BERBAGI KEMULIAAN HIDUP
Mengajari Anak Tekun Shalat
Bijaksana Menolak Lamaran
Bank Syariah Tak Syariah ?
MULIA | MELAHIRKAN GENERASI PEJUANG | NOPEMBER 2016 / SHAFAR 1438
MELAHIRKAN GENERASI PEJUANG
www.bmh.or.id
NOPEMBER 2016 / SHAFAR 1438
SALAM
S
Melahirkan Generasi Pejuang
iapa tidak bangga jika putra-putri kita kelak menjadi pejuang Islam? Semua orang tua menginginkan anaknya ahli ibadah, mendirikan shalat, memakmurkan masjid, peduli terhadap sesama, dan menjadi pionir dalam perubahan positif dan kemaslahatan umat. Demikian pula orang terdahulu berharap kebaikan bagi putra-putri mereka. Nabi Ibrahim ‘Alaihisssalam sampai berdoa setiap saat agar keturunannya menjadi orang-orang yang mendirikan shalat, menjadi pribadi yang shaleh.
الصا ِل ِح ْ َي ٌ َر ٌب َه ْب ِل ِم َن
«Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang shaleh.» (QS. Ash-Shaffat [37]: 100). Bahkan tatkala Allah telah memberikan jawaban bahwa dirinya akan diangkat sebagai imam (pemimpin) bagi seluruh manusia, Nabi Ibrahim juga berdoa, «(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.» (QS. Al-Baqarah [2]: 124). Kisah Nabi Ibrahim yang diuji Allah Subhanahu Wata’ala dengan lama tak memiliki keturunan meski usianya sudah tak
lagi bertenaga, sungguh sangat penting untuk dipahami oleh kaum Muslimin. Terutama, sikap Nabi Ibrahim sebagai ayah yang tak pernah letih dan lelah mendidik anak-anaknya agar memiliki karakter tauhid yang kuat di dalam kehidupannya. Meski demikian, beliau berdoa agar keturunannya menjadi orang shaleh, bisa menjadi pemimpin (teladan) dan pejuang dalam menegakkan ajaran Islam. Dari sini, para orang tua sudah bisa melakukan introspeksi diri. Apakah benar selama ini telah berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan sungguh-sungguh untuk kebaikan, bahkan agar anak-anaknya kelak menjadi orang yang shaleh, teladan di tengah umat (pemimpin) dan pejuang dalam menegakkan kebenaran? Lebih jauh, sudahkah kita selaku orang tua, berupaya sepenuh hati menanamkan nilai-nilai ketauhidan kepada anak-anak kita? Sehingga mereka memiliki mentalitas tangguh dalam keimanan, karakter yang positif dalam pergaulan, dan etos jihad (kesungguhan) dalam melakukan setiap amal kebaikan dan
adab-adab yang mulia laksana para ulama yang menerangi bumi dengan cahaya Islam? Allah Ta’ala berfirman;
َولۡ َيخ َۡش �ٱ َّ ِل َين ل َ ۡو تَ َر ُكو ْا ِم ۡن َخلۡ ِفه ِۡم ُذ ّ ِري َّ ۬ ًة ِض َع ٰـ ًفا خَافُو ْا عَلَيۡ ِ ۡم
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka.” (QS. An-Nisa [4]: 9). Lemah apanya? Tentu segala hal yang menjadikan jiwa mereka tidak merdeka dari penghambaan hanya kepada Allah, sehingga inferior mentalnya sebagai Muslim dan rela hidup dalam keadaan diperkuda hawa nafsu dan silau pada dunia. Mungkin di sini kita bisa sampaikan kepada anak-anak kita apa yang diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib, “(Nak), hendaknya tidak ada yang menggembirakanmu kecuali kebenaran dan tidak ada yang menakutkanmu kecuali kebatilan.” Semoga Allah ta’ala menjadikan anak-anak kita menjadi generasi Muslim yang tangguh.* |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
3
DAFTAR ISI
3
24
SALAM
6
SURAT PEMBACA
EDUKASI Nak, Jagalah Hak Allah
26
MAJELIS KELUARGA Hidup Mulia Dalam Dekapan Al-Qur’an
28
8
JENDELA Pernikahan Mubarakah
KOLOM IBU Mengajari Anak Tekun Shalat
32
SAKINAH Mengingatkan Kesalahan Suami
15
SOSOK Pendiri Pesantren Penghafal Qur’an Khusus Tuna Netra
36
KELAMBU Bijaksana Saat Menolak Lamaran
20
46
22
48
18
KOMIK
CERITA Kecerdasan Thufail Bin Amr Memudahkannya Menerima Islam
4 MULIA
|Shafar 1438/Nopember 2016
RUANG UTAMA Syuhada Sejati Tak Pernah Mati
SERBA-SERBI Empat Panglima Islam Penakluk Dunia FIQIH Pembiayaan Bank Syariah
50
ADABUNA Buang Hajat
52
RIHLAH Napak Tilas Rumah Guru Bangsa Hos Cokro Aminoto
55
ISLAM PESONA Jalaludin Rumi Ulama Sufi, Sastrawan Dan Inspirator Para Ilmuwan
62
MUTIARA Kemuliaan di Balik Cacian
64
QUOATE
66
FIGURA
DAFTAR ISI
68
KHAZANAH Polisi Pada Zaman Islam
70
DUNIA ISLAM Sinagog Marseille Menjadi Masjid
73
TAHFIDZUL QURAN Mahasiwa Termuda UNAIR yang Hafal Alqur’an
80
PROGRAM Cerdaskan Bangsa Dengan Berdayakan Anak Yatim Dan Dhuafa
84
LAPORAN BANJIR GARUT Peduli Bencana Nusantara Banjir Bandang Garut
86
DEDIKASI Paket Air Bersih bahagiakan Warga Kampung Cimacan
88
SINERGI Sinergi Berbagai Pihak
90
LIPUTAN KHUSUS Beasiswa Pendidikan Kader Dai Luar negeri
92
MUZAKKI
93 DOA
94
INSPIRASI Al Fatihah Selamatkan Karina Dan Bayinya Dari Banjir Bandang Garut
96
KREASI Hiasan Gantung
Susunan Redaksi
Penanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Fajeri, Abu Falah, Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya Madina Alamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax.
021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh. or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail. com SMS/WA. +62 822-3057-5647 |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
5
SURAT PEMBACA
Memahami Posisi Anak Bagi Orang Tua
F
akta yang tak terelakkan, anak bagi orang tua memiliki beberapa posisi. Pertama,mereka adalah amanah Allah. Layaknya amanah maka harus dijaga sesuai dengan kehendak pemberi amanah. Dalam hal ini, Allah memerintahkan setiap hamba-Nya untuk melindungi sanak keluarga dari api neraka. Inilah salah satu amanah yang dipikulkan di pundak orang tua. Yang kedua, anak adalah generasi masa depan. Untuk itu, menjadi tanggung jawab orang tua mendidik mereka agar menjadi pribadi saleh, sehingga mampu memberikan kemaslahatan bagi kehidupan di masa mendatang. Bukan sebaliknya, menjadi problem maker. Yang ketiga, anak adalah investasi akhirat. Salah satu amalan yang pahalanya terus mengalir meski jasad telah ditelan bumi adalah doa anak saleh. Dengan demikian, menjadi keniscayaan menghantarkan mereka menjadi pribadi yang berbudi luhur. Fakta-fakta inilah yang harus difahami, sehingga sebagai orang tua lebih serius memperhatikan proses pendidikan anak-anak. Sungguh anak-anak yang tercatat dalam tinta emas sejarah (Islam) tidaklah lahir dari orang tua yang acuh terhadap pendidikan si buah hati. Wallahu Alam. Sri Mutiara | Mataram
KPI dan Tontonan Tak Bermoral Televisi
P
erkembangan televisi sangat pesat. Nyaris semua rumah telah memiliki ‘kotak ajaib’ ini. Yang mengerikan, tayangan yang disajikan tv masih jauh dari nilai-nilai edukatif. Kalau pun ada, porsinya sedikit saja. Kebanyakan tayangan lebih menjadikan orang terbawa arus informasi yang disetting oleh kepentingan tv tersebut. Bahkan, lebih banyak menghibur dan menjadikan orang tak bermoral dari tontonan dan tayangan yang ada. Sebagai contoh, dari sejumlah stasiun televisi yang ada mereka memberikan tontonan berupa sinetron-sinotran yang muatannya percintaan, perkelahian, permusuhan dan karakter negatif lainnya. Tentu saja hal ini bisa mempengaruhi moral generasi bangsa. Sebab realitasnya, tak sedikit tontonan saat ini justru menjadi tuntunan generasi muda. Untuk itu, sangat diharapkan ketajaman ‘pisau’ KPI untuk selektif dalam menyeleksi tontonan-tontonan yang ada di layar kaca, demi keselamatan generasi bangsa* Khairul Mukmin | Purwokerto
6 MULIA
|Shafar 1438/Nopember 2016
JENDELA UTAMA
SUMBER : PIXABAY
pernikahan mubarakah “Hari gini nggak punya pacar, norak tau!” Demikian seloroh yang sering kita dengar di kalangan remaja. Bahkan tak sedikit pula lahir julukanjulukan yang isinya olok-olok bagi mereka yang memilih tidak berpacaran alias jomblo.
Jomblo, adalah istilah yang disematkan bagi anak muda yang tidak mempunyai ikatan hubungan dengan lawan jenis (baca pacar). Bahkan tak sedikit yang menuduh jomblo adalah ‘kutukan’ dan aib. Alih-alih menghindari cibiran, akhirnya tak sedikit anak muda terperangkap “teror” dan stigma menyesatkan itu dan memilih jalan maksiat.
8 MULIA
|Shafar 1438/Nopember 2016
Beginilah fenomena anak muda zaman sekarang. Zaman ketika kebenaran tidak menemukan tempat dan ketika memilih kebaikan ibarat memegang bara api. Benarkah tak pacaran dan jomblo itu tanda kurang gaul? Dan benarkah pacaran itu media untuk saling mengenal lebih dalam sebelum menikah? Jelas salah dan menyesatkan. Lihatlah apa yang terjadi dengan rumah tangga para artis atau publik figur negeri negeri ini. Bukankah mereka sudah pacaran bertahun-tahun lamanya, tapi akhirnya kandas membina rumah tangga. Sementara itu, tidak sedikit pasangan yang memilih pacaran setelah menikah. Mereka memutuskan berjodoh dengan cara islami, tanpa pacaran. Bahkan mengetahui profil calonnya hanya beberapa hari menjelang pernikahan. Sebagaimana terjadi pada Agustus 2016 lalu, dimana Pesantren Hidayatullah Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur menggelar Pernikahan Mubarakah. Pernikahan secara bersama yang sarat dengan proses yang Islami, mulai dari ta’aruf (pengenalan), penjajakan, nadzor (melihat calon), karantina, pembekalan sampai walimatul ursy. Seperti apa prosesnya? Jendela majalah Mulia edisi kali ini akan mengulasnya. Mari simak berikut.*/Fazeri
JENDELA UTAMA
Hindari Cerai Lewat Nikah Islami Sebenarnya bagaimana pernikahan yang Islami, apakah sama seperti pernikahan yang diselenggarakan khalayak pada umumnya?
A
da penampakan yang berbeda di Masjid ar-Riyadh Pesantren Hidayatullah, Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Ahad (7/08/2016) lalu. Puluhan pria duduk berdempetan di atas kursi berjejer di tengahtengah ruang utama. Mereka tampak seragam dengan gamis putihnya, dipadu songkok hitam dan bawahan sarung berkelir cokelat. Mereka adalah peserta Pernikahan Mubarakah Nasional Hidayatullah (PMNH) Balikpapan 2016. Pagi itu, sebanyak tiga puluh delapan mempelai pria akan melaksanakan prosesi ijab qabul, didampingi keluarga, panitia, penghulu, saksi, wali dan beberapa pihak terkait lainnya. Sedang, mempelai wanita berada di tempat berbeda yang tak jauh dari masjid.
Jamak diketahui, pesantren Hidayatullah sangat menjaga yang namanya hijab antara pria dan wanita. Dan begitulah memang tuntunan Islam yang sebenarnya. “Saya ikut nikah mubarakah karena prosesinya lebih sesuai syariat Islam. Terus, (calon) istri sudah sama-sama disiapkan untuk tugas dakwah, khususnya perintisan ke daerah-daerah,” kata Alumni PMNH Balikpapan 1992 Hanif Hanan kepada Mulia, akhir Agustus lalu. Mantan Pembantu Dekan di Universitas Merdeka Malang ini, tak merasa takut atau khawatir mendapatkan pasangan yang tak cocok atau sesuai harapan. Bahkan, akunya, ia sebelumnya tak pernah mengenal sama sekali calon pasangannya (sekadar melihat
wajahnya melalui foto yang ditunjukkan oleh panitia). “Saya percaya kepada tim perjodohan yang terdiri dari asatidz (para ustadz) yang amanah dan mempertimbangkan segala sesuatunya dari berbagai aspek. Tentu, mereka (para asatidz) jauh lebih obyektif dan arif dari pada saya (memilih jodoh sendiri),” ujar Ketua Pembina Pesantren Hidayatullah Jember dan Semarang ini. Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah yang mengaku sudah menjalani bahtera rumah tangga selama 24 tahun ini semakin yakin, ketika seseorang memilih pasangan dengan lebih mengutamakan soal agama sebagaimana petunjuk Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam, maka Allah pun |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
9
JENDELA UTAMA akan memudahkannya untuk meraih keluarga yang Sakinah Mawadah Warahmah.
Proses Sesuai Syar’i Ketua Umum Hidayatullah Nashirul Haq menjelaskan, pernikahan Islami adalah pernikahan yang dilakukan dengan berdasar kepada tuntunan ajaran Islam. Prosesnya harus sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam. Pertama, ta’aruf (baca: penjajakan) bertujuan untuk mengenal latar belakang dan kepribadian calon pasangan demi memastikan akidah, akhlak dan ketekunan ibadah serta hal-hal prinsip lainnya. “Proses ta’aruf tak boleh melanggar ketentuan syariat, seperti tidak boleh pacaran, menjalin hubungan asmara atau komunikasi yang melampaui batas sebelum menikah. Proses ta’aruf bisa diwakilkan kepada orang lain yang kita percaya, misalnya keluarga, kerabat, ustadz atau orang yang punya kedekatan dengan sang calon,” imbuhnya. Ketika proses ta’aruf, ada yang namanya nazar (melihat calon pasangan). Dalam pernikahan mubarakah proses nazar ini
10 MULIA
masih sangat dibatasi. Kebanyakan peserta mempercayakan sepenuhnya kepada Steering Commitee yang terdiri dari beberapa sesepuh dan pembina. Kecuali jika ada peserta yang memiliki kekurangan khusus dalam hal fisik, panitia akan menyampaikan langsung kepada calon pasangannya untuk minta persetujuan. “Nazar hukumnya boleh, tapi tidak harus dan bukan wajib. Tidak ada hubungannya dengan sah tidaknya sebuah pernikahan. Nazar juga dapat diwakilkan kepada orang lain yang dipercaya,” terang Nashirul yang juga Steering Commitee PMNH 2016. Setelah itu, lanjut Nashirul, lamaran dari peserta laki-laki kepada wali perempuan. Dalam nikah mubarakah, pelamaran dilakukan pihak panitia kepada wali atau keluarga pihak perempuan. Kalau walinya menerima, maka keduanya akan didaftarkan serta diproses administrasinya di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Baru kemudian akad nikah (ijab dan qabul) dengan walimatul ursy seluruh peserta digelar secara bersamaan. Dan turut mengundang dari berbagai kalangan mulai pejabat, ulama, tokoh, keluarga
|Shafar 1438/Nopember 2016
mempelai, santri, warga pesantren hingga masyarakat umum. Ikhtiar ini dilakukan untuk mensyiarkan pernikahan yang Islami dalam bingkai PMNH Balikpapan. “Dalam prosesi akad nikah, ayah atau wali perempuan dipersilakan menikahkan secara langsung ataupun diwakilkan kepada penghulu,” jelas Nashirul menambahkan. Ketua Pelaksana PMNH Balikpapan 2016 Abdurrohim Syamsu mengatakan, setelah peserta mendaftar secara ikhlas pada panitia Steering Comitee yang diketuai langsung oleh Pimpinan Umum Hidayatullah. Maka, mereka wajib mengikuti karantina selama dua pekan yang kegiatannya bersifat indoor (dalam ruangan) maupun outdoor (di luar ruangan). Di sela-sela proses karantina itulah Steering Comitee akan mewawancarai peserta secara maraton baik putra maupun putri untuk mengecek kembali pemahaman keislaman dan kelembagaan, serta menanyakan kriteria yang diinginkan dan meneguhkan kesiapan mental mereka untuk menerima dengan ikhlas jodoh yang telah dipilihkan. Proses penjodohan dilakukan melalui
JENDELA UTAMA musyawarah bahkan bisa berlangsung hingga puluhan kali untuk mempertimbangkan berbagai aspek dari calon mempelai, dengan melihat bibit, bobot, dan bebetnya. Seraya diikuti oleh istikharah dan permohonan doa melalui shalat Tahajjud seluruh panitia Steering Comitee. “Setelah pasangan pasti semua, kedua belah pihak tandatangan persetujuan dengan memperlihatkan foto masing-masing calon pasangannya. Tetapi, tak jarang ada peserta yang berubah pikiran dan minta pasangannya diganti, karena ketidaksiapan menerima calon yang telah dipilihkan. Nah, ini membuktikan bahwa pernikahan mubarakah tidak ada unsur paksaan,” terang Ketua STIS Hidayatullah
Balikpapan. Abdurrohim menambahkan, pernikahan mubarakah adalah proses ikhtiar panjang, sebab setelah akad nikah dan walimatul ursy selesai, Steering Comitee masih memiliki tugas dalam memadupadankan pemahaman agama, rasa, egosentrisme pribadi serta penyesuaian diri terhadap proses pembinaan keluarga seluruh peserta. Menjadi Solusi Pengelola Adiministrasi Kepenghuluan KUA Balikpapan Timur, Rukman Badruddin, mengapresiasi dan menyambut positif gelaran PMNH Balikpapan yang diselenggarakan setiap setahun sekali itu. Bahkan, katanya, pernikahan mubarakah
yang Islami ala PMNH Balikpapan disebutsebut mampu menjadi solusi untuk mengurangi tingkat perceraian yang tinggi di Balikpapan, Kalimantan Timur. “Peristiwa cerai hidup di Kota Balikpapan tercatat kurang lebih sekitar 1.700-an dari 4.000an kasus perceraian selama 2015. Jumlahnya tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,” paparnya yang juga hadir dalam PMNH Balikpapan 2016. Menurutnya, kasus perceraian yang tinggi didominasi keluarga yang proses pernikahannya jauh dari tuntunan syariat Islam, bahkan tak sedikit dari mereka berpacaran bertahun-tahun lamanya sebelum menikah. Nashirul mengungkapkan, PMNH Balikpapan sendiri sudah rutin digelar (setahun sekali) sejak awal berdirinya Hidayatullah. Diperuntukkan bagi santri dan kader yang sudah layak dan siap menikah. Sebab, selanjutnya mereka akan ditugaskan ke seluruh pelosok negeri untuk mengemban amanah dakwah maupun tarbiyah. “Bahkan, jumlah pesertanya pernah mencapai 100 pasang,” ujarnya.
Nopember 2016/Shafar 1438
|MULIA
11
JENDELA UTAMA
Bekal mengarungi bahtera keluarga Setiap peserta pernikah mubarakah wajib mengikuti pembekalan materi, kecuali bagi mereka yang memang sedang udzur syar’i.
P
embantu Umum PMNH Balikpapan 2016, Masykur Suyuti, mengatakan untuk lokasi karantina dan pembekalan materi antara peserta putra dengan putri PMNH Balikpapan 2016 berbeda. Adapun materi yang sifatnya outdoor adalah terlibat dalam pekerjaanpekerjaan fisik untuk menguji ketahanan fisik dan komitmen peserta terhadap lembaga sebagai amal jama’i di Hidayatullah. Sementara untuk materi indoor meliputi:
Fikih Pengantin
Dalam materi ini, dibahas banyak hal di antaranya tentang kewajiban suami istri,
12 MULIA
bekal menjadi suami istri (pejuang dakwah), tips-tips untuk menjadi suami istri yang baik, amalan-amalan sunnah yang bisa dikerjakan oleh suami istri, mengenali karakter suami atau istri dan lain sebagainya.
Malam Pertama yang Sesuai Syar’i Perihal yang paling mendebarkan bagi setiap pengantin baru adalah malam pertama. Dalam Islam ada adab-adab yang harus dikerjakan suami istri saat malam pertama antara lain, membaca doa sebelum melakukan hubungan suami istri, suami tidak diperbolehkan menggauli istri melalui
|Shafar 1438/Nopember 2016
‘jalur belakang’ dan sebagainya. Adabadab inilah yang harus dipahami calon pengantin.
Menikah Dalam Tinjauan alQur’an
Bagi orang beriman, menikah sebagai kebutuhan pribadi dan juga berfungsi sosial. Hal itu tersirat dalam al-Qur’an surat al-Furqan ayat 74. Selain itu, keluarga juga bisa berfungsi untuk melahirkan pemimpin bagi orang yang beriman. Sementara itu, untuk mencetak seorang kader pemimpin, keluarga harus bisa melahirkan generasi Qurratu a’yun. Inilah penekanan dalam
JENDELA UTAMA pembahasan materi menikah dalam tinjauan al-Qur’an.
Pendidikan Anak dan Keluarga
Keluarga atau rumah tangga harus disadari sebagai institusi pendidikan. Bukan sekadar tempat berkumpul beberapa anggota keluarga saja. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan paling utama. Sedang, tujuan utama pendidikan anak dalam keluarga adalah menjaga mereka dari ancaman siksa api neraka (QS: at-Tahrim ayat 6). Konsep inilah yang harus dipahamkan kepada peserta atau seluruh calon pengantin di luar nikah mubarakah.
