MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN
1. PENDAHULUAN 1.1. Lingkup dan Tujuan
1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan : • Mempunyai pengembangan secara permanen dan menerus minimum pada salah satu sisinya, jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk > 100.000 orang. • Indikasi antara lain karakteristik arus lalu lintas puncak pagi dan sore (didominasi kend. Pribadi dan sepeda motor), peningkatan arus yang cukup pada jam puncak. • Tipe jalan perkotaan adalah : 2/2 UD, 4/2 UD, 4/2 D, 6/2 D, Jalan satu arah (1-3/1)
1.1.1. Penggunaan Tipe Jalan ini tidak harus berkaitan dengan sistem klasifikasi fungsional jalan Indonesia, UU Jalan No. 13, 1980 & UU tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan No. 14 tahun 1992. Dapat digunakan pada kondisi:
• Alinyemen datar atau hampir datar • Alinyemen horisontal lurus atau hampir lurus • Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan
1.1.3. Segmen Jalan : • Diantara simpang dan tidak terpengaruh oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama dan • Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan.
Batas segmen jalan perkotaan dapat berupa : Perubahan karakteristik jalan yang berarti walaupun tidak ada simpang di dekatnya.
Penentuan akses segmen jalan ke jalan perkotaan bebas hambatan •
Jalur hubung dan daerah jalinan harus dipisahkan dari jalan umum. • Analisa menggunakan prosedur jalinan dan/ atau jalan bebas hambatan.
1.1.4. Jaringan jalan/koridor dibagi dalam komponen sbb : • • • •
Segmen jalan Simpang bersinyal Simpang tak bersinyal Bagian Jalinan
Analisa masing-masing kemudian digabung untuk memperoleh kapasitas dan kinerja sistem secara menyeluruh.
Jika analisa jaringan diperlukan prosedur perhitungan segmen jalan dapat digunakan pada dengan cara:
• Hitung waktu tempuh, dengan prosedur segmen jalan perkotaan seolah-olah tidak ada gangguan dari persimpangan untuk daerah jalinan. • Untuk setiap simpang atau daerah jalinan utama pada jaringan, hitung tundaannya. • Tambahkan tundaan simpang/jalinan ke waktu tempuh tak terganggu (untuk memperoleh waktu tempuh keseluruhan) • Kecepatan rata-rata adalah jarak keseluruhan dibagi waktu tempuh keseluruhan.
1.2. KARAKTERISTIK JALAN 1.2.1. Geometrik • Tipe jalan berpengaruh terhadap kinerja jalan (seperti : UD/D/SATU ARAH • Lebar jalur lalu lintas (lebar bertambah kecepatan arus bebas dan kapasitas bisa bertambah) • Karakteristik bahu (sebagai batas denan trotoar berpengaruh pada hambatan samping, kapasitas dan kecepatan) • Median (dengan adanya median dapat meningkatkan kapasitas) • Lengkung vertikal (makin berbukit makin lambat kecepatn kendaraan) • Lengkung horizontal (jari-jari tikungan tajam makin memaksa kendaraan bergerak makin lambat) • Jarak pandang
KOMPOSISI ARUS DAN PEMBAGIAN ARAH : Pembagian arah lalu lintas Komposisi lalu lintas, mempengaruhi hubungan aruskecepatan jika kapasitas dinyatakan dalam kend. per jam
PENGENDALIAN LALU-LINTAS : Batas kecepatan (jarang diberlakukan => hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas), Kinerja lalu-lintas dipengaruhi oleh : pembatas parkir, berhenti sepanjang sisi jalan, akses tipe kendaraan tertentu, akses dari lahan samping jalan
TATA GUNA LAHAN DAN AKTIVITAS SAMPING JALAN : Aktivitas samping jalan menimbulkan hambatan samping seperti : pejalan kaki, angkutan umum dan kendaraan lain yang berhenti, kendaraan lambat, keluar masuknya kendaraan dari samping jalan. Oleh karena itu maka MKJI mengelompokannya dalam lima kelas (sangat rendah => sangat tinggi sebagai fungsi frekuensi kejadian sepanjang segmen jalan yang diamati.
PERILAKU PENGEMUDI DAN POPULASI KENDARAAN Di Indonesia perilaku pengemudi dan tingkat perkembangan daerah perkotaan menunjukkan keanekaragaman. Begitu pula dengan populasi kendaraan dalam umur, tenaga dan kondisi kendaraan. Pengaruh-pengaruh ini diperhitungkan dalam UKURAN KOTA.
