MASJID SEBAGAI TEMPAT PERAYAAN NATAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh: JUBAEDAH NIM: 1110043100055
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB DAN FIKIH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ABSTRAK
Jubaedah, NIM:1110043100055, Masjid Sebagai Tempat Perayaan Natal Dalam Tinjauan Hukum Islam, Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Mazhab Fiqih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015M. Skripsi ini merupakan upaya untuk memaparkan hukum mengenai permasalahan Masjid yang dijadikan tempat perayaan natal umat non Muslim dimana pendiri Masjid terbuka tersebut bertujuan untuk mempersatukan umat Islam yang berpecah belah akan tetapi pemikiran dia menjadi sebuah permasalahan. Maka di sini sangatlah penting pendapat ulama agar permaslahan cepat terselesaikan. Tujuan dari penelitian ini adalah agar umat Islam tidak keliru antara toleransi masalah ibadah dan dengan toleransi bersifat hak kemanusiaan. Pada dasarnya melakukan kebaikan itu memang harus, artinya kepada siapapun itu kita harus berbuat baik tanpa harus memandang kedudukan sosialnya, asal jangan mempercampur adukkan dengan aqidah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan menggunakan jenis penelitian analisis komperatif yakni metode analisis dengan perbandingan antara Al-Qur’an, Hadis, pendapat para ulama’ dan cendekiawan muslim yang mengkaji tentang permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini, serta penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengambil referensi pustaka dan dokumen yang relevan dengan masalah ini. Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat dalam skripsi ini ialah bahwa Masjid Yang Dijadikan Tempat Perayaan Natal di Cape Town itu bukanlah yang tepat jika Masjid dijadikan tempat ibadah umat lain. Masjid itu sendiri adalah tempat ibadah umat Islam bagi siapa yang memasuki Masjid itu harus suci. Setiap agama mempunyai tempat ibadahnya masing-masing. Islam memang mengajarkan bahwa kita sebagai umat muslim bertoleransi itu harus tetapi yang tidak menyangkut dalam masalah ibadah. Dalam segi hak kemanusiaan kita boleh bertoleransi dengan umat selain Islam. Pembimbing
: 1. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag 2 Ummi Kultsum,M.Pd
Daftar pustaka
: 1971-2014 Tahun
iv
KATA PENGANTAR Puji dan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada yang sang Penguasa Allah Swt, yang telah memberikan nikmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat dan rahmat hidayah dari Allah Swt, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dan judul MASJID SEBAGAI TEMPAT PERAYAAN NATAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan untuk mencapai data dari referensi. Namun berkat kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan itu dapat teratasi. Untuk ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Fahmi Ahmadi,M.Si, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum dan Ibu Siti Hanna, S.Ag, Lc, MA Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr.H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan Ummi Kultsum, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberi arahan, saran serta petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. Khamami zada, MA dan Dr. Muhammad Taufiki, M.Ag, yang telah menjadikan bagian dari Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum dalam masa jabatan sebelum Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum periode baru. 5. Para Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapatkan balasan dari Allah Swt. 6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan staf karyawan fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan yang baik dikala penulis mengumpulkan data dan materi skripsi. 7. Kepada keluaraga tercinta terutama ibu dan ayah penulis, serta kakakku yang selalu memberikan dukungan kepada penulis ini sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada sahabat, serta teman-teman yang seperjuangan mahasiswa PMH (Perbandingan Mazhab Hukum) angkatan 2010, khususnya Widya Permata Sari, Dian Kamal,Mahfud, Anshor, Dian Hasanah,Fauziah Aulia, Rizky Fazriah serta teman-teman yang lain yang selalu memberikan semangat, dukungan, saran dan masukan kepada penulis. Terima kasih teman-teman, dengan kebersamaan kita
v
selama ini dalam suka dan duka. Bagi penulis itu adalah pengalaman berharga yang takkan pernah terlupakan. 9. Seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkah kita. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta : 22 September 2015M 08 Dzulkodah 1436 H
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ..............................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
iii
ABSTRAK ...........................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .........................................................................................
v
DAFTAR ISI ........................................................................................................
vii
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... ........
1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah .............................................
6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................................
6
D. Review Study Terdahulu .................................................................
7
E. Metode Penelitian ............................................................................
8
F. Teknik Analisis Data .......................................................................
10
G. Sistematika Penulisan ......................................................................
11
BAB II : LANDASAN TEORI .........................................................................
12
A. HAKIKAT MASJID ........................................................................
12
1. Pengertian Masjid Secara Etimologi ...........................................
12
2. Pengertian Masjid Secara Terminologi .......................................
13
3. Visi dan misi ...............................................................................
14
a. Visi Masjid .............................................................................
14
b. Misi Masjid.............................................................................
15
B. FUNGSI MASJID............................................................................
18
1. Fungsi masjid dalam bidang ibadah ............................................
19
2. Fungsi masjid dalam bidang sosial .............................................
22
3. Fungsi masjid dalam bidang pembinaan masyarakat ..................
23
4. Fungsi masjid dalam bidang ilmu ...............................................
26
vii
5. Fungsi masjid dalam bidang dakwah ..........................................
30
6. Fungsi masjid dalam bidang politik dan militer ..........................
32
7. Fungsi masjid dalam bidang ekonomi.........................................
34
8. Fungsi masjid dalam bidang peradilan ........................................
36
9. Fungsi masjid dalam bidang pengobatan orang sakit .................
38
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG “ MASJID TERBUKA” DI CAPE TOWN, AFRIKA SELATAN ..........................................
39
A. Letak Geografis di Cape Town ........................................................
39
B. Sejarah Islam di Cape Town ............................................................
41
C. Profil Pendiri “Masjid Terbuka” di Cape Town, Afsel ...................
43
D. Tujuan didirikannya “ masjid terbuka” di Cape Town, Afsel .........
44
BAB IV : PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG PENGGUNAAN “MASJID TERBUKA”, DI CAPE TOWN AFSEL SEBAGAI TEMPAT PERAYAAN NATAL ......................................................
47
A. Kelompok Yang Setuju “ Masjid Terbuka “ Di Cape Town Afsel Sebagai Tempat Perayaan Natal.............................................
47
B. Kelompok Yang Tidak Setuju “ Masjid Terbuka “ Di Cape Town Afsel Sebagai Tempat Peryaan Natal ....................................
51
C. Apresiasi Terhadap Kelompok Yang Setuju Dan Tidak Setuju Di Cape Town Afsel Sebagai Tempat Perayaan Natal ....................
56
BAB V : PENUTUP .........................................................................................
61
A. Kesimpulan ......................................................................................
61
B. Saran-saran.......................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
63
LAMPIRAN – LAMPIRAN..............................................................................
66
viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan konsekuensi hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Manusia ditakdirkan makhluk ciptaan Allah yang mempunyai kelebihan akal dari makhluk lainnya. Kenyataannya, manusia tidak selalu menggunakan akal sehatnya, bahkan ia lebih sering dikuasai nafsunya, sehingga ia sering terjerumus ke dalam apa yang disebut dehumanisasi, yaitu proses yang menyebabkan kerusakan, hilang, atau merosotnya nilai-nilai kemanusiaan. Di sinilah perlunya agama bagi manusia.1 Ibadah mempunyai dua unsur, yakni ketundukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah Swt. Ketundukan adalah unsur yang paling tinggi, sedangkan kecintaan merupakan implementasi dari ketundukan. Ibadah juga mengandung unsur kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah di hadapan Allah Swt. Hasby Ash Shiddiqi menyatakan hakikat ibadah adalah ketundukan yang timbul dari hati yang merasakan kebesarannya, berkeyakinan bahwa bagi alam ini ada penguasanya yang tidak dapat diketahui oleh akal hakikatnya. Hakikat ibadah juga berarti memperhambakan dan menundukan jiwa kepada kekuasaan yang ghaib, yang tidak dapat diselami dengan ilmu dan tidak pula dapat diketahui hakikatnya.
1
Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta:PT.Grafindo Persada2008), hal. 5
1
2
Dari pengertian hakikat ibadah di atas dapat dipahami bahwa seorang mukallaf (Muslim yang sudah diwajibkan beribadah) belum dipandang telah beribadah (sempurna ibadahnya)
kalau dia hanya mengerjakan ibadah dalam
pengertian fuqaha atau ahli ushul fiqh saja. Seorang mukallaf dianggap sudah beribadah secara sempurna apabila dia beribadah sesuai dengan pengertian ahli fuqaha dan ahli ushul fiqh, ditambah dengan pengertian ibadah menurut ahli tauhid, ahli tafsir, ahli hadits, dan ahli akhlak, yaitu memperbaiki akhlaknya. Maka apabila seorang mukallaf telah melakukan ibadah sesuai pengertian dari semua para ahli tersebut dia telah melakukan hakekat ibadah. Dia juga dipandang telah mengerjakan ruh ibadah. Para ahli ibadah menyatakan bahwa pokok ibadah adalah engkau tidak menolak sesuatu hukum Allah, engkau tidak meminta sesuatu hajat kepada selain Allah, dan engkau tidak mau menahan sesuatu di jalan Allah.2 Masjid merupakan suatu institusi utama dan paling besar dalam Islam, serta merupakan salah satu institusi yang pertama kali berdiri. Masjid adalah tempat ibadah umat muslim. Masjid artinya tempat sujud, tempat beribadah kepada Allah Swt. Akar kata dari Masjid adalah sajadah di mana berarti sujud atau tunduk. Di Afrika Selatan, Masjid dijadikan tempat perayaan natal, hal ini penuh dengan kontraversial karena Masjid mengizinkan perempuan memimpin shalat Jumat serta menerima gay dan non muslim untuk hadir dalam Masjid. Saat ini Masjid penuh
2
Zurnial Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syari Hidayatullah : Jakarta, 2008) , hal.31-32
3
kontraversi ini membuat heboh Ibu Kota Afrika Selatan, Cape Town. Kali ini Masjid yang memberi kesempatan perempuan menjadi Imam shalat Jumat itu mengundang non muslim untuk merayakan natal. Warga kristen Cape Town diharapkan bisa datang untuk makan siang bersama dengan hidangan makanan halal dan minuman non alkohol. Di tengah-tengah Boko Haram dan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), ini adalah inisiatif di dalam dunia yang retak. Di mana fundamentalis Islam dan fanatisme agama sengaja mengabaikan ajaran toleransi Islam yang murni,” kata Taj Gargey, pendiri Masjid kepada Cape Times. Undangan acara bertajuk “Undangan Natal Bersejarah “ itu di tujukan kepada pengikut kristiani, untuk makan bersama dengan makanan halal dan minuman non alkohol. Hargay menegaskan, undangan ini mengikuti contoh Nabi Muhammad saat menyambut orang-orang kristen untuk tinggal dan berdoa Di Masjid Di Madinah. Juru bicara Masjid, Jamila Najar tersebut yang mencerminkan semangat Islam yang sebenarnya untuk menghasilkan kehidupan penuh damai dan harmoni antara pengikut Yesus dan Muhammad Di Afrika Selatan. Adanya keberagaman alam dan keberagaman ciptaan-ciptaan Allah yang cukup banyak, menjadi saksi adanya Sang Pencipta, yaitu Allah Swt, karena tidak ada dzat yang berani mengaku telah menciptakan dan mengadakan dunia ini selain Allah Swt. Sebagaimana akal manusia yang memustahilkan adanya sesuatu tanpa ada yang menciptakannya. Bahkan ia juga memustahilkan adanya sesuatu yang paling remeh tanpa ada yang mengadakan.3
3
Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minhajul Muslim Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim, Penerjemah: Andi Subarkah (Solo:Insan Kamil, 2008), hal.6
4
Para pemimpin Islam sendiri, khususnya para ulama dan mubaligh, seringkali mengemukakan bahwa Islam agama yang toleran, yang menghargai agama-agama lain. Banyak dukungan ajaran untuk pandangan serupa itu. Yang amat diperlukan sekarang ialah sosialisasi pandangan itu sehingga diketahui, dimengerti dan dihayati serta diamalkan oleh semua lapisan umat Islam. Sekalipun ajaran lebih berat sebagai keharusan (yang dalam banyak hal pelaksanaannya akan sangat tergantung kepada kenyataan), namun kesadaran mengenai hal itu tentu akan mengahasilakn tindakan yang berbeda daripada jika orang tidak menyadarinya. 4 Terhadap pemeluk agama lain kaum muslim diperintahkan agar bersikap toleran. Sikap toleran terhadap non muslim hanya terbatas pada urusan yang bersifat duniawi, tidak menyangkut masalah Aqidah, Syariah dan Ibadah. Ajaran kebersamaan, persatuan dan kesatuan untuk terwujudnya kerukunan hidup beragama memiliki peranan penting dalam mencapai cita-cita yang luhur, yaitu kehidupan umat beragama yang maju, damai, sejahtera lahir bathin, menurut sensus bir pusat statistik tercatat sebagai besar penduduk bumi beragama dan di indonesia sendiri mayoritas penduduknya beragama. Dengan keberagaman agama yang ada dan jumlah penganutnya yang cukup besar, kebutuhan terhadap pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa merupakan kebutuhan yang mutlak dan sekaligus merupakan tantangan yang tidak ringan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, bagi umat
4
M. Quraish Shihab, Kerukunan Beragama Dari Perspektif Negara, HAM, Dan Agamaagama, (Jakarta:PT.MUI,1996,) hal.47
5
beragama dan pemerintah tidak ada pilihan lain yang lebih utama dalam mempertahankan stabilitas dan ketahanan nasional, kecuali memantapkan kerukunan hidup beragama. Penggunaan istilah “kerukunan hidup beragama sebagai jalan hidup” diilhami oleh pemikiran Louis Wirth tentang urbanisme sebagai jalan hidup (urbanism as way of life).5 Tesis Wirth menjelaskan, peradaban modern ditandai oleh pertumbuhan kota-kota yang kecenderungan kehidupan perkotaan yang semakin merata dikalangan masyarakat modern pendukung peradaban tersebut. Sebenarnya, selain urbanisme jalan hidup modern mencakup juga kerukunan hidup antar umat beragama sebagai perwujudan dan penghormatan masyarakat modern atas hak-hak individu dan kelompok dalam menganut iman dan kepercayaan yang beraneka ragam.6 Mengingat belum ada yang membahas tema tersebut, maka penulis memandang perlu melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “MASJID SEBAGAI TEMPAT PERAYAAN NATAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM”
5
Abdul Azis, Kerukunan Beragama Sebagai Jalan Hidup Modern Tinjauan Sosiologis, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004), hal.183 6
Mahmud Ahamd Rasyid, Ensiklopedi Fatwa Syaikh Al-Bani,( Jakarta: Pustaka AsSunnah, 2006), hal.130
6
B.
Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada Masjid sebagai tempat perayaan natal dalam Tinjauan Hukum Islam Di Afrika Selatan, Cape Town. 2. Perumusan Masalah Mengingat bahwa zaman sekarang sudah banyak perubahan, di dunia ini mempunyai berbagai agama yang berbeda-beda. Terutama agama Islam, Islam sendiri agama yang suci yang di akui oleh Allah Swt, di mana setiap umat muslim harus hatihati dalam sebuah keyakinan dan aqidah. Oleh karena itu penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini hanya kepada masalah Masjid sebagai tempat natal dalam tinjauan hukum Islam. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan penelitian ini dibentuk sebagai berikut: 1. Bagaimana menurut hukum Islam tentang penggunaan Masjid untuk Perayaan Natal?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hukum Islam tentang penggunaan Masjid untuk perayaan Natal 2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis
7
Skripsi ini merupakan sebuah media untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai Masjid sebagai tempat perayaan natal dalam tinjaun hukum Islam. b. Bagi akademisi Skripsi ini dapat menambah literatur riset penelitian referensi kepustakaan dalam rangka mengembangkan khazanah hukum Islam c. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat menjadi literatur bacaan yang bermanfaat dalam hal memberikan informasi, kontribusi pemikiran dan menambah pengetahuan serta pemahaman pembaca dalam bidang ilmu hukum Islam. D.
Review Studi Terdahulu Dalam penelitian yang telah lalu ada penulisan yang terkesan mirip dengan penulisan skripsi yang dipilih oleh penulis yakni skripsi yang ditulis oleh Ibnu Solihin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, program studi Perbandingan Agama tahun 2008, yang berjdudul “ kerukunan hidup beragama di sekolah (studi kasus SMK Yadika pondok Aren). Ibnu Solihin mengatakan bahwa, Kemajemukan agama yang di anut oleh SMK Yadika 5 Pondok Aren merupakan konsekuensi logis kemajemukan agama yang dianut, oleh warga Indonesia, namun kemajemukan tersebut tidak menjadikan terjadinya konflik tetapi sebaliknya dapat memperlihatkan kehidupan yang rukun antar siswa berbagai agama dilingkungan SMK Yadika 5 Pondok Aren. Perwujudan kerukunan umat beragama dikalangan siswa SMK Yadika 5 Pondok Aren di nilai
8
sangat baik oleh siswa-siswi SMK Yadika 5 Pondok Aren. Dengan indikasi utama tidak pernah terjadi konflik yang berlatar belakang keagamaan, saling menghargai dan menghormati serta pemahaman siswa yang cukup luas dan luwes terhadap batasan-batasan toleransi dalam situasi belajar mengajar baik pendidikan kulikuler maupun ekstra kulikuler, peribadatan dan peringatan hari besar keagaman modal dasar pengembangan kerukunan hidup antar umat beragama di SMK Yadika5 Pondok Aren. Berbeda dengan skripsi tersebut, dalam penulisan skripsi “ MASJID SEBAGAI TEMPAT PERAYAAN NATAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM” Penulis lebih mendiskripsikan tentang toleransi beragama di wilayah Cape Town, Afsel. Dimana terdapat sebuah Masjid yang didirikan oleh Taj Hargey dengan tujuan mencegah adanya radikalisme yang ditujukan dengan mengatasnamakan Islam, oleh sebab itu penulis berusaha untuk menelaah lebih dalam mengenai kasus atau permasalahan tersebut. E.
Metode Penelitian Untuk mencapai penulisan karya ilmiah yang sistematis, maka dalam penulisan ini sudah selayaknya menggunakan suatu metode. Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan cara-cara yang disebutkan di bawah ini: 1. Pendekatan penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif dipahami sebagai prosedur penelitian yang
9
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang pelaku yang dapat dipahami.7 Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mengambil desain studi kasus. Studi kasus ini dilakukan sebagai nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individual dan dapat digeneralisasikan ke dalam proposisi teoritis. Studi kasus merupakan bentuk yang mendalam tentang aspek-aspek lingkungan sosial, lingkungan pendidikan, keagamaan termasuk manusia di dalamnya. Bentuk studi kasus dapat diperoleh dari laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, biografi yang diteliti dan keterangan dari orang yang mengetahui tentang hal itu. Dalam skripsi ini, penulis memilih studi kasus terhadap Masjid sebagai tempat perayaan natal dalam tinjauan hukum islam di Cape Town, Afrika Selatan. 2. Sumber Data a. Data Primer, yakni Al-qur’an, Hadits, dan pendapat ulama di Indonesia. b. Data Sekunder, yakni buku-buku yang terkait hubungannya dengan penulisan skripsi ini. c. Data Tersier, yakni berupa artikel, koran, jurnal, kamus, dan ensiklopedia yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Instrumen penelitian
7
1997), hal.3.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
10
a. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.8 Baik berupa buku-buku, artikel, jurnal, hasil laporan maupun berupa foto. Tujuan penulis menggunakan dokumen ini adalah untuk mempermudah dalam memperoleh data secara tertulis yang terkait dengan permasalahan, baik yang berkaitan dengan peraturan dalam keonteks keislaman maupun pandangan para pakar hukum Islam. b. Wawancara Metode wawancara atau interview adalah cara peneliti dalam memperoleh datadata dari lapangan yaitu dengan bertanya jawab secara lisan. 9 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara secara mendalam (in-depht)
10
dengan
memiliki tujuan untuk mendapatkan keterangan dan informasi secara lisan dan informan.11 F.
Teknik Analisis Data Dalam mengolah dan menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan memaparkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber dan kemudian dianalisis. Proses analisis dimulai dari membaca, menelaah dan mempelajari data-data tersebut dengan saksama, selanjutnya dari proses analisis itu 8
Husaini Usman, dan Purnomo Sutiady Akbar, Metode Penelitian Sosial,( Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.1, hal.57. 9
Husaini Usman, dan Purnomo Sutiadi Akbar, Metode Penelitian Sosial, hal.73
10 11
hal.129
Peter Connolly, Aneka Pendekatan Study Agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002), hal. 293 Koentjoningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1989),
11
kemudian penulis mengambil suatu kesimpulan dari masalah yang bersifat umum kepada masalah yang bersifat khusus ( deduktif ). G.
Sistemaika Penulisan Untuk memperoleh penjelasan yang akurat, sistematika penelitian disusun sebagai berikut: Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,review studi terdahulu, dan sistematika penulisan. Bab II membahas tentang hakikat Masjid, yang meliputi pengertian Masjid, visi, misi,fungsi Masjid. Bab III membahas tentang tinjauan umum tentang Masjid terbuka di Cape Town di Afrika Selatan, letak geografis, sejarah Islam, profil pendiri Masjid terbuka, dan tujuan mendirikan Masjid terbuka. Bab IV Perspektif Hukum Islam Tentang Penggunaan Masjid Terbuka Di Cape Town Afsel sebagai tempat perayaan natal, meliputi kelompok yang setuju Masjid terbuka di Cape Town Afsel sebagai tempat perayaan natal, kelompok yang tidak setuju Masjid terbuka di Cape Town, dan apresiasi kelompok setuju dan tidak setuju Masjid terbuka di Cape Town. Bab V membahas tentang penutup yang meliputi kesimpulan, saran, lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI A. HAKIKAT MASJID 1. Pengertian Masjid Secara Etimologi Kata Masjid merupakan isim yang diambil dari kata sujud, bentuk dasarnya adalah sajada-yasjudu, sujudan Masjidun atau Masjid1مسجدا-سجودا-يسجد- سجد.2 AlMasjid berarti tempat bersujud. Selanjutnya, makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengerjakan shalat. Az- Zarkasi rahimahullah berkata:” karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia, mengingat betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan Masjid dan tidak dinamakan marka’(tempat rukuk).3 Kata Masjid terulang dua puluh delapan kali di dalam Al- Qur’an. Kaitannya dengan ibadah shalat terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 144, 149-150, surat 9 ayat 28, surat 2 ayat 191, surat 7 ayat 31, surat 9 aayat 19, surat Al-maidah ayat 2, surat 9 ayat 107-110.Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata dari sajada-sujud yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan tazim.4 Seluruh permukaan bumi kecuali kuburan dan tempat najis atau kotor adalah tempat bersujud atau tempat ibadahnya umat muslim. Dengan demikian, 1
Nurul Huda Sa, Cahaya Pembebasan, Agama, Pendidikan Dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 280. 2
Idris Mubawiy, Kamus Idris Marbawiy Arab Melayu, Dar Haya Al-Kutub Al Arabiyah
Indonesia 3
Sa’id Bin Ali Bin Wahf Al-Qahthani, Adab Dan Keutamaan Menuju Masjid Dan Di Masjid, Penerjemah Mukhlisin Ibnu Abdurrohim, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2003), Cet. 1, hal. 17. 4
Quraish shihab, Wawasan Al-qur’an, ( Bandung: Mizan, 2007), hal. 459.
12
13 kewajiban seorang muslim untuk beribadah kepada Allah Swt. Tidak terkait oleh ruang karena permukaan bumi merupakan tempat menghambakan diri kepada Allah Swt. Sujud dalam pengertian lahir adalah gerakan fisik atau jasmani, sedangkan dalam pengertian bathin adalah pengabdian kepada Allah Swt.5 Al-Masjid berarti kening orang yang berbekas sujud. Al-Misjad berarti Al-Khumrah (sajadah), yaitu tikar kecil yang dipakai sebagai alas shalat. Rasulullah bersabda: )ٌ (سٗآ ٍسي6ض ُمُيَٖا ٍَسْجِ ٌذ ُ ْاألَس Artinya: “Setiap bagian dari bumi adalah tempat sujud ( Masjid ).” (HR.Muslim).
Pada hadits yang lain Rasulullah 7
)ض َمسْجِدًا َوطَ ُهىْرًا (رواه مسلم ُ ْجُعَِلتْ لَناَ اَألَر
Artinya: “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaannya bersih.” (HR.Muslim) 2. Masjid Menurut Terminologi Menurut Az-Zujaj, semua tempat ibadah disebut Masjid. Bukanlah Rasulullah Saw bersabda, “Dan kujadikan untukku bumi sebagai Masjid dan tempat yang suci”. Menurut Az-Zarkasyi mendefinisikannya sebagai tempat ibadah, seperti definisi yang dilontarkan Az-Zujaj. Selain itu, ia menduga, pemilihan kata Masjid untuk menyebut tempat shalat adalah karena sujud merupakan perbuatan paling mulia
5
Wahyudin Sumpeno, Perpustakaan Masjid Pembinaan Dan Pengembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), Cet.1, hal.1. 6
Abu abdullah muhammad bin yazid al-kuzwaini, sunan ibnu majah, ( bairut: maktabah abi al-muati), juz.1, hal.497 7
Abdul Hussain Muslim Bin Al-Hajjaj Bin Muslim Al-Husairi Annay Saburi, , Al Jami Ash-Shahih Al-Musamma Shahih Muslim, (Darul: Ihya Atturosi Al-Arabi),juz.1, hal.494
14 dalam shalat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.8 Nah, Ism Al-Makan dari kata sujud adalah Masjid. . Selanjutnya, tradisi menspesifikasikan kata Masjid sebagai tempat yang disiapkan untuk shalat lima waktu dan shalat jum’at. Dengan begitu, tidak termasuk lapangan tempat shalat yang menjadi tempat shalat hari raya dan sebagainya. Senada dengan Az-Zarkasyi, Dr. Abdul Mamlik As-Sa’di mendefinisikan Masjid sebagai tempat yang khusus disiapkan untuk pelaksanaan shalat lima waktu dan berkumpul, serta berlaku selamanya. Jika dikaitkan dengan bumi ini, Masjid bukan hanya sebagai tempat sujud dan sarana pensucian. Di sini kata Masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan tayamum sebagai bersuci pengganti wudhu, tetapi kata Masjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt. Masjid juga adalah tempat bertemu umat Islam, tempat untuk mengumpulkan semua orang, tempat untuk menimba ilmu pengetahuan sekaligus tempat untuk bermusyawarah.9 3. Visi dan misi a. Visi Masjid Visi adalah angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat indah menawan, dan mempesona, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat untuk dapat mewujudkannya.10 8 9
Huri Yasin Husain, Fiqih Masjid (Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2011), Cet.1, hal.12.
Khairuddin Wanili, Ensiklopedi Masjid Hukum, Adab Dan Bid’ahnya, (Jakarta:Team Darus Sunnah, 2014), hal. 5.
