan yang akan dilakukan pada siklus dua sehingga nilai aktivitas meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Perbaikan tersebut diantaranya memberikan penghargaan berupa bintang keberanian kepada siswa yang dianggap paling aktif pada setiap pertemuan. Penghargaan tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Maslow (dalam Sagala, 2006, hlm. 102) “bahwa tingkah laku manusia didorong oleh tujuh kebutuhan yang memotivasi siswa untuk melakukan sesuatu”. salah satunya adalah kebutuhan penghargaan. Dengan adanya penghargaan dari guru berupa pemberian bintang keberanian kepada siswa, siswa akan termotivasi sehingga berprilaku aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus dua aktivitas siswa mengalami peningkatan baik dalam hal komunikasi maupun kerjasama dibandingkan dengan siklus satu. Pada tindakan 1 nilai rata-rata aktivitas siswa dalam menulis petunjuk adalah 42,3. Kemudian pada tindakan 2, nilai rata-rata saktivitas siswa adalah 56,7. Selanjutnya, pada tindakan 3 siklus pertama nilai rata-rata siswa adalah 67,2. Dengan guru menunjukan bintang keberanian dihadapan siswa pada awal pembelajaran, motivasi siswa dalam belajar meningkat sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan siswa dalam berkomunikasi dikelas seperti dalam hal menjawab pertanyaan dan berpendapat. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat Pada siklus dua, rata-rata nilai komunikasi yang diperoleh siswa adalah 1,69 pada tindakan pertama, 2,12 pada tindakan kedua, dan 2,38 pada tindakan ketiga. Setelah guru meminta siswa untuk membagi tugas antar anggota kelompok,
Nama Jurnal, Vol. ..., Nomor ... Juni 2015 1-11
interaksi antar kelompok menjadi meningkat dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berinteraksi baik dengan kelompoknya, selain itu ada pula siswa yang masih mendominasi kelompok. Rata-rata nilai kerjasama siswa dalam menulis petunjuk adalah 2,17 pada tindakan pertama, 2,41 pada tindakan kedua, dan 3 pada tindakan ketiga. Selanjutnya, pada siklus tiga aktivitas siswa mengalami peningkatan baik dalam hal komunikasi maupun kerjasama. Pada tindakan pertama nilai rata-rata aktivitas siswa dalam menulis petunjuk adalah 57. Kemudian pada tindakan kedua, nilai ratarata aktivitas siswa adalah 67,18. Selanjutnya, pada tindakan ketiga siklus pertama nilai rata-rata siswa adalah 71,35. Pada siklus tiga ini, peneliti melakukan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya. Pada siklus sebelumnya siswa sudah berani menjawab pertanyaan guru dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu, namun masih banyak siswa yang belum berani berpendapat dan bertanya. Sehingga guru meminta siswa untuk melakukan permainan talking stick agar siswa berlatih berbicara melalui permainan. Kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pendapat Vygotsky (dalam Abidin, 2009, hlm. 35) yang menyatakan bahwa “bermain dapat digunakan sebagai sarana terbaik untuk mengembangkan mental dan sosial anak”. Dengan permainan, belajar akan lebih menyenangkan dan dapat meningkatakan rasa percaya diri anak untuk berkomunikasi di kelas. Dengan menggunakan permainan tersebut terutama pada tindakan pertama dan kedua, nilai rata-rata indikator komunikasi pada tindakan pertama siklus tiga adalah 1,96 , kemudian pada tindakan kedua adalah 2,37, dan tindakan ketiga adalah 2,48. Selanjutnya nilai kerjasama pada siklus tiga tindakan satu adalah 2,6, naik pada tindakan kedua menjadi 3, dan pada tindakan ketiga menjadi 3,41.
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap rata-rata tiap siklusnya sehingga diperoleh rerata nilai aktivitas pada siklus satu adalah 46,8. Meningkat pada siklus dua sebanyak 10,24 menjadi 57,04. Selanjutnya pada siklus ketiga meningkat sebanyak 9,36 menjadi 66,4. Adapun indikator menulis yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur hasil pembelajaran menulis petunjuk siswa dengan menggunakan model guided writing adalah isi, bahasa, dan teknik penulisan. Berdasarkan ketiga indikator tersebut, peneliti mengukur kemampuan hasil menulis petunjuk siswa dengan menggunakan model guided writing. Sebelum kegiatan belajar berlangsung, siswa dikelompokan terlebih dahulu berdasarkan kelemahan siswa dalam menulis. Hal ini karena untuk memudahkan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam menulis. Oczkus, L. D. (2007, hlm. 75) menyebutkan “salah satu langkah dalam mengajarkan pembelajaran menulis dengan menggunakan model guided writing yaitu membentuk kelompok sementara berdasarkan kelemahan-kelemahan siswa dalam menulis”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perolehan nilai hasil menulis siswa mengalami peningkatan baik pada aspek isi, bahasa maupun teknik penulisan. Pada tindakan pertama nilai rata-rata menulis petunjuk siswa adalah 49,71. Kemudian pada tindakan kedua, nilai rata-rata menulis siswa adalah 66,63. Selanjutnya, pada tindkan ketiga siklus pertama nilai rata-rata menulis siswa adalah 75,29. Pada indikator isi siklus satu, nilai ratarata yang diterima siswa adalah 2,25. Walapun merupakan rata-rata terbesar yang diperoleh siswa pada hasil pembelajaran menulis siklus 1, namun nilai yang diperoleh bukan merupakan nilai yang ideal. Siswa dapat menulis langkah-langkah petunjuk pembuatan mainan dengan menggunakan kalimat petunjuk yang jelas dan singkat, namun kurang logis. Kurang logis artinya langkah-langkah petunjuk yang dituliskan
Maria Ulfah Finanjung. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Petunjuk Siswa Melalui Penerapan Model Guided Writing
oleh siswa belum sesuai dengan langkahlangkah yang didemonstrasikan oleh guru. Padahal menurut Bowkett (2012, hlm. 112) “bahwa dalam menulis sebuah petunjuk, yang perlu diperhatikan adalah isinya yang jelas, langsung dan runtut”. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Hutchinson (2005, hlm. 22) “bahwa penulisan pada sebuah petunjuk haruslah jelas, mudah dimengerti dan memuat daftar perintah yang menunjukan langkah-langkah”. Kemudian nilai rata-rata indikator bahasa yang diperoleh siswa pada siklus satu adalah 2. Siswa rata-rata belum bisa memilih kata yang sesuai dan susunan kalimat yang benar. Hal tersebut karena siswa tidak terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sehingga merasa kesulitan untuk memilih kata yangakan ditulis. Selain itu kalimat yang dibuat siswa belum efektif karena masih banyak siswa yang menulis kalimat petunjuk dengan tidak singkat sehingga mengurangi keefektifan kalimat tersebut. Hal tersebut berdasarkan pendapat Wiyanto (2011, hlm. 48) “kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan singkat, lengkap dan mudah diterima oleh pembaca”. Apabila salah satu dari komponen tersebut tidak terpenuhi, maka mengurangi efektifnya sebuah kalimat. Indikator lainnya yang diukur oleh peneliti adalah teknik penulisan. Nilai ratarata yang diperoleh siswa pada aspek ini adalah 1,65. Siswa masih kurang dalam mengaplikasikan ejaan pada tulisan yang mereka buat walaupun tulisan yang dibuat sudah baik. Pada kegiatan menulis petunjuk siklus satu, siswa merasa kesulitan untuk menentukan apa yang hendak mereka tulis. Tidak sedikit siswa yang berdiskusi dengan temannya untuk menentukan apa yang hendak mereka tulis terlebih dahulu. Sehingga mereka memerlukan stimulus agar dapat menuangkan idenya kedalam tulisan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat B.F. Skinner (dalam Komara, 2014, hlm. 33) mengenai hubungan stimulus dan respon. Berdasarkan teori tersebut, guru bertindak
sebagai stimulus atau orang yang memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bimbingan. Bantuan tersebut berupa bimbingan pada anak sesuai dengan kekurangan yang dimilikinya dalam menulis petunjuk. Selanjutnya setelah melakukan refleksi pada siklus satu, peneliti memperbaiki hal tersebut untuk meningkatkan ketercapaian aspek isi dengan cara memilih topik petunjuk yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari siswa agar siswa mudah dalam mendeskripsikan langkah-langkah sesuai dengan apa yang didemonstrasi guru. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Komara (2014, hlm. 66) „bahwa penting untuk mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa karena belajar tidak hanya menjadi bermakna tetapi juga materi yang dipelajari akan tersimpan dalam memori siswa sehingga tidak mudah dilupakan‟. Selanjutnya guru membiasakan siswa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia pada pelajaran bahasa termasuk saat siswa akan minta ijin untuk keluar ruangan kelas, mereka harus menggunakan bahasa Indonesia agar siswa terbiasa dan mudah dalam memilih kata yang sesuai untuk digunakan dalam menulis teks petunjuk. pembiasaan tersebut didasari pada teori yang dikemukakan Pavlov (dalam Rakhmat, Budiman, & Herawati, 2006, hlm. 60) mengenai classical conditioning dimana stimulus yang diadakan berupa penggunaan bahasa Indonesia disertai dengan stimulus penguat yaitu guru yang hanya menjawab pertanyaan siswa yanng menggunakan bahasa Indonesia dan respon yang diharapkan timbul adalah siswa terbiasa berbahasa Indonesia sehingga tidak kesulitan dalam memilih kata untuk ditulis. Berdasarkan perbaikan yang dilakukan pada siklus dua, nilai rata-rata pembelajaran menulis petunjuk siswa tiap indikator mengalami peningkatan yang berbeda. Indikator isi mengalami peningkatan sebanyak 1,11 menjadi 3,36 pada siklus dua. Lalu indikator bahasa mendapat kenaikan
Nama Jurnal, Vol. ..., Nomor ... Juni 2015 1-11
sebesar 0,27 menjadi 2,27 pada siklus dua. Indikator teknik penulisan mengalami kenaikan sebanyak 0,35 menjadi 2. Walaupun demikian, hasil yang didapat bukan merupakan hasil yang ideal sehingga diperlukan perbaikan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada siklus tiga, peneliti Selanjutnya pada siklus tiga, rata-rata nilai hasil pembelajaran menulis petunjuk mengalami peningkatan pada tiap indikatornya. Indikator isi mengalami peningkatan 0,05 menjadi 3,41. Lalu nilai rata-rata indikator bahasa naik 0,855 menjadi 3,125 dan indikator nilai rata-rata teknik penulisan pada siklus tiga naik 0,5 menjadi 2,5. Berdasarkan uraian tersebut, nilai ratarata hasil menulis petunjuk yang diperoleh siswa mengalami peningkataan pada tiap indikatornya. Indikator yang memperoleh nilai rata-rata paling tinggi adalah ketepatan isi. Siswa dapat menulis teks petunjuk dengan menggunakan kalimat yang jelas, logis dan singkat. Pada Indikator bahasa, siswa sudah dapat memilih kata-kata yang tepat untuk ditulis walaupun masih salah dalam penulisan kalimatnya. Indikator terakhir adalah mengenai teknik penulisan, siswa sudah dapat menulis teks petunjuk dengan tulisan yang rapi walaupun masih belum tepat menggunakan tanda baca koma dalam tulisannya. Siswa perlu dilatih secara terus menerus agar dapat menulis sesuai dengan isi, penggunaan bahasa dan teknik penulisan yang tepat. Hal tersebut sejalan dengan Tarigan (2013, hlm. 9) yang menyatakan bahwa “menulis sebagai sebuah perkembangan yang dibentuk dari berbagai pelatihan keterampilan, pengalaman, pengajaran serta adanya kesempatan dan waktu”. Sehingga, agar hasil menulis siswa berkembang baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, diperlukan latihan secara terus menerus sehingga memberikan pengalaman siswa dalam menulis. Dengan demikian berdasarkan penjelasan tersebut, model guided writing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran menulis
petunjuk siswa kelas IV di SD Negeri Gunungkuning. Selanjutnya, keberhasilan penelitian juga didorong oleh pendapat Oczkus, L. D. (2007, hlm. xii) yang menyatakan bahwa “Guided Writing dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk mentransfer ide kedalam sebuah tulisan, menerapkan strategi dan kemampuan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan pembaca, dan menyusun tulisan mereka dengan tulisan yang bermakna”. Dengan adanya bimbingan atau dorongan dari guru kepada siswa, akan memudahkan siswa dalam membuat tulisan yang bermakna. Walaupun demikian, keberhasilan penelitian yang telah dilakukan masih memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut terletak pada segi aktivitas maupun hasil belajar. Dari aktivitas, siswa masih kurang aktif berkomunikasi sehingga guru perlu menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri kepada siswa agar memiliki inisiatif untuk berkomunikasi dalam kelas. Kelemahan dari segi hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran menulis petunjuk dengan menggunakan model guided writing adalah siswa merasa kesulitan dalam menentukan letak tanda koma pada tulisan yang mereka buat. Walaupun pada proses pembelajarannya siswa diberikan latihan dengan menentukan letak tanda koma pada sebuah kalimat dan hasilnya benar, namun ketika siswa mengaplikasikannya kedalam tulisan yang mereka buat, siswa masih kesulitan sehingga tidak jarang pada tulisan yang dibuat siswa tidak menggunakan tanda koma. Untuk menutupi kelemahan tersebut, jika akan diadakan penelitian tindak lanjut sebaiknya peneliti memadukan model pembelajaran menulis dengan teknik pembelajaran yang bervariatif sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki. Misalnya untuk meningkatkan keberanian siswa dalam berkomunikasi, peneliti dapat memadukan model guided writing dengan teknik permainan agar siswa berani berkomunikasi dengan suasana yang menyenangkan.
