Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
DESKRIPSI SINGKAT
Petugas haji khususnya seorang dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada Jamaah haji di kloter dipersyaratkan memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mumpuni sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada Jamaah haji dikloternya mulai dari promotif, prefentif, kuratif maupun rehabilitatif, sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
Untuk mendapatkan kompetensi seorang tenaga dokter dan perawat yang bertugas di kloter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada para Jamaah hajibaik secara promotif, preventif, dan kuratif maupun rehabilitatif,harus dipersiapkan secara baik dan benar melalui pelatihan kompetensi TKHI yang terakreditasi. Agar kompetensi tersebut dapat dicapai maka disusunlah modul yang akan membahas tentang kasus-kasus terbanyak dan yang sering terjadi pada jamaah haji Indonesia yaitu : (1).Pelayanan kesehatan pada kasus Hipertensi, gangguan faal pada Geriatrik, Dimensia, Endokrin, Jantung, Paru,Emerging diseases, Penyakit akibat kondisi matra dan (2). Penanganan kegawatdaruratan sesuai kondisi
dan
peralatan
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
di
kloter.
22
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan pelayanan medik dan asuhan keperawatan dalam pelayanan kesehatan haji.
Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah sesi ini selesai, peserta mampu : 1. Melakukan pelayanan medik dan asuhan keperawatan
pada Jamaah haji di kloter. 2. Melakukan penanganan kegawatdaruratan sesuai kondisi
dan peralatan di kloter.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
23
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Modul ini akan membahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut: 1. Pelayanan medikdan asuhan keperawatan pada jamaah haji
di kloter : a)
Hipertensi
b)
Gangguan faal pada Geriatrik
c)
Dimensia (bahan belum ada)
d)
Diabetes Mellitus
e)
Penyakit Jantung Koroner
f)
PPOK
g)
Emerging diseases
h)
Penyakit/ kondisi akibat situasi matra : (1) Dehidrasi, (2) Jetlag, (3) Heatstroke, (4) Frostbite.
2. Penanganan kegawat daruratan sesuai kondisi dan peralatan
di kloter.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
24
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
BAHAN BELAJAR Bahan belajar yang dapat digunakan oleh peserta pelatihan petugas TKHI sebagai berikut: 1. Modul pelatihan TKHI. 2. Standar
Prosedur
Operasional
(SPO):
tindakan
kegawatdaruratan (pemberian oksigen dengan ventilasi bag valve mask, resusitasi jantung paru (RJP),pemasangan infus, perawatan luka, pemberian obat, transportasi dan evakuasi tanpa alat, serta patient safety).
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
25
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Pengkondisian dan Apersepsi Langkah1: Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
Langkah 2: Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 3: Fasilitator melakukan apersepsi tentang pelayanan medik pada jamaah haji yang sakit kepada peserta dengan metode main mapping menggunakan alat bantu flipchart.Fasilitator memberikan apresiasi positif kepada peserta
Langkah4: Melakukan
leading
story dengan menggunakan
tayangan kasus jamaah sakit yang memerlukan bantuan tim TKHI Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
26
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Pelayanan Medik dan asuhan POKOK BAHASAN 1
keparawatan Pada Jamaah Haji di Kloter
Langkah 1: Membahas pokok bahasan 1 tentangPelayanan medic dan asuhan keperawatan pada jamaah haji di kloter yaitu : Hipertensi, Gangguan faal pada Geriatrik, Dimensia, Endokrin (DM), Jantung (PJK), Paru (Asma, PPOK), Emerging diseases (MERS-CoV), Penyakit akibat
kondisi
(Dehidrasi,Jetlag,Heatstroke,Frostbite)
matra pada
calon/jamaah haji melalui pendekatan preventif, promotif, dan kuratif serta rehabilitative dengan menggunakan metode ceramah tanya jawab,brain storming, dan simulasi (sklill site) Langkah 2: Fasilitator mengapresiasi jawaban peserta yang sudah tepat, dan memperbaiki atau meluruskan hasil brain storming yang masih belum tepat.
POKOK
Penanganan Kegawatdaruratan Sesuai
BAHASAN 2
Kondisi dan Peralatan
Langkah 1: Membahas sub pokok bahasan 1, tentang airway breathing management sesuai dengan kondisi dan
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
27
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
peralatan, dengan menggunakan metode ceramah tanya jawab, brain storming, dan simulasi
Langkah 2: Membahas sub pokok bahasan 2, tentang resusitasi janung paru (RJP), dengan mengunakan metode ceramah tanya jawab, brain storming dan simulasi
Menutup Proses Pembelajaran Langkah 1: Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas sebelum menutup proses pembelajaran. Langkah 2: Melakukan
evaluasi
dengan
cara
memberikan
beberapa pertanyaan untuk dijawab peserta Langkah 3: Merangkum seluruh pokok bahasan dengan cara membandingkan seluruh tujuan pembelajaran khusus dengan hasil pokok bahasan. Langkah 4: Menutup acara proses pembelajaran dengan memberikan apresiasi pada peserta dan mendo’akan agar peserta dapat bertugas dengan sebaik-baiknya
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
28
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
POKOK BAHASAN
Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Pada Jamaah Haji di Kloter A. HIPERTENSI 1. Pelayanan Medik Keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau diastolik ≥ 90 mmHg pada seseorang yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi. a. Diagnosis Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan : Joint National Committee VII Klasifikasi TD sistolik TD diastolik (mmHg) (mmHg) Normal < 120 dan < 80 Pre-hipertensi 120 - 139 atau 80-89 Hipertensi stage 1 140 - 159 atau 90-99 Hipertensi stage 2 ≥ 160 atau ≥ 100 b. Anamnesis Riwayat hipertensi dan Tata Laksananya, kepatuhan minum obat pasien, tekanan darah rata-rata, riwayat pemakaian obat-obat simpatomimetik dan steroid, kelainan hormonal, riwayat penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral, jantung, dan gangguan penglihatan c. Pemeriksaan Fisik Tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut nadi perifer, bunyi jantung, bruit pada abdomen, adanya edema atau tanda penumpukan cairan, funduskopi, dan status neurologis. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
29
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Hipertensi akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ, diantaranya adalah : jantung (hipertrofi ventrikel kiri,angina, atau riwayat infark miokard, riwayat revaskularisasikoroner, gagal jantung), otak (strok, TIA), penyakit ginjalkronik, penyakit arteri perifer,retinopati. Penyebab hipertensi yang telah didentifikasi : sleep apnea, akibat obat atau berkaitan dengan obat, penyakit ginjal kronik, aldosteronisme primer, penyakit renovaskular, terapi steroid kronik dan sindrom cushing, fekromositoma, koarkotasio aorta, penyakit tiroid atau paratiroid. d. Diagnosis banding Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension, rasa nyeri, peningkatan tekanan intraserebral, ensefalitis, obat, dll. e. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di kloter sesuai dengan ketersediaan alat antara lain: Urinalisis dengan menggunakan stik gula darah.Bila dicurigai terdapat penyakit penyerta dapat dilakukan pemeriksaan: asam urat. Apabila kondisi jamaah haji semakin memburuk dapat dirujuk ke institusi pelayanan kesehatan lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan rujukan adalah : 1. Aktivitas renin plasma 2. Aldosteron 3. Katekolamin urin 4. Tes fungsi ginjal 5. Elektrolit 6. Profil lipid 7. USG pembuluh darah besar 8. USG ginjal 9. Ekokardiografi 10. foto toraks, dan 11. Elektrokardiografi Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
30
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
f. Pemeriksaan laboratorium Dilakukan sesuai dengan penyakit dasar, penyakit penyerta, dan kerusakan organ target g. Medikasi: Obat- obat antihipertensi :
Hipertensi tanpa compelling indication : hipertensi stage 1 (diuretik, penghambat ACE, penyekat reseptor β, penghambat kalsium, kombinasi); hipertensi stage 2 (kombinasi 2 obat; diuretik tiazid dan penghambat ACE atau antagonis AII atau penyekat reseptor β atau penghambat kalsium) Hipertensi dengan compelling indication. - Gagal jantung : diuretik, penyekat reseptor β, penghambat ACE, antagonis reseptor AII, antagonis aldosteron. - Pasca infark miokard : penyekat reseptor β, penghambat ACE, antagonis aldosteron. - Risiko tinggi PJK : diuretik, penyekat reseptor β, penghambat ACE, penghambat kalsium. - DM : diuretik, penyekat reseptor β, penghambat ACE, antagonis reseptor AII, penghambat kalsium - Penyakit ginjal kronik : penghambat ACE, antagonis reseptor AII. - Pencegahan strok berulang : diuretik, penghambat ACE
h. Komplikasi Hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria dan gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis pembuluh darah, retinopati, strok atau TIA, infark miokard, angina pektoris, gagal jantung.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
31
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Keadaan yang perlu diwaspadai pada pasien hipertensi adalah KRISIS HIPERTENSI yaitu suatu keadaanyang membutuhkan penanganan segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Krisis Hipertensi dapat dibagi menjadi dua : 1. Hipertensi emergency: situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif 2. Hipertensi urgency: situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. a. Diagnosis Banding Penyebab hipertensi emergency: • Hipertensi maligna terakselerasi dan papiledema • Kondisi serebrovaskular: ensefalopati hipertensi, infark otak aterotrombotik dengan hipertensi berat, perdarahan intraserebral, perdarahan subarahnoid, dan trauma kepala • Kondisi jantung: diseksi aorta akut, gagal jantung kiri akut, infark miokard akut, pasca operasi bypass koroner • Kondisi ginjal: GN akut, hipertensi renovaskular, krisis renal karena penyakit kolagen-vaskular, hipertensi berat pasca transplantasi ginjal • Akibat katekolamin di sirkulasi: krisis feokromositoma, interaksi makanan atau obat dengan MAO inhibitor, penggunaan obat simpatomimetik, mekanisme rebound akibat penghentian mendadak obat antihipertensi, hiperrefleksi otomatis pasca cedera korda spinalis • Eklamsia
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
32
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
• Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca operasi dari garis jahitan vaskular • Luka bakar berat • Epistaksis berat • Thrombotic thrombocytopenic purpura b. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah Lengkap, ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit. EKG. Pemeriksaan khusus sesuai indikasi: foto toraks, ekokardiografi, aktivitas renin, plasma, aldosteron, metanefrin /katekolamin, USG abdomen, CT scan, dan MRI c. Tata Laksana Target Tata Laksana hipertensi emergency adalah penurunan tekanan darah sampai tekanan diastolik kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure 25% (pada stroke penurunan hanya boleh 20% dan khusus pada stroke iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi >220/130 mmHg) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12-16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah pada hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
33
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Hipertensi urgency: Obat Kaptopril
Klonidin
Labetalol
Dosis
Awitan
Lama Kerja
6,25-50 mg per oral atau sublingual bila tidak dapat menelan Dosis awal per oral 0,15 mg, selanjutnya 0,15 mg tiap jam dapat diberikan sampai dengan dosis total 0,9 mg 100-200 mg per oral
15 menit
4-6 jam
0,5-2 jam
6-8 jam
Furosemid
0,5-2 jam
20-40 mg per oral
8-12 jam 6-8 jam
0,5-1 jam Hipertensi emergency: Obat Diuretik: Furosemid
Vasodilator: - Nitrogliserin
Dosis 20-40 mg, dapat diulang. Hanya diberikan bila terdapat retensi cairan
Awitan 5-15 menit
Infus 5-100 2-5 mcg/menit. Dosis menit awal 5 mcg/menit, dapat ditingkatkan 5 mcg/menit tiap 3-5 menit
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
Lama Kerja 2-3 jam
5-10 menit
34
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
- Diltiazem
- Klonidin
- Nitroprusid
Bolus IV 10 mg (0,25 mg/kgBB),dilanjutkan infus 5-10 mg/jam 6 ampul dalam 250 ml cairan infus,dosis diberikan dengan titrasi segera
1-2 menit
Infus 0,25-10 mcg/kgBB/mnt, (maksimum 10 menit)
Komplikasi Kerusakan organ target. 2. Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertensi a. Pengkajian 1) Aktivitas/ istirahat Gejala: kelemahan, letih, napas pendek Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 2) Sirkulasi Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebro vaskuler Tanda: kenaikan TD, hipotensi postural, takikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin. 3) Integritas ego Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multiple Tanda: suasana hati, gelisah, tangisan yang meledak, otot maka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara. 4) Eliminasi Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
35
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
5) Makanan/ cairan Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi lemak dan kolesterol Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema. 6) Neurosensori Gejala: keluhan pusing/ pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic. 7) Nyeri/ ketidaknyamanan Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen. 8) Pernapasan Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok Tanda: distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, dan sianosis 9) Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : hipotensi postural 10) Pembelajaran/ penyuluhan pada individu dan keluarga (termasuk lima tugas keluarga) Gejala: faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko: etnik dan pengguna pil KB b. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan hipertensi adalah sebagai berikut: 1. Risiko penurunan curah jantung 2. Nyeri: sakit kepala Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
36
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan, exercise, diet dan rencana pengobatan c. Rencana Keperawatan 1. Risiko penurunan curah jantung a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan penurunan curah jantung tidak terjadi b) Kriteria hasil: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal. c) Rencana tindakan: Pantau tekanan darah secara teratur dan anjurkan keluarga untuk memantau tekanan darah secara teratur Anjurkan pada klien dan keluarga untuk menciptakan lingkungan tenang, nyaman Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan pembatasan aktivitas berat sesuai kemampuan klien Anjurkan keluarga untuk melakukan tindakantindakan yang nyaman seperti: pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan antihipertensi Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
37
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2. Nyeri, sakit kepala a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri: sakit kepala akan teratasi b) Kriteria: Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan nyeri, mengikuti penatalaksanaan farmakologi yang diresepkan c) Rencanaan tindakan: Anjurkan klien unuk mempertahankan tirah baring pada fase akut Berikan tindakan mengurangi gejala sakit kepala seperti: pijat punggung dan leher,lingkungan tenang, redupkan lampu kamar Anjurkan pada klien untuk melakukan aktivitas dengan perlahan dan bertahap Anjurkan keluarga untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan Ajarkan teknik relaksasi Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala seperti: mengejan, batuk panjang dan membungkuk Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan (apabila klien membutuhkan) 3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan, exercise, diet dan rencana pengobatan a) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan klien mengenai kondisi, rencana pengobatan akan meningkat b) Kriteria hasil: Klien mampu menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan, Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
38
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi, mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal c) Rencana tindakan: Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan Tekanan darah klien dalam batas yang diinginkan Bantu pasien dalam mengidentifikasi pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri Jelaskan pada klien dan keluarga tentang obat yang diresepkan Hindari atau batasi pemasukan alkohol dan kafein seperti kopi, teh, cola dan coklat Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga kaki saat berbaring Dorong klien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga aerobik (berjalan,berenang) yang klien mampu lakukan Berikan informasi tentang sumber-sumber dimasyarakat pada klien dan keluarga agar memberi dukungan pada klien dalam membuat perubahan pola hidup d) Pelaksanaan Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana dan libatkan anggota keluarga di dalam setiap Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
39
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
melakukan tindakan keperawatan agar klien dan keluarga memiliki kemampuan kognitif, afektif serta psikomotor dalam mengatasi masalah hipertensi. Disamping itu, perawat dapat memanfaatkan sumbersumber yang tersedia dalam keluarga dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat keluarga. e) Evaluasi Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian (evaluasi) terhadap respon verbal dan non verbal klien selama melakukan tindakan keperawatan untuk melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan adalah: 1. Tekanan darah normal 2. Sakit kepala teratasi 3. Pengetahuan keluarga tentang kondisi, rencana pengobatan hipertensi meningkat Tindakan keperawatan lain yang perlu dilakukan pada jamaah haji hipertensi adalah sebagai berikut : a. Edukasi Lakukan edukasi kepada jamaah haji yang memiliki riwayat atau yang menderita hipertensi untuk: 1) Dapat mengenali tanda dan gejala yang timbul seperti: Sakit kepala Mudah marah Telinga berdengung Mata terasa berat atau pandangan kabur Mudah lelah Susah tidur Terasa sakit di tengkuk Tekanan darah lebih dari normal
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
40
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2) Bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti di atas, anjurkan agar meminta bantuan untuk segera diantar ke petugas kesehatan kloter 3) Anjurkan agar dapat melakukan pencegahan terjadinya hipertensi dengan cara: Tetap menjaga berat badan ideal Makan makanan yang bergizi, perbanyak makan buah, kurangi makanan yang berlemak tinggi dan tinggi garam Sempatkan untuk berolahraga Mengubah kebiasaan hidup dengan mengurangi, minum kopi, dan merokok Kontrol teratur ke fasilitas kesehatan kloter Hindari stress Dekatkan diri kepada Allah b. Tindakan keperawatan lain yang perlu dilakukan 1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan visitasi kepada jamaah haji secara berkala dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah 2) Berkoordinasi dengan dokter kloter dalam pemeberian terapi hipertensi, dengan menganjurkan agar meminum obat secara teratur sesuai dosis yang telah ditetapkan dokter 3) Berkoordinasi dengan karu dan karom untuk memantau keadaan pasien dan melapor melaporkan kepada petugas TKHI. 4) Menganjurkan agar jamaah haji mengatur waktur istirahatnya ditengah-tengah pelaksanaan prosesi ibadah haji. 5) Bila kondisi jamaah haji tidak ada perbaikan dan memerlukan pertolongan lebih lanjut, segera dirujuk ke sektor atau BPHI
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
41
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
B. GANGGUAN FAAL PADA GERIATRIK 1. Malnutrisi Pada Geriatri Keadaan yang disebabkan ketidakseimbangan antara asupan kalori dan protein dengan kebutuhan tubuh. Pada geriatrik malnutrisi sulit dikenali karena terjadi berbagai perubahan fisiologis seiring peningkatan usia, termasuk perubahan akan kebutuhan zat gizi, serta adanya berbagai penyakit kronik. Diagnosis a. Anamnesis : asupan gizi, penurunan BB, gangguan mengunyah, gangguan menelan, status fungsional, penyakit kronis, depresi, demensia, obat-obatan. b. Pemeriksaan fisik : higiene rongga mulut, status gigi-geligi, status neurologis, kulit kering/bersisik, rambut kemerahan, massa otot, edema tungkai c. Antropometrik : LLA, lingkar betis, tebal lipatan kulit triseps, indeks massa tubuh. d. Pemeriksaan penunjang Darah perifer lengkap dengan hitung jenis leukosit, albumin, prealbumin, kadar kolesterol, kadar vitamin/mineral, elektrolit, bioelectrical impedance analysis. e. Tata Laksana • Evaluasi penyebab dab faktor risiko • Evaluasi status fungsional • Menentukan jumlah energi dan komposisi zat gizi • Dukungan nutrisi enteral atau parenteral. f. Komplikasi Status imunitas menurun, pemulihan dari penyakit menjadi lambat Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