15 Visi yang mantap dapat menarik umat Muslim ataupun anggota jamaah Masjid bersedia berkurban membantu moral dan material untuk kepentingan Masjid yang ada dilingkungannya. Dengan visi yang jelas dan terang, anggota
jamaah
Masjid
menjadi
lebih
yakin
membela
Masjid
dan
mempertahankannya. Dalam berbagai seminar dan diskusi disepakati bahwa visi mengelola ataupun mengurus Masjid bermakna, “menjadikan anggota jamaah Masjid lebih bahagia dan sejahtera, dunia dan akhirat.” b. Misi Masjid Misi Masjid dalam Islam mempunyai 3 misi: Pertama misi Masjid adalah mengumpulkan orang-orang beriman dalam satu tempat mulia agar bisa saling mengenal dan mencintai, saling menolong untuk berbuat kebaikan dan bertaqwa, serta membahas berbagai problem kehidupan mereka guna dicarikan solusinya. Pertemuan yang diharapkan bukan hanya sekedar berkumpul secara fisik, tetapi yang jauh lebih penting adalah menyatunya setiap individu dalam masyarakat atas dasar kecintaan dan mengharap ridha Allah. Setiap muslim hendaknya mengangkat cita-cita misi ini dan mengikis habis rasa ananiyah (egois) dalam dirinya. Dalam sebuah hadits dijelaskan sebagai berikut: ًُْٗ َٗىُ ُز، ِ ٍََُْٗاصَحَحُ ُٗىَاجِ اىْأٍَْش،ِٔ إِخْيَاصُ اىْعَََوِ ىِي: َِِْٖ قَ ْيةُ ٍُسْيٌٍِ أَتَذًاَُٞغِوُ عَيٝ ثَيَازُ خِصَاهٍ ىَا )طُ ٍِِْ َٗسَائٌِِْٖٔٔ (سٗآ اتِ حجشْٞ ِعَ٘ذٌَُْٖ ذُـح ْ َاىْـجَََاعَحِ ؛ فَإَُِ د
10
Ahmad Sutarmadi, Manajemen Masjid Kontemporer, (Jakarta: Media Bangsa, 2012),
11
Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Qathful Azhar Mutanatsirah Fil Akhbaril Mutatirah,
hal. 27. hal.404
16 Artinya: “Ada tiga perkara di mana hati seorang mukimin tidak akan dengki,yaitu: memurnikan amal sholeh hanya untuk Allah, memberi nasehat kepada para pemimpin kaum Muslim dan selalu menghadiri shalat jama’ah karena sesungguhnya doa mereka meliputi dari belakang”.(HR.Ibnu Hajar) Maksudnya bahwa berkah Allah atas jama’ah meliputi semua anggota, meskipun di antara mereka terdapat orang yang status sosialnya di bawah rata-rata, sebagaimana dijelaskan dalam hadits lain. )ٛ اىَْاسٕٔ (سٗآ اىرش ٍزَٚ ٍََِْٗ شَزَ شَزَ إِى، َِذُ اهللِ ٍَعَ اىجَََاعَحٝ Artinya: “Berkah Allah adalah bersama jama’ah dan barang siapa menyendiri berarti ia menyendiri dalam api neraka.”(HR. At-Tirmidzi) Misi kedua adalah menciptakan sistem barisan yang rapi dan membiasakan kaum Muslim untuk melaksanakannya. Namun, sangat ironis bahwa umat kita ini sangat jauh dari rasa menghormati dan taat pada sistem barisan yang rapi, padahal banyak hadits yang menekankan perlunya kerapian barisan dalam Masjid. ٍ َٗالَ ذَزَسُٗا فُشُجَاخ.ٌُْخَ٘اِّن ْ ِ إِْٙذَُْٝ٘ا تِأَِِْٞ اىَََْْا ِمةِ َٗسُذُٗا اىْخَيَوَ َٗىََُٞ٘ا اىصُفُ٘فَ َٗحَارُٗا تِٞأَق )طَاُِ ٍََِْٗ َٗصَوَ صَفًا َٗصَئَُ اىئَُ ٍََِْٗ َقطَعَ صَفًا َقطَعَُٔ اىئَُٖٔ (سٗآ ات٘ داٗدْٞ َىِيّش Artinya: “Luruskanlah shaf-shaf sejajarkanlah pundak dengan pundak, isilah bagian yang masih renggang,bersikap lembutlah terhadap lengan teman-teman kalian (ketika mengatur shaf), dan jangan biarkan ada celah untuk dimasuki oleh setan. Barang siapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barang sapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya (HR.Abu Dawud)
12
Muhammad Bin Isa Abu Isa Tirmidzi, Al-Jami Al-Shahih Sunan At-Tirmidzi, (Bairut: Dar Ihya Al-Turats Al-Arabi), juz.4, hal.466 13
Abu Dawud Sulaiman Bin Asy Ath Al-Sajistam, Sunan Nabi Dawud, (Bairut: Darul AlKutub Al-Arabi), juz.1, hal. 251
17 Betapa sering seorang Muslim hatinya terasa iba. Ia menyaksikan umatnya sibuk dalam perjuangan hidup dengan tidak saling acuh. Setiap orang hanya memperhatikan kepentingan dirinya. Sikap seperti ini telah menyebabkan terbunuhnya puluhan orang saat melaksanakan manasik haji karena sistem barisan yang rapi dan perasaan cinta kepada sesama telah hilang darinya. Ini berarti ia belum mempraktikan misi Masjid. Misi ketiga ialah meningkatkan taraf peradaban umat dengan melalui dua cara, merenungkan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca dengan keras saat shalat dan khutbah jum’at. Al-Qur’an banyak sekali membicarakan aqidah, ibadah, etika, aturan
kehidupan
masalah-masalah
kehidupan
lokal
dan
internasional,
menjelaskan tentang alam semesta, dan tidak ketinggalan tentang sejarah, sama halnya ia menjelaskan tentang Allah beserta sifat-sifat dan hak-hak-Nya. Cara pertama ini telah menjadi narasi ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi ulama salaf. Kepiawaian mereka dalam bahasa membuat mereka mudah memahami ayat-ayat Allah secara langsung. Sesungguhnya, orang-orang yang mendengarkan Rasulullah Saw. Saat membaca al-Qur’an telah sampai pada taraf pemikiran dan pendidikan yang sangat maju sehingga tidak mengherankan bila mereka berhasil menyebarluaskan ajaran Islam ke seluruh pelosok bumi dan menyelamatkannya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Adapun cara kedua untuk meningkatkan taraf peradaban umat ialah dengan penyampaian berbagai disiplin keilmuan di dalam Masjid, bahkan syair
18 pun pernah dibacakan. Dan sebagian sahabat pernah mendengarkan syair-syair bertemakan jihad yang dibacakan oleh Hasan bin Tsabir. Telah diketahui bersama bahwa madrasah-madrasah fiqih terbesar tumbuh dari dalam Masjid. Para imam besar itu meyampaikan pelajaran fiqihnya kepada para murid di dalam Masjid. Dan fiqih itu mencakup apa saja yang diperlukan manusia dari semenjak ayunan hingga liang kubur. Masjid-Masjid hendaknya didirikan di kota dan desa dengan perhitungan satu Masjid besar setiap tiga ribu penduduk. Sesungguhnya, Masjid merupakan benteng ruhani yang mencetak para pejuang untuk membela kebenaran. Sejarah mencatat bagaimana seorang perempuan dari jamaah shalat jum’at ketika mendengar khatib berbicara tentang jihad pada masa perang salib maka ia memotong rambutnya dan maju ke depan mengusulkan untuk dimasukkan ke dalam barisan pasukan sehingga menjadikan Masjid penuh dengan semangat jihad.14 B. FUNGSI MASJID Fungsi utama Masjid adalah tempat bersujud kepada Allah Swt, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalm umat islam dianjurkan mengunjungi Masjid guna melaksanakan shalat berjamah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di
14
Syaikh Muhammad Al-Ghazali, al-ghazali menjawab 100 soal keislaman, Penerjemah Mi’atu Sual An Al-Islam ( Jakarta: lentera hati, 2011), hal. 116.
19 Masjid sebagai bagian dari lafadz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. 15 Masjid dapat memberikan semangat ketabahan, ketahanan, kelemahlembutan, kasih sayang, dan kegotong royongan ke dalam kesadaran dan hati nurani jamaahnya. Di Masjid kaum muslimin dapat menemukan identitas dan kekuatannya. Fungsi Masjid sebenarnya harus menyampingkan perbedaan kecil yang bersifat khilafiyah dan furuiyah. Dari Masjid inilah Rasulullah Saw mulai membina kader pimpinan umat, memelihara dan mewariskan, nilia-nilai budaya dan peradaban Islam.16 Selain itu fungsi Masjid adalah: 1. Fungsi Masjid dalam bidang ibadah Masjid, sebagaimana telah kita ketahui berasal dari kata sajada-yasjudu “merendahkan diri”, menyembah atau sujud. Dengan demikian, menjadi tempat shalat dan berdzikir kepada Allah merupakan fungsi utama dari Masjid. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilaksanakan di Masjid berorientasi pada dzikrullah, apapun bentuk aktivitas tersebut dan menghalang-halangi manusia yang hendak menyebut Allah di dalam Masjid dengan berbagai bentuk aktivitasnya merupakan sesuatu yang amat aniaya,17 Allah berfirman. )ٔٔٗ:(البقرة.
Artinya:
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam Masjid-Masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya.” (QS. Al-Baqarah:114)
15
Muhammad.E.Ayub, Manajemen Masjid: Petunujk Praktis Bagi Pengurus, Penerjemah Dody Mardanus (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), cet.1, hal. 7. 16
Sofyan Syafri Harap, Manajemen Masjid :Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Umat, (Jakarta: Pustaka Quantum Prima, 2000), Cet.1, hal. 6. 17
hal. 13.
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid: Kajian Praktis Bagi Aktivitas Masjid,
20
Karena itu, pemanfaatan Masjid untuk menyembah selain lain Allah Swt juga merupakan sesuatu yang amat terlarang, Allah berfirman Surat Al-Jin ayat 18: ) ٔ١:ّ ) الجن Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS.Al-Jinn:18)
Masjid merupakan tempat peribadatan kaum muslimin. Di Masjid mereka melaksanakan shalat yang Allah wajibkan. Di Masjid itu pula hati mereka khusu’ berdzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Dalam tradisi islam, Masjid adalah rumah orang- orang yang bertaqwa dan bertapaan orang- orang shaleh. Mereka berdiri mengerjakan shalat di tempat yang sama. Hati-hati mereka khusu’ dan pandangan mereka menunduk di hadapan Allah, Tuhan semesta alam. Masjid adalah tempat mereka i’tikaf dan shalat tahajud, khususnya di bulan Ramadhan. Di bulan ini, malam mereka isi dengan shalat menghadap Tuhan Pencipta mereka. Ketika seorang muslim pergi ke Masjid, ia merasa menjadi tamu Tuhannya, sejak ia keluar dari rumahnya hingga masuk ke rumah Allah. Pada saat itu, para malaikat mengelilinya dan menyelimutinya dengan rahmat. Setiap langkah yang ia ayunkan dicatat sebagai pahala. Ketika memasuki Masjid dan berdiri di ambang pintunya, ia merasa akan mengahadap Sang Raja diraja, Allah Swt Yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Merasa berada di hadapan-Nya, ia pun bersikap sopan, khusu, melembutkan gerakannya, dan memperindah ibadahnya.
21 Di Masjid tampak berbagai rahmat Allah, sehingga orang yang masuk ke dalamnya menyibukkan diri berdzikir, ibadah, dan bacaan Al’qur’an, sebagaimana seruan Allah dalam firmn-Nya;
.
) ٖ٣: (النّىر Artinya: Bertasbih kepada Allah di Masjid-Masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,(37) laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.( QS. An-Nur:36-37)
Hendaklah setiap orang hanya menyembah Allah Swt di Masjid, tidak menyibukkan diri dengan selain-Nya, sebagaimana firman Allah; ) ٔ١:ِّ (اىج
Artinya:“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” ) QS. Al-jinn: 18). Ketika
hendak
ke
Masjid,
setiap
orang
dianjurkan
berhias,
membersihkan diri, memakai wewangian, dan berpakailah indah. Allah Swt berfirman; )ٖٔ: (االعشاف
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) Masjid.” (QS. Al-A’raf: 31). Masjid harus diperlakukan dengan etika dan harus dipenuhi haknya. Masjid memiliki kehormatan yang tidak boleh dilanggar. Masjid mempunyai peran yang sangat besar dalam agama Islam. Karena shalat merupakan tiang
22 agama, dan Masjid jika dilihat dari asal katanya adalah tempat sujud. Sujud adalah rukun shalat yang menggambarkan dengan jelas dan hikmah sebuah ibadah shalat. Karena sujud adalah meletakkan kening dan hidung yang keduanya merupakan anggota tubuh yang mulia di atas tanah, sebagai lambang ketundukkan kepada Allah, dan perwujudan hilangnya rasa sombong di dalam hati. Seorang hamba sangat dekat dengan Rabbnya ketikaiasedang bersujud, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits kalau sujud merupakan lambang penyerahan diri kepada Allah, maka Masjid adalah syiar kaum muslimin yang senantiasa mengesakan Allah dan selalu bersujud kepada-Nya. 2. Fungsi Masjid dalam bidang sosial Manusia disebut makhluk sosial juga dengan makhluk sosial, Islam amat menekankan asas persamaan dalam masyarakat, karenanya hubungan sosial diantara masyarakat muslim, berlangsung secara harmonis sehingga tidak terjadi adanya kesenjangan sosial, apalagi melalui shalat berjamaah, prinsip kehidupan sosial itu dibina. Menurut Sidi Ghazalba: dalam Masjid, pada waktu shalat, ajaran persamaan dan persaudaraan umat manusia dipraktikkan. Di sinilah tiap muslim disadarkan, bahwa sesungguhnya mereka semua sama. Di dalam Masjid, hilanglah perbedaan warna kulit, suku, nasion, kedudukan, kekayaan, mazhab, ideologi. Semuanya berbaris di depan Tuhannya tanpa perbedaan, bagai sekumpulan saudara seiya sekata, serempak mematuhi iman yang di depannya.18
18
Sidi Ghazalba, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:Pustaka AlHusna,1989),hal. 158.
23 Allah berfirman: ) ٢ٕ:(االنبياء
Artinya: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.”( QS.AlAnbiya: 92). Pada masa Rasul, masalah sosial tentu tidak sedikit. Karena itu banyak sekali sahabat Rasul yang memerlukan bantuan sebagai resiko dari keimanan yang mereka hadapi dan sebagai konsekuensi dari perjuangan. Disamping itu, masalahmasalah sosial lainnya seperti kemiskinan memang selalu ada sepanjang zaman. Untuk mengatasi masalah sosial itu, Rasulullah Saw dan sahabatnya menjadikan Masjid sebagai tempat kegiatan sosial, misalnya dengan mengumpulkan zakat, infaq dan shadaqah melaui Masjid, lalu menyalurkannya kepada para sahabat yang sangat membutuhkan. Karena itu, keberadaan Masjid sangat besar, fungsinya pada masa Rasul dan hal itu dirasakan betul oleh masyarakat secara luas sehingga masyarakat menjadi cinta pada Masjid. Bila berada di Masjid, mereka bagaikan ikan di dalam air yang begitu senang dalam beaktivitas di Masjid, begitulah memang seharusnya seorang muslim yang sejati. Bagi orang munafik, dia seperti burung yang berada di dalam sangkar, tidak betah dan ingin keluar dari sangkar itu.19 3. Fungsi Masjid dalam bidang pembinaan masyarakat Masjid adalah instansi atau lembaga pembinaan masyarakat Islam yang didirikan di atas landasan taqwa dan berfungsi untuk mensucikan masyarakat
19
Masjid, hal. 18.
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid: Kajian Praktis Bagi Aktivitas
24 Islam yang berada di dalamnya dan bermukim di sekitarnya.
20
Asas dan fungsi
Masjid ini secara syar’i telah diatur oleh Allah Swt, sebagaimana tertuang di dalam firman-Nya pada surat At-Taubah:108 )ٔٓ١:(اىرّ٘تح
Artinya: “Sesungguh- nya Mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya Mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (AtTaubah:108) Pengertian taqwa yang dijadikan atas lembaga ini adalah satu sikap jiwa (mental attitude) bagi setiap muslim yang takut akan murka Allah dan karena-Nya, serta menjauhkan segala laranganNya, dan mereka berusaha untuk menghindari diri dari siksa-Nya dengan jalan mentaati-Nya. Sesuai dengan asas taqwa, lembaga ini berfungsi untuk mensucikan setiap muslim agar tubuhnya, pikirannya, dan hatinya senantiasa suci. Seluruh amal perbuatannya diawali dengan niat (motivasi) yang murni (ikhlas) dan tidak bercampur sedikit pun juga enggan niat untuk mendapatkan keuntungan yang bersifat duniawi. Asas dan fungsi Masjid yang demikian inilah yang menyebabkan Masjid menjadi sumber rahmat dan karunia Allah Swt, sehingga setiap muslim yang memasukinya, senantiasa berdoa untuk mendapatkan rahmat dan karunia-Nya.
20
Abdul Qadir Djaelani, Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Dan Damai, (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), Cet.1, hal. 611
25 Oleh karena itu Rasulullah Saw menganjurkan pada setiap muslim untuk mengucapkan doa apabila memasuki memasuki Masjid. Sabda Rasulullah Saw ٍِِْ َ أَسأ ُىلِِّٚاىٌَُّٖ ا:َْقُوْٞ اَ ْتَ٘ابَ سَحََْ ِرلَ َٗاِرَاخَشَجَ فَيِٚاىَيٌَُٖ افْرَحْ ى:َْقُوْٞارُادَخَوَ اَحَذُ مٌُُ اىْ ََسْجِذَ فَي )ٌ (سٗآ ٍسي21َفَعْيِل Artinya: “Apabila salah seorang dari kamu masuk ke Masjid hendaklah ia mengucapkan doa:” Ya Allah,bukanlah bagiku pintu rahmat-Mu; dan apabila ia keluar, hendaklah ia mengucapkan doa: “ Ya Allah, aku mohon kepada-Mu karunia-Mu.” (H.R.Muslim) Posisi lembaga Masjid demikian pentingnya, sehingga Nabi Muhammad Saw telah menjadikan program pertama yang harus dikerjakan tatkala ia tiba di Kuba dalam hijrahnya dari Mekah ke Madinah, yaitu mendirikan Masjid Kuba. Dan bahkan setelah ia tiba di Madinah bukanlah membangun rumah untuk dirinya dan keluarga, juga bukan asrama untuk kaum Muhajirin, melainkan ia membangun Masjid yaitu Masjid Nabawi. Masjid sebagai pusat pembinaan masyarakat Islam, membawa setiap anggota masyarakat kepada kehidupan yang suci dan bersih, sesuai dengan fitrah kejadiannya. Hal ini adalah sesuai dengan tujuan diturunkannya Islam kepada umat manusia, di mana dinyatakan dengan tegas bahwa risalah Islam bermaksud untuk mensucikan dan membersihkan manusia, supaya mereka senantiasa berada di jalan Allah dan bertasbih kepada-Nya. Tujuan risalah Islam itu digariskan oleh Allah Swt seperti tentang di dalam firmannya pada surat Al-Jumu’ah:2) 21
Abdul Hussain Muslim Bin Al-Hajjaj Bin Muslimal-Husairi Annay Saburi, Al-Jami As-Shahih Al-Musammashahih Muslim, hal.494
26 )ٕ: (اىجَعح.
Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”(al- jummuah:2) Dengan begitu, Masjid yang berfungsi untuk bisa menjadikan masyarakat di sekitarnya menjadi bersih dan suci, harus dijadikan pusat pembinaan dan pemecahan segala masalah kemasyarakatan yang bersifat muamalah. Masjid selain tempat shalat berjamaah, juga menjadi tempat bermusyawarah untuk memecahkan segala persoalan kemasyarakatan, pusat pendidikan
dan
latihan,media
penerangan
masyarakat,
bahkan
tempat
pengumpulan harta kekayaan masyarakat baitul mal. Oleh karena itu, perhatian dan usaha untuk membangun Masjid di dalam lingkungan kehidupan masyarakat Islam harus senantiasa menjadi prioritas pertama dan utama, sebelum bangunan dan sarana lainnya didirikan. Sesuai dengan fungsinya, Masjid harus terletak di tempat yang dekat dan mudah dicapai oleh setiap anggota masyarakat. Sedapat mungkin Masjid terletak di tengah-tengah perumahan dan tempat tinggal masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat dengan mudah untuk mencapainya. 4. Fungsi Masjid sebagai tempat ilmu Rasulullah Saw juga menjadikan Masjid sebagai tempat untuk mengajar ilmu yang telah diperolehnya dari Allah Swt. Berupa wahyu, ini berarti Masjid itu berfungsi sebagai madrasah yang didalamnya kaum muslimin memperoleh ilmu
27 pengetahuan. Melalui ilmu, para sahabat juga dibina karakternya menjadi orangorang yang kuat ikatannya kepada Allah Swt sehingga dengan cepat para sahabat memperoleh ilmu dan menyebarkannya kepada umat manusia. Disamping itu Masjid juga digunakan sebagai sarana penerangan sehingga segala sesuatu dijelaskan pula oleh Rasulullah Saw dengan sebaik-baiknya melalui khutbah, tabligh, mengajar dan mendidik para sahabatnya sehingga mereka menjadi mantap dan tenang jiwanya, optimis dalam menghadapi kehidupan dan perjuangan, memiliki kegairahan dalam hidup yang penuh dengan kondisi taqwa kepada Allah Swt dan tidak pernah berputus asa dalam menghadapi kesulitan.22 Dari sini lahirlah masyarakat yang selalu mendapat petunjuk dari Allah Swt, sebagaimana firman-Nya:
)ٔ١:(اىرّ٘تح Artinya: “Hanya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, Menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS.AtTaubah:18) Manakala Masjid telah difungsikan seperti madrasah yang di dalamnya disampaikan ilmu pengetahuan kepada umat Islam, maka Rasulullah Saw hal itu
22
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid: Kajian Praktis Bagi Aktivitas Masjid, hal. 20
28 dinilai sebagai sesuatu yang mulia, sehingga orangnya dinilai seperti orang yang berjihad di jalan Allah, Rasulullah Saw bersabda: ِو اهللِ (سٗآ ات ِ ِْٞسث َ ِٚعَِئَُُ َفَُٖ٘ ِتََ ْ ِز ىَ ِح ا ْىَُجاَ َٕ ِذ فُٝ ََْٗ َرعََّي َُ ُٔ اٝ ْ ٍشَٞأْ ذِِٔ ِإىّاَ ِىخَٝ ٌْْ َٕزَا َىٛ ٍَِْ جاَ َء ٍَسْجِ ِذ 23
)ٍٔج
Artinya: “Barang siapa mendatangi Masjidku ini, dia tidak mendatanginya kecuali untuk kebaikan yang dipelajarinya atau diajarkannya, maka ia seperti mujtahid di jalan Allah. (HR. Ibnu Majah) Semasa Rasulullah Muhammad Saw, ilmu Islam adalah Al-qur’an dan al Hadits. Keduanya merupakan dasar ilmu yang ada dan berkembang sekarang ini. Al-qur’an dan al Hadits tidak hanya memuat hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan atau keimanan dan peribadatan serta akhlak saja, tetapi juga memuat hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan pendidikan, kesehatan, keluarga, kemasyarkatan, lingkungan alam, ekonomi kebudayaan, politik,
keamanan,
filsafat, dan administrasi. Pengkajian Al-Qur’an dan al Hadits dilakukan di Masjid sehingga secara menyeluruh semua studi ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan lainnya dilakukan di Masjid. 24 Dulu manusia berlomba-lomba untuk mencari ilmu dan menanggung beban dalam rangka memperoleh ilmu tersebut. Mereka menempuh perjalanan
23
Abu Abdullah Muhammad Bin Yazid Al-Kuzwaini , Sunan Ibnu Majah,( Bairut: Dar Al-Fikr), juz.1, hal. 82 24
Wahyudin Sumpeno, Perpustakaan Masjid Pembinaan Dan Pengembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), cet.1, hal. 2.
29 jauh untuk mendengar hadits atau belajar hukum fiqih. Lalu ilmu menerangi jalan mereka sehingga mereka berbahagia di dunia adan akhirat.25 Ilmu akan meninggikan hamba beberapa derajat, sebagai mana firmanNya, )ٔٔ: (المجادلت
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.(QS.AlMujadilah:11) Ilmu menambah kekhusu’an hamba kepada Allah, sebagaimana firmanNya, ) ٕ١:(فاطر
Artinya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.(QS.Al- Fathir:28). Yakni, ulama adalah manusia yang paling besar rasa takutnya kepada Allah. Majelis ilmu di kelilingi para malaikat dan diliputi rahmat. Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah, ia mengatakan, Rasulullah Saw bersabda ُُْْ٘ٞدٍ ٍِِْ تَٞ تَِٜ اىْجََّْحِ ٍَٗاَ ا جْرَََ َع َقًٌْ٘ فْٚقاً إِىِِْٝٔ عِيَْاً سََّٖوَ هلل ىَُٔ تِِٔ طَشَِٞيْرَ َِسُ فٝ ًقاٍَِِْٝ سََيلَ طَش ََرٌُُْٖ اىشَحََْحُ َٗ حَفَّرٌُُْٖ اىْ ََالِٞغّش َ َٗ ٌُُِْٖ اىسَنَِْحٌََُْْْٖٞ إِالَ َّزَ َىدْ عَيََٞرَذَا َسسُ٘ َُّٔ تٝ َٗ ََرْيْ٘ ُ مِراَ بٝ ِخِ هلل )ٌٕ (سٗآ ٍسي٣ََُِْْٓ عِ ْ َذِٞءِمَحُ َٗ رَ مَشَ ٌُُٕ اهلل ف Artinya: “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencarin ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di 25
Wahid Abdussalam Bali, 474 Kesalahan Umum Dalam Aqidah Dan Ibadah Beserta Koreksinya, (Jakarta: Darul Haq, 2005), hal. 288. 26
Abdul Hussain Muslim Bin Bin Al-Husairi Annay Saburi, Al-Jami Ash-Shahih AlMusamma Muslim, Juz.4, hal.2074
30 salah satu rumah Allah untuk membaca kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketentraman turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya.”(HR.Muslim)
5. Fungsi Masjid dalam bidang dakwah Di Masjid, para sahabat juga saling ta’aruf (berkenalan). Melalui ta’aruf itu kadangkala ditemukan kekuarangan-kekurangan atau hal-hal yang kurang baik, maka merekapun saling bertausiyah (menasehati) agar menjadi orang yang lebih baik. Dengan ta’aruf, tausiyahnya dan kesediaan memperbaiki kesalahan itu, maka tidak ada kesalahan para sahabat yang sulit diperbaiki, bahkan dengan ini justru ukhwah mereka semakin mantap. Ini berarti, Masjid amat besar fungsinya dalam dakwah, baik dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, maupun antara sesama sahabat. Oleh karena itu dakwah merupakan sesuatu yang sangat mulia di dalam Islam dan Masjid menjadi sarana umatnya. Dengan demikian, menjadi semakin jelas bagi kita bahwa Masjid di masa Rasul tidak hanya digunakan untuk sekedar tempat shalat dan ibadah-ibadah yang sejenisnya, tapi Masjid juga difungsikan sebagai lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan jamaah Islam yang baru tumbuh. Nabi Saw mempergunakan Masjid sebagai tempat menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan perselisihan-perselisihan, tempat mengatur
31 dan membuat strategi militer, dan tempat menerima perutusan-perutusan dari semenanjung Arabia.27 Jika kita sedikit kembali ke belakang, kita jumpai Masjid menadi lahan subur bagi dakwah Islam dan tauhid, juga bimbingan keagamaan Nabi Saw diutus, bahkan sejak beliau mendirikan Masjid Nabawi di Madinah. Di Masjid itulah, beliau meyampaikan khutbah, bimbingan, nasehat, dan wejangan kepada kaum muslimin. Tradisi beliau kemudian dilanjutkan para khulafaur Rasiyidin dan para pemimpinsesudah mereka berlandasakan semangat dan saling menasehati dan berpesan tentang kebaikan, cinta, kasih sayang antar kaum muslimin, juga ketaatan, tauhid, dan rasa takut kepada Allah, baik dalam sepi maupun ramai. Inilah Masjid yang perannya dalam dakwah, pengarahan,bimbingan pengokohan aqidah, dan pendalaman nilai-nilai rohani kaum muslim. Masjid juga memiliki peranan istimewa dan efektif dalam mempersatukan umat Islam, menyatukan barisan mereka, mengobarkan semangat gotong royong dan sepenanggungan dalam hidup mereka, dan meneguhkan akhlak mulia dalam jiwa mereka.28 Masjid dan dakwah Islamiyah merupakan dua faktor yang erat sekali hubungannya satu sama lain. Saling isi mengisi di antara keduanya. Kalau diumpakan laksana gudang dengan barangnya. Dengan demikian Masjid yang didirikan di dalam suatu lokasi tertentu harus dapat berperan sebagai tempat atau
27
Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid: Kajian Praktis Bagi Aktivitas Masjid
28
Huri Yasin Husain, Fiqih Masjid, hal 158.
, hal. 22
32 media dakwah Islamiyah. Dakwah ini pada dasarnya meliputi berbagai aspek kegiatan. Termasuk di dalamnya masalah sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Oleh karenanya dakwah ini dipandang penting sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan syiar Islam dan kehidupan beragama dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan dakwah melalui Masjid sebenarnya mencakup pula dalam kegiatan-kegiatan di dalam rangka pembinaan umat. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya yang menggunakan Masjid sebagai tempat pengajaran dan pendidikan Islam, tempat peradilan, tempat sidang-sidang dua badan penasehat Khalifah, tempat musyawarah, tempat pemilihan Khalifah, dan sebagainya. 29 6. Fungsi Masjid dalam bidang politik dan militer Barbagai peristiwa keagaman yang dialami Jazirah Arab dan negerinegeri Islam sangat berpengaruh menonjolkan peranan Masjid di bidang politik dan militer. Sejak terjadinya perang terbesar di Jazirah Arab, yaitu munculnya agama Islam di tangan Nabi Muhammad Saw, Masjid memiliki andil yang nyata dan istimewa dalam setiap peristiwa. Beliau menjadikan Madinah sebagai tempat hijrah sekaligus ibukota Daulah Islam, lalu membangun Masjid Nabawi di sana. Masjid itu bak batu pertama pembangunan kehidupan umat Islam, baik di bidang agama, sosial, politik, maupun militer.
29
Nana Rukmana, Masjid Dan Dakwah: Merencanakan, Membangun,Dan Mengelola Masjid Mengemas Substansi Dakwah, Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan Spiritual,( Jakarta: AlMawardi Prima, 2002), cet.2, hal. 51.
33 Di Masjid ini beliau menerima kedatangan delegasi dari negara-negara tetangga serta suku-suku Arab. Di Masjid ini pula beliau mengadakan musyawarah dengan para sahabatterkait urusan-urusan mereka. Juga di Masjid ini beliau mengatur strategi perang berikut waktu keberangkatan pasukan.pun, di Masjid ini terdapat suatu tempat untuk memasang bendera dan menyerahkan panji perang kepada panglima. Ketika kaum muslimin menahan tawanan perang, para tawanan dibawa ke Masjid dan diikat pada tiang-tiangnya atas perintah Rasulullah Saw. Setelah Mekah ditaklukkannya (fathu mekkah) dan kaum muslimin menundukkan
orang-orang Quraisy berikut sekutunya,kita melihat Rasulullah
Saw berdiri di pintu Ka’bah untuk berpidato. Orang-orang pun segera berkumpul di sana. Beliau bersabda,” Tiada Tuhan selain Allah semata,” tiada sekutu bagiNya. Dia pasti menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan para musuh sendirian, dan seterusnya.” Kemudian beliau bertanya,” wahai orang-orang Quraisy, menurut kalian, apa yang akan kuperbuat terhadap kalian?” mereka menjawab,” perlakukan yang sebaik-baiknya, wahai saudara kami yang dermawan, putra saudara kami yang dermawan,” beliaupun bersabda, “ pergilah karena kalian bebas.” Setelah Rasulullah wafat, kitab saksikan para khalifah mengikuti jejak langkah beliau. Setelah sang khalifah dipilih, ia pergi ke Mesjid untuk berpidato di depan kaum muslimin. Dalam pidatonya, sang khalifah menyampaikan strategi politiknya berikut sistem pemerintahannya. Bahkan, baiat (penerimaan janji setia) juga dilakukan di Masjid, yaitu baiat umum, setelah baiat khusus dilakukan terhadap orang-orang tertentu.
34 Misalnya baiat khusus yang dilakukan Abu Bakar terhadap beberapa orang muslim di Tsaqifah Bani Sa’idah, lalu ia pergi ke Masjid untuk melakukan baiat umum terhadap seluruh kaum muslimin. Jadi, baiat khusus dilakukan terhadap tokohtokoh ahlul hall wal Aqd (dewan syura) saja, sedangkan baiat umum dilakukan terhadap seluruh rakyat, mirip referendum. Kita juga menjumpai saling pendapat dan kritik-kritik tajam-tajam memainkan peranannya di Masjid. Pernah suatu ketika sahabat agung Ubadah bin Ash-Shamit berdiri di Masjid Syammenyampaikan pandangan politiknya seraya mengkritik kebijakan politik Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Setelah berdebat dengan Muawiyahb tentang beberapa hal dan tidak puas dengan jawabannya, Ubadah pun kembali ke Madinah dalam keadaan marah. Mendengar berita tersebut, Amirul Mukminin Umar bin Khatab membujuk Ubadah agar ia mau kembali ke Syam dan melanjutkan kritiknya agar Muawiyah kembali ke jalan yang benar. Hari demi hari, peranan dan fungsi Masjid sebagai alat politik semakin jelas. Seiring berjalannya tahun, peranan ini kian membesar sedikit demi sedikit. Begitulah kondisi politik setelah era khulafaur Rasyidin, yang ditandai merebaknya, tajamnya perselisihan, dan gencarnya pemberontakan terhadap penguasa.30 7. Masjid dalam bidang ekonomi Adalah ganjil kedengarannya untuk menghubungkan Masjid dengan ekonomi. Umumnya tak mungkin oleh orang untuk menganggap ada hubungan
30
Huri yasin husain, Fiqih Masjid, hal. 137.