Menikah dalam Konteks Dakwah Berjamaah Bagi seorang kader dakwah, menikah harus diniatkan untuk kepentingan tugas dakwah dan agama. Untuk mencapai itu, dibutuhkan ketaatan dalam konsep kepemimpinan dan imamah dan berjamaah. Kesadaran pernikahan dalam konsep berjamaah juga akan meminimalisasi interest pribadi dalam proses pernikahan, penjodohan dan sebagainya.
Menikah adalah Tangga Menuju Peradaban
Peradaban Islam tercermin dari miniatur masyarakat Islam atau perkampungan Islam. Sedang cikal bakal masyarakat Islam berasal dari sekumpulan keluarga Islami atau rumah tangga yang terhimpun dari pribadi Muslim dan Muslimah yang mengikat diri dalam sebuah akad pernikahan Islami. Pemahaman seperti ini harus dipahami semua peserta pernikahan mubarakah.
Undang-Undang (UU) Pernikahan
Materinya seputar sosialisasi UU Pernikahan, mulai dari batasan umur, kelengkapan berkas administrasi, pendataan wali nasab yang bisa hadir, pendataan wali hakim bagi yang walinya berhalangan
dan sebagainya. Termasuk juga, sosialisasi kebijakan soal suntikan TT bagi mempelai putri. Intinya, menjelaskan kepada peserta dan masyarakat bahwa pernikahan mubarakah tak berbeda dengan pernikahan yang dikenal masyarakat baik dari segi hukum dan administrasi.
Berbagai Tips dan Wawasan Tentang Manajemen Keluarga
Selain materimateri di atas, masih banyak hal yang harus dipahami dan diamalkan seluruh peserta pernikahan mubarakah antara lain; manajemen ekonomi rumah tangga, tips-tips menjaga kesehatan, mengenali problematika keluarga dan bagaimana tips-tips mengatasinya, the beginning of life dan sebagainya.*
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
13
SOSOK
Ahmad Joni Wattimena
Pendiri Pesantren Penghafal Qur’an Khusus Tuna Netra Ia tak ingin para penyandang tunanetra yang sudah buta secara fisik di dunia, ‘buta’ iman saat di akhirat
P
agi itu, Joni berlari sekencangkencangnya. Bocah Kelas 1 SD ini berharap menjadi juara dalam lomba lari yang digelar sekolahnya. Namun, apa daya tak sampai. Ia malah terpeleset, lalu jatuh tersungkur. Pelipis kanannya menghantam pohon hingga berdarah. Bahkan mata bagian kanan yang semula normal, tak bisa untuk melihat.
Musibah dan takdir Allah menjadikan Joni harus menerima sebagai seorang tunanetra. “Sedih juga, tapi karena semua teman di asrama juga tunanetra, saya nggak terlalu baper (terbawa perasaan),” kata Joni saat ditemui MULIA di Yayasan Raudlatul Makfufin Serpong, akhir September lalu. Sejak kecil Joni
tumbuh dan besar di lingkungan panti asuhan hingga tak pernah mengenal siapa kedua orangtuanya. Yang ia tahu hanya informasi mengenai asal usul ayah dan ibunya, dari selembar berkas yang disimpan pengurus panti. “Ibu asli Surabaya, ayah asli Ambon. Dua-duanya nonMuslim”. Saya sendiri waktu di panti aktif |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
15
SOSOK kegiatan di gereja. Tapi, Alhamdulillah, menginjak dewasa saya mendapat hidayah untuk memeluk agama Islam,” kenang ayah dari tujuh anak ini.
Dapat Hidayah
Sebagai tunanetra, pria bernama lengkap Ahmad Joni Wattimena memahami betul kesulitan yang diderita mereka yang memiliki keterbatasan serupa, terutama dalam hal memahami agama Islam dan membaca al-Qur’an. Sebab itu bersama seorang karibnya, Halim Soleh (Alm), ia merintis sebuah pesantren khusus bagi tunanetra di bawah Yayasan Raudlatul Makfufin yang kini beralamatkan di Jalan Raya Puspitek, Nomor 10A, RT/RW 02/05, Gang Rais, Kampung Jati, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten, Jawa Barat. Lembaga ini ia dirikan sebagai taman pendidikan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan agama Islam bagi penyandang tunanetra Muslim. Apalagi, kebanyakan tunanetra di Jakarta berasal dari keluarga miskin. Jika pun ada yang mapan, bisa dihitung dengan jari. Joni mengenal Halim sejak tinggal
16 MULIA
di panti asuhan Jogjakarta. Keduanya sama-sama aktivis tunanetra membuat keduanya akrab. Yang membedakan, saat itu Joni belum Muslim. Tahun 1970 Joni hijrah ke Jakarta. Ia sempat mengenyam Sekolah Pendidikan Guru (SPG), kemudian, menggeluti dunia pekerjaan dari 1972 sampai pertengahan 1974. Ia masuk Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Hanya saja tak sampai wisuda. Tapi ada momen bersejarah baginya, ia masuk agama Islam menjelang akhir tahun tersebut. “Ternyata, almarhum mendengar kalau saya masuk Islam. Beliau pun mencari saya. Alhamdulillah, Allah mempertemukan kita lagi setelah sekian tahun pisah. Kita sering ngobrol, terlebih waktu kita sama-sama mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Lebak Bulus,” ujarnya bahagia. Sejak dibentuknya yayasan ini, keduanya menyisihkan waktu, tenaga, harta, dan pikirannya untuk membina para tunanetra Muslim. Dari pertemuan yang intens inilah muncul ide untuk mendirikan Yayasan Raudlatul Makfufin. Pria kelahiran
|Shafar 1438/Nopember 2016
Surabaya, 12 November 1949.
Tak Ingin Buta Dunia-Akhirat
Menurut Joni, mendirikan yayasan ini dengan satu filosofi sederhana. Pria kelahiran Surabaya, 12 November 1949 ini tak ingin para penyandang tunanetra yang sudah buta secara fisik di dunia, ‘buta’ iman di akhirat. “Filofosinya sederhana. Penyandang tunanetra sudah menderita di dunia dengan kebutaan, jangan sampai di akhirat mereka menderita juga karena tak memiliki bekal iman. Di dunia kita masih bisa minta tolong sama orang. Tapi, kalau sudah di akhirat kita mau minta tolong siapa?” urainya panjang. Langkah pertama ditempuh Joni dengan menggelar pengajian keliling sebulan sekali. Tempatnya berpindahpindah dari satu masjid ke masjid lainnya. Jamaah adalah keluarga kurang mampu yang datang dari berbagai daerah, meliputi Jakarta, Bekasi, dan Tangerang. Seiring berjalannya waktu, yayasan terus berkembang. Tahun 1983, yayasan secara resmi didaftarkan ke notaris. Kantor
SOSOK sekretariatnya memanfaatkan rumah Halim Soleh, sekaligus sebagai tempat pengajian. Programnya juga bertambah seperti baca tulis al-Qur’an. “Waktu itu kita cukup kesulitan karena al-Qur’an braille masih sangat terbatas,” ungkap Joni. Setelah resmi terdaftar, mereka mendapat pinjaman tempat dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah di Ciputat, Tangerang Selatan. Tapi kemudian muncul ketentuan yang melarang menggunakan aset negara oleh pihak lain, yang memaksa Joni berpindah tempat. Syukur, di kemudian hari yayasan ini mendapat tanah wakaf di Serpong. Bangunannya dibuatkan oleh UIN. Sejak saat itu (2010), mereka dapat berkegiatan dengan tenang. Para santri tunanetra yang ikut serta juga semakin bertambah. Sebagian pergi-pulang setiap akhir pekan, sebagian lagi tinggal di asrama. Selain pendidikan agama Islam, yayasan juga mengajarkan cara membaca al-Qur’an. Kendalanya, mereka sulit memperoleh al-Qur’an dengan sistem tulisan braille. Kalau pun tersedia di pasar, harganya
tak terjangkau. Saat itu mereka hanya bisa mengandalkan pinjaman alQur’an Braille dari Kemenag yang harus dikembalikan setelah beberapa tahun dipakai. Meski demikian, asa pengurus untuk mewujudkan Al-Qur’an Braille tak pernah surut. Berbagai cara tempuh, termasuk dengan mengetik ulang al-Qur’an cetak, lalu mengubahnya menjadi huruf braille dalam bentuk soft copy. Proses ini ternyata sulit, memakan waktu sangat lama. Pasalnya, kegiatan ini harus dilakukan orang yang awas penglihatannya, sekaligus menguasai bahasa Arab dan mengerti huruf braille. Akhirnya, Joni bertemu dengan teman anaknya yang lulusan pondok pesantren dan punya pengetahuan keagamaan yang bagus, tetapi tidak mengerti huruf braille. ”Saya putuskan untuk merekrutnya dan kami didik agar memahami huruf braille. Setelah ia menguasai huruf braille, proses pembuatan soft copy pun berjalan lancar,” katanya. Usaha membuat AlQur’an Braille digarap Yayasan Raudlatul Makfufin sejak 1996. Namun, mereka baru
bisa benar-benar mencetaknya sendiri tahun 2000 dengan mesin cetak sendiri. Hal itu bisa berlangsung berkat bantuan mantan Presiden Habibie. Untuk mencetak Al-Qur’an Braille tidak murah. Saat ini, ongkos cetak untuk satu set Al-Qur’an Braille yang terdiri atas 30 juz bisa mencapai Rp 1,7 juta. Karena ongkos cetak mahal, yayasan baru mencetak AlQur’an Braille kalau ada penyandang dana yang membiayai. Sampai saat ini daftar permintaan Al-Qur’an Braille masih sangat banyak, sementara kapasitas percetakan masih terbatas. Yayasan hanya memiliki satu mesin cetak besar yang dapat mencetak 3-4 set AlQur’an Braille dan satu mesin cetak kecil yang dapat mencetak satu set Al-Quran Braille per hari. ”Sejauh ini kami sudah mencetak setidaknya 3.000 set alQur’an yang dibagikan secara gratis. Masih banyak yang menunggu untuk mendapatkan Al-Qur’an Braille, baik yayasan maupun perorangan,” tutupnya. Siapa mau ikut menjadi penyelamat ‘kebutaan’ mereka?*/ Fazeri
Nopember 2016/Shafar 1438
|MULIA
17
KELAMBU
Bijaksana Saat Menolak Lamaran Oleh: Endang Abdurrahman
Ust. Endang Abdurrahman
Pengasuh PP Hidayatullah Bandung-Jabar
Assalamu’alaikum Warahmalullah wabarakatuh Saya Khairuddin. Saat ini sedang menunggu kedatangan pria yang menyukai putri pertama saya. Masalahnya putri saya tidak menyukai pria itu. Setelah saya selidiki, saya sendiri mengetahui ketidakbaikan pria itu. Namun saya tetap memberi kesempatan kepada pria itu untuk datang ke rumah sebagai penghormatan dan silaturahmi
18 MULIA
saja. Permasalahan yang muncul adalah, bagaimana saya menyampaikan penolakan yang benar dan bijaksana, tidak menimbulkan ketersinggungan, sehingga kekeluargaan tetap terjaga. Mohon bantuan dan sarannya. Terima kasih sebelumnya.* Wassalamu’alaikum Warahmalullah wabarakatuh
Jawaban Wa’alaikumsalam Warahmalullah wabarakatuh Bapak Khairuddin yang dirahmati Allah. Saat bahagia sekaligus menegangkan bagi seorang ayah adalah saat putrinya beranjak dewasa, terlebih saat memasuki jenjang pernikahan. Dikatakan bahagia karena tugas mendampingi hingga
|Shafar 1438/Nopember 2016
usia dewasa adalah upaya yang tidak ringan. Menegangkan, karena sesungguhnya tugas belum selesai, hingga ada seorang suami yang sungguh mampu melanjutkan tugas pendampingan hingga mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini juga yang saat ini sedang Anda alami. Mengetahui ada ketidakbaikan pada pria yang akan melamar putri Anda, adalah baik. Sedangkan keinginan untuk menjaga kualitas silaturahmi serta menghormati dalam menjalin persaudaraan adalah hal terbaik yang Anda miliki. Perlu Anda pertimbangkan, semoga–hal buruk dari pria itu bukan karena ketaatannya pada Islam. Rasa tidak suka terhadap sesuatu sifat, perangai atau penampilan seseorang, adalah manusiawi. Anda dan putri Anda tentu mengharapkan
KELAMBU pasangan yang menyejukkan pandangan. Sehingga, jika rasa tidak suka itu ada dalam diri Anda dan putri Anda, tidak bersalah. Berbeda bila Anda tidak suka kepada pria itu karena ketaatan dan komitmennya kepada Islam, maka hal ini ada resikonya, karena bisa menghapus amal dan menggiring Anda kepada kekufuran. Firman Allah; “Orangorang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah, lalu Allah menghapuskan amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 8-9) Bapak Kahiruddin, memang sangat sulit jika kita berbicara tentang penolakan lamaran pernikahan dengan tidak menyakiti hatinya. Karena faktanya, setiap penolakan tentu menimbulkan rasa kecewa, meskipun penolakan itu dengan cara yang lembut. Maka, hadapilah permasalahan ini dengan tawakal kepada Allah Subhanahu Wata’ala, lakukan shalat istikharah dan bersabarlah. Sebagai saran dan masukan,
berikut ini beberapa langkah dalam pelaksanaannya; Pertama, sebelum Anda mengambil keputusan, Anda perlu bertanya kembali dan berdiskusi dengan putri Anda tentang rencana kehidupan masa depannya. Jika putri Anda benar-benar berfikir jika nantinya ketika dia bersama pria tersebut khawatir tidak bisa menemukaan kebahagiaan, maka jadikan itu sebagai alasan tegas yang akan Anda sampaikan. Jangan Anda biarkan ada rasa yang mengganjal dalam hati Anda dan putri Anda. Kedua, berikan penjelasan dari alasan Anda menolak lamarannya dengan bahasa yang baik dan sopan. Coba perhatikan keterangan berikut; Dulu ada seorang sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang dikenal keshalihannya. Namanya Tsabit bin Qais yang menikah dengan Jamilah binti Abdillah. Suatu ketika Jamilah melihat suaminya berjalan bersama sederetan para sahabat. Dia terheran, tidak ada lelaki yang lebih jelek daripada suaminya. Hingga dia merasa tidak tahan untuk bersama Tsabit karena takut tidak bisa menunaikan
hak suaminya. Lalu dia lapor kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. “Ya Rasulullah, Tsabit bin Qais saya sama sekali tidak menemukan kejelekan akhlak dan agamanya, namun saya khawatir kufur dalam Islam. (HR. Bukhari). Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menyuruh istrinya untuk mengembalikan maharnya, lalu Tsabit diminta menjatuhkan talak untuknya. Ketiga, sampaikan penolakan Anda dengan jelas dan tidak memberikan harapan. Buatlah keputusan yang tegas namun tetap sopan kepada pria tersebut dan keluarganya. Firman Allah; “Perkataan yang baik dan pemberi maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. AlBaqarah: 263) Demikianlah saran dan masukan, semoga bermanfaat. Hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala kita panjatkan harapan dan permohonan kita, semoga menerima amal kebajikan kita dan mengampuni semua kesalahan kita. Aamiin. Selamat berjuang, wallahu a’lam.* |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
19
EDUKASI
September 2016
|MULIA
23
CERITA
Kecerdasan Thufail bin Amr Memudahkanya Menerima Islam
N
amanya Thufail bin Amr, dari Suku Daus. Keluarganya terhormat dan mulia. Ia dikenal cerdas dan sangat pandai bersyair. Thufail sering berkunjung ke Makkah, terutama saat pertemuan para penyair di Pasar Ukadh. Tempat itu merupakan pertemuan berkumpulnya manusia untuk lomba adu kebolehan dan kepandaian bersyair. Ketika itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam telah mulai berdakwah. Namun orang-orang Quraisy berusaha menghalanginya. Suatu saat Thufail berkunjung ke Makkah. Kaum Quraisy takut jika
22 MULIA
Thufail sampai bertemu Rasulullah Muhammad. Mereka cemas jika Thufail masuk Islam dan berada di basihan Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Karena itu, mereka selalu melindungi dan menyediakan berbagai kesenangan untuk menjaga Thufail agar tidak tertarik menemui Muhammad “Thufail, Muhammad memiliki ucapan laksana sihir. Ucapannya dapat menceraikan hubungan persaudaraan. Antara anak dengan bapaknya, suami dari istrinya. Ucapannya sangat menakjubkan. Kami sangat cemas terhadap dirimu. Janganlah kamu dengarkan apa
|Shafar 1438/Nopember 2016
katanya!,” demikian pesan Kaum Quraisy. Bukannya menuruti permintaan kaumnya, Thufail malah penasaran. Ia justru ingin sekali bertemu dengan Muhammad. Namun itu tak mudah baginya. Suatu saat Thufail bercerita, “Mereka selalu membuntutiku. Aku hampir saja membatalkan maksudku untuk menemui dan mendengarkan ucapan Muhammad.” “Baiklah aku akan pergi ke Ka’bah, kututup telingaku dengan kapas. Agar bila ia berkata, aku tidak mendengar perkataaannya,” kata Thufail guna meyakinkan orang-
CERITA
orang Quraisy. Ketika Thufail di dekat Ka’bah, dia melihat Rasulullah Muhammad sedang shalat. Maka Thufail kemudian berdiri di dekat Nabi Muhammad. Ternyata Allah berkehendak lain. Thufail mendengar sebagian perkataan Nabi Muhammad dalam shalatnya. “Oh bagus sekali kalimat-kalimat itu!” kata Thufail. Thufail berkata dalam hati, “Demi Allah! Aku ini orang yang pandai dan jadi penyair. Aku mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk. Apa salahnya jika aku mendengarkan perkataan laki-laki itu? Jika perkataannya baik, dapatlah kuterima. Jika perkataannya buruk dapatlah kutinggalkan.” Thufail mengikuti Muhammad pulang ke rumahnya. “Wahai Muhammad! Kaummu telah menakut-nakuti aku tentang dirimu hingga aku menutupi telingaku dengan kapas agar tidak mendengar perkataanmu. Tapi Allah menghendaki aku mendengar ucapan yang baik darimu. Maka jelaskan kepadaku urusanmu itu!” Setelah mendengarkan keterangan Muhammad, Thufail akhirnya masuk
Islam. Hatinya yang bersih dan otaknya yang cerdas menjadikan Thufail mudah menerima kebenaran Islam. Cahaya Al-Quran menembus kegelapan hatinya. Kini hatinya terang benderang dengan cahaya iman. “Wahai Rasulullah! Aku ini seorang yang sangat ditaati kaumku. Aku akan pulang dan menyeru mereka untuk masuk Islam. Maka doakanlah aku,” ujar Thufail. Nabi pun mendoakannya. Sesampai di kampung halamannya, ia mengajak semua keluarganya memeluk Islam. Ia juga mendakwahi seluruh penduduk Daus. Sayangnya, mereka menolak Islam kecuali Abu Hurairah. Sementara kaumnya malah menghina dan mengucilkannya. “Wahai Rasulullah! Saya kelabakan menghadapi riba dan perzinaan yang merajalela di Desa Daus. Mohonkanlah kepada Allah agar Ia menghancurkan Daus,”ujar Thufail. Rasulullah berdoa dengan doa yang menggugah keharuan. “Ya Allah, tunjukilah orang-orang Daus dan bawalah mereka ke sini setelah menganut
Islam.” Doa itu terkabul. Suku Daus pun datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dalam keadaan Islam. Mereka terdiri 80 kepala keluarga disertai anggota keluarganya.
Hikmah
Ada empat pelajaran istimewa dari kisah Thufai ini:
Pertama, seorang anak yang cerdas dan baik akan dihargai oleh sekitarnya, seperti Thufail dengan kaumnya. Kedua, semakin cerdas seseorang, ia akan semakin mudah memahami kebenaran ajaran Islam. Ketiga, setelah seseorang memahami Islam, ia harus mengajarkannya kepada orang lain, agar orang lain selamat serta ia mendapat pahala yang besar dari Allah. Keempat, Rasulullah Muhammad adalah orang sabar dan bukanlah seorang pendendam. Sebagai buktinya penolakan suku Daus tidak menjadikan beliau marah. Tetapi justru mendoakannya.*/ Dikutip dari buku Mahir Mendongeng karya Kak Bimo |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
23
EDUKASI
Nak, Jagalah Hak Allah!
