MEDIA MASSA DAN SENTIMEN
TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014
Jl. Lembang Terusan,D-57 Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id, Email:
[email protected]
Latar Belakang ` Keberadaan partai politik, termasuk sikap dan keputusan maupun perilaku elitenya, harus dikomunikasikan pada pemilih secara luas sehingga pemilih mendapatkan informasi politik. ` Dari informasi ini pemilih dapat menyikapi dan bertindak pada partai politik untuk mendukung atau menolak sebuah partai politik. ` Sering muncul opini bahwa berita oleh media masa diframe atau dikerangka oleh kepentingan politik dan ekonomi tertentu untuk mempengaruhi sikap dan perilaku politik pemilih sesuai dengan framing tersebut. ` Efeknya kemudian bahwa berita media massa diyakini punya pengaruh partisan, yakni menguntungkan partai tertentu, dan sebaliknya menjatuhkan partai yang lain. ` Kalaupun framing itu ada, maka pertanyaannya kemudian adalah seberapa signifikan efek dari framing tersebut terhadap perilaku politik pemilih.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
2
Latar Belakang ` Beberapa bulan ini, sebagian elit Partai Demokrat merasa bahwa sebagian pemberitaan media, terutama MetroTV dan TVOne, telah merugikan partai mereka karena dianggap bias kepentingan politik tertentu. ` Kalau diyakini bahwa framing media massa tersebut ada dan merugikan Partai Demokrat, seperti diklaim oleh sebagian elite Demokrat, dan menguntungkan partai lainnya seperti Partai Golkar atau Partai NasDem, maka pemilih yang mengikuti berita di media massa, dibanding yang tidak mengikuti berita, akan cenderung tidak memilih Demokrat dibanding partai lainnya. ` Seberapa valid kemungkinan itu secara empirik? ` Untuk menjawab pertanyaan itu kami menganalisis data survei nasional tentang kecenderungan sentimen warga terhadap partai politik.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
3
Parameter •
•
• • • •
Sebelum melihat hubungan antara beberapa jenis pemberitaan di media massa dan sentimen terhadap partai, pertama‐tama diobservasi bagaimana MEMORI dan INTENSITAS warga terekspos pada media massa, terutama TV, radio, surat kabar, dan internet: Mengapa kami sebut “memori” dan “intensitas” karena karakteristik data yang kami gali adalah “jawaban responden sesuai dengan yang dia ingat” ketika kami tanya, dan “ingatan” itu adalah indikasi dari intensitas terekspos pada media massa: 1) Apakah ibu/bapak/sdr/sdri menonton TV kemarin? Bila “ya” program atau acara apa yang ibu/bapak tonton/ikuti? Sinetron, film, lawak, berita, talk show atau perbincangan, musik, atau lainnya sebutkan …. 2) Apakah ibu/bapak/sdr/sdri mendengarkan radio kemarin? Bila “ya” program atau acara apa yang ibu/bapak dengar/ikuti? Musik, lawak, berita, talk show atau perbincangan, atau lainnya sebutkan …. 3) Apakah ibu/bapak/sdr/sdri membaca surat kabar kemarin? Mengapa “kemarin”? Karena kalau “hari ini”, ketika survei berlangsung “hari ini” belum selesai. “Kemarin” adalah waktu yang paling dekat, dan karena itu diperkirakan ingatannya masih lebih kuat.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
4
Parameter •
•
•
•
Untuk intensitas, kami juga dalami dengan serangkaian pertanyaan lain: seberapa sering ibu/bapak/sdr/sdri mengikuti berita politik atau pemerintahan lewat … (TV, surat kabar, radio, internet) dalam sebulan terakhir ini? Tiap hari, tidak tiap hari tapi sangat sering, beberapa kali dalam seminggu, sangat jarang, atau tidak pernah. Setelah itu, parameter berikutnya adalah sentimen pada partai politik: Pertanyaan dibuat dengan menunjukkan kartu daftar nama dan gambar partai yang ikut dalam Pemilu 2009 plus nama dan gambar partai baru yang akan menghadapi proses verifikasi aktual oleh KPU, yakni Partai NasDem, dan Partai Nasional Republik (Nasrep), dan responden juga diperkenankan untuk menyebut partai lain kalau tidak ada di daftar nama tersebut. Karena itu bentuk pertanyaan kami bersifat semi‐terbuka. Pertanyaannya: Kalau diadakan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sekarang, partai atau calon dari partai mana yang akan ibu/bapak pilih dari nama‐nama partai berikut, atau partai lainnya? DITUNJUKAN kartu daftar nama dan gambar partai dan lainnya. Untuk mendapatkan data itu kami melakukan survei nasional.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
5
Metodelogi •
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
•
Sampel: Jumlah sampel 2.418. Berdasar jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar +/-2% pada tingkat kepercayaan 95%.
