MANAJEMEN WAKAF TRANSPORTASI PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Aam Abdus Salam NIM: 1111053000025
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.
ABSTRAK Aam Abdus Salam, NIM 1111053000025, Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Di bawah bimbingan Drs. H. M. Sungaidi, MA. Wakaf merupakan sumber aset yang dapat memberikan nilai manfaat sepanjang masa bagi kemaslahatan umat. Potensi wakaf sebagai pranata keagamaan yang bersifat ekonomis apabila dikelola dan dikembangkan berdasarkan asas-asas profesionalisme akan membawa dampak besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Wakaf Al-Azhar sebagai salah satu lembaga bentukan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar berupaya mengembangkan potensi wakaf menjadi sebuah sumber investasi produktif melalui pengelolaan wakaf transportasi. Wakaf transportasi sebagai salah satu program pengembangan wakaf produktif bertujuan memberikan surplus nilai yang berkelanjutan pada aset wakaf melalui badan usaha di bidang transportasi. Karakteristik alat transportasi yang sarat akan risiko besar (high risk) mengharuskan pihak lembaga mengelola wakaf transportasi secara amanah dan profesional melalui pendekatan manajemen modern agar aset wakafnya dapat terorganisir dengan baik, tetap lestari hingga akhir zaman dan terus menerus memberikan nilai manfaat bagi mauquf ‘alaih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, yang mana prosedur penelitiannya menghasilkan data-data deskriptif dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi lembaga Wakaf Al-Azhar untuk kemudian di analisis lebih lanjut sehingga diperoleh kesimpulan mengenai objek penelitian tentang manajemen wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, hingga pengawasan sudah berjalan dengan baik yang dilakukan melalui kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata, namun masih perlunya tingkat pengawasan dalam pengelolaan wakaf transportasi ini agar aset wakafnya tetap terjaga kelestariannya. Kemudian, upaya manajemen Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi dilakukan dengan cara memberikan perlindungan terhadap aset wakafnya dengan Asuransi berbasis syari’ah dan mengalokasikan dana khusus sebesar 30% dari hasil produktifitas untuk maintenance aset wakafnya. Kata Kunci: Manajemen, Wakaf, Transportasi
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul “Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.” Shalawat teriring salam semoga Allah SWT limpah curahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw, sosok suri tauladan yang baik bagi umat. Tak lupa juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita semua selaku umatnya dan semoga karenanya kita semua mendapatkan syafaat di hari akhir kelak. Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I), penulis dedikasikan untuk orang tua dan keluarga tercinta, khususnya untuk Almarhumah Ibunda Dede Suryantika, semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya. Ayahanda Jaenal Aripin dan Ibunda Yayah serta adik saya tercinta Aceng Solih Ma’rup yang senantiasa mendoakan dan menjadi sumber kekuatan bagi penulis untuk terus berjuang dalam menuntut ilmu dan meraih cita-cita. Selanjutnya, penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang telah turut serta memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang
ii
Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah dan Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis. 3. Drs. H. M. Sungaidi, MA selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk senantiasa membimbing, memberikan arahan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Prof. Dr. Murodi, MA selaku penguji I dan H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan masukannya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Fauzun Jamal, Lc, MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama masa-masa perkuliahan. 7. Segenap Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan penulis dalam mencari referensi terbaik semasa masa perkuliahan hingga proses penyelesaian skripsi ini. 8. Segenap pihak Manajemen Wakaf Al-Azhar, terutama kepada Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis, Hendra Yuliano, dan Suryaningsih Suyitno yang
iii
telah rela meluangkan waktunya untuk bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan proses penelitian skripsi ini. Tak lupa kepada seluruh Staf Wakaf Al-Azhar yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tanpa mengurasi rasa hormat yang turut serta membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Seluruh keluarga besar tercinta yang selalu mendukung penulis dalam menuntut ilmu baik dukungan moril maupun materil, khususnya untuk Kakek H. Munir Sutisna dan Nenek Hj. Yayah Somayah. Paman: Kiking Karwana S.E.I., Aep Saepudin S.Kep, Ners., dan Didim Suardiman. Bibi: Nia Yuniawati S.Pd., Triana Noor, S.ST., dan Ai Susilawati. 10. Seluruh karyawan CV. Lugina yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis, baik dukungan moril maupun materil. 11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2011 yang mengajarkan arti kebersamaan selama masa perkuliahan dan senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. 12. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu menginspirasi penulis dalam segala hal, senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk sahabat kosan penulis: Moh. Aris Munandar, M. Muflih Hidayat, Derry Herdiana Wiguna dan Moh. Ardiansyah. Tak lupa juga kepada Edwin Nurul Syafarudin, Aretha Poetry Qonita, Chairunisa Wahyu Utami, Indah Nurwasilah, dan Siti Solihatudz Zikriyah. 13. Teman-teman
Keluarga
Besar
Mahasiswa
(KBM)
Galuh
Jaya
Jabodetabek, Alumni Pesantren Al-Qur’an Cijantung (ALPACI 2011),
iv
Tim KKN Tsabit 2014 dan Tim Relawan Ramadhan Wakaf Al-Azhar tahun 1436 H yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis juga berharap karya tulis ini dapat memberikan sumbangan keilmuwan yang bermanfaat bagi khalayak luas yang membutuhkan.
Jakarta, 15 September 2015
Aam Abdus Salam
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i KATA PENGANTAR .......................................................................................ii DAFTAR ISI ......................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................ix DAFTAR TABEL .............................................................................................x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................6 D. Tinjauan Pustaka .....................................................................7 E. Metodologi Penelitian .............................................................9 F. Sistematika Penulisan .............................................................14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN, WAKAF, DAN TRANSPORTASI A. Manajemen...............................................................................15 1. Pengertian Manajemen ......................................................15 2. Unsur-Unsur Manajemen ...................................................17 3. Fungsi-Fungsi Manajemen ................................................17 B. Wakaf .......................................................................................22 1. Pengertian Wakaf ...............................................................22 2. Dasar Hukum Wakaf .........................................................24 3. Rukun dan Syarat Wakaf ...................................................27 4. Wakaf Produktif .................................................................32 C. Transportasi .............................................................................35 1. Pengertian Transportasi .....................................................35 2. Peranan Transportasi..........................................................35
vi
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR A. Sejarah Berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar.......................38 B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar ...............................41 C. Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar ...............41 D. Produk-Produk Wakaf Produktif Al-Azhar ............................43 E. Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar ..................................51 F. Deskripsi Tentang Wakaf Transportasi ..................................52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Penerapan Manajemen dalam Pengelolaan Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar ........................54 B. Upaya Wakaf Al-Azhar dalam Menjaga Kelestarian Aset Wakaf Transportasi .................................................................74 C. Analisis Hasil Penelitian .........................................................82
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................88 B. Saran .......................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1
Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar ................ 42
Gambar 4.1
Skema Pengelolaan Wakaf Transportasi ................................. 63
Gambar 4.2
Tahapan Pengawasan di Lembaga Wakaf Al-Azhar ............... 70
Gambar 4.3
Persentase Pembagian Hasil Produktifitas Aset Wakaf Transportasi ............................................................................. 80
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Susunan Personalia ........................................................................ 43 Tabel 3.2 Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar ........................................ 51 Tabel 4.1 Amanah Wakaf (2011 – 2014) ..................................................... 59
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen merupakan sebuah konsep yang erat kaitannya dengan sebuah organisasi. Manajemen diperlukan agar tujuan dari sebuah organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pada umumnya, manajemen diterapkan di sebuah perusahaan atau organisasi profit, namun dapat pula diterapkan di sebuah organisasi non-profit (nirlaba). Menurut Peter F. Drucker, manajemen organisasi nirlaba dalam banyak hal sama dengan manajemen perusahaan. Manajemen organisasi nirlaba juga memerlukan visi, misi dan tujuan yang jelas yang ingin dicapai. Manajemen
organisasi
nirlaba
juga
memerlukan
perencanaan,
pengorganisasian, hingga pengawasan yang baik. Namun, yang membedakan hanyalah tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi nirlaba tidak selalu bersifat finansial, akan tetapi manfaat dalam bentuk lain seperti: manfaat sosial, pendidikan, keagamaan, maupun kesehatan.1 Termasuk dalam kategori organisasi nirlaba adalah lembaga wakaf. Wakaf sering disebut sebagai sumber aset yang memberi manfaat sepanjang masa. Namun pengumpulan, pengelolaan dan pendayagunaan harta wakaf produktif di tanah air masih sedikit.2 Untuk optimalisasi pengelolaan wakaf di tanah air dibutuhkan adanya nazhir atau lembaga profesional yang dalam
1
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005), h. 417. 2 Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 50.
1
2
mengelola harta benda wakaf mengacu pada prinsip-prinsip manajemen modern, sehingga dapat mengembangkan wakaf seoptimal mungkin agar manfaatnya dapat dirasakan secara penuh oleh masyarakat. Menurut Sherafat Ali Hashmi, manajemen lembaga wakaf yang ideal menyerupai manajemen perusahaan. Ini mengandung arti pola manajemen perusahaan dapat diaplikasikan terhadap manajemen wakaf. Dalam hal ini, peranan kunci terletak pada eksistensi nazhir dan juga tim kerja yang solid untuk memaksimalkan hasil wakaf yang diharapkan.3 Nazhir harus mengetahui manajemen, sehingga ia dapat mengetahui potensi kekuatan, kelemahan, dan peluang dalam mengembangkan wakaf secara produktif.4 Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan.5 Di Indonesia, masih sedikit harta wakaf yang dikelola secara produktif yang hasilnya bisa dirasakan betul manfaatnya oleh masyarakat banyak. Hasil penelitian Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2006 terhadap 500 responden nazhir di 11 Provinsi menunjukan, harta wakaf lebih banyak bersifat diam (77%) daripada yang menghasilkan atau produktif (23%).6 Al-Azhar sebagai salah satu lembaga pendidikan dan dakwah juga mengambil inisiatif untuk mengembangkan potensi wakaf menjadi sebuah sumber ekonomi bagi umat Islam di Indonesia. Dengan berkaca pada beberapa 3
Tuti A. Najib dan Ridwan al-Makassary, ed., Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan (Ciputat: Center for the Study of Religion and Culture, 2006), Cet-1, h. 139. 4 Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan Dunia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 79. 5 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), h. 93. 6 Abdul Azis, Manajemen Investasi Syari‟ah (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 263.