SUMBER: PIXABAY
J
ika anak tak mengenal siapa dirinya, tak mungkin mereka hidup mengabdi kepada syariat Tuhannya. Ungkapan di atas merupakan bentuk lain dari ungkapan falsafah yang populer di kalangan umat Islam, bahwa “Siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal siapa Tuhannya.” Dalam kata lain, orang tua memiliki tanggung jawab tidak ringan dalam hal memastikan putra-putri mereka mengenal siapa diri mereka. Dalam konteks ini, apa yang diucapkan oleh seorang Ali bin Abi Thalib ketika masih berumur 8 tahun, saat diseru Rasulullah
24 MULIA
Shalallahu ‘Alaihi Wassallam masuk Islam dan kemudian ditanya, “Apakah engkau tidak meminta izin kepada ayahmu?” Dengan tegas, Ali yang sangat belia itu berujar, “Jika Allah tidak perlu meminta izin kedua orang tuaku untuk menciptakanku, atas dasar apa saya harus meminta izin orang tuaku untuk beriman kepada Allah.” Tentu kita tidak bisa membandingkan anak usia 8 tahun saat ini dengan apa yang telah menjadi sebuah kematangan berpikir seorang Ali bin Abi Thalib. Tetapi, fakta sejarah ini hendaknya menjadi pemacu orang tua untuk
|Shafar 1438/Nopember 2016
melihat anak-anaknya sebagai sosok manusia yang sudah punya hak dan karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk mengenalkan kepada mereka, perihal dirinya, perihal manusia, dan perihal Tuhan yang harus mereka sembah. Di dalam Al-Qur’an pun, Allah mengisahkan bagaimana Luqman Al-Hakim berpesan perkara-perkara kunci keselamatan hidup dunia-akhirat kepada anak-anaknya. “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benarbenar kezaliman yang besar.” (QS: Luqman
EDUKASI [31]: 13). Konsekuensi dari anak mengerti kewajibannya untuk tidak mempersekutukan Allah, menjadikan mereka harus benarbenar melakukan apapun dalam hidup ini atas dasar hanya ridha Allah Ta’ala semata. “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS: Luqman [31]: 16). Dan, subhanallah, betapa indah sejarah peradaban Islam memberikan jejak yang jelas kepada para orang tua dalam mendidik putra-putrinya menjadi pribadi-pribadi yang siap menjadi pribadi bermanfaat dalam kehidupannya. Bahkan, Rasulullah memberikan suatu nasehat yang sangat tegas kepada anak bernama Ibn Abbas radhiyallahu anhu, yang merupakan manifestasi iman yang harus tertancap kuat di dalam dada anak-anak kita. Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada
di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaranlembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi). Demikianlah prinsip mendidik anak bagi para orang tua. Tak peduli manusia di setiap babak zaman kehidupan mengabaikan atau menjalankan, tugas orang tua Muslim adalah memastikan putra-putrinya punya ketangguhan dalam menjaga hak Allah atas diri mereka.
Metode
Agar anak bisa mengenal siapa dirinya, tidak mungkin kita ajarkan kepada mereka karya para saintis Barat, yang umumnya mengupas manusia hanya dari sisi empiriknya semata. Mereka harus kita kenalkan dengan Al-Qur’an. Dan, dalam manhaj dakwah Hidayatullah, Sistematika Wahyu bisa membantu para orang tua memahami metode mengenalkan hakikat diri anak-anak kita yang sesungguhnya. Di dalam Surah Al’Alaq ditegaskan:
خلقاالنسامننعلق
yang artinya, “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS: Al-’Alaq [96]: 2). Dalam makna luasnya, hanya yang Maha Menciptakan yang mampu menjadikan makhluk sempurna bernama manusia, dari bahan yang tidak bernilai sama sekali. “Jadi, Nak,” bisa kita sampaikan demikian kepada buah hati kita, “Jagalah hak Allah, karena itulah satusatunya jalan menuju keselamatan hidupmu dan hidup kami sebagai orang tuamu.” Wallahu a’lam.*/Imam Nawawi |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
25
MAJELIS KELUARGA
Hidup Mulia dalam Dekapan Al-Qur’an Oleh: KH. Bahtiar Nasir
Ust. Bachtiar Nasir Direktur Ar Rahman Quranic Learning Center
S
eorang ayah di Makassar datang kepada saya dan ingin mengantarkan kedua anaknya menjadi hafidz Qur’an. Untuk niat mulia ini, dia berkorban apa saja demi al-Qur’an dan masa depan anaknya. Ia merasa haqqul yakin firman Allah, ‘siapa yang menjual dunia untuk akhiratnya’ akan mendapat keuntungan di sisi Allah. ia rela meninggalkan jabatannya saat berada di puncak karir.
26 MULIA
Bersamaan itu pula, kedua anaknya mulai diarahkan mempelajari dan menghafal AlQur’an di usia belum 10 tahun. Ia memulai pekerjaan barunya, berdagang satu produk mushaf Al-Qur’an dengan niat agar orang mau mengamalkan AlQur’an. Cara kerjanya unik. Profit penjualan yang dia terima hanya 3 persen dari 20 persen keuntungan. 17 persen dipinjamkan pada orang-orang yang tak mampu sebagai down payment (DP) untuk produknya. Orangorang yang tidak mampu dipinjami uang tanpa bunga. Qadarallah, produknya laris, rezekinya lancar dan hasilnya justru diwakafkan untuk umat. Tahun 2013, ia mengaku baru bisa berinfak Rp 450 juta. Namun dalam
|Shafar 1438/Nopember 2016
dua tahun, infaknya sudah mencapai satu ruko senilai Rp 5 miliar. Dan kedua anaknya sudah jadi hafiz Qur’an sebelum mencapai usia 10 tahun. Menariknya, ruko pertama hasil keringatnya justru diberikan untuk kepentingan umat dan dia memilih mengontrak. Ketika ditanya, kenapa Anda melakukan itu? Jawabannya santai dan tanpa beban: “Ya senang aja.” Demikianlah seharusnya orientasi orang yang bersyariat. Ia bukan mengejar profit pribadi atau perusahaan. Tetapi mengejar aset untuk kepentingan dakwah dan agama. Jalan ini tentu tidak mudah baginya.Karena ia harus meyakinkan diri sendiri dan keluarganya. Rintangan itu dilewatinya dan
MAJELIS KELUARGA kini Allah telah menjadikannya sebagai ‘Keluarga Qur’ani’.
Dalam Dekapan Al-Qur’an
Sejak lahir kita telah ditipu oleh hitung-hitungan kapitalisme. Padahal ada hitung-hitungan yang menguntungkan tetapi sedikit dari kita yang meyakininya. Dan itu hanya diajarkan AlQur’an dalam Surat alBaqarah. Begini ilustrasinya. Kalau saya punya duit di kantong Rp60.000, dan saya infakkan Rp50.000, sisanya adalah Rp10.000. Menurut ideologi kapitalisme kita rugi. Itu pula yang menipu miliaran manusia di muka bumi ini sehingga kehidupannya terjebak pada kehidupan materialisme, hedonisme, dan konsumerisme. Menurut ideologi syariat, uang yang diinfakkan sebesar Rp50.000 sisanya bukan Rp10.000 tetapi bertambah kelipatan luar biasa yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur’an. Kita memulai dengan perkalian. Satu kali satu kejahatan hasilnya sama dengan minus satu (- minus kebaikan). Satu kali satu kebaikan tanpa Allah sama dengan satu
(+ satu kebaikan), tetapi ini tak masuk dalam hitungan Allah. Sementara satu kali satu perbuatan karena Allah Subhanahu Wata’ala = sepuluh. (Yaitu satu perbuatan baik karena Allah maka Allah menghitungnya sepuluh pahala). Contohnya: membaca Al-Qur›an satu huruf dihitung sepuluh. Membaca alif lam mim: alif sepuluh, lam sepuluh, dan mim sepuluh. Nah, perkalian yang terakhir: Satu kali satu perbuatan karena Allah Subhanahu Wata’ala plus harta di jalan Allah hasilnya sama dengan 700. Inilah ilmu perkalian yang Allah janjikan dalam AlQur’an. Maka dalam perhitungan syariat, uang senilai Rp50.000, jika diinfakkan di jalan Allah justru hasilnya dikali dengan 700 kebaikan sehingga hasilnya sama dengan Rp35 juta. Itulah hakikat sebuah ilmu. Yakni ketika pengetahuan membuat Anda memahami sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Di mana kita bisa temukan fakta bahwa uang senilai Rp50.000 itu sama dengan Rp35 juta?
Hitungan ini tidak pernah diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi oleh para ekonom atau guru besar. Inilah hitungan ekonomi kelas rabbani yang diajarkan langsung oleh Allah Subhanahu Wata’ala kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Allah berfiman: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas Maha Mengetahui.” (QS. alBaqarah [2]: 261). Begitulah seharusnya totalitas dalam berislam. Dalam target apapun dalam hidup; baik untuk pekerjaan atau tugas selalu menggunakan alQur’ani dan melibatkan peran Allah di dalamnya. Sesungguhnya hidup mulia adalah hidup dalam dekapan Al-Qur’an. Jadi sekarang pilih kapitalisme atau syariat? * Penulis adalah pendiri Al-Qur’an Learning Center (AQL)
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
27
KOLOM IBU
Mengajari Anak Tekun Shalat SUMBER: PIXABAY
Oleh: Rahmatia ZR
(Alumni STIS Hidayatullah Balikpapan)
I
slam telah menganjurkan untuk berjarak dalam melahirkan anak. Namun, kami dikarunia anak pertama dan kedua dengan jarak usia berdekatan, hanya 13 bulan. Ini salah satu karunia yang ditakdirkan Allah Subhahu Wata’ala, patut diterima dan disyukuri, serta menjadi pengalaman menarik dalam keluarga kami. Bertambahnya pengalaman ini menjadikan kelahiran anak kedua dan ketiga malah berjarak enam setengah tahun. Ada kemudahan tersendiri tatkala kedua anak kami berdekatan jarak, khususnya dari segi pengajaran dan pendidikan. Ibarat satu kali mendayung 2-3 pulau terlampaui. Sang abang yang diajari, adik akan mengikuti dan
28 MULIA
meniru. Kami memiliki secuil pengalaman mendidik ketiga anak kami. Tentu orang lain mungkin memiliki segudang pengalaman mendidik anak. Secuil pengalaman itu tak lain adalah melatih dan membiasakan anak lakilaki shalat berjamaah di masjid. Alhamdulillah, sejak anak pertama berusia 2 tahun, kami selalu membiasakan shalat di masjid. Setiap kami shalat, kami menyiapkan sajadah untuknya dan memakaikan pakaian shalatnya. Setiap terdengar suara adzan, kami memberitahukannya bahwa waktu shalat telah tiba, sehingga memasuki usia 3 tahun ia sudah sangat respon jika terdengar suara adzan. Dia akan bersegera mengambil
|Shafar 1438/Nopember 2016
songkok dan baju shalatnya. Salah satu kesyukuran kami, karena anak-anak hidup dalam lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan pondok pesantren meski masih dalam rintisan. Semua anggota keluarga, ayah dan bundanya terlibat shalat berjamaah bersama santri di masjid, sehingga kedua anak laki-laki kami pun dibawa serta ke masjid. Doa yang tidak pernah luput senantiasa kami panjatkan, sebagaimana doa Nabi Ibrahim alaihissalam untuk anak keturunannya:
َر ِ ّب �ٱ ْج َعلْ ِن ُم ِق َمي �ٱ َّلصلَ ٰو ِة َو ِمن ُذ ّ ِري َّ ِت ۚ َربَّنَا َوتَ َقبَّ ْل ُدعَا ٓ ِء
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak
KOLOM IBU cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami perkenankanlah do’aku. ” (QS. Ibrahim : 40 ) Kami berikhtiar senantiasa memperlihatkan kepada anak-anak, bagaimana semestinya orang shalat. Bahkan ketika mereka merengek, kami tetap tegak dalam shalat. Ketika mereka memanggil, kami tetap fokus ke tempat sujud. Alhamdulillah, rupanya hal ini menumbuhkan kesadaran padanya bahwa orang shalat tidak boleh menyahut dan menoleh. Selain itu, kami selalu menyisipkan dalam nasihatnasihat harian. Jika menginginkan sesuatu, kami mengajarinya mengutarakan semuanya kepada Allah Subhanahu wataa’ala melalui doa dan sujud. Alkisah, suatu ketika, abangnya meminta dibelikan sepatu baru. Kami menasehatinya untuk banyak berdoa dan menabung. Ketika uang sudah mencukupi, kamipun memberi penekanan yang kuat, ”Abang, uang celengan sudah cukup untuk beli sepatu hingga takdir yang menentukan, apakah Allah mengizinkan Abang memiliki sepatu baru atau tidak. Ayo banyak berdoa, dan khusyukan
shalatnya ya!” Alhamdulillah, dalam waktu tidak lama, Allah Subhanahu Wata’ala menakdirkan membelikannya sepatu baru di pasar. Setelah melihat sepatu yang diinginkannya, terlihat rasa syukur ananda yang begitu besar kepada Allah Subhanahu wataa’ala. Kami melihat ada ibrah dalam pelajaran ini. Si Abang merasakan bahwa shalat telah memberi manfaat padanya. Anak kami yang pertama kini sudah berusia 8 tahun. Alhamdulillah sudah terbiasa menjadi imam shalat buat keluarga dan teman-temannya, bergantian dengan ayahnya. Bahkan Si Abang telah terbiasa shalat berjamaah di masjid dan shalat qiyamul lail di rumah. Anak-anak kami terkadang lebih dulu menuju ke masjid untuk shalat Subuh. Sampai sekarang, shalat berjamaah di masjid sudah menjadi irama kehidupan keluarga yang menghiasi harihari kami. Hal serupa juga kami biasakan saat dalam perjalanan dan safar. Kami tidak membiarkan anak-anak untuk tidak shalat, dengan alasan capek atau ketiduran di
mobil. Jika masuk waktu shalat, kami berhenti di masjid dan tetap mengajak anak-anak untuk shalat berjamaah, sambil memberi pemahaman bahwa kita bermusafir sehingga akan memendekkan shalat. Kami melibatkan mereka dalam barisan shaf, sehingga tidak ada ruang untuk bermain di masjid jika shalat telah ditegakkan. Mereka tetap menjalankan shalat dengan khusyu bersama orang-orang yang shalat, dan akan melihat dan merasakan bahwa shalat khusyu bukan hanya dilakukan orang-orang besar dan orang tua saja. Mengajarkan anakanak untuk shalat adalah perintah, sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wassallam telah memerintahkan. Rasulullah telah menentukan usia tujuh tahun sebagai usia dimulainya pelajaran shalat. Jelas terbaca bahwa membiasakan shalat untuk anak-anak adalah tanggung jawab orang tua. Anak-anak tidak akan mendapat ketekunan shalat tanpa pengajaran, pembiasaan, dan contoh, khususnya dari orang terdekatnya yaitu orang tuanya. Wallahu a’lam bishshawab.* |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
29
SAKINAH
Mengingatkan Kesalahan Suami Banyak istri serba salah mengingatkan suaminya. Dikasari marah, diingatkan langsung tersinggung, disindir tak merasa. Lantas Bagaimana?
K
SUMBER : PIXABAY
ondisi fisik yang sedang lelah dan sakit, juga suasana hati yang sedang gelisah, kecewa maupun jengkel adalah saat-saat di mana seorang suami tak layak untuk diganggu. Sebab dalam keadaan seperti ini segala sesuatu bisa nampak menjengkelkan di matanya. Kesabaran istri sangat penting di sini, untuk menunggu kapan saat yang tepat, mengingatkan suami. Istri, sebagaimana lazimnya wanita, sebenarnya telah diciptakan Allah untuk bisa mengatasi permasalahan ini dengan mudah, karena mereka mempunyai naluri pengabdian yang kuat. Maka selama seorang wanita masih mempunyai naluri keibuan yang memadai, adalah mudah baginya untuk memilih
32 MULIA
mengalah, dan menanti sampai datangnya saat yang tepat untuk membicarakan satu masalah dengan suaminya.
Jaga Harga Dirinya
Setiap suami selalu ingin tampil serba bisa di hadapan istri dan anak-anaknya. Wajar, karena ia memang dilahirkan dengan kodrat sebagai pemimpin. la selalu ingin dianggap serba kuat, serba pandai, serba benar, dan serba sempurna. Seolah tabu baginya mengakui kesalahan di hadapan anak dan istri. Seorang istri yang bijaksana akan memilih alternatif kedua dalam memberikan teguran kepada suami dengan jalan menghormati harga diri suaminya. Ia tidak akan memulai
|Shafar 1438/Nopember 2016
berbicara dengan satu kalimat pun yang merendahkan martabat lelaki sebagai pemimpin. Justru ia menegur dengan cara yang lembut dan seakan kesalahan itu datangnya dari pihak istri. Hana pun mencoba teknik ini kepada Prabowo. Semula Hana suka mengajak diskusi secara terbuka dengan suaminya. la yang sarjana psikologi mencoba mengupas tuntas kesalahankesalahan pendapat Prabowo tentang peran seorang ayah di mata anak-anak. Teknik kedua yang lebih bijaksana pun mulai direncanakan Hana. Ia mempersiapkan buku yang mengupas tentang masalah itu. Diberinya spidol tebal di tempat-tempat mana terdapat kalimat-
SAKINAH kalimat penting yang pantas dibaca suami untuk meluruskan kekeliruannya. Lantas buku itu pun ia letakkan terbuka tepat di atas halaman-halaman berspidol itu, di atas meja kerja Prabowo, seakan akan habis ia baca di sana. Tanpa setahu Prabowo, Hana mengawasi tingkah suaminya itu yang hanya membaca selintas buku tersebut ketika ia hendak memulai menulis di mejanya. Tak lebih dari dua menit, buku itu pun sudah ditutup dan ditepikannya. Tetapi esok paginya, ketika ia sedang sibuk mempersiapkan sarapan pagi, Hana menemukan suaminya duduk serius di sana sambil meneruskan membacanya. Dan alhamdulillah, memang ada perubahan tentang sikapnya sesudah itu. Satu hal pasti yang akhirnya dipahami Hana sebagai wanita adalah bahwa suaminya tak pernah mengaku bahwa ia telah membaca buku milik istrinya itu.
Saat Istimewa
Setiap keluarga, tentu mempunyai jadwal hidup yang berlainan. Tetapi yang pasti, masing-masing mempunyai pola
tertentu dalam jadwal hidup mereka. Istri yang bijak seharusnya peka dengan keadaan keluarganya dari hari ke hari, sesuai irama yang terbentuk. Misalnya tentang kebiasaan suaminya yang kurang suka melihat kerewelan anak-anak. Atau pekerjaan suami di kantor yang berat selalu membuatnya pulang dari kantor dalam keadaan kusut dan payah. Carilah waktu tepat bicara penting dengan suami. Misalnya setelah mandi sore hari, ketika pikiran suaminya lebih tenang dan segar. Ada pula suami yang punya kebiasaan berbincang-bincang menjelang tidur, ketika anak-anak sudah tertidur pulas. Dengan bekal kepekaan inilah, seorang istri akan lebih mudah menentukan waktu yang tepat kapan ia hendak berbicara dengan suaminya. Bagaimanapun, menunggu momen istimewa dalam irama kehidupan keluarganya, akan menunjang usahanya bisa menegur kesalahan suami tanpa membuatnya tersinggung.
Jaga Rahasia
Ada kalanya, suami tidak juga mau
mengubah perilakunya walau berbagai macam jalan telah diupayakan istri demi menyadarkannya. Banyak istri yang tak bisa menahan beban ini sendiri, lantas menceritakan kelemahan suaminya kepada teman kantor, sahabat, tetangga, atau familinya. Perbuatan ini besar sekali resikonya, bila orang yang dipercayai untuk berbagi perasaan ini ternyata tidak bisa menjaga amanah, sehingga kelemahan suami akhirnya tersebar luas di luar. Langkah paling aman adalah mengadukan langsung segala uneg-uneg hati kepada yang Maha Menjaga Rahasia, sang Khalikul ‘alam. Seorang istri yang ingin menegur kesalahan suami tanpa membuat suaminya tersinggung tetapi kesulitan menemukan jalan pemecahannya, lebih baik meminta langsung penyelesaiannya kepada Allah. Ketimbang memaksakan diri dengan cara-cara kasar yang membuat suasana keluarga menjadi panas, lebih baik istri tetap mengalah. Bukankah doa seorang istri yang tak berdaya kepada suaminya seperti ini tergolong makbul?* |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
33
RUANG UTAMA
SUMBER : pixabay
Syuhada Sejati Tak Pernah Mati Jasad mereka sudah lama terkubur dalam tanah, tapi jiwa mereka tetap hidup sepanjang masa
A
da dua tipe kejiwaan yang menonjol pada diri seseorang. Pertama, inbisathi Tipe dan model manusia jenis ini pandai memainkan lidahnya, mudah bergaul dengan golongan mana pun. Mereka sangat pandai menyesuaikan diri, karenanya banyak teman dan sahabatnya. Di kalangan sahabatsahabatnya, ia dikenal sebagai orang yang tidak kaku dalam pergaulan, peramah, dan dermawan. Dunianya luas, namanya terkenal. Seorang inbisathi pandai memainkan pendiriannya, punya
36 MULIA
tenggang rasa yang tinggi, bahkan ia tetap bisa tertawa ketika keyakinan dan pendiriannya diserang oleh seseorang. Demi baiknya hubungan persahabatan, ia rela melonggarkan keyakinan. Harga imannya turun naik sesuai dengan pasaran. Suatu ketika berbelok haluan, sesuai dengan situasi dan kondisi, mengikuti alur zaman dan arus kecenderungan umum. Kedua, inthiwa’i Berbeda dengan model yang pertama, orang ini jiwanya cenderung terbuka luas. Model manusia seperti ini lebih mementingkan
|Muharram 1438/Nopember 2016
keyakinan dan keimanannya. Baginya lebih baik mengasingkan diri daripada bergaul dan mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan pendiriannya. Lebih baik berhijrah meninggalkan kampung halamannya, demi berjuang dan berkorban demi keutuhan keyakinannya. Putus hubungan dengan sesama manusia itu lebih baik daripada putus dengan keimanannya. Seorang yang berjiwa inbisathi tidak akan pernah bisa merasakan betapa nikmatnya berkorban dan ber-juang demi
RUANG UTAMA menegakkan keyakinan. Seorang inbisathi tidak akan pernah merasakan betapa bahagianya suatu perjuangan. Mereka merasa heran bila melihat sese-orang yang mati-matian mempertahankan keyakinannya dengan risiko yang berat. Bagi orang inthiwa’i, lebih baik tetap mendapatkan cap kolot daripada harus menanggalkan keyakinan. Lebih baik dikatakan tak bisa bergaul asal keyakinan tetap utuh. Lebih baik tidak maju daripada harus melakukan kemaksiatan. Bagi mereka mencari kerelaan manusia itu tidak penting bila harus mengorbankan keridhaan Allah. Baginya bukan merupakan kebahagiaan dan keselamatan, bila ujungujung perjalanannya adalah neraka jahannam. Nabi Muhammad adalah seorang inthiwa’i. Beliau sangat teguh pendirian. Kuat dalam memegang keyakinan. Tak pernah luntur keimanan. Iman itulah harga dirinya. Keyakinan itulah jati dirinya. Keyakinan itulah kekayaan satusatunya. Tanpa itu beliau merasa tidak ada gunanya lagi sebuah kehidupan.
