J Kedokter Trisakti
Januari-April 2002, Vol.21 No.1
Manfaat suplementasi seng (zinc) pada kelompok usia lanjut Adi Hidayat Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
ABSTRACT The rise in number and proportion of older people has led to much concern about societal consequences, including health. Aging is associated with increased disability and loss of independence with functional impairments such as loss of mobility, sight, and hearing. Natural killer (NK) cells play a role in natural immunity against tumor and infected cells. Advanced aging is associated with functional impairment of NK cells and increased susceptibility to nutritional deficiencies. Older persons with inadequate dietary habits tend to be at risk for mild to moderate zinc deficiency. Symptoms of zinc deficiency include slow wound healing, increased risk of infection, and a loss of taste and smell acuity. Zinc deficiency in the elderly is suspected as a possible factors in Alzheimer’s disease. Studies with zinc supplementation in Alzheimer patients result in improvement of memory, communication, understanding, and social contact. Most older persons can achieve an adequate zinc intake by eating a variety of foods each day, including meat, fish, and poultry. Zinc supplementation in the elderly corrected zinc deficiency, significantly increased thymulin activity, and counteracts with the low immune function associated with aging. Key words : Zinc supplementation, elderly, infection, immunity
ABSTRAK Meningkatnya jumlah dan proporsi usia lanjut tidak saja menimbulkan keprihatian terhadap satus kesehatan usia lanjut tetapi juga akibat sosial yang ditimbulkan. Bertambahnya usia seseorang erat kaitannya dengan bertambahnya ketidak mampuan dan meningkatnya ketergantungan yang berkaitan dengan gangguan fungsional seperti menurunnya kemampuan gerakan tubuh, pandangan dan penglihatan. Sel natural killer berperan penting pada sistem kekebalan terhadap tumor dan meningkatnya kerentanan akibat defisiensi gizi. Usia lanjut dengan asupan makanan yang tidak adekuat cenderung mengalami defisiensi seng yang ringan dan sedang. Gejalagejala defisiensi seng mencakup terlambatnya penyembuhan luka, meningkatnya risiko terkena infeksi, kehilangan ketajaman pengecapan dan penglihatan. Defisiensi seng pada usia lanjut diduga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit Alzheimer. Penelitian pada penderita Alzheimer menunjukkan bahwa suplementasi seng memperbaiki daya ingat, komunikasi, pengertian dan kontak sosial para penderita. Umumnya usia lanjut dapat memenuhi kebutuhan seng secara adekuat dengan memakan makanan yang bervariasi setiap hari termasuk daging, ikan dan ayam. Suplementasi seng pada usia lanjut mampu memperbaiki keadaan defisiensi seng, meningkatkan aktifitas timulin secara bermakna, dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Kata kunci : Suplementasi seng, usia lanjut, infeksi , kekebalan
PENDAHULUAN Kelompok usia lanjut adalah orang yang berumur 55 tahun ke atas, sedangkan batasan dari World Health Organization (WHO) yaitu orang 40
yang berumur lebih dari 60 tahun ke atas.(1) Sebagai dampak dari semakin baiknya derajat kesehatan masyarakat, angka harapan hidup atau life
J Kedokter Trisakti