42
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2. Penyakit Ginjal Kronik Pada Geriatrik 1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusakan ginjal (komposisi darah, urin atau pencitraan) 2. LFG < 60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal Diagnosis a. Anamnesis : Lemas, mual, muntah, sesak napas, pucat, BAK berkurang b. Pemeriksaan Fisik : Dengan atau tanpa hipertensi, anemis, kulit kering, edema tungkai atau palpebra, tanda bendungan paru. c. Laboratorium : Gangguan fungsi ginjal d. Diagnosis banding Gagal ginjal akut e. Pemeriksaan penunjang Darah perifer lengkap, tes fungsi ginjal, tes klirens kreatinin (TTK) ukur, elektrolit, gula darah, analisa gas darah, profil lipid, asam urat serum, SI, TIBC, ferritin, serum, hormon PTH, albumin, globulin, USG ginjal, pemeriksaan imunologi, hemostasis lengkap, foto polos abdomen, renogram, foto toraks, EKG, ekokardiografi, biopsy ginjal, HBsAg, anti HCV, anti HIV. f. Tata Laksana Pengaturan asupan protein (non dialysis 0,6-0,75 gr/kgBB ideal/hari, dialysis 1-1,2 gr/kgBB ideal/hari. Pengaturan asupan air : jumlah urin 24 jam + 500 ml (IWL) Kontrol tekanan darah (penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II, penghambat kalsium, diuretik). Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
43
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Kontrol gula darah pada pasien DM, hindari metformin dan sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Koreksi anemia, target Hb 10-12 gr/dL Koreksi hiperfosfatemi : kalsium karbonat/kalsium asetat Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEq/L Koreksi hiperkalemia Kontrol osteodistrofi renal : kalsitriol Kontrol dislipidemia Terapi pengganti ginjal : transplantasi, hemodialisa, CAPD. g. Komplikasi Kardiovaskular, gangguan keseimbangan asam basa, cairan dan elektrolit, osteodistrofi renal, anemia. 3. Pneumonia Pada Geriatri Infeksi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (gram positif/negative, tipikal/atipikal), virus, jamur dan parasit. Pneumonia komunitas (CAP), pneumonia di rumah sakit (HAP), pneumonia di ICU (VAP). a. Diagnosis Infiltrat baru atau perubahan infiltrat progresif pada foto toraks, dengan disertai sekurang-kurangnya 1 gejala mayor atau 2 gejala minor berikut : Gejala mayor : batuk, sputum produktif, demam (suhu >37,8°C) Gejala minor : sesak napas, nyeri dada, konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik, jumlah leukosit > 12.000/μL. Pneumonia pada usia lanjut seringkali memberikan gejala yang tidak khas.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
44
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
b. c.
d.
e.
Selain batuk dan demam, pasien tidak jarang datang dengan keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak mau makan, jatuh dan inkontinensia urin. Diagnosis banding Emboli paru, gagal jantung, TB paru Pemeriksaan penunjang Darah perifer lengkap dengan hitung jenis, tes fungsi ginjal, analisa gas darah, albumin, foto toraks, EKG, kultur sputum mikroorganisme dan uji resistensi. Tata Laksana Suportif : oksigen, cairan, nutrisi, mukolitikekspektoran, bronkodilator Farmakologis : - antibiotika empirik : - CAP : β laktam/ anti β laktamase dan sefaloforin generasi II atau III, dikombinasi dengan makrolid atau doksisiklin, atau fluoroquinolon respirasi ( levofloksasin, gatifloksasin, moksisiklin) sebagai obat tunggal - HAP atau VAP : sefalosforin generasi III antipseudomonas, sefalosforin generasi IV, piperacilintazobaktam, kuinolon anti-pseudomonas (ciprofloksasin) atau aminoglikosida - antibiotika spesifik sesuai biakan kuman dan uji resistensi Program rehabilitasi medik (fisioterapi dada, dll) Komplikasi 1. Empiema, 2. Efusi pleura, 3. Gagal napas, 4. Sepsis sampai syok sepsis
Tindakan Keperawatan pada Geriatri dengan penurunan fungsi faal: a. Upaya promotif dan preventif terhadap lansia : 1) Periksakan kesehatan secara berkala Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
45
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2) Kurangi makanan gula, lemak dan garam 3) Perbanyak buah, sayur, susu tanpa lemak dan ikan 4) Minum air putih 6-8 gelas per hari atau sesuai anjuran petugas kesehatan 5) Hindari merokok dan alkohol 6) Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan 7) Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan 8) Menghindari timbulnya kecelakaan pada Lansia b. Tindakan keperawatan pada kasus Geriatri 1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan visitasi dan pemeriksaan tanda-tanda vital kepada jamaah haji lansia beresiko secara berkala. 2) Berkoordinasi dengan dokter kloter dalam pemberian terapi terhadap lansia yang sakit, dengan menganjurkan agar meminum obat secara teratur sesuai dosis yang telah ditetapkan dokter. 3) Menganjurkan agar jamaah haji lansia mengatur waktu istirahatnya ditengah-tengah pelaksanaan prosesi ibadah haji. 4) Bila kondisi jamaah haji tidak ada perbaikan dan memerlukan pertolongan lebih lanjut, segera dirujuk ke sektor atau BPHI. C. DIABETES MELLITUS 1. Pelayanan Medik Merupakan penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada: 1) Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa hepatik) dan dijaringan perifer (otot dan lemak) 2) Sekresi insulin oleh sel beta pankreas 3) Atau keduanya
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
46
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2. Klasifikasi DM: a. DM tipe 1 Destruksi sel b, umumnya diikuti defisiensi insulin absolut: Immune-mediated, diopatik b. DM tipe 2 Bervariasi mulai dari yang: predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif – predominan defek sekretorik dengan resistensi insulin c. Tipe spesifik lain: Defek genetik pada fungsi sel b Defek genetik pada kerja insulin Penyakit eksokrin pankreas Endokrinopati Diinduksi obat atau zat kimia Infeksi Bentuk tidak lazim dari immune mediated DM Sindrom genetik lain, yang kadang berkaitan dengan DM d. DM gestasional 1) Diagnosis Anamnesis: Keluhan khas DM: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan tidak khas DM:lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita. Pemeriksaan fisik lengkap. : TB, BB, TD, lingkar pinggang, tanda neuropati, mata (visus, lensa mata dan retina), gigi mulut, Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
47
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
keadaan kaki (termasuk rabaan nadi kaki), kulit dan kuku. Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa: a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dL atau b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl atau c) Kadar glukosa plasma > 200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO 2) Diagnosis banding Hiperglikemia reaktif, Toleransi glukosa terganggu (TGT=IGT), Glukosa darah puasa terganggu (GDPT=IFG) 3) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium: Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, LED Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan, A1C Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, CCT ukur, Kreatinin SGPT, Albumin/Globulin Kolesterol Total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida Albuminuri mikro Pemeriksaan penunjang lain: EKG, Foto thoraks, Funduskopi. 4) Tata Laksana a) Edukasi Perencanaan Makan : Jumlah kalori basal per hari: Laki-laki : 30 kal/kg BB idaman Wanita : 25 kal/kg BB idaman Penyesuaian (terhadap kalori basal / hari): Status gizi: Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
48
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
BBgemuk - 20 % BBlebih - 10 % BB kurang + 20 % Umur>40tahun: - 5% Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %) Aktifitas: Ringan + 10 % Sedang + 20 % Berat + 30 % Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). b) Obat Hipoglikemia Oral (OHO): Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : Sulfonilurea, Glinid Penambah sensitivitas terhadap insulin : Metformin, Tiazolidindion Penghambat absorpsi glukosa : Penghambat glukosidase alfa Insulin indikasi: Penurunan berat badan yang cepat Hiperglikemia berat yang disertai ketosis Ketoasidosis diabetik Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik Hiperglikemia dengan asidosis laktat Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke) Kehamilan dengan DM / diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
49
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
c) Tata Laksana Kombinasi Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Kalau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya. 5) Komplikasi a) Akut:ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, hipoglikemia b) Kronik: Makroangiopati: pembuluh koroner, vaskular perifer, vaskular otak. Mikroangiopati: kapiler retina, kapiler renal. c) Komplikasi lain : neuropati, kardiopati: PJK, kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi. 3. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan masa lalu Usia, pola diet, riwayat obesitas, tingkat aktifitas, merokok, adanya proses penyakit yang lain, adanya lesi/luka yang tidak sembuh-sembuh khususnya pada ekstremitas bawah, minum obat hipoglikemia (jenis dan dosisnya), obat-obat yang lain, teknik monitoring glukosa yang digunakan. b) Riwayat kesehataan saat ini Keluhan haus berlebihan (polidipsia), banyak makan (Poliphagia), banyak berkemih (poliuri), luka kronis/ infeksi yang lama sembuh, gangguan vaskularisasi perifer dengan atau tanpa neuropathi (gangguan sensasi), kelemahan dan kelelahan, penurunan berat badan. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
50
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
c) Riwayat Keluarga Riwayat keluarga diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke 2) Pemeriksaan fisik Tinggi badan dan berat badan, tugor kulit,tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, napas berbau aseton, penurunan sensasi, penurunan reflex, penurunan temperatur kulit, perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi, penurunan sirkulasi dan penurunan kemampuan penglihatan. 3) Psikososial Pekerjaan, hobi, stressor yang dialami, pola koping, dukungan keluarga dan orang dekat/teman, perubahan gaya hidup untuk mengontrol penyakitnya, ungkapan verbal klien tentang penyakit DM yang dialami. 4) Pengetahuan Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit DM dan penanganannya, kemampuan membaca dan belajar. 5) Pemeriksaan diagnostik meliputi: a) Glukosa darah puasa (fasting blood glucose) b) Glukosa darah sewaktu atau glukosa darah 2 jam postprandial (2 jam setelah makan) c) Glycosylated hemoglobin (HbA1c) b. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan DM adalah sebagai berikut: 1. Gangguan perfusi jaringan perifer 2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang/ berlebihan dari kebutuhan tubuh 3. Gangguan integeritas kulit 4. Risiko kekurangan volume cairan