3
pengalaman di luar negeri termasuk Mesir yang memiliki aset wakaf begitu besar, Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar melalui Wakaf Al-Azhar terus berkonsentrasi untuk melakukan pengelolaan amanah aset wakaf secara produktif di berbagai sektor strategis, untuk hasilnya ditujukan bagi pembangunan umat di bidang pendidikan dan pengembangan dakwah.7 Salah satu upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam mengelola dan mengembangkan amanat wakaf umat adalah memproduktifkan dana wakaf melalui pengembangan unit usaha transportasi yang dikemas dalam program wakaf transportasi. Wakaf transportasi merupakan wakaf patungan dalam bentuk uang tunai untuk sarana transportasi yang akan dikelola secara profesional dan diproduktifkan dengan cara disewakan. Keuntungan dari hasil sewanya di dedikasikan bagi pengembangan pendidikan dan dakwah, sehingga manfaat wakaf dapat dirasakan oleh mauquf „alaih. Bisnis transportasi merupakan bisnis yang potensial memberikan keuntungan. Terlepas dari hal tersebut, berbagai risiko dalam pengelolaan aset wakaf transportasi sangatlah besar, mengingat sifat kendaraan rentan terhadap berbagai risiko, seperti halnya risiko kecelakaan. Selain itu, sifat kendaraan juga ada masa aus-nya (masa ekonomisnya cepat habis) berdasarkan kurun waktu tertentu, sehingga memungkinkan aset wakafnya habis dan kelestarian nilai harta wakafnya tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu, selain berupaya memproduktifkan aset wakaf tersebut agar bernilai ekonomis, manajemen Wakaf Al-Azhar tentunya harus berupaya meminimalisir risikorisiko yang kemungkinan terjadi dan berupaya menjaga keutuhan nilai harta 7
Wakaf Al-Azhar, “Berwakaf Solusi Umat,” artikel diakses pada 15 Februari 2015 dari http://www.wakafalazhar.com/index.php/blog/post/view/id/86/title/Berwakaf+Solusi+Umat
4
wakafnya agar bisa diambil hasil pemanfaatannya secara berulang-ulang bagi penerima wakaf. Secara teoritis, aset yang diwakafkan semestinya harus terus terpelihara dan berkembang. Hal itu terlihat dari adanya larangan untuk mengurangi
aset
yang
telah
diwakafkan
(al-mal
al-mawqif),
atau
membiarkannya tanpa diolah atau dimanfaatkan, apalagi untuk menjualnya. Artinya, harus ada upaya pemeliharaan, paling tidak terhadap nilai pokok atau substansi wakaf dan terhadap daya produksinya dan pengembangan yang terus menerus.8 Menurut Prof. Drs. Amir R. Batubara, persoalan nilai pokok tidak hanya membentuk kekayaan (asset) wakaf, tetapi bagaimana mengelola wakaf ini agar kesatuan nilai sejak awal utuh kesatuannya (besar dan nilainya) dan pada saat yang sama ia dapat menghasilkan. Berbicara masalah membuahkan hasil sebagai tujuan, berarti tidak cukup mempertahankan batang tubuh institusi wakaf itu, akan tetapi harus dapat mengucurkan hasil demi mempertahankan keutuhan nilai awal tetapi juga untuk keperluan ekspansi dan operasinya sehingga terus menerus ia memberi manfaat bagi si penerima.9 Berdasarkan latar belakang di atas, wakaf transportasi merupakan salah satu inovasi baru dalam dunia perwakafan yang bertujuan memberikan nilai tambah
pada
aset
wakafnya,
namun
memiki
risiko
besar
dalam
pengelolaannya. Oleh karena itu, implementasi manajemen dinilai sangat
8
Ahmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), h. 110. 9 Amir R. Batubara, Dari Cash Wakaf Menuju Islamic Global Funds Management, dalam Mustafa Edwin Nasution dan Uswatun Hasanah, ed., Wakaf Tunai Inovasil Finansial Islam: Peluang dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat (Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006), h. 82.
5
penting dilakukan dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi agar aset wakafnya dapat terorganisir dengan baik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang wakaf transportasi dalam bentuk skripsi dengan judul “Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasanbatasan mana dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk dalam lingkup masalah penelitian.10 Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka penulis hanya membatasi permasalahan skripsi ini dalam hal Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen menurut George R. Terry (Planning, Organizing, Actuiting dan Controlling) dalam Pengelolaan Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan pokok permasalahan dalam skripsi ini, yaitu: a. Bagaimana penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar? b. Bagaimana upaya lembaga Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi? 10
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 23.
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar. b. Untuk mengetahui upaya lembaga Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan baik bagi penulis, para akademisi maupun masyarakat mengenai manajemen harta wakaf yang dilakukan secara produktif. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam hal manajemen harta wakaf dan berguna sebagai referensi tambahan bagi perkembangan Jurusan Manajemen Dakwah, khususnya Konsentrasi Manajemen Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf (ZISWAF). b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi lembaga-lembaga terkait, khususnya bagi lembaga Wakaf Al-Azhar dalam hal manajemen wakaf dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dunia perwakafan Tanah Air.
7
D. Tinjauan Pustaka Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwasanya yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini tampaknya sangat penting dilakukan dan prospektif bagi perkembangan dunia perwakafan. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis terlebih dahulu mengkaji tulisan-tulisan yang relevan dengan topik pembahasan sebagai bahan perbandingan bahwasanya penelitian penulis berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Adapun skripsi terdahulu yang membahas seputar pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut: 1. Skripsi berjudul: “Evaluasi Pengelolaan Produk Wakaf Produktif Tabung Wakaf Indonesia (Studi Perkembangan Serta Kontribusi Keuntungan Terhadap Dana Sosial).” Karya Muhammad Nurhana Amir, NIM: 109046100008, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Skripsi tersebut membahas tentang pengelolaan produk wakaf produktif pada Tabung Wakaf Indonesia dan kontribusi keuntungannya terhadap dana sosial. Dalam mengelola dana wakaf, TWI fokus menginvestasikannya ke berbagai sektor bisnis terutama properti, sehingga menjadi komersial. Keuntungan wakaf produktif TWI langsung disalurkan oleh
Dompet
Dhuafa
ke
program
pendidikan,
kesehatan
dan
pemberdayaan ekonomi. Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas mengenai lembaga Wakaf Al-Azhar yang mengelola salah satu program wakaf produktif yaitu
8
wakaf transportasi dan dana wakafnya diinvestasikan ke dalam bentuk alat transportasi yang diproduktifkan dengan cara disewakan. Kemudian keuntungannya disalurkan untuk pendidikan dan dakwah. 2. Skripsi berjudul: “Manajemen Pendayagunaan Dana Wakaf Untuk Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa Terpencil Pada Badan Wakaf Al-Qur‟an Jakarta.” Karya Murni Himawati, NIM: 1110053000055, Konsentrasi Manajemen ZISWAF, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Skripsi tersebut membahas mengenai manajemen pendayagunaan dana wakaf untuk pembangunan sarana dan prasarana desa terpencil pada Badan Wakaf Al-Qur’an Jakarta. Manajemen pendayagunaan di Badan Wakaf Al-Qur’an sudah berjalan dengan sistem manajemen terpadu yang di back up dengan sarana tekonologi informasi yang memadai dan user friendly. Dalam hal pendayagunaan, Badan Wakaf Al-Qur’an mempunyai sejumlah program unggulan, salah satunya pembangunan sarana dan prasarana pada program Water Action for People. Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas tentang manajemen pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar yang dilakukan melalui kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel) dan hasilnya digunakan untuk memajukan pendidikan dan dakwah. 3. Skripsi berjudul: “Manajemen Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dan Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portal Infaq.” Karya Wahyudin, NIM:
9
102053025719, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006. Skripsi tersebut membahas mengenai efektifitas manajemen penghimpunan dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah (ZIS) dan wakaf uang melalui teknologi informasi pada lembaga amil zakat (LAZ) Portal Infaq. Manajemen pengelolaan ZIS dan wakaf uang pada LAZ Portal Infaq mengandalkan sistem manajemen terpadu yang di back up dengan sarana teknologi
informasi
yang
memadai
dan
user
friendly.
Proses
penghimpunannya menggunakan internet sebagai one stop servicenya dan secara konvensional. Sedangkan proses pendayagunaannya bermitra dengan amil yang lain. Perbedaannya, dalam skripsi ini membahas tentang manajemen pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar yang dilakukan melalui kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel) dan upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam memberikan perlindungan terhadap aset wakaf transportasi dengan cara diasuransikan dan dilakukan pendanaan risiko agar aset wakafnya tetap lestari hingga akhir zaman.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
10
lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).11 Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif, yakni penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejalagejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.12 Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, penulis berharap dapat memperoleh data secara lengkap dan akurat mengenai permasalahan yang telah dirumuskan. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi secara akurat mengenai objek penelitian yang akan diteliti, yaitu: Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis selaku Direktur Eksekutif dan Hendra Yuliano selaku Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di Kantor Lembaga Wakaf Al-Azhar yang terletak di Gedung Sekolah Lantai 8, Komplek Masjid Agung Al-Azhar yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110. Sedangkan waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015. 11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 82. 12 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 47.
11
4. Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis data-data penelitian yang dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu: a. Data Primer, yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung dengan pihak manajemen Wakaf Al-Azhar. b. Data Sekunder, yaitu data yang bersumber dari beberapa literatur terkait
yang
berhubungan
langsung
dengan
permasalahan
penelitian, diantaranya: buku-buku, brosur, buletin, makalah, majalah, internet dan lain sebagainya. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini,
penulis
menggunakan
beberapa
metode
pengumpulan
data,
diantaranya sebagai berikut: a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu membaca dan mengkaji beberapa literatur yang ada di perpustakaan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu mengenai manajemen wakaf transportasi, guna merumuskan teori, pendapat, definisi dan lain-lain. b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh permasalahan
data-data penelitian.
yang
berkaitan
Penelitian
menggunakan teknik sebagai berikut:
ini
langsung
dengan
dilakukan
dengan
12
1) Wawancara,
yaitu
teknik
pengumpulan
data
dengan
menggunakan tanya jawab yang ditujukan langsung kepada pihak
Wakaf
Al-Azhar
mengenai
manajemen
wakaf
transportasi, khususnya mengenai upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi. 2) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengkaji dokumen-dokumen tertulis, seperti: arsip, internet, brosur, majalah, koran dan lain sebagainya. 3) Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara mendalam mengenai fenomena atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan wakaf transportasi. 6. Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biken seperti dikutip oleh Imam Gunawan, teknik analisis data merupakan proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.13 Dalam menganalisis data penelitian kualitatif, terdapat tiga tahapan yang dilakukan, yaitu: a. Reduksi data (data reduction) Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih halhal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari tema dan
13
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek, h. 211.
13
polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. b. Paparan data (data display) Setelah data direduksi adalah memaparkan data. Pemaparan data
sebagai
sekumpulan
informasi
tersusun
dan
memberi
kemungkinan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan gambar, matriks, bagan, tabel, dan lain sebagainya sehingga tujuan dari penelitian dapat terjawab. c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclution drawing/verifying) Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif sesuai dengan objek penelitiannya, mengenai Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf AlAzhar. 7. Teknik Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman dan mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA (Center for Quality Development and Assurance), April 2007, Cet. Ke-I.
14
F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian yang dilakukan penulis akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Bab ini berisi tinjaun teoritis tentang Manajemen, Wakaf, dan Transportasi
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR Bab ini berisi tentang Profil Lembaga Wakaf Al-Azhar yang terdiri dari Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Produk-Produk Wakaf Al-Azhar, Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Deskripsi Tentang Wakaf Transportasi.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini berisi hasil penelitian tentang penerapan fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuiting dan Controlling) dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf AlAzhar dan upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi, serta analisis hasil penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Secara etimologi, manajemen berasal dari kata kerja to manage (bahasa Inggris) yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen diartikan sebagai: a. Proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran. b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi.2 Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai pengertian manajemen, penulis mengemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian manajemen, diantaranya sebagai berikut: a. Menurut George R. Terry seperti dikutip oleh Anton Anthoillah Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakantindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan
dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.3
1
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 2. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi-3, Cet-4, h. 708. 3 Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 16. 2
15
16
b. Menurut James A. F. Stoner seperti dikutip oleh Irham Fahmi Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunanaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 c. Menurut Ricky W. Griffin Manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan
dan
pengambilan
keputusan,
pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumbersumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.5 d. Menurut Malayu S.P Hasibuan Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.6 Dari beberapa pengertian manajemen yang diungkapkan oleh para ahli tersebut peulis menyimpulkan, bahwasanya manajemen merupakan suatu proses pengaturan sebuah organisasi melaui tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan semua sumber daya organisasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, h. 2. Ricky W. Griffin, Manajemen, Penerjemah Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 7. 6 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 2. 5
17
2. Unsur-Unsur Manajemen Unsur-unsur manajemen seringkali dirumuskan oleh para ahli manajemen dengan sebutan 6 M di dalam manajemen (the six M in management). Unsur-unsur tersebut meliputi: a. Man, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan mapun tenaga kerja operasional/pelaksana. b. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. c. Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan. d. Materials, yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. e. Machines, yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan. f. Market, yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.7
3. Fungsi-Fungsi Manajemen Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya.8 Fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh George R. Terry terdiri dari empat 7
fungsi,
yaitu:
Perencanaan
(Planning),
Pengorganisasian
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 20. Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 8. 8
18
(Organizing), Penggerakan (Actuiting) dan Pengawasan (Controlling) yang biasa disingkat P.O.A.C.9 Empat fungsi tersebut akan penulis jelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.10 Menurut Louis A. Allen yang dikutip oleh Siswanto mengemukakan tahapan-tahapan atau aktivitas yang dilakukan dalam proses perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Prakiraan (forecasting), yaitu usaha yang sistematis untuk meramalkan/memperkirakan waktu yang akan datang dengan penarikan kesimpulan atas fakta yang telah diketahui. 2. Penetapan tujuan (establishing objective), yaitu suatu aktivitas untuk menetapkan sesuatu yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan. 3. Pemrograman (programming), yaitu suatu aktivitas yang dilakukan dengan maksud menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. 4. Penjadwalan (scheduling), yaitu penetapan atau penunjukan waktu menurut kronologi tertentu.
9
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, h. 4. George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, Penerjemah J-Smith D.F.M (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 46. 10
19
5. Penganggaran
(budgeting),
yaitu
suatu
aktivitas
untuk
membuat pernyataan tentang sumber daya keuangan (financial resources) yang disediakan untuk aktivitas dan waktu tertentu. 6. Pengembangan prosedur (development procedure), merupakan aktivitas menormalkan cara, teknik dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan. 7. Penetapan dan interpretasi kebijakan
(establishing and
interpreting policies), yaitu suatu aktivitas yang dilakukan dalam menetapkan syarat berdasarkan kondisi manajer dan para bawahannya akan bekerja.11
b. Pengorganisasian (Organizing) George R. Terry mendefinisikan pengorganisasian sebagai
kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.12 Malayu S.P Hasibuan mendefinisikan pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan, dan pengaturan bermacammacam
aktivitas
yang
diperlukan
untuk
mencapai
tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif di delegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-
11 12
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 45. George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 73.
20
aktivitas tersebut.13 Dalam proses pengorganisasian, tahap-tahap atau kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan. 2. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukan adanya garis kewenangan dan tanggung jawab. 3. Kegiatan
perekrutan,
penyeleksian,
pelatihan,
dan
pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja. 4. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.14
c. Penggerakan (Actuiting) George R. Terry mendefinisikan penggerakan (actuiting) atau yang biasa disebut “gerakan aksi” sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.15 Lebih lanjut Sondang P. Siagian mendefinisikan penggerakan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan
13
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 118. Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, h. 11. 15 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 17. 14
21
ekonomis.16 Ibnu Syamsi seperti dikutip oleh Hasanudin menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses penggerakan yaitu berupa
pembimbingan/pengarahan,
pengkoordinasian,
serta
pengambilan keputusan.17 Berikut uraiannya: 1. Pengarahan,
merupakan
suatu
proses
pembimbingan,
pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.18 2. Pengkoordinasian, merupakan singkronisasi yang teratur dari usaha-usaha individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu dan tujuan mereka, sehingga dapat diambil tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.19 3. Pengambilan keputusan, merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan
oleh
seseorang
dalam
usaha
memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi kemudian menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.20
d. Pengawasan (Controlling) Robert J. Mockler seperti dikutip oleh T. Hani Handoko, mendefinisikan pengawasan sebagai suatu usaha yang sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
16
Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h.
95. 17
Hasanuddin, Manajemen Dakwah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), h. 29. Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 111. 19 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 19. 20 Siswanto, Pengantar Manajemen, h. 111. 18
22
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.21 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut: 1. Penetapan standar dan metode penilaian kinerja. 2. Mengukur kinerja. 3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar. 4. Mengambil tindakan perbaikan.22
B. Wakaf 1. Pengertian Wakaf Secara etimologi, kata wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, kata kerjanya yaitu waqafa-yaqifu yang berarti “menahan” atau “berhenti”, “berdiri” atau “diam di tempat”. Artinya menahan harta untuk diwakafkan atau menahannya untuk tidak dipindah milikkan. Kata wakaf sama dengan habs, yang keduanya merupakan kata benda.23 Selanjutnya kata waqf lebih popular digunakan untuk makna mauquf, artinya yang ditahan, yang
21
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h. 358. Siswanto, Pengantar Manajemen, h. 140. 23 Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 10. 22
23
diberhentikan atau yang diragukan, dibandingkan dengan makna suatu transaksi.24 Adapun secara terminologi, para ahli fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan wakaf, sehingga mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf itu sendiri. Berikut adalah beberapa pendapat mengenai pengertian wakaf seperti yang dikutip oleh Ahmad Rodoni sebagai berikut: a. Mazhab Hanifah Wakaf adalah menahan benda orang yang berwakaf (waqif) dan menyedekahkan manfaatnya untuk kebaikan. b. Mazhab Malikiyah Wakaf adalah menjadikan harta sang waqif, baik berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada orang yang berhak, dengan penyerahan berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang mewakafkan (waqif). c. Mazhab Syafi’iyah Wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya, dengan tetap utuhnya barang dan barang tersebut lepas dari milik orang yang mewakafkan (waqif) serta dimanfaatkan untuk sesuatu yang diperbolehkan oleh agama. d. Mazhab Hanabilah Wakaf adalah menahan secara mutlak kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat dengan utuhnya 24
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Implementasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor (Jakarta: Kementrian Agama, 2010), h. 77.
24
harta, dan memutuskan semua hak penguasaan terhadap harta tersebut, sedangkan manfaatnya diperuntukkan bagi kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. 25 e. Undang-Undang No. 41 Tentang Wakaf Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan
sebagian
harta
benda
miliknya
untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.26 Dari beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan, bahwa pada prinsipnya wakaf merupakan perbuatan menyedekahkan harta untuk di tahan pokoknya dan disalurkan hasilnya untuk kebajikan dan kemaslahatan umat dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Dasar Hukum Wakaf Wakaf disyari’atkan setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah pada tahun kedua Hijriah. Para fuqaha bersepakat perintah wakaf secara tersirat terdapat dalam beberapa firman Allah SWT. Karenanya mayoritas ulama
25
Ahmad Rodoni, Investasi Syari‟ah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
h. 195. 26
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 2.
25
berpendapat bahwa hukum wakaf adalah sunnah mustahab (sangat dianjurkan).27 a. Dasar Hukum Wakaf dalam Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an, perintah wakaf terdapat dalam beberapa surat, diantaranya sebagai berikut: 1) QS. Al-Baqarah (2) ayat 261:
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.”28
2) QS. Al-Baqarah (2) ayat 267:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata 27 28
Kementrian Agama RI, Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia, h. 14. Al-Qur’an dan Terjemah (Depok: SABIQ, 2009), h. 44.
26
terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” 29
3) QS. Ali Imran (3) ayat 92:
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”30
b. Dasar Hukum Wakaf dalam Hadits Dalam beberapa hadits diriwayatkan, bahwasanya praktek wakaf telah dilakukan pada masa Nabi Muhammad Saw. Ada banyak riwayat yang menceritakan tentang perintah wakaf, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
بد اث ُْي َ اِرَا َه:سل َن قَب َل ُ ع ْي ا َ ِث ًْ ُُ َرٌ َْرح اَى َر َ ُصل للا َ َ َّ َِ ٍْ َعل َ ِس ْْ َل للا َ َاَدَ َم اِ ًْق ا َ ّْ َّلَذ,َِ ا َ ّْ ِع ْلن ٌُ ٌْزَفَ ُع ِث,بر ٌَخ َ ط َع َ ,ع َولَُُ اِّل ِه ْي ث َ ََلس ِ صذَقَخ َج )ع ْْلََُ (رّاٍ هسلن ُ صب ِلح ٌَ ْذ َ “Dari Abu Hurairah r.a., Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)31
29
Al-Qur’an dan Terjemah, h. 45. Al-Qur’an dan Terjemah, h. 62. 31 Muslim, Shahih Muslim (Riyadh: Darus-Salam, 1998), h. 716. 30
27
2) Hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar
ع َو َر أ َ ْرضب ِث َخ ٍْ َج َر فَأرَى ُ بة ُ ع ْي اْث ُْي َ ص َ ًُ للا ِ ع َو َر َر َ َ َ أ:ع ٌْ ُِ َوب قَب َل َ ض ًْ ًِّ َ س ْْ َل للاِ ا ُ ٌَب َر: سلّ َن ٌَ ْسزَأ ْ ُه ُر فِ ٍْ َِب فَقَب َل َ ُصل للا َ َّ َِ ٍْ َعل َ ًالٌ ِج ُّ صتْ َهبّل َق ِي ِه ٌَُْ َف َوب ُ ط ُُ َْ ا َ ًْ َف ِ ُ صجْذُ ا َ ْرضب ِث َخ ٍْ َج َر َل ْن أ َ َا ْ س ِع ٌْذ ذ َ ْ ِإ ْى ِشئ,سل َن ُ فَقَب َل لََُ َر.َِ رَأ ُه ُر ًِ ًْ ِث َ َصلى للا َ َّ َِ ٍْ َعل َ ِس ْْ ُل للا ْ صذ ْق ع َّ َّل ُ أًَ َِب َّل رُجَب,ع َو َر َ َحجَس ُ صذقَ ِث َِب ْ َ ْذ ا َ َ ذ ِث َِب فَز َ َ صلَ َِب َّر ُ َت َّ َّل ر ُ ْْ َر ًْ ِاء َّفًِ ْالقُ ْر َثى َّف ِ صذّقَ ثِ َِب فِ ًْ ْالفُقَ َر ُ ُْْ ُ ر َ َ قَب َل َّر.س علَى َه ْي ِ ٍسجِ ٍْ ِل للاِ ِّاث ِْي السجِ ٍْ ِل ِّالض ِّ ِ الرقَب َ ْف َّل ُجٌَب ُح َ ًْ ِة َّف ْ ٌَّ ف )ُط ِع ُن َغٍ َْر ُهزَ َو ّ ِْ ُل (رّاٍ هسلن ِ ّْ َّ ِلٍُّ َِب أ َ ْى ٌَأ ْ ُك ُل ِه ٌْ َِب ثِ ْبل َو ْع ُر “Dari Ibnu Umar r.a. berkata, bahwa sahabat Umar bin Khattab memperoleh tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar berkata: “Aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah menjawab, “Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu dan kamu sedekahkan (hasilnya).” Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Berkata Ibnu Umar: Umar menyedekahkannya pada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, tamu, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta.” (HR. Muslim)32
3. Rukun dan Syarat Wakaf a. Rukun Wakaf Rukun berasal dari Bahasa Arab yang berarti suatu pilar yang kuat dan agung. Sedangkan dalam pandangan ulama fiqih, rukun
32
Muslim, Shahih Muslim, h. 717.
28
adalah bagian dari suatu hakikat.33 Mengenai jumlah rukun wakaf, terdapat beberapa perbedaan pendapat antara mazhab Hanafi dengan jumhur fuqaha. Menurut ulama mazhab Hanafi bahwa rukun wakaf itu hanya ada satu, yaitu akad yang berupa ijab (pernyataan dari waqif). Sedangkan qabul (pernyataan menerima wakaf) tidak termasuk rukun bagi ulama mazdhab Hanafi disebabkan akad tidak bersifat mengikat. Menurut jumhur ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki dan Hambali terdapat empat rukun wakaf atau unsur utama wakaf, yaitu: 1. Waqif (orang yang berwakaf); 2. Mauquf bih (benda atau harta yang diwakafkan); 3. Mauquf „alaih (penerima manfaat wakaf); 4. Sighat (pernyataan atau ikrar wakaf dari waqif).34
b. Syarat Wakaf Syarat-syarat menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan wakaf. Oleh karenanya, masing-masing dari rukun wakaf harus memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya: 1) Syarat Waqif (orang yang berwakaf) Di kalangan fuqaha sepakat bahwa orang-orang yang hendak melakukan transaksi wakaf harus memenuhi persayaratan tertentu agar perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pewakaf disyari’atkan harus seorang yang dipandang
33
Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indoneia dan Berbagai Belahan Dunia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013) h. 16. 34 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 17.
29
cakap dalam melakukan amal kebajikan (ahl li al-tabarru) dengan indikator sebagai berikut: a. Pewakaf adalah orang dewasa. b. Pewakaf berakal sehat, orang yang sakit ingatan (majnun) semua tindakannya tidak dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu tidak sah beramal wakaf. c. Pewakaf pada saat mewakafkan hartanya dalam keadaan sehat, bukan orang yang sedang sakit keras. d. Pewakaf adalah pemilik penuh terhadap harta yang diwakafkannya. e. Pewakaf
adalah
pemilik
sah
terhadap
harta
yang
diwakafkannya. f. Pewakaf adalah orang yang cakap bertindak (rasyid) g. Pewakaf tidak tenggeam hutang. h. Pewakaf beragama Islam.35
2) Syarat Mauquf bih (harta benda yang diwakafkan) Mengenai harta yang boleh diwakafkan (mauquf bih) masih menjadi perdebatan ulama fiqih, masing masing mempunyai pandangan sesuai dengan batasan definisi yang mereka berikan. Imam Malik dan para pendukung mazhabnya membolehkan wakaf terhadap semua benda bergerak dan tidak bergerak. Menurut pandangan mereka wakaf sama dengan sedekah, benda-benda yang
35
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 110-117.
30
dapat disedekahkan dapat diwakafkan. Dengan demikian, benda yang dapat diwakafkan meliputi tanah, bangunan, pepohonan, binatang, kendaraan, makanan, pakaian, perhiasan emas, perak, senjata, peralatan perang, dan sebagainya.36 Ulama Syafi’iyah membolehkan wakaf berupa benda-benda bergerak sebagaimana membolehkan wakaf berupa benda-benda tidak bergerak. Mereka mensyaratkan wakaf untuk selama-lamanya (mu‟abbad), tidak boleh untuk sementara atau untuk jangka waktu tertentu. Selanjutnya mereka mensyaratkan harta yang diwakafkan berupa benda konkrit (al-„ain), milik penuh, lestari, ada manfaatnya, dan digunakan untuk kebajikan menurut pandangan syar’iah. Oleh karenanya, barang-barang yang diharamkan atau alat dan
sarana
yang
digunakan
untuk
maksiat
tidak
dapat
diwakafkan.37 Ulama
Hanabilah,
seperti
halnya
ulama
Syafi’iyah
mensyaratkan benda yang diwakafkan dapat berupa benda konkrit, diketahui kadar dan ukurannya, dapat dimanfaatkan, dan memiliki karakter lestari.38
3) Syarat Mauquf ‘alaih (penerima manfaat wakaf) Ada dua macam penerima manfaat wakaf (mauquf „alaih), yaitu pihak tertentu dan pihak yang tidak tertentu. Menurut AlGhazali, jika mauquf „alaih adalah orang tertentu, maka syaratnya 36
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 118. Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 119. 38 Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 119. 37
31
adalah orang yang memiliki kelayakan dalam menerima hadiah dan wasiat. Namun jika mauquf „alaih bersifat umum, maka ia harus memiliki nilai-nilai pendekatan kepada Allah, seperti sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana sosial.39
4) Syarat Sighat (pernyataan atau ikrar wakaf) Sighat wakaf merupakan tanda penyerahan benda yang diwakafkan. Ulama Hanafiyah memandangnya sebagai satusatunya
rukun
dalam
transaksi
wakaf.
Ulama
Hanafiyah
mensyaratkan sighat wakaf dengan kata-kata yang jelas dan sempurna untuk menghindarkan permasalahan yang mungkin timbul di kemudian hari, terutama dari ahli waris wakif. Imam Hanafi dan Hambali berpendapat wakaf tidak memerlukan lafadz atau ikrar penerimaan (qabul), sedangkan Imam Syafi’i dan Maliki berpendapat sebaliknya.40 Berkaitan dengan pernyataan atau ikrar wakaf, Al-Ghazali memberikan persyaratan sebagai berikut: a. Pernyataan atau ikrar harus menyebutkan untuk jangka waktu yang tak terbatas (ta‟bid). b. Dapat direalisir langsung (munjiz). c. Ikrar wakaf bersifat mengikat (ilzam). d. Ikrar wakaf harus menyebutkan sasaran yang jelas.41
39
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 18. Kementrian Agama RI, Dinamika Perwakafan di Indonesia, h. 19. 41 Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 140. 40
32
5) Syarat Nazhir (Pengelola Wakaf) Ulama tidak menjadikan nazhir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wakif harus menunjuk nazhir wakaf (pengawas wakaf), baik nazhir itu berupa wakif sendiri,
mauquf
„alaih
maupun
pihak
sendiri.
Mengenai
persyaratan nazhir, Al-Khatib al-Syarbini seperti yang di kutip oleh Mukhlisin Muzarie memberikan persyaratan nazhir sebagai berikut:
a. Jujur dan adil („adalah). b. Memiliki kecakapan atau kemampuan (al-kifayah) untuk mengelola dan mengembangkan harta wakaf sehingga mencapai hasil yang optimal.42 Setelah dibahas mengenai teori wakaf yang berisi pengertian wakaf, dasar hukum wakaf, rukun dan syarat wakaf, penulis selanjutnya akan menguraikan tentang wakaf produktif. Karena fokus pembahasan dalam skripsi ini mengenai wakaf transportasi yang merupakan salah satu program wakaf produktif yang dikembangkan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar.
4. Wakaf Produktif a. Pengertian Wakaf Produktif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produktif diartikan sebagai sesuatu yang banyak mendatangkan hasil.43 Sadono Sukirno merumuskan bahwa produktif (kata sifat yang berasal dari product) 42 43
Mukhlisin Muzarie, Hukum Perwakafan dan Implementasinya, h. 144. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa, h. 702.
33
diartikan sebagai proses operasi untuk menghasilkan barang atau jasa yang maksimum dengan modal yang minimum.44 Operasi atau produksi berarti proses pengubahan/transformasi input menjadi output untuk menambah nilai atau manfaat lebih.45 Sedangkan pengertian wakaf produktif menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut Jaih Mubarok Wakaf
produktif adalah transformasi dari pengelolaan
wakaf alami menjadi pengelolaan wakaf yang profesional untuk meningkatkan atau menambah manfaat.46 b. Menurut Yuke Rahmawati Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut hingga mampu menghasilkan surplus yang berkelanjutan.47 c. Menurut Mundzir Qahaf Wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih pengermbangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.48
44
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 16. Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, h.15. 46 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, h.15. 47 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013), h. 93. 48 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Penerjemah Muhammad Mas Rida (Jakarta: Khalifa, 2004), h. 23. 45
34
Sedangkan dalam konteks Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pada Pasal 43 ayat 2 dijelaskan: pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan ataupun sarana kesehatan yang tidak bertentangan dengan syari’ah.49
b. Tujuan Kepengurusan Wakaf Produkif Kepengurusan wakaf adalah kepengurusan yang memberikan pembinaan dan pelayanan terhadap sejumlah harta yang dikhususkan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Oleh karena itu, tujuan kepengurusan wakaf produktif adalah sebagai berikut:50 a. Meningkatkan
kelayakan
produksi
harta
wakaf
hingga
mencapai target ideal untuk memberikan manfaat sebesar mungkin bagi tujuan wakaf. b. Melindungi pokok-pokok harta wakaf dengan mengadakan pemeliharaan
dan
penjagaan
yang
baik
dalam
menginvestasikan harta wakaf dan mengurangi sekecil mungkin risiko investasi. c. Melaksanakan tugas dan distribusi hasil wakaf dengan baik kepada tujuan wakaf yang telah ditentukan. 49 50
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 33. Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, h. 321.
35
d. Berpegang teguh pada syarat-syarat wakif. e. Memberikan penjelasan kepada para dermawan dan mendorong mereka untuk melakukan wakaf baru, dan secara umum memberi penyuluhan dan menyarankan pembentukan wakaf baru, baik secara lisan maupun dengan cara memberi keteladanan.
C. Transportasi 1. Pengertian Transportasi Transportasi berasal dari kata transportation, dalam bahasa Inggris yang mempunyai arti angkutan, yang menggunakan suatu alat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Transportasi dapat pula berarti suatu proses pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan darat, laut, maupun udara, baik umum maupun pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak menggunakan mesin.51
2. Peranan Transportasi Peranan transportasi yang dikemukakan oleh M. Nur Nasution mencakup bidang yang luas di dalam kehidupan manusia yang meliputi berbagai aspek, diantaranya: aspek sosial dan budaya, hukum, teknik dan ekonomi.52 Berikut uraiannya:
51
Maringan Masry Simbolon, Ekonomi Transportasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
52
M. Nur Nasution, Manajemen Transportasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 16-
h. 1. 19.
36
a. Aspek sosial dan budaya Dampak sosial dari transportasi dirasakan pada peningkatan standar hidup. Transportasi menekan biaya dan memperbesar kuantitas keanekaragaman barang, hingga terbuka kemungkinan adanya perbaikan dalam perumahan, sandang, dan pangan serta rekreasi. Dari aspek budaya, dengan adanya transportasi di antara bangsa atau suku bangsa yang berbeda kebudayaan akan saling mengenal dan masingmasing budaya yang berbeda. b. Aspek hukum Di dalam pengoperasian dan pemilikan alat angkutan diperlukan ketentuan hukum mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab serta perasuransian apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, juga terhadap penerbangan luar negeri yang melewati batas wilayah suatu Negara, diatur di dalam perjanjian antar negara (bilateral air agreement). c. Aspek teknik Hal-hal
yang
berkaitan
dengan
pembangunan
dan
pengoperasian transportasi menyangkut aspek teknis yang harus menjamin keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan angkutan. d. Aspek ekonomi Dari aspek ekonomi transportasi dapat ditinjau dari sudut ekonomi makro dan mikro. Dari sudut ekonomi makro, tranportasi merupakan
salah
satu
sarana
yang
menunjang
pelaksanaan
37
pembangunan nasional. Sedangkan dari sudut ekonomi mikro, transportasi dapat dilihat dari kepentingan dua pihak, yaitu sebagai berikut: 1) Pihak perusahaan pengangkutan (operator) Transportasi merupakan usaha memproduksi jasa angkutan yang dijual kepada pemakai dengan memperoleh keuntungan. 2) Pihak pengguna jasa angkutan (users) Transportasi sebagai salah satu mata rantai dari arus bahan baku untuk produksi dan arus distribusi barang jadi yang disalurkan ke pasar serta kebutuhan pertukaran barang di pasar. Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia, transportasi juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Wakaf Al-Azhar Wakaf Al-Azhar adalah pengelola wakaf produktif yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar yang terlahir dengan mengemban misi membina dan mengembangkan dakwah serta pendidikan Islam terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari seluruh kalangan akan pendidikan Islam yang berkualitas. Karena selama ini kebanyakan sekolahsekolah berkualitas hanya milik orang-orang non-muslim, sehingga YPI AlAzhar mendirikanlah sekolah Islam berstandar internasional. Permasalahan yang kemudian timbul adalah hanya orang-orang yang secara finansialnya bagus yang mampu bersekolah di Al-Azhar, sedangkan orang-orang yang kurang mampu sukar menduduki bangku pendidikan di AlAzhar. Untuk itu, YPI Al-Azhar membentuk unit-unit usaha produktif untuk menghimpun dana guna menunjang para siswa kurang mampu yang hendak bersekolah di Al-Azhar. Salah satunya yakni Wakaf Al-Azhar, yang dibentuk untuk mengembangkan potensi wakaf yang dikelola secara produktif untuk hasilnya didistribusikan bagi masa depan pendidikan dan dakwah yang lebih gemilang.1 Wakaf produktif bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi bisnis hingga menjadi lebih besar lagi. Jika lembaga pendidikan, lembaga dakwah, masjid-masjid ikut mengembangkan wakaf produktif tentu akan 1
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis sebagai Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
38
39
menghasilkan nilai manfaat yang luar biasa, untuk itulah Wakaf Produktif AlAzhar digulirkan.2 Wakaf Al-Azhar beraktifitas dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi masyarakat, berorientasi pada produktifitas wakaf untuk mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas serta pengembangan dakwah agar lebih mendunia.3 Wakaf Produktif Al-Azhar mengembangkan wakaf produktif yang terdiri atas berbagai macam bentuk unit usaha produktif sehingga hasilnya dapat terus digunakan untuk kemaslahatan hingga akhir zaman.4 Wakaf Al-Azhar berdiri pada tahun 2010, lahir terinspirasi oleh pengelolaan Wakaf Al-Azhar Kairo di Mesir yang berkembang pesat dengan mengelola wakaf produktif berupa; Rumah Sakit, Apartemen, Hotel, perkebunan serta menjalankan berbagai usaha sehingga dapat memberikan beasiswa kepada 400.000 mahasiswa, memberikan insentif yang memadai kepada 11.000 dosen dan mampu mengembangkan dakwah serta mengirimkan banyak ulama ke mancanegara. Maka dengan dukungan semua pihak YPI AlAzhar
berikhtiar
mengembangkan
wakaf
produktif
sebagai
wujud
pemberdayaan ekonomi umat untuk masa depan pendidikan dan dakwah. Pengelola Wakaf Al-Azhar melakukan aktifitas berdasarkan: SK YPI Al-Azhar Nomor: 10/VIIKEP/YPIA-P/1431.2010. Ditetapkan di: Jakarta. Pada Tanggal: 3 Sya’ban 1431 H/15 Juli 2010. Tertanda: H. Hariri Hady (Ketua Umum) dan H. Badruzzaman Busyairi (Sekretaris Umum).
2
Yusuf Mansur, Video Profile Company Wakaf Al-Azhar. Wakaf Al-Azhar, “Profil Wakaf Al-Azhar,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2013/02/profil-wakaf-al-azhar.html?m=1 4 Brosur Wakaf Al-Azhar, Wakaf Produktif Untuk Masa Depan Pendidikan dan Dakwah. 3
40
Wakaf Al-Azhar merupakan salah satu potret wakaf yang sukses di Metropolitan. Berkat inovasi, kreatifitas, komitmen, dan profesionalisme, lembaga ini mampu memaksimalkan potensi wakaf.5 Perkembangan lembaga Wakaf Al-Azhar di usianya yang baru menginjak tahun ke lima cukup siginifikan, hal ini terlihat dari semakin banyaknya aset wakaf yang dimiliki oleh lembaga ini (lihat Tabel 3.2). Sinergi adalah Energi menjadi prinsip kekuatan Wakaf Al-Azhar yang menunjukkan komitmen lembaga untuk terus fokus mengembangkan wakaf produktif dengan terus menjalin simpul kerjasama atau bersinergi dengan dukungan para profesional di bidang bisnis dan pemasaran, teknologi dan informasi, serta keuangan dan perbankan agar mampu mengembangkan potensi wakaf yang lebih optimal. Pada tahun 2015, Wakaf Al-Azhar meresmikan motto baru yakni “Saatnya Wakaf Berjihad”. Fokus jihad yang saat ini dijadikan landasan oleh Wakaf Al-Azhar ialah membangkitkan kekuatan ekonomi umat. Berjihad tergambar
pada penjabaran
singkatan versi
Wakaf
Al-Azhar
yaitu
“Bangkitkan Ekonomi Rakyat Jadikan Indonesia Hidup Aman dan Damai.” Basis ekonomi dinilai dapat menjadi landasan implementasi Jihad dalam tataran yang lebih luas lagi di masa mendatang.6
5
Nasih Nasrulloh, “Al-Azhar Jakarta, Potret Wakaf Sukses di Metropolitan,” artikel diakses pada 15 April 2015 dari http://m.republika.co.id/berita/duniaislam/wakaf/13/12/26/myejks6-alazhar-jakarta-potret-wakaf-sukses-di-metropolitan 6 Wakaf Al-Azhar, “Momentum 2015 Saatnya Wakaf Berjihad,” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://wakafalazhar.or.id/artikel/1Momentum+2015+%22Saatnya+Wakaf+Berjihad%22/
41
B. Visi dan Misi Lembaga Wakaf Al-Azhar Lembaga wakaf yang profesional harus memiliki visi strategis yang jelas, sehingga bisa diterjemahkan dalam misi dan tujuan mereka dengan mudah. Jangkauan kerja yang visioner menjadikan lembaga wakaf akan terus bergeliat mengejar impian dalam perencanaan yang matang.7 Berikut adalah visi dan misi lembaga Wakaf Al-Azhar: a. Visi “Menjadi institusi pengelola wakaf yang profesional, transparan dan dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional.” b. Misi “Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf untuk mendukung kepentingan pendidikan dan dakwah ditingkat Nasional serta Internasional.”
C. Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar 1. Struktur Struktur dalam sebuah organisasi atau lembaga merupakan sistem formal hubungan-hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasi tugas-tugas sejumlah orang dan kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan bersama.8 Pada Gambar 3.1 menunjukkan hubungan-hubungan arus
7
Sudirman Hasan, Wakaf Uang: Perspektif Fiqih, Hukum Positif dan Manajemen (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 40. 8 Winardi, Asas-Asas Manajemen (Bandung: CV Mandar Maju, 2010), h. 378.
42
kepengurusan dalam sebuah bagan struktur kepengurusan yang di bentuk oleh lembaga Wakaf Al-Azhar. Gambar 3.1 Struktur Kepengurusan Lembaga Wakaf Al-Azhar DEWAN SYARI’AH
DEWAN PENGAWAS
DEWAN PENGAWAS DIREKTUR EKSEKUTIF DIREKTUR PROGRAM & KEUANGAN
Staff Keuangan
Staff Administrasi Customer Service
DIREKTUR MARKETING
Staff Bagian Umum
Staff Marketing
Design Grafis
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
2. Susunan Personalia Penyusunan personalia dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk menjaga pemenuhan kebutuhan personalia organisasi dengan orang-orang yang tepat dalam posisi tepat dan pada waktu yang tepat.9 Dalam hal ini, pada Tabel 3.1 terdapat nama-nama penanggung jawab jabatan sebagai hasil proses penyusunan personalia pada lembaga Wakaf Al-Azhar.
9
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), h. 232.
43
Tabel 3.1 Susunan Personalia No. Jabatan / Kedudukan 1. Dewan Syari’ah Ketua Anggota 2.
3.
4.
Dewan Pengawas Ketua Anggota Dewan Pelaksana Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Wakil Bendahara Struktur Eksekutif Direktur Eksekutif Direktur Keuangan dan Program Direktur Marketing Staff Marketing Staff Keuangan Staff Administrasi Staff Marketing Staff Bagian Umum Customer Servise Desain Grafis
Penanggung Jawab H. Shobahussurur H. Amliwazir Saidi H. Yusuf Mansur H. Nasroul Hamzah H. Soewarsono Suryadi H. Hendra Nurtjahyo H. Muhammad Nazif H. Mahfudz Makmun H. Muhammad Suhadi H. Syamsir Kamaludin H. Suhaji Lestiadi M. Anwar Sani M. Rofiq Thoyyib Lubis Suryaningsih Suyitno Hendra Yuliano Abdul Rahman Ujang Ramlan Intan Permata Lubis Abdul Rahman Syakroni Muftahin Dian Ameliawati Musanif Arif
Sumber: Diolah dari berbagai sumber.
D. Produk-Produk Wakaf Produktif Al-Azhar Dalam upaya memaksimalkan potensi wakaf dan mensyiarkan gerakan berwakaf kepada masyarakat, lembaga Wakaf Al-Azhar berikhtiar dengan melakukan inovasi dalam menciptakan berbagai produk wakaf agar nantinya dikelola dan dikembangkan secara produktif profesional dan tentunya berdasarkan prinsip syari’ah. Produk yang dibentuk disesuaikan dengan kapasitas kemampuan masyarakat pada umumnya dengan harapan mereka
44
mampu berwakaf sesuai dengan nominal yang telah ditentukan dan akan dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar melalui sektor-sektor bisnis strategis. Beberapa produk wakaf produktif yang dibentuk oleh Wakaf Al-Azhar antara lain: 1. Wakaf Transportasi (Darat, Laut, dan Udara) Wakaf transportasi merupakan wakaf patungan untuk wakaf produktif sarana transportasi. Besaran wakafnya senilai Rp. 25.000,/donasi dengan rincian Rp. 20.000,-/unit + Rp. 5.000,- untuk biaya operasional.10 Dana wakaf yang berhasil dihimpun oleh Wakaf Al-Azhar dijadikan aset berupa alat transportasi baik transportasi darat, transportasi laut, maupun transportasi udara yang kemudian diproduktifkan dengan cara disewakan. Hasil sewanya atau keuntungannya di dedikasikan bagi kemajuan pendidikan dan dakwah. 2. Wakaf Tanah Untuk Pohon Jabon Wakaf
pohon
jabon
adalah
salah
satu
bentuk
upaya
memproduktifkan lahan wakaf agar segera berdaya guna bagi masa depan pendidikan dan dakwah sesuai dengan cita-cita besar Wakaf Al-Azhar yang berada dibawah naungan YPI Al-Azhar. Donasi wakaf untuk pohon jabon sebesar Rp. 95.000,-/m² dengan rincian Rp. 70.000,-/m² tanah + Rp. 25.000,- untuk biaya operasional 5 s/d 8 tahun.11
10
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Transportasi,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://wakafalazhar.or.id/produk/6-Wakaf+Transportasi/ 11 Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Perkebunan Jabon,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/5-Wakaf+Perkebunan+Jabon/
45
3. Kartu Wakaf (Wakaf Card) Wakaf kartu atau yang biasa disebut kartu anggota wakaf produktif Al-Azhar (KAWPA) merupakan kartu benilai manfaat, baik bagi pemegang kartu maupun ahli waris pemegang kartu. Wakaf card terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Wakaf Card Silver (Rp. 150.000,- per tahun, sudah termasuk Wakaf Perkebunan Sawit 1 M² senilai Rp. 15.000,-)12 Manfaat Untuk Anggota (Range Usia 6 – 55 Tahun) seri Silver ini adalah sebagai berikut: 1) Discount Card di merchant berlogo Wakaf Al-Azhar. 2) Bantuan Penggantian Biaya R.Inap RS karena kecelakaan Rp. 3.000.000,- per tahun. 3) Santunan Meninggal Dunia karena kecelakaan untuk Ahli Waris Rp. 30.000.000,4) Telah Berwakaf Produktif bila meninggal dunia karena kecelakaan Rp. 20.000.000,5) Santunan Meninggal Dunia Bukan Karena Kecelakaan untuk Ahli Waris Rp. 5.000.000,6) Telah Berwakaf Produktif bila meninggal dunia karena kecelakaan Rp. 5.000.000,b. Wakaf Card Gold (Rp. 250.000,- per tahun, sudah termasuk Wakaf Transportasi senilai Rp 25.000,-)13
12
Wakaf Al-Azhar, “Produk Kartu Wakaf Silver,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/2-Kartu+Wakaf+Silver/ 13 Wakaf Al-Azhar, “Produk Kartu Wakaf Gold,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/4-Kartu+Wakaf+Gold/
46
Manfaat Untuk Anggota (Range Usia 0 – 80 Tahun) seri Gold ini adalah sebagai berikut: 1) Sudah berwakaf produktif untuk transportasi. 2) Wakaf wasiat bila meninggal dunia Rp. 5.000.000,- (dikelola Wakaf Al-Azhar atau Lembaga yang Anda tunjuk). 3) Manfaat perlindungan: santunan rawat inap RS karena kecelakaan total senilai Rp.3.000.000,- per tahun. 4) Manfaat
urusan
penyelenggaraan
jenazah,
pelayanan
Ambulance, santunan ta’ziyah, dan pelayanan extra untuk musibah meninggal karena kecelakaan. 4. Wakaf Tanah Perkebunan Sawit Wakaf tanah perkebunan sawit merupakan wakaf patungan untuk bahu membeli lahan dan membuka perkebunan kelapa sawit, karet, dan lain sebagainya di Pulau Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi agar dikelola secara produktif dan bisa diambil manfaatnya. Besaran wakafnya senilai Rp. 15.000,-/m² dengan rincian Rp. 10.000,-/m² tanah + Rp. 5.000,- untuk biaya operasional.14 5. Wakaf Khairi Wakaf khairi merupakan wakaf patungan berupa uang tunai mulai dari Rp. 5.000,- (proporsi nilai wakaf Rp. 4.500,- + operasional Rp. 500,-) dengan cara menitipkannya kepada lembaga Wakaf Al-Azhar untuk dibelikan aset baik alat transportasi, property, usaha pertanian maupun perkebunan agar kemudian aset tersebut dikelola dan diambil manfaatnya 14
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Perkebunan Sawit,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/1-Wakaf+Perkebunan+Sawit/
47
bagi penerima wakaf. Terdapat tiga cara penyerahan wakaf tunai dari wakif kepada lembaga Wakaf Al-Azhar, yaitu sebagai berikut:15 a. Wakaf Khairi Secara Kontan Maksudnya, wakaf diserahkan langsung dengan jumlah wakaf sebagaimana saat serah terima dilakukan tanpa ada perjanjian yang mengikat. Dalam hal ini, wakif menyerahkan harta yang akan diwakafkan tanpa ada kontrak tertentu, artinya penyetoran wakaf selesai setelah dibayarkan. b. Wakaf Khairi Secara Berjangka (Bertahap) Maksudnya, wakif menentukan jumlah harta yang akan diwakafkan, namun cara penyerahannya tidak sekaligus melainkan bertahap sesuai kemampuan wakif. Dalam hal ini dilakukan kontrak tertentu yang menyebutkan jumlah total harta yang akan diwakafkan dan berapa kali tahapan penyerahannya. Jika wakif wafat sebelum total harta yang dijanjikannya selesai diwakafkan, maka ahli warisnya perlu menuntaskannya. Cara
ini
cocok
bagi
orang
yang
ingin
berwakaf secara terencana, dan memastikannya dalam jumlah tertentu yang melebihi pendapatan rutinnya sebagai investasi besar untuk akhiratnya. c. Wakaf Khairi Seumur Hidup Maksudnya, wakif tidak menentukan jumlah total harta yang akan diwakafkan, namun bersedia senantiasa berwakaf secara rutin dalam periode tertentu selama wakif masih hidup. Dalam hal ini juga 15
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Khairi,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/8-Wakaf+Khairi/
48
dilakukan kontrak yang menyebutkan periode dan jumlah harta yang akan diwakafkan. Cara ini cocok bagi orang yang ingin berwakaf secara terencana, namun tidak ingin memberatkan ahli warisnya. 6. Wakaf Wasiat Polis Asuransi Wakaf wasiat
polis
asuransi adalah donasi
dalam bentuk
penyerahan polis asuransi syari’ah dengan uang pertanggungan tertentu yang diikrarkan menjadi wakaf kepada lembaga Wakaf Al-Azhar, dan uang pertanggungan tersebut hanya akan cair pada saat pewakif meninggal dunia.16 Wakaf wasiat polis asuransi yang diserahkan ke Wakaf Al-Azhar menggunakan dua akad: a. Akad wakaf untuk wakaf produktif sebagian dari nilai polis asuransi yang meliputi Uang Pertanggungan (UP) dan nilai tunai saat jatuh tempo. b. Akad amal kebaikan/charity; untuk kepentingan wakif, keluarga wakif, kepentingan umum, sebagian dari nilai Polis Asuransi (UP dan nilai tunai) saat jatuh tempo.17 7. Wakaf Manfaat Wakaf manfaat merupakan bentuk wakaf yang dilakukan dengan cara wakif menjanjikan kepada Wakaf Al-Azhar untuk mewakafkan “manfaat” dari aset yang dimiliki atau sedang diusahakannya, seperti: Mobil, Rumah, Ruko, atau Apartemen yang sedang disewakannya.18
16
Brosur Wakaf Al-Azhar, Wakaf Wasiat Polis Syari‟ah. Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Wasiat Polis Asuransi,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/9-Wakaf+Wasiat+Polis+Asuransi/ 18 Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Manfaat,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/10/title/Wakaf+Manfaat 17
49
8. Wakaf Family Wakaf family merupakan quantum Wakaf Pohon Jabon untuk mewakafkan
lahan
10
m²
dan
1
pohon jabon
beserta
biaya
pemeliharaannya selama 5 sampai 8 tahun. Besaran wakafnya senilai Rp. 950.000,-/10 m² dengan rincian Rp. 700.000,-/10 m² tanah + Rp. 250.000,untuk 1 pohon jabon beserta biaya operasional selama 5-8 tahun.19 9. Wakaf Dinar dan Logam Mulia Merupakan bentuk wakaf harta dalam nilai yang mutlak melalui dinar dan dirham sebagai patungan untuk wakaf produktif dalam bentuk investasi di bidang transportasi, property, pertanian, dan perkebunan. Besaran wakafnya mulai dari Rp. 1.375.360,- setara dengan 0,7 misqal dinar dan setara dengan 1 dirham.20 10. Wakaf Wasiat Property Wakaf
wasiat
mewakafkan property
property atau
aset
yaitu yang
mewasiatkan dimiliki
dengan
untuk tetap
memanfaatkannya selama wakif masih hidup. Aset atau property dapat berupa Ruko, Rumah ataupun Apartemen. Property atau aset yang diwasiatkan untuk diwakafkan tidak melebihi 1/3 dari nilai property atau aset tersebut. Dengan Wakaf Wasiat Property, bahkan wakif dapat bersama-sama patungan berinvestasi dengan nilai kelipatan Rp. 20.000,-21
19
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Family,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/9/title/Wakaf+Family 20 Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Dinar Dirham,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/6/title/Wakaf+Dinar+Dirham 21 Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Property,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://www.wakafalazhar.or.id/produk/7-Wakaf+Property/
50
11. Wakaf Wasiat Perusahaan Wakaf wasiat perusahaan yaitu mewasiatkan untuk mewakafkan maksimal 1/3 nilai perusahaan atau saham yang dimiliki dengan tetap memilikinya selama wakif masih hidup. Yang dapat diwakafkan adalah nilai saham dengan maksimal 1/3 bagian setelah dipastikan yang mewasiatkan sudah tidak memiliki hutang. Jika para ahli waris masih berusia belia atau pada saat tutup usia, pengelola wakaf akan membantu mengelola perusahaan yang ditinggalkan. Jika pada saat wakif wafat para ahli warisnya dalam keadaan kurang berkecukupan, pengelola wakaf akan memenuhi kebutuhan para ahli warisnya dari nilai keuntungan saham yang diwariskan.22 12. Tawaf Pro (Tabungan Wakaf Produktif) Tabungan Wakaf Produktif merupakan fasilitas pendukung penghimpunan dana wakaf yang direalisasikan dalam bentuk buku tabungan. Tawaf Pro mempermudah wakif dalam melazimkan berwakaf rutin kepada Wakaf Al-Azhar dengan cara melakukan perencanaan wakaf terlebih dahulu. Dalam hal ini, wakif disebut sebagai pihak pertama dan Wakaf AlAzhar disebut sebagai pihak kedua. Dana tabungan wakaf sepenuhnya menjadi Wakaf Al-Azhar untuk diproduktifkan dalam program-program Wakaf Produktif Al-Azhar dan hasilnya untuk pendidikan dan dakwah.23
22
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Wasiat Perusahaan,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://wakafalazhar.com/index.php/gerai/produk/view/id/4/title/Wakaf+Wasiat+Perusahaan 23 Brosur Wakaf Al-Azhar, Tabungan Wakaf Produktif Plus.
51
13. CSR Abadi CSR Abadi merupakan solusi untuk mengabadikan dana Corporate Social Responsibility sebuah perusahaan melalui wakaf di lembaga Wakaf Al-Azhar. Dana CSR perusahaan nantinya dijadikan aset wakaf oleh lembaga Wakaf Al-Azhar untuk kemudian diproduktifkan. Keuntungan yang diraih dari hasil produktifitas aset wakaf dana CSR tersebut nantinya dibagikan kepada mauquf „alaih (penerima wakaf) dan dicatat atas nama pemberi CSR.24
E. Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar Sebagai salah satu lembaga pengelola wakaf produktif di Tanah Air, Wakaf Al-Azhar telah memiliki sejumlah aset wakaf untuk dikelola secara produktif agar hasil pemanfaatannya dapat ditujukan bagi mauquf „alaih untuk kemajuan pendidikan dan dakwah sebagaimana cita-cita YPI Al-Azhar. Pada Tabel 3.2 menunjukkan aset wakaf yang dimiliki oleh lembaga Wakaf AlAzhar hingga tahun 2015. Tabel 3.2 Aset Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 24
Jenis Aset Perkebunan Jabon Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah Darat Tanah Tanah Tanah + Rumah
Volume 4,4 Ha 283 m2 2.347 m2 9.000 m2 994 m2 400 m2 -
Lokasi Ciseeng – Bogor Cikahuripan – Bogor Cariu – Bogor Pondok Gede Kembangan – Jakarta Barat Tanjungsari – Bogor Pancoran Mas – Depok Pamulang Cinangka – Bogor
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano sebagai Direktur Marketing Wakaf AlAzhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
52
10. 11. 12.
Sawah Bus Pariwisata Apartemen Casablanca East Residence Perumahan Bella Casa Villatel Horison
13. 14.
2 Ha 8 Unit 1 Unit
Babelan – Bekasi Jakarta Timur
1 Unit 1 Unit
Depok Solo
Sumber: Brosur Wakaf Al-Azhar, “Walau Umur Terputus Pahala Mengalir Terus.”
F. Deskripsi Tentang Wakaf Transportasi Wakaf transportasi adalah wakaf yang dihimpun dalam bentuk wakaf tunai sesuai akad lalu dibelikan alat transportasi yang hasil dari wakaf tersebut sebagian untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.25 Wakaf Al-Azhar menetapkan besaran donasi wakaf untuk wakaf transportasi sebesar Rp. 25.000,-/donasi. Hal ini dilakukan agar masyarakat dari berbagai kalangan dapat ikut andil dalam berwakaf untuk penyediaan alat transportasi. Wakaf transportasi merupakan salah satu program wakaf produktif di lembaga Wakaf Al-Azhar yang pertama kali di gagas oleh Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis yang saat ini berkedudukan sebagai Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar. Wakaf transportasi launching pertama kali pada tanggal 12 Juni 2012, bertujuan memproduktifkan dana wakaf umat melalui pengembangan usaha di bidang layanan jasa transportasi untuk hasilnya di dedikasikan bagi penerima wakaf sebagaimana tujuan dari wakaf. Setelah resmi launching, Wakaf Al-Azhar bergerak menghimpun dana wakaf dari swadaya masyarakat untuk pengadaan sarana transportasi, baik tranportasi darat, transportasi laut, maupun transportasi udara. Saat ini, aset 25
Adhes Satria, “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan,” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2015/05/wakaf-transportasi.html?m=1
53
yang telah terbentuk dari program wakaf transportasi adalah pengadaan sarana transportasi darat berupa 8 unit bus pariwisata yang terdiri dari 5 unit bus ukuran medium dan 3 unit bus ukuran besar. Teknis pelaksanaan bisnisnya, Wakaf Al-Azhar bermitra dengan perusahaan profesional jasa layanan transportasi yaitu PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel) yang merupakan salah satu unit usaha pelayanan Umrah dan Haji yang didirikan oleh YPI Al-Azhar pada tahun 2004. PT Arfina Margi Wisata bergerak di bidang tours & travel yang memberikan pelayanan penyelenggaraan perjalanan mulai dari ticketing, akomodasi hotel/penginapan, sampai penyediaan transportasi, baik untuk transportasi darat maupun udara di dalam negeri/luar negeri.26 Untuk itu, Wakaf Al-Azhar melakukan kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata sebagai operator bisnisnya, termasuk yang menyangkut hal-hal transaksi penyewaan Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar, karena hal ini sesuai dengan garapan bidang usahanya.
26
YPI Al-Azhar, “Al-Azhar Arfina Tours & Travel,” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari http://www.al-azhar.or.id/indx.php/usaha/alazhar-arfina
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Manajemen dalam Pengelolaan Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar Untuk mewujudkan cita-cita Wakaf Al-Azhar sebagai institusi pengelola wakaf yang profesional, transparan dan dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional, Wakaf Al-Azhar membentuk sebuah program pengembangan dana wakaf yang dilakukan secara produktif bernama wakaf transportasi yang digagas oleh Bapak Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.1 Wakaf transportasi launching pertama kali pada tanggal 12 Juni 2012.2 Hal ini menunjukkan komitmen Wakaf Al-Azhar untuk mengembangkan perwakafan nasional melalui produktifitas aset wakaf berupa sarana transportasi. Dalam melaksanakan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi, langkah-langkah manajerial yang diterapkan oleh Wakaf Al-Azhar mengacu pada fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry yang terdiri dari 4 (empat) fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan (Actuiting) dan Pengawasan (Controlling) yang biasa disingkat POAC, berikut uraiannya:
1
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano sebagai Direktur Marketing Wakaf AlAzhar, Jakarta, 13 Mei 2015. 2 Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis sebagai Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, Jakarta, 13 Mei 2015.
54
55
1. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam proses manajemen. Tahap perencanaan ini dinilai sangat penting, mengingat perencanaan merupakan proses perumusan strategi, usaha dan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan target dan tujuan tertentu yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Dalam upaya mencapai cita-cita lembaga sebagaimana yang tergambar dalam visi dan misinya, tahapan-tahapan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga Wakaf AlAzhar dalam pengelolaan wakaf transportasi adalah sebagai berikut: a. Prakiraan masa depan (forecasting) Pada tahap ini, pihak manajemen Wakaf Al-Azhar membentuk sebuah Rencana Kerja Manajemen (RKM) melalui rapat kerja tahunan. Untuk melaksanakan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi, Wakaf Al-Azhar melakukan positioning lembaga dengan menganalisa peluang dan tantangan yang ada di lapangan mengenai potensi bisnis jasa transportasi. Bisnis
transportasi
merupakan
bisnis
yang
potensial
memberikan keuntungan. Berdasarkan jenisnya, bisnis transportasi terdiri atas transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Peluang usaha transportasi yang dibahas di sini adalah usaha transportasi darat, karena permodalan dan manajemen usaha transportasi darat dapat dikembangkan dari skala kecil.3 Oleh karena itu, pada tahap awal Wakaf Al-Azhar masuk ke unit usaha tranportasi 3
Wakaf Al-Azhar, “Produk Wakaf Transportasi,” artikel diakses pada 16 April 2015 dari http://wakafalazhar.or.id/produk/6-Wakaf+Transportasi/
56
darat berupa penyewaan Bus Pariwisata, hal ini dilakukan karena Wakaf Al-Azhar menilai ini sebagai market terbaik dan sudah punya captive market tersendiri, dimana 70% pangsa pasarnya ada di AlAzhar.4 Sedangkan tantangannya
adalah besarnya
risiko dalam
pengelolaan wakaf transportasi, terutama risiko yang menyangkut dengan kelestarian aset wakafnya. Selain itu, banyaknya pula para pesaing (competitor) yang bergerak di bidang yang sama. Dalam melaksanakan aktifitas bisnisnya, strategi yang digunakan Wakaf Al-Azhar adalah menjalin kerjasama dengan PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel). Wakaf AlAzhar juga memproduktifkan aset wakaf transportasi dengan cara menyewakan Bus Pariwisata tidak hanya di kalangan YPI Al-Azhar saja, tetapi juga masyarakat umum. Untuk itu agar Bus Pariwisata ini tetap produktif dan terus memberikan keuntungan, Wakaf Al-Azhar menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan besar di Indonesia, yaitu PT Newmont yang mengontrak Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar selama 3 tahun dengan nilai kontrak sebesar Rp. 2,4 Milyar.5 b. Penetapan tujuan (establishing objective) Setelah melakukan forecasting, selanjutnya pihak manajemen Wakaf Al-Azhar menentukan tujuan atau sasaran dibentuknya wakaf transportasi. Selain itu untuk merealisasikan aset wakaf berupa alat
4 5
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis. Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
57
transportasi, Wakaf Al-Azhar juga menentukan sasaran wakif atau donatur dalam rangka menghimpun dana wakaf. Tujuan
dibentuknya
wakaf
transportasi
yaitu
untuk
memproduktifkan dana wakaf umat melalui pengelolaan unit usaha transportasi, khususnya transportasi darat. Hal ini dilakukan agar nilai aset wakafnya terus bertambah dan hasil keuntungannya bisa digunakan untuk kemaslahatan umat. Program wakaf transportasi juga bertujuan memberikan layanan transportasi yang baik kepada masyarakat, plus dengan mereka menggunakan (menyewa) Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar maka secara tidak langsung mereka sudah mendukung gerakan berwakaf.6 Sedangkan strategi yang digunakan Wakaf Al-Azhar dalam menghimpun dana wakaf adalah menentukan segmentasi donatur atau wakif (probing donatur) yang menjadi sasaran dari Wakaf Al-Azhar, baik donatur perusahaan, lembaga, maupun perorangan. Dengan mengetahui segmentasi donatur, Wakaf Al-Azhar bisa menentukan metode yang efektif dan efisien dalam mengoptimalkan potensi dana wakaf. c. Pemrograman (programming) Dalam upaya merealisasikan dan mengoptimalkan potensi wakaf yang akan diproduktifkan melalui unit usaha transportasi, pihak manajemen Wakaf Al-Azhar merancang beberapa program atau kegiatan
6
khusus
untuk
mendukung terealisasinya
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
aset
wakaf
58
transportasi, baik tranportasi darat, laut, maupun udara diantaranya sebagai berikut: a) Sosialisasi atau edukasi yang terus berkesinambungan kepada masyarakat, mengingat wakaf transportasi merupakan sesuatu yang baru dalam dunia perwakafan. b) Marketing day, yaitu kegiatan mensosialisasikan wakaf produktif dengan memasarkan produk-produk Wakaf Al-Azhar kepada masyarakat dengan cara open table atau buka stand wakaf di tempat-tempat strategis. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap pekan (hari jum’at) dan juga dilakukan pada event-event tertentu seperti kegiatan seminar dan saat bulan Ramadhan. c) Layanan jemput wakaf, yaitu layanan jemputan harta benda wakaf yang dilakukan oleh pihak nazhir Wakaf Al-Azhar kepada wakif yang hendak mewakafkan hartanya secara langsung. d) Tawaf Pro (Tabungan Wakaf Produktif), yaitu fasilitas tabungan bagi para wakif (orang-orang yang berwakaf) untuk melazimkan mereka dalam berwakaf secara rutin dengan melakukan perencanaan wakaf kepada Wakaf Al-Azhar. e) Sahabat Wakaf, yaitu tim marketing yang tidak digaji oleh Wakaf Al-Azhar tapi mereka berkomitmen untuk menghimpun dana wakaf dengan menjual berbagai produk-produk Wakaf Al-Azhar.
59
f) CSR Abadi, yaitu program pengabadian dana CSR sebuah perusahaan melalui wakaf. Dana CSR perusahaan nantinya dijadikan aset wakaf produktif sarana transportasi. Keuntungan yang diraih dari hasil produktifitas aset wakaf dana CSR tersebut dibagikan kepada mauquf „alaih dan dicatat atas nama pemberi CSR.7 Alhasil dari rancangan programming yang dibentuk oleh manajemen Wakaf Al-Azhar dalam upaya mengoptimalkan potensi wakaf, Wakaf Al-Azhar berhasil menghimpun amanah wakaf dari umat sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Amanah Wakaf (2011 – 2014) Tahun
Tunai
Aset
WWPA
Total
-
6.191.106.972
6.913.200.000
9.982.514.648
2011
519.756.972 5.671.350.000
2012
1.204.314.648 1.865.000.000
2013
1.116.596.240 5.450.000.000 15.858.000.000 22.424.596.240
2014
2.297.935.167 2.764.000.000 12.016.000.000 17.077.935.167 Pencapaian
55.676.153.027
Sumber: Brosur Wakaf Al-Azhar, “Dukung!!! Badan Usaha Milik Wakaf: Walau Umur Terputus Pahala Mengalir Terus.” Edisi Juli 2015.
Pada Tabel 4.1 menunjukkan, amanah wakaf yang berhasil dihimpun oleh Wakaf Al-Azhar dari tahun 2011-2014 merupakan hasil perolehan harta benda wakaf secara keseluruhan dari berbagai program wakaf produktif yang dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar, termasuk salah satunya adalah wakaf transportasi. Terjadi fluktuatif dalam perolehan wakaf pertahunnya, hal ini disebabkan masih minimnya 7
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
60
pengetahuan masyarakat tentang wakaf produktif, oleh karena itu masih perlunya peningkatan sosialisasi dan optimalisasi kegiatan marketing produk wakaf produktif yang dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar. Dari perolehan wakaf tersebut pula, sebahagian sudah mulai diinvestasikan ke dalam unit usaha transportasi darat, yaitu 8 unit Bus Pariwisata dan diproduktifkan dengan cara disewakan. Bus Pariwisata ini merupakan kerjasama Wakaf Al-Azhar dengan Karoseri Gunung Mas, sebuah perusahaan pembuatan kendaraan bus yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur.8 d. Penjadwalan (scheduling) Scheduling ditentukan untuk melakukan penunjukan waktu menurut kronologi tertentu agar mencapai target yang diharapkan. Penjadwalan yang dibentuk oleh Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan wakaf transportasi adalah sebagai berikut: -
Tahun 2014, Wakaf Al-Azhar menargetkan peluncuran 5 unit Bus Pariwisata
untuk
selanjutnya
diproduktifkan
dengan
cara
disewakan. -
Tahun 2015, Wakaf Al-Azhar menargetkan menambah kembali tiga unit Bus Pariwisata dan terus mengembangkan jumlah unit bus di tahun-tahun berikutnya.
8
Desmoreno, “Alhamdulillah, Wakaf Al-Azhar Launching Bis Pariwisata dan Akan Disewakan,” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://www.zonanews.net/alhamdulillahwakaf-al-azhar-launching-bis-pariwisata-dan-akan-disewakan/
61
Dari adanya perencanaan scheduling, bertepatan dengan Milad Ke-62 YPI Al-Azhar (Ahad, 7 Maret 2014), Wakaf Al-Azhar launching lima unit Bus Pariwisata ukuran medium (3/4) yang diresmikan oleh Jusuf Kalla yang ditandai dengan pemotongan pita yang didampingi oleh Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, M. Rofiq Thoyyib Lubis. Turut hadir pula Ketua Umum YPI Al-Azhar, Bapak Muhammad Suhadi, Praktisi Ekonomi Syari’ah, Bapak Ahmad Riyawan Amin, Direktur PT. Arfina Margi Wisata dan para undangan lainnya.9 Pada Juli 2015, Wakaf Al-Azhar kembali meluncurkan Bus Pariwisata namun dengan ukuran besar sebanyak 3 unit. Selain itu, Wakaf Al-Azhar juga menentukan perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang, yaitu sebagai berikut: 1) Perencanaan
jangka
pendeknya
yaitu
pengelolaan
bisnis
transportasi darat berupa pengadaan Bus Pariwisata dengan pengembangan unit pertahunnya dengan jalan disewakan. 2) Perencanaan jangka menengahnya yaitu pengelolaan bisnis transportasi umum (transportasi massal) berupa travel-travel kecil antar kota dan Bus antar kota antar provinsi (AKAP). Paling tidak ada di tempat-tempat perwakilan Al-Azhar, seperti di Surabaya, Solo dan Palembang. 3) Perencanaan jangka panjangnya yaitu Wakaf Al-Azhar masuk ke sektor bisnis jasa transportasi laut dan udara. Transportasi laut berupa kapal tangker untuk membantu penditribusian barang 9
Adhes Satria, “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan,” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2014/05/bus-pariwisata-wakaf-al-azharsiap.html?m=1
62
kebutuhan pokok di tanah air. Sedangkan transportasi udara berupa maskapai Wakaf Air untuk tujuan khusus Haji dan Umroh.10
e. Penganggaran (budgeting) Dalam menetapkan biaya atau anggaran, Wakaf Al-Azhar menargetkan perolehan wakaf untuk mewujudkan wakaf transportasi adalah minimal sebesar Rp. 1 Milyar. Wakaf Al-Azhar juga menetapkan besaran donasi wakaf untuk wakaf transportasi sebesar Rp. 25.000,-/donasi. Hal ini dilakukan agar program ini mampu menyasar semua segmen donatur (wakif), sehingga memungkinkan masyarakat dari berbagai kalangan bisa berwakaf, baik dengan nominal kecil maupun dengan jumlah yang jauh lebih besar. Untuk membiayai kegiatan operasionalnya, Wakaf Al-Azhar memecah besaran donasi wakaf transportasi dengan rincian Rp. 20.000,- untuk donasi wakaf transportasi dan Rp. 5.000,- untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dengan adanya perencanaan budgeting, peluncuran 5 unit Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar terbentuk dari hasil sinergis Wakaf AlAzhar dengan PPPA yang dipimpin oleh Ustadz Yusuf Mansur untuk meluncurkan wakafnya senilai Rp. 1 Milyar sebagai bentuk CSR Abadi. Peluncuran Bus Pariwisata merupakan wujud nyata program wakaf transportasi lembaga Wakaf Al-Azhar.11
10 11
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis. Adhes Satria, “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan.”
63
f. Pengembangan prosedur (development procedure) Prosedur
pengelolaan
wakaf
transportasi
agar
mampu
mendatangkan nilai manfaat bagi kemaslahatan umat tentunya harus dilakukan secara tepat dan profesional. Dalam hal ini, Wakaf Al-Azhar menggunakan sebuah skema, yaitu donasi wakaf dari berbagai sumber diproduktifkan untuk menghasilkan nilai manfaat bagi penerima wakaf. Pada Gambar 4.1 menunjukkan gambaran skema pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar. Gambar 4.1 Skema Pengelolaan Wakaf Transportasi Aset Wakaf Transportasi
Sumber Wakaf
Hasil Investasi Produktif
Pendidikan dan Dakwah
Sumber: Diolah dari berbagai sumber. Pada Gambar 