•
Responden dipilih secara random dengan prosedur multistage random sampling. Tahapan-tahapannya di bawah.
•
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden.
•
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
•
Waktu wawancara lapangan 25 Februari-5 Maret 2012.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
6
Sumber Dana • Survei nasional ini terlaksana berkat kerjasama Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan The Indonesian Institute (TII)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
7
Prosedur Multistage Random Sampling dalam pemilihan sampel • Stratifikasi 1: populasi dikelompokan menurut provinsi, dan masing‐ masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing‐ masing provinsi.
• Stratifikasi 2: populasi dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki‐ laki, dan 50% perempuan. • Stratifikasi 3: populasi dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%).
Rilis LSI, 11 Maret 2012
8
Lanjutan… • Cluster 1: Di masing‐masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing‐masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing‐ masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki‐ laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di NTB 2%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan, di NTB dipilih hanya 2 desa/kelurahan, dst. • Cluster 2: Di masing‐masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat . Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing‐masing RT akan dipilih secara random dua Keluarga.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
9
Lanjutan… • Cluster 3: Di masing‐masing RT terpilih, populasi keluarga didaftar, kemudian dipilih secara random 2 keluarga. • Di masing‐masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki‐laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. • Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki‐laki.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
10
Flowchat penarikan sampel Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional
Prov k
Prov 1
…
…
Ds 1 … Ds m
Ds 1 … Ds n RT1 RT2 RT3 ….
RT5
Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK
KK1 KK2
Laki-laki
Desa/kelurahan di tingkat Provinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional
Perempuan
Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan
Rilis LSI, 11 Maret 2012
11
Temuan: Validasi Sample
PROFIL DEMOGRAFI RESPONDEN Margin of error sampel rata-rata +/- 2%
KATEGORI Laki-laki Perempuan Pedesaan Perkotaa
SAMPEL GENDER 50.0 50.0 DESA-KOTA 58.7 41.3
BPS 50.3 49.7 59.4 40.6
KATEGORI
SAMPEL AGAMA Islam 87.8 Katolik/Protestan 10.0 Lainnya 2.2 ETNIS Jawa 40.2 Sunda 15.9 Melayu 4.6 Madura 3.8 Bugis 2.1 Betawi 2.2 Minang 2.8 Lainnya 28.5
BPS 88.2 8.9 2.9 41.6 15.4 3.4 3.4 2.5 2.5 2.7 28.5
Rilis LSI, 11 Maret 2012
13
DEMOGRAFI NASIONAL
KATEGORI SAMPEL PROVINSI NAD 2.1 SUMUT 5.8 SUMBAR 2.1 RIAU 2.1 JAMBI 1.2 SUMSEL 3.3 BENGKULU 0.8 LAMPUNG 3.3 BABEL 0.4 KEPRI 0.8 DKI 3.3 JABAR 17.4 JATENG 14.9 DIY 1.7 JATIM 16.5 BANTEN 4.1
BPS 1.9 5.5 2.0 2.3 1.3 3.1 0.7 3.2 0.5 0.7 4.0 18.1 13.6 1.5 15.8 4.5
KATEGORI SAMPEL PROVINSI BALI 1.7 NTB 2.1 NTT 2.1 KALBAR 2.1 KALTENG 0.8 KALSEL 1.7 KALTIM 1.2 SULUT 0.0 SULTENG 1.2 SULSEL 3.3 SULTRA 0.8 GORONTALO 0.4 SULBAR 0.4 MALUKU 0.8 MALUT 0.4 PAPUA 1.2 IRJABAR 0.0
BPS 1.6 1.9 2.0 1.8 0.9 1.5 1.5 1.0 1.1 3.4 0.9 0.4 0.5 0.6 0.4 1.2 0.3
Rilis LSI, 11 Maret 2012
14
TEMUAN Memori terekspos pada media massa dan pada berita politik dan pemerintahan lewat media massa