DEFINISI DAN ISTILAH D
Kapasitas (PCU/h) Arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi tertentu
DS
Derajat Kejenuhan Rasio arus terhadap kapasitas
Wc
Lebar Jalur
Lebar (m) jalur jalan yang digunakan untuk lalu lintas, tidak termasuk bahu
Ws
Lebar Bahu
Lebar bahu (m) di samping jalur jalan
Wk
Jarak Penghalang Kereb
Jarak dari kereb ke penghalang di trotoar misal pohon, tiang lampu)
Q
Traffic Flow
Jumlah kendaraan bermotor yang melalui suatu titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam (Qkend), smp/jam (Qsmp) atau AADT
JUMLAH LAJUR JALAN PERKOTAAN Lebar Jalur Efektif Wce (m)
Jumlah lajur
5 – 10,5
2
10,5 - 16
4
UKURAN KOTA UNTUK JALAN PERKOTAAN
Ukuran Kota (juta penduduk) < 0,1
Kelas Ukuran Kota CS Sangat kecil
0,1 – 0,5
Kecil
0,5 – 1,0
Sedang
1,0 – 3,0
Besar
> 3,0
Sangat besar
KELAS HAMBATAN SAMPINGAN JALAN PERKOTAAN Kelas Hambatan Samping (SFC)
Kode
Jumlah berbobot kejadian per 200 m per jam (dua sisi)
Kondisi khusus
VL
< 100
Daerah pemukiman; jalan samping tersedia
Rendah
L
100 – 299
Daerah pemukiman, bbrp angkt, umum tersedia
Sedang
M
300 – 499
Daerah industri; bbrp toko sisi jalan
Tinggi
H
500 –899
Daerah Komersial; aktivitas sisi jalan tinggi
Sangat rendah
Sangat tinggi
VH
900
Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan
2. METODOLOGI 2.1. Pendekatan umum 2.2. Variabel
2.3. Hubungan Dasar 2.4. Karakteristik Geometrik 2.5. Panduan Rekayasa Lalu Lintas 2.6. Bagan Alir Prosedur Perhitungan
2.1. PENDEKATAN UMUM Prosedur perhitungan dalam Bab ini secara umum, serupa dengan US Highway Capacity Manual 1994 dan 2000) 2.1. Tipe Perhitungan • Kecepatan arus bebas, • kapasitas, • derajat kejenuhan, • kecepatan pada kondisi arus sesungguhnya, • Arus lalu lintas yang dapat ditampung oleh segmen jalan tertentu dengan mempertahankan tingkat kinerja atau derajat kejenuhan tertentu.
2.1.2. Tingkat Analisis • Tahap analisis operasional dan perencanaan • Tahap perancangan, • Perbedaannya adalah tingkat ketelitiannya 2.1.3. Periode Analisis • Analisis kapasitas, arus dan kecepatan menggunakan periode satu jam puncak untuk operasional dan perencanaan. • Untuk perancangan digunakan AADT yang dikonversikan ke arus dengan tabel yang disediakan 2.1.4. Jalan terbagi dan tak terbagi • Untuk jalan tak terbagi analisanya berdasarkan gabungan kedua arah pergerakan • Untuk jalan terbagi perlakuannya terpisah untuk masing-masing lintasan seperti jalan satu arah.
2.2. VARIABEL 2.2.1. Arus dan komposisi lalu lintas Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (smp) Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah dalam faktor penyesuaian hambatan samping.