Lebih baik berkalang tanah ketimbang harus mengorbankan keimanan. Itulah yang terlukis dari jawaban Nabi Muhammad ketika ditawari pamannya agar berdamai saja dengan orang-orang kafir. Dengan tegas Nabi Muhammad menjawab, “Demi Allah wahai pamanku, jika mereka meletakkan matahari di sebelah kananku dan bulan pada sebelah kiriku, agar aku meninggalkan urusan ini, aku tidak akan meninggalkannya. Bagiku hanya ada dua pilihan, aku menang atau menjadi korban untuknya.” Nabi Muhammad memang tidak pernah kompromi dalam soal keyakinan. Beliau memilih diasingkan oleh masyarakatnya di lembah Syi’ib selama 3 tahun daripada harus menanggalkan perjuangan. Caci maki, hasutan, fitnah, halangan, rintangan, bahkan siksaan, sampai ancaman pembunuhan, tidak menyurutkan sedikit pun langkahnya dalam memperjuangkan keimanan. Berhijrah meninggalkan kampung halaman yang sangat dicintainya itu lebih baik daripada hidup di tengah-tengah kekafiran. Beliau lebih
memilih meninggalkan sanak saudaranya daripada meninggalkan cita-cita perjuangan. Sikap beliau seperti ini ditegaskan dalam firman Allah: “Katakanlah, jika bapak-bapak, anakanak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang fasik.’ (QS: AtTaubah: 24) Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wassallam seorang yang berjiwa inthiwa’i, tapi beliau tidak kaku dalam pergaulan. Jiwa inbisathi juga mengalir pada diri beliau. Walaupun sangat kuat pendiriannya, tak pernah kompromi dalam soal akidah dan keimanan, tapi beliau sangat luas pergaulannya, lemah lembut dalam penampilan, tidak keras dan kaku. Dalam kelemahlembutannya terdapat kekuatan aqidah. |MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
37
RUANG UTAMA Namun toh beliau bukan tipe orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sebagaimana orang bertipe inbisathi tulen. Beliau memanfaatkan pergaulannya untuk mengajak orang ke dalam keyakinannya. Toleransinya bukan untuk tujuan senangsenang, agar namanya populer dan luas pergaulan, tapi sematamata bernilai dakwah. Hal ini senada dengan firman Allah: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.’ (QS. Ali ‘Imran-. 159) Tenggang rasa bukan berarti menenggang salah dan dosa. Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah sendi agama. Tak mungkin seorang mukmin berpangku tangan sementara kemaksiatan mengelilingi dirinya. Inilah pendirian orang yang beriman, orang yang punya keyakinan dan keimanan. Mereka tak
akan goyah oleh angin, tak akan goncang oleh topan. Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun dia tetap konsisten. Hanya pada orangorang seperti ini saja akan terlahir para pejuang. Pada orangorang yang berjiwa inthiwa’i inilah akan lahir seorang pahlawan. Pejuang tak bakal terlahir dari kelompok manusia berjiwa inbisathi, yaitu orangorang yang mudah menukar keyakinan, gampang menjual keimanan. Orangorang seperti ini bagai pelanduk yang bisa hidup dalam situasi yang bertentangan dengan desakan hati nurani. Seorang inbisathi tidak berpendirian, tak punya keyakinan. Mereka membiarkan anak putrinya tak memakai kerudung dengan alasan supaya lebih luas pergaulannya mumpung masih
“
38 MULIA
muda, masih masamasanya bahagia. Dengan alasan yang dibuat-buat mereka juga menyatakan bahwa Islam itu maju, selalu mengikuti perkembangan zaman. Hal ini sangat berbeda dengan seorang inthiwa’i, yang akan tetap mengenakan kerudungnya meskipun sekolah melarangnya, meskipun seluruh teman dan sahabatnya mengolok dan menjauhinya, meskipun orang tua tidak menyetujuinya. Karena kerudung sudah diyakini merupakan perintah agama yang wajib dilaksanakan sebagaimana wajibnya shalat. Maka apapun yang terjadi akan dipertahankannya. Ia akan merasa tersiksa bila sampai membuka auratnya di depan orang lain, tapi justru merasa tenang dan bahagia bila mampu mempertahankan
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.’ (QS. Ali ‘Imran-. 159)
|Muharram 1438/Nopember 2016
RUANG UTAMA keyakinannya. Seorang Muslim sangat yakin bahwa kemerdekaan itu hak setiap manusia. Bahwa penjajahan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, merupakan bentuk kezhaliman yang harus dilawan dengan segenap upaya. Karenanya ia akan tampil ke depan, maju ke front terdepan untuk menghalau penjajah, walaupun risikonya nyawa bisa melayang. Di sinilah lahir para pejuang. Dari sini pula tumbuh para pahlawan. Akan tetapi pada orang-orang inbisathi, tidak akan tumbuh sikap semacam ini. Mereka justru merasa heran jika ada orang yang mau berkorban demi sesuatu yang tidak kongkret, demi idealisme, demi keyakinan. Mereka tidak bisa mengerti kok mau-maunya menyiksa diri. Bukankah hidup ini hanya sekali, kenapa tidak dinikmati? Begitu kira-kira jalan pikiran mereka. Akibatnya, mereka lebih memilih sikap menjilat daripada bersikap tegas. Bukan potongan pejuang, seseorang yang hanya mementingkan diri mereka sendiri. Tidak akan disebut pahlawan seorang yang hanya mengejar kenikmatan duniawi.
Baru disebut pejuang bila dirinya siap berkorban untuk kepentingan orang banyak. Yang mengerahkan pikirannya, memeras keringatnya, bahkan rela meneteskan darahnya bila diperlukan. Banyak teladan kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh kaum muslimin. Dengan bekal itulah kaum muslimin meraih kemenangan yang gilang-gemilang. Kita pernah membaca penyiksaan yang dilakukan oleh para penguasa Mesir kepada seorang pejuang wanita muslimah, Maryam Al-Ghazali, dengan sangat kejam. Pernah ia disekap dalam ruang yang sangat sempit, tanpa ventilasi, juga tanpa makanan dan minuman. Saat-saat seperti itu ia merasakan suatu keanehan. Bila perutnya terasa lapar, ia segera tertidur kemudian seakan-akan memakan makanan yang lezat sekali, begitu bangun perutnya sudah
kenyang. Berhari-hari hal itu dialaminya. Jika di dunia saja mereka sudah mendapat balasan seperti itu, maka di akhirat mereka bakal memperoleh kenikmatan yang lebih besar lagi. “Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” (QS. Muhammad: 4 - 6) Teladan kepahlawan seperti ini sangat banyak di-jumpai dalam sejarah Islam. Nama-nama mereka ditulis dengan tinta emas, sebagai syuhada yang baunya semerbak harum di sepanjang zaman. Jasad mereka sudah lama terkubur dalam tanah, tapi jiwa mereka tetap hidup sepanjang masa.* [Sumber: Majalah Suara Hidayatullah]
SUMBER : pixabay
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
39
RUANG UTAMA
SUMBER : pixabay
Kisah dari Panggung Sejarah Janganlah kamu mengira orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki
S
alah satu keistimewaan syuhada (pahlawan), mereka bakal hidup sepanjang masa. Biar pun jasadnya telah dikubur ratusan tahun, tapi jiwanya tetap menyala, jasanya terkenang, namanya harum disebut-sebut orang, dan tertulis dalam buku sejarah dengan goresan tinta emas. Semangatnya terwarisi oleh generasi di belakangnya. Dalam Tafsir al-Manar bahkan disebutkan bahwa para syuhada itu tetap hidup di sekeliling kita walaupun jasadnya telah terkubur. Hanya saja kita
40 MULIA
tidak menyadarinya. Demikian juga Sayyid Quthb dalam tafsir Fii Zhilalil Qur’an menyatakan hal yang sama. Ketika Umar bin Abdul Aziz wafat, salah seorang syuhada yang telah gugur dalam medan perang beberapa tahun sebelumnya tiba-tiba muncul di tengah keluarganya. Sang ayah pertama kali menjumpainya kaget, kemudian bertanya kepada anaknya yang telah syahid itu, kenapa berada di situ. Sang anak menjawab bahwa bersamaan dengannya telah turun ribuan syuhada untuk ikut menghormati kepergian
|Muharram 1438/Nopember 2016
Umar bin Abdul Aziz. “Tadi,” katanya, “di langit ada pengumuman agar para syuhada turun ke bumi memberi penghormatan kepada jenazah Umar bin Abdul Aziz.” Kisah ini telah diabadikan dalam berbagai kitab masyhur. Tentu saja maksudnya bukan mengagung-agungkan seseorang, tapi memang demikianlah posisi dan kedudukan seorang syuhada. Mereka tetap hidup sekalipun segenap manusia tidak menyadarinya. “Janganlah kamu mengira bahwa orangorang yang gugur di jalan Allah itu mati,
RUANG UTAMA bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Ali Imraan: 169-I70) Ayat ini gamblang sekali memaparkan kehidupan orang-orang yang gugur di jalan Allah, mati syahid. Tentu saja ini merupakan penghormatan yang diberikan Allah kepada mereka. Keadaan mereka sangat menggembirakan. Adalah Zubair bin Awwam, salah seorang sahabat Nabi yang tergolong senior dan termasuk 60 sahabat Nabi dalam deretan assaabiquunal-awwalun. Zubair mendapatkan penghargaan dari Nabi. Beliau bersabda: “Setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Selain pejuang yang gagah, ia termasuk seorang bisnisman yang berhasil. Tak heran bila kekayaan Zubair melimpah. Akan tetapi semua kekayaannya itu dipergunakan untuk infaq fii sabilillah.
Sebagai pengusaha ia tak terlepas dari masalah kredit. Karena merasa ada firasat bahwa ajal akan segera menjemputnya, maka ia berwasiat kepada anaknya agar melunasi utang-utangnya. Dalam wasiatnya, ia berkata: “Bila aku tak mampu membayar utang, mintalah tolong kepada Maulana, induk semang kita.” Abdullah, anaknya bertanya, “Maulana mana yang bapak maksudkan?” Zubair menjawab, “Yaitu Allah, induk semang dan penolong kita yang paling utama.” Abdullah kemudian bercerita, “Maka demi Allah, setiap aku menemui kesulitan karena utangnya, maka aku memohon, seraya berkata, ‘Wahai Induk Semang Zubair, lunasilah utangnya.’ Maka Allah mengabulkan permohonan itu, dan alhamdulillah semua utangnya dapat dilunasi.” Demikianlah kedudukan orang-orang yang telah menyerahkan dirinya secara penuh di masa hidupnya untuk menjadi saksi, syuhada, atas kebenaran yang diyakininya, yaitu Islam. Kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa jasad Hamzah, yang
menemui syahidnya dalam perang Uhud, ditemukan sekitar tahun 1974 dalam keadaan masih utuh. Mayat itu ditemukan pada saat ada pelebaran jalan antara Makkah dan Madinah. Kita harus percaya bahwa cacing dan binatangbintang perusak lainnya enggan memangsa jasad Hamzah, paman Nabi. Empat belas abad lamanya jasad itu masih utuh. Hal yang sama juga dialami oleh Khubaib bin Adi, sahabat Nabi yang syahid di kayu salib. Pada suatu hari Rasulullah bermaksud menyelidiki rahasia orang-orang Quraisy, agar diketahui seberapa jauh persiapan mereka dalam menghadapi peperangan baru yang akan segera berkobar. Untuk maksud tersebut Rasulullah mengirim pasukan mata-mata terdiri dari sepuluh orang, dipimpin oleh Ashim bin Tsabit. Salah seorang di antara sepuluh itu adalah Khubaib. Sayang gerak-gerik mereka diketahui oleh orang-orang kampung Hudzail yang didiami oleh suku Bani Haiyan yang segera membuntuti dari belakang dengan kekuatan seratus orang tentara pemanah. Merasa ada yang |MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
41
RUANG UTAMA membuntuti, ‘Ashim segera memerintahkan pasukannya menaiki puncak bukit yang tinggi. Pasukan musuh pun dengan secepat kilat mengepung. Berkali-kali pasukan pemanah ini mengimbau kaum muslimin untuk menyerah, dengan jaminan mereka tidak akan diapaapakan. ‘Ashim tidak mempercayai janjijanji mereka, ia pun bertahan bersama sembilan temantemannya. Namun tak lama kemudian pasukan pemanah itu menyerang hingga menewaskan tujuh orang, termasuk ‘Ashim, sang pemimpin pasukan. Sekali lagi orangorang kafir mengimbau dengan jaminan keselamatan jiwa mereka. Khubaib pun turun disertai dua sahabatnya. Saat itulah diketahui bahwa janji mereka betul-betul palsu. Maka salah seorang di antaranya nekad dengan melawan pasukan kafir. Ia pun gugur sebagai syahid sebagaimana yang didambakan. Kini tinggal dua orang, yaitu Khubaib dan Zaid bin Ditsinnah. Zaid bin Ditsinnah segera menemui syahid dalam sebuah penyiksaan yang luar biasa kejamnya. Orang-
42 MULIA
orang kafir membalas kekalahannya dalam perang Badar dengan penyiksaan di luar perikemanusiaan. Mereka menusukkan besi panas dari dubur hingga tembus ke bagian atas badannya. Lebih kejam lagi penyiksaan yang dialami oleh Khubaib. Ia terlebih dahulu dimasukkan dalam sel, dengan tangan terbelenggu rantai besi. Tetapi sebuah keajaiban terjadi ketika salah seorang puteri Harits menjenguk ke tempat tahanan Khubaib. Tiba-tiba ia berteriak, memanggil dan mengajak orang Makkah untuk menyaksikan sebuah kejadian aneh. Ia berkata: “Demi Allah, saya melihat Khubaib menggenggam setangkai besar anggur sambil memakannya, sedang ia terikat kuat pada rantai besi, padahal di Makkah tak ada anggur. Saya kira itulah rezeki yang diberikan Allah kepada Khubaib.’ Itulah kuasa Allah. Dia telah memberikan makanan kepada hamba-Nya yang dikasihi, sebagaimana dahulu Dia telah pernah memberi makanan kepada Maryam putri Imraan. ‘Setiap kali Zakariya masuk ke
|Muharram 1438/Nopember 2016
dalam mihrabnya, dan ditemukannya rezeki di dekat Maryam, ia berkata: ‘Dari mana datang-nya makanan ini hai Maryam?’ ]awab Maryam: ‘Ia datang dari Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dengan tidak terhingga.” (Ali Imraan: 37) Bujukan orangorang kafir Quraisy tak lagi mempan, maka segeralah Khubaib diseret ke tempat yang telah mereka siapkan. Tapi sebelum disiksa, ia minta izin agar diberi kesempatan untuk melakukan shalat. Mereka pun mengizinkan, toh untuk yang terakhir kali. Tetapi bagi Khubaib nikmat sekali shalat kali itu, sehingga selesai dua rakaat, ia pun meneruskan dua rakat lagi, shalat lagi, hingga akhirnya ia berpaling ke arah algojonya seraya berkata: ‘Demi Allah, seandainya tidak khawatir ada anggapan bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi shalatku.’ Lantas ia mengangkat tangannya sambil berdoa: “Ya Allah, susutkanlah bilangan mereka, musnahkan mereka sampai binasa.” Ia kemudian membaca pantun: ‘Mati bagiku bukan
RUANG UTAMA
SUMBER : pixabay
masalah. Asalkan ada dalam ridha dan rahmat-Nya. Dengan jalan apa pun kematian itu bakal terjadi. Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi. Kuberserah diri kepada-Nya. Sesuai dengan takdir dan iradah-Nya. Semoga rahmat dan berkah Allah tercurah pada setiap sobekan daging dan tetesan darah.’ Setelah selesai membaca pantun ini, orang-orang kafir Quraisy segera menyeretnya ke kayu salib yang telah siap. Satu per satu algojo melepaskan panah. Anak-anak panah bertancapan di tubuhnya. Pedangpedang pun menyayatnyayat dagingnya. Pada situasi seperti itu ada seorang Quraisy mendekatinya sambil berkata, “Sukakah engkau bila Muhammad menggantikanmu, sedangkan engkau selamat bersama keluargamu?” Demi mendengar rayuan kafir keparat ini, tenaga Khubaib yang hampir habis itu pulih
kembali, ia kemudian berkata dengan lantangnya, “Demi Allah, tak sudi aku bersama anak istriku selamat menikmati kesenangan dunia, sedangkan Rasulullah kena musibah walaupun oleh sepotong duri.” Kontan kaum kafir bertambah semangat untuk menyiksanya. Panah demi panah menghunjam di tubuhnya. Pedang demi pedang mengirisiris dagingnya. Burung-burung pemakan bangkai pun berdatangan, seakan-akan menanti gilirannya. Ketika jasad Khubaib sudah terbujur menjadi mayat, burung-burung itu pun mendekat. Akan tetapi burung-burung itu pun berbunyi bersahutsahutan, seakan mereka sedang bermusyawarah. Mereka seakan-akan sedang berbisik, berbicara perlahanlahan, dan bertukar fikiran. Tiba-tiba burung-burung itu terbang menjauh, tinggi ke angkasa. Naluri burung-
burung itu pun seakan berkata bahwa yang meninggal ini adalah pahlawan yang harum baunya. Mereka malu dan segan memakan dagingnya, menyakiti tubuhnya. Khubaib, sebelum ajalnya benar-benar tiba, ia berdoa: “Ya Allah, kami telah melaksanakan tugas dari Rasul-Mu, maka mohon disampaikan kepadanya pada esok hari tentang tindakan orang-orang kafir terhadap kami.” Doa itu dikabulkan Allah. Pada saat Rasulullah di Madinah, beliau tiba-tiba diliputi oleh perasaan yang berat, mengisyaratkan bahwa sahabat-sahabatnya sedang dalam bahaya, kemudian terbayang olehnya tubuh salah seorang sahabat yang sedang tergantung di awang-awang. Nabi segera mengambil tindakan cepat. Beliau memerintah Miqdad bin Amar dan Zubair bin Awwam untuk mencari bayangan itu. Dengan memacu kudanya, mereka pun dibimbing Allah hingga sampai ke tempat penyaliban Khubaib. Mereka pun segera menurunkan mayat sahabatnya, dan menguburkannya. Itulah gambaran para syuhada sejati, yang tak pernah mati.* |MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
43
SERBA-SERBI
Empat Panglima Islam Penakluk Dunia Dibawah Panglima Shalahuddin al Ayyubi, Islam berhasil melebarkan ke Suriah dan utara Mesopotamia
M
eluasnya wilayah dakwah Islam tak lepas dari peran para panglima Islam. Dengan keberanian, kecerdasan, dan semangatnya, mereka berhasil menaklukan daerahdaerah baru dan tunduk kepada aturan Islam. Siapa saja mereka? Berikut di antara para panglima itu.
3.000 pasukan Islam lainnya menghadapi sekitar 200 ribu pasukan Romawi Timur. Di tengah pertempuran yang berlangsung selama tujuh hari ini, ia ditunjuk menjadi panglima karena tewasnya tiga panglima yang sebelumnya telah ditunjuk, yaitu Zayd bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan ‘Abdullah bin Rawahah. Di hari ketujuh perang berakhir dengan mundurnya kedua belah pihak. Khalifah Abu Bakar ‘Ash-Shiddiq kembali meminta Khalid memimpin 18 ribu pasukan Muslim untuk berperang melawan pasukan Persia. Pasukan Muslim yang dipimpinnya berhasil membuat pasukan musuh bertekuk lutut dan menguasai wilayah Persia.
Sebelum memeluk Islam, Khalid sempat menjadi panglima perang kaum Quraisy yang terkenal dengan pasukan kavelerinya. Pasca perjanjian Hudaibiyah yang terjadi pada 628 M, Khalid memutuskan masuk Islam. Tiga tahun berselang, untuk pertama kalinya ia bergabung dengan pasukan Islam dalam Pertempuran Mu’tah. Dalam pertempuran tersebut, ia menjadi prajurit biasa bersama
Shalahudin Al-Ayubi atau tepatnya Shalahuddin Yusuf bin‘Ayyub, terlahir dari sebuah keluarga Kurdish di kota Tikrit (140 km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Karirnya naik setelah tentara Zangi yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Asasuddin Syirkuh, berhasil memukul mundur pasukan Salib (Crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran. Ia diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) menggantikan mendiang pamannya. Setelah wafatnya Sultan Nuruddin (659 H), Shalahuddin berhasil melebarkan sayap kekuasaan Islam ke Suriah dan utara Mesopotamia. Satu per satu wilayah penting berhasil di kuasainya: Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138), dan Mosul (1186). Pada 4 Juli 1187, Shalahuddin beserta pasukannya berhasil mengalahkan tentara Kristen dalam sebuah pertempuran sengit di Hittin, Galilee.
Khalid bin Walid
46 MULIA
Shalahuddin Al-‘Ayubi
|Muharram 1438/Nopember 2016
SERBA-SERBI Dua bulan kemudian (Oktober tahun yang sama), Baitul Maqdis berhasil direbut kembali.