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
51
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit DM dan penatalaksanaannya c. Rencana Keperawatan 1) Gangguan perfusi jaringan perifer a) Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali klien akan memperlihatkan perfusi jaringan adekuat b) Kriteria hasil: Sensitifitas jaringan perifer memadai ditandai dengan: ektremitas tidak kebas/ kesemutan, tidak terjadi kecelakaan /injuri c) Rencana tindakan: Lakukan pengecekan denyut nadi radial, pedal dan posterior tibial secara periodik Kaji tentang adanya keluhan nyeri, keram, hilang rasa atau terasa terbakar pada ekstremitas Libatkan keluarga untuk memonitor adanya bengkak, perubahan temperatur dan warna pada bagian tungkai klien dan segera untuk dilaporkan bila terdapat tanda-tanda tersebut kepada petugas kesehatan Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan yang dapat ditoleransi: tinggikan bagian kaki saat istirahat atau batasi pergerakan Anjurkan kepada klien untuk melakukan penghangatan dengan merendam ektremitas dalam air hangat Ajarkan senam kaki dan senam DM untuk meningkatkan vaskularisasi Ajarkan klien cara perawatan kaki untuk mencegah terjadinya luka dan injuri Libatkan keluarga untuk memotivasi klien untuk melakukan senam kaki, senam DM dan perawatan kaki. Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
52
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang/ berlebihan dari kebutuhan tubuh a) Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali klien akan memperlihatkan peningkatan status nutrisi b) Kriteria hasil: Berat badan dalam batas normal/ ideal, kadar gukosa darah dalam batas normal c) Rencana tindakan: Kaji pola pemasukan diet dan status nutrisi klien Anjurkan klien untuk makan dan makan snack sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam program diet DM Libatkan keluarga untuk memonitor pemasukan nutrisi setiap hari; bantu klien saat waktu makan bila kelelahan; berikan makanan pengganti bila tidak mau makan saat waktu makan Anjurkan keluarga untuk memberikan lingkungan yang rileks dan berikan waktu yang cukup untuk makan Berikan klien dan keluarga konsultasi diet DM yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan dan dinstruksikan melalui kolaborasi dengan ahli gizi Anjurkan klien dan keluarga untuk memonitor kadar glukosa darah sebelum makan, berikan makanan yang dibutuhkan atau insulin/ obat hipoglikemia oral sebagai mana program terapi Monitor efektivitas pemberian insulin/ obat oral hipoglikemia sebagaimana program terapi Libatkan keluarga untuk memonitor tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia dan lakukan tindakan/lapor ke petugas kesehatan sesuai prosedur yang telah dijelaskan Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi, khususnya pada klien yang Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
53
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
memiliki intake nutrisi berlebih dari yang dibutuhkan tubuh dan anjurkan klien istirahat untuk klien intake nutrisi yang kurang Anjurkan klien untuk timbang berat badan setiap hari dengan waktu dan alat yang sama 3) Gangguan integritas kulit a) Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali klien akan memperlihatkan integeritas kulit yang utuh b) Kriteria hasil: Integeritas kulit utuh, sirkulasi daerah luka kembali normal, tidak ada tanda-tanda infeksi c) Rencana tindakan: Kaji faktor penyebab gangguan integeritas kulit Kaji kondisi kulit yang mengalami kemerahan, lesi, blister, bengkak dan cairan luka Lakukan perawatan luka sesuai dengan kondisi luka dan program terapi luka dengan memperhatikan teknik aseptik selama melakukan perawatan luka Anjurkan klien menjaga keutuhan kulit disekitar luka Anjurkan keluarga untuk mempertahankan intake diet klien secara adekuat untuk membantu proses penyembuhan luka Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda luka yang mengalami infeksi atau perlu dilaporkan kepada perawat/ medis. 4) Risiko kekurangan volume cairan a) Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali klien tidak akan mengalami kekurangan volume cairan.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
54
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
b) Kriteria hasil: Tanda-tanda vital dalam batas normal, input dan ouput cairan seimbang, tugor kulit elastis dan mukosa lembab c) Rencana tindakan: Pantau tanda-tanda vital dengan melibatkan keluarga Anjurkan klien dan keluarga untuk pertahankan intake dan output yang akurat Kaji tugor kulit, kelembaban dan kondisi membran mukosa Anjurkan klien menimbang BB setiap hari Anjurkan keluarga untuk memberikan lingkungan yang nyaman Monitor kadar gula darah dengan melibatkan klien dan keluarga (bila tersedia di rumah tangga) Anjurkan minum air putih sesuai yang dianjurkan, lebih kurang 2500 cc/hari (bila tidak ada kontra indikasi) 5) Kurang pengetahuan mengenai penyakit DM dan penatalaksanaannya a) Tujuan: Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali klien dan keluarga akan memperlihatkan peningkatan pengetahuan tentang penyakit DM b) Kriteria hasil: Klien dan keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian, penyebab tanda gejala, akibat akibat lanjut, cara perawatan klien, cara menciptakan lingkungan yang aman untuk klien DM, serta sumber/ fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan DM.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
55
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
c) Rencana tindakan: Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang penyakit DM (pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan akibat lanjut) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pencegahan DM Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang cara perawatan klien DM di rumah meliputi: diet, latihan, obat-obatan dan kebersihan diri, senam kaki, perawatan kaki/ luka DM serta cara memantau kadar glukosa darah Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia serta penanganan awalnya Jelaskan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan penataan lingkungan yang dapat mencegah cidera pada klien DM Jelaskan tentang fasilitas kesehatan (Puskesmas dan RS) yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan masalah DM d. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan sesuai rencana dengan melibatkan anggota keluarga di dalam setiap tindakan keperawatan agar klien dan keluarga memiliki kemampuan kognitif, afektif serta psikomotor dalam mengatasi masalah DM. Disamping itu, perawat dapat memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dalam rangka meningkatkan perilaku hidup sehat keluarga. e. Evaluasi Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian (evaluasi) terhadap respon verbal dan non verbal klien selama melakukan tindakan keperawatan untuk melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
56
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
dilakukan. Adapun yang perlu dievaluasi terkait dengan permasalahan keperawatan klien DM adalah : 1) Perfusi jaringan klien tetap adekuat 2) Status nutrisi klien dalam batas normal 3) Integeritas kulit tetap utuh 4) Volume cairan klien adekuat 5) Pengetahuan klien dan keluarga meningkat Tindakan Keperawatan Diabetes Melitus pada Jamaah Haji 1. Hiperglikemi a. Edukasi Lakukan edukasi kepada jamaah haji yang memiliki riwayat atau yang menderita diabetes mellitus dengan hiperglikemi: 1) Agar dapat mengenali tanda dan gejala yang timbul seperti: Polyphagia (sering merasa kelaparan tapi berat badan menurun) Polidipsi Poliuria (sering buang air kecil) Sering merasa haus Penglihatan kabur Bila ada luka, sulit untuk disembuhkan Kelemahan dan kelelahan Kesemutan atau hilangnya rasa di tangan atau kaki Iritabilitas dan perubahan mood Mual dan muntah Gula darah lebih dari normal 2) Bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti di atas, anjurkan agar meminta bantuan untuk segera diantar ke petugas kesehatan kloter 3) Anjurkan agar dapat melakukan pencegahan terjadinya peningkatan dengan cara: Tetap menjaga berat badan ideal Sempatkan untuk melakukan senam ringan Kontrol teratur ke fasilitas kesehatan kloter, untuk melakukan pemeriksaan gula darah Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
57
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Hindari stress Dekatkan diri kepada Allah b. Tindakan keperawatan Hiperglikemi 1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan visitasi kepada jamaah haji secara berkala dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah 2) Pada jamaah haji yang menggunakan terapi insulin, ajarkan cara melakukan penyuntikan dengan baik dan benar 3) Bila jamaah haji mengalami luka, lakukan perawatan luka secara berkala sesuai dengan kondisi lukanya. Apabila luka terdapat pada daerah kaki, anjurkan pada jamaah haji agar tidak menggunakan alas kaki yang sempit 4) Bila kondisi jamaah haji memerlukan pertolongan lebih lanjut, segera dirujuk ke sektor atau BPHI 2. Hipoglikemi a. Edukasi Lakukan edukasi kepada jamaah haji yang memiliki riwayat atau yang menderita diabetes mellitus dengan hipoklikemi: 1) Agar dapat mengenali tanda dan gejala yang timbul seperti: limbung pusing berkeringat kelaparan sakit kepala iritabilitas Warna kulit pucat Mendadak kemurungan atau perubahan perilaku, seperti menangis tanpa alasan yang jelas Kesulitan kebingungan Sensasi kesemutan di sekitar mulut 2) Bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti di atas, anjurkan agar meminta bantuan untuk segera diantar ke petugas kesehatan kloter Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
58
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
3) Lakukan edukasi bila jamaah haji mengalami tanda dan gejala seperti tersebut diatas agar segera minum sesuatu yang mengandung gula di dalamnya, seperti jus jeruk, susu, atau permen b. Tindakan Keperawatan Hipoglikemi 1) Berkoordinasi dengan dokter kloter untuk melakukan visitasi kepada jamaah haji secara berkala dengan melakukan pemeriksaan gula darah 2) Bila jamaah haji sudah dalam kondisi hipoglikemi segera berikan dextrose 40% intra vena. 3) Bila kondisi jamaah haji memerlukan pertolongan lebih lanjut, segera dirujuk ke sektor atau BPHI D.