2.2.2. Kecepatan Arus Bebas FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVcs 2.2.3. Kapasitas C = C0 x FCw x FCSP x FCSF x FCCS 2.2.4. Derajat Kejenuhan DS = Q/C 2.2.5. Kecepatan V = L/TT
2.2.6. Perilaku Lalu Lintas Berdasarkan nilai-nilai dari kecepatan, derajat kejenuhan
2.3. HUBUNGAN DASAR
2.3.1. Hubungan Kecepatan – arus – kerapatan V = FV x [ 1- D/Dj)(1-1)]1(1-1) D0/Dj = [(1-m)/(1-m)]1/(1-1)
2.4. KARAKTERISTIK GEOMETRIK
2.4.1. Jalan Dua-Lajur Dua Arah Tak Terbagi (2/2 UD) Lebar Jalur lalu-lintas lebih kecil atau sama dengan 10,5 m Kondisi Dasar tipe jalan ini : 1. Lebar Jalur lalu lintas 7,0 m 2. Lebar bahu efektif 2 m pada masing-masing sisi
3. Tidak ada median 4. Pemisahan arah lalu lintas 50-50 5. Kelas hambatan samping rendah (L)
6. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta 7. Tipe alinemen datar
2.4.2. Jalan Empat-Lajur Dua Arah Tak terbagi (4/2D) Lebar jalur lalu-lintas lebih dari 10,5 m kurang dari 16 m. Kondisi Dasar tipe Jalan ini : 1. Lebar jalur 3,5 m (lebar jalur lalu lintas total 14,0 ) 2. Kereb (tanpa bahu) 3. Jarak kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2 m 4. Tidak ada median 5. Pemisahan arah lalu lintas 50-50 6. Kelas hambatan samping : Rendah (L) 7. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta 8. Tipe alinemen : datar
2.4.3. Jalan Enam-Lajur Dua Arah Terbagi (6/2 D) Lebar jalur lalu-lintas lebih dari 18 m kurang dari 24m. Kondisi Dasar tipe jalan ini : 1. Lebar jalur 3,5 (lebar jalur lalu lintas total 21,0 m) 2. Kereb (tanpa bahu) 3. Jarak antar kereb dan penghalang terdekat pada trotoar 2m 4. Ada median 5. Pemisahan arah lalu lintas 50-50 6. Kelas hambatan samping : Rendah (L) 7. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta 8. Tipe alinemen : datar
2.4.4. Jalan satu arah Lebar jalur lalu-lintas dari 5 m sampai dengan 10,5 m Kondisi Dasar tipe Jalan ini : 1. Lebar jalur lalu lintas 7 m 2. Lebar bahu paling efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi 3. Kelas hambatan samping : Rendah (L) 4. Ukuran kota 1,0 – 3,0 juta 5. Tipe alinyemen : datar
2.5. PANDUAN REKAYASA LALU LINTAS 2.5.1. Tujuan Memberikan saran rentang arus lalu lintas yang layak untuk tipe dan denah standar jalan perkotaan dalam masalah perancangan, perencanaan dan operasional. 2.5.2. Tipe jalan standar dan penampang melintang : • Parameter perencanaan untuk kelas jalan yang berbeda • Tipe penampang melintang dalam batasan tertentu berkenaan dengan lebar jalan dan bahu. • Sejumlah standar tipe penampang melintang telah dipilih untuk penggunaan khusus seperti yg ditunjukkan pada Tabel 2.5.2:1. • Semua penampang melintang diasumsikan mempunyai bahu berkerikil yg dapat digunakan untuk parkir dan kendaraan berhenti, tetapi bukan untuk dilalui lalu-lintas.