Memori terekspos pada TV (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
16
Memori terekspos pada radio (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
17
Memori terekspos pada surat kabar (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
18
Intensitas mengikuti berita sosial‐politik
dan pemerintahan (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
19
Temuan • Pada umumnya pemilih menonton TV (75%). • Dari yang menonton TV itu paling banyak menonton sinetron atau film (44%). • Yang menonton berita atau talk show sosial‐politik lewat TV sekitar 32,5%, yang berarti lumayan banyak. • Bersamaan dengan itu yang mengikuti berita lewat TV tiap hari dalam sebulan terakhir juga cukup besar (48%). • Sementara yang mendengarkan radio hanya 13%, dan dari 13% ini mayoritas mendengarkan musik. Yang mendengarkan berita dan talk show dari 13% itu sebesar 24%.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
20
Temuan • Yang membaca koran juga sedikit, yakni hanya 11%. Dari yang sedikit ini paling banyak membaca berita politik, kemudian olah raga, lalu masalah kriminal, dan ekonomi. • Dengan tingkat ekspos pada TV yang begitu besar meskipun sebagian besar bukan terkait dengan isu politik, maka TV yang paling potensial mempengaruhi massa pemilih secara lebih signifikan. • Surat kabar juga potensial menjadi media yang mempengaruhi sentimen pemilih bila framing tertentu dibuat karena dari pembaca koran yang sedikit itu paling banyak berhubungan dengan berita politik. • Sebelum melihat kemungkinan efek itu, perlu digambarkan terlebih dahulu bagaimana sentimen pemilih pada partai politik pada awal bulan Maret 2012 ini.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
21
SENTIMEN TERHADAP PARTAI PERTANYAAN SIMULASI SEMI‐TERBUKA DENGAN DAFTAR NAMA DAN GAMBAR PARTAI 2009 PLUS 2 NAMA DAN GAMBAR PARTAI BARU, DAN KEMUNGKINAN PARTAI LAINNYA.
Daftar partai lama plus partai‐partai baru: Partai atau calon dari partai yang dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang (%)
30 17.7
23.4 13.6 13.4
0.5
Nasrep
3.5
Belum…
0.9
Hanura
2.7
PAN
4.2 3.7
Gerindra
PPP
PKB
Nasdem
Golkar PDIP Demok…
0
5.9 5.3 5.3
PKS
10
3.5
Lain-lain
20
Rilis LSI, 11 Maret 2012
23
Trend … (%) 25 20 15
21 14
21
13
16 14
18 13
10
Golkar PDIP
5.9
5 0
Demokrat
NasDem 0 Pemilu'09
0.3 2010
1.3 2011
2012
Rilis LSI, 11 Maret 2012
24
Temuan ` Pada 2012, Golkar merupakan partai paling banyak mendapat dukungan. ` Setelah Golkar kemudian PDIP dan Demokrat. PDIP relatif stabil dibanding hasil pemilu 2009. ` Demokrat belum menunjukan pemulihan, angkanya tetap cukup jauh dari hasil Pemilu 2009. Demokrat sekarang didukung 13% pemilih. ` Yang mengejutkan adalah dukungan terhadap Partai NasDem, yakni 5,9%. Kalau dihitung secara pesimis (minus margin of error 2%), NasDem setidaknya sudah mendapat 3,9%. Tapi kalau dihitung optimis, Nasdem sekarang sudah mendapat dukungan 7,9%. ` Setidaknya NasDem sudah berada di partai papan tengah padahal pengesahan dari KPU pun terhadap partai ini belum dilakukan. ` Kalau melihat pengalaman Demokrat dan PKS yang mengalami kemajuan pesat sejak didirikan menjelang Pemilu 2004, Demokrat baru mendapat dukungan 3%, dan PKS 4%, sekitar 6 bulan menjelang Pemilu 2004. Nasdem sudah mencapai angka lebih baik ketika pemilu 2014 masih jauh, sekitar 2 tahun lagi. ` Dalam beberapa survei sebelumnya, pada 2010, dukungan pada Nasdem baru 0.3% (SPONTAN), pada 2011 sekitar 1,3% (SPONTAN), dan pada awal Februari 2012 1,6% (SPONTAN).