Thariq bin Ziyad
Para sejarawan mengatakan Thariq adalah bekas seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara. Dan di tangan Musa ini pula ia memeluk agama Islam. Musa kemudian mengangkat Thariq menjadi penguasa daerah Tanja, terletak di ujung Maroko dengan 19 ribu tentara dari bangsa Barbar. Sekitar bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah dari Musa untuk menyerang semenajung Andalusia. Dengan 7.000 prajurit yang sebagian besar berasal dari bangsa Barbar, Thariq menyeberangi selat Andalusia yang berjarak hanya 13 mil laut dengan kapal. Setelah mendarat di pantai karang yang kemudian dinamai Gibraltar, Thariq beserta pasukannya berhadapan dengan 25.000 prajurit Visigoth. Pertempuran
akhirnya dimenangkan oleh pasukan Muslim. Andalusia pun berhasil ditaklukkan.
Muhammad Al Fatih
Muhammad Al Fatih lahir pada 20 April 1429 M atau bertepatan dengan 28 Rajab 833 H. Ia merupakan putra ketiga Sultan Murab II. Semasa kecil, AlFatih termasuk anak yang manja dan malas belajar. Setelah ayahnya menghadirkan seorang guru bernama Syaikh Ahmad bin Ismail alKurani, ia mulai belajar dengan serius. Setelah ayahnya wafat, Al-Fatih diangkat menjadi sultan pada usia 21 tahun. Ia memiliki cita-cita besar menaklukan Konstantinopel. Setelah melalui berbagai persiapan, akhirnya Al-Fatih beserta pasukannya tiba di kota Konstantinopel pada Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Al-Fatih berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan AllahSubhanahu wa Ta’ala. Dia juga
membacakan ayatayat al-Qur`an mengenai jihad dan hadits Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam tentang Kota Konstantinopel. Itu semua memberikan suntikan semangat yang tinggi pada pasukannya. Setelah melalui rangkaian peperangan, akhirnya cita-cita besar Al-Fatih terwujud. Di bawah kekuasaannya nama Konstantinopel diubah menjadi Istambul yang berarti “Kota Islam”, tapi kemudian penyebutan ini bergeser menjadi Istanbul seperti yang kita kenal sekarang. Sejak itu, Ibu Kota Turki Ustmani beralih ke kota ini yang kemudian menjadi pusat peradaban Islam selama beberapa abad.*
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
47
FIQIH
Pembiayaan Bank Syariah Ulama berupaya keras mewujudkan perbankan syariah sebagai jalan selamat dari cengkeraman sistem ribawi bank konvensional
Ust. Abdul Kholiq Anggota Dewan Syariah LAZNAS BMH
Ustadz yang saya hormati,di zaman ini rasanya sulit umat Islam terbebas dari utang. Penghasilan yang kurang memadahi menjadikan umat Islam sangat sulit menghindari utang, termasuk kepada perbankan, apalagi kala menghendaki rumah. Terkait hal tersebut,
48 MULIA
saya sendiri juga pernah melakukan pengajuan pembiayaan dana ke bank syariah untuk biaya pembangunan rumah. Pertanyaannya, bagaimana hukumnya? Karena sebagian kalangan masih tetap memandang bank syariah sekalipun masih menerapkan riba, meski tidak lagi menggunakan istilah bunga bank. Roni Syahroni | Medan Merenungkan hadist Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam tentang di antara tanda akhir zaman, tampaknya era sekarang merupakan realisasi dari kabar Nabi tersebut. Beliau bersabda:
|Muharram 1438/Nopember 2016
ل َ َي�أ ِت َ َّي عَ َل النَّ ِاس َز َم ٌان َل ي َ ْب َقى ِمنْ ُ ْم أ� َح ٌد ُ ِ � َّل � آ فَ َم ْن لَ ْم،ك ّ ِالر َب ْ ُ إيَ�أ ك أ� َصاب َ ُه ِم ْن ُغ َب ِار ِه
“Akan datang kepada manusia suatu masa, di mana tidak ada seorangpun yang tersisa kecuali memakan riba. Yang tidak memakannya setidaknya terkena debunya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah) Saat ini sistem ribawi betul-betul telah menguasai perekonomian dunia. Tidak sekedar di negara kafir, di negara Muslimpun bisa tidak dapat terhindar dari pengaruh sistem tersebut. Memang perlu disyukuri adanya kesadaran baru
FIQIH setelah terlelap begitu lama dengan sistem konvensional. Sebagian ulama berupaya keras mewujudkan perbankan syariah sebagai jalan selamat bagi umat dari cengkeraman sistem ribawi bank konvensional. Kebangkitan yang relatif baru ini masih menemui berbagai kendala untuk menuju kepada cita-cita ideal, yaitu adanya jasa keuangan yang benarbenar syar’i. Secara khusus di Indonesia sejak tahun 1991 dengan diresmikannya Bank Muamalat Indonesia atas prakarsa MUI dan pemerintah, cita-cita adanya perbankan syariah mewujud. Selanjutnya muncul bank-bank lain yang menawarkan produkproduk syariah. Pertumbuhan aset perbankan syariah –menurut BI- sangat menggembirakan, yaitu 65% pertahun pada lima tahun terakhir. Pada sisi lain, sebagai upaya untuk menjamin terwujudnya jasa keuangan yang syar’ijuga dibentuk sebuah lembaga Dewan Syariah Nasional (DSN), yang memproduk berbagai fatwa terkait produk-produk perbankan yang syar’i. Masalahnya adalah tidak semua perbankan
syariah mengelola produknya sesuai dengan fatwa-fatwa DSN tersebut. Sebagai contoh, pada produk murabahah. Dalam fatwa DSN no: 04/ DSN-MUI/04-2000, disebutkan beberapa ketentuan agar murabahah terjamin syar’i. Dua diantaranya adalah, pertama, bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri. Kedua, jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Pada kenyataannya –menurut sebagian peneliti- dua syarat ini dilanggar sebagian bank. Riilnya sebagian bank syariah tidak lebih sekedar menyalurkan kredit pembelian dengan jumlah tertentu dan keuntungan tertentu serta dicicil dalam jangka waktu tertentu. Barang tidak pernah
secara legal menjadi milik bank sebelum ditransaksikan jual beli dengan nasabah. Tentu jika demikian, bisa dikatakan bahwa bank syariah yang operasionalnya demikian masih sekedar beda nama dengan bank konvensional. Tentu kenyataan ini dapat diyakini pada dasarnya tidak diinginkan oleh pemilik maupun nasabah. Tetapi ditengarai bahwa penyebabnya adalah minimnya SDM yang berkualifikasi dalam mengoperasikan bank secara syar’i. Oleh sebab itu, jika Anda berkeinginan mamanfaatkan jasa perbankan untuk membeli barangjangan lupa untuk mengecek, meneliti,dan membanding terlebih dahulu. Produk mana dan pada bank mana yang Anda yakini sesuai dengan ketentuan syar’i, itulah yang layak untuk Anda ambil dalam rangka untuk mendapat layanan yang memang halal.Wallahu a’lam.* |MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
49
ADABUNA
Buang Hajat Islam agama yang sangat peduli kepada kebersihan, baik kebersihan pribadi maupun lingkungan. Termasuk buang hajat, Islam mengatur sedemikian rupa. Nah, berikut ini beberapa tuntunan yang berkaitan dengan adab buang hajat. 2 1 Larangan Buang Air di Air Tergenang Nabi melarang kencing di air yang tergenang. (HR Muslim).
3 Tidak Menghadap atau Membelakangi Kiblat Sabda Nabi, “Jika seseorang di antara kalian membuang hajat, maka hendaknya ia tidak menghadap kiblat atau membelakanginya.” (Riwayat al-Bukhari).
50 MULIA
|Muharram 1438/Nopember 2016
Tidak Buang Hajat di Jalan dan Berteduhnya Manusia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Hati-hatilah dengan al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia)!” Para sahabat bertanya, “Siapa itu al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia), wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah orang yang buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya manusia.” (HR. Muslim) Bila tidak ada WC, seyogyanya memilih tempat yang jauh dari keramaian. “Maka Nabi pergi menjauh hingga beliau tersembunyi dari pandanganku. Kemudian ia menunaikan hajatnya di sana.” (HR Bukhari dan Muslim).
4 Membaca Doa Doa sebelum masuk WC: “Bismillahirrahmanirrahim. A’udzu billahi min al-khubtsi wa al-khabaits.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Doa keluar dari WC: “Ghufranaka.” (Riwayat Imam Ahmad). Seyogyanya mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC dan kaki kanan saat keluar.
5 Tidak Membawa Benda Bertuliskan Lafadz Allah dan Ayat al-Qur’an Ini berdasarkan perbuatan Nabi yang melepas cincinnya yang bertuliskan ‘Muhammad Rasulullah’ ketika hendak masuk WC (Riwayat Abu Daud). Beberapa ulama melemahan hadits tersebut, tapi secara etika, tak layak seseorang membawa tulisan lafadz Allah atau ayat-ayat al-Qur’an masuk ke dalam WC. 7 Sebanyak Tiga Kali Bila ber-istijmar (bersuci dengan benda padat seperti batu dan sejenisnya), disunnahkan minimal sebanyak tiga kali (HR. Muslim).
9
Tidak Bercakap Selama Buang Hajat Sebuah hadits meriwayatkan, seorang laki-laki pernah memberi salam kepada Nabi dan beliau tak membalas salamnya. Sebab ketika itu beliau sedang buang hajat (Riwayat Muslim).
ADABUNA 6 Tidak Memakai Tangan Kanan Sabda Nabi, “Jika seseorang di antara kamu buang air, maka hendaknya ia tidak memegang kemaluannya dengan tangan kanan, tidak pula bersuci dengan tangan kanan.” (HR. al-Bukhari). 8 Tidak Memakai Tulang-belulang Nabi melarang istijmar memakai tulang atau kotoran hewan. Sebab, ia adalah makanan kesukaan jin (Riwayat al-Bukhari).
10 Mencuci Kedua Tangan Selesai Buang Hajat Usai buang hajat, jangan lupa mencuci kembali kedua tangan. Selain menjaga kebersihan tangan, perbuatan ini juga telah dicontohkan oleh Nabi yang selalu mencuci kedua tangan selesai menunaikan hajatnya (HR. Abu Daud).*
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
51
b o I
RIHLAH
FOTO:SIRAJ EL-MANADHY/MULIA
Napak Tilas Rumah Guru Bangsa HOS Cokroaminototo Di rumah sederhana, di Kampung Peneleh inilah justru lahir tokoh-tokoh besar negeri ini
S
urabaya adalah kota yang tak pernah habis dengan cerita bersejarah. Mulai dari masa Majapahit, penjajahan kolonial Belanda hingga perjuangan para tokoh kemerdekaan. Sebagaimana sebuah rumah sederhana di Kampung Peneleh. Kampung yang berada
52 MULIA
tidak jauh dari lokasi Tugu Pahlawan yang menjadi salah satu icon kota ini. Rumah sederhana yang berada di sebuah gang di Peneleh tersebut, adalah bekas rumah seorang tokoh nasional, bernama Haji Oemar Said Cokroaminoto. Salah satu Pahlawan Nasional ini lahir di
|Muharram 1438/Nopember 2016
Tegalsari, Ponorogo, 16 Agustus 1882. Tokoh nasionalis ini dikenal sebagai muassis atau pentolan organisasi politik, Sarikat Islam (SI). Ditemanai Pak Eko, jurukunci rumah itu, penulis menapaktilasi setiap ruang di dalam rumah itu. Pak Eko menerangkan rumah itu
RIHLAH dibangun sekitar tahun 1870 dengan nuansa budaya Jawa yang khas. Di bagian depan, ada pagar setinggi 1 meter yang terbuat dari kayu, dengan dilengkapi empat pilar yang terbuat dari bahan serupa, menyokong bagian atap. Lantai rumah yang berwarna kuning kecokelatan bercampur merah maron, turut menjadi penghias rumah lawas nan bersahaja itu. Begitu kita masuk ke dalam ruang tamu, rasanya kita sedang berada di zaman saat beliau masih hidup. Empat buah kursi kuno; yang berbahan jati, serta meja pelengkap, dengan bahan serupa, tersusun rapi di sebelah kanan ruangan. Sebuah rak peralatan rumah tangga sederhana yang juga dibuat dari kayu jati, berada di dekat kursi tamu dan berhimpit dengan tembok. Di bagian atas rak, ada 5 buah foto kuno. Tentu saja, semua foto memperlihatkan aktivitas beliau semasa aktif di Sarikat Islam. Masih di ruang tamu, di dinding searah susunan kursi kayu jati, ada beberapa foto yang menggambarkan kegiatan Pak Cokro semasa hidupnya. Atap rumah yang terbuat dari bambu semakin
meninggalkan kesan nilai-nilai klasik rumah, yang sebelum dihuni oleh keluarga Pak Cokro, merupakan hunian seorang pedagang Tionghoa. Melongok ke ruang berikutnya, kita akan menemui dua kamar yang saling berhadapan. Di sisi kiri, ada kamar yang dahulu merupakan kamar kos. Pak Cokro memang dahulu menjadikan sebagian kamar di rumahnya sebagai tempat indekos. Rata-rata mereka kaum pelajar yang datang dari berbagai kota. Pada arah hadap yang sama, ada kamar keluarga Pak Cokro bersama istrinya, RA Suharsikin dan anakanaknya. Di dalamnya, ada sebuah cermin kuno. Kaca cermin ditopang kokoh oleh sebuah kotak jati yang bernilai seni tinggi. Di lorong, jalan antara dua kamar, ada almari dan kursi
FOTO:SIRAJ EL-MANADHY/MULIA
yang juga peninggalan keluarga Pak Cokro, masih berdiri kokoh. Diam membisu menjadi saksi sejarah yang terhimpun di dalam rumah kuno itu. Berjalan menyusuri ke belakang, kita akan melihat kumpulan foto anak muda yang indekos di sana. Ada foto Bung Karno, Muso, Semaun, dan Kartosuwiryo. Seruang dengan foto-foto, ada kamar mandi dan dapur. Uniknya, ada sebuah kamar yang menyatu dengan bagian atap. Kata sang juru kunci rumah, itulah kamar tidur Bung Karno. Selain sebagai ruang tidur, dulunya Pak Cokro sering mengajar muridmuridnya di ruang tersebut. Untuk bisa mengetahui “jeroan” ruang atas, ada sebuah tangga. Pintu masuk menuju lorong dalam rumah terhubung pula dengan kamarkamar, dapur, kamar mandi, hingga ruang belajar.Di atap inilah terdapat anak tangga penghubung lantai dasar dan ruang belajar yang tersembunyi. Sebagaimana dikatakan sang juru kunci, ruangan itu sebagai kamar pribadi Bung Karno. Bung Karno selalu bersemangat belajar di ruang atas. Bung Karno, Muso, |MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
53
RIHLAH
FOTO:SIRAJ EL-MANADHY/MULIA
Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka maupun Kartosuwiryo, diantara murid Pak Cokro yang kelak, karena perbedaan ideologi dalam berpolitik, mereka pun punya takdir lain. Jalan yang mereka tempuh berbeda. Sukarno misalnya, kelak menjadi seorang nasionalis dan Proklamator RI. Muso yang pernah hidup lama di Soviet, pada akhirnya menjadi seorang penggerak Pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Semaun pernah menjadi tokoh penting di awal PKI tumbuh. Kartosuwiryo merupakan pendiri Negara Islam Indonesia (NII) pada 1949. Tan Malaka dikenal publik sebagai aktivitas pergerakan untuk kemerdekaan.
54 MULIA
Di rumah sederhana itu, mereka sering berkumpul untuk berdikusi, berdebat, bercengkerama maupun belajar ilmu agama dari sang mentor, yaitu Pak Cokro. Waktu berjalan begitu cepat saat saya menyusuri sudut demi sudut rumah tersebut. Jam di dinding sudah berangka 3 lebih 20 menit di sore hari. Hari makin sore, namun sang juru kunci rumah masih bersemangat bercerita. Beliau melanjutkan ceritanya, dulu Pak Cokro memang dikenal pribadi yang vokal, lantang, dan kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintahan kolonial Belanda. Terlebih bila kebijakan tersebut berat sebelah atau hanya menguntungkan pihak penjajah. Di sisi lain, dia dikenal sebagai
|Muharram 1438/Nopember 2016
sosok relijius. Agama, merupakan penopang paling utama dalam setiap gerakan maupun organisasi yang dia jalankan. Agama pula yang menjadi landasan paham nasionalisme dan sosialisme yang dia miliki. Keduanya menyatu dalam dirinya; menggerakkan setiap orang untuk mewujudkan rasa cinta tanah air sekaligus melahirkan segala bentuk resistensi terhadap bangsa penjajah dan penindas Rumah Pak Cokro ini bisa kita capai cukup mudah. Dari terminal Bungurasih, kita bisa naik bus kota dengan rute menuju Jembatan Merah. Selanjutnya, kita naik mikrolet dengan trayek Keputih. Mikrolet atau bemo akan melintasi kawasan Jembatan Peneleh, dan mintalah untuk berhenti di sana. Dari Jembatan Peneleh, kita langsung saja mencari lokasi utama, yang berada di gang Peneleh 7 nomor 29-31. Rumah Pak Cokro memang tampak sangat sederhana. Namun, kesederhanaan rumah itu mampu melahirkan tokoh-tokoh besar negeri ini di kemudian hari.*/Siraj elManadhy
ISLAM PESONA
Jalaludin Rumi
Ulama yang Sufi, Sastrawan dan Inspirator Para Ilmuwan Sajak-sajak gubahan Rumi sangat tajam, bersumber dari sejarah Islam dan berpengaruh sepanjang zaman
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
55
ISLAM PESONA
D
i Indonesia nama ulama sufi yang juga sastrawan ini tidak semasyhur ulamaulama ahli fiqh, seperti Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Malik, dan Imam Hanafi. Namun dikalangan para cendekia, pemikiran-pemikiran Rumi –khususnya dalam bentuk sastra-- terus menginspirasi dan banyak didiskusikan. Sebuah buku menjelaskan bahwa pengaruh Jalaludin Rumi terhadap khazanah pemikiran dan sastra juga merasuk, menginspirasi peradaban Barat. Mulyadhi Kartanegara dalam buku “Mengislamkan Nalar Sebuah Respon Terhadap Modernitas” memberikan jabaran jelas mengenai hal ini. Brian Haines dalam buku God’s Whisper, Creation’s Thunder menyatakan, pemikiran-pemikiran sosok manusia yang memahami mistisisme sangat membantu para saintis memahami ilmu fisika secara
lebih mendalam. Dan, Jalaludin Rumi adalah sosok yang telah memberikan banyak penjelasan yang mencerahkan bagi fenomena alam yang ditelitinya. Hines mengatakan, “Para mistikus yang sempurna adalah guruguru ilmu spiritual yang membuka pintu ilmu pengetahuan Tuhan dan cinta kepada para pecinta Kebenaran sejati.” Rumi dinilai telah memberikan keterangan komprehensif mengenai beberapa fenomena dalam kajian ilmu fisika, terutama terhadap apa yang disebut sebagai
SUMBER:PIXABAY
56 MULIA
|Muharram 1438/Nopember 2016
“echo-echo” Realitas (Tuhan) dalam Fisika Baru.Rumi berkata, “Setiap saat dunia selalu diperbarui, tetapi kita tidak menyadarinya.” Luasnya pengaruh Rumi telah menghidupkan kajian pemikiran dan sastra di Barat, seperti dalam karya Hans Anderson pada Gesta Romanourm pada tahun 1324 M, dan sarjana-sarjana Barat lainnya, seperti; Shakespeare, Ralph Waldo Emerson, Georg Wilhelm Fiedrich Hegel, Deepak Chopra, Philip Glass, Robert Wilson, Coleman Barks sampai desainer Dona Karan. Bahkan karena begitu luasnya pengaruh Rumi, dalam buku “Dari Penakluk Jerussalem Hinggga Angka Nol” disebutkan; “Orang Barat lebih mengenal Rumi daripada Islam atau AlQur’an. Inilah problem yang dihadapi orang Barat ketika memahami Islam.” Demikian ungkapan Islamolog Jerman, Annemarie Schimmel. Dalam konteks
ISLAM PESONA
sastra, pengaruh pemikiran Jalaludin Rumi telah mengilhami para sastrawan sepeninggalnya, sampai pada pemikir modern Islam yang juga ahli sastra Muhammad Iqbal. Sajak-sajak gubahan Rumi sangat tajam, bersumber dari sejarah Islam dan berpengaruh sepanjang zaman. Di antaranya adalah sebagaimana berikut; “Hidup ini serupa dengan rumah penginapan. Setiap hari ada saja yang datang silih berganti. Kebahagiaan, kesedihan, pujian, cacian. Belajarlah tersenyum ramah pada semuanya. Bahkan pada petaka, bencana, kematian sekalipun. Sebab semuanya menghadirkan bimbingan-bimbingan sekaligus tuntunantuntunan. Semuanya menggoreskan makna.” Rumi memang hidup di tengah kondisi zaman peradaban Islam telah berada di puncaknya dan sedang dalam gerbang degradasinya secara politik dan keilmuan. Sejarah mencatat Rumi kecil hidup kala kekuatan Mongol mulai menggumpal di sekitar sosok Jenghis Khan.