2.5.3. Pemilihan tipe jalan dan penampang melintang a. b. c. d. e.
Dokumen standar jalan Pertimbangan ekonomi Kinerja lalu lintas Pertimbangan keselamatan lalu lintas Pertimbangan Lingkungan
2.5.4. Perencanaan Rinci • Sesuaikan dengan dokumen standar yang ada • Standar jalan sedapat mungkin tetap sepanjang rute • Bahu jalan harus rata dan sama tinggi dengan jalur lalu lintas • Halangan terletak jauh diluar bahu jalan
Jalan Perkotaan : Pembuatan Jalan baru Tipe
Kondisi Hambatan
Rentang ambang arus lalu lintas (kend/jam) Tahun ke1 Tipe jalan/lebar jalur lalu lintas (m)
Alinemen Samping
2/2 UD
Datar
Rendah
4,5 < 300
Datar
Rendah
< 300
Bukit/ Gunung
Tinggi
<300
Bukit/ Gunung
Rendah
< 250
6 250 300 200 300 250 300 200 250
7 300 450 250 350 300 400 300 350
4/2 D 10 450 550 350 500 450 500 350 450
12 450 550
450 500
14 550 650 450 500 500 600 450 500
4/2 D 12 650 950 500 700 600 650 500 700
14 800 1250 700 250 800 950 700 950
6/2D 21 < 1450 > 1450 > 1450 > 1350
Tabel 2.5.3.1 Rentang Arus Lalu Lintas (jam puncak tahun ke 1) untuk memilih tipe jalan
Pelebaran (Peningkatan Jalan) Kondisi
Ambang arus lalu lintas (kendaraan/jam)tahun ke 1 Tipe jalan/pelebaran lebar jalur dari … ke … (m)
Tipe
Hambatan
2/2 UD
4/2 UD
½ UD
Alinyemen
Samping
4,5 ke 6
4,5 ke 7
Datar
Rendah
250
400
700
1050
1100
1200
Datar
Tinggi
200
350
650
950
1050
1100
Bukit/Gunu Rendah ng
200
350
650
950
1050
1100
Bukit/Gunu Tinggi ng
150
300
550
850
950
1050
6 ke 9 7 ke 10 7 ke 12 7 ke 14
Tabel 2.5.3.2 Rentang Arus Lalu Lintas (jam puncak tahun ke 1) untuk pemilihan tipe jalan
Kelandaian Khusus Definisi: Suatu bagian jalan yang curam secara menerus Khusus untuk jalan 2 lajur 2 arah tak terbagi pada alinyemen bukit dan gunung Kelandaian (> 3% rata-rata) untuk keseluruh segmen Pengaruh :Pengurangan kapasitas dan penurunan kinerja Panduan Rekayasa Lalu Lintas Bertujuan : Saran penyelesaian saat melakukan perencanaan & analisis operasional jalan dengan kelandaian khusus Standar tipe & penampang melintang Pemilihan tipe jalan dan penampang melintang
Jalan Perkotaan (?) Tipe Jalan
Kelas Jarak
Lebar Lajur Lalu Lintas
Kode
Pandang
Tanjakan
Turunan
Gunung
2/2 UD
A
3,5
3,5
1,0
2/2 UD Lajur pendakian
A
6,0
3,5
1,0
Tabel 2.5.5.1 Penampang melintang yang digunakan dalam analisis kelandaian khusus
Ambang Arus Lalu Lintas (Kendaraan/Jam) Tahun 1 Panjang
Kelandaian 3%
5%
7%
0,5 km
500
400
300
1 km
325
300
300
Tabel 2.5.5.2 Ambang arus lalu lintas (tahun 1, jam puncak) untuk lajur pendakian pada kelandaian khusus di jalan perkotaan dua arah (umur rencana23 tahun)
Jumlah Lajur Lebar Jalur Efektif WCe (m)
Jumlah Lajur
5 - 10,5
2
10,5 - 16
4
3. PROSEDUR PERHITUNGAN LANGKAH A: DATA MASUKAN LANGKAH A-1: DATA UMUM a) Penentuan Segmen b) Data Identifikasi segmen LANGKAH A-2 KONDISI GEOMETRIK Rencana situasi Penampang melintang jalan Kondisi pengaturan lalu lintas LANGKAH A-3 KONDISI LALU LINTAS
Ukuran Kota Ukuran Kota (Juta pend.) < 0,1 0,1 – 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0 >3,0
Kelas Ukuran Kota CS Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar
Tabel A-3:1 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi Jenis Jalan: Jalan tak terbagi
Dua-lajur tak terbagi (2/2 UD) Empat-lajur tak terbagi (4/2 UD)
Arus Lalu lintas Total Dua Arah (kend/jam)
0 1800 0 3700
emp
1,3 1,2
SM Lebar Jalan WCe (m) >6 6 0,5 0,40 0,35 0,25
1,3 1,2
0,40 0,25
KB
Tabel A-3:2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah Jenis Jalan: Jalan satu arah dan Jalan terbagi Dua-lajur satu-arah (2/1) dan Empat-lajur terbagi (4/2 D)
Arus Lalu lintas Total Dua Arah (kend/jam) 0 1050
Tiga-lajur satu-arah (3/1) dan Enam-lajur terbagi (6/2 D)
0 1100
emp KB
SM
1,3 1,2
0,40 0,25
1,3 1,2
0,40 1,25
Tabel A-4:1 Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan Kelas Hambatan Samping (SFC)ada Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Kode Jumlah Berbobot kejadian per 200 m per jam (dua sisi) VL L M H VH
< 100 100 – 299 300 – 499 500 – 899 > 900
Kondisi Khusus
Daerah pemukiman; ada jalan samping Daerah pemukiman; bbrp angkt umum Daerah industri; bbrp toko di sisi jalan Daerah komersial; akt. sisi jalan tinggi Daerah komersial; aktv. pasar di sisi jl.