Rilis LSI, 11 Maret 2012
25
Temuan `
`
`
`
Tapi angka‐angka ini tidak bisa dibandingkan langsung dengan hasil survei terakhir karena pada survei sebelumnya bentuk pertanyaanya berbeda: Pada 2010 dan 2011 nama Nasdem ada dalam daftar simulasi partai tapi partai yang disimulasi hanya partai‐ partai yang punya kursi di DPR plus partai Nasdem. Sedangkan pada Survei Februari 2012 awal nama Nasdem tidak masuk dalam daftar nama partai, tapi responden menyebut secara spontan. Sementara pada survei terakhir seluruh nama partai yang ikut pemilu 2009 plus NasDem dan Nasrep ada dalam daftar nama dan gambar partai. Yang menarik adalah bahwa untuk sementara ini, dukungan pada NasDem belum banyak mengganggu partai‐partai yang sudah punya wakil di DPR. NasDem sejauh ini kelihatannya baru “mengumpulkan” suara dari pendukung partai‐partai lain yang tidak lolos ke DPR, dan selama ini terlihat kurang aktif. NasDem nampaknya mengambil kekosongan kegiatan partai‐partai kecil yang jumlahnya 29 partai. Namun demikian, dengan modal yang sudah cukup besar sekarang ini, Nasdem dalam dua tahun ke depan potensial dapat merubah peta kekuatan partai di tingkat nasional.
`
Apakah dukungan pada NasDem ini terkait dengan ekspos pemilih pada media massa di mana NasDem banyak melakukan sosialisasi setidaknya dalam 3 bulan terakhir ini?
`
Dan apakah ekspos pada media massa tersebut memperlemah dukungan pada partai Demokrat?
Rilis LSI, 11 Maret 2012
26
EFEK MEDIA MASSA
Pilihan pada partai menurut berbagai bentuk ekspos ke TV (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
28
Pilihan terhadap 4 partai menurut intensitas mengikuti berita di TV (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
29
Pilihan pada partai menurut berbagai bentuk ekspos ke surat kabar (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
30
Pilihan pada partai menurut berbagai bentuk ekspos ke surat kabar (%)
Rilis LSI, 11 Maret 2012
31
Temuan •
• •
• •
•
Sekilas ada hubungan antara ekspos ke media massa, terutama TV dengan perbedaan dalam memilih partai. Efek itu sekilas terlihat secara cukup berarti apabila eksposnya tersebut ke dalam bentuk berita dan talk show di TV, dan berita politik di surat kabar. Warga yang mengikuti talk show sosial‐politik di TV cenderung tidak memilih Demokrat, dan sebaliknya cenderung memilih Golkar atau NasDem ketika analisis dibatasi pada 4 urutan partai. Dengan kata lain, talk show di TV sekilas memang berpengaruh negatif pada Demokrat, dan berpengaruh positif pada Golkar dan NasDem. Betulkah begitu? Bukankah yang mengikuti berita politik dan talk show itu kalangan yang lebih terdidik yang pada dasarnya memang cenderung kritis terutama pada pemerintah dan partai yang berkuasa, bukan menjadi kritis setelah membaca atau menonton berita atau talk show? Bukankah mereka juga cenderung kritis karena mereka lebih muda yang menuntut lebih banyak perbaikan untuk masa depan mereka? Untuk itu perlu memperhatikan latar belakang demografi mereka (setidaknya, umur, jender, pedesaan vs perkotaan, dan pendidikan).