SUMBER:PIXABAY
“
Hidup ini serupa dengan rumah penginapan. Setiap hari ada saja yang datang silih berganti. Kebahagiaan, kesedihan, pujian, cacian. Belajarlah tersenyum ramah pada semuanya. Bahkan pada petaka, bencana, kematian sekalipun. Sebab semuanya menghadirkan bimbingan-bimbingan sekaligus tuntunan-tuntunan. Semuanya menggoreskan makna. Namun dalam kondisi seperti itulah, ia tetap optimis dalam hidup berdasarkan iman dan ilmunya. Dia terus menyelam mencari makna-makna terdalam dari setiap kejadian dengan pemikiran, ketaatan, dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala, sehingga dirinya menjadi mutiara yang tidak saja menerangi zamannya,
tetapi juga masa kini dan selanjutnya. Satu pesannya yang indah patut kita camkan baik-baik. “Mata hati mempunyai kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan” (dalam karya monumentalnya Matsnawi).*/Imam Nawawi
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
57
ISLAM PESONA
SUMBER: PIXABAY
Ibadah dan Semangatnya Menuntut Ilmu Kesungguhannya dalam menuntut ilmu, menjadikan Jalaludin Rumi mencapai derajat tinggi dalam keilmuan
T
idak seperti pemahaman sarjana Muslim yang sekuler, Jalaludin Rumi tidak saja cerdas, pandai bersastra dan mendasar dalam berpikir, tetapi juga mampu tenggelam dalam nikmatnya ibadah. Sepah-Salar (w. 1319
58 MULIA
M), salah seorang murid Rumi meriwayatkan akhlak dan perilaku sehari-hari dari gurunya itu dalam bukunya, Risalah Sepah-Salar. “Tak pernah sekalipun aku melihatnya mengenakan pakaian tidur. Aku tidak pernah melihat tikar atau
|Muharram 1438/Nopember 2016
kasur di dekatnya. Bila kantuk menyergapnya, biasanya ia tertidur dalam posisi duduk.” Dalam hal shalat, kala telah menghadap kiblat, maka berubahlah warna mukanya, Rumi pun tenggelam dalam shalatnya itu. Tidak jarang tangis dan guguk memenuhi malam-
ISLAM PESONA malamnya dalam shalat. Bahkan saat musim dingin, sempat air matanya membeku di jenggot dan pipinya ketika tengah mengerjakan shalat. Namun demikian Rumi menulis syair, “Sebutir debu ridha-Nya lebih baik dari seribu amalan hamba yang saleh.” Artinya, rahmat, ridha Allah adalah tujuan hidupnya dan jangan pernah merasa telah dekat surga hanya karena ibadah yang diamalkannya. Jika mendapat hadiah dari sultan, hadiah-hadiah itu segera dibagi-bagikan. Rumi juga seorang yang wara’. Beliau sangat berhati-hati dengan harta yang sampai kepadanya. Selalu ditelitinya, jangan sampai ada syubhat, apalagi haram dalam hartanya. Rumi tidak suka dengan harta yang diterima tanpa kerja dan keringat. Maka, tatkala dirinya mendapat tunjangan dari harta wakaf sebesar 15 dinar, ia pun berusaha mengimbanginya dengan kerja, yakni dengan menuliskan fatwa tanpa dibayar. Dengan demikian ia berharap tunjangan
tersebut menjadi harta yang baik karena telah dilunasinya dengan keringatnya.
Hausnya Terhadap Ilmu
Kesungguhannya dalam menuntut ilmu, baik kepada sang ayah sendiri sampai kepada guru-guru lainnya, menjadikan Rumi mencapai derajat tinggi dalam keilmuan, sehingga Badruddin Kaharnasy, seorang amir Bani Saljuk bermurah hati membangunkan madrasah yang dikenal dengan KhadawanDakar (Hudavendigar). Namun demikian, Rumi terus merasa haus dalam ilmu. Sekalipun telah menguasai berbagai cabang ilmu yang diwariskan dari
sang ayah, jauh di lubuk hati, ia merasa masih ada yang kurang. Rumi merasa belum mencercap kemakrifatan sebagaimana yang dicercap ayahnya. Maka, kala Burhanuddin Muhaqqiq - seorang murid utama ayahnya - datang ke Konya pada 629 H, Rumi tidak menyianyiakannya. Merasa telah mendapatkan ilmu dari murid sang ayahnya, Rumi justru semakin haus akan ilmu. Ia pun memutuskan ke Aleppo untuk menuntut ilmu. Saat itu ia menghadiri majelis ulama besar Kamaluddin Ibn AlAdhim. Merasa cukup di Aleppo, Rumi melanjutkan perburuan
“Sebutir debu Ridha-Nya lebih baik dari seribu amalan hamba yang sholeh”
SUMBER: PIXABAY
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
59
ISLAM PESONA
ilmunya ke Damaskus. Di sana ia berguru kepada Syaikh Utsman al-Rumi, Syaikh Auhaduddin AlKirmaniy, dan Syaikh Shadruddin Al-Qunawi. Setelah itu, barulah Rumi kembali ke Konya (Turki) untuk meneruskan kewajibannya, mengajar, menyampaikan fatwa, dan membimbing para murid. Sampai suatu ketika Rumi bertemu dengan seorang sufi dari Tabriz yang bertanya
kepadanya. “Tuan, apa sebenarnya tujuan dari melakukan hidup prihatin (riyadhah) dan mempelajari ilmu?” Rumi menjawab, “Untuk mengetahui berbagai etika syariat.” Namun, tak dinyana, sufi dari Tabriz itu menyanggah. “Bukan itu. Melainkan untuk mencapai Dzat yang seharusnya diketahui,” yang dilanjutkan dengan menyampaikan puisi karya Hakim AsSina’i; “Bila ilmu. Tak
SUMBER: PIXABAY
60 MULIA
|Muharram 1438/Nopember 2016
membuatmu telanjang dari nafsu. Sungguh dungu lebih baik bagimu.” Jawaban itu membuat Rumi tersentak dan semangatnya menuntut kembali ilmu menyalanyala kembali, hingga ia banyak meluangkan waktu berdialog dengan Syamsu Tabriz. Dirinya selalu bahagia duduk bersama ahli ilmu.*/ Imam Nawawi
“
“Bila ilmu. Tak membuatmu telanjang dari nafsu. Sungguh dungu lebih baik bagimu.”
ISLAM PESONA
Silsilah dan Syair-Syair Jalaludin Rumi Ayah Rumi, Muhammad Ibn Husain Bahauddin tersambung kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq
J
alaludin Rumi dilahirkan pada 6 Rabi’ul Awal 604 H (30 September 1207 M). Ayahnya Muhammad Ibn Husain Bahauddin yang masyhur dengan sebutan Bahauddin Walad, merupakan ulama terkemuka di Balkh (Afghanistan). Jika ditarik sampai ke atas dari ayah dan kakeknya, maka silsilah Rumi sampailah kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Berikut beberapa syair gubahan Rumi.
Tentang kematian
kemalangan.”
Tentang Musuh Terbesarmu
“Hawa nafsu adalah ibunda segala berhala Berhala benda ialah ular, sedang berhala jiwa ialah naga Mudah bagimu menghancurkan berhala benda, namun menganggap mudah menghancurkan berhala hawa nafsu adalah ketololan yang nyata Wahai anakku, Bila kau ingin tahu bentuk nafsu Bacalah tentang neraka
bertujuh pintu Dari nafsu, setiap saat bermunculan muslihat Dari setiap tipu, seratus Fir’aun dan tentaranya terjerat.” Demikianlah kedalaman pemikiran Rumi yang tersaji dalam sajak-sajak yang digubahnya. Semoga ke depan lahir generasi Muslim yang mewarisi jejak sang maestro sufi, yang juga sastrawan dan sangat berkontribusi bagi pengembangan keilmuan dunia.*/Imam Nawawi
“Pada hari aku wafat, ketika keranda mulai diarak Jangan kau sangka aku bermuram sebab berpisah dari alam Tak usah tersedu karena kematianku Tak perlu kau meratap: “Oh kasihan, oh betapa malang!” Jatuhmu dalam perangkap setan, Itulah sebenarnya
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
61
MUTIARA
Kemuliaan di Balik Cacian Seseorang yang mencaci maki dengan kata kotor tidak akan membuat orang lain rendah, kecuali ia merendahkan dirinya sendiri
S
eorang laki-laki datang menemui Abu Bakar. Tanpa ba-bi-bu lelaki tersebut mencaci maki salah seorang sahabat yang sangat dicintai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ini. Rasulullah yang saat itu tengah duduk di sampingnya, tampak terheran-heran sambil tersenyum melihat Abu Bakar diam saja. Namun ketika kata makian semakin banyak, Abu Bakar pun meladeninya. Rasulullah bangkit dengan wajah tidak suka dengan sikap Abu Bakar itu. Beliau berdiri dan Abu Bakar mengikutinya. “Ya Rasulullah, tadi dia mencaci makiku namun engkau tetap duduk. Tapi ketika aku ladeni sebagian
62 MULIA
kata-katanya, engkau marah dan berdiri. Mengapa demikian ya Rasulullah?” tanya Abu Bakar. “Sesungguhnya bersamamu ada malaikat, kemudian dia berpaling dari padamu. Ketika engkau meladeni perkataannya, datanglah setan dan aku tak sudi duduk bersama setan itu,” jawab Rasul. Kemudian beliau meneruskan nasihatnya, “Tidak teraniaya seseorang karena penganiayaan yang ia sabar memikulnya kecuali Allah akan menambahkan kepadanya kemuliaan dan kebesaran.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Kabsyah Al Anmari)
Ridha
Tidak ada suatu pun kejadian, bahkan
|Muharram 1438/Nopember 2016
selembar daun yang terjatuh, melainkan sudah di dalam skenario Allah. Begitu pula apa pun yang menimpa kita dalam hidup keseharian. Mulai dari peristiwa besar hingga yang kecil, semua telah direncanakan oleh Allah. Sikap orang yang beriman dalam menghadapi segala kejadian adalah menerimanya dengan hati lapang dan ridha; sebagai hidangan dari Allah. “Kami (Allah) akan memberikan kepada orang-orang yang berhati sabar itu pahala menurut amalan yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya.” (QS: An Nahl: 96) Salah satu kejadian yang mungkin sering terjadi dalam pergaulan
MUTIARA adalah perkataan yang tidak menyenangkan, caci maki misalnya. Agar tidak sia-sia, menghadapi hal seperti ini perlu sikap yang tepat. Sikap emosional dan kehilangan kendali, merupakan tanda kurang ridha dengan kejadian. Kita lupa bahwa apa yang terjadi sesungguhnya merupakan kiriman Allah untuk menguji sikap kita. Sikap marah-marah dan emosional, justru menjerembabkan kita pada kenistaan. Dan hanya membuat Malaikat menyingkir dan yang datang merubung malah Setan. Akhirnya tak hanya kehilangan kehormatan di depan manusia, tetapi juga di depan Allah dan Rasulnya.
Memilih
Seringkali respon tindakan seseorang ditentukan oleh keadaan. Kalau yang diterima caci maki, maka reaksinya juga caci maki. Namun manusia sesungguhnya tidak semata ditentukan oleh lingkungan, tetapi juga oleh dirinya sendiri. Bahkan sebagian orang malah mampu mempengaruhi lingkungan. Mereka mencairkan
lingkungan yang beku, memperbaiki keadaan yang buruk. Menghadapi keadaan yang ada, manusia diberi kemampuan memilih. Saat menghadapi caci maki, seorang dapat merenungkan dalam hati, apa tindakan terbaik yang ingin dilakukan; diam atau membalas.
“Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan hati. Dosa adalah apaapa yang mengusik jiwa dan meragukan hati.” (HR. Imam Ahmad)
Kita akan dapat memilih tindakan terbaik jika dilandasi sikap ridha. Dengan menyadari bahwa semua dari Allah, akan membuat hati tetap bening dan pikiran juga jernih. Tentu saja akan berbeda halnya jika caci maki dihadapi dengan sikap emosional. Hati dikuasai hawa nafsu dan amarah, sehingga pikiran pun jadi kotor. Akhirnya yang mengalir di lisan adalah katakata kotor, bahkan lebih tajam lagi. Sebenarnya, seorang yang mencaci maki dengan kata-kata kotor tidak akan membuat
orang lain rendah, kecuali merendahkan dirinya sendiri. Katakata kotor yang keluar dari mulut, lebih menunjukkan siapa yang mengatakan dari pada siapa yang dikatakatai. Sikap berlebihan dalam membalas itu justru membuat kita sama-sama terjerembab bersama orang yang mencaci itu.
Hikmah
Allah menghadapkan kita pada keadaan yang tidak kita senangi itu tentu ada hikmahnya. Dengan sikap ridha kita dapat menjadikan caci maki sebagai alat evaluasi diri. Tidak mudah melihat kekurangan diri. Dari yang dikatakan itu mungkin ada yang tidak sesuai, tapi beberapa bagian mungkin agak sesuai juga. Bahkan kalau mau jujur kita masih perlu bersyukur; bahwa Allah masih menutupi aib-aib kita. Apa yang dikatakan itu sebenarnya belum seberapa dari semua kekurangan kita. Dengan demikian kita terhindar dari sikap sombong dan sok sempurna. Kita tersadar merasa masih banyak kekurangan dan lebih terpacu lagi memperbaiki diri.*/ Hanif Hannan |MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
63
QUOATE ULAMA
“
“Tiga perkara, siapa saja ada padanya, niscaya ia menyempurnakan imannya kepada Allah. Yaitu; • Apabila ia ridha, maka keridhaannya tidak memasukkannya kepada kebathilan • Apabila ia marah, maka kemarahannya tidak mengeluarkannya dari kebenaran • Apabila ia mampu, maka ia tidak mengambil apa yang bukan miliknya
(Muhammad bin Ka’ab dinukil oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin BAB Keutamaan Menahan Marah)
64 MULIA
|Muharram 1438/Nopember 2016
FIGURA
“Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rezeki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang” (HR Ahmad)
66 MULIA
|Muharram 1438/Nopember 2016
FIGURA
|MULIA
Nopember 2016/Muharram 1438
67
KHAZANAH
Polisi pada
Zaman Islam Polisi pada zaman kekhalifahan selain menjamin keamanan, juga menjaga perilaku manusia dari akhlak-akhlak menyimpang. Makanya syaratnya ketat, harus mengerti fikih, tafsir, dan memiliki sifat takwa.
P
olisi atau syurthoh pernah mengukir kenangan manis dalam sejarah kejayaan umat Islam. Eksistensi syurthoh kala itu sangat dibutuhkan, terutama dalam penegakkan syariat. Tugas utama syurthoh sebenarnya sama saja dengan polisi zaman sekarang: mewujudkan rasa aman bagi masyarakat. Perbedaannya hanya pada cara yang ditempuh untuk mewujudkan rasa aman. Kalau syurthoh di zaman kekhalifahan menggunakan cara yang direkomondasikan oleh Sang Pencipta, yaitu syariat. Ketika syariat tegak, rasa aman pasti terwujud. Karenanya menjadi polisi pada saat itu adalah profesi yang mulia dan juga bergengsi.
68 MULIA
Pekerjaannya tidak sekadar menangkap dan menghukum para pelaku kriminal. Namun lebih dari itu, tugas yang diemban oleh para syurthoh adalah bagian dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wajar jika syurthoh menjadi institusi yang berwibawa dan disegani masyarakat. Ibnu Khaldun berkata, “(Syurthoh) pada zaman kekhalifaan adalah bagian dari tugas keagamaan dan merupakan pekerjaan yang syar’i.” Alasannya, menurut Ibnu Khaldun, karena pada institusi inilah penegakan had dan interogasi kepada para tersangka pelaku kejahatan dibebankan.
Sejarah Polisi
Pada zaman Rasulullah, istilah syurthoh belum dikenal.
|Shafar 1438/Nopember 2016
Namun kalau melihat pada fungsi syurthoh itu sendiri, hakikatnya saat itu ada beberapa sahabat yang sudah menjalankan fungsifungsi seorang syurthoh. Di dalam Shahih Bukhari, Anas bin Malik berkata, “Sesungguhnya Qois bin Sa’ad di sisi Rasulullah laksana seorang syurthoh di samping seorang amir.” Meski belum menjadi institusi formal, ketika Umar bin Khaththab menjadi khalifah, fungsi-fungsi syurthoh semakin kelihatan. Beliau sering mengadakan patroli pada malam hari untuk memastikan rakyatnya aman dan tenang. Barulah pada masa Daulah Umawiyah berkuasa, formalisasi lembaga kepolisian ini mulai diupayakan. Selain untuk memastikan
KHAZANAH rasa aman kepada rakyatnya, lembaga ini juga dianggap penting karena merupakan bentuk ikhtiar dalam menjaga keselamatan khalifah. Pasalnya tiga orang khalifah (Umar, Utsman, dan Ali) terbunuh secara sembunyi-sembunyi. Sehingga kejadian ini menjadi pelajaran bagi para khalifah akan pentingnya pengawalan. Pada mulanya, syurthoh adalah bagian dari institusi peradilan. Tugasnya tak lebih sebagai eksekutor. Ketika pengadilan telah memutuskan seorang bersalah karena melanggar syariat atau peraturan pemerintah, urusan pelaksanaan hukuman diserahkan kepada polisi. Seiring dengan wilayah kekuasaan Islam yang terus meluas, syurthoh pun ikut berkembang dan akhirnya institusi ini berdiri sendiri, namun tetap bekerjasama dengan lembaga peradilan.
Tak Mudah Jadi Polisi
Menjadi polisi di zaman kekhalifaan tidaklah mudah. Kriteria yang ditetapkan tidaklah mudah memenuhinya. Ziyad bin Abih, orang penting dalam Daulah Umawiyah mengatakan, “Seharusnya seorang
polisi itu memiliki ketegasan yang kuat, jauh dari sifat kelalaian, terjaga kehormatannya, amanah, dan bebas dari perangai tercela.” Karenanya, untuk merekrut polisi seperti kriteria di atas terkadang tidak cukup dengan mengumumkannya saja. Ada seorang petugas khusus yang berkeliling untuk mencari orang yang bisa memenuhi kriteria di atas. Seperti yang pernah dilakukan oleh Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqofi pada zaman Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ketika bermaksud mengangkat kepala kepolisian di wilayah Kufah, ia berkeliling di Iraq. Kriteria atau syarat untuk menjadi polisi di zaman Bani Abbasiyah lebih diperketat lagi. Seorang polisi diharuskan memiliki keutamaan, mengerti fikih, tafsir, dan memiliki sifat takwa. Kenapa demikian? Karena tugas polisi adalah eksekutor utama para pelanggar syariat. Tak heran jika di zaman itu, kepala kepolisian pernah dijabat oleh al-Amin Muhammad, murid dari Muthorrif bin Abdullah, salah seorang Sahabat Imam Malik.
Penjaga Akhlak Umat
Tugas kepolisian juga tidak sebatas dalam bidang keamanan. Polisi pada zaman kekhalifaan juga menjaga perilaku manusia dari akhlakakhlak menyimpang. Pada zaman Gubernur Mesir Muzahin bin Khaqan, ia menginstruksikan larangan berhias bagi para perempuan ketika keluar rumah, berziarah kubur, dan memerintahkan pula menghukum para lelaki yang menyerupakan dirinya dengan perempuan. Ia juga melarang keras pendirian tempattempat hiburan dan minuman keras. Dan yang bertugas mengawal instruksi ini adalah syurthoh. Syurthoh juga bertugas mengawasi transaksi yang belangsung di pasar. Transaksi-transaksi yang melanggar syariat seperti riba jelas akan kesulitan mendapatkan ruang gerak di pasar. Sehingga keadilan dalam bermuamalah senantiasa bisa dirasakan oleh umat Islam. Ketiga rasa keadilan itu bisa terpenuhi, maka tentu setiap orang akan terhindar dari tindakan-tindakan kriminal.* Diringkas dari majalah Suara Hidayatullah |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
69
DUNIA ISLAM
Sinagog Marseille Menjadi Masjid Jumlah Muslim yang terus bertambah membuat warga harus antri di pintu masjid. Mengubah sinagog itu menjadi masjid dinilai gagasan bagus
D
i belakang sebuah pelabuhan tua di Kota Marseille, di mana banyak imigran asal Afrika pertama kali melihat pemandangan negeri Prancis, terdapat sebuah pusat kegiatan pemuda, disitulah anakanak nakal didorong untuk bermain bola sodok daripada terjerumus kriminalitas. Di bangku yang terdapat di teras tempat itu, duduk Samir, pembina para pemuda setempat. Aktivis itu mengatakan, kebanyakan pemuda
70 MULIA
yang aktif terlibat kegiatan di tempatnya adalah Muslim. Namun, di kota tempat bercampurbaurnya orang dari berbagai bangsa itu, latar belakang agama tidak terlalu menjadi perhatian. “Marseille adalah kota imigran yang memiliki pelabuhan terbesar di Prancis. Selama beradab-abad, kota ini menyambut kedatangan beragam orang dari berbagai negara. Di sini kami
|Shafar 1438/Nopember 2016
semua hidup bersama dengan sangat baik. Di selatan sini, kami punya matahari, pantai, kami tidak stres. Tidak ada rasisme di sini,” kata Samir, menjelaskan sebagian kenikmatan hidup di kota pesisir pantai di selatan Prancis yang terkenal itu. Beberapa meter dari pusat kegiatan pemuda itu terdapat sebuah bangunan bercat kuning, yang dikenal sebagai Sinagog Or Thora. Dinding rumah peribadatan penganut Yudaisme itu dipenuhi
DUNIA ISLAM corat-coret grafiti, pintu-pintunya tertutup rapat. Sinagog itu dulu merupakan jantung komunitas Yahudi. Oleh karena keluargakeluarga Yahudi semakin banyak yang sukses, mereka memilih pindah ke bagian kota Marseille yang lebih elit. Kawasan tempat tinggal lama mereka kemudian dipenuhi oleh keluarga Muslim. Itulah kenapa sinagog itu sekarang ditutup, tidak terawat. Kondisi itu mendorong kepala rabi setempat, Ruben Ohana, memberikan izin agar sinagog itu dijual ke sebuah organisasi Muslim bernama AlBadr, yang berencana mengubahnya menjadi sebuah masjid. “Tempat itu harus ditutup. Lebih baik dijual daripada dibiarkan kosong. Lebih
baik dijual dan menjadi tempat ibadah daripada menjadi toko atau klab malam,” kata Ohana. Pendapat dan keinginan rabi itu ternyata diamini oleh para jemaatnya. “Tak bisa dihindari,” kata seorang pria jemaat Ohana. “Penduduk Yahudi telah meninggalkan daerah itu.” “Saya tidak keberatan tempat itu dijadikan masjid,” kata seorang wanita. “Tapi saya tidak ingin mereka menebarkan kebencian di sana,” imbuhnya, merujuk pemahaman keliru di kalangan warga non-Muslim negara Barat bahwa radikalisme diajarkan di masjid-masjid. Tidak jauh dari Sinagog Or Thora terdapat Masjid Bilal, yang dikelola oleh imam Moussa Koite. Masjid
itu merupakan satu dari sekitar seratus tempat shalat yang tersedia di kota Marseille. Namun, jumlah warga Muslim yang semakin bertambah – sekarang diperkirakan mencapai 200.000 jiwa – tidak mungkin ditampung di masjid dan musholah yang ada saat ini. “Setiap Jumat kami menolak lebih dari 100 orang,” kata Koite. “Mereka antri di luar pintu masjid. Itulah kenapa ide mengubah sinagog itu menjadi masjid adalah sebuah gagasan bagus. Kami membutuhkannya. Ramadhan tidak lama lagi dan kami semakin membutuhkannya. Di kota ini, kami perlu 10.000 tempat lagi untuk shalat,” kata Koite kepada wartawan BBC menjelang Ramadhan 1437H lalu.*/Hadijah
SUMBER:BBC
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
71
TAHFIDZUL QURAN
Mahasiswi Termuda Unair yang Hafal Qur’an Syarifah Salsabila
U
sianya tergolong belia. Baru 15 tahun. Meski demikian, ia kini telah menjadi mahasiswi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Itulah Syarifah Salsabila. Gadis berjilbab yang kini duduk di semester pertama pada program studi biologi itu kini tergolong mahasiswa termuda di kampusnya. Sabila, sapaan akrabnya, mengisahkan, perjalanan akademiknya tak ubahnya anak-anak pada umumnya, mulai mengenyam pendidikan SD ketika umurnya belum genap 5 tahun. Namun, ketika telah duduk di bangku
Menjadi mahiswi termuda, penghafal Quran ini ingin menghubungkan dunia sains dengan Al-Qur’an
Sekolah Menengah Pertama (SMP/ sederajat), ‘diskon’ demi ‘diskon’ tenggat waktu sekolah ia dapatkan, karena mengambil progran akselerasi/ percepatan. “Ketika lulus SD, saya melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Surabaya. Ketika itu pihak pondok menyediakan program akselerasi atau percepatan untuk tingkat MTs dan MA. Jadi waktu belajar yang masing-masing 3 tahun, hanya ditempuh selama dua tahun saja. Atas arahan Abi (panggilan untuk ayah), saya pun mengikuti program tersebut,” tutur perempuan kelahiran 30 Juli 2001 itu.
Setelah melewati pendidikan jenjang SMP dan SMA yang ia tempuh hanya empat tahun, gadis itu pun diterima di Universitas Airlangga (Unair) melalui jalur SNMPTN 2016 ketika usianya 14 tahun. Dengan demikian, jadilah ia mahasiswa termuda di kampusnya.
Integrasi Ilmu
Jauh sebelum menjadi mahasiswi Unair, Sabila sempat berkeinginan melanjutkan studinya di Timur Tengah, tepatnya di Maroko. Kala itu gadis penghafal Qur’an ini terinspirasi dari sebuah program TV yang sering mempublikasikan keeksotisan Timur |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
73
TAHFIDZUL QURAN Tengah. Asa itu semakin membumbung tinggi manakala ia mendapat penjelasan dari sang ayah, bahwa di sana juga terdapat universitas Islam, layaknya AlAzhar yang ada di Mesir. Keinginan belajar Islam langsung dari sumbernya pun kuat mengakar di hati. Namun apa lacur, ketika cita-cita itu tinggal beberapa langkah lagi tergapai, Sabila harus mengubur mimpinya lebih dini. Pasalnya, dengan pertimbangan banyak hal, keluarga besarnya tidak menyetujui langkah tersebut, termasuk sang ayah yang mulanya menjadi pendukung utama. Meski sempat kecewa, putri sulung pasangan Nur Khalis dan Menik Suciati ini, mengaku tak ingin menyelisihi apa yang menjadi kehendak orang tuanya. Karena itu, ia tak mau memaksakan diri untuk meneruskan mengejar cita-citanya, bersekolah di Timur Tengah. “Alasan yang diutarakan Abi, beliau pingin saya tidak hanya mengerti masalah agama. Tapi juga harus mampu menguasai ilmuilmu umum lainnya, sehingga mampu mengintegrasikan
74 MULIA
keduanya,” jelasnya. Awalnya, ia diarahkan untuk mengambil jurusan kedokteran. Namun karena banyaknya mahasiswa yang berburu jurusan tersebut, ia pun urungkan diri. Jurusan biologi menjadi pelabuhannya. Syukur ketika pengumuman, ia dinyatakan sebagai peserta yang lulus ujian siswa berprestasi, sehingga akhirnya juga berhak mendapatkan potongan biaya kuliah.
Penghafal Qur’an
Mengikuti program percepatan tentu saja tidak sembarangan orang, harus mereka yang betul-betul bisa mengatur waktu dengan tepat. Begitu pula dengan Syarifah Salsabila, ia harus mengatur waktu belajarnya dengan baik, apalagi ia seorang penghafal Qur’an. “Awalnya memang terasa sulit, saya harus membagi waktu dengan baik antara mengulangi pelajaran di sekolah dengan hafalan Qur’an,” terang gadis asli Surabaya itu. Meski memiliki waktu padat, tak menghalanginya untuk melakukan kegiatan lain. Menurut ibunya, Menik Suciati, gadis yang selalu masuk
|Shafar 1438/Nopember 2016
lima besar di kelasnya sejak SD itu, dulu aktif di ekstrakurikuler, semisal simulasi cerdas cermat dan tari saman. Ia pun pernah menjadi pemenang kompetisi perlombaan Musabaqah Tilawatil Quran Cabang Tahfidz Quran, yang diadakan Yayasan Ammanatul Ummah, Surabaya. “Sebagai orang tua, kami selalu memompa semangatnya agar terus belajar dengan baik. Sejak kecil memang kami selalu menanamkan nilainilai agama dan juga memberikan arahan hidup yang benar,” ungkap Menik. Ditanya soal mimpinya di masa mendatang, Sabila menuturkan,selain berhasrat ingin menjadi hafizhah, ia akan berupaya mewujudkan harapan sang ayah, menjadi ilmuwan yang mampu menyatukan (mengintegrasikan) antara ilmu agama dengan ilmu umum. “Harapan saya kedepannya agar bisa terus menjaga dan menambah hafalan Qur’an saya, dan juga bisa menghubungkan dunia sains dengan Al-Qur’an,” harap gadis yang saat ditemui Mulia awal Oktober lalu, mengenakan kerudung bercorak hitam.*/Siraj el-Manadhy,Robinsah
TAHFIDZUL QURAN
Menghafal al-Qur’an itu tak ubahnya menjaga al-Qur’an. Karenanya perlu meluruskan niat ikhlas karena Allah Subhanahu Wata’ala
Dua Tips Mudah Menghafal al-Qur’an
B
anyak orang ketika mendengar kalimat ‘Tahfidzul Qur’an’ (menghafal al-Quran), benak mereka langsung berkesimpulan sebagai perkara sulit, yang sukar untuk direalisasikan. Namun Fatah al-Hafidz, pengajar tahfidz di SMP Luqman Al-Hakim Surabaya membantah keragauan itu. Pasalnya, Allah Subhanahu Wata’ala sendiri menyatakan, jika al-Qur’an yang diturunkan dalam Bahasa Arab itu justru mudah dipelajari. Berkenaan dengan
itu, awal Oktober lalu, MULIA berkesempatan mengunjungi dan berbagi tips bagaimana menghafal al-Quran dengan mudah. Menurut Fatah, ada satu hal yang harus dimiliki oleh seorang calon penghafal al-Quran (hafidz/ hafidzah), sebelum memulai hafalannya. Yaitu motivasi. Motivasi yang benar dalam menghafal alQur’an adalah untuk mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wata’ala, bukan yang lain. Karena itu pula, lanjutnya,
besar kecil ‘nyala’ motivasi ini, seiring dengan sejauhmana pemahaman dan kesadaran akan keutamaan menjadi seorang hafidz/ hafidzah, baik bagi dirinya maupun orang lain, di dunia ataupun di akhirat. “Dalam hadits dijelaskan Allah Subhanahu Wata’ala menjanjikan bagi para hafidz al-Qur’an menjadi keluargaNya. Kalau kita sadari betul makna hadits ini, kira-kira siapa yang tidak tergiur menjadi keluarga Allah? Dan siapa pula yang tidak |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
75
TAHFIDZUL QURAN ingin bersungguhsungguh mendapatkan gelar itu?” terangnya. Pria asal kota Pahlawan, Surabaya, ini menegaskan, inilah pentingnya memiliki motivasi yang kuat dengan landasan yang benar. Perkara ini pula yang kemudian akan mampu meringankan langkah-langkah berikutnya bagi para calon hafidz/hafidzah menghafalkan ayat-ayat suci al-Qur’an. Sedangkan terkait dengan metode menghafal, Fatah tak segan untuk berbagi tips. Bagi pemula, pertama, hendaknya memulai dengan membaca bin Nadhor (membaca ayat yang ingin dihafal berkalikali sampai lancar) dan bil Ghoib (dibaca tanpa melihat Qur’an). Dengan metode ini,akan membuat si penghafal tidak seperti sedang menghafal, tetapi lebih kepada membiasakan otak dengan ayat-ayat alQur’an. Kedua, kata Fatah, menghafal alQuran tak ubahnya skill (kemampuan). Karenanya butuh latihan dan pembiasaan. Ketika otak sudah terlatih dan terbiasa menghafal, maka dengan metode apapun akan terasa mudah.
76 MULIA
Dan dua metode ini, ungkapnya,berfungsi sebagia perangsang untuk melatih otak agar terbiasa untuk menghafal. “Dari pengalaman saya, awalnya memang saya harus membaca berkali-kali ayat-ayat yang akan saya hafal, bahkan pernah sampai seharian saya habiskan untuk membaca berkali-kali sehalaman Qur’an, baru bisa ke tahap bil Ghoib (tanpa melihat). Tapi itu cukup efektif,” tutur pria kelahiran 14 Mei 1983 ini mengenang masa lalunya. Senada dengan Fatah, Ahmad Mujahid, sorang pengajar di Pondok Tahfidz Daarul Hijrah Surabaya, mengatakan, bagi seorang hafidz/hafidzah menghafal al-Qur’an itu tak ubahnya menjaga al-Qur’an. Dalam menjaga Qur’an maka seseorang harus melindunginya dan merawatnya dengan penuh tanggung jawab. “Dalam memulai menghafal, yang kita butuhkan hanya niat yang ikhlas karena Allah. Insya Allah jika niat kita sudah benar, maka Allah akan mempermudah dalam proses menghafal,” ujar lulusan Pondok Pesantren Isykarima Solo itu.
|Shafar 1438/Nopember 2016
Metode yang ia pakai pun tak jauh berbeda dengan Fatah, hanya saja ia membagi-bagi waktunya sedemikian rupa dalam menghafal al-Qur’an. Ia pun merinci, kalau ba’da subuh digunakan untuk menghafal, ba’da ashar memuroja’ah (mengulangi) hafalan, dan ba’da isya muroja’ah hafalanhafalan sebelumnya. Pria asal Solo ini memberi masukan bagi para calon penghafal al-Qur’an agar tidak mempersoalkan sulit ataupun mudahnya menghafal al-Qur’an. Yang lebih penting dari itu, bagaimana dalam proses menghafal itu, semakin membuat diri lebih dekat pada AlQur’an, dan tentunya Allah Subhanahu Wata’ala. “Jika menjadi hafidz telah menjadi pilihan, sepantasnya bagi kita untuk menjaga dan terus mengulang-ngulangi hafalan. Jangan hanya sekedar menghafal, setor, selesai. Selain menyediakan waktu khusus, saya sarankan untuk sering mendengar murotal Qur’an dari MP3 ataua HP,” saran pria kelahiran 19 April 1990 tersebut.*/Siraj elManadhy
TAHFIDZUL QURAN
PP Tahfidzul Qur’an Darul Madinah Hidayatullah Madiun
SANTRINYA JUARA MENGHAFAL AL-QUR’AN TINGKAT NASIONAL Tujuannya untuk melahirkan generasi qur’ani yang berahlakul karimah dan menyejukkan hati “Dua santriwati Darul Madinah Madiun berhasil meraih juara pada Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ) tingkat Nasional,” demikian potongan sebuah berita dari salah satu media online yang menulis prestasi dari peserta lomba menghafal alQuran tingkat nasional mewakili Jawa Timur. Dua santriwati yang disebut itu, adalah Fathimah Zahrotul Mujahidah dan Aisyah Rohmah, keduanya sedang nyantri di Pondok Pesantren Tahfidz Darul Madinah yang dikelola oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hidayatullah Madiun. Darul Madinah, khusus mendidik santri putri untuk jenjang
pendidikan lanjutan pertama (SMP) dan menengah (MA). Sebagaimana namanya, pesantren ini konsen pada pembinaan santriwati yang ingin menghafal al-Qur’an. Target output adalah hafidz 10 juz. Untuk jenjang MA 15 juz, dan 30 juz untuk takhassus. Menurut Ahmad Hebni Syarif, Pimpinan Pesantren tersebut, saat ini Darul Madinah memiliki kurang lebih 250 santriwati dari berbagai daerah seIndonesia. Mereka mengikuti program yang telah disediakan dari berbagai jenjang SMP, MA, dan Takhassus. “Setiap santri yang masuk ke pondok kami harus mengikuti tes masuk. Jika
dinyatakan lulus, maka santri tersebut wajib mengikuti program tahsin selama 3 bulan untuk mendalami tajwid dan pengucapan huruf yang benar sebelum memulai tahap menghafal Qur’an,” terang Hebni. Adapun metode menghafal yang diterapkan di pondok ini, lanjut Hebni, sama seperti kebanyakan pondok tahfidz lainnya. Setiap ba’da subuh menyetor hafalan, ba’da ashar muroja’ah, ba’da maghrib menyiapkan hafalan baru, dan ba’da isya menghafal-hafalan baru. Di luar jam itu, para santri tetap mengikuti pelajaran dari kurikulum Diknas dan Depag. Selain itu, |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
77
TAHFIDZUL QURAN pihak pondok juga memberikan kegiatan ekstra. Contohnya dalam keterampilan ada kegiatan menjahit dan memasak, sedangkan dalam olahraga ada Wushu dan Pandu Hidayatullah.
Selayang Pandang
Darul Madinah memiliki lokasi yang sangat strategis, berada di jantung kota penghasil jajanan brem, Madiun. Tepatnya di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Taman, jalan Mulya Bhakti No. 23. Tidak terlalu sulit mendapatkan lokasi pesantren ini. Hal itu karena lokasinya berada pada jalan menuju arah Kabupaten Ponorogo. Hebni mengungkapkan, cabang Hidayatullah Madiun ini dirintis oleh seorang dokter
78 MULIA
gigi bernama Fathul Adhim. Berawal hanya tanah seluas 1000 m2, kini pondok ini meluas menjadi 8000 m2. “Hidayatullah Madiun sudah ada sejak tahun 1995, namun kami baru membuka program tahfidz pada tahun 2010 khusus untuk jenjang SMP,” jelas pria kelahiran Sumenep itu. Alhamdulillah, lanjut Hebni, perkembangan pesantren ini semakin pesat. SMP program Tahfidz semakin dikenal banyak orang, bukan hanya karena intensnya pengurus melakukan ekspansi berupa silaturrahmi, namun juga karena prestasi siswanya. “Kami terus membangun jaringan bersama berbagai pihak, baik dari pemerintahan maupun
|Shafar 1438/Nopember 2016
swasta. Alhamdulillah pada tahun 2013, kami mulai membuka program pendidikan jenjang madrasah aliyah khusus putri dengan program unggulan Qur’an; Tahsin, Tahfidz, Tarjim dan Tafsir, serta Kitabah; Bahasa Arab dan Kitab,” ujar lelaki kelahiran tahun 1972 itu. Saat ini Darul Madinah telah memiliki berbagai fasilitas seperti masjid, gedung sekolah, asrama, perpustakaan, ruang olahraga, dan lainlainnya. Selain di dalam kota, Hidayatullah Madiun kini juga memiliki tanah wakaf di daerah Kare, Kabupaten Madiun. Sementara ini, tanah yang luas tersebut digunakan untuk perkebunan serta sering dimanfaatkan untuk kegiatan outbond santri. “Dengan adanya program dan fasilitas yang kami sediakan, sudah tentu tujuannya untuk melahirkan generasi qur’ani yang berahlakul karimah dan menyejukkan hati. Maka dari itu doa dan dukungan dari berbagai lini selalu kami harapkan agar cita-cita melahirkan generasi emas ini tak hanya sekedar wacana semata,” ujar Hebni penuh harap.*/Siraj elManadhy
PROGRAM
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Cerdaskan Bangsa dengan Berdayakan Anak Yatim dan Dhuafa
J
ika kita bercermin kepada sejarah, siapa saja memiliki peluang besar untuk menjadi pribadi unggul dan bermanfaat di masa dewasanya. Hal itulah yang tergambar pada sosok Rasulullah, yang sejak lahir telah menjadi anak yatim. Tetapi, justru dari keyatiman Rasulullah itulah kita bisa mengambil hikmah dan
80 MULIA
pelajaran bahwa anak yatim pun bisa menjadi pribadi bermanfaat di kemudian hari. Keyatiman Nabi tak membuatnya kehilangan integritas, mental kerja keras, semangat berjuang, dan maju terus pantang mundur. Bahkan kala remaja, beliau telah berlalu lalang dalam bisnis ekspor-impor. Namun demikian,
|Shafar 1438/Nopember 2016
tidak otomatis anak yatim dan anak dhuafa akan berhasil. Semua membutuhkan kesungguhan dalam membuktikan keimanan di dalam dada. Karena itu, Nabi Muhammad bersabda, “Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk
PROGRAM dan jari tengahnya serta merenggangkan keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sementara itu, Nabi Daud Alayhissalam juga memberikan petunjuk, bagaimana sikap kita dengan anak yatim. “Bersikaplah kamu kepada anak yatim sebagaimana seorang bapak yang penyayang.” Dengan demikian, mengurus anak yatim bukan saja membenarkan keimanan di dalam dada, tetapi juga membuka jalan kebahagiaan dan kemuliaan bersama Allah dan Rasul-Nya. Atas hal itulah, BMH sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional yang memiliki core program dakwah dan pendidikan, mengajak semua pihak untuk peduli terhadap kelompok yang Allah dan Rasul-Nya muliakan tersebut. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim di antara dua orang tua Muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga.” (HR. Thabrani). 11.600 Anak Yatim dan Dhuafa Menjadi Binaan BMH “Sampai sekarang, BMH masih peduli pada anak yatim dan dhuafa
diwujudkan dalam berbagai sub program. Ada pendidikan di pesantren, bantuan paket pendidikan, sampai beasiswa berkah. Dari semua itu, di antaranya BMH bersinergi dengan Pusat Pendidikan Anak Sholeh se-Indonesia yang eksis di 232 titik,” ungkap Ade Syariful Allam selaku Direktur Pendayagunaan BMH Pusat. “Pada 232 titik itu, kalau kita hitung secara sederhana, misalnya setiap titik ada 50 anak, berarti binaan anak yatim dan anak dhuafa BMH tidak kurang dari 11.600 anak,” imbuhnya. Artinya, tugas ini jelas membutuhkan sinergi semua pihak, terutama untuk mengantarkan mereka, sampai pada apa yang mereka cita-citakan, dan karena itu kita semua bisa mendapatkan kemuliaan di sisi-Nya.