DEMENSIA Pengertian demensia adalah : suatu bentuk Gangguan mental organik akibat adanya gangguan patologi yang jelas dari suatu organ yang dimanifestasikan dengan gejala utamanya adalah gangguan fungsi kognitif tanpa adanya gangguan kesadaran. Diagnosis : 1. Gangguan fungsi kognisif, khususnya daya ingat segea dan menengah. 2. Gangguan orientasi, dan persepsi. 3. Dapat dijumpai adanya waham dan/atau halusinasi 4. Emosi tidak stabil sehingga mudah marah. 5. Adanya reaksi kebingungan. Diagnosis Banding :Intoksikasi Obat, Trauma Kapitis. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium klinik (Darah rutin, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal, Urinalisa), Radiologik (Foto Toraks), EKG (terutama bila terdapat riwayat gangguan kardiovaskuler)
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
59
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Tata Laksana : 1. Terapi sesuai etiologi organik yang ditemukan, antaral lain : (pilih salah satu) : Mengatasi dehidrasi Koreksi keseimbangan elektrolit Koreksi gangguan uremia Koreksi adanya sumber infeksi 2. Apabila kondisi sudah tenang maka dilakukan Psikoterapi dalam bentuk antara lain: supportif, kognitif/perilaku (CBT), Psikoedukasi pada penderita dan keluarga.Bila telah dijumpai perbaikan klinis maka pasien dinyatakan masuk Fase Stabilisasi alih rawat ke ruang Intermediate/rehabilitasi. Komplikasi : Gangguan Organik sesuai dengan gejala yang menyertai. E.
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat iskemia miokard. 1. Diagnosis a. Nyeri dada khas (angina). b. Elektrokardiogram :angina pektoris tidak stabil infark miokard ST elevasI - infark miokard non ST elevasi c. Enzim jantung meningkat. 2. Diagnosis banding Angina pektoris stabil, diseksi aorta, perikarditis akut, emboli paru akut, penyakit dinding dada, Sindrom Tietze, gangguan gastrointestinal (hiatus hernia, refluks esofagitis, spasme/ruptur esophagus, kolesistitis akut, tukak lambung dan pankreatitis akut). 3. Pemeriksaan penunjang • Elektrokardiogram.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
60
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
• Foto roentgen dada. • Biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin T, Troponin I ,profil lipid, gula darah, ureum, kreatinin. • Echokardiografi. • Tes treadmill. • Angiografi koroner. 4. Tata Laksana Tirah baring di ruang rawat intensif jantung (ICCU) Pasang infus intravena dengan Nacl 0,9% atau dekstrosa 5% Oksigenisasi dimulai dengan 2 liter /menit 2-3 jam, dilanjutkan bila sarutasi oksigen arteri rendah (< 90%) Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung. Pasang monitor EKG secara kontinu Atasi nyeri dengan : Nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi bila TD sistolik < 90 mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia.Atau Morfin 2,5 mg (2-4 mg)intravena, dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg intravena. Antitrombotik : Aspirin (160-345 mg), bila alergi atau intoleransi/ tidak responsif diganti dengan tiklopidin atau klopidogrel. Trombolitik dengan streptokinase 1,5 juta U dalam 1 jam atau aktivator plasminogen jaringan (t-PA) bolus 15 mg, dilanjutkan dengan 0,75 mg/kgBB (maksimal 50 mg) dalam jam pertama dan 0,5 mg/kgBB (maksimal 35 mg) dalam 60 menit jika Elevasi segmen ST > 0,1 mv pada dua atau lebih sadapan ekstremitas berdampingan atau > 0,2 mv pada dua atau lebih sadapan prekordial berdampingan, waktu mulai nyeri dada sampai Tata Laksana < 12 jam, usia < 75 tahun, Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
61
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Blok cabang (BBB) infark miokard akut.
dan
anamnesis
dicurigai
Antikoagulan : Heparin direkomendasikan untuk pasien yang menjalani revaskularisasi perkutan atau bedah, pasien dengan risiko tinggi terjadi emboli sistemik seperti infark miokard anterior atau luas, fibrilasi atrial, riwayat emboli, atau diketahui ada trombus ventrikel kiri yang tidak ada kontraindikasi heparin. Heparin diberikan dengan target aPTT 1,5 – 2 kali kontrol.Pada angina pektoris tak stabil heparin 5000 unit bolus intravena, dilanjutkan dengan drip 1000 unit/jam sampai angina terkontrol dengan menyesuaikan aPTT 1,5-2 kali nilai kontrol. Pada infark miokard akut yang ST elevasi > 12 jam diberikan heparin bolus intravena 5000 unit dilanjutkan dengan infus selama rata-rata 5 hari dengan menyesuaikan aPTT 1,5-2 kali nilai kontrol. Pada infark miokard anterior transmural luas antikoagulan diberikan sampai saat pulang rawat. Pada penderita dengan trombus ventrikular atau dengan diskinesi yang luas di daerah apeks ventrikel kiri antikoagulan oral diberikan secara tumpang tindih dengan heparin sejak beberapa hari sebelum heparin dihentikan. Antikoagulan oral diberikan sekurangkurangnya 3 bulan dengan menyesuaikan nilai INR (2-3) Atasi rasa takut atau cemas Diazepam 3 X 2-5 mg oral atau IV Pelunak tinja : laktulosa (laksadin) 2 X 15 ml Beta bloker diberikan bila tidak ada kontraindikasiACE inhibitor diberikan bila keadaan menizinkan terutama pada infark miokard akut yang luas, atau anterior, gagal jantung tanpa hipotensi, riwayat infark miokard .
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
62
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Antagonis kalsium : verapamil untuk infark miokard non ST elevasi atau angina pektoris tak stabil bila nyeri tidak teratasi. 5. Komplikasi a. Angina pektoris tak stabil : payah jantung, syok kardiogenik, aritmia, infark miokard akut b. Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal jantung, syok kardiogenik, ruptur korda, ruptur septum, rumtur dinding bebas, aritmia gangguan hantaran, aritmia gangguan pembentukan rangsang, perikarditis, sindrom dresler, emboli paru. Tindakan Keperawatan pada Penyakit Jantung Koroner (PJK) 1. Upaya promotif dan preventif pada penyakit jantung koroner : a) Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar HDL b) Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya. Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL c) Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar LDL-kolesterol dan menambah kadar HDL-kolesterol d) Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan) 2. Potensi diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan : a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria : 1) Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri 2) Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran) 3) Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada 4) Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
63
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
5) Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi 6) Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic) b) Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard : 1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan 2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu 3) Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar 4) Jelaskan pada pasien tentang tahap-tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien c) Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya preload, miocardial infark : 1) Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan) 2) Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi 3) Auskultasi suara nafas dan Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4 4) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia d) Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia : 1) Kaji adanya perubahan kesadaran 2) Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer 3) Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema 4) Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan) Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
64
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
5) Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi) 6) Monitor intake dan out put 7) Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit e) Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein : 1) Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema 2) Ukur intake dan output (balance cairan) 3) Kaji berat badan setiap hari 4) Sajikan makanan dengan diet rendah garam 5) Kolaborasi dalam pemberian deuritika F. PARU (ASMA BRONCHIALE, PPOK) 1. Asma Bronchiale Penyakit infamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan obstruksi jalan napas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit T, makrofag neutrofil dan epitel. Diagnosis Episode berulang sesak napas, dengan atau tanpa mengi dan rsa berat di dada akibat faktor pencetus. Asma intermiten : gejala < 1x/minggu, asimptomatik, APE diantara serangan normal, asma malam < 2x/bulan, APE > 80%, variabilitas <20% Asma persisten ringan : gejala > 1x/minggu, < 1x/hari, asma malam > 2x/bulan, APE>80%, variabilitas 20-30 %. Asma persisten sedang : gejala tiap hari, tiap hari menggunakan β-2 agonis kerja singkat, aktifitas
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
65
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
terganggu saat serangan, asma malam > 1x/minggu, APE > 60% dan < 80% prediksi atau variabilitas > 30%. Asma persisten berat : gejala terus menerus, asma malam sering, aktifitas terbatas, APE < 60% prediksi atau variabilitas > 30%. Asma eksaserbasi akut dapat terjadi pada semua tingkatan derajat asma. Diagnosis banding PPOK, gagal jantung Pemeriksaan penunjang Jumlah eosinofil darah dan sputum, foto toraks, spirometri, uji tusuk kulit,uji bronkodilator atas indikasi, uji provokasi bronkus atas indikasi, analisa gas darah. Tata Laksana Asma intermiten : tidak memerlukan obat pengendali, Asma persisten ringan : kortikosteroid inhalasi atau teofilin lepas lambat, kromolin, antileukotrien. Asma persisten sedang : kortikosteroid inhalasi ditambah β-2 agonis aksi lama (LABA) atau ditambah teofilin lepas lambat, atau ditambah LABA oral atau ditambah antileukotrien. Asma persisten berat : kortikosteroid inhalasi ditambah LABA inhalasi ditambah teofilin lepas lambat atau antileukotrien atau LABA oral. Pada eksaserbasi akut : oksigenasi, inhalasi β-2 agonis/20 mnt sampai 3 kali, inhalasi ipapromium bromide per 4-6 jam, kortikosteroid oral atau parenteral 40-60 mg/hari setara prednison, aminofilin tidak dianjurkan (bila diberikan mulai 5-6 mg/kgBB dilanjutkan 0,5-0,6 mg/kgBB/jam, antibiotik bila ada infeksi sekunder.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
66
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Komplikasi PPOK, gagal jantung, gagal napas, pneumotoraks 2. Asthma Akut (Serangan Asthma) Peradangan kronik bronkus yang mengalami spasme dan obstruksi. Tanda & gejala - Sesak napas (+), perlahan-lahan s/d mendadak - Suara napas mengi (+) / (-) - Nyeri dada (+) / (-) - Riwayat asthma (+) Tata Laksana - O2 > 3 lt / menit - Inhalasi salbutamol / brikasma / prokaterol - Aminophilin drip - Deksametason 10 mg - Photo toraks, DL, PFR - Rujuk BPHI, RSAS 3. PPOK Eksaserbasi Akut Terdiri dari bronchitis kronik dan emfisema atau campuran Tujuan Mengobati serangan sesak Jamaah Haji dan mencegah timbulnya serangan ulang. Tanda & gejala Sesak napas (+) Batuk(+)dahak berulang berwarna kuning kehijauan Demam (+) / (-) Riwayat rokok (+) baik aktif / pasif
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
67
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Tata Laksana O2 max 2 lt / 1 Inhalasi atroven 1 cc + salbutamol 1 cc tiap 6 jam Dexametason : 3 x 10 mg Aminofilin drip 0,5 mg/kg BB/jam Ekspektoran Photo toraks, DL, PFR Antibiotik bila ada infeksi Rujuk ke BPHI, RSAS G. EMERGING DISEASES (CONTOH : MERS-COV) Penyakit-penyakit yang mencuat yaitu penyakit yang angka kejadiannya meningkat dalam dua dekade terakhir ini, atau mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam waktu dekat, penyakit yang area geografis penyebarannya meluas, dan penyakit yang tadinya mudah dikontrol dengan obat-obatan namun kini menjadi resisten . Emerging disease termasuk wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Re-emerging disease atau yang biasa disebutresurging disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden dimasa lampau. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya, yaitu : 1. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi 2. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter) 3. Perubahan iklim dan lingkungan Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
68
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
4. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin. 5. Perkembangan industri dan ekonomi 6. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel diseases) WHO telah merekomendasikan kepada setiap dengan sebuah sistem peringatan dini (early system) untuk wabah penyakit menular dan surveillance untuk emerging dan re-emerging khususnya untuk wabah penyakit pandemik.
negara warning sistem disease
Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan(Center for Disease Control and Prevention/CDC). Contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory syndrome (SARS). Middle East Respiratory Syndrome – Corona Virus (MERS-CoV) 1. Upaya promotif dan preventif pada penyakit MRES-CoV : a) Pencegahan standar : 1) Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret, dan kulit lecet/luka. 2) kontak dengan pasien yang mengalami gejala pernapasan (batuk/bersin) pada saat memberikan
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
69
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
pelayanan, gunakan pelindung mata karena semprotan sekresi dapat mengenai mata. 3) Pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam 4) Pengelolaan limbah yang aman, pembersihan dan desinfeksi peralatan serta pembersihan lingkungan. b) Pencegahan droplet : 1) Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter dari pasien 2) Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau berkelompok dengan diagnosis penyakit sama 3) Jika diagnosis penyakit tidak mungkin diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis klinis yang sama dan berbasis factor risiko epidemiologi yang sama dengan pemisahan minimal 1 meter 4) Batasi pergerakan pasien dan pastikan bahwa pasien masker medis saat berada di luar kantor. c) Pencegahan airborne : 1) Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan APD (sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung mata, dan respirator partikulat) ketika melakukan prosedur tindakan yang dapat menimbulkan aerosol 2) Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi adekuat ketika melakukan prosedur yang menimbulkan aerosol. H. PENYAKIT AKIBAT KONDISI MATRA 1. Dehidrasi Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik) atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehirasi isotonic) atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
70
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Diagnosis Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak ada sama sekali. • Penurunan berat badan akut > 3%. • Hipotensi ortostatik • Aksila lembab/basah • suhu tubuh meningkat dari suhu basal, • diuresis berkurang, BJ urin ≥ 1.019 (tanpa glukosuria dan proteinuria) BUN/kreatinin ≥ 16,9 (tanpa perdarahan aktif saluran cerna) Pemeriksaan penunjang • Kadar natrium plasma darah, • osmolaritas serum, • ureum dan kreatinin darah, BJ urin, • tekanan vena sentral Tata Laksana • Lakukan pengukuran keseimbangan (balan) cairan masuk-keluar secara berkala sesuai kebutuhan. • Pada dehidrasi ringan : terapi cairan oral 1500-2500 ml/24 jam (30 ml/kgBB/24 jam) untuk kebutuhan dasar ditambah penggantian defisit cairan dan kehilangan cairan yang masih berlangsung. • Pada dehidrasi sedang sampai berat dan tidak bisa minum peroral, selain pemberian cairan enteral dapat parenteral. • Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%, pada dehidrasi hipertonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik. Komplikasi Gagal ginjal, sindrom delirium akut
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
71
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Asuhan Keperawatan pada mengalami dehidrasi di kloter Pengkajian Selaput lendir kering Nadi Status mental Tekanan darah In-take out put cairan
jamaah
haji
yang
Diagnosa Keperawatan Volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan Tindakan Keperawatan a. Mandiri Posisi pasien
Pemberian cairan per oral Monitoring hemodinamik: nadi, pernapasan, saturasi oksigen, tekanan darah, jumlah intake out put cairan b. Kolaborasi Bila di kloter tersedia peralatan dan cairan infus, lakukan: Pemasangan IV line Pemberian cairan dan elektrolit perinfus sesuai program dokter
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
72
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
73
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Cara Penghitungan Tetesan Infus Jumlah tetesan infus : Jumlah cairan (ml) yang dibutuhkan x faktor tetesan = ........ tts/mt Lama pemberian (jam) x 60 menit 2. Jetlag Masalah yang timbul pada penerbangan jarak jauh adalah gangguan psikofisiologik yang dikenal JET LAG, yang merupakan pertanda bahwa irama sirkadian memerlukan sinkronisasi siklus malam dan siang di tempat yang baru. Gejala yang paling menonjol adalah : a. kelelahan fisik dan mental, b. dehidrasi, c. penurunan energi, performance dan motivasi d. gangguan pola tidur.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
74
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Faktor – faktor yang dapat memperberat Jet Lag adalah : a. kondisi kesehatan (sedang sakit), b. stress mental dan fisik, c. jumlah zona waktu yang dilewati atau lama penerbangan, d. keadaan kabin penumpang (pengap, tekanan yang berubah-ubah, udara yang terlalu kering, minuman yang mengandung alkohol, terlalu lama duduk selama penerbangan). Upaya yang dapat meringankan Jet Lag antara lain: a. Diet anti Jet Lag: Rumusan jadwal makan 4 hari menjelang keberangkatan: Hari I : Makan pagi dan siang tinggi protein (telur, steak, buncis) Makan malam tinggi karbohidrat (kentang, spageti, dll) Hari II : Puasa dalam arti makan ringan (salad, sop ringan, juice) Hari III : Menu makanan seperti hari I Hari keberangkatan susunan makanan seperti hari ke II Sesampai ditempat tujuan makan pagi, siang dan malam seperti biasa dengan jadwal waktu makan sesuai dengan waktu setempat pengaturan tugas terbang, ditetapkan rumusan status awak pesawat dengan jumlah jam terbang dan waktu istirahat. Waktu istirahat, sebagai berikut: - istirahat 12 jam, jika penerbangan lebih dari 11 jam - istirahat 14 jam, jika penerbangan lebih dari 12 jam - istirahat 14 jam, jika melintasi 4 zona waktu atau lebih - istirahat 32 - 96 jam setelah melintasi 4 zona waktu atau lebih dan kembali ke tempat asal
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
75
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Beberapa kiat untuk megurangi kemungkinan terkena Jet Lag: 1) Sebelum melakukan perjalanan Pastikan berangkat dalam keadaan rileks, bebas dari beban fisik, dan psikis dan tidak dalam keadaan sakit. Persiapkan segala keperluan jauh-jauh hari. Usahakan meminimalkan transit, tidur lebih awal, agar tetap bugar ketika berangkat. 2) Selama dalam perialanan Begitu naik pesawat, ubah waktu jam tangan anda sesuai dengan waktu negara tujuan, perbanyak minum air putih dan sari buah, tidur selama perjalanan dilakukan hanya waktu di tempat tujuan menyatakan demikian (malam), lakukan gerakan peregangan dan relaksasi otot-otot tubuh baik di tempat duduk maupun pada saat transit, lakukan sesekali jalan-jalan didalam kabin, hindari minum kopi, alkohol & orange. 3) Di Tempat Tujuan Yang paling penting pertama kali anda lakukan adalah melakukan aktifitas seperti yang biasa dilakukan di rumah dengan menyesuaikan jam di tempat yang baru, termasuk waktu makan dan tidur. 3. Heatstroke (Sengatan Panas) Sengatan Panas adalah suatu kelainan pada tubuh yang disebabkan karena terpaparnya dengan udara panas yang tinggi yang menyebabkan meningkatnya suhu tubuh (hipertermi) bisa mencapai 106oF (41.1oC) disertai dengan kelainan fisik dan neurologis. Diagnosis a. Heat Exhaustion (Lelah Panas) Gejalanya sama dengan gejala dehidrasi cairan): - Kulit panas dan kering, - lemas, Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
(kekurangan
76
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
- haus, - pusing, - lelah, - mual, - pucat - nafsu makan menurun, - disorientasi b. Heat Cramp (Kejang Panas) - Tingkat lebih lanjut dari Heat Exhaustion - Suhu badan naik (sampai 38-39oC) - Kejang otot (otot kaku tangan terutama otot betis) c. Heat Stroke Stadium ketiga dari sengatan panas, merupakan keadaan gawat namun reversible, dengan gejala : - Hyperpirexia (suhu > 39oC) - Kulit kering, tidak berkeringat - Takhikardi, sulit bernafas - Halusinasi, confusion, disorientasi - Tekanan darah meningkat atau menurun - Berbicara tidak menentu (mengigau) - Kesadaran dapat menurun sampai koma Tatalaksana - Hindari organ/ bagian badan dari kerusakan permanen - Yang utama dinginkan pasien - Pindahkan pasien ke ruang yang sejuk atau ruang terbuka yang terlindung dari panas matahari dan longgarkan pakaian - Berikan air suam-suam kuku atau dingin pada kulit (semprotkan air dingin melalui semprotan air) - Kipasi pasien dengan fan atau koran dan lainnya untuk mempercepat penguapan dan berikan kantong es di ketiak - Berikan cairan infus garam fisiologis (NaCL 0,9%)
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
77
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
- Monitor suhu badan dengan termometer dan lanjutkan pendinginan sampai suhu badan mencapai 101-102oF (38.3-38.8oC) Komplikasi - Dehidrasi - ARF - Syok hypovolemik - Koma Pencegahan Cara menghindari Sengatan Panas : a. Aklimatisasi atau menyesuaikan dengan suhu panas sebelum keberangkatan haji b. Tidak berada diterik matahari langsung, antara pukul 10.00 s/d 16.00 c. Keluar kemah/rumah terutama pada siang hari, harus memakai payung dan berbekal minuman dan semprotan air d. Minum setiap hari paling sedikit 5-6 liter atau 1 gelas setiap jam, jangan menunggu sampai haus e. Pada saat di luar pondokan dianjurkan sering menyemprotkan air ke muka dan bagian tubuh lainnya f. Hindari minum kopi, karena akan mempercepat dehidrasi g. Tidak melakukan aktivitas berlebihan pada saat terik panas matahari h. Usahakan kondisi badan tetap segar, cukup istirahat dan tidur 6-8 jam sehari semalam i. Pakailah pakaian yang agak longgar agar memudahkan penguapan dan sedapat mungkin berwarna putih j. Makanlah buah-buahan segar, seperti jeruk, apel, pier dsb k. Gunakan sunscreen untuk mencegah kulit terbakar matahari l. Gunakan topi untuk menutup kepala gar terlindung dari terik matahari
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
78
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
m. Jika terasa letih, stop aktivitas dan usahakan ketempat yang sejuk 4. Frostbite (Sengatan Dingin) Sengatan dingin merupakan kerusakan kulit dan jaringan lainnya yang disebabkan karena terpapar udara dingin dalam waktu yang lama. Sengatan dingin ini mempengaruhi intrasel dan ekstrasel dan mempengaruhi fungsi jaringan dan sirkulasi Diagnosis Mati rasa (baal) Rasa kaku atau beku terutama daerah yang terpajan langsung dengan udara dingin Pucat, dingin, kram, kaku otot Diagnosis Banding Immersion foot Frosbite Tatalaksana Dapat dilakukan pengobatan di kloter Bawa pasien kedalam ruangan (bila mungkin ruang dengan penghangat) Lepaskan baju yang basah dan ganti dengan yang kering Rendam dengan air hangat (37-40oC / 100-105oF) Berselimut dan pakaian hangat, makan dan minum hangat, kamar bersuhu hangat Analgetik topikal atau sistemik (bila perlu) Penghangatan lokal/setempat Rewarming bertahap : Rendam dengan air hangat 37oC40oC, selama 25-40 menit, atau kompres dengan air hangat 10-30 menit sampai pencairan lesi komplit Bila tidak ada air hangat, selimuti badan dengan selimut hangat Infus cairan Nacl 0,9% yang sudah dihangatkan Berikan Oksigen Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
79
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Lanjutkan tirah baring total, berikan tetanus toxoid Irigasi Ulkus secara aseptik, berikan antibiotik Berikan heparin (bila ada tanda-tanda trombus) Drainage bula secara steril dan dicuci dengan desinfektan Fisioterapi, hentikan rokok secara total Bila perlu amputasi / rekontruksi (Tatalaksana disesuaikan dengan kondisi pasien, Rujuk segara ke RSAS bila kondisi tidak memungkinkan ditangani di BPHI) Komplikasi Ulkus Gangren Shock septik Pencegahan Pertahankan kondisi tubuh dalam keadaan baik Makanan yang baik dan hangat, minuman hangat setiap jam 1 gelas (tidak menunggu haus) Memakai pakaian sehari-hari dan pakaian ihram yang tebal dan hangat agar dapat menghindari paparan udara dingin Hindari udara dingin, dengan tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu diruang terbuka Hindari merokok dan minum kopi Sebaiknya mandi melalui shower dengan air hangat, jangan banyat gerakan menggosok waktu mandi Jangan menggosok kulit daerah lesi, karena dapat merusak jaringan Jangan gunakan penghangat langsung (seperti botol air panas, dll) Jangan mencairkan daerah lesi jika mungkin akan terjadi belum lagi, karena dapat merusak jaringan Lindungi kulit dengan krim.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
80
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
POKOK BAHASAN
Penanganan Kegawatdaruratan Sesuai Kondisi dan Peralatan Di Kloter 1. Definisi Kegawatan merupakan : suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapatmenyebabkan sesuatu yang mengancam jiwanya dalam arti memerlukan pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak maka seseorang tersebut dapat mati atau menderita cacat. 2. Prioritas utama penyebab kegawatan Banyak sebab dapat berakibat kematian atau cacat dalam waktu singkat dapat berupa sebab-sebab bidang medik ataupun trauma. Yang mengakibatkan kegawatan menyangkut : a. Jalan nafas dan fungsi nafas b. Fungsi sirkulasi c. Fungsi otak dan kesadaran 3. Penyebab Medik Antara Lain a. Penyakit Infeksi otak : Gangguan kesadaran Gangguan pusat-pusat vital Diabetes : Koma diabetikum Hepar : Koma hepatikum Ginjal : Koma uremikum Jantung : Serangan jantung Tek. Darah tinggi : Serangan otak Kelemahan otot : Tidak dapat bernafas b. Obat-Obatan Narkotika
: tidak dapat bernafas (henti nafas)
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
81
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Anafilaksis
: shock berat (henti jantung)
c. Penyebab Trauma Trauma kepala : Gangguan kesadaran Trauma muka : Gangguan jalan nafas Trauma dada : Perdarahan Shock Pneumothorak : Sesak Patah tulang dada atau iga : sesak, nyeri Trauma perut : Perdarahan Shock Trauma anggota gerak : Perdarahan/nyeri Shock Trauma pada kehamilan : Bahaya untuk ibu dan bayi Terbakar : sesak, shock PRIMARY SURVEY 1. Definisi Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi mengancam jiwa 2. Cara Pelaksanaan a. Jalan Nafas Lihat, Dengar, Raba (Look, Listen, Feel). Buka nafas, yakinkan adekuat. Atasi segera, bebaskan nafas.(Head Tilt, Chin Lift, Jaw Thrust; hati-hati korban trauma) Penghisapan (Suctioning) b. Pernafasan Apakah pertukaran hawa panas adekuat ? • Tidak ada, lakukan resusitasi • Frekuensi • Kualitas • Teratur / tidak • Capillary Refill Time c. Perdarahan 1) Eksternal Hentikan segera : Dengan bebat tekan pada luka Elevasi Kompres es Tourniquet (hanya pada luka / trauma khusus) Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
yang
jalan jalan pada
82
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
2) Internal segera kirim (lihat protokol khusus) d. Tulang Belakang Apakah sadar ? (lihat protokol khusus), Adakah trauma kepala? (lihat protokol khusus), Stabilisasi leher dan tulang belakang sebelum dikirim e. Shock Tanda-tanda shock (lihat protokol khusus), Stabilitas segera dikirim Catatan : Primary survey harus selalu dilaksanakan pada tiap pasien / korban saat itu.