35 antara soal-soal ekonomi dan saoal-soal Masjid. Tetapi apabila dalail, Masjid pusat ibadah dan kebudayaan islam. Memang benar, tentu harus dapat ditunjukkan bagaimana kehidupan ekonomi itu berpusat pula pada Masjid. Keganjilan menyenafaskan Masjid dengan ekonomi segera terasa apabila kita memahami bahwa salah satu sifat Masjid yang sangat menonjol dalam tanggapan Muslim ini adalah kesucian, sedang ekonomi untuk duniawi, sehingga kita tidak heran kalau mendengar bahwa dalam perdagangan orang berbohong, dalam persaingan orang melakukan kedzaliman, dalam perburuhan melakukan penindasan, dalam dunia perusahaan orang melakukan intrige, kicuh, tipu dan sebagainya. Dalam kapitalisme manusia memperalat manusia dan bangsa menjadi bangsa. Dalam situasi ekonomi yang beginilah nabi Nabi berkata: ُ اىيَ ِٔ ٍَسَاجِذَُٕا َٗأَتْغَطَٚحةُ اىْثِيَادِ إِى َ َِْٔ َٗسَيٌََ قَاهَ أَٞ اىئَُ عَيَْٚ َشجَ أََُ َسسُ٘هَ اىئَِ صَيَٝ ُٕشِٜعَِْ أَت )ٌ (سٗآ ٍسي31سَ٘اقَُٖا ْ اىئَِ َأَٚاىْثِيَادِ إِى Artinya: Dari abu Hurairah nabi muhammad SAW bersabda,“Bagian yang paling dicintai Allah dari sesuatu kota ialah Masjid-Masjid dan paling dibenciNya ialah pasar-pasarnya. (HR.Muslim) Fungsi Masjid dalam ekonomi memang bukan bukan dalam wujud tindakan rill ekonomi, misalnya kegiatan dalam bidang produksi, distribusi, konsumsi. Tetapi fungsinya terletak dalam bidang idill atau konsep ekonomi, misalnya dalam hubungan modal dan kerja, majikan dan buruh, hutang, piutang dan kontrak, dan lain-lain.
31
Abdul Hussain Muslim Bin Al-Hajjaj Bin Muslimal-Husairi Annay Saburi, Al-Jami AsShahih Al-Musammashahih Muslim, hal.65
36 Berhubungan pernyataan dan wujud ekonomi itu berubah serba terus, bekerjalah ijtihad untuk menyesuaikan dengan dasar dan prinsi-prinsip yang telah digariskan Qur’an dan Hadits. Ijtihad adalah sistem logika dalam pemikiran Islam. Supaya ijtihad itu berpijak atas premis-premis yang benar dan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang tepat tapi juga benar, maka dalam pemikian itu ia harus selalu diingati, dituntunkan, di awali. Di sinilah sesungguhnya terletak fungsi Masjid dalam kehidupan ekonomi, yaitu mengingati, menuntun, dan mengawasi pemikiran dalam cita, kegiatan dan tindakan ekonomi.32 8. Fungsi Masjid dalam bidang peradilan Masjid juga memiliki peranan di bidang peradilan, meskipun macamnya terbatas jika dibandingkan dengan bidang keilmuan, politik, dan sosial. Hal ini dilatari dua hal: 1. Memutuskan suatu perkara tidak mesti di tempat tertentu seperti Masjid. Kerap kali perkara antar dua orang diputuskan di suatu tempat atau forum, atau bahkan di jalanan. Banyak persoalan hukum dan perkara di zaman Rasulullah Saw tidak diputuskan di Masjid. 2. Munculnya gedung-gedung pengadilan di masa-masa awal Islam. Hakim berkantor di sana untuk meneliti kasus dan memutuskan perkara. Bahkan, kadang kala seorang khalifah bertindak sebagai hakim; ia berkantor di sana sehari dalam sepekan untuk meneliti kasus, ini dilakukan beberapa khalifah Dinasti Umawi dan Abbasi.
32
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam, hal. 185.
37 Akan tetapi hal ini tidak lantas meniadakan forum-forum pengadilan di Masjid ataupun mencegah para hakim untuk berkantor di Masjid, juga tidak menghalangi kemunculan macam-macam pemutusan perkara di Masjid. Imam Bukhari dalam kitab shahihnya meriwayatkan: ْ عَْٖ ِذِِْٜٔ فَْْٞاً ماَ َُ ىَُٔ عَيَٝ دََِٜ حَذْ سَدٍ اْألِسْيِٜ عَثْذَاهلل اتَِْ أَتّٚعَِْ مَ ْعةِ تِْ ٍاَ ِىلٍ أََُّٔ ذَقاَ ظ ُسْ٘ه ُ سََِعََٖا َسَٚصَ٘اذَُٖا حَر ْ َفَاسْذَفَعَدْ أ, فَرَنَيَََا,ٍَُِْٔ اىْ ََسْجِذِ فَيَزِٜ ف,ٌََِْٔ َٗسَيَٞ اهلل عَيَٚسْ٘هِ اهلل صَي ُ َس َِْ مَ ْعةَ تَٙ فََْاد,ِِٔ َمّشَفَ سَجْفَ حُجْشَذَََِْٖٚا حَرَٞ فَخَشَجَ إِى,ِِْٔرَْٞ تِْٜٔ َٗسَيٌَّ َٗ َُٕ٘ فَٞ اهلل عَيَٚاهلل صَي ْ ىَقَذ:َ قَاه,َّشطْش َ ِ اىَٛ أ,َِٓ ِذِِْٞٔ تَٞ ََٗأْٗ ٍَأَ إِى,ِْْلَ َٕزَاَٝ ظَعْ ٍِِْ د, سْ٘هَ اهلل ُ َا َسٝ َلْٞ َ ىَث:ََا مَ ْعةُ! قَاهٝ: ٍٍَاِىل ْ ِٔ َٗذَ َشكَ ِّصْفًاَٞ فَأَخَزَ ِّصْفَ ٍَا عَي,ِِٔ فَاقْع:َ قَاه,سْ٘هَ اهلل ُ َا َسٝ ُفَعَ ْيد ٖٖ )ٙ(سٗآ اىثخا س Artinya: “Dari Ka’ab bin Malik bahwasanya ia perkara utang dengan Abdullah Ibnu Abi Hadrad (alislami) pada zaman Rasulullah di Masjid. Kemudian ia mendesaknya, lalu keduanya bersitgang, suara keduanya keras hingga terdengar oleh Rasulullah Saw yang sedang berada di dalam rumah beliau. Beliau keluar menemui keduanya, sehingga terbukalah tirai kamar beliau. Beliau memanggil (Ka’ab bin Malik) : Hai Ka’ab” ia menjawab: Ya,Rasulullah” lalu beliau berkata: “Lunasilah sebagian dari utangmu ini.” Beliau memberi isyarat kepadanya (dengan tangan beliau), yakni separonya.ia menjawab:”Telah aku lakukan, wahai Rasulullah”. Beliau berkata lagi:” berdirilah, dan tunaikanlah”. (kemudian ia melunasi separuh hutangnya dan membiarkan yang separonya lagi).(HR.Bukhari) Dalil lain bahwa Masjid juga dijadikan tempat memutus perkara adalah riwayat bahwa seorang laki-laki menemui Rasulullah Saw di Masjid dan meminta agar dijatuhi hukuman had zina. Juga, ada seorang laki-laki yang membunuh seorang pemilik kebun, lantas dua anak si korban membawa si pembunuh ke Masjid dan mengajukan perkaranya kepada Umar bin Khatab. Akan tetapi, ketahui bahwa si pembunuh bersifat jujur dan setia, mereka berdua memaafkannya.
33
Muhammad Nashruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Penerjemah: Muhammad Iqbal, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2007), cet.1, hal.347
38 Ada cendekiawan yang membahas peranan Masjid dan menyamakannya dengan pengadilan, ia berkata: “Masjid juga merupakan pengadilan karena di antar lantai Masjid, di depan tiang-tiangnya, digelar pengadilan, lembaran-lembaran keputusan hakim pun dituliskan, lama sekali para hakim meminta keterangan Amirul Mukminin, pengusaha, orang miskin, gubernur, dan pembesar, demi mengungkap kebenaran tnpa mmandang usia.34 9. Fungsi Masjid dalam bidang pengobatan orang sakit. Ketika terjadi perang, biasanya ada saja pasukan perang yang mengalami luka-luka dan tentu saja memerlukan perawatan dan pengobatan. Pada masa rasul, bila hal itu terjadi, maka perawatan dan pengobatan terhadap pasukan perang dilakukan di lingkungan Masjid sehingga pada waktu itu didirikan sebuah tenda oleh seorang shahabiyah ( sahabat wanita) yang bernama Rafidah sehingga tenda itu kemudian diberi nama Rafidah. Diantara sahabat yang dirawat di kemah tersebut adalah Sa’ad bin Mu’adh yang akhirnya meninggal dunia. Dalam konteks sekarang, bisa juga didirikan poliklinik di Masjid untuk kepentingan memberikan penyuluhan kesehatan dan melayani pemeriksaan, perawatan dan pengobatan bagi jamaah Masjid yang memerlukannya. Mana kala hal itu dilakukan, sangat membantu kaum muslimin yang merupakan jamaah Masjid dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani.35
34 35
Masjid, hal. 19.
Huri Yasin Husain, Fiqih Masjid,, hal. 154. Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid: Kajian Praktis Bagi Aktivitas
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG “ MASJID TERBUKA” DI CAPE TOWN, AFRIKA SELATAN
A. Letak Geografis Di Cape Town, Afsel Letak kota Cape Town secara geografis terletak di Ujung Utara Semenanjung Cape yang di kelilingi oleh pegunungan Hottentots Holland dan 2 (dua) Samudera, yaitu Samudera Atlantik dan Samudera Hindia. Kondisi geografis ini telah menjadikan Cape Town sebagai kota yang mempunyai keindahan tersendiri dibandingkan kota-kota lainnya di Afrika Selatan. Keindahan tersebut dapat dilihat di kota-kota yang terletak di pesisir pantai seperti llandudno, Hout Bay, Kommetjie, Scarborough, Cape Point, False Bay dan daerah-daerah tujuan wisata lainnya. Keindahan teluk dan pantai yang dimiliki oleh Cape Town pun telah diakui di mancanegara. Selain memiliki keeksotisan teluk dan pantai, Cape Town pun dihiasi dengan kecantikan pemandangan pegunungannya serta hamparan perkebunan anggur dan anggrek. Secara administratif, Cape Town merupakan salah satu kota yang berada di dalam wilayah propinsi Western Cape. Luas Western Cape mencapai kurang lebih 129.386 km2. Propinsi Western Cape diresmikan sebagai propinsi pada tahun 1994 dimana pada pemerintahan apartheid propinsi ini merupakan salah satu dari 4 (empat)
39
40
propinsi terbesar di Afrika Selatan saat itu dan sekarang ini Afrika selatan terbagi dalam 9 (sembilan) propinsi.1 Berdasarkan estimasi penduduk tahun 2007, jumlah penduduk Propinsi Western Cape mencapai kurang lebih 4.839.800 jiwa dan 51 ,5% nya adalah wanita. Komposisi populasi sbb : penduduk kulit warna sekitar 57%, 24% kulit putih, 18% kulit hitam dan 1% orang Asia termasuk India. Jumlah penduduk Propinsi Western Cape adalah 10,1% dari total populasi Afrika Selatan yang mencapai kurang lebih 47,9 juta jiwa. Penduduk kulit berwarna merupakan keturunan yang berasal dari berbagai negara. Penduduk kulit putih kebanyakan dari berasal dari bangsa Eropa seperti Belanda, Inggris, Portugal, dan sebagian kecil Jerman. Sedangkan penduduk asli Afrika Selatan sendiri adalah Suku Khoi dan San. Suku Bantu datang ke negeri ini kira-kira 2000 tahun yang lalu, dengan membawa teknologi pertanian yang lebih maju. Selain itu, ada juga penduduk campuran yang dikenal dengan sebutan orang Bushman atau Hotthentot. Mereka adalah campuran antara beberapa suku, terutama antara Suku Khoi atau San dengan Suku Bantu. Sekitar 72% dari penduduk Western Cape tinggal di daerah perkotaan dengan Bahasa Afrikaans dan Inggris sebagai bahasa formal sehari-hari. Bahasa Xhosa adalah bahasa utama mayoritas orang kulit hitam. Dan mereka kebanyakan menetap di daerah pinggiran kota Cape Town.
1
Social,culture, dan taurism. Di akses pada tanggal 7 april 2015 dari http://www.indonesia-capetown.org.za/latarbelakang.html
41
Cape Town merupakan ibu kota legislatif Afrika Selatan dan ibu kota Provinsi Tanjung Harapan. Ibu kota lainnya adalah Pretoria (eksekutif) dan Bloemfontein (kehakiman). Kota ini adalah pelabuhan besar di pinggir Samudra Atlantik. Dia mempunyai hubungan kereta api yang baik dengan daerah pedalaman. Letaknya di kaki Gunung Meja. Di kota ini terdapat Gedung Parlemen (1886) dan Universitas Cape Town (1916). Cape Town didirikan orang Belanda dengan nama Kaapstad pada tahun 1652 dan direbut Britania Raya pada tahun 1806. Cape Town digunakan oleh penjajah inggris menjadi suatu pelabuhan untuk penjajah Inggris yang telah pulang dari India.2 B. Sejarah Islam Di Cape Town Sejarah
Islam
di
Cape
Town
sangat
menarik
untuk
disimak.
Peninggalannya dapat dilihat dari beberapa makam atau karamat dan Masjid yang ada di sana. Cape Town berada di sisi selatan Provinsi Western Cape, Afrika Selatan. Islam pertama kali masuk di kota ini pada pertengahan 1600-1700-an melalui para politikus maupun ulama yang dibuang oleh Belanda dari Indonesia dan Malaysia. Tak heran jika tempat ini juga dikenal sebagai Cape Malay.3 Walau umat Islam di Afrika Selatan hanya 1,5 persen dari seluruh populasi, tapi Islam telah memberikan warna tersendiri bagi negeri ini. Di Cape Town, komunitas Islam banyak tinggal di daerah Bokaap dan Kampung Makassar. Di
2 3
http://id.wikipedia.org/wiki/Cape_Town
Sejarah di cape town, di akses pada tanggal 22 april 2015, http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/07/06/m6qnzb-sejarah-islam-dicape-town-1
42
tempat ini terdapat beberapa makam penting para ulama penyebar agama Islam yang disebut karamat. Dan, ada sekitar 23 karamat di sekeliling Cape Town. Satu di antaranya yang sangat terkenal adalah makam Syekh Yusuf, seorang ulama besar, keponakan Raja Gowa yang di buang Belanda dan mendirikan Kampung Makassar. Ajaran yang disampaikan Syekh Yusuf bahkan diakui oleh Nelson Mandela, sekaligus menginspirasinya untuk membebaskan Afrika Selatan dari apartheid. Sebuah karya tulis bertajuk “Islamic History and Civilisation in South Africa: The Impact of Colonialism, Apartheid, and Democracy” yang dilansir di laman www.awqafsa.org.za juga menyebutkan soal peran Syekh Yusuf dari Makassar atau Abidin Tadia Tjoessop yang datang pada 1694 sebagai tahanan politik. Ia bersama keluarganya tinggal di sebuah lahan pertanian di Zandvliet, sekitar 50 kilometer dari Cape Town. Di sinilah, Syekh Yusuf pertama kali membangun sebuah komunitas Muslim. Dalam perkembangannya, ada 12 imam dalam komunitas ini. Kemudian pada 1697, datang Raja Tambora dari Jawa yang tiba di kota ini dalam kondisi dibelenggu rantai. Raja Tambora adalah orang pertama yang menulis Alquran di Cape Town. Alquran ini kemudian diberikan sebagai hadiah kepada Gubernur Cape, Simon van der Stel. Sedangkan tahanan negara dari Malaysia, Tuan Guru Imam Abdullah Kadi Abdus Salaam, yang datang pada 6 April 1780 menjadi Muslim pertama yang mendorong pembangunan Masjid pertama di Cape Town. Hal ini karena sejak pertama kali kedatangan Muslim di kota ini belum ada satu Masjid pun yang didirikan.
43
Penduduk yang menetap di Propinsi Western Cape berasal dari bermacammacam suku, keturunan dan agama. Salah satu keturunan tersebut adalah keturunan Melayu yang berjumlah sekitar 600 ribu jiwa dimana sebagian besar dari mereka mengaku bernenek moyang dari Indonesia. Dan sebagian besar dari mereka menganut Agama Islam. Menurut catatan Jurnal Boorhaanol Islam, di Semenanjung Cape terdapat sekitar 320.741 penduduk muslim. Sedangkan untuk keseluruhan Afrika Selatan jumlah penduduk muslim diperkirakan berjumlah 687.377 jiwa. Jumlah Masjid yang ada di semenanjung ini mencapai sekitar 125 Masjid, jumlah yang cukup signifikan bila melihat bahwa Afrika Selatan adalah bukan negara mayoritas Islam.4 C. Profil Pendiri “Masjid Terbuka” di Cape Town, Afsel. Taj Hargey lahir pada tahun 1955 dan dibesarkan di era apartheid 5 Afrika Selatan. Hargey mempelajari Sejarah dan Studi Oriental dengan pelajaran tambahan bahasa Arab dan Perbandingan Agama di Universitas di Durban, dan melanjutkan studinya dengan mendaftar di Universitas Amerika untuk belajar Sejarah dan Teologi Islam dan kemudian ia mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan gelar Doktor di Universitas Oxford. Setelah menghabiskan waktu bekerja di Afrika Selatan dan Amerika, pada tahun 2001, Hargey kembali ke Oxford untuk menjadi Direktur 'Oxford Centre for
4
http://wartasejarah.blogspot.com/2015/01/sejarah-kampung-maccasar-di-afrika.html. di akses pada tanggal 16 Juni 2015. 5 sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990.
44
British Islam'. Taj Hargey adalah ketua pendiri dan tetap berafiliasi dengan 'Muslim Education Centre of Oxford'. Taj Hargey menikah dengan seorang Kristen.6 D. Tujuan didirikannya “ Masjid Terbuka” di Cape Town, Afsel. Menurut Taj Hargey, gagasan membuka Masjid itu untuk membuat semakin banyak orang berpikiran terbuka, bukan orang yang pikirannya sempit. (Ditandai Shalat Jumat Pertama, Masjid Khusus Homo Resmi Dibuka). Hargey juga memiliki tujuan lain, yaitu ingin melakukan revolusi. Dia ingin meneruskan perjuangan Nelson Mandela di Afrika Selatan pada 20 tahun lalu, dari apartheid menjadi demokrasi. Kami memerlukan kemajuan serupa di bidang agama," katanya, dilansir BBC. Keputusan hargey itu jelas kontroversial lantaran membolehkan perempuan menjadi imam shalat dengan maksud kesetaraan gender. Dia juga membolehkan perempuan shalat bersama laki-laki di ruang yang sama, tidak terpisah. Karena itu, ia menyatakan Masjidnya terbuka bagi semua gender, agama, dan orientasi seksual.7 Dalam khutbahnya, seperti dikutip I24news.tv, Hargey mengutuk kebencian yang meningkat di dunia antara umat Muslim dan Kristen. Dia menyalahkan, hal itu pada 'teologi menyesatkan' dari negara-negara, seperti Arab Saudi dan Pakistan yang katanya memunculkan kelompok 'fanatik'.
6 7
http://mushypeas.org/history-self-professed-muslim-leader-taj-hargey-people-smell-rat/
REPUBLIKA.CO.ID, Di Masjid Terbuka Ini Perempuan Boleh Jadi Imam Laki-Laki http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/14/09/20/nc73s8-di-Masjid-terbuka-iniperempuan-boleh-jadi-imam-lakilaki
45
Arab Saudi, kata guru besar Universitas Oxford itu, telah menciptakan organisasi ekstrem, seperti Negara Islam, Taliban di Afghanistan dan Boko Haram di Nigeria.
Dia
mengatakan
'terkontaminasi
uang
Saudi'
digunakan
untuk
mempromosikan "manifestasi beracun dan tidak toleran dari Islam.8 "Undangan acara bertajuk 'Undangan Natal Bersejarah' itu ditujukan kepada pengikut Kristiani, untuk makan bersama dengan makanan halal dan minumun non-alkohol. Hargey menegaskan, undangan ini mengikuti contoh Nabi Muhammad saat menyambut orang-orang Kristen untuk tinggal dan berdoa di Masjid di Madinah. Saat itu, menurut Hargey, Nabi menjamu 60 Uskup yang melakukan perjalanan di Timur Tengah. Juru bicara Masjid, Jamila Najar memuji acara tersebut yang mencerminkan semangat Islam yang sebenarnya. "Kampanye berani dari Open Mosque ini adalah langkah kecil tapi signifikan dalam menghasilkan kehidupan penuh damai dan harmoni antara pengikut Yesus dan Muhammad di Afrika Selatan," kata Najar. "Terdapat musik, diskusi, pembacaan puisi yang memuji kesamaan yang melekat dari dua agama wahyu besar ini," kata Hargey. Masjid terbuka
yang dibuka pada September 2014 lalu itu akan
menyambut baik Muslim Sunni dan Syiah untuk melakukan ibadah di dalamnya. Selain itu, pengurus Open Mosque juga mengizinkan perempuan memimpin shalat Jumat serta menerima gay dan non-muslim untuk hadir dalam Masjid. Masjid baru itu
8
REPUBLIKA.CO.ID, Didemo, Pendiri Masjid Khusus Gay Malah Salahkan Arab Saudi, http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/09/20/nc6mfx-didemo-pendiri-Masjidkhusus-gay-malah-salahkan-arab-saudi
46
digambarkan oleh pendirinya sebagai Masjid non-sektarian pertama yang mengakui kesetaraan gender dan ras di Afrika Selatan.9
9
Dream, Masjid ini penuh kontroversial karena mengizinkan perempuan memimpin salat Jumat serta menerima gay dan non-muslim untuk hadir dalam Masjid. Di akses pada tanggal 3 April 2015 dari http://www.dream.co.id/news/Masjid-di-afsel-jadi-tempat-perayaan-natal-1412166.html.
BAB IV PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG PENGGUNAAN “MASJID TERBUKA”, DI CAPE TOWN AFSEL SEBAGAI TEMPAT PERAYAAN NATAL
A.
Kelompok Yang Setuju “Masjid Terbuka” Di Cape Town Afsel Sebagai Tempat Perayaan Natal. Perbedaan agama merupakan salah satu masalah yang paling mendasar dalam kehidupan masyarakat. Bahkan, dalam sejarah manusia, agama dapat merupakan salah satu penyebab utama ketegangan dan konflik diantara bermacammacam agama.1 Islam adalah agama yang kitab sucinya sangat mengakui keberadaan hakhak agama lain untuk hidup dan untuk mengimplementasikan ajaran-ajarannya. Mengingat pluralitas agama merupakan “hukum alam” (sunnatullah) yang tidak akan berubah dan tidak akan bisa ditolak, seorang muslim tidak boleh meremehkan agamaagama lain, dan membenci orang lain yang berbeda agama dengannya. Hal ini didasarkan pada pesan al-Qur‟an bahwa umat Islam harus menghargai keberadaan agama-agama lain, dan menjauhkan pemaksaan dalam urusan agama. 2
1
Mujar Ibnu Syarif, Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam Komunitas Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), hal.18 2
Ibid hal.20
47
48
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 256:
)٦٥٢: (البقرة Artinya:” Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqarah:256)
Menjadi landasan penting bagi umat Islam dalam menyikapi pluralitas agama. prinsip ini menyatkan bahwa Islam mengakui eksistensi agama lain tanpa mengakui kebenaran ajarannya. Semua agama adalah benar menurut pemeluknya masing-masing. Makna prinsip ini adalah orang non muslim memiliki hak dan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya di tempat-tempat mereka, sementara orang Islam tidak boleh mengganggu mereka. sebaliknya orang Islam memiliki hak dan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya di tempat mereka, sementara orang non muslim tidak dibenarkan mengganggu mereka. Prinsip inilah yang diimplementasikan oleh Nabi Saw. Setelah beliau hijrah ke madinah. Masyarakat jazirah Arab pasca hijrah terdiri dari multi etnis dan agama, ada etnis Arab, Persia, Romawi dan lain-lain, sementara ada lima agama pada masa itu, yaitu Islam, Nasrani, Yahudi, Majusi, dan paganisme. Pluralitas masyarakat dan agama pasca hijrah seperti ini menuntut adanya toleransi antar mereka, sebab tanpa
49
adanya toleransi dalam masyarakat plural akan cenderung terjadi konflik-konflik horizontal.3 Beberapa landasan hukum dibolehkannya non Muslim memasuki Masjid adalah sebagai berikut:
Allah Swt berfirman dalam Q.S. At-Taubah ayat 28-29 : . )٦٢
٦٢: ) انتّٕبت
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musrik itu najis, sebab itu janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah ayat 28-29).
Dalam ayat ini Imam syafi‟i berpendapat dengan zhahir ayat
َفَال
ََقْسَُبْٕاانْ ًَسْجِدَانْحَسَاوٚ (maka janganlah mendekati Masjidil haram). Beliau berkata: “ayat tersebut khusus untuk Masjidil haram dan berlaku umum bagi semua orang yang kafir.” Maka semua orang bukan Islam diperbolehkan memasuki semua Masjid, dan semua orang kafir dilarang memasuki Masjidil haram. Adapun hadist yang membolehkan umat non muslim memasuki Masjid ُّ ََدٍ أِٛدِ بٍِْ أَبِٗ سَعِٛثُ بٍُْ سَعْدٍ عٍَْ سَعْٛ َْبَتُ حَدَثََُا انهَْٛبَتُ قَالَ قُتَٛسَٗ بٍُْ حًََادٍ انًِْصْسُِٖ َٔقُتِٛحَدَثََُا ع َُِٗالً قِبَمَ َجْدٍ فَجَاءَثْ بِسَجُمٍ يٍِْ بْٛ َ خ-ّ ٔسهىٛصهٗ اهلل عه- ََِّقُٕلُ بَ َعثَ َزسُٕلُ انهٚ َْ َسةَٚسًَِعَ أَبَا ُْس )٘(زٔاِ ابٕ شكس4ِسَٕازِٖ انْ ًَسْجِد َ ٍَِْتٍ يًََِٚايَتِ فَسَ َبطُُِٕ ِبسَازِْٛدُ أَْْمِ انَٛل س ٍ ُقَالُ نَُّ ثًَُايَتُ بٍُْ أُثَاٚ َفَتَُِٛح 3
hal.11
Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2014), cet.1,
50
Artinya: “Isa Bin Hammad Al-Musri dan Kutaibah menyampaikan kepada kepada kami itu, berkata kepada kami Al-Laits bin Sh‟d bin Said bahwasanya ia mendengar abu hurairah berkata Rasulullah Saw mengutus pasukan berkuda ke arah Nejd, mereka datang kembali dengan seorang laki-laki bani Hanifah bernama Tsumanah bin Utsal, kemudian mereka mengikatnya pada salah satu tiang Masjid.” (HR.Abu Zakariyya) Imam al-Nawawi rahimahullah didalam Syarah al-minhaj sharah Shahih Muslim (12/87) mengatakan : ٌ جٕاشِ بإذٙس ٔحبسّ ٔجٕاش إدخال انًسجد انكافس ٔيرْب انشافعٛ ْرا جٕاش زبط األسٙٔف ٕجٕش ٔقال أبٚ ص ٔقتادة ٔيانك الٚسِ ٔقال عًس بٍ عبد انعصٛا أٔ غٛيسهى سٕاء كاٌ انكافس كتاب ٗث ٔأيا قٕنّ تعانٚع ْرا انحدًٛهُا عهٗ انجٛسِ ٔدنٛ دٌٔ غٙجٕش نكتابٚ ُّ اهلل عٙفت زضُٛح ّجٕش إدخانٚ قسبٕا انًسجد انحساو فٕٓ خاص بانحسو َٔحٍ َقٕل الٚ إًَا انًشسكٌٕ َجس فال (انحسو ٔاهلل أعهى(زٔاِ يسهى Artinya: “Dalam hal ini boleh hukumnya mengikat tawanan dan menaharannya, serta boleh hukumnya orang kafir (non-muslim) masuki Masjid. Madzhab al-Syafi‟i memperbolehkannya dengan syarat ada izin dari orang islam, sama saja terhadap kafir kitabiyah (ahli kitab) atau orang kafir lainnya. Namun, Umar bin Abdul „Aziz, Qatadah dan Imam Malik tidak memperbolehkannya. Sedangkan Imam Abu Hanifah mengatakan boleh bagi kafir kitabiyah, tidak yang lainnya. Adapun firman Allah “Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis , maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram”, itu maksudnya khusus dengan alHaram, dan kami telah mengatakan tidak boleh orang kafir memasuki Masjidil Haram, wallahu a‟lam”.)HR.Shahih Muslim)
Dari beberapa dalil yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya sebagian ulama membolehkan orang musyrik atau non Muslim memasuki Masjid. Disamping itu Taj Hargey sebagai pendiri Masjid Terbuka di Cape Town, mempersilahkan non Muslim memasuki Masjid dengan tujuan agar agama Islam tidak di anggap sebagai pemahaman yang radikal di mata umat lain. Sehingga muncul inisiatif untuk membuat Masjid Terbuka, di Cape Town Afrika Selatan. Salah satu kegiatan yang telah dilakukannya adalah dengan memberikan izin umat Nasrani 4
Abu zakariyya yahya bin sharaf bin muri al-nawawi, al-minhaj sharah shahih muslim bin hajjaj, ( bairut: dar ihya at-turats al-arabi, 1990), juz.12, hal.
51
merayakan hari raya Natal di Masjid tersebut. Dan karena tindakannya itu menjadikan sebuah polemik dan kontroversial di kalangan umat Islam sendiri. B. Kelompok Yang Tidak Setuju “ Masjid Terbuka “ Di Cape Town Afsel Sebagai Tempat Peryaan Natal. Al-Qur‟an mengajarkan kita bahwa toleransi itu harus, artinya kita hidup dengan orang lain dengan non muslim itu harus dijaga kesopanannya, hak manusianya, dan segala macam. Tetapi tentunya toleransi yang tidak menyangkut masalah-masalah ibadah. Namun secara hubungan personal dan hubungan kemanusiaan tidak ada masalah namun sebaliknya kita harus menjaga baik hubungan tersebut. Selain itu mestilah kita mempersilahkan mengenai tempat dan kesempatan untuk non muslim beribadah dengan cara mereka Tapi bukan berarti mengikuti ibadah meraka itulah yang disebut toleransi. Kita bisa menerima perbedaan orang lain dengan hati terbuka jadi tidak ada masalah. Semisal ada tetangga non muslim beribadah dengan cara dia dengan segala macam, dan kita menerima itu karena memang pilihan mereka itulah yang disebut toleransi. Tetapi bukan toleransi jika kita mengikuti cara mereka dalam beribadah, maka itu sudah termasuk kebablasan jika kita mengikuti ibadah-ibadah mereka. Toleransi ialah siap menerima perbedaan orang lain, ibadah-ibadah orang lain akan tetapi kita juga harus menjaga aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.5
5
Wawancara dengan Hj. Siti hanna, S.Ag, Lc, Ma, pada 28 April 2015
52
Allah Swt berfirman dalam Qs. Al-Kafirun. . . . )٢-١:ٌٔ (انكفس . . Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah,dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."( QS. Al-Kafirun:1-6)
Tema utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran agama dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masingmasing melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi Saw, dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Mekkah, dan akan dikawinkan kepada beliau yang dikehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata:” inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki dan Tuhan kami dan menjelekkannya.6 Asbabun nuzul dalam surat ini adalah bahwa beberapa tokoh kaum musyrikin di Mekkah, seperti al-Walid bin al-Mughirah, Aswad Ibn „Abdul Muthtalib,Umayah Ibn Khalaf, datang kepada Rasul Saw. Menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan tuntutan agama (keperyaan). Usul mereka adalah agar Nabi bersama umatnya mengikuti keperyaan mereka dan mereka pun akan mengikuti 6
hal.619
Qamaruddin Shaleh DKK, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV.Ponegoro, 1995), cet.XVII,
53
ajaran Islam.” Kami menyembah Tuhanmu, hai Muhammad-setahun dan kamu juga menyembah tuhan kami setahun. Kalau agamamu benar, kami mendapatkan keuntungan karena kami juga menyembah Tuhanmu dan jika agama kami benar, kamu juga tentumemperoleh keuntungan.” Demikian lebih kurang usul kompromi mereka. Mendengar usul tersebut, Nabi Saw, menjawab tegas:” Aku berlindung kepada Allah, dari tergolong ornag-orang yang mempersekutukan Allah.”7 Usul kaum musyrikin itu ditolak oleh Rasulullah Saw, karena tidak mungkin dan tidak logis pula terjadi penyatuan agama-agama. Setiap agama berbeda dengan agama yang lain, demikian pula dalam ajaran pokok dan perinciannya. Digabungkan dalam jiwa seorang yang tulus terhadap agama dan keyakinannya. Masing-masing penganut agama harus yakin sepenuhnya dengan ajaran agama dan keperyaannya. Dan selama mereka telah yakin, mustahil mereka akan membenarkan ajaran yang tidak sejalan dengan ajaran agama dan keperyaannya. Dalam kategori Masjid dijadikan perayaan natal itu tidak tepat karena memang di dalam al-Qur‟an tidak membolehkan. Orang Islam sendiri memiliki etika ketika memasuki Masjid. Dalam sejarah Umar bin Khattab pada tahun 17 hijriah ketika tiba waktu shalat dan dia diizinkan untuk shalat di gereja tersebut dan beliaupun tidak bersedia, karena memang bukan tempatnya ia shalat di gereja karena khawatir akan timbul penafsiran yang berbeda di kemudian hari
8
dengan anggapan
bahwa tindakan Umar tersebut mestilah di ikuti, sehingga Umar menjauhkan diri dari 7
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002 ), hal.675
8
Wawancara dengan pak Ahmad Bisyri Abdul Somad, M.Ag, pada tanggal 29 April 2015
54
presepsi buruk yang akan terjadi apabila hal tersebut ia lakukan jangan sampai umat muslim melaksanakan shalat di dalam gereja. Begitupun sebaliknya jangan sampai non muslim melaksanakan ibadahnya di Masjid karena Umar sendiri menghindari melaksanakan ibadah shalat di tempat ibadah umat lain, dalam hal ini gereja.9 Dalam surat Al-jinn ayat 18 Allah berfirman: )١٢:ٍّ )انج Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa dan diwahyukan pula kepadaku bahwa sesngguhnya Masjid-Masjid itu, yakni bangunan khusus yang dijadikan tempat sujud dan beribadah, bahkan seluruh persada bumi di alam raya ini adalah milik Allah sehingga semua aktivitas di dalamnya harus diarahkan kepada Allah. Karena itu, maka janganlah kamu semua, wahai makhluk Allah menyembah di dalamnya bersama yakni di samping Allah sesuatu apa pun. Dalam konteks ini, Nabi Saw memperingatkan agar tidak menjadikan Masjid sebagai tempat jual beli atau tempat mencari barang yang hilang. Makna-makna di atas semuanya benar karena memang Masjid adalah tempat terhormat, ia adalah rumah Tuhan sehingga jangan sampai digunakan bukan pada tempatnya, apalagi mempersekutukan Allah di sana, baik persekutuan yang nyata maupun yang tersembunyi.10
9
Wawancara dengan Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc,Ma pada 28 April 2015
10
Quraish shihab, tafsir al-mishbah,hal.389
55
Adapun alasan lain mengenai dilarangnya non Muslim memasuki Masjid terdapat pada dalil sebagai berikut: Allah Swt berfirman dalam Q.S. At-Taubah ayat 28-29 :
.
)٦٢-٦٢: (التّوبت
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musrik itu najis, sebab itu janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah ayat 28-29).
Ayat ini menjelaskan secara gamblang betapa keadaan kaum musyrikin sehingga mereka harus ditindak dengan tegas atau paling tidak dihindari dan diboikot lagi dijauhkan dari daerah suci, di sini dijelaskan bahwa mereka sebenarnya adalah najis sehingga tidak wajar berada di tempat-tempat suci. Ayat ini menyimpulkan uraian yang lalu dengan menegaskan bahwa: hai orang-orang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik yang jelas lagi mantap kemusyrikannya karena bersinambung kemusyrikan itu dalam benak dan hati mereka adalah najis. Kalian adalah orang-orang yang telah disucikan Allah jiwanya dengan keimanan dan tauhid sehingga kalian harus menghindar dari sifat-sifat buruk mereka lagi menjauh dari
56
mereka. Tempat bersuci pun hendaknya tidak mereka datangi. Maka karena itu, janganlah mereka mendekati Masjidil haram sesudah tahun ini, yakni akhir tahun kesembilan hijriah saat ayat ini turun. Ulama berbeda pendapat tentang siapa yang dimaksud dengan musyrikin pada ayat ini. Ada yang membatasinya pada para penyembah berhala, ada juga yang memperluasnya sehingga mencakup Ahl al-Kitab,Yahudi dan Nasrani. Firman Allah Swt ََقْسَ ُبْٕا انْ ًَسْجِدَ انْحَسَاوٚ َ( َفالmaka janganlah mereka mendekati Masjidil haram) menunjukkan akan dilarangnya orang-orang musyrik memasuki Masjidil haram. Namun para ulama berikhtilaf menjadi beberapa pendapat mengenai maksud َاَنْ ًَسْجِدَانْحَسَاو a. Yang dimaksud ialah Masjidil haram itu sendiri, dengan mengambil dari zhahir ayat. Pendapat ini adalah madzhab syafi‟i. b. Yang dimaksud ialah tanah suci itu semua, yakni mekkah dan sekitarnya yang merupakan daerah haram. Ini adalah pendapat „Atha‟ dan madzhab Hambali. c. Yang dimaksud semua Masjid, yaitu Masjidil haram, menurut nash,dan MasjidMasjid lainnya , menurut analogi (kias). Pendapat ini dianut oleh madzhab Maliki. d. Yang dimaksud ialah larangan memberi peluang kepada kaum musyrikin untuk mengerjakan haji dan umrah. Ini adalah madzhab Hanafi.11 C. Apresiasi Terhadap Kelompok Yang Setuju Dan Tidak Setuju Di Cape Town Afsel Sebagai Tempat Perayaan Natal. 11
M.Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur‟an, (Bandung: PT. AlMarif, 1971), jilid 1. hal.1009.
57
Tuhan telah menciptakan seluruh makhluknya dengan berbeda-beda sesuai dengan kehendaknya. Berbeda-beda itu, termasuk dalam berfikir dan berpendapat, warna kulit, kebiasaan, suku dan lainnya sehingga menjadikan hidup manusia lebih dinamis dan penuh warna. Perbedaan-perbedaan jika disikapi dengan positif maka akan mendatangkan kebaikan dan jika disikapi sebaliknya maka pertengkaran dan permusuhan akan terjadi. Oleh karena itu sikap interaksi secara positif harus ditekankan dalam menjalin hubungan dengan orang yang memiliki perbedaan. Salah satu sikap positif adalah toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Sikap toleransi ini yang menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada agar hidup menjadi mudah dan bermakna, bukan pemicu perselisihan.12 Islam membenarkan kaum muslimin bersifat toleransi, berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang yang di luar Islam selama tidak memerangi kaum muslimin. Keadilan sosial berarti kita tidak boleh melanggar hak-hak orang lain, tetapi memandang setiap orang sama kedudukannya di dalam hukum tuhan. Kita tidak boleh melampaui batas dalam melaksanakan aturan-aturan agama dan tidak boleh menyimpang dari jalan yang benar karena pengaruh perasaan dan emosi.13 Firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8, sebagai berikut:
12
Sahibin Naim, Toleransi Dalam Pergaulan Antara Umat Beragama, (Jakarta: Gunung Agung,1983), hal.60 13
Allamah Sayyid Muhammad Husain Thabathaba‟i, Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah, (Jakarta: Pustaka Hidayah,1992), cet.1, hal.181
58
)٢:(انًًتحُّت
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.( QS. Al-Mumthanah:8)
Mengenai kasus Masjid Terbuka di Cape Town yang dijadikan sebagai tempat perayaan Natal Umat Nasrani, dari beberapa analisa yang telah dijelaskan sebelumnya, pro kontra terjadi disebabkan atas landasan pemikiran yang diambil oleh masing-masing kelompok. Di satu sisi rumusan di ambil dari penafsiran Qs.AtTaubah ayat 28-29 mengenai pelarangan kaum musyrikin memasuki Masjidil haram. Dan di sisi lain, mengenai nilai toleransi yang diagungkan oleh kelompok yang pro atas permasalahan tersebut. Adapun kelompok yang tidak menyetujui atas tindakan tersebut beralasan bahwa tidak boleh menghubungkan antara nilai-nilai akidah antara umat yang satu dengan umat yang lain. Karena segala sesuatu itu harus berada pada tempatnya. Setiap agama mempunyai tempat untuk beribadah maka sebaiknya beribadah pada tempatnya masing-masing. Kecuali, dalam keadaan darurat misalnya terjadi banjir bandang yang besar, kebakaran yang besar orang Islam mengungsi di gereja, ataupun orang kristen mengungsi di Masjid, itu masalah lain. Tapi kalau dalam keadaan normal atau kondisi biasa, atau tidak ada masalah apapun. Sebab orang Islam mempunyai Masjid, orang kristen mempunyai gereja sebaiknya melaksanakan ibadahnya di tempat masing-masing. Kenapa, agar tidak terjadi kerancuan. Tidak ada
59
perbedaan antara agama satu dengan agama yang lain. Pengertian toleransi sendiri adalah kita bisa menerima perbedaan Bukan meleburkan perbedaannya menjadi satu.14 Dengan alasan di atas mengisyaratkan bahwasanya secara tegas Islam melarang mencampuradukan kegiatan antara umat yang satu dengan umat yang lain, dalam hal ini kasus mengenai tempat peribadatan umat Islam yakni Masjid Terbuka yang didirikan oleh Taj Hargey di Cape Town Afrika Selatan, bukanlah tindakan yang dibenarkan oleh syariat apabila Masjid tersebut dijadikan sebagai tempat perayaan Natal oleh umat Nasrani dengan alasan apapun.
14
Wawancara dengan Hj.Siti Hanna, S.Ag, Lc, Ma, pada 28 April 2015
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah penulis paparkan mengenai Masjid Sebagai Tempat Perayaan Natal Dalam Tinjauan Hukum Islam, maka banyak hal sebenarnya yang dapat disimpulkan. Namun, penulis mencatat beberapa point penting yang menjadi inti dari bahan skripsi penulis. 1. Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam, dimana mereka melakukan shalat untuk tunduk kepada Tuhan-Nya. Orang-orang yang memasuki Masjid itu harus suci, baik suci dalam berpakaian maupun dalam hal badan. Jadi ketika Masjid dijadikan tempat perayaan natal yang bertujuan untuk menyatukan umat, itu hukumnya tidak boleh. Karena setiap agama mempunyai tempat peribadatan masing-masing. Islam hanya mengajarkan untuk bertoleran dalam hak-hak kemanusiaan saja, akan tetapi dalam hal ibadah tidak membolehkannya. Karena takut adanya kerancuan dikalangan para umat. 2. Imam syafi’i berpendapat dengan zhahir ayat َ( َفالَ يَقْرَُبوْاالْ َمسْجِدَالْحَرَامmaka janganlah mendekati Masjidil haram). Beliau berkata: “ayat tersebut khusus untuk Masjidil haram dan berlaku umum bagi semua orang yang kafir.” Maka semua orang bukan Islam diperbolehkan memasuki semua Masjid, dan semua orang kafir dilarang memasuki Masjidil haram. 3. Dari beberapa revisi dan hasil wawancara yang didapati penulis, penulis menyimpulkan bahwa pendapat yang lebih kuat adalah pendapat Imam Syafi’i 60
61
alasannya Masjid merupakan tempat ibadah agama Islam, jika di gunakan oleh agama non Islam maka kedudukan Masjid akan sama dengan tempat ibadah lainnya. Alasan lainnya adalah bahwasannya tiap agama mempunyai tempat ibadah masing-masing, oleh karenanya jika ingin beribadah harus ke tempat ibadah agamanya masing-masing. 2.
Saran-saran a. Mengenai permasalahan yang acap kali timbul dan menjadi perhatian umat Islam di seluruh dunia, kita sebagai umat Islam harus berhati-hati dalam setiap tindakan baik dari segi perbuatan maupun dalam segi perkataan. Apalagi dalam masalah ibadah itu harus sangat berhati-hati. Karena ibadah merupakan ketundukan kita kepada Tuhan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Jika kita hanya mengikuti orang-orang yang di sekeliling kita dan kita tidak tahu hukumnya maka kita akan semakin jauh dengan Allah. Islam memang mengajarkan bahwa kita harus bertoleran kepada setiap agama akan tetapi toleran yang termasuk hak kemanusiaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah akidah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minhajul Muslim: Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim, penerjemah: Andi Subarkah, Solo: Insan Kamil,2008. Azis, Abdul, Kerukunan Beragama Sebagai Jalan Hidup Modern Tinjauan Hukum Sosiologis, Jakarta: Pustaka As-Sunnah,2006. Abu Abdullah Bin Yazid Al-Kuzaini, Sunan Ibnu Majah, (Bairut: Maktabah Abi Al-Muati, Juz 1. Abdul Hussain Muslim Bin Al-Hajjaj Bin Muslim Al-Husairi Annay Saburi, , Al Jami Ash-Shahih Al-Musamma Shahih Muslim, (Darul: Ihya Atturosi AlArab)i,juz.1 Abu Isy Muhammad Bin Isy At-Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, (Bairut: Darul Gharab Al-Islami), juz.4 Albani Al,Muhammad Nashruddin , Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Penerjemah: Muhammad Iqbal, Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2007. Ash-shabuni, M.Ali, Tafsir Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, Bandung: PT. Al-Marif, 1971. Ayub, Muhammad.E., Manajemen Masjid: Petunujk Praktis Bagi Pengurus, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Aminuddin, Zurnial Z , Fiqih Ibadah, Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syari Hidayatullah : Jakarta, 2008. Bali, Wahid Abdussalam, 474 Kesalahan Umum Dalam Aqidah Dan Ibadah Beserta Koreksinya, (Jakarta: Darul Haq, 2005 Connolly ,Peter , Aneka Pendekatan Study Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002. Djaelani ,Abdul Qadir , Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Dan Damai,Surabaya: Bina Ilmu, 1997. Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989. Ghazali Al,Syaikh Muhammad, Keislaman, Jakarta: Lentera Hati, 2011.
Al-Ghazali
Menjawab
100
Husain, Huri Yasin, Fiqih Masjid ,Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2011. 62
Soal
63
Harap, Sofyan Syafri, Manajemen Masjid :Untuk Kesejahteraan Umat, Jakarta: Pustaka Quantum Prima, 2000.
Meningkatkan
http://www.indonesiacapetown.org.za/latarbelakang.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cape_Town http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/12/07/06/m6qnzb-sejarah-islam-di-cape-town-1 http://mushypeas.org/history-self-professed-muslim-leader-taj-hargeypeople-smell-rat http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/14/09/20/nc7 3s8-di-masjid-terbuka-ini-perempuan-boleh-jadi-imam-lakilaki http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/09/20/nc6mfxdidemo-pendiri-masjid-khusus-gay-malah-salahkan-arab-saudi http://www.dream.co.id/news/masjid-di-afsel-jadi-tempat-perayaan-natal1412166.html http://wartasejarah.blogspot.com/2015/01/sejarah-kampung-maccasar-diafrika.html,di Mubawiy, Idris, Kamus Idris Marbawiy Arab Melayu, Dar Haya Al-Kutub Al Arabiyah Indonesia Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997. Naim, Sahibin, Toleransi Dalam Pergaulan Antara Umat Beragama, Jakarta: Gunung Agung,1983. Qahthani AL,Sa’id Bin Ali Bin Wahf, Adab Dan Keutamaan Menuju Masjid Dan Di Masjid Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2003. Rasyid, Mahmud Ahamd, Ensiklopedi Fatwa Syaikh Al-Bani,( Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006 Rukmana, Nana, Masjid Dan Dakwah: Merencanakan, Membangun,Dan Mengelola Masjid Mengemas Substansi Dakwah, Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan Spiritual,Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002. Saleh, Hasan, Kajian Jakarta:PT.Grafindo Persada2008.
Fiqh
Nabawi
dan
Fiqh
Kontemporer,
64
Shihab, M. Quraish, Kerukunan Beragama Dari Perspektif Negara, HAM, Dan Agama-agama, Jakarta:PT.MUI,1996. Supeno, Wahyudin, Perpustakaan Masjid Pembinaan Dan Pengembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Sutarmadi, Bangsa, 2012.
Ahmad,Manajemen
Masjid
Kontemporer,Jakarta:
Media
Syarif, Mujar Ibnu, Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam Komunitas Islam,Bandung: Angkasa, 2003. Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Shaleh, Qamaruddin dan DKK, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV.Ponegoro, 1995) Thabathaba’i, Allamah Sayyid Muhammad Husain, Inilah Islam: Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah,Jakarta: Pustaka Hidayah,1992. Usman, Husaini, dan Purnomo Sutiady Akbar, Metode Penelitian Sosial,Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Wanili, Khairuddin, Ensiklopedi Masjid Hukum, Adab Dan Bid’ahnya, Jakarta:Team Darus Sunnah, 2014. Yaqub, Ali Mustafa, Setan Berkalung Surban,Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2014.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
65
66
Narasumber
: Hj. Siti Hana, S.Ag., Lc, Ma
Jabatan
: Sekretaris Jurusan
Tempat Wawancara : Ruang Prodi PMH Waktu Wawancara 1.
: 28 April 2015, 12.36 WIB
Bagaimana Menurut Ibu Atau Bapak Toleransi terhadap non muslim? Al-Qur’an mengajarkan kita bahwa toleransi itu harus, artinya kita hidup dengan orang lain dengan non muslim itu harus dijaga kesopanannya, hak manusianya,
dan
menyangkut
masalah-masalah
hubungan
segala
kemanusiaan
macam.
tidak
Tetapi
ibadah. ada
tentunya
Secara
masalah
toleransi
hubungan
namun
yang
personal
sebaliknya
kita
tidak dan harus
menjaga baik hubungan tersebut. Selain itu mestilah kita mempersilahkan mengenai tempat dan kesempatan untuk non muslim beribadah dengan cara mereka tapi bukan berarti mengikuti ibadah meraka itulah yang disebut toleransi. Kita bisa menerima perbedaan orang lain dengan hati terbuka jadi tidak ada masalah. Semisal ada tetangga non muslim beribadah dengan cara dia dengan segala macam kita menerima itu karena memang pilihan mereka itulah yang disebut toleransi. Tetapi bukan toleransi jika kita mengikuti ibadah-ibadah dengan cara mereka, justru itu sudah termasuk kebablasan jika kita
mengikuti
ibadah-ibadah
mereka.
Toleransi
ialah
siap
menerima
perbedaan orang lain, akan tetapi kita juga harus menjaga aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah.
2. Bagaimana ketika masjid dijadikan tempat perayaan natal? Sesuatu itu harus berada pada tempatnya. Setiap agama mempunyai tempat untuk beribadah maka sebaiknya beribadah pada tempatnya masing-masing. Kecuali, dalam keadaan darurat misalnya terjadi banjir bandang yang besar, kebakaran yang besar orang Islam mengungsi di gereja, ataupun orang kristen mengungsi di masjid, itu masalah lain. Tapi kalau dalam keadaan normal atau kondisi biasa, atau tidak ada masalah apapun. Sebab orang Islam mempunyai masjid, orang kristen mempunyai gereja sebaiknya melaksanakan ibadahnya
67
di tempat masing-masing. Kenapa, agar tidak terjadi kerancuan. Tidak ada perbedaan antara agama satu dengan agama yang lain. Pengertian toleransi sendiri
adalah
kita
bisa
menerima
perbedaan
Bukan
meleburkan
perbedaannya menjadi satu. Kisah ketika umar bin khattab ke Palestina, Umar melihat ada sebuah Gereja yang dikenal dengan sebutan Greja Kiyamah dan ia memasukinya. Tepat pada tiba nya waktu shalat
di
shalat, kemudian seorang Nasrani
Greja
tersebut,
namun
Umar
menawarkannya untuk
menolaknya
dan
keluar
dan
mengerjakan shalat di luar area gereja tersebut. Dengan alasan apabila ia melakukan shalat di gereja tersebut maka umat muslim dikhawatirkan akan beranggapan bahwa tindakan Umar tersebut mestilah di ikuti, sehingga Umar menjauhkan diri dari presepsi buruk yang akan terjadi apabila hal tersebut ia lakukan maka umat muslim pun akan bertindak serupa yakni melaksanakan shalat di dalam gereja. Begitupun sebaliknya jangan sampai non muslim melaksanakan
ibadahnya
di
Masjid
karena
Umar
sendiri
menghindari
melaksanakan ibadah shalat di tempat ibadah umat lain, dalam hal ini gereja.
3.
Bagaimana pendapat ibu mengenai masjid tersebut dibuka untuk umum guna mempersatuakan hubungan antar umat beragama. Yang pertama adalah masjid tidak hanya untuk dijadikan tempat shalat, tetapi juga untuk berkumpul. Jadi setiap perkumpulan itu pasti adanya di masjid,
akan
tetapi
untuk
zaman
sekarang
itu
berbeda
karena
zaman
sekarang bisa saja kita berkumpul di aula, berkumpul di gedung bukan tempat pemersatunya perkumpulan. Kemudian tujuan Nabi muhammad datang dalam rangka berdakwah, bukan hanya tiba-tiba menyuruh mereka datang beribadah
tetapi untuk mengajak
mereka karena mereka belum mengerti tentang agama. Dan Ketika masjid terbuka tersebut ditujukan sebagai pemersatu umat Islam dengan umat lain justru akan memicu pertikaian umat Islam itu sendiri karena
sebuah
perbuatan
yang
dilakukan
pendiri
masjid
tersebut
adalah
perbuatan kontroversial ada yang pro dan ada yang kontra. Jadi walaupun
68
niatnya
untuk
mempersatukan
umat
justru
malah
akan
menajaga
jarak
antara umat Islam itu sendiri.
Jakarta 28 April 2015 Sekretaris jurusan
Hj. Siti hanna, S.Ag, Lc, Ma
68
69
Narasumber
: Dr. Ahmad Sudirman Abbas
Jabatan
: Dosen fakultas syariah dan hukum
Tempat wawancara
: Di Rumah
Waktu wawancara
: 22 April 2015, 17.30
1. Bagaimana menurut bapak tentang toleransi terhadap non muslim? Menelusuri ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai toleransi yang terdapat pada surat Al-Kafirun, dan makna ayat tersebut dapat kita pahami dari asbabun nuzul yang menerangkan tentang kesepakatan kaum Quraish untuk bertanya mengenai kehendak Rasulullah di utus apakah demi mencari harta, tahta, atau wanita. Dan Rasulullah menjawab dengan tegas di utusnya beliau di muka bumi ini buka karena misi tersebut. Dan kemudian turunlah wahyu Allah, yang menyatakan bahwa bagimu agamamu dan bagi ku agama ku yang berarti masalah agama tidak bisa di campur adukan dengan masalah muamalah.
2. Bagaimana menurut bapak ketika masjid dijadikan tempat perayaan natal? Masjid itu tempat ibadah umat muslim, jangankan untuk
Non muslim
memasuki masjid, seorang Muslim pun yang tubuhnya dalam keadaan najis itu dilarang untuk berdiam diri di masjid. Jadi untuk umat lain tidak bisa menggunakan masjid sebagai perayaan umatnya, karena umat beragama memiliki tempat ibadahnya masing-masing dan tempat ibadah tidak bisa di satukan karena akan menyebabkan tercampurnya pemikiran antara umat yang satu dengan umat beragama yang lain. Dan menelaah kembali sejarahnya ketika Umar bin Khattab melarang ahli kitab mendatangi masjid.
3. Bagaimana batasan toleransi terhadap non muslim? Islam itu tidak pernah memaksakan agama lain untuk berkeyakinan masuk ke dalam agama Islam. Tentang ibadah masing-masing, lakum dinukum waliyadin.
70
Jakarta, 22 April 2015 Dosen UIN Jakarta
Dr. Ahmad Sudirman Abbas
70
71
Narasumber
: Ahmad Bisyri Abdul Somad, M.Ag
Jabatan
: Dosen Fakultas Syariah Dan Hukum
Tempat wawancara
: Kampus Syariah Uin Syariah Dan Hukum
Waktu wawancara
: 29 april 2015, 14:09 WIB
1. Bagaimana menurut bapak toleransi terhadap non muslim? Toleransi ini terbagi dalam beberapa kategori , kalau dalam kategori masjid dijadikan perayaan natal itu tidak tepat karena memang di dalam alqur’annya tidak membolehkan. Dalam surat al-jinn ayat 18 Allah berfirman: )٨١:ّ (الجن Artinya:” Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. ( QS. Al-jinn:18)
Orang Islam saja ketika memasuki
masjid itu harus ada etikanya. Jadi
toleransi terhadap tempat peribadatan itu tidak tepat. Dalam sejarah Umar bin khattab pada tahun 17 hijriah ketika tiba waktu shalat dan dia diizinkan untuk shalat di gereja tersebut dan beliau tiadak bersedia, karena memang bukan tempatnya ia shalat di gereja tersebut khawattir umat Islam akan timbul penafsiran yang berbeda di kemudian hari. Jadi kalau kasus di Afrika punya kasus tersendiri tapi secara parameter al-Qur’an tidak boleh. Dalam masa sejarah
toleransi terhadap ibadah
terhadap yang lain itu banyak.
itu tidak ada tapi
toleransi
72
2. Bagaimana ketika masjid dijadikan tempat perayaan natal? Setiap agama mempunyai tempat masing-masing, selama ini minoritas di tengah mayoritas muslim dalam sejarahnya, kalaupun pemerintah Islam misalnya di Mesir, Marwan bin Abdul Malik membangun gereja di daerah komunitas kristen namanya di daerah khalwan pada masa Muawiyah. Ketika Ia menjadi seorang khalifah itu pun Ia membangun gereja di tengah komunitas orang kristen. Namun intinya pelakasanaan perayaan natal di masjid Cape Town sudah bertentangan. Berpatokan kembali pada Al-Qur’an surat al-jinn ayat 18. 3. Bagaimana batasan toleransi terhadap non muslim? Perbedaan
dalam kita
memberikan
toleransi
selama
kita
tidak
.
mengorbankan prinsip-prinsip Islam yang sudah baku dalam Islam. Kalau itu dilanggar maka kita akan menjadi murtad. Seperti halnya masalah trinitas, kita tidak bisa mentolerir hal tersebut karena hal itu merupakan akidah. Jadi masalah toleransi mengenai akidah atau prinsip itu tidak boleh, yang diperbolehkan yakni mengenai masalah muamalah. Dalam hal lain ibadah yang mereka lakukan, kita pun mempersilahkannya asal kegiatan ibadah tersebut dilaksanakan di tempat mereka dan janganlah kita larang karena Islam tidaklah memaksa dalam hal keyakinan. Adapun Ayat yang membolehkan umat muslim berbuat baik pada non muslim Allah berfirman dalam surat al-mumtahanah ayat 8
73
) ١: (الممتحنه
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. (QS.Al-Mumtahana:8)
Jadi dalam ayat di atas menjelaskan bahwa selama mereka berbuat baik kepada kita, kita pun harus berbuat baik kepada mereka.
Jakarta, 29 April 2015 Dosen UIN Jakarta
Ahmad Bisyri Abdul Somad, M.Ag