“Agar mereka berdaya di masa depan dan bisa ikut berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara, maka program kreatif yang mengantarkan mereka pada kemampuan hidup yang memadai, baik dari sisi skill dan keimanan menjadi sangat menentukan. PPAS telah memiliki beragam program edukasi yang diharapkan dapat mendorong anak-anak yatim dan dhuafa bisa lebih percaya diri, rajin belajar, dan optimis mengisi hidup, demi masa depan mereka,” papar Syarif. “Insya Allah ada keyakinan besar bahwa keberkahan anak yatim dan dhuafa bukan saja untuk kita yang membantunya, tetapi untuk maslahat bangsa dan negara, sekarang dan di masa mendatang,” pungkas Syarif.*/Herim
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
81
PROGRAM
Mari Bersama Sehatkan 10.000 Yatim Dan Dhuafa
S
elain memberikan layanan kepada yatim dan dhuafa melalui program pendidikan, Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) juga meluncurkan program Sehatkan 10.000 Yatim dan Dhuafa. Seperti jamak dipahami, tingginya angka putus sekolah, kasus gizi buruk dan meningkatnya kasus kekerasan pada anak menjadi persoalan tersendiri bagi
82 MULIA
pemerintah. Fenomena gizi buruk yang terjadi di Indonesia ibarat gunung es yang terjadi melalui proses panjang dan sampai sekarang masih menjadi permasalahan yang sangat serius bagi bangsa Indonesia. Dan, tentu saja semua itu menanti kiprah kita untuk bersama-sama mengurainya. Sekitar 5,4 juta anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia mengalami gizi buruk. Kondisi tersebut tentu akan sangat
|Shafar 1438/Nopember 2016
mengancam demografi yang akan terjadi pada 2020. Karena itu, anakanak perlu mendapat gizi memadai agar bermutu secara fisik dan intelektual. Meningkatnya kemiskinan dan semakin beratnya beban hidup menambah deretan panjang masalah bagi keluarga Indonesia. Yang paling merasakan dampaknya adalah kalangan ekonomi lemah. Maka BMH menggelar program Yatim Sehat dengan
PROGRAM beberapa kegiatan. Di antaranya melakukan aksi layanan kesehatan, penyuluhan kesehatan, tambahan gizi hingga tindakan preventif jika ada yang butuh penanganan medis lebih lanjut. Program ini akan dilakukan di pesantren dan panti asuhan terutama di daerah pinggiran kota, terpencil dan pedalaman. Dalam rangka persiapan aksi ini, telah terdata 325 pesantren dan panti asuhan seluruh Indonesia yang akan menjadi sasaran program ini. Jika selama ini wajah sebagian santri dan pesantren dikenal kurang sehat, kurang bersih, maka sesungguhnya itu tanggung jawab kita untuk ikut membantu. “Nah, melalui program Sehatkan Yatim dan
Dhuafa, kita tidak saja membantu dari sisi gizi dan kesehatan mereka, tetapi juga menghidupkan karakter baru, dimana anak-anak kita ke depan adalah anak-anak yang cerdas dan sehat jasmani dan ruhaninya,” ungkap Direktur Marketing dan Komunikasi BMH Pusat, Rama Wijaya. Program Sehatkan Yatim dan Dhuafa adalah wujud solidaritas membantu anak-anak Indonesia di pesantren dan panti asuhan untuk mendapatkan hak hidup sehat agar keberlangsungan belajar dan beraktifitas bisa terus berjalan dalam mewujudkan cita-cita. Adapun sebaran dari anak yatim dan dhuafa tersebut meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Papua,
Papua Barat, Banten, Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Gorontalo, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Bali, NTT, NTB, Maluku dan DKI Jakarta. Mari sertakan kebaikan kita untuk program ‘Sehatkan Yatim dan Dhuafa’ sebagai bentuk solidaritas dan mewujudkan kebahagiaan sesama sebagaimana amanah agama yang sama-sama kita yakini. Mereka sehat, cerdas dan mandiri, insya Allah keberkahan hidup dan kebahagiaan akan Allah limpahkan kepada kita semua. Aamiin.*/Herim
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
83
LAPORAN BANJIR GARUT
Peduli Bencana Nusantara Banjir Bandang Garut
B
anjir bandang Garut (21/9) seketika menjadi headline berbagai media dan mengundang simpati banyak pihak. Bah yang begitu besar dan sangat mengerikan itu benar-benar mengubah segalanya. Sebanyak 758 kepala keluarga atau 2.525 jiwa mengalami dampak dari musibah yang tak akan pernah terlupakan. Sehari pasca kejadian, melalui Program Peduli
84 MULIA
Bencana Nusantara, BMH langsung berada di lokasi untuk membantu korban banjir bandang dengan melakukan pendataan secara langsung. Zainal Abidin selaku Kepala BMH Perwakilan Jawa Barat ditunjuk sebagai koordinator lapangan. Zainal langsung berkoordinasi dengan berbagai pihak, hingga akhirnya bertemu dengan Pak Rudi, pegiat komunitas mobil Mini Cooper,
|Shafar 1438/Nopember 2016
yang selanjutnya menyediakan kediamannya yang beralamat di Jalan Patriot 46 Garut sebagai posko utama. Di posko itulah aktivitas bantuan BMH semakin banyak. “Posko ini akhirnya menjadi tempat koordinasi dan akomodasi dari berbagai mitra, baik eksternal maupun internal. Dari pihak internal, yakni SAR Hidayatullah dan Islamic Medical
LAPORAN BANJIR GARUT Serviece (IMS) sekitar 50 orang tertampung di sini selama empat hari lamanya,” ucap Zainal. Kehadiran BMH yang terbilang tercepat di lokasi, menjadikan Oman, sesepuh warga Kampung Cimacan juga merelakan kediamannya menjadi posko aksi. “Di rumah Pak Oman ini, aksi bantuan dan layanan kesehatan, termasuk evakuasi bisa dijalankan dengan baik,” imbuh Zainal. Dengan dijadikannya rumah Oman sebagai posko aksi, interaksi dengan warga semakin dekat. Segala macam kebutuhan data tentang apa dan bagaimana bantuan disalurkan, BMH justru dibantu oleh warga, sehingga aktivitas di lokasi nyaris berjalan tanpa kendala.
sembako, paket perlengkapan ibadah, dan paket perlengkapan bayi,” jelas Zainal. Bantuan yang tak seberapa itu mampu menjadikan warga Kampung Cimacan, tepatnya RT. 04 RW. 10, bisa kembali tersenyum. Deria misalnya, gadis kelas IX SMPN 2 Tarogong Kidul mengaku sangat tertolong dengan bantuan paket pendidikan. Terima kasih,” ucapnya dengan senyum bahagia. Ungkapan yang sama berasal dari, Ina Trisnawati (38 tahun)
mengucapkan rasa terima kasih kepada keluarga besar BMH yang telah peduli kepada warga Kampung Cimacan. “BMH telah peduli membantu kami di sini, bantuannya merata, semua warga kebagian, top BMH,” ucapnya. Pasca banjir BMH telah melakukan berbagai program recovery dengan berpusat pada masjid, berupa program dakwah dan pendidikan yang menjadi core BMH sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional.*/Herim
Empat Paket Bantuan
Selasa, 27 September 2016 berkat dukungan, kepercayaan dan sinergitas berbagai pihak, BMH menyalurkan bantuan kepada warga terdampak banjir bandang, tepatnya di Kampung Cimacan Desa Haur Panggung Kecamatan Tarogong Kidul Garut. “Penyaluran itu berupa empat paket bantuan. Yakni, paket pendidikan, paket
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
85
DEDIKASI
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Paket Air Bersih Bahagiakan Warga Kampung Cimacan
M
usibah banjir bandang Garut yang menimpa warga Kampung Cimacan menyisakan banyak keprihatinan, terutama soal air bersih. “Sejak hari pertama pasca bencana, warga Kampung Cimacan terutama yang paling dekat dengan bibir sungai alias di sekitar Masjid Al-Amin tidak bisa mendapatkan
86 MULIA
air bersih. Baru pada hari ini, Ahad (25/9) air bersih telah ada di depan mata,” ungkap Koordinator Tim Peduli Bencana Nusantara dari BMH, Zainal (26/9). Paket air bersih tersebut berupa tandon berkapasitas 1000 liter dan sebuah mesin pompa air. “Jika paket ini masih kurang memadai, ada kemungkinan bisa
|Shafar 1438/Nopember 2016
ditambah, baik tandon maupun mesin airnya,” imbuhnya. Ini berbeda dengan warga Kampung Cimacan yang dekat dengan jalan raya. Sejak hari kedua pasca bencana, air bersih sudah mereka dapatkan. “Jadi kehadiran air bersih dari BMH ini benar-benar membahagiakan warga sekitar, termasuk
DEDIKASI
para relawan. Karena mereka bisa beraktivitas dengan mudah sekaligus kala tiba waktu shalat tiba, semua tinggal ke masjid,” imbuh Zainal. Dengan tersedianya air bersih yang dipusatkan di Masjid Al-Amin, warga sekitar sangat bahagia. “Alhamdulillah, sim kuring ngaraos bingah, tos tiasa deui kukumbah sareng bebersih bumi, haturnuhun pisan
“
BMH,” ungkap Ibu Adang (43 tahun) dalam bahasa Sunda. Masjid Al-Amin pun mendadak ramai. Banyak warga dan relawan yang hilir mudik ke masjid. “Sebelum ada air bersih ini, masjid belum seperti sekarang,” ungkap k Oman (62 tahun). Namun sekalipun akses air bersih sudah tersedia, dan kebutuhan warga menjadi terlayani
dengan baik, kondisi Masjid Al-Amin belum 100% aman, mengingat langitlangit masjid rawan ambruk, terutama jika sampai terjadi hujan lebat.*/Herim
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Jadi kehadiran akses air bersih dari BMH ini benar-benar membahagiakan warga sekitar, termasuk para relawan. Karena mereka bisa beraktivitas dengan mudah sekaligus kala tiba waktu shalat tiba, semua tinggal ke masjid,”
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
87
SINERGI
Sinergi Berbagai Pihak
B
anjir bandang Garut benarbenar menjadi momentum yang membahagiakan. Bukan karena banjirnya, tapi kepedulian semua pihak yang berbondong-bondong membantu korban terdampak. SD Luqman AlHakim Surabaya misalnya, langsung melakukan penggalangan dana dan terhimpun dana sebesar Rp. 17.400.000. Demikian
88 MULIA
juga dengan TK dan SD Islam Az-Zahra Bandar Lampung. Hal serupa juga dilakukan di Berau Kalimantan Timur, Makassar, Kebumen, Semarang, Pekalongan, Bandung dan Banten.
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
|Shafar 1438/Nopember 2016
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Seluruh siswa terlihat antusias mengikuti penggalangan dana. Mereka sisihkan uang sakunya demi meringankan beban sesama. “Tidak apaapa uang sakuku
SINERGI
berkurang, aku senang bisa membantu mereka,” ucap Zahrotu Dzakia siswi kelas 1 SD Luqman Al-Hakim Surabaya. Adi Purwanto, M.Pd, Kepala Sekolah SD Luqman Al Hakim mengatakan, “Penggalangan dana dan do’a bersama ini sebagai bentuk edukasi kepada siswa agar tumbuh empati terhadap sesama dan peka terhadap kelestarian lingkungan,” tegasnya. Sementara itu di lokasi, posko
“
BMH didatangi berbagai pihak untuk penyaluran bantuan. Ada dari PT. Dua Kelinci, Komunitas White Car dan Red Car, termasuk Komunitas Mini Cooper. Kemudian ada dari komunitas Chake and Cookies Diva dari Cicalengka, serta kehadiran Manajemen Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia dan Presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF). “Banyak lagi pihak yang secara individu juga mempercayakan
amanah bantuannya kepada BMH untuk warga terdampak banjir bandang di Garut ini,” sebut Zainal.*/Herim
Dan, banyak lagi pihak yang secara individu juga mempercayakan amanah bantuannya kepada BMH untuk warga terdampak banjir bandang di Garut ini
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
89
LIPUTAN KHUSUS
Beasiswa Pendidikan Kader Dai Luar Negeri
K
ebutuhan akan dai di negeri ini masih jauh dari memadai. Jika mengacu pada jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa, setidaknya diperlukan 10 persen atau 25 juta dai untuk seluruh penduduk Indonesia. Semangat untuk melahirkan dai terus didukung Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Direktur Program Pendayagunaan BMH Ade Syariful mengatakan, BMH ingin ikut serta mencerdaskan
90 MULIA
kehidupan bangsa melalui program dakwah dengan terus mencetak kader-kader dai. “Core BMH sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional memang pada dua bidang, yakni dakwah dan pendidikan. Oleh karena itu, komitmen BMH menyiapkan kader-kader dai masa depan merupakan program yang sangat diutamakan. Tidak terkecuali berupa beasiswa untuk kader dai yang menimba ilmu di luar negeri, seperti Turki, Mesir dan Sudan,”
|Shafar 1438/Nopember 2016
ungkap Ade Syariful Allam. Ade menerangkan, BMH melalui perwakilan kader dai yang belajar di Sudan telah menyerahkan bantuan beasiswa kepada 11 kader dai yang sedang menimba ilmu berbagai bidang ilmu. Bantuan itu sendiri diterima langsung oleh Muhammad Nadhil yang dijadwalkan akan segera kembali ke Sudan setelah merampungkan masa liburan di tanah air. Nadhil menuturkan, menuntut ilmu syar’i
LIPUTAN KHUSUS di Sudan tidaklah semudah di negaranegara lain seperti Madinah, Mesir, Pakistan, Maroko, Turki dan sebagainya. Sudan merupakan negara yang panas dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. “Apalagi setelah pisahnya Sudan Utara dan Sudan Selatan pada tahun 2011 yang lalu dan ditambah lagi embargo dari PBB,” tutur Nadhil yang merupakan mahasiswa International University of Africa yang mengambil studi di Fakultas Syariah. “Mohon doanya agar kami semua yang belajar di Sudan diberi kesabaran dan kekuatan, sehingga kelak bisa berbakti di tanah air melalui kegiatan-kegiatan dakwah, terutama bagi masyarakat yang sangat membutuhkan
sentuhan dakwah,” imbuhnya. BMH sendiri telah menyalurkan beasiswa pendidikan kader dai di luar negeri sejak beberapa tahun silam. “Penyaluran ini adalah yang kedua untuk tahun 2016. Dan, akan dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan daang bahkan kami berharap bisa dengan nilai bantuan yang terus meningkat,” tegas Ade Syariful Allam.
Dauroh Fiqh Imam Syafi’i Dalam tahun 2016, mahasiswa yang menjadi penerima manfaat beasiswa pendidikan kader dai BMH di luar negeri, sedang aktif melakukan dauroh. “Kami di Sudan mengadakan Daurah Fiqih Syafi’i madzhab Syafi’i dengan target menamatkan lima buku
fiqh dalam madzhab Syafi’i. Yaitu, Matan Abu Suja’, kemudian Matan Yaqut Nafis li ibnu Idris, Matan ‘Umdatus Salik li Ibnu Naqib, Matan Alfiah Zubad li Ibnu Raslan dan, Minhajul Tholibin li Annawawi,” papar Nadhil. Dalam daurah tersebut para mahasiswa tinggal bersama seorang Syeikh Habasyi dari Ethiophia yang faqih madzhab Syafi’i. “Alhamdulillah, daurah ini sudah berjalan kurang lebih 6 bulan sejak 5 April 2016 dan akan dilanjutkan dengan dauroh berikutnya. Semoga upaya ini mendatangkan keberkahan bagi kami untuk selanjutnya bisa mengabdi di Indonesia dalam dunia dakwah dan pendidikan,” pungkas Nadhil.*/ Herim
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
91
MUZAKKI
Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA Sekretaris Majelis Amanat UGM
“Selalu berusaha menjadi pendengar yang baik dan menjadi bagian dari solusi bukan bagian dari persoalan.”
92 MULIA
|Shafar 1438/Nopember 2016
DOA
Menjadi Pribadi Syukur َ ك الَّتًِ أَ ْو َع ْم ً َ ََربِّ أَ ْو ِز ْعىًِ أَ ْن أَ ْش ُك َر وِ ْع َمت َّ َت َعل َّ َو َعلَى َوالِ َد ًِضايُ َوأَصْ لِحْ ل َ ْصالِحًا تَر َ ي َوأَ ْن أَ ْع َم َل ُ فًِ ُذرِّ ٌَّتًِ إِوًِّ تُب ٍه َ ْك َوإِوًِّ ِم َه ْال ُم ْسلِ ِم َ ٍَْت إِل (Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridhaoi; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri)
Satu di antara ciri hamba saleh adalah senantiasa bersyukur atas segala anugerah yang Allah berikan kepadanya. Hal ini harus ditancapkan pada diri anak-anak sedini mungkin, sehingga mereka kelak tumbuh kembang menjadi pribadi-pribadi yang gemar bersyukur. Senantiasa memunajatkan serta mengajari anak untuk membaca doa tuntunan Nabi Sulaiman di atas, yang tertera dalam surat Al-Naml, ayat 19, menjadi satu langkah yang bisa ditempuh |MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
93
INSPIRASI
AL FATIHAH SELAMATKAN, Karina dan Bayinya dari Banjir Bandang Garut
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Allah Maha Besar, di tengah-tengah banyak dipanggil Allah melalui banjir bandar, Kayla diselamatkan Allah dari musibah mengerikan Lahaula wala quwwata illa billah. Ucapan itulah yang akan terukir dari setiap bibir orang beriman kala menyaksikan secara langsung kondisi rumah-rumah warga Kampung Cimacan, Garut, pasca banjir bandang, Selasa (20/09/2016). Bagaimana tidak? , puluhan rumah luluh lantak. Pada dinding sebagian rumah yang berlantai dua, terlihat bekas air yang nyaris mencapai ketinggian atap. Dapat dipastikan, sangat sulit warga Kampung Cimacan menyelamatkan diri dari banjir bandang tersebut. Terlebih, mereka yang
94 MULIA
kediamannya sangat dekat dengan bibir sungai Cimanuk. Semua hanyut. Semua hancur, bahkan sebagian jiwa juga terseret dalam derasnya arus yang menggilas segalagalanya. Dikisahkan Ina Trisnawati (40 tahun), warga setempat, bahwa adik sepupunya tenggelam dan hanyut. Sampai saat ini, cerita putri Oman ini kepada MULIA (26/9/2016), mayat sang adik sepupu belum juga ditemukan. Adik sepupunya itu sebenarnya sudah bisa menyelamatkan diri dari derasnya arus banjir bandang. Ketika itu, air masih setinggi pinggang. Namun ia lupa bahwa di dalam
|Shafar 1438/Nopember 2016
rumah putranya sedang tertidur. Maka ia kembali ke dalam rumah. Ketika menggendong putranya untuk keluar dari rumah, air sudah setinggi leher. Ia pun tenggelam bersama putra yang dicintainya. Ada beberapa kisah memilukan yang menimpa warga Kampung Cimacan, tepatnya di RT 04 RW 10 Desa Haur Panggung Kecamatan Tarogong Kidul Garut, yang kalau kita dengar satu per satu, sungguh air mata tak akan mampu kita bendung. Namun, di balik peristiwa yang sangat dahsyat itu, kuasa Allah tersirat dan tersurat di dalam sosok seorang
INSPIRASI ibu muda bersama bayi mungilnya. Kala itu, malam pukul 22.00 WIB, sang ibu, Karina, bersama putrinya yang masih berumur 7 bulan, Kayla, tidur di dalam rumah. Hanya orang tuanya yang masih terjaga. Tetapi, tidak lama kemudian, sang ayah merasa ada yang aneh. “Keluar dulu, sepertinya ada air,” ungkap sang ayah. Ibu dari Karina pun keluar dan melihat sendiri bahwa banjir sudah menggenangi kampung mereka. Meski demikian, ayah dari Karina memerintahkan agar semua keluarga, termasuk Karina dan bayinya, untuk bertahan di dalam rumah. “Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa,” ucap sang ayah. Namun, firasat dia meleset. Tidak lama setelah menginstruksikan keluarganya bertahan di dalam rumah, secara mengejutkan pintu rumahnya terbuka dan air langsung menerjang ke dalam rumah setinggi paha. Kepanikan pun terjadi. Semua berusaha lepas dari banjir, yang tidak sampai satu menit langsung meningkat secara drastis. Karina bingung. Namun ia masih tetap memikirkan
putrinya, Kayla. Akhirnya, kakek Kaylalah yang menggendong bayi berumur 7 bulan itu. Sementara, Karina diminta untuk menyelamatkan diri. “Berenang, dan pegangan kabel listrik di atas,” perintah ayahnya. Karina pun dengan berat hati menjalankan perintah itu. Ia melepaskan putrinya kepada ayahnya. Sementara itu, entah ilham darimana, nenek dari Kayla mencari ember (jolang dalam bahasa Sunda). Nenek itu berteriak, “Bapak-bapak, asupkeun budakna kadieu. Masukkan sini saja bayinya (sembari menyodorkan ember yang ditemukannya).” Sang bapak bergegas meletakkan Kayla ke dalam ember. Seperti kisah Musa yang dihanyutkan di sungai Nil, Kayla mengalami sebagian dari kisah luar biasa Nabi Musa. Entah mengapa, ember yang berisi Kayla
itu terus mengarah kepada orang-orang yang posisinya sudah selamat. Karina yang tahu bayinya terapungapung di atas ember, langsung mengejarnya. Alhamdulillah berhasil Karina pun selamat bersama sang bayi 7 bulan itu, berikut seluruh keluarganya. Karina menuturkan bahwa sekalipun dirinya dalam kepanikan, bibirnya tak pernah berhenti membaca Al-Fatihah. Tak mampu dengan lisan, dalam hati ia terus membaca Ummul Kitab itu sembari terus berenang. “Karena aku takut, jangan sampai ada keluarga yang jadi korban, aku baca terus Al-Fatihah,” ungkapnya. Allah Maha Besar, akhirnya di tengahtengah banyak orang dewasa yang dipanggil Allah, justru Kayla diselamatkan Allah dari musibah yang mengerikan dan tak akan pernah terlupakan oleh warga Kampung Cimacan.*/Abu Ilmia
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
95
KREASI
HIASAN GANTUNG oleh: rubiar
CARA PEMBUATAN 1
2
3
4
1. Siapkan potongan kertas warna dengan ukuran 4x4 cm (atau menyesuaikan) 8 lembar sewarna dan 8 lembar warna lain.
96 MULIA
2. Lipat semua kertas seperti contoh (4 sudut kertas di pertemukan dalam satu titik tengah.
3. Hubungkan 4
|Shafar 1438/Nopember 2016
5
potongan kertas seperti gambar.
4. Sambungkan rangkaian kertas.
5. Buat rangkaian lagi sebagaimana step
6
4, dan gabungkan keduanya. 6. Siapkan 4 kertas yang berbeda. Lipat sebagai mana contoh.
KREASI
Bahan dan Alat: • Kertas Warna • Lem • Tali • Gunting
7
8
9
10
7. Lakukan pelipatan berikutnya.
8. Rangkai lipatan kertas sebagaimana gambar.
9. Hubungkan rangkaian sehingga membentuk limas. Buatlah sekali lagi rangkaian sejenins. 10. Tempelkan
11
12
semua rangkaian sehingga membentuk sebagaimana gambar. 11. Gunting bagian sudutsudut kertas
seperti contoh.
12. Pasanglah tali dan gantungkan.
|MULIA
Nopember 2016/Shafar 1438
97
Tahan dulu berkomentar, kita tunggu
APA KATA
MAJALAH HIDAYATULLAH
“BISA BERLANGGANAN MELALUI TERDEKAT” 0821.4040.4051
@majalahhidayatullah