Ingat ! Hindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa penolong setiap akan memberikan pertolongan
SECONDARY SURVEY 1. Definisi Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi. 2. Peralatan : Stetoscope, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan, gunting, thermometer, catatan, alat tulis 3. Cara pelaksanaan: a. Periksa kondisi umum menyeluruh • Posisi saat ditemukan • Tingkat kesadaran • Sikap umum, keluhan • Ruda paksa, kelainan • Keadaan kulit b. Periksa kepala dan leher • Rambut dan kulit kepala Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
83
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
c.
d. e. f.
g.
Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan cedera tulang belakang • Telinga Perlukaan, darah, cairan • Mata Perlukaan pembengkaan, perdarahan, Refleks pupil, kondisi kelopak mata, kemerahan perdarahan sclera/alrian antrum anterior, benda asing, pergerakan abnormal • Hidung Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung kelainan anatomi karena ruda paksa • Mulut Perlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut / tidak • Bibir Perlukaan, perdarahan, cyanosis, kering • Rahang Perlukaan, stabilitas, krepitasi • Kulit Perlukaan, basah / kering, darah, warna goresangoresan, suhu • Leher Perlukaan, bendungan vena, deviasi trachea, spasme otot, stoma, tag, stabilitas tulang leher Periksa Dada Flailchest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan, suara ketuk, suara nafas Periksa Perut Perlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi Periksa tulang belakang Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot Periksa pelvic/genetalia Perlukaan, nyeri, pembengkaan, krepitasi, priapismus, inkontinensia Periksa ekstermitas atas dan bawah
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
84
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
Perlukaan, angulasi, hambatan pergerakan gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka
CATATAN : • Perhatikan tanda-tanda vital • Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan adakah : D-E-C-A-P-B-L-S D : Deformitas E : Ekskoriasi C : Contusi A : Abrasi P : Penetrasi B : Bullae/Burn L : Laserasi S : Swelling/Sembab • Pada dugaan patah tulang, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan Adakah : P-I-C P : Pain/nyeri I : Instabilitas C : Crepitasi AIRWAY MANAGEMENT ( PENGELOLAAN JALAN NAFAS ) 1. Tujuan Membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal. 2. Diagnosa Cara melakukan diagnosis terhadap adanya gangguan jalan nafas dapat diketahui dengan cara L = Look L = Listen yang dilakukan secara simultan, dengan satu gerak. F = Feel L = melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
85
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
3.
retraksi sela iga. L = mendengar aliran udara pernafasan. F = merasakan adanya aliran udara pernafasan. Tindakan : a. Tanpa alat 1) Membuka jalan nafas Dapat dilakukan : a) head-tilt (dorong kepala ke belakang). b) chin-lift manouver (tindakan mengangkat dagu). c) jaw-thrust manouver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah). Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka jalan nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas daerah faring atau adanya henti nafas (apnea) Bila hal itu terjadi dan pasien menjadi tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak tampak mengembang, maka kemungkinan adanya sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan Heimlich Manouver (perasat Heimlich). 2) Membersihkan jalan nafas Sapuan jari (finger sweep) Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan nafas hilang. Cara melakukannya Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
86
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
jaw thrust dan tekan dagu kebawah. Bila otot rahang lemas (emaresi manouver). Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan mengorek/mengait semua benda asing dalam rongga mulut. 3) Mengatasi sumbatan nafas parsial Dapat digunakan tehnik manual thrust Abdominal thrust. Chest thrust. Back blow. b. Dengan menggunakan alat : Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna. 1) Pemasangan pipa (tube) Dipasang jalan nafas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Bila dengan pemasangan jalan nafas tersebut pernafasan belum juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrachea Pemasangan pipa endotrachea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan. 2) Pengisapan benda cair (suctioning) Bila terdapat sumbatan jalan nafas karena benda cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning). Pengisapan digunakan dengan alat bantu pengisap (pengisap manual portable, pengisap dengan sumber listrik). 3) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas Bila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tak mungkin dilakukan dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantu berupa : - laringoskop - alat pengisap (suction) Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
87
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
- alat penjepit (forcep) 4) Mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka Penggunaan pipa orofaring : yang digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama untuk pasien-pasien tidak sadar. 5) Membuka jalan nafas dengan krikotirotom Dapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi - Krikotirotomi dengan jarum. - Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau). Cara ini dipilih bila pada kasus pemasangan pipa endotracheal tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan terampil dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau.
CIRCULATION ( PENGELOLAAN SIRKULASI ) 1. Tujuan Mengembalikan fungsi sirkulasi darah. 2. Diagnosa Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama bila terjadi henti jantung dan shock. a. Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam 5 – 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan karena kelainan jantung (primer) dan kelainan jantung di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi. b. Diagnosis shock secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas mungkin teraba dingin, basah dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik). Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
88
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
3.
Tindakan : a. Pada henti jantung lakukan pijat jantung luar minimal 100 kali/menit. b. Pada pasien shock, letakkan pasien dalam “posisi shock” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi dari jantung. Bila pasien shock karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan kemudian dilakukan pemasangan jalur intra vena (iv access). Dan pemberian cairan infus kristaloid berupa ringer lactat atau larutan garam faali (NaCl 0,9 %). Pada pasien dewasa pemasangan jalur vena dilakukan dengan pilihan menggunakan jarum besar ( > 16 G) di daerah lengan atas - ante cubiti (lokasi lebih proximal). Sebaiknya dipasang 2 jalur intra vena bila terdapat perdarahan masif.
Catatan : • Pada pasien-pasien trauma dengan fraktur tulang extremitas, maka pemasangan jalur intra vena tak dilakukan pada bagian distal trauma tersebut. • Bagi petugas medis terlatih dan terampil dapat dilakukan pemasangan jalur intravena pada vena subclavia / vena jugularis untuk itu harus diketahui komplikasinya. • Pada pasien anak dengan kesulitan melakukan pemasangan jalur intravena dapat dilakukan segera pemasangan jalur intraosseus pada tuberositas tibia. Catatan : perhatikan arah jarum tak menuju ke sendi lutut. • Pada pasien-pasien dengan shock terdapat beberapa hal yang harus diketahui setelah dilakukan pemasangan jalur intravena yaitu : a. Karakteristik dari jenis-jenis shock.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
89
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
b. Pada shock hipovolemik terutama karena pedarahan (terdapat klasifikasi berat-ringannya) dan karena dehidrasi (muntah, diare). RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) 1. Tujuan Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung. 2. Penyebab : a. Henti nafas (Respiratory arrest) : henti nafas yang bukan dikarenakan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel). b. Henti jantung (Cardiac arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1) Hipoksemia karena berbagai sebab. 2) Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia). 3) Gangguan irama jantung (aritmia). 4) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumotoraks). 3. Diagnosa : a. Tidak terdapat adanya pernafasan (gunakan cara LookListen-Feel). b. Tidak teraba denyut nadi karotis. Catatan : Pada pasien yang telah terpasang monitoring EKG dan terdapat gambaran asistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya henti jantung 4. Tindakan : a. Tanpa alat • 1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 : 30
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
90
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
•
2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan sama dengan 1 penolong 2 : 30. b. Dengan alat Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik, harus segera diusahakan pemasangan intubasi endotracheal. Korban ditemukan Cek respon korban
Tidak ada respon (unresponsive) Tidak bernapas atau tidak bernapas normal (hanya gasping/terengah-engah)
Cek nadi : Pastikan nadi dalam 10 detik?
Ada denyut nadi
Beri 1 napas tiap 5 – 6 detik Cek ulang tiap 2 menit
Tak ada denyut nadi
Mulai siklus 30 KOMPRESI dan 2 NAPAS
AED / defibrilator datang
Rekam irama jantung, apakah bisa didefibrilasi atau tidak ?
Berikan 1 shock Segera lanjutkan RJP untuk 5 siklus (2 menit)
Segera lanjutkan RJP selama 2 menit Cek irama setiap 2 menit, sampai tim dengan alat lebih lengkap datang.
Catatan : Kotak dengan garis putus-putus dilakukan oleh penolong profesional, bukan oleh penolong awam
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
91
Materi Inti 2 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan Jamaah Haji
REFERENSI Ankner, M Gina (2011), Clinical Decision Making: Case Studies in Medical-Surgical Nursing 2: Case Studies in Medical-Surgical Nursing, Cengage Learning 2. Buku Panduan Pelayanan Medik – PAPDI 3. Brunner & Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal, Vol.1.E/8EGC, Jakarta 4. Baradero,M dkk,(2009), Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin, Jakarta: EGC. 5. Crisp, J. & Taylor, C (2001). Potter & Perry’s Fundamental Of Nursing. Harcourt : Mosby-Year Book Inc. 6. Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. (I Made Kariasa penerjemah). Jakarta: EGC 7. Doenges, Marilynn E, at all, (2002), Nursing Care Plans: guidelines forindividualizing patient care, by F.A. Davis Company, USA. 8. Harrison's Principles of Internal Medicine, 17th Edition 9. http://www.hidupsehat.web.id/2014/05/penyakit-mers-covpenyebab-tanda-gejala.html 10. Modul pembekalan kesehatan penerbangan bagi Tim Kesehatan Haji Indonesia, PERKESPRA, 2003. 1.
Modul Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia
92