Maria Ulfah Finanjung. Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Petunjuk Siswa Melalui Penerapan Model Guided Writing
Selanjunya untuk meningkatkan hasil belajar siswa berupa penggunaan tanda koma pada tulisan yang mereka buat, hendaknya dipadukan dengan metode lain yang dapat melatih anak untuk terbiasa menggunakan tanda koma dalam tulisan yang mereka buat. KESIMPULAN Nilai rerata aktivitas siswa menulis petunjuk pada siklus satu adalah 46,8. Selanjutnya dilakukan perbaikan dari hasil refleksi, sehingga nilai rerata siswa meningkat menjadi 57,04. Selanjutnya setelah dilakukan perbaikan pada siklus ketiga, diperoleh hasil bahwa aktivitas siswa dalam menulis petunjuk meningkat menjadi 66,4. Hal tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam menulis petunjuk semakin baik karena mengalami peningkatan nilai rerata aktivitas pembelajaran menulis pada tiap siklusnya. Hasil pembelajaran siswa dalam menulis petunjuk dengan menggunakan model guided wriring mengalami peningkatan. Hal tersebut didasari oleh perolehan nilai siswa menulis petunjuk yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Indikator yang digunakan sebagai acuan adalah isi, bahasa, dan teknik penulisan. Nilai rata-rata hasil menulis yang diperoleh siswa pada siklus pertama adalah 49,71. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus dua, nilai rata-rata menulis siswa naik menjadi 66,63. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus tiga, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan kembali menjadi 75,29. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menulis petunjuk semakin baik karena mengalami peningkatan nilai ratarata hasil pembelajaran menulis pada tiap siklusnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa kemampuan menulis petunjuk siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran menulis guided writing. Berdasarkan hal tersebut, maka model pembelajaran menulis guided writing dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran menulis untuk
meningkatkan kemampuan menulis siswa di SD agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian ini direkomendasikan kepada guru agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran menulis kepada siswa sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran menulis yang ingi dicapai. Penelitian ini juga direkomendasikan kepada pihak sekolah agar penelitian ini dijadikan perhatian yang positif khususnya bagi pihak SD Negeri Gunungkuning sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Terakhir bagi peneliti selanjutnya untuk dapat memperhatikan langkah-langkah penerapan model guided writing dengan baik agar pembelajaran yang diberikan lebih bermakna dan mendapatkan hasil yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2009). Bermain. Bandung: Rizqi Press. Bowkett, S. (2012). Countdown to NonFiction Writing. New York: Routledge. Gibson, Sharon A. (2008). Guided Writing Lessons: Second-Grade Students’ Development of Strategic Behavior. Reading Horizons: Vol. 48: Iss. 2, Article 5. Hutchinson, E. (2005). Expository Writing. USA: Laurer Associaties Inc. Komara, Endang. (2014). Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: Refika Aditama Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosada Karya. Oczkus, L. D. (2007). Guided Writing: Practical Lesson, Powerful Result. Heinemann: Portsmount.
Nama Jurnal, Vol. ..., Nomor ... Juni 2015 1-11
Rakhmat, Budiman, & Herwati. (2006). Psikologi Pendidikan. (edisi kesatu). Bandung: Upi Press. Rooke, J. (2012). Transforming Writing: Interim Evaluation Report. London: National Literacy Trust. Sagala, S., (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta Sugiono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tarigan, H. (2013). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (edisi revisi). Bandung: Angkasa. The Ontario Ministry of Education. (2005). A Guided to Effective Intruction in Writing Kindergarten to Grade 3. Ontario: Ontario Education. Wiyanto, Asul. (2011). Terampil Menulis paragraf. Bandung: Grasindo.