expectancy di Indonesia secara bertahap mengalami peningkatan yang cukup berarti dari hanya 45,7 tahun pada tahun 1970 menjadi 62,7 tahun pada tahun 1994. Bahkan pada tahun 1997, angka harapan hidup telah meningkat lagi menjadi sekitar 64,3 tahun, kira-kira 19 tahun lebih panjang dibandingkan rata-rata usia harapan hidup manusia Indonesia tiga puluh tahun sebelumnya.(2) Implikasi demografis yang kemudian muncul adalah jumlah penduduk usia lanjut makin meningkat dari 5,3 juta jiwa pada tahun 1970 menjadi 7,9 juta pada tahun 1980. Bila dibandingkan dengan total jumlah penduduk, proporsi penduduk usia lanjut meningkat dari 4,5% pada tahun 1970 menjadi 5,5% pada tahun 1980. Berdasarkan perkiraan Biro Pusat Statitik, pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 30 juta jiwa penduduk adalah mereka yang termasuk dalam penduduk usia lanjut. Hal ini berarti dalam tiga dekade antara tahun 1980-2010, jumlah penduduk usia lanjut meningkat lebih dari tiga kalinya.(3) Bertambahnya usia berhubungan dengan meningkatnya ketidak mampuan dan ketergantungan seseorang sebagai akibat terjadinya penurunan berbagai fungsi tubuh seperti menurunnya kemampuan pergerakan tubuh, koordinasi otot dan saraf, penglihatan serta pendengaran. Penurunan tersebut berpengaruh terhadap metabolisme tubuh, asupan makanan, aktifitas fisik dan risiko terkena penyakit. Dan pada akhirnya seringkali usia lanjut tidak mampu mengatasi masalah kesehatannya sendiri. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang para usia lanjut sangat tinggi dan seringkali baru disadari pada saat usia lanjut harus dirawat di rumah sakit. (4) Sebuah penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa, sekitar duapertiga usia lanjut menderita defisiensi tiamin.(5) Fungsi kekebalan juga mengalami penurunan dengan meningkatnya usia, mengakibatkan meningkatnya kejadian infeksi dan keganasan. Beberapa penyakit seringkali ditemukan pada usia lanjut, misalnya osteoporosis, penyakit rematik, penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes melitus, penyakit infeksi paru-paru menahun dan keganasan (kanker). Penelitian tentang fungsi kekebalan pada usia lanjut memperkenalkan suatu pemikiran bahwa sistem
Vol.21 No.1
kekebalan pada usia lanjut mempunya karakteristik yang spesifik, sistem kekebalan bukan saja akan menurun dengan meningkatnya usia, namun gangguan regulasi sistem kekebalan akan semakin progresif sepanjang kehidupannya.(6) Perubahan awal terjadi pada sistem kekebalan seluler dibandingkan humoral, evolusi sistem kekebalan berkaitan dengan menurunnya fungsi timus. Faktor gizi berperan penting terhadap respons kekebalan pada usia lanjut, sekalipun pada usia lanjut yang sehat. Kekurangan gizi banyak dijumpai di negara sedang berkembang dan kekurangan seng ditemukan pada berbagai jenis penyakit. Seng sudah dikenal sejak kurang lebih lima puluh tahun yang lalu sebagai mineral yang esensial diperlukan oleh tubuh. Pada hampir setiap sel dalam tubuh terdapat seng dan berperan penting terhadap sekitar 300 jenis enzim yang berguna bagi berbagai proses biokimia dalam tubuh. Seng diketahui berperan penting terhadap sistem kekebalan dan ketahanan tubuh terhadap berbagai jenis infeksi dan penyakit. Defisiensi seng pada seseorang meningkatkan kerentanan terhadap berbagai jenis kuman patogen.(7) Defisiensi seng pada usia lanjut Pada usia lanjut risiko untuk mengalami defisiensi seng yang ringan dan sedang semakin besar akibat asupan makanan yang tidak adekuat, menurunnya absorpsi seng, atau obat-obatan yang digunakan dapat menghambat penyerapan seng oleh tubuh, atau meningkatnya pengeluaran seng dari dalam tubuh. Gejala-gejala defisiensi seng yang dapat terjadi adalah terlambatnya proses penyembuhan luka, meningkatnya risiko terkena infeksi, penurunan ketajamanan sistem pengecapan dan penciuman. (8) Diagnosis defisiensi seng ditegakkan berdasarkan ringkasan kebiasaan makan penderita, dan tes laboratorium seringkali kurang mendukung terjadinya defisiensi seng pada usia lanjut. Seringkali hasil pemeriksaan laboratorium penderita usia lanjut yang di rawat di rumah sakit tidak menunjukkan adanya penurunan kadar seng dalam darahnya, tetapi usia lanjut tersebut sudah mengalami gejala-gejala defisiensi seng. Banyak usia lanjut sebenarnya mampu mendapatkan asupan 41
Hidayat
makanan yang adekuat dengan cara makan makanan yang bervariasi setiap hari termasuk daging, ikan dan ayam. Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan, sintesis DNA, fungsi nerosensoris, dan sistem kekebalan seluler. Seng berperan penting pada sistem kekebalan yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap infeksi dan pertumbuhan tumor. Kadar seng yang rendah mengakibatkan menurunnya hormon timik (thymic) yang dapat menggangu fungsi pertahanan tubuh. Pada usia lanjut asupan seng mengalami penurunan dan defisensi seng yang terjadi dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan seluler. Seratus delapan usia lanjut yang sehat dipilih secara random dan hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan makanan seng besarnya 9,06 mg/ hari, jauh di bawah kebutuhan yang dianjurkan sebesar 11 mg/hari. Kadar seng dalam plasma normal, tetapi kadar seng dalam granulosit dan limfosit menurun. Respons kulit terhadap antigen menurun dan terjadi penurunan ketajaman pengecapan. Ternyata suplementasi seng mampu memperbaiki defisiensi seng pada usia lanjut, respons kulit terhadap antigen meningkat dan ketajaman pengecapan mengalami perbaikan.(9) Hasil yang tidak berbeda ditemukan pada wanita usia lanjut di Selandia Baru, sebanyak 103 wanita yang rata-rata berusia 75 ± 3 tahun dipilih secara random untuk diperiksa asupan seng per hari dan kadar seng dalam serum. Hasil penelitian menunjukkan pada wanita usia lanjut Selandia Baru sebanyak 12% kadar seng dalam serum di bawah kadar normal (< 10,7 mikromol/l) dan asupan seng per hari besarnya hanya 8,7 ± 2 mg (lebih rendah dari asupan yang dianjurkan per hari bagi usia lanjut).(10) Kadar seng dalam serum yang rendah seringkali dijumpai pada usia lanjut. Penyuluhan tentang cara mengkonsumsi makanan yang kaya zat gizi seng sangat diperlukan untuk meningkatkan status seng pada usia lanjut. Besarnya asupan zat gizi seng yang dianjurkan untuk individu normal setiap hari dapat di lihat pada Tabel 1. Defisiensi seng seringkali dijumpai pada usia lanjut dan merupakan masalah yang cukup serius. Dan defisiensi seng diduga merupakan salah satu faktor risiko terjadiya penyakit Alzheimer pada usia 42
Suplementasi seng pada usia lanjut
lanjut. Seng diketahui berperan terhadap berbagai fungsi enzim untuk pembentukan DNA dan dementia yang merupakan gejala utama dari penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer diperkirakan merupakan akibat adanya gangguan dari enzim pembentukan sel DNA tersebut. Hasil penelitian menunjukkan kadar seng dalam otak dan cairan serebrospinal menurun pada penderita Alzheimer. Suplementasi seng ternyata mampu memperbaiki daya ingat, komunikasi, dan interaksi sosial dari penderita Alzheimer.(12) Defisiensi seng yang ringan dan sedang ternyata berhubungan erat dengan hipogonadism pada laki-laki usia lanjut. Sebanyak sembilan orang laki-laki yang sehat berusia >60 tahun diukur kadar testosteron dalam serum sebelum diberikan suplementasi seng sebanyak 450 mikromol/hari secara oral. Kemudian setelah diberikan suplementasi selama enam bulan, kadar testosteron dalam serum diukur kembali. Hasil penelitian menunjukkan kadar testosteron dalam serum berhubungan erat dengan kadar seng dalam sel limfosit (r = 0,43; p = 0,006) dan granulosit (r = 0,30; p = 0,03). Setelah diberikan suplementasi seng selama enam bulan ternyata terdapat peningkatan kadar testosteron dari 8,3 ± 6,3 nmol/L menjadi 16,0 ± 4,4 nmol/l yang secara statistik berbeda bermakna (p=0,02).(13) Ternyata seng mempunyai peran penting pada pengaturan kadar testosteron pada laki-laki usia lanjut yang sehat . Tabel 1. Angka kecukupan zat gizi seng rata-rata yang dianjurkan per hari per orang (11) Golongan Umur 0 - 6 bulan 7 - 12 bulan 1 - 3 tahun 4 - 8 tahun 9 - 13 tahun 14 - 18 tahun 19 - 70 tahun > 70 tahun Kehamilan Menyusui
Zat gizi seng (mg)/hari Laki-laki Perempuan 2 3 3 5 8 11 11 11 -
2 3 3 5 8 9 8 8 13 14
J Kedokter Trisakti
Suplementasi seng pada usia lanjut Bertambahnya usia seseorang seringkali berkaitan dengan timbulnya kebutaan pada usia lanjut. Jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun semakin bertambah dan gangguan mata akibat usia (age-related eye disorders) akan semakin meningkat pada dekade yang akan datang. Studi age-related eye disease (AREDS) yang dilakukan di Amerika dirancang untuk menilai dua kelainan mata akibat berlanjutnya usia yaitu katarak dan agerelated macular degeneration (AMD). (14) Gejalagekjala klinik yang berkaitan dengan AMD adalah retinal pigment epithelial (RPE) yang abnormal, pelepasan RPE, geographic atrophyi, choroidal neovascularization (CNV), dan adanya jaringan parut disiformis. AMD ini dapat mengakibatkan hilangnya penglihatan pada usia lanjut Sampai saat ini belum ditemukan pencegahan yang efektif untuk AMD dan tidak tersedia pengobatan yang efektif untuk mengobati kasus AMD. Katarak dan AMD merupakan proses yang berjalan lambat dan diperlukan penelitian jangka panjang untuk menilai efek suplementasi zat gizi mikro. Studi ini bertujuan mendapatkan informasi tentang keadaan klinik penderita, mengidentifikasi berbagai faktor risiko dan pengaruhnya terhadap perkembangan gangguan mata. Disamping itu penelitian juga bertujuan untuk menilai efek dari suplementasi vitamin/antioksidan dan seng dosis tinggi terhadap perkembangan gangguan mata tersebut. Evaluasi dilakukan untuk membandingkan efek suplementasi seng dengan plasebo terhadap perkembangan AMD. AREDS disponsori oleh National Eye Institute (NEI) menggunakan rancangan prosepktif, dilakukan pada sebelas pusat penelitian (multicenter) secara random dan buta ganda (doubleblind) yang mengikut sertakan sebanyak 4757 subjek berusia 55-80 tahun. Secara acak subjek penelitian dibagi dalam empat kelompok, kelompok pertama diberikan suplemen seng saja (80 mg seng oksida dan 2 mg kuprik oksida/copper), kedua antioksidan saja (vitamin C 500 mg, vitamin E 400 IU dan beta karotene 15 mg), ketiga seng + antioksidan, keempat diberikan plasebo. Pemilihan subjek dimulai pada tahun 1992, setiap subjek diikuti setiap 6 bulan. Percobaan klinik ini diharapkan selesai pada bulan April 2001 dan
Vol.21 No.1
pengamatan lanjutan pada subjek dilakukan sampai tahun 2006. Hasil penelitian menujukkan subjek penelitian yang ikut serta penelitian berusia antara 55 - 80 tahun, mereka diikuti selama kurang lebih 6,3 tahun dan 2,4% tidak dapat diikuti sampai studi selesai. Dibandingkan dengan plasebo pemberian suplementasi seng saja menurunkan risiko terjadinya perkembangan AMD (odds ratio (OR) = 0,75; 99% confidence interval 0,55 - 1,03), OR suplementasi antioksidan saja besarnya 0,80 (99% confidence interval 0,59 - 1,09). Sedangkan kombinasi pemberian seng + antioksidan mampu menurunkan risiko terjadinya AMD secara bermakna (OR = 0,72; 99% confidence interval 0,52 - 0,98).(15) Penurunan risiko yang bermakna terhadap gangguan penglihatan juga didapatkan pada kelompok yang diberikan kombinasi antioksidan + seng (OR = 0,73;99% confidence interval = 0,54 - 0,99). Dan tidak didapatkan efek samping yang serius sebagai akbat suplementasi dosis tinggi tersebut. Hasil studi ini mampu menjelaskan manfaat pemberian suplementasi seng dan antioksidan pada individu berusia ≥ 55 tahun. Sel natural killer (NK) merupakan subpopulasi dari limfosit yang mempunyai aktifitas sitolitik yang spontan terhadap berbagai tipe tumor atau sel yang terinfeksi. Dengan demikian sel NK mempunyai peranan penting dalam ketahanan seseorang terhadap berbagai jenis penyakit infeksi dan keganasan yang merupakan penyebab terbesar kematian pada usia lanjut.(16) Status gizi merupakan determinan dari ketidak mampuan sistem kekebalan tubuh, dan kekurangan gizi mikro yang spesifik menyebabkan menurunnya respons sistem kekebalan seluler pada usia lanjut. Sebuah penelitian bertujuan menilai hubungan antara konsentrasi NK dan kadar beberapa vitamin dan seng dalam darah. Sebanyak 62 usia lanjut berusia 90-106 tahun, dalam kondisi sehat, kadar hematologi dan biokimia normal, tidak minum suplementasi gizi atau obat-obatan yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan (seperti steroid, obat-obat anti-inflamatorik nonsteroid, hormon, dan analgesik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak usia lanjut baik lakilaki maupun perempuan mengalami penurunan kadar seng dalam serum (lihat Tabel 2).(17) 43
Hidayat
Suplementasi seng pada usia lanjut
Gambar 1. Hubungan antara persentase CD 16 dan CD 56+ limfosit dan kadar seng serum pada laki-laki dan perempuan usia ³90 tahun 44
J Kedokter Trisakti
Vol.21 No.1
Tabel 2. Kadar seng dalam serum pada laki-laki dan perempuan usia lanjut (17) Nilai standar
Kadar seng (mikromol/1)
11,70 - 19,00
Laki-laki Median Persentase defisiensi 11,68
Sebanyak 52% laki-laki dan 41% perempuan usia lanjut berusia ≥90 tahun mengalami defisiensi seng, dan tidak terdapat perbedaan prevalensi defisiensi seng yang bermakna antara usia lanjut laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan penyebaran sel NK (CD 16+ dan CD 56+) pada usia lanjut laki-laki dan perempuan juga tidak berbeda. Persentase dari CD 16+ dan CD 56+ berhubungan secara positif bermakna dengan kadar seng dalam serum usia lanjut baik laki-laki (r = 0,573, p=0,007) maupun perempuan (r=0,376, p=0,031). Korelasi postif yang sama diperoleh antara persentase CD 56+ dan kadar seng dalam serum usia lanjut laki-laki (r=0,503, p=0,028) dan perempuan (r=0,383, p=0,030) (lihat Gambar 1).(17) Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa sel NK pada usia lanjut sehat berusia ≥90 tahun berhubungan dengan kadar seng dalam serum. Seperti diketahui defisiensi seng seringkali dijumpai pada usia lanjut yang mengakibatkan menurunnya respon kekebalan tubuh. Meningkatnya jumlah sel NK pada usia lanjut merupakan mekanisme kompensasi dari menurunnya kemampuan aktifitas sitolitik sel NK. Dengan demikian seng merupakan pusat yang penting untuk memelihara efek kekebalan alamiah pada usia lanjut. KESIMPULAN Status seng pada usia lanjut berhubungan erat dengan fungsi sel NK dan didapatkan tingginya prevalensi defisiensi seng yang cukup tinggi pada usia lanjut yang sehat. Perlu dilakukan promosi konsumsi asupan zat gizi seng yang adekuat pada usia lanjut untuk memperbaiki status seng. Suplementasi seng ternyata bermanfaat untuk mengatasi berbagai gangguan yang dialami usia lanjut seperti penyakit Alzheimer, gangguan
52
Perempuan Median Persentase defisiensi 12,16
41
penglihatan, AMD. Suplementasi seng pada usia lanjut sangat diperlukan terutama pada kelompok yang rentan defisiensi seng. Daftar Pustaka 1.
World Health Organization. Definition of an older or elderly person. Available from URL : http:// www.who.int/whosis/mds/mds_definition. 2. Usia lanjut. Available from URL : http:// www.infosocieta.com/today/artikel.html. 3. Sudut pandang. Available from URL : http:// www.bkkbn.go.id/hqweb/info/artikel/sudut.html 4. Garabilla SA, Sinclair AJ. Nutrition, ageing and ill health. Br J Nutr 1998; 80:7-23. 5. Gross R, Schultink W. Micronutrient deficiency in urban Indonesia. Arch Laninoam Nutr 1997; 42(2 Suppl1):50-3. 6. Lesourd B, Mazari L. Nutrition and immunity in the elderly. Proc Nutr Soc 1999; 58:685-95. 7. Prasad AS. Zinc and immunity. Mol Cell Biochem 1998; 188:63-9. 8. Keenan JM, Morris DH. How to make sure your older patients are getting enough zinc. Geriatrics 1993; 48:57-8. 9. Prasad AS, Fitzgerald JT, Hess JW, Kaplan J, Pelen F, Dardenne M. Zinc deficiency in elderly patients. Nutrition 1993;9:218-24. 10. de Jong N, Gibson RS, Thomson CD, Ferguson EL, McKenzie JE, Green TJ et al. Selenium and zinc ztatus are suboptimal in a sample of older New Zealand women in a community-based study. J Nutr 2001; 131:2677-84. 11. Institute of Medicine. Zinc. In : A report of the panel of micronutrients, Subcommittees on upper reference levels of nutrients and of interpretation and use of dietary refence intakes, and the Standing Committee on the scientific evaluation of dietary reference intakes. Washington DC: National Academy Press; 2001.
45
Hidayat
12. Constantinidis J. Treatment of Alzheimer’s disease by zinc compound. Drug Develop Res 1992; 27:1-14. 13. Prasad AS, Mantzoros CS, Beck FW, Hess JW, Brewer GJ. Zinc status and serum testosterone levels of healthy adults. Nutrition 1996; 12:3448. 14. Age-Related Eye Disease Study Research Group. The age-related eye disease study : a clinical trial of zinc and antioxidants-age-related eye disease studi report no 2. J Nutr 1999;130:1516S. 15. Age-Related Eye Disease Study Research Group. A randomized, placebo-controlled, clinical trial
46
Suplementasi seng pada usia lanjut
of high dose supplementation with vitamins C and E, beta carotene, and zinc for age-related macular degeneration and vision loss. Arch Opthalmol 2001; 119:1417-36. 16. O’Shea J, Ortaldo JR. The biology of natural killer cells: insights into the molecular basis of function. In : Lewis CE, McGee JO, editors. The natural immune system. The natural kiler cells. Oxford, United Kingdom :IRL Press; 1992. p.2-40. 17. Ravaglia G, Forti P, Maioli F, Bastagli L, Facchini A, Mariani E et al. Effect of micronutrient status on natural killer cell immune function in healthy free-living subjects age ≥ 90 y. Am J Clin Nutr 2000; 71:590-8.