MANAJEMEN PENGHIMPUNAN WAKAF UANG PADA BADAN WAKAF INDONESIA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Hafidz Maulana Fikri 1112053000015
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
ABSTRAK Hafidz Maulana Fikri, NIM: 1112053000015, Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang Pada Badan Wakaf Indonesia (BWI), Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dibimbing Oleh Dr. H. Ahmad Rojalih Jawab, MA Wakaf merupakan instrumen finansial Islam yang memiliki kertekaitan langsung secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan ekonomi, seperti pemberdayaan ekonomi umat, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan sumber daya manusia. Dalam jangkauan yang lebih luas, kehadiran wakaf uang dapat dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang ekonomi, terutama sekali jika wakaf dikelola dengan manajemen yang rapi, teratur, dan profesional disertai kualitas para pengelolanya. Di Indonesia pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diatur oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kehadiran BWI, Badan Wakaf Indonesia bukan hanya berfungsi sebagai regulator yang mengatur perwakafan di Indonesia yang hanya bertugas membina nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, tetapi juga berperan sebagai operator atau nazhir, yang berarti Badan Wakaf Indonesia berhak untuk mengelola dan mengembangkan harta benda harta wakaf yang diterima dari waqif, agar harta benda wakaf tersebut menjadi lebih produktif, bermanfaat optimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Agar wakaf uang yang berhasil dihimpun lebih banyak, diperlukan manajemen yang baik dalam proses penghimpunan. Dari proses penghimpunan yang maksimal maka jumlah wakaf uang yang diterima pun lebih banyak, sehingga apabila wakaf uang tersebut diinvestasikan, akan menghasilkan keuntungan yang besar pula, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Adapun teori yang digunakan adalah teori George R. Terry mengenai fungsi-fungsi manajemen yang mencakup Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaimana manajemen penghimpunan wakaf uang yang dilakukan Badan Wakaf Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Yaitu menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjt untuk ditarik kesimpulan. Metode ini peneliti gunakan untuk menggambarkan penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang pada Badan Wakaf Indonesia. Sedangkan tehnik yang digunakan peneliti untuk memproleh data-data adalah dengan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dari Badan Wakaf Indonesia. Hasil dari penelitian manajemen penghimpunan wakaf uang pada Badan Wakaf Indonesia yaitu Badan Wakaf Indonesia telah menerapkan fungsi-fungsi manajemennya sesuai dengan teori manajemen, meskipun masih ada yang perlu diperbaiki dan dimaksimalkan seperti proses penghimpunannya agar dapat lebih maksimal lagi wakaf uang yang diperoleh. Keyword: Manajemen Penghimpunan , Wakaf Uang dan Badan Wakaf Indonesia.
v
KATA PENGANTAR
ِيم َّ من َّ ِبِ ْس ِم هللا ِ الر ْح ِ الرح Puja dan puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada nabi kita, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, Ibunda Drs. Hj. Risnawati, M.Pdi dan Ayahanda Drs. H. Riduan Syahrani, M.Si yang senantiasa mencurahkan cintanya, kasih saying serta doanya yang selalu mengiringi di setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan guna mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Selanjutnya juga yang paling penting peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah berjibaku membantu dan mendukung peneliti dalam proses penulisan skripsi ini, baik yang telah memberikan dukungan berupa waktu, tenaga, biaya atau pun dorongan moril. Karena peneliti yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi peneliti untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu, izinkan peneliti untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik. Ibu Dr. Roudhonah, MA, selaku
vi
Wakil Dekan II Bidang Administrasi. Bapak Dr. Suhaemi, MA selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan Bapak Drs. Sugiarto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah. 3. Bapak Dr. H. Ahmad Rojali Jawab, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis, sabar dalam membimbing penulis dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, saran dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta seluruh civitas akademika, yang telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan bimbingan selama penulis berada dalam masa-masa perkuliahan. 5. Peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga, khususnya: Ibunda Drs. Hj. Risnawati, M.Pdi dan Ayahanda Drs. H. Riduan Syahrani, M.Si, dan seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan selalu menanyakan kapan wisuda. 6. Dosen Penguji I Bapak Mulkanasir, BA, S.Pd, MM dan Dosen Penguji II Bapak Amirudin, M.Si. 7. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Dakwah serta Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Segenap Pihak Badan Wakaf Indonesia, Khususnya Bapak Sigit Indra Purwanto, Bapak Nurkaib, Bapak, Hadi, Bapak Haris, Ibu Nurfitra yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, serta
vii
seluruh Pengurus dan Pelaksana Harian Badan Wakaf Indonesia yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. 9. Berjuta terima kasih untuk sahabat-sahabat anggota angkatan 35 Pondok Pesantren Darunnajah atas tawa, tangis, canda, senang, sedih, pengalaman, cerita yang telah dibagikan kepada peneliti dan seluruh alumni Pondok Pesantren Darunnajah khususnya Ahmad Kamal Fanani. 10. Beribu-ribu terima kasih yang tak terhingga untuk seluruh anggota kelompok KKN NASA (Nasionalisme Mahasiswa). 11. Banyak terima kasih yang untuk teman-teman sekelas di Manajemen Dakwah. 12. Kepada seluruh sahabat-sahabati PMII KOMFAKDA terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………..... v KATA PENGANTAR……………………………………………………….... vi DAFTAR ISI……………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah......................................................... 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 5 D. Metodologi Penelitian....................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka................................................................................ 8 F. Sistematika Penulisan.................................................................... 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Penghimpunan….......................................................... 12 1. Pengertian Manajemen............................................................... 12 2. Penghimpunan Wakaf Uang..................................................... 13 3. Fungsi-Fungsi Manejemen......................................................... 16 B. Wakaf Uang..................................................................................... 25 1.
Pengertian Wakaf Uang............................................................ 25
2.
Dasar Hukum Wakaf Uang....................................................... 27
3.
Rukun dan Syarat Wakaf.......................................................... 32
4.
Macam-Macam Wakaf............................................................. 35
x
BAB III PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA A. Sejarah Badan Wakaf Indonesia.................................................... 40 B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia............................ 41 C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia.......................................... 43 D. Stratetegi Badan Wakaf Indonesia................................................ 43 E. Program- Program Badan Wakaf Indonesia.................................. 44 F. Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia................................. 46 BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGHIMPUNAN WAKAF UANG PADA BADAN WAKAF INDONESIA A. Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang pada BWI..................... 49 B. Analisis Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang pada BWI…... 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................... 77 B. Saran.............................................................................................. 78 Daftar Pustaka LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di antara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik obyek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang1. Wakaf uang atau wakaf tunai merupakan hal baru di Indonesia. Padahal di beberapa negara, seperti Mesir, Turki, Bangladesh masalah wakaf uang sudah lama dikaji dan dikembangkan. Kenyataan ini menunjukkan wakaf merupakan instrumen keuangan umat yang sangat potensial untuk dikembangkan.2 Jika wakaf uang dapat dikelola dengan baik serta mengoptimalkan proses penghimpunan, maka akan ada potensi yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan umat. Wakaf dalam bentuk uang dipandang sebagai salah satu pilihan yang dapat membuat wakaf mencapai hasil lebih banyak. Karena dalam wakaf uang ini, uang tidak hanya digunakan sebagai alat tukar-menukar saja. Lebih dari itu, uang merupakan komoditas yang siap menghasilkan dan berguna untuk pengembangan aktivitas perekonomian. Secara ekonomi, wakaf uang ini sangat besar potensinya untuk dikembangkan, karena dengan model wakaf uang ini daya jangkau serta
1
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006) h. 1 2 Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h.225
1
2
mobilisasinya akan jauh lebih merata di tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan model wakaf tradisional (wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan). Sebab wakaf dalam bentuk tanah dan bangunan hanya dapat dilakukan oleh keluarga individu yang terbilang mampu.3 Wakaf uang juga memilki kelebihan lain jika dibandingkan dengan zakat, karena wakaf uang tidak hanya terbatas pada mustahiq atau delapan golongan ashnaf yang berhak menerima zakat, tetapi wakaf dapat dirasakan manfaatnya oleh siapa saja tanpa ada batasan baik itu orang kaya maupun orang miskin. Namun wakaf tersebut tentu akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu. Wakaf merupakan instrumen finansial Islam yang memiliki kertekaitan langsung secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan ekonomi, seperti pemberdayaan ekonomi umat, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan sumber daya manusia. Dalam jangkauan yang lebih luas, kehadiran wakaf uang dapat dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di bidang ekonomi, terutama sekali jika wakaf dikelola dengan manajemen
yang
rapi,
teratur,
dan
profesional
disertai
kualitas
para
pengelolanya.4 Di Indonesia pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diatur oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. 3
Suhrawardi K. Lubis, dkk. Wakaf dan Pemberdayaan Umat, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010 ) h. 109 4 Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 339
3
Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.5 Badan Wakaf Indonesia bukan hanya berfungsi sebagai regulator yang mengatur perwakafan di Indonesia yang hanya bertugas membina nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, tetapi juga berperan sebagai operator atau nazhir, yang berarti Badan Wakaf Indonesia berhak untuk mengelola dan mengembangkan harta benda harta wakaf yang diterima dari waqif, agar harta benda wakaf tersebut menjadi lebih produktif, bermanfaat optimal dan dapat dirasakan oleh masyarakat luas, sebagaimana fungsi Badan Wakaf Indonesia sebagai regulator sekaligus operator ini telah tertuang di dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Pasal 49 Ayat 1, walaupun tidak disebutkan secara eksplisit. Berdasarkan Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang Badan Wakaf Indonesia pada tahun 2015, jumlah wakaf tunai yang berhasil dihimpun oleh BWI, berjumlah Rp.4.115.823.569, yang diterima melalui 16 bank syariah atau dikenal dengan Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). Jumlah wakaf uang yang diterima BWI ini dapat dikatakan tidak begitu besar jika dibandingkan dengan lembaga pengelola wakaf lain seperti Tabung Wakaf Indonesia yang berhasil memperoleh Rp. 8.295.091.425 atau PPPA Darul Qur‟an yang menerima Rp. 18.479.402.263.6 Padahal jika jumlah wakaf uang yang diterima Badan Wakaf Indonesia lebih banyak lagi, tentu akan berdampak positif
5
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) h. 445 6 Badan Wakaf Indonesia, Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang, (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2015)
4
pada pengelolaan atau penginvestasian wakaf uang tersebut, yang nantinya hasil keuntungan dari proses pengelolaan wakaf uang tersebut akan disalurkan kepada masyarakat. Untuk mencapai penerimaan wakaf uang yang jumlahnya lebih tinggi lagi, perlu digunakan manajemen yang baik dalam penghimpunan (fundraising) wakaf uang dan juga diiringi dengan proses pengelolaan (penginvestasian) wakaf uang yang baik agar wakaf uang yang telah berhasil dihimpun tadi dapat bertambah jumlahnya, sehingga hasil dari pengelolaan wakaf uang tersebut dapat dirasakan masyarakat luas khususnya umat Islam. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang manajemen penghimpunan wakaf uang yang diterapkan Badan Wakaf Indonesia. Karena atas dasar inilah peneliti tertarik untuk meneliti dengan mengangkat judul: “Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang Pada Badan Wakaf Indonesia” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan masalah didalam penulisan skripsi ini menjadi lebih terarah dan terfokus, maka peneliti membatasi hanya pada masalah manajemen penghimpunan wakaf uang yang diterapkan oleh Badan Wakaf Indonesia. 2. Perumusan Masalah Bedasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana manajemen penghimpunan wakaf uang oleh Badan Wakaf Indonesia? 2. Bagaimana hasil penghimpunan wakaf uang oleh Badan Wakaf Indonesia?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui bagaimana manajemen penghimpunan wakaf uang yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia. b. Memperoleh gambaran hasil penghimpunan wakaf uang yang diterapkan oleh Badan Wakaf Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi: a. Program studi Manajemen Dakwah, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan memberi informasi yang berharga mengenai wakaf uang. b. Peneliti sendiri, manfaat penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi yang tepat dalam penghimpunan wakaf uang. c. Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan pelajar, mahasiswa, akademisi dan peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh mengenai wakaf, serta bermanfaat bagi universitas dalam
proses
pendidikan,
penelitian
dan
pengabdian
terhadap
masyarakat. d. Penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat, instansi atau lembaga terkait yang mengelola wakaf, khususnya Badan Wakaf Indonesia, agar dikemudian hari dapat menggali potensi wakaf lebih maksimal, terutama
6
potensi wakaf uang, sehingga wakaf uang tersebut menjadi lebih berkembang, produktif dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat secara luas. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Taylor dan Bogdan penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.7 Yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah manajemen penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang pada Badan Wakaf Indonesia, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Badan Wakaf Indonesia. 3. Lokasi Penelitian Peneliti telah melakukan penelitian di Badan Wakaf Indonesia pada tanggal 22 September 2016, yang bertempat di Sekretariat: Gedung Bayt Al Quran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jl. Raya TMII Pintu 1 - Jakarta Timur 13560. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, lalu
7
Bagong Suyanto, dkk, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 166
7
kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil kesimpulan akhir. Ada beberapa teknik yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: a. Observasi Peneliti menggunakan teknik ini agar dapat melihat secara langsung kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta interaksi interpersonal, dengan observasi lapangan maka peneliti bisa mendapatkan data-data dan informasi yang berkaitan dengan skripsi ini, peneliti mengamati langsung ke objek penelitian yaitu Badan Wakaf Indonesia. Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompokyang ditelitinya. 8 b. Wawancara Tehnik ini digunakan peneliti untuk memperoleh kutipan langsung berupa pengalaman, pendapat, dan pengetahuan secara mendalam, dari pelaksana tugas harian di Badan Wakaf Indonesia, dan yang menjadi key informan atau narasumber dalam ini adalah bapak Sigit Indra Prianto, selaku staff Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Badan Wakaf Indonesia. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.9 Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data berupa dokumen-dokumen yang berasal dari Badan Wakaf Indonesia, baik itu berupa jurnal, majalah, kliping, buletin, dsb. Yaitu mengumpulkan data
8
http://klikbelajar.com/umum/observasi-pengamatan-langsung-di-lapangan/ diakses pada tanggal 07 Oktober 2016, pada pukul 15.55 wib 9 Husaini Husman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) h. 73
8
berdasarkan laporan yang didapat dari lembaga yang diteliti ini dan laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. E. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis melakukan penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, langkah yang penulis tempuh untuk penyusunan skripsi ini adalah mengkaji skripsi-skripsi terdahulu yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian disini ialah, untuk mengetahui apa yang akan penulis teliti saat ini, tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Agar di kemudian hari tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti menduplikat hasil karya orang lain, maka penulis memandang perlu untuk mempertegas judul dan hasil penelitian dari skripsi tersebut: 1. Skripsi berjudul: “Manajemen Penghimpunan Dan Pendayagunaan ZIS Dan Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi pada Lembaga Amil Zakat Portal Infaq”, oleh Wahyudin, NIM 102053025719, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, pada skripsi ini membahas
lebih
dalam
tentang
manajemen
penghimpunan
dan
pendayagunaan zakat, infaq, shodaqah dan wakaf dengan menggunakan teknologi informasi yang diterapkan oleh LAZ Portal Infaq dan skripsi ini lebih banyak membahas mengenai zakat, infaq dan sedekah. Skripsi ini memiliki perbedaan yaitu tentang wakaf uang yang dibahas pada skripsi ini lebih sedikit. 2. Skripsi berjudul: ” Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada BAZNAS”, oleh Ahmad Nursamsi, NIM 111003000004 , mahasiswa Fakultas Dakwah
9
dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah, pada skripsi ini membahas tentang bagaimana manajemen penghimpunan dana ZIS yang diterapkan BAZNAS dengan menggunakan teori POAC, untuk melihat apakah proses penghimpunan berjalan efektif dan efisien. Perbedaan skripsi ini lebih banyak membahas bagaimana manajemen penghimpunan zakat, infaq, dan sedekah pada BAZNAS. 3. Skripsi berjudul: “Strategi Public Relations Badan Wakaf Indonesia Dalam Mensosialisasikan
Wakaf
Tunai”,
oleh
Fatmawati
Harahap,
NIM
109051000106, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, pada skripsi ini membahas lebih menekankan tentang dalam tentang metode komunikasi yang berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf uang. Perbedaan skripsi yang ditulis oleh saudari fatmawati ini yaitu, skripsi ini lebih banyak membahas tentang strategi untuk hubungan masyarakat dalam mensosialisasikan wakaf uang dan juga dari segi metode komunikasi yang digunakan Badan Wakaf Indonesia sedangkan skripsi yang peneliti susun saat ini lebih banyak membahas mengenai manajemen penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang.
10
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam BAB ini dikemukakan teori-teori yang melandasi dan mendukung penelitian. Yang meliputi definisi manajemen, definisi penghimpunan, fungsi-fungsi manajemen, definisi wakaf uang, dasar hukum wakaf uang, rukun dan syarat wakaf, macam-macam wakaf. BAB III PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA Berisikan sejarah Badan Wakaf Indonesia, visi dan misi, struktur organisasi, tugas dan wewenang, strategi Badan Wakaf Indonesia, program kerja Badan Wakaf Indonesia. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Berisikan hasil temuan dan analisis manajemen penghimpunan wakaf uang di Badan Wakaf Indonesia yang bertempat di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. BAB V PENUTUP Pada BAB ini berisikan kesimpulan dari penelitian manajemen penghimpunan wakaf uang yang dilakukan, juga saran-saran dari penulis untuk Badan Wakaf Indonesia dan penelitian lebih lanjut.
11
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Penghimpunan 1. Pengertian Manajemen Bila dilihat ecara etimologi kata Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu kata manus dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. 10 Kemudian, Managere diterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan Manajement.11 To manage yang secara umum berarti mengelola, mengurusi. Manajemen merupakan kebutuhan penting untuk memudahkan
pencapaian
tujuan
manusia
dalam
organisasi.
Untuk
memastikan tercapainya tujuan organisasi, maka para ilmuwan berusahan mencari metode, system dan teori, sehingga dikenal lah ilmu manajemen.12 Untuk mengetahui lebih jelas mengenai manajemen, penulis mengemukakan
beberapa
pendapat
para
ahli,
mengenai
pengertian
manajemen, antara lain sebagai berikut: a. Menurut G.R Terry mengatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses
khas
yang
terdiri
atas
tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk menentukan
10
http://www.ekoonomi.com/2016/08/manajemen.html diakses pada tanggal 15 September 2016 pada pukul 20.35 wib 11 http://www.ekoonomi.com/2016/08/manajemen.html diakses pada tanggal 15 September 2016 pada pukul 20.35 wib 12 Abdul Halim Usman, Manajemen Strategis Syariah, (Yogyakarta: Zikrul Hakim, 2015) hal. 26
13
serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.13 b. James
A.F
Stoner
mendefiniskan
manajemen
sebagai
proses
perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen sebagai seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.14 c. Malayu S.P Hasibuan mendefinisikan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15 Jadi peneliti menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu atau seni yang bertujuan untuk mengatur dan mengelola sumber daya yang ada melalui proses perencanaan pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian sumber daya yang dimiliki suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. 2. Pengertian Penghimpunan Penghimpunan atau penggalangan dana dalam bahasa Inggris disebut fundraising. Dan orang yang mengumpulkan dana disebut fundraiser.16 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggalangan memiliki
13
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengetian, Dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 3 14 Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h. 15 15 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengetian, Dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara,2011) h. 3 16 Peter Salim, Salim’s Collegiate Indonesia-English Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, 2000) cet. Ke-1, h. 607
14
makna
proses,
cara
perbuatan
mengumpulkan,
penghimpunan
dan
pengerahan.17 Aktivitas fundraising adalah serangkaian kegiatan menggalang dana/daya, baik dari individu, organisasi, maupun badan hukum.
18
Fundraising juga
merupakan proses mempengaruhi masyarakat atau calon donator agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan sebagian hartanya. Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan tehnik yang dapat dilakukan. Pada dasarnya ada dua jenis yang bisa digunakan, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung (indirect). Metode langsung adalah metode yang menggunakan tehnik-tehnik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Misalnya melalui direct mail, direct advertising, telefundraising,dan presentasi langsung. Sedangkan, metode fundraising tidak langsung dan merupakan suatu metode yang menggunakan tehnik atau cara yang tidak melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Metode ini dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Misalnya advertorial, image campaign, dan penyelenggaraan suatu kegiatan melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi dan media para tokoh.
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) edisi ke-3, h.612 18 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Perkembangan Hukum dan Tata Kelola Wakaf Di Indonesia, ( Bekasi: Gramata Publishing, 2015) h. 200
15
Sedangkan menurut para ahli, penghimpunan didefinisikan sebagai berikut: 1. Menurut Fred R. David, di dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep, strategi menggalang dana adalah tulang punggung kegiatan menggalang dana yang akan dilakukan dan dalam penggalangan dana juga diperlukan beberapa perumusan. Perumusan strategi dalam hal ini adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan, kelemahan secara internal, menghasilkan strategi alternatif dan strategi tertentu yang akan dilaksanakan.19 2. Menurut Rozalinda, di dalam bukunya Manajemen Wakaf Produktif, Fundraising termasuk proses memengaruhi masyarakat (calon waqif) agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan uang sebagai wakaf maupun untuk sumbangan pengelolaan harta wakaf. Kegiatan pengerahan dana ini sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,
organisasi,
badan
hukum
untuk
mengajak
dan
memengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran, kepedulian, dan motivasi untuk melakukan wakaf.20 3. Secara makro, menurut Dian Masyita dalam laporan penelitiannya, dalam pengelolaan wakaf uang sektor fundraising, dana wakaf uang adalah salah satu model yang dapat diterapkan. Tanggung jawab pada sektor ini adalah mengumpulkan dana wakaf uang dari waqif. Kemudian, mendistribusikannya pada investasi portofolio. Keuntungan dari investasi didistribusikan tergantung pada permintaan waqif, seperti pendidikan, 19
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, Ter. Dari Strategic Management (Jakarta: Prenhalindo, 2002) h. 15 20 Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 138
16
infrastruktur, rehabilitasi keluarga, kesehatan, dan sanitasi kesehatan publik.21 Dari beberapa pendapat diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa penghimpunan wakaf uang merupakan proses menggalang, dan menghimpun dengan cara menarik dan mempengaruhi calon waqif agar mau mewakafkan sejumlah uang yang kemudian di investasikan dan hasil keuntungannya disalurkan kepada masyarakat sesuai keinginan waqif, lalu peneliti menyimpulkan bahwa manajemen penghimpunan merupaka suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan suatu sumber daya organisasi khsusunya sumber daya manusia dalam menghimpun dan menggalang wakaf uang untuk kemudian hasil dari penghimpunan tersebut di kelola dalam bentuk investasi yang kemudian hasilnya disalurkan kepada mauquf alaih. 3. Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut George R Terry dalam bukunya Principles of Management sebagaimana dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen ada empat yaitu, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.22 Peneliti menyimpulkan bahwa agar suatu manajemen dapat berjalan dengan baik maka diperlukan fungsi-fungsi manajemen, yang dimulai dari proses perencanaan yang bertujuan untuk membuat suatu tujuan jangka panjang dari sebuah organisasi dengan jelasnya tujuan dari organisasi maka menjadi jelas tujuan yang ingin dicapai organisasi tersebut dan tujuan tersebut bisa berupa visi, misi dan program. Kemudian proses selanjutnya 21 22
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 139 Winardi, Asas-Asas Manajemen, (Bandung: Bandar Maju, 2010) h. 133
17
adalah pengorganisasian yang bertujuan untuk membagi tugas dengan cara membentuk divisi-divisi yang kemudian akan menjalankan program-program yang telah direncanakan, lalu kemudian penggerakan yang mana fungsi ini merupakan proses menjalankan program yang telah direncanakan. Agar suatu program dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan pengawasan untuk melihat sejauh mana efektifitas program tersebut berjalan dan sumber daya manusia yang menjalankan program tersebut. a. Perencanaan Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan23 Langkah-langkah
perencanaan
menurut
Abdul
Rosyad
Shalehdalam bukunya Manajemen Dakwah Islam, terdiri dari beberapa langkah, yaitu : 1) Perkiraan dan penghitungan masa depan (forecasting). 2) Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Penetapan metode. 4) Penetapan penjadwalan waktu 5) Penempatan lokasi24
23
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: GhaliaIndonesia, 2004), h.38. 24
Abdul Rasyad shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) Cet, ke-3 h. 54
18
b. Pengoraganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah membagi pekerjaan yang telah ditetapkan tersebut kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi kedalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai pendelegasian kewenangan agar masing-masing melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Untuk mengatur urutan jalannya arus pekerjaan perlu dibuat ketentuan mengenai prosedur dan hubungan kerja antar unit.25 Yang dimaksudkan dalam pengertian ini adalah mengajak manusia dalam organisasi, membagi tanggung jawab, mengelompokkan pekerjaan dalam beberapa unit, menyusun, mengaplikasikan sumber daya, dan menciptakan yang baik sehingga sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan secara maksimal.26 Langkah-langkah pengorganisasian ada beberapa macam yakni sebagai berikut: 1) Pembagian tugas kerja. 2) Pemberian wewenang.27 c.
Penggerakan (Actuating) Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan H. Malayung Sondang. Maksudnya, Pengarahan adalah membuat semua anggota 25
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet
ke-1,h. 60. 26 27
Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h. 78 Hasanudin, Manajemen Dakwah, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29
19
kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja ikhlas serta bergairah untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.28 Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Penggerakan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis”.29 d.
Pengawasan (Controlling) Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan30 Adapun langkah-langkah pengawas sebagai berikut: 1. Menetapkan standar 2. Mengukur kinerja 3. Memperbaiki penyimpangan31
28
Malayu Sondang, Manajemen, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Cet. Kelima, h. 41 29 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet ke-1, h.95. 30 Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 61. 31 A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia, 1996) h. 88
20
B. Wakaf Uang 1. Pengertian Wakaf Uang Wakaf adalah ibadah maliyah, yang berakitan dengan harta yang diatur secara spesifik di dalam agama.32 Kata wakaf berasal dari kata kerja bahasa Arab waqafa, yaqifu dan waqfan yang secara etimologi (lughah, bahasa) berarti berhenti, berdiri, berdiam di tempat, atau menahan.33 Dalam pengertian terminologi, wakaf diartikan sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan pemilik asal (tahbisul ashi), lalu menjadikan menfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud tahbisul ashi ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan, dijual, dihibahkan digadaikan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah digunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif) tanpa imbalan. Berikut adalah pendapat para ulama tentang wakaf: Pertama, menurut Al-Minawi wakaf adalah: “Menahan harta benda yang dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan keabadiannya, yang berasal dari para dermawan (wakif) atau pihak umum, semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah Swt”.34 Kedua, Imam Nawawi, mendefinisikan wakaf sebagai berikut: “Penahanan harta yang bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan barangnya,
32 33
Nur Faizin Muhith, Dahsyatnya Wakaf, (Jakarta: Al-Qudwah, 2013) h. 36 Suhrawardi K. Lubis, dkk, Wakaf & Pemberdayaan Umat, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010) h. 3 34
Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013) h. 11
21
terlepas dari campur tangan wakif atau lainnya, dan hasilnya disalurkan semata-mata untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Swt.35 Ketiga, Ibnu Qudamah mendifinisikan, wakaf adalah menahan pokok harta dan menyalurkan hasilnya.36 Berdasarkan beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh beberapa ahli fikih (fuqaha) di atas, terlihat dengan jelas bahwa mereka memiliki substansi pemahaman yang sama, yakni bahwa wakaf adalah menahan harta atau menjadikan harta bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan agama.37 Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh waqif. Harta benda wakaf terdiri dari benda yang tidak bergerak dan yang bergerak.38 Contoh dari harta benda wakaf yang tidak bergerak seperti wakaf tanah, bangunan, dll. Sedangkan wakaf yang bergerak seperti uang, emas, surat berharga dan kendaraan. Dari
beberapa
definisi
wakaf
yang
telah
disebutkan,
peneliti
menyimpulkan bahwa wakaf merupakan suatu perbuatan yang dilakukan sesesorang dengan cara menahan hartanya dalam artian tidak diwariskan, dijual atau dihibahkan, baik harta tersebut sebagai benda tidak bergerak seperti tanah maupun benda bergerak seperti wakaf uang yang kemudian dikelola secara produktif dan kemudian hasil keuntungannya disalurkan untuk kepentingan
35
Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013) h. 11 36 Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, h. 11 37 Dirjen Bimas Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, h. 13 38 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) h. 439
22
masyarakat luas khususnya umat Islam, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 2. Dasar Hukum Wakaf Uang Secara umum tidak terdapat ayat Al-Qur‟an yang menerangkan konsep wakaf secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Dengan kata lain, wakaf tidak secara eksplisit disebutkan dalam AlQur‟an, tetapi keberadaanya diilhami oleh ayat-ayat Al-Qur‟an tertentu. Di antara ayat-ayat tersebut antara lain Q.S Al-Baqarah (2):267, yang berbunyi:
ْ ُيَ ٰـٰٓأَيُّهَب ٱنَّ ِرينَ َءا َمنُ ٰٓى ْا أَن ِفق َڪ َس ۡجحُمۡ َو ِم َّمبٰٓ أَ ۡخ َس ۡجنَب نَ ُكم ِّمن َ ث َمب ِ ىا ِمن طَيِّجَ ٰـ ۡ ْ َُ أََ جُ ۡۡ ِم ْ ضۖ َو ََ جَيَ َّم ُم ٰٓ َّ ِِ ُِ يد ِم ۡنُُ جُنفِقُىََ َونَ ۡسحُم ثِـاَب ِخ ِري َ ِىا ۡٱن ََج ُِۚ ُىا ِِي ِ ٱۡلَ ۡز 39
َّ ََّ َٱعهَ ُم ٰٓى ْا أ ۡ َو ٱَّللَ َغنِ ٌّى َح ِميد
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji”. (Q.S Al-Baqarah (2):267) 40 Adapun surat lain di dalam Al-Qur‟an yang juga memiliki makna anjuran kepada kita untuk bermawakaf yakni surat Ali Imran ayat 92 yang bunyinya: 39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Naladana, 2004) h. 56 40 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 56
23
41
ْ ُىا ِم َّمب جُ ِحجُّىََ ۚ َو َمب جُنفِق ْ ُىا ۡٱنجِ َّس َححَّ ٰى جُنفِق ْ ُنَن جَنَبن َّ ََّ ِ ىا ِمن َش ۡى ٍ۬ء َِإ ٱَّللَ ثِ ُِۦ َعهِيم
Artinya: “kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui”. (Ali Imran : 92) 42
Dan di dalam surah Q.S Al-Baqarah (2):26143 yang bunyinya adalah:
ْ ََّللا َك َمرَ ِم َحجَّة أَ ْنجَح ث َس ْج َع َسنَب ِث َم ِِي ُك ِّم ِ َّ يم ِ َمرَ ُم انَّ ِرينَ يُ ْنفِقُىََ أَ ْم َىانَهُ ْم ِِي َس ِج َّ ف نِ َم ْن يَ َشب ُء َو َّ ُس ْنجُهَة ِمبئَةُ َحجَّة َو ُ ُب ِع َّللاُ َوا ِسع َعهِيم َ َُّللاُ ي Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261)”44 Ayat diatas menunjukkan bahwa menafkahkan harta, merupakan kebajikan yang sempurna, yaitu dengan harta yang dicintai. Menafkahkan atau mewakafkan harta yang dimiliki, maksudnya bukan keseluruhannya melainkan sebagian saja dan dinafkahkan dari harta yang dicintai bukan dari harta yang tidak dicintai. Ayat ini hendaknya dikaitkan dengan ayat 267 surah Al-Baqarah yang menjelaskan agar jangan memilih yang jelek untuk dinafkahkan. Dengan mewakafkan harta yang dicintai akan tampak keseriusan yang berwakaf 41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Naladana, 2004)
h. 77 42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 77 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) h. 435 44 Departemen Agaman RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Naladana, 2004) h. 55 43
24
(waqif) seperti mewakafkan tanah miliknya di perkotaan yang harganya selalu bertambah atau meroket tetapi karena ingin mencari ridha Allah, seseorang tersebut tidak merasa rugi atas wakafnya tersebut melainkan dia merasa untuk dapat memberikan yang terbaik untuk kepentingan umat.45 Selain itu, dasar hukum wakaf juga bersumber dari hadits, diantara hadist yang menjadi dasar atau dalil wakaf adalah hadis yang menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khattab ketika memperoleh tanah di Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi mengajurkan untuk menahan tanah dan menyedekahkannya hasilnya. Hadist tentang hal ini secara lengkap adalah:
ُّ َصتْ َم ًبَ ق ُ صج س ً ْبة ُع َم ُس ِث ََ ْيجَ َس أَز َ َط أَ ْنف َ َضب َِأَجَى اننَّجِ َّي َِقَب َل أ َ ص َ َأ ِ ُ ْث أَزْ ضًب نَ ْم أ َ ص َّد ْق َ ث َحجَّس َ بل ِِ َْ ِش ْئ ق ُع َم ُس َ ص َّد َ َ َِح, ث ثِهَب َ َْث أَصْ هَهَب َوج َ َِم ْنُُ َِ َك ْيفَ جَأْ ُم ُسنِي ثِ ُِ ق ُ أَنَُُّ ََ يُجَب ُع أَصْ هُهَب َو ََ يُىهَتُ َو ََ يُى َز, ة َوِِي ِ ِِي ْانفُقَ َسا ِء َو ْانقُسْ ثَى َوان ِّسقَب, خ َّ َّللا َوان ََ ُجنَب َح َعهَى َم ْن َونِيَهَب أَ َْ يَأْ ُك َم ِم ْنهَب, ْف َواث ِْن ان َّسجِي ِم ِ ُي ِ َّ يم ِ َِسج 46
ْ ُوف أَوْ ي ُِ ص ِديقًب َغ ْي َس ُمحَ َم ِّىل ِِي َ ُط ِع َم ِ ثِ ْبن َم ْعس
“Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia bertanya kepada nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya daripadanya.
Apa
yang
baginda
perintahkan
kepada
saya
untuk
melakukannya? Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan sedekahkan manfaat atau faedahnya. “Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak 45
Suhrawardi K. Lubis, dkk. Wakaf dan Pemberdayaan Umat, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010 ) h. 15 46 Miftahul Huda, Mengalirkan Manfaat Wakaf (Potret Perkembangan Hukum dan Tata Kelola Wakaf Di Indonesia), (Bekasi: Gramata Publising, 2015) h. 32
25
boleh dijual, diberikan atau dijadikan warisan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan Allah, orang musafir, dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti makanan atau memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber pendapatan.47 Adapun hadist lain yang menjadi sumber hukum Islam adalah:
ُ اْل ْن َس َ ِِ َذا َم بزيَة أَوْ ِع ْهم َ بَ ا ْنقَطَ َع َع ْنُُ َع َمهُُُ ِِ ََّ ِم ْن ذَ ََلذَة ِِ ََّ ِم ْن ِ ْ بت ِ ص َدقَة َج َُُصبنِح يَ ْد ُعى ن َ يُ ْنحَفَ ُع ثِ ُِ أَوْ َونَد “Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda: “Apabila manusia telah wakaf (meninggal dunia), maka terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, atau ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya” (H.R Muslim). Imam Muslim meletakkan hadits ini dalam bab wakaf karena para ulama menafsirkan istilah sedekah jariyah di sini dengan wakaf.48 Selain dasar dari Al-Qur‟an dan Hadits di atas, para Ulama sepakat (ijma) menerima wakaf sebagai suatu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam. Tidak ada orang yang dapat menafikan dan menolak amalan wakaf dalam Islam karena wakaf telah menjadi amalan yang senantiasa diajalankan dan
47
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenana Media Group: 2012) h. 435 48 Suhrawardi K. Lubis, dkk. Wakaf dan Pemberdayaan Umat, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010 ) h. 18
26
diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum muslimin sejak masa awal Islam hingga sekarang.49 Salah satu rukun wakaf ialah adanya harta benda yang akan diwakafkan. Harta bila dilihat dari bentuknya terbagi menjadi dua, yaitu benda tidak bergerak dan benda bergerak. Contoh dari harta tidak bergerak seperti bangunan dan tanah, sedangkan harta yang tidak bergerak seperti uang, emas, surat berharga, dll. Wakaf uang atau wakaf tunai yang merupakan hal yang baru di Indonesia. Padahal di beberapa negara, seperti Mesir, Turki, Bangladesh masalah wakaf uang sudah lama dikaji dan dikembangkan. Kenyataan ini menunjukkan wakaf merupakan
instrumen
keuangan
umat
yang
sangat
potensial
untuk
dikembangkan. Sebenarnya, masalah wakaf uang sudah diperbincangkan oleh ulama klasik. Namun diantara mereka terjadi perbedaan pendapat tentang sah atau tidak sahnya wakaf uang tersebut. Perbedaan pendapat tersebut beranjak dari persyaratan mauquf (benda wakaf). Bagi sebagian ulama yang menyatakan, benda wakaf hanya dibolehkan terhadap benda yang tidak bergerak menyatakan tidak sah mewakafkan benda yang bisa lenyap atau habis dengan proses pemanfaatan, seperti uang, lilin, makanan dan minuman, maupun harum-haruman.50 Mengenai wakaf uang di Indonesia saat ini sudah tidak ada masalah lagi. Pada tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah menetapkan fatwa tentang wakaf uang, yang isinya adalah sebagai berikut:
49
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, ( Jakarta: Kencana Prenana Media Group: 2012 ) h. 436 50 Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h.225
27
1. Wakaf uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. 2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 3. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). 4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i.. 5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, atau diwariskan.51 Serta dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004, masalah wakaf uang dituangkan secara khusus dalam Bagian Kesepuluh, yaitu wakaf benda berupa uang yang terdapat pada pasal 28-31. Dalam pasal 28 dinyatakan, wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga kuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri. Pada Pasal 29 diuraikan bahwa wakaf benda bergerak berupa uang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak wakif yang dilakukan secara tertulis. Kemudian, akan diterbitkan dalam bentuk Sertifikat Wakaf Uang yang disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada wakif dan nazir sebagai bukti penyerahan benda wakaf.52 Dengan demikian permasalahan wakaf uang telah selesai dengan adanya payung hukum yang menaungi tentang wakaf uang di Indonesia. 3. Rukun dan Syarat Wakaf Rukun adalah sesuatu yang merupakan sendi utama dan unsur pokok dalam pembentukan sesuatu hal. Perkataan rukun berasal dari bahasa Arab 51
Farida Prihatini, Hukum Islam & Zakat Wakaf: Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2015) h. 115 52 Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015) h.227
28
“ruknun” yang berarti tiang, penopang atau sandaran. Sedangkan menurut istilah rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perbuatan. Dengan demikian tanpa rukun sesuatu tidak akan dapat berdiri tegak. Wakaf sebagai suatu lembaga Islam mempunyai beberapa rukun. Tanpa adanya rukun-rukun yang telah ditetapkan, wakaf tidak dapat berdiri.53 Dengan kata lain, wakaf menjadi tidak sah hukumnya apabila rukun-rukun tersebut tidak terpenuhi. Unsur-unsur pembentuk yang juga merupakan rukun wakaf itu adalah (1) orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya) atau waqif, (2) harta yang diwakafkan atau mauquf, (3) tujuan wakaf atau yang berhak menerima hasil wakaf, disebut mauquf alaih, dan (4) pernyataan wakaf dan wakif, yang disebut sighat atau ikrar wakaf.54 Penjelasan masing-masing unsur (rukun) wakaf tersebut adalah sebagai berikut: 1. Orang yang mewakafkan hartanya (Wakif) Orang yang mewakafkan hartanya dalam istilah hukum Islam disebut wakif. Seorang wakif haruslah memenuhi syarat dalam mewakafkan hartanya,
di
antaranya
adalah
kecakapan
bertindak,
telah
dapat
mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benarbenar pemilik harta yang diwakafkan itu. Mengenai kecakapan bertindak, dalam hukum fiqih Islam ada dua istilah yang perlu dipahami perbedaannya
53
Farida Prihatini, Hukum Islam & Zakat Wakaf: Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2005) h. 110 54 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press, 1998), h. 85
29
yaitu baligh dan rasyid. Pengertian baligh menitikberatkan pada usia, sedang rasyid pada kematangan pertimbangan akal.55 2. Harta yang diwakafkan (Mauquf) Barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) haruslah memenuhi syart-syarat berikut. Pertama, harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan untuk jangka wakti yang lama, tidak habis sekali pakai. Pemanfaatan itu haruslah untuk hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum. Kedua, harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya (jika berbentuk tanah misalnya). Ketiga, benda itu, sebagaimana disebutkan di atas, harus benar-benar kepunyaan wakif bebas dari segala beban. Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda dapat juga berupa benda bergerak seperti buku-buku, saham, surat-surat berharga dan sebagainya.56 3. Tujuan Wakaf (Mauquf alaih) Tujuan wakaf, (dalam tujuan itu tercermin yang berhak menerima hasil wakaf) atau mauquf alaih, harus jelas, misalnya 1) untuk kepentingan umum, seperti (tempat) mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit dan amalamal sosial lainnya. Dapat pula ditentukan tujuannya, 2) untuk menolong fakir-miskin, orang-orang terlantar dengan jalan membangun panti asuhan. Dapat juga disebutkan tujuan wakaf itu, 3) untuk keperluan anggota keluarga sendiri, walapun misalnya anggota keluarga sendiri, walaupun misalnya anggota keluarga itu terdiri dari orang-orang yang mampu, 4) tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah. Tujuan 55
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press, 1998), h. 85 56 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, h. 86
30
wakaf itu harus dapat dimasukkan ke dalam ketegori ibadah pada umumnya, sekurang-kurangnya tujuannya harus merupakan hal yang mubah menurut ukuran (kaidah) hukum Islam. Adalah mubah atau jaiz atau „boleh‟ saja kalau misalnya orang mewakafkan tanahnya untuk kuburan, pasar, lapangan olahraga dan sebagainya dalam rangka pelaksanaan ibadah umum atau ibadah ammah.57 4. Pernyataan (sighat) wakif Penyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan pernyataan itu, tanggal lah hak wakif atas benda yang diwakafkannya. Benda itu kembali menjadi hak milik mutlak Allah yang dimanfaatkan oleh orang atau orang-orang yang disebut dalam ikrar wakaf tersebut.58 4. Macam-Macam Wakaf Dari tujuannya tersebut diatas, wakaf dapat dibedakan menjadi wakaf keluarga atau wakaf ahli yang disebut juga wakaf khusus dan wakaf umum atau wakaf khairi. 1. Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli Yang dimaksud dengan Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli (disebut juga wakaf khusus) adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain.59
57
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press, 1998), h. 86 58 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, h. 87 59 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, h. 89
31
2. Wakaf Umum Yang dimaksud dengan wakaf khairi atau wakaf umum adalah wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan atau kemasalahatan umum. Wakaf jenis ini jelas sifatnya sebagai lembaga lembaga keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk masjid, madrasah, pesantren, asrama, rumah sakit, rumah yatim-piatu, tanah pekuburan dan sebagainya.60 Dari dua macam wakaf diatas dapat disimpulkan bahwa, wakaf itu tidak hanya bermanfaat bagi kalangan keluarga saja, namun juga dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat, yang mana lebih luas lagi manfaat wakaf yang dapat dirasakan.
60
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, (Jakarta: UI-Press, 1998), h. 90
32
BAB III PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA
A. Sejarah Badan Wakaf Indonesia Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk kali pertama, Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007. Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat. BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan. Dalam kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU No.41/2004).61 61
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) h. 445
33
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri. Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57, UU No.41/2004).62 B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia Berdasarkan Pasal 49 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, BWI mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1. Melakukan
pembinaan
terhadap
nazhir
dalam
mengelola
dan
mengembangkan harta benda wakaf. 2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional. 3. Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf. 4. Memberhentikan dan mengganti nazhir. 5. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf. 6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan.63
62
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) h. 446 63 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) h. 446
34
Kemudian, melalui Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Wakaf Indonesia, BWI menjabarkan tugas dan wewenangnya sebagai berikut: 1. Melakukan
pembinaan
terhadap
nazhir
dalam
mengelola
dan
mengembangkan harta benda wakaf. 2. Membuat pedoman pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. 3. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional serta harta benda wakaf terlantar. 4. Memberikan pertimbangan, persetujuan, dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf. 5. Memberikan pertimbangan dan/ atau persetujuan atas penukaran harta benda wakaf. 6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. 7. Menerima, melakukan penilaian, menerbitkan tanda bukti pendaftaran nazhir, dan mengangkat kembali nazhir yang telah habis masa baktinya. 8. Memberhentikan dan mengganti nazhir bila dipandang perlu. 9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Agama dalam menunjuk Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). 10. Menerima pendaftaran Akta Ikrar Wakaf (AIW) benda bergerak selain uang dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW). Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BWI bekerja sama dengan Kementerian Agama (c.q. Direktorat Pemberdayaan Wakaf), Majelis Ulama Indonesia, Badan Pertanahan Nasional, Bank Indonesia, Badan Perencanaan
35
Pembangunan Nasional, Islamic Development Bank, dan berbagai lembaga lain. Tidak tertutup kemungkinan BWI juga bekerja sama dengan pengusaha/ investor dalam rangka mengembangkan aset wakaf agar menjadi lebih produktif.64 C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia 1. Visi Visi yang dimiliki Badan Wakaf Indonesia adalah, “Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan
integritas
untuk
mengembangkan
perwakafan
nasional
dan
internasional.” 2. Misi Misi yang dimiliki Badan Wakaf Indonesia adalah, “Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat.”65 D. Strategi Badan Wakaf Indonesia 1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan Wakaf Indonesia, baik nasional maupun internasional. 2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan. 3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf. 4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazir dalam pengelolaan dan pengembangan harta wakaf. 5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.
64
http://bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/visi-dan-misi.html diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pada pukul 23.41 wib 65 http://bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/visi-dan-misi.html diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pada pukul 23.41 wib
36
6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf. 7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. 8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang berskala nasional dan internasional.66 E. Program-Program Badan Wakaf Indonesia Adapun program kerja dari masing-masing divisi adalah sebagai berikut: 1. Divisi Pembinaan Nazhir Pembinaan nazhir diarahkan untuk membentuk nazhir professional, baik perseorangan, organisasi atau badan hokum. Adapun program dari divisi ini adalah sebagai berikut: a. Menyusun kurikulum untuk pelatihan nazhir. b. Menyusun modul untuk pelatihan nazhir oleh tim khusus yang dibentuk oleh pengurus BWI. c. Modul dan kurikulum yang sudah disusun oleh tim khusus, diteliti dan diuji oleh Divisi Litbang. d. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk nazhir. e. Menyususn standar etika dan professionalitas nazhir. f. Mendata dan memetakan nazhir.67 2. Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf menyusu program sebagai berikut: a. Pemetaan tanah wakaf untuk tujuan produktif. b. Program penghimpunan dana wakaf uang. 66 67
Data Internal Badan Wakaf Indonesia Data Internal Badan Wakaf Indonesia
37
c. Program investasi harta wakaf. d. Penyaluran hasil investasi kepada mauquf alaih sesuai yang ditetapkan dalam ikrar wakaf. 3. Divisi Kelembagaan a. Menyiapkan berbagai peraturan perwakafan. b. Menyiapkan dan menyusun pedoman penyelesaian sengketa mengenai perwakafan baik musyawarah, mediasi, arbitrase atau pengadilan. c. Menyiapkan pedoman hubungan kerja. d. Pengembangan lembaga, pembentukan perwakilan BWI di provinsi atau kabupaten/kota sesuai kebutuhan bersama. e. Memberikan rekomendasi persetujuan atau penukaran harta benda wakaf. f. Penerbitan kebijakan dan prosedur pengelolaan wakaf produktif. g. Menyiapkan dan menyususn pedoman status dan penukaran harta benda wakaf.68 4. Divisi Hubungan Masyarakat a. Sosialiasi Badan Wakaf Indonesia. b. Sosialisasi dan edukasi publik tentang wakaf. 5. Divisi Penelitian dan Pengembangan Wakaf a. Menginventarisir aset- aset wakaf di seluruh Indonesia b. Memetakan dan menganalisis potensi ekonomi dari setiap asset wakaf dengan berkoordinasi dengan divisi lain yang berkaitan. c. Menghasilkan publikasi ilmiah dan popular mengenai perwakafan.
68
Data Internal Badan Wakaf Indonesia
38
d. Studi banding. 6. Divisi Kerjasama Luar Negeri a. Menjalin kerjasama dengan lembaga- lembaga wakaf di dunia Islam dalam bidang pembinaan nazhir, pengelolaan harta wakaf, dan pengembangan informasi perwakafan. b. Memperkenalkan Badan Wakaf Indonesia dan perwakafan di Indonesia kepada lembaga- lembaga wakaf di luar negeri. c. Sosialisasi program- program Badan Wakaf Indonesia ke luar negeri. d. Menjembatani hubungan lembaga- lembaga wakaf di Indonesia dengan internasional dan sebaliknya.69 F. Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia SUSUNAN PENGURUS BADAN WAKAF INDONESIA MASA JABATAN TAHUN 2014–2017 Dewan Pertimbangan Ketua
: Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.
Wakil Ketua:
: Prof. Dr. Abdul Djamil, M.A
Anggota:
: Prof. Dr. Syibli Syarjaya : Prof. Dr. Veithzal R : Drs. H. Arifin Nurdin, S.H., M.Kn.
Badan Pelaksana Ketua
: Dr. H. Maftuh Basyuni, S.H.
Wakil Ketua
: Drs. H. Slamet Riyanto, M.Si. : Ir. Muhamad Nadratuzzaman
69
Data Internal Badan Wakaf Indonesia
39
Hosen, M.Ec.,Ph.D. Sekretaris
: Dr. H. Nursamad Kamba
Wakil Sekretaris
: Drs. H. Hamka, M.Ag. : Hj. Dra. Badriyah Fayumi, Lc., M.A.
Bendahara
: H. M. Mardini
Wakil Bendahara
: H. Abdul Qodir, S.H., M.A.
Divisi-Divisi Pembinaan Nazhir
: Drs. Entjeng Shobirin Nadj : Dr. Asep Saepudin Jahar : Dr. KH. Mohamad Hidayat
Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf
: Ir. Jurist Efrida Robbiyantono : Ir. Iwan Agustiawan Fuad, M.Si.
` Hubungan Masyarakat
: Dr. Muhammad Maksum, M.A. : Ir. H. M. Khoirul Huda : Dr. Jeje Jaenudin, M.Ag.
Kelembagaan dan Bantuan Hukum
: H. M. Sholeh Amin, S.H., M.Hum. : Drs. Zafrullah Salim, M.H. : Dr. Yusuf Susilo, S.H., M.Hum. : Siti Soraya Devi Zaeni, S.H., M.Kn.
Penelitian dan Pengembangan
: Prof. Dr. Muhammad Zilal Hamzah : Dr. Amelia Fauzia
Kerjasama Luar Negeri:
: Dr. Muhamad Luthfi
40
: H. Arif Zamhari, Ph.D70
70
http://bwi.or.id/index.php/in/tentang-bwi/struktur-organisasi.html diakses pada tanggal 26 Mei 2016 pada pukul 14.31
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS MANAJEMEN PENGHIMPUNAN WAKAF UANG PADA BADAN WAKAF INDONESIA
A. Manajemen Penghimpunan Wakaf Uang Pada Badan Wakaf Indonesia Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan atau dilihat selama berada dilapangan terhadap Badan Wakaf Indonesia. Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen negara yang mengurusi perwakafan di Indonesia. Badan Wakaf Indonesia memilik dua fungsi yakni sebagai sebagai regulator dan operator sebagaimana tertuang di dalam undangundang 49 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. Fungsi regulator sekaligus operator disini tergambar di dalam undang-undang, walaupun tidak secara eksplisit diungkapkan. Adapun fungsi regulator Badan Wakaf Indonesia seperti: melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, memberikan persetujuan dan atau izin perubahan status harta benda wakaf, memberhentikan dan mengganti nazhir. Sedangkan fungsi Badan Wakaf Indonesia sebagai operator (nazhir) yaitu, melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional. Di Badan Wakaf Indonesia (BWI), penghimpunan wakaf uang dilaksanakan oleh Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf. Dalam hal ini peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang manajemen penghimpunan wakaf uang yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI). Dalam bab ini peneliti
42
akan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan atau dilihat selama berada dilapangan terhadap Badan Wakaf Indonesia. Proses penghimpunan wakaf uang pada Badan Wakaf Indonesia secara langsung dilakukan setiap satu tahun sekali dan hanya pada bulan Ramadhan, yakni dengan cara mensosialisasikan wakaf uang baik melalui media elektronik seperti radio, televisi, dan internet. Dan juga menggunakan media cetak seperti koran dan juga melalui menggunakan media internal Badan Wakaf Indonesia dengan cara menyembarkan brosur, pamflet, pemasangan spanduk-spanduk di sekitar perumahan warga, dll. Sosialisasi dengan cara ini dilakukan Badan Wakaf Indonesia untuk memberikan edukasi mengenai wakaf uang dan juga mengenalkan kepada masyarakat Badan Wakaf Indonesia secara lebih luas lagi, sehingga diharapkan kemudian hari banyak masyarakat yang mau berwakaf uang melalui Badan Wakaf Indonesia. Wakaf uang di terima oleh Badan Wakaf Indonesia melalui LKS-PWU atau disebut Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang. Saat ini Badan Wakaf Indonesia telah bekerja sama dengan 16 Bank Syariah yang siap menerima wakaf uang, diantaranya adalah: Bank Muamalat, Bank BNI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dll. Tugas bank disini hanya sebagai kustodian atau sebagai penampung uang yang telah diwakafkan, lalu kemudian diinvestasikan ke dalam unit usaha atas izin dari Badan Wakaf Indonesia. Berdasarkan Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang Badan Wakaf Indonesia pada tahun 2015, jumlah wakaf tunai yang berhasil dihimpun oleh BWI, berjumlah Rp.4.115.823.569, yang diterima melalui 16 bank syariah atau
43
dikenal dengan Lembaga Keuangan Syariah-Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU). Jumlah ini bisa dikatakan cukup kecil jika dibandingan dengan nazhir lain, kemudian dari hasil penghimpunan ini diinvestasikan ke dalam produk perbankan seperti deposito syariah, dan sebagian di alokasikan untuk pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak milik BWI di Serang Banteng, kemudian dari investasi wakaf uang tersebut hasilnya di salurkan kepada mauquf alaih. 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan
merupakan
fungsi
terpenting
dari
fungsi-fungsi
manajemen yang ada. Bila diibaratkan sebuah kendaraan, perencanaan adalah sebagai pedoman yang harus dipakai agar kendaraan tersebut dapat berjalan. Tanpa
perencanaan
yang
baik
proses-proses
selanjutnya
seperti
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Perencanaan diperlukan agar kita memiliki tujuan yang jelas dari sebuah organisasi, target yang ingin dicapai, program-program yang akan dilaksanakan yang digunakan untuk membantu mencapai tujuan tersebut. a. Perkiraan Masa Depan (forecasting) Cara yang dilakukan oleh BWI dalam membaca situasi dan kondisi di lapangan ketika akan melaksanakan kegiatan penghimpunan, sebagaimana yang telah diutarakan dalam wawancara, menurut Staff Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan BWI, Bapak Sigit: “Dalam tahap ini BWI mengadakan raker yang biasanya itu kita adakan setiap tahun, jadi dari situ BWI menganalisa peluang dan tantangan yang ada di lapangan. Dalam raker ini juga BWI menganalisa apa yang jadi kekuatan dan kelemahan lembaganya, setiap program
44
yang telah direncanakan dan untuk mengatasi permasalahan yang diperkirakan akan muncul dalam aktifitas penghimpunan.”71 b. Penentuan dan Perumusan Sasaran Setelah melakukan forecasting, selanjutnya divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI menentukan sasaran calon wakif yang akan dijadikan objek untuk aktifitas penghimpunan guna menggalang wakaf uang, sebagaimana yang telah diutarakan oleh Staff Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI bapak Sigit Indra dalam wawancara: “Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan, membuat dua sasaran, dan targetnya itu nasabah bank, karena targetnya itu calon nasabah, kan jadi ada dua, yang pertama ada nasabah biasa, dan yang kedua ada nasabah prioritas, biasanya pendekatannya agak berbeda, kalau nasabah prioritas kan memang ngga semua orang bisa diberikan akses oleh bank untuk bertemu dengan nasabah prioritas, tapi kita disini karena kerjasama dengan LKS kita juga kadang-kadang diikutsertakan juga oleh pegawai bank jika ada nasabah prioritas yang datang ke kantor cabang atau ke kantor cabang pembantu kita diberikan waktu untuk tadi untuk memberikan edukasi tentang wakaf, jadi dari situ kan nanti kalau dia berminat dengan produk wakaf kita, mereka bisa berwakaf, jadi sasarannya jelas.”72
71
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016 Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
72
45
c. Penetapan Tindakan-Tindakan Dalam menjalankan kinerjanya, divisi pengelolaan BWI memiliki beberapa program, seperti yang disampaikan oleh bapak Sigit selaku staff divisi pengelolaan BWI: “Kalau penetapan program, ini karena program kita sederhana yah, masih memang masih RSIA BWI yang menjadi prioritas kita untuk dipasarkan, atau disosialisasikan kepada calon-calon wakif. Jadi nanti dari wakaf uang itu sebagian ada 60% yang diinvestasikan ke produk perbankan seperti deposito syariah, ada juga 40% yang ke Rumah Sakit Ibu dan Anak milik BWI ya.”73 d. Penetapan Metode Dalam melaksanakan aktifitas penghimpunan metode yang dilakukan
Badan
Wakaf
Indonesia,
lebih
menekankan
kepada
penghimpunan public. Sebagaimana yang telah diutarakan oleh staff divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Badan Wakaf Indonesia. “Biasanya kita menggunakan dua metode, ada direct ada indirect, yang direct itu misalnya langsung ketemu dengan nasabah dengan masyarakat, itu biasanya fundraising yang kita lakukan di bulan Ramadhan, ada juga kita buka stand di seminar, bazar, misalnya kita pernah itu buka berkala itu acaranya Tazkia waktu itu, kan setiap bulan ada pengajian bulanan, nah kita buka stand disitu, jadi dari situ kita coba menghimpun wakaf uang, disamping kita juga tetap bekoordinasi
73
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
46
dengan LKS karena penyebaran pamflet, brosur, dan sebagainya itu, kita menggunakan juga jaringan LKS, termasuk juga kita melibatkan BWI perwakilan juga. Kalau yang indirect itu biasanya itu tadi kita lebih kepada co-branding kadang-kadang yah, lalu juga kita buat voucher wakaf dengan bank DKI, ada yang sepuluh ribu, lima puluh ribu, seratus ribu, kita tawarkan kepada calon-calon wakif yah.” e. Penetapan Penjadwalan Waktu Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf juga menetapkan waktu untuk melaksanakan kegiatan penghimpunan wakaf uang secara: “Penetapan waktunya, biasanya ini bulan ramadhan, memang momennya baik ya, biasanya minat orang itu untuk berwakaf itu tinggi.” f. Penetapan Lokasi Untuk melakukan kegiatan penghimpunan secara langsung BWI memerlukan tempat yang sering dikunjungi orang, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sigit: “Penetapan tempatnya dimana, ini tergantung dari situasi ya, ada di event bazar atau pengajian dan di bulan Ramadhan itu kita menempatkan fundraiser di kantor-kantor cabang atau kantor-kantor cabang pembantu LKS PWU.” g. Penetapan Biaya Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan untuk penetapan biaya, yaitu: “Kalau biaya operasional itu udah dapet dari pemerintah, kalau merencanakan target penghimpunan itu biasanya kita pas rapat kerja
47
setiap tahun, akhir tahun itu biasanya kita adakan, ada target yang dibuat, itu targetnya 70 Milyar untuk penghimpunan wakaf uang, walaupun memang hasilnya melenceng jauh, lalu nanti dari hasil investasi wakaf uang tersebut 90% untuk mauquf alaih, 10% bisa untuk BWI, cuma lebih baik kalau disalurkan semuanya”74 Dengan adanya perencanaan yang dibuat dapat menentukan maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan dimaksudkan untuk apa yang ingin didapatkan dan dicapai di masa yang akan datang dapat diperoleh dengan cara yang efektif dan efisien. Setiap usaha apapun dapat berjalasan dengan baik dan efisien apabila telah direncanakan dengan baik sebelumnya. Dengan perencanaan yang baik, kegiatan penghimpunan wakaf uang yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dapat diatur sebaik mungkin agar sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dapat diraih. 2. Pengorganisasian (Organizing) a. Pembagian Tugas Kerja Dalam pembagian tugas kerja dalam proses penghimpunan BWI tidak melakukannya sendiri, tetapi dengan mempekerjakan mahasiswa yang
memang
berminat
menjadi
fundraiser,
berdasarkan
hasil
sectornya
divisi
wawancara yang peneliti dapatkan: “Penghimpunan
ini
kan
tetap
leading
pengelolaan tapi nanti bekerja sama dengan divisi humas untuk mensosialisasikan wakaf uang melalui internet, jurnal, brosur, pamphlet. Tapi kalau untuk penghimpunan secara langsung, tidak kita lakukan
74
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
48
sendiri, kita membuka open recruitment siapa yang mau magang di BWI untuk menjadi fundraiser selama bulan Ramadhan, tugasnya itu mensosialisasikan, mengedukasi dan mengajak nasabah yang sudah memiliki rekening di LKS-PWU tersebut untuk berwakaf, baik itu nasabah biasa atau nasabah prioritas, dan ini biasanya dari mahasiswa Tazkia.75 b. Pemberian Wewenang Pola pemberian perintah dan wewenang di divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan BWI bekerja sama dengan divisi lain yaitu divisi Humas dalam mensosialisasikan wakaf uang, dan untuk pemberian wewenang kepada fundraiser dilaksanakan dengan beberapa tahapan, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sigit: “Lalu
proses
pendaftarannya,
setelah
mereka
sudah
mengumpulkan CV dan setelah kita verifikasi, mereka kemudian kita panggil, nanti akan ditempatkan di lima cabang LKS-PWU, misalnya di lima cabang itu masing-masing kita tempatkan dua orang dan kuota yang magang itu kan hanya 10 orang. Kita rekrut kemudian kita berikan briefing tentang produk yang kita tawarkan, bagaimana mekanismenya, selama dua hari di Badan Wakaf Indonesia nanti dari pengurus diberikan materi tentang wakaf uang, nanti setelah siap ditempatkan di cabang-cabang LKS-PWU jadi briefing itu di BWI ada, di LKS-PWU juga ada briefing, karena mereka harus mengikuti tatacara di bank, karena bank itu aturannya ketat, seperti masuknya jam berapa,
75
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
49
pakaiannya seperti apa, lalu juga uang perharinya berapa, perbulannya berapa, itu diatur diawal mereka mendapatkan berapa, target wakaf uang yang dihimpun berapa, lalu juga apa saja yang boleh dibawa selama dia di area kantor cabang itu, mereka kan ngga boleh duduk, harus berdiri, sikapnya bagaimana itu nanti diatur di briefingnya tadi, jadi itu sudah jelas tugas dan tanggung jawabnya.”76 3. Penggerakan (Actuating) a. Pembimbingan Setiap fundraiser yang akan melakukan penghimpunan diberikan arahan dan bimbingan sebelum melakukan fundraising berdasarkan hasil wawancara: “Arahannya kita setelah merekrut mahasiswanya, kita verifikasi berkasnya, setelah selesai kita kumpulkan, yang pertama kita berikan informasi-informasi dasar tentang wakaf, yang kedua pengetahuan tentang produk yang akan disosialisasikan kepada nasabah. Lalu juga kita mencoba mencari mahasiswa itu yang kalau bisa backroundnya cukup mengetahui tentang wakaf, biasanya mahasiswa dari jurusan ekonomi Islam sudah ada pemahaman sedikit tentang wakaf atau zakat atau informasi tentang keislamannya kan sudah cukup yah, itu kan kita jadikan
pertimbangan
juga
dalam
merekrut
calon
fundraiser.
Bimbingannya jelas tadi kita berikan briefing di BWI dan itu diberikan oleh pengurus divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf”77
76
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016 Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
77
50
b. Pengkoordinasian “Pengkoordinasiannya setiap hari mereka akan memberikan laporan, kalau mereka memang dapat, lalu juga berkoordinasi dengan manajer bank tersebut, karena kan nanti kalau memang ada keluhan, ada kendala, misalnya mereka minta bantuan dalam mutasi debet tabungannya ke rekening BWI bagaimana, itu kan nanti teknisnya dibantu oleh petugas bank begitu, jadi koordinasinya tetap ke BWI juga mengenai wakaf, tapi ke LKS PWU juga terkait dengan teknis administrasi, mungkin juga ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh fundraiser biasanya mereka akan menanyakan ke BWI, nanti dari pihak BWI akan menjawab ke nasabah tadi.” c. Pengambilan Keputusan “Proses
pengambilan
keputusan
dalam
proses
kerja
penghimpunan dilakukan secara musyawarah mufakat, semua berhak berbicara dan memberikan saran terhadap permasalahan yang dihadapi. Namun ketika ada fundraiser yang tidak bisa menghadapi masalah di lapangan nanti bisa berkonsultasi ke pihak BWI”78 4. Pengawasan (Controlling) a. Penetapan Standar Setelah
melaksanakan
perencanaan,
pengorganisasian
dan
pelaksanaan maka perlu melakukan pengawasan. Pengawasan disini dilakukan untuk mengamati seperti apa kinerja dan hasil penghimpunan yang diperoleh, berikut hasil wawancara:
78
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
51
“Untuk menetapkan standarnya kita membuat absensi yah untuk fundraisernya ketika melakukan fundraising, juga ada bukti nota orang yang sudah berwakaf, kalau ada yang berwakaf lebih dari satu juta nanti kan ada sertifikatnya dari LKS-PWU baru setelah itu di copy diberikan ke kita beserta notanya. Setiap minggu kita ada pertemuan untuk mengevaluasi,
satu
minggu
ini
dapatnya
berapa,
lalu
juga
kekurangannya apa kendalanya apa hambatannya apa, itu biasanya setiap minggu kita bertemu. Kalau setiap hari itu biasanya kalau ada pertanyaan yang ngga bisa dijawab bisa melalui telepon atau sms.”79 b. Mengukur Kinerja Untuk mengukur kinerja para fundraiser yang magang di BWI dilakukan setiap minggu dan diakhir bulan, berdasarkan hasil: “Pemeriksaan wakaf uangnya sudah jelas yah per minggu dan diakhir bulan direkapitulasi wakaf uang yang sudah berhasil diperoleh.”80 c. Memperbaiki Penyimpangan Untuk memperbaiki apabila ada kesalahan atau kekurangan selama proses penghimpunan, BWI melakukan evaluasi terhadap selama pelaksanaan penghimpunan: “Evaluasi setiap minggu itu ada di hari jumat sore, atau sabtu bisa juga tergantung situasi dan kondisi. Kadang-kadang karena jaraknya
79 80
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016 Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
52
itu jauh-jauh jadi bisa hari sabtu, biar waktunya tidak terlalu mepet yah.”81 B. Analisis Secara umum divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Badan Wakaf Indonesia telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik dalam aktivitas penghimpunan, meskipun ada beberapa kekurangan yang masih perlu dibenahi dan diperbaiki. Berikut uraiannya: 1. Perencanaan (Planning) Dalam tahap perencanaan ini, Badan Wakaf Indonesia sudah terlihat merencanakan dengan apa yang menjadi tujuan dan apa yang ingin dicapai. Ini dapat terlihat dari visi dan misi Badan Wakaf Indonesia yang ingin menjadi lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai
kemampuan
dan
integritas
untuk
mengembangkan
perwakafan nasional dan internasional. BWI juga melakukan prediksi yang disini bertujuan untuk melihat apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada BWI itu, serta apakah yang menjadi peluang dan ancaman yang berasal dari luar, dari situ BWI bisa melihat apa cara untuk meningkatkan kinerja mereka, khsususnya dalam meningkatkan jumlah wakaf uang yang masuk. Peneliti melihat BWI sudah cukup baik dalam menentukan yang menjadi sasaran dalam proses penghimpunan yaitu nasabah bank yang menjadi LKS PWU, namun menurut peneliti akan lebih baik lagi kalau yang menjadi sasaran bukan hanya nasabah bank tetapi masyarakat secara luar, tentunya dengan diiringi dengan 81
Hasil wawancara dengan bapak Sigit Indra Prianto, 22 September 2016
53
edukasi dan sosialisasi yang lebih baik lagi. Peneliti melihat BWI perlu untuk membuat produk-produk yang lebih variatif lagi, sehingga dengan banyaknya pilihan yang dapat ditawarkan kepada calon wakif akan membuat calon wakif lebih tertarik lagi dengan penghimpunan wakaf uang. 2. Pengorganisasian (Organizing) Dari segi pengorganisasian, divisi pengelolan dan pemberdayaan Badan Wakaf Indonesia peneliti melihat sudah baik dengan adanya mahasiswa yang ditarik untuk menjadi fundraiser, namun disini melihat perlunya penambahan jumlah fundraiser agar penghimpunan wakaf uang menjadi lebih maksimal, dan lebih baik lagi apabila fundraising tersebut tidak hanya dilakukan di kantor-kantor cabang namun juga di berbagai macam pusat keramaian dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat lebih teredukasi, dan sosialisasi wakaf uang menjadi lebih luas lagi. 3. Penggerakan (Actuating) Dari segi penggerakan, Badan Wakaf Indonesia sudah baik karena dengan adanya pembimbingan terhadap para fundraiser akan membuat lebih memahami apa itu wakaf uang, arahan dan bimbingan tersebut sangat diperlukan agar dapat melayani calon wakif dengan baik, karena mungkin calon wakif memiliki banyak pertanyaan seputar wakaf uang. Peneliti melihat pengkoordinasian yang dilakukan juga sudah cukup baik karena bukan hanya berkoordinasi dengan pihak BWI apabila sedang melayani nasabah, namun juga koordinasi pihak LKS PWU sehingga
54
meningkatkan kinerja dalam menghimpun wakaf uang, terutama dalam hal administrasi. 4. Pengawasan (Controlling) Peneliti melihat dengan adanya, nota yang diberikan kepada fundraiser itu akan memudahkan pihak BWI dalam mengontrol berapa jumpal wakaf uang yang masuk, juga dengan disertakannya sertfikat wakaf uang yang digabungan dengan nota tersebut dapat mencegah penyelewengan dikarenakan akan sulitnya untuk memalsukan laporan apabila harus menyertakan sertifikat wakaf uang. Dengan adanya evaluasi yang diadakan setiap minggu akan membantu para pihak BWI mengetahui apa hambatan yang terjadi di lapangan sehingga bisa dicarikan
pemecahan
masalahnya
secara
bersama-sama.
Dengan
rekapitulasi yang diadakan setiap minggu dan akhir dari penghimpunan wakaf uang akan membantu untuk melihat berapa hasil yang diperoleh selama fundraising.
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari beberapa bab yang telah peneliti paparkan sebelumnya, baik secara teoritis maupun pengamatan langsung pada objek yaitu Badan Wakaf Indonesia, maka peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Peneliti
mendapatkan
bahwasanya
manajemen
penghimpunan
yang
diterapkan pada Badan Wakaf Indonesia sudah cukup baik dari mulai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasannya, namun masih perlu ditingkatkan untuk fungsi perencanaannya. Pengorganisasian, dan penggerakan dalam proses penghimpunan wakaf uang juga sudah berjalan cukup baik, perlu lebih ditingkatkan lagi agar wakaf uang yang dihimpun pun jumlahnya lebih besar lagi. Pengawasan yang dilakukan pun sudah berjalan dengan baik terlihat dari rapat-rapat pleno yang sering diadakan. Penghimpunan wakaf uang yang dilakukan pada bulan Ramadhan pun sudah baik karena bekerja sama dengan lembaga lain seperti LKS-PWU dalam proses penghimpunannya, sehingga dalam proses penghimpunannya menjadi lebih maksimal lagi, namun disayangkan penghimpunan secara langsung hanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan. 2. Dari hasil penelitian di atas ditemukan bahwa jumlah wakaf uang yang diterima BWI tidak begitu besar jika dibandingan dengan lembaga lain, dan perlu untuk ditingkatkan lagi, agar wakaf uang yang dapat diinvestasikan pun jumlahnya dapat lebih besar lagi, sehingga hasil keuntungan dari investasi tersebut pun dapat lebih besar lagi.
56
B. Saran Adapun saran dari peneliti untuk Badan Wakaf Indonesia dalam penghimpunan dan pengelolaan wakaf uang , sebagai berikut: 1. Sebagai lembaga indenpenden yang mengurusi perwakafan di Indonesia, diharapkan lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakt tentang perwakafan, khususnya wakaf uang, baik melalui media cetak, media elektronik, maupun melalui Humas Badan Wakaf Indonesia, sehingga para calon wakif lebih memahami apa itu wakaf uang dan lebih mengenal Badan Wakaf Indonesia. 2. Dengan jaringan yang dimiliki Badan Wakaf Indonesia diharapkan dengan instansi-instansi lain, media massa, dapat lebih meningkatkan lagi jumlah pemasukan wakaf uang, dengan bekerja sama dengan lembaga lain dalam mensosialisasikan wakaf uang. 3. Peneliti berharap agar Badan Wakaf Indonesia menetapkan target wakaf uang yang harus diperoleh, agar jumlah wakaf uang yang masuk pun lebih banyak lagi. 4. Peneliti melihat Badan Wakaf Indonesia perlu menambah jumlah SDM dalam hal ini khsusunya jumlah staff Badan Wakaf Indonesia, sehingga pembagian beban kerja menjadi ideal, tidak terlalu dibebankan pada satu orang staff per divisi. 5. Peneliti melihat Badan Wakaf Indonesia perlu memisahkan antara fungsi regulator dan fungsi operator yang diemban Badan Wakaf Indonesia, agar apa yang dilakukan Badan Wakaf Indonesia bisa lebih fokus.
57
6. Peneliti menyarankan agar penghimpunan wakaf uang secara langsung tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja, tetapi setiap bulan agar pemasukan wakaf uang lebih meningkat lagi. 7. Peneliti berharap agar wakaf uang yang telah dihimpun dapat diinvestasikan ke dalam unit usaha yang lebih besar lagi tidak hanya sebatas tabungan atau deposito, sehingga kemungkinan hasil keuntungan yang diperoleh pun lebih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ali, M. D, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI-Press, 1998 Athoillah, A, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, 2010 David, F. R, Manajemen Strategi Konsep, Terjemahan Dari Strategi Management, Jakarta: Prenhalindo, 2002 Fahmi, Irham, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, Bandung: Alfabeta 2012
Hasibuan, Malayu, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Huda, Miftahul, Mengalirkan Manfaat Wakaf: Potret Perkembangan Hukum dan Tata Kelola Wakaf Di Indonesia, Bekasi: Gramata Publishing, 2015 Husman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000 Badan Wakaf Indonesia, Laporan Gerakan Nasional Wakaf Uang, Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2015 Muhith, Nur Faizin, Dahsyatnya Wakaf, Jakarta: al-qudwah, 2013. Dewan Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2002.
Prianto, Sigit Indra, Hasil Wawancara, Jakarta, 2016. Prihatini, Farida, Hukum Islam & Zakat Wakaf, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2015. Rozalinda, Ekonomi Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 2015. Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015. Salim, P Salim's Collegiate Indonesia-English Dictionary, Jakarta: Modern English Press, 2000. Soemitra Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012. Suhrawadi K Lubis, dkk, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010. Usman, Abdul Halim, Manajemen Strategi Syariah, Yogyakarta: zikrul Hakim, 2015. Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Kementerian Agama, 2006 Internet Nurkaib, http://bwi.or.id, Jakarta.
HASIL WAWANCARA
Nama narasumber
: Sigit Indra Prianto
Waktu wawancara
: 22 September 2016
Jabatan
: Staff Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf BWI
Tempat wawancara
: Kantor Badan Wakaf Indonesia
1. Bagaimana membaca situasi penghimpunan wakaf uang pada divisi pengelolaan dan pemberdayaan? Jawab: Dalam tahap ini BWI mengadakan raker yang biasanya itu kita adakan setiap tahun, jadi dari situ BWI menganalisa peluang dan tantangan yang ada di lapangan. Dalam raker ini juga BWI menganalisa apa yang jadi kekuatan dan kelemahan lembaganya, setiap program yang telah direncanakan dan untuk mengatasi permasalahan yang diperkirakan akan muncul dalam aktifitas penghimpunan. 2. Bagaimana caranya BWI menentukan dan merumuskan sasaran? Jawab: Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan, membuat dua sasaran, dan targetnya itu nasabah bank, karena targetnya itu calon nasabah, kan jadi ada dua, yang pertama ada nasabah biasa, dan yang kedua ada nasabah prioritas, biasanya pendekatannya agak berbeda, kalau nasabah prioritas kan memang ngga semua orang bisa diberikan akses oleh bank untuk bertemu dengan nasabah prioritas, tapi kita disini karena kerjasama dengan LKS kita juga kadang-kadang diikutsertakan juga oleh pegawai bank jika ada nasabah prioritas yang datang ke kantor cabang atau ke kantor cabang pembantu kita diberikan waktu untuk tadi untuk memberikan edukasi tentang wakaf, jadi dari situ kan nanti kalau dia
berminat dengan produk wakaf kita, mereka bisa berwakaf, jadi sasarannya jelas 3. Bagaimana metode BWI dalam menghimpun wakaf uang? Jawaban: Biasanya kita menggunakan dua metode, ada direct ada indirect, yang direct itu misalnya langsung ketemu dengan nasabah dengan masyarakat, itu biasanya fundraising yang kita lakukan di bulan Ramadhan, ada juga kita buka stand di seminar, bazar, misalnya kita pernah itu buka berkala itu acaranya Tazkia waktu itu, kan setiap bulan ada pengajian bulanan, nah kita buka stand disitu, jadi dari situ kita coba menghimpun wakaf uang, disamping kita juga tetap bekoordinasi dengan LKS karena penyebaran pamflet, brosur, dan sebagainya itu, kita menggunakan juga jaringan LKS, termasuk juga kita melibatkan BWI perwakilan juga. Kalau yang indirect itu biasanya itu tadi kita lebih kepada co-branding kadang-kadang yah, lalu juga kita buat voucher wakaf dengan bank DKI, ada yang sepuluh ribu, lima puluh ribu, seratus ribu, kita tawarkan kepada calon-calon wakif ya. 4. Seperti apa program-program BWI khsusunya divisi pengelolaan dan pemberdayaan wakaf? Jawab: Kalau penetapan program, ini karena program kita sederhana yah, masih memang masih RSIA BWI yang menjadi prioritas kita untuk dipasarkan, atau disosialisasikan kepada calon-calon wakif. Jadi nanti dari wakaf uang itu sebagian ada 60% yang diinvestasikan ke produk perbankan seperti deposito syariah, ada juga 40% yang ke Rumah Sakit Ibu dan Anak milik BWI ya. 5. Kapan BWI melaksanakan kegiatan penghimpunan wakaf uang? Jawab: Penetapan waktunya, biasanya ini bulan ramadhan, memang momennya baik ya, biasanya minat orang itu untuk berwakaf itu tinggi
6. Dimana lokasi BWI melakukan penghimpunan wakaf uang? Jawaban: Penetapan tempatnya dimana, ini tergantung dari situasi ya, ada di event bazar atau pengajian dan di bulan Ramadhan itu kita menempatkan fundraiser di kantor-kantor cabang atau kantor-kantor cabang pembantu LKS PWU 7. Berapa target yang ditetapkan BWI dalam penghimpunan wakaf uang dan berapa biaya operasional dalam penghimpunan wakaf uang? Jawaban: Kalau biaya operasional itu udah dapet dari pemerintah, kalau merencanakan target penghimpunan itu biasanya kita pas rapat kerja setiap tahun, akhir tahun itu biasanya kita adakan, ada target yang dibuat, itu targetnya 70 Milyar untuk penghimpunan wakaf uang, walaupun memang hasilnya melenceng jauh, lalu nanti dari hasil investasi wakaf uang tersebut 90% untuk mauquf alaih, 10% bisa untuk BWI, cuma lebih baik kalau disalurkan semuanya 8. Bagaimana pembagian tugas saat penghimpunan? Jawab: Penghimpunan ini kan tetap leading sectornya divisi pengelolaan tapi nanti bekerja sama dengan divisi humas untuk mensosialisasikan wakaf uang melalui internet, jurnal, brosur, pamphlet. Tapi kalau untuk penghimpunan secara langsung, tidak kita lakukan sendiri, kita membuka open recruitment siapa yang mau magang di BWI untuk menjadi fundraiser selama bulan Ramadhan, tugasnya itu mensosialisasikan, mengedukasi dan mengajak nasabah yang sudah memiliki rekening di LKS-PWU tersebut untuk berwakaf, baik itu nasabah biasa atau nasabah prioritas, dan ini biasanya dari mahasiswa Tazkia. 9. Bagaiman pola pemberian wewenang pada BWI? Jawab: Lalu proses pendaftarannya, setelah mereka sudah mengumpulkan CV dan setelah kita verifikasi, mereka kemudian kita panggil, nanti akan ditempatkan di lima cabang LKS-PWU, misalnya di lima cabang itu
masing-masing kita tempatkan dua orang dan kuota yang magang itu kan hanya 10 orang. Kita rekrut kemudian kita berikan briefing tentang produk yang kita tawarkan, bagaimana mekanismenya, selama dua hari di Badan Wakaf Indonesia nanti dari pengurus diberikan materi tentang wakaf uang, nanti setelah siap ditempatkan di cabang-cabang LKS-PWU jadi briefing itu di BWI ada, di LKS-PWU juga ada briefing, karena mereka harus mengikuti tatacara di bank, karena bank itu aturannya ketat, seperti masuknya jam berapa, pakaiannya seperti apa, lalu juga uang perharinya berapa, perbulannya berapa, itu diatur diawal mereka mendapatkan berapa, target wakaf uang yang dihimpun berapa, lalu juga apa saja yang boleh dibawa selama dia di area kantor cabang itu, mereka kan ngga boleh duduk, harus berdiri, sikapnya bagaimana itu nanti diatur di briefingnya tadi, jadi itu sudah jelas tugas dan tanggung jawabnya 10. Bagaimana penggerakan pada saat penghimpunan? Jawab: Arahannya kita setelah merekrut mahasiswanya, kita verifikasi berkasnya, setelah selesai kita kumpulkan, yang pertama kita berikan informasi-informasi dasar tentang wakaf, yang kedua pengetahuan tentang produk yang akan disosialisasikan kepada nasabah. Lalu juga kita mencoba mencari mahasiswa itu yang kalau bisa backroundnya cukup mengetahui tentang wakaf, biasanya mahasiswa dari jurusan ekonomi Islam sudah ada pemahaman sedikit tentang wakaf atau zakat atau informasi tentang keislamannya kan sudah cukup yah, itu kan kita jadikan pertimbangan juga dalam merekrut calon fundraiser. Bimbingannya jelas tadi kita berikan briefing di BWI dan itu diberikan oleh pengurus divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf. Lalu proses Pengkoordinasiannya setiap hari mereka akan memberikan laporan, kalau mereka memang dapat, lalu juga berkoordinasi dengan manajer bank tersebut, karena kan nanti kalau memang ada keluhan, ada kendala, misalnya mereka minta bantuan dalam mutasi debet tabungannya ke rekening BWI bagaimana,
itu kan nanti teknisnya dibantu oleh petugas bank begitu, jadi koordinasinya tetap ke BWI juga mengenai wakaf, tapi ke LKS PWU juga terkait dengan teknis administrasi, mungkin juga ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh fundraiser biasanya mereka akan menanyakan ke BWI, nanti dari pihak BWI akan menjawab ke nasabah tadi. Kemudian ada proses pengambilan keputusan dalam proses kerja penghimpunan dilakukan secara musyawarah mufakat, semua berhak berbicara dan memberikan saran terhadap permasalahan yang dihadapi. Namun ketika ada fundraiser yang tidak bisa menghadapi masalah di lapangan nanti bisa berkonsultasi ke pihak BWI. 11. Bagaimana proses pengawasan penghimpunan wakaf uang pada BWI? Jawab: Untuk menetapkan standarnya kita membuat absensi yah untuk fundraisernya ketika melakukan fundraising, juga ada bukti nota orang yang sudah berwakaf, kalau ada yang berwakaf lebih dari satu juta nanti kan ada sertifikatnya dari LKS-PWU baru setelah itu di copy diberikan ke kita beserta notanya. Setiap minggu kita ada pertemuan untuk mengevaluasi,
satu
minggu
ini
dapatnya
berapa,
lalu
juga
kekurangannya apa kendalanya apa hambatannya apa, itu biasanya setiap minggu kita bertemu. Kalau setiap hari itu biasanya kalau ada pertanyaan yang ngga bisa dijawab bisa melalui telepon atau sms. Pemeriksaan wakaf uangnya sudah jelas yah per minggu dan diakhir bulan direkapitulasi wakaf uang yang sudah berhasil diperoleh. Evaluasi setiap minggu itu ada di hari jumat sore, atau sabtu bisa juga tergantung situasi dan kondisi. Kadang-kadang karena jaraknya itu jauh-jauh jadi bisa hari sabtu, biar waktunya tidak terlalu mepet yah.