Rilis LSI, 11 Maret 2012
32
DEMOGRAFI PEMILIH PARTAI
Partai yang dipilih menurut sosio-demografi
KATEGORI
BASE LINE
HANUR A
GERIN DRA
PKS
PAN
PKB
GOLKA R
PPP
PDIP
DEMOK NASDE RAT M
LAINN YA
TT/TJ
GENDER Laki-laki
50.0
0.9
4.9
4.2
2.5
3.9
16.8
4.3
15.5
12.8
7.7
3.4
23.1
Perempuan
50.0
0.8
2.5
4.2
2.9
6.6
18.7
6.3
11.7
14.0
4.1
4.6
23.6
DESA-KOTA Pedesaan
58.7
0.8
2.7
2.7
2.4
5.4
18.9
4.4
14.3
15.1
5.8
4.8
22.7
Perkotaan
41.3
0.9
5.1
6.4
3.1
5.0
16.0
6.6
12.5
11.0
6.1
2.9
24.2
USIA <= 20 thn
4.9
1.7
6.0
6.8
1.7
4.3
13.7
0.9
17.9
20.5
6.8
3.4
16.2
21-25 thn
6.5
0.0
4.5
3.9
1.3
2.6
14.8
4.5
15.5
18.1
13.5
5.2
16.1
26-40 thn
38.8
0.3
4.7
5.1
2.6
5.9
16.0
7.2
14.5
13.2
7.6
3.7
19.2
41-55 thn
32.2
1.3
2.2
3.9
3.0
5.2
20.3
5.0
12.3
12.1
3.8
3.5
27.3
> 55 thn
17.5
1.2
2.9
2.7
2.9
5.5
19.0
3.4
11.3
11.6
2.9
5.5
31.1
Rilis LSI, 11 Maret 2012
34
Partai yang dipilih menurut sosio-demografi KATEGORI
BASE LINE
HANU RA
GERIN DRA
PKS
PAN
PKB
GOLKA R
PPP
PDIP
DEMO KRAT
NASDE M
LAINN YA
TT/TJ
PENDIDIKAN <= SD
53.3
0.9
2.6
2.4
2.3
6.4
19.5
6.1
14.1
13.4
3.3
4.5
24.6
SLTP
17.1
0.7
4.4
4.6
2.7
5.3
15.0
5.3
14.3
16.9
6.5
3.1
21.1
SLTA
22.2
1.1
5.4
4.9
3.2
3.9
16.2
3.9
13.6
12.1
10.8
3.5
21.3
7.4
0.6
5.0
14.4
3.9
1.1
16.1
3.9
7.2
8.9
8.9
3.9
26.1
KULIAH
PENDAPATAN < 600 ribu
39.8
0.8
2.5
1.5
2.0
7.1
19.3
6.4
15.5
12.9
3.8
4.5
23.9
600rb - < 1,6 juta
36.8
0.8
4.4
4.3
2.6
5.3
16.4
4.3
13.7
14.6
7.2
4.3
22.1
=> 1,6 juta
23.3
1.1
4.6
8.9
4.1
2.1
17.4
5.0
10.0
12.3
7.7
2.7
24.2
PEKERJAAN Petani/peternak/nelayan
27.0
0.6
2.6
1.7
1.9
6.4
19.2
5.6
15.7
14.8
3.7
5.5
22.3
Buruh kasar/pembantu/krj tdk tetap/supir/o 15.5
0.8
5.1
2.7
2.4
5.4
16.5
7.0
14.1
12.5
6.8
3.8
22.8
10.5
0.8
2.4
6.4
2.4
5.2
12.4
4.0
13.7
10.8
8.0
3.6
30.1
Pegawai Negeri/Pegawai Desa/Guru/Dos
5.2
0.0
3.2
10.4
4.0
0.8
24.0
4.8
9.6
7.2
7.2
3.2
25.6
Pegawai Swasta/Profesional
5.8
1.4
8.6
6.5
2.9
4.3
12.9
6.5
10.1
15.1
7.9
2.9
20.9
Ibu rumah tangga
23.1
1.5
3.1
4.6
3.3
5.6
19.9
6.0
11.8
14.8
4.7
3.5
21.3
Lainnya
12.9
0.3
4.2
4.5
3.6
4.9
15.9
2.3
14.6
13.3
7.8
3.9
24.7
Pedagang/Wiraswasta
Rilis LSI, 11 Maret 2012
35
Temuan • Dilihat dari profil jender dari Golkar, Demokrat, PDIP dan Nasdem, tidak banyak perbedaan kecuali pada NasDem. • Pemilih NasDem cenderung dari kaum laki‐laki, agak perkotaan, lebih muda, dan lebih terpelajar. Karakteristik demografi seperti ini cenderung kritis dan lebih punya preferensi terhadap berita dan talk show yang kritis. Mereka tidak menjadi kritis setelah membaca berita atau menonton talk show tapi sebaliknya. Mereka cenderung kritis dan karena itu menyukai berita dan talk show yang kritis. • Sebaliknya pemilih Golkar cenderung dari pedesaan, perempuan, dari kalangan yang lebih senior, dan cenderung kurang terpelajar. Pada dasarnya pemilih ini kurang kritis, dan mungkin bisa menjadi kritis setelah membaca berita kritis atau talk show kritis. • Apakah betul pola‐pola itu yang terjadi? Analisis regresi mengungkapakan apakah pola‐pola di atas terjadi. Rilis LSI, 11 Maret 2012
36
Summary: Analisis Regresi Logistik
Golkar vs Demokrat
PDIP vs Demokrat
NasDem vs Demokrat
B (koefisien logit)
Std.Error
Signifiance*
Berita TV
.074
.236
Tidak signifikan
Talk show TV
1.381
.816
Signifikan
Berita TV
.048
.240
Tidak signifikan
Talk show TV
1.206
.884
Tidak signifikan
Berita TV
.074
.306
Tidak signifikan
Talk show TV
1.350
.911
Tidak signifikan
*Signifikan pada P<.10. Variabel kontrol: jender, umur, desa-kota, dan pendidikan. Rilis LSI, 11 Maret 2012
37
Temuan •
• •
•
•
Setelah analisis multivariat, dengan mempertimbangkan faktor jender, umur, pedesaan‐perkotaan, dan pendidikan, efek dari berita dan talk show ternyata lemah, dan secara umum tidak signifikan. Dengan kata lain, berita politik dan talk show di TV secara umum tidak menggerus Demokrat dan menaikan partai lain. Pemilih NasDem tidak terpengaruh oleh berita dan talk show. Mereka menonton berita dan talk show karena mereka lebih terpelajar dan pendidikan ini secara natural menuntut untuk mengikuti berita atau talk show tersebut. Karena itu bukan berita atau talk show itu sendiri yang membuat mereka memilih NasDem atau menolak Demokrat, tapi faktor‐faktor lain, misalnya faktor pendidikan dan mungkin faktor iklan. Ini perlu telaah tersendiri. Tapi ada indikasi bahwa talk show politik berpengaruh positif terhadap Golkar, dan negatif terhadap Demokrat meskipun signifikansinya ini tidak terlalu kuat (P<.1). Lepas dari faktor‐faktor demografis, menonton talk show politik di TV cenderung memperkuat pilihan pada Golkar ketimbang pada Demokrat. Rilis LSI, 11 Maret 2012
38
Kesimpulan • Warga yang punya hak pilih pada umumnya terekspos pada televisi, meskipun ekpos tersebut umumnya berkaitan dengan huburan, bukan dengan berita. • Namun demikian cukup banyak yang terekspos ke berita di TV, dan cukup banyak yang tiap hari mengikuti berita di TV. • Apakah berita dan talk show TV mempengaruhi secara negatif terhadap partai Demokrat, dan secara positif pada partai‐partai lainnya? • Dalam survei ini ditemukan bahwa Golkar berada pada posisi pertama dengan dukungan pemilih sekitar 18%. Sementara Demokrat tetap jauh di bawah hasil pemilu 2009. Dukungan pada Demokrat sekarang 13%. • Dukungan pada PDIP dan partai‐partai lain relatif stabil. • Partai baru yang mengalami kemajuan secara cukup tajam adalah Partai NasDem. Ia dipilih oleh 5,9% pemilih bila pemilu diadakan waktu survei dilakukan. Ia berpeluang menggeser partai‐partai menengah. Karena waktunya masih cukup panjang (2 tahun lagi), NasDem juga berpeluang masuk partai papan atas pada pemilu 2014 bila kecenderungan kenaikannya seperti sekarang. Rilis LSI, 11 Maret 2012
39
Kesimpulan • Apakah kenaikan dukungan suara untuk Golkar dan NasDem, dan menurunnya dukungan pada Demokrat ini berkaitan dengan berita dan talk show politik di TV? • Berita di TV ternyata tidak terkait dengan naik turunnya kekuatan partai. • Tapi ada indikasi bahwa talk show di TV memperkuat Golkar, dan memperlemah Demokrat. Namun demikian, efek semacam ini tidak terlihat pada hubungan NasDem dan Demokrat. • Untuk sementara NasDem cenderung menarik pemilih yang dulu mendukung partai‐partai kecil yang tidak punya kursi di DPR. Namun demikian NasDem sudah mulai merusak peta kekuatan partai yang ada lepas dari berita dan talk show tersebut. • Fenomena NasDem ini kemungkinan terkait dengan iklan yang cukup intensif di TV dan juga jaringan yang mulai aktif di akar rumput, sementara partai‐partai lain selain Golkar tidak banyak mengimbanginya.
Rilis LSI, 11 Maret 2012
40
TERIMAKASIH
/Lembaga.Survei.Indonesia
:
@LSI_Lembaga
Jl . Lembang Terusan D 57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id, Email:
[email protected]