Kecepatan arus bebas kendaraan ringan FV = (FV0 +FVW) x FFVSF x FFVCS Dimana: FV = kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam) FV0 = kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FVW = FP lebar lajur lalu lintas efektif (km/jam) FFVSF = FP hambatan samping FFVCS = FP ukuran kota
Tabel B-1:1 Kecepatan Arus Bebas Dasar FV0 untuk Jalan Perkotaan Jenis Jalan
Kendaraan Kendaraan Ringan Berat KR KB
Sepeda Motor SM
Semua Kendaraan (rata-rata)
Enam lajur terbagi (6/2 D) atau Tiga lajur satu arah (3/1)
61
52
48
57
Empat lajur terbagi (4/2 D) atau Dua lajur satu arah (2/1)
57
50
47
55
Empat lajur tak terbagi (4/2 UD)
53
46
43
51
Dua lajur tak terbagi (2/2/ UD)
44
40
40
42
Tabel B-2:1 FP FVW untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan Jenis Jalan
Lebar Jalur Lalu Lintas Efektif (WC) (m)
FVW (km/jam)
Empat lajur terbagi atau Jalan satu arah
Per lajur
3,00 3,25 3,50 3,75 4,00
-4 -2 0 2 4
Empat lajur tak terbagi
Per lajur
3,00 3,25 3,50 3,75 4,00
-4 -2 0 2 4
Dua lajur tak terbagi
Total
5 6 7 8 9 10 11
-9,5 -3 0 3 4 6 7
Tabel B-3:1 FP FFVSF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan Dengan Bahu Jenis Jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Lebar Bahu Lebar Bahu efektif rata-rata WS (m) ≤ 0,50
1,0
1,5
≥ 2,0
Empat lajur terbagi 4/2 D
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
1,02 0,98 0,94 0,89 0,84
1,03 1,00 0,97 0,93 0,88
1,03 1,02 1,00 0,96 0,92
1,04 1,03 1,02 0,99 0,96
Empat lajur terbagi 4/2 UD
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
1,02 0,98 0,93 0,87 0,80
1,03 1,00 0,96 0,91 0,86
1,03 1,02 0,99 0,94 0,90
1,04 1,03 1,02 0,98 0,95
Dua lajur tak terbagi 2/2 UD
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
1,00 0,96 0,90 0,82 0,73
1,01 0,98 0,93 0,86 0,79
1,01 0,99 0,96 0,90 0,85
1,01 1,00 0,99 0,95 0,91
Tabel B-3:2 FP FFVSF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Jarak Kerb Pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan Dengan Kerb Jenis Jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Jarak Kerb Jarak Kerb WK (m)
≤ 0,50
1,0
1,5
≥ 2,0
Empat lajur terbagi Sangat rendah 4/2 D Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
1,00 0,97 0,93 0,87 0,81
1,01 0,98 0,95 0,90 0,85
1,01 0,99 0,97 0,93 0,88
1,02 1,00 0,99 0,96 0,92
Empat lajur terbagi Sangat rendah 4/2 UD Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
1,00 0,96 0,91 0,84 0,77
1,01 0,98 0,93 0,87 0,81
1,01 0,99 0,96 0,90 0,85
1,02 1,00 0,98 0,94 0,90
Dua lajur tak terbagi 2/2 UD
0,98 0,93 0,87 0,78 0,68
0,99 0,95 0,89 0,81 0,72
0,99 0,96 0,92 0,84 0,77
1,00 0,98 0,95 0,88 0,82
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Tabel B-4:1 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota Ukuran Kota (Juta pend.)
Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
< 0,1 0,1 – 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0 >3,0
0,90 0,93 0,95 1,00 1,03
Kapasitas C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam) Dimana: C
= kapasitas
C0
= kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = FP lebar jalur lalu lintas FCSP = FP pemisahan arah FCSF = FP hambatan samping FCCS = FP ukuran kota
Tabel C-1:1 Kapasitas Dasar C0 untuk Jalan Perkotaan Jenis Jalan
Kapasitas Dasar (smp/jam)
Komentar
Empat-lajur terbagi atau Jalan satu-arah
1650
Per lajur
Empat-lajur tak terbagi
1500
Per lajur
Dua-lajur terbagi
2900
Total dua-arah
Faktor Penyesuaian FCW Lebar Lajur Jenis Jalan
Lebar Lajur Efektif (WC) (m)
Empat-lajur terbagi atau Jalan satu-arah
Per lajur
Empat-lajur tak terbagi
Per lajur
Dua-lajur terbagi
FCW
3,0 3,25 3,50 3,75 4,00
0,92 0,96 1,00 1,04 1,08
3,0 3,25 3,50 3,75 4,00
0,91 0,95 1,00 1,05 1,09
Total dua arah 5 6 7 8 9 10 11
0,56 0,87 1,00 1,14 1,25 1,29 1,34
Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah Pembagian Arah %-% FCSP Dua-lajur 2/2
50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 1,00
0,97
0,94
0,91
0,88
Empat-lajur 4/2 1,00
0,985
0,97
0,955 0,94
FP FCSF untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu Pada Kapasitas untuk Jalan Perkotaan Dengan Bahu Jenis Jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
Faktor Penyesuaian untuk Hambatan Samping dan Lebar Bahu Lebar Bahu efektif rata-rata WS (m) ≤ 0,50
1,0
1,5
≥ 2,0
Empat lajur terbagi 4/2 D
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
0,96 0,94 0,92 0,88 0,84
0,98 0,97 0,95 0,92 0,88
1,01 1,00 0,98 0,95 0,92
1,03 1,02 1,00 0,98 0,96
Empat lajur terbagi 4/2 UD
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
0,96 0,94 0,92 0,87 0,80
0,99 0,97 0,95 0,91 0,86
1,01 1,00 0,98 0,94 0,90
1,03 1,02 1,00 0,98 0,95
Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau Jalan satu-arah
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
0,94 0,92 0,89 0,82 0,73
0,96 0,94 0,92 0,86 0,79
0,99 0,97 0,95 0,90 0,85
1,01 1,00 0,98 0,95 0,91
FP FCSF Pengaruh Hambatan Samping dan Jarak Kerb Pada Kapasitas untuk Jalan Perkotaan Dengan Kerb Jenis Jalan
Kelas Hambatan Samping (FCSF)
FP untuk Hambatan Samping dan Jarak Kerb Jarak Kerb – Penghalang WK (m) ≤ 0,50
1,0
1,5
≥ 2,0
Empat lajur terbagi 4/2 D
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
0,95 0,94 0,91 0,86 0,81
0,97 0,95 0,93 0,89 0,85
0,99 0,98 0,95 0,92 0,88
1,01 1,00 0,98 0,95 0,92
Empat lajur terbagi 4/2 UD
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
0,95 0,93 0,90 0,84 0,77
0,97 0,95 0,92 0,87 0,81
0,99 0,97 0,95 0,90 0,85
1,01 1,00 0,97 0,93 0,90
Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau Jalan satu-arah
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
0,93 0,90 0,86 0,78 0,68
0,95 0,92 0,88 0,81 0,72
0,97 0,95 0,91 0,84 0,77
0,99 0,97 0,94 0,88 0,82
Tabel C-2:1 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FCCS Ukuran Kota (Juta penduduk)
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota FCCS
<0,1 0,1 – 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0 >3,0
0,86 0,90 0,94 1,00 1,04
Contoh 1. • Geometrik: Lebar jalur efektif 6,0 m Lebar bahu 1,0 m • Lalu Lintas: Pemisah arah 70-30 • Lingkungan: - Ukuran kota 700.000 penduduk - Banyak angkutan kota - Banyak Pejalan kaki - Bbrp kend.menggunakan akses sisi jalan • Pertanyaan: - Berapa kapasitas segmen? - Berapa arus maksimum yang dapat dilalui pada kecepatan 30 km/jam?
Contoh 2.
Contoh 3.
Tabel C-2:1 FP Kapasitas untuk pengaruh Lebar Lajur (FCW)
Tabel C-3:1 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisahan Arah (FCSP)
Tabel C-4:1 FP Kapasitas untuk pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF) pada Jalan Perkotaan dengan Bahu
Tabel C-4:2 FP Kapasitas untuk pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF) pada Jalan Perkotaan dengan Kereb
Tabel C-5:1 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCSC)