Membangun Budaya Pengetahuan
Oleh
Fuad Gani, M.A. Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia 2008
Membangun Budaya Pengetahuan Pengetahuan dapat berbentuk pengalaman (pemahaman yang dalam, intuisi, atau pertimbangan berdasarkan pengertian yang dalam dalam mengenal situasi tertentu) atau konseptualisasi (mengetahui konsep penting dan teori mengenai displin, sistem atau keahlian tertentu) atau kemampuan analisa (kemampuan menghubungkan penyebab dan akibat, ketertarikan yang diikuti oleh prilaku, tujuan yang diikuti oleh dampak hasil) atau kemampuan menerapkan ( melakukan kembali atau melakukan yang baru) (The Sixth International Conference on Knowledge Culture & Change in Organisations Monash University Centre, Prato, Italy 11 – 14 July, 2006)
Pengetahuan bukan hanya yang bersifat formal atau sistematik seperti data kuantitatif, kodifikasi prosedur, dan prinsip universal tetapi juga yang berbentuk slogan, dan analogi dan arahan yang jelas. Pengetahuan baru selalu dimulai dari individu. Peneliti yang brilian dengan ketajaman pikirannya mampu membuat produk yang dipatentkan, intuisi seorang manajer mengenai situasi pasar yang mendorong penciptaan produk baru atau pengalaman dosen dalam memotivasi belajar mahasiswanya (Ikujiro Nonaka, Harvard Business Review on Knowledge Management: The Knowledge-Creating Company, 1998).
Pengetahuan individu ini dapat ditranformasi menjadi pengetahuan organisasi yang bermanfaat bagi semua anggota. Menjadikan pengetahuan individu tersedia bagi individu yang lain adalah hal yang utama dalam membangun budaya pengetahuan.
Ada dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan implisit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan implisit tersimpan di kepala individu seperti bagaimana menjadikan bahan makanan biasa menjadi makanan jadi atau masakan yang sangat lezat. Pengetahuan implisit sulit untuk didokumenkan atau dipelajari karena bersifat sangat personal seperti kemampuan para peguji rasa kopi di pasar kopi dunia atau para ahli tekstur daging sapi Jepang yang dapat mengetahui asal dan kualitas daging sapi. Akan tetapi bukan berarti pengetahuan implisit tidak dapat dibagikan.
Pengetahuan eksplisit mudah untuk dikodefikasi dan dapat berbentuk buku, manual kebijakan, dokumen perusahaan, laporan, software, pernyataan misi dan pangkalan data. Budaya pada prinsipnya adalah menyangkut dual utama yaitu sistem nilai dan prilaku kelompok. Sistem nilai tersebar dalam organisasi seperti penghargaan atau perhatian yang besar terhadap pelanggan. Prilaku kelompok adalah tindakan yang sering ditemukan pada suatu organisasi. Akan ada penghargaan jika orang melakukan prilaku baku dan sebaliknya ada sanksi jika tidak melakukannya.
Budaya Pengetahuan adalah seperangkat nilainilai dan prilaku terhadap pengetahuan. Bagaimana sebuah organisasi memberikan nilai dan memperlakukan pengetahuan adalah hal yang terpenting dalam membangun budaya pengetahuan.
Pada saat ini kita melihat bagaimana orang memperlakukan atau menilai pengetahuan: 1. 2. 3. 4. 5.
Pengetahuan adalah kekuasaan. Pengetahuan adalah aset berharga. Pengetahuan adalah sesuatu yang alamiah. Pengtahuan cepat kaduluarsa. Pengetahuan adalah milik individu yang harus dilindungi. 6. Pengetahuan perlu ditimbun.
Ada tiga isu budaya yang menyebabkan orang enggan berbagi pengetahuan menurut Greengard yaitu: 1. Orang enggan berbagi ide-ide terbaiknya karena mereka menilai bahwa berbagi ide terbaik akan mengurangi kesempatan untuk lebih unggul dari yang lainnya 2. Orang enggan memakai ide orang lain karena ketakutan terlihat kurang berpengetahuan atau mengalami ketergantungan. 3. Orang sering menganggap dirinya ahli dan lebih senang untuk bekerja sendiri
Merubah budaya menumpuk pengetahuan bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan langkah kondisi berikut ini: 1. Kepemimpinan yan kuat untuk mengarahkan dan menjadi tauladan serta dipercaya 2. Manajemen harus aktif mempromisikan keberhasilan untuk mendorong anggota organisasi untuk berpartisipasi dan berkontribusi 3. Harus ada proses atau rencana yang terdefinisi secara jelas yang dikomunikasikan kepada anggota organisasi. 4. Keberadaan alat seperti jaringan komputer yang memungkinkan anggota organisasi berbagi pengetahuan. 5. Menciptakan suasana saling percaya untuk berbagi pengetahuan. Kepercayan merupaka unsur fundemental dalam membangun budaya pengetahuan. 6. Memberikan penghargaan atau insentif kepada anggota yang mau berbagi pengetahuan
7. Memberikan penjelasan kepada anggota yang masih enggan berbagi pengetahuan tentang manfaat berbagi pengetahuan 8. Membentuk Community of Practices 9. Membangun Organisasi Pembelajaran agar anggota terus ingin belajar 10. Mengevaluasi kinerja 11. Memberikan toleransi bagi terjadinya kesalahan 12. Menempatkan kualitas ide lebih penting dari pada status sumbernya. Jika ide berkualitas datang dari seorang petugas kebersihan harus lebih dihargai dari pada yang datang dari manajer tapi tidak berkualitas. 13. Membangun semangat bekerja sama untuk hasil yang lebih baik
Membangun budaya pengetahuan adalah proses yang terus menerus dan dilakukan secara konsisten. Diperlukan waktu lama untuk menciptakan budaya untuk berbagi pengetahuan. Pembentukan budaya pengetahuan akan mendorong terjadinya kegiatan yang kreatif dan inovatif yang pada gilirannya akan menjadikan organisasi selalu terdepan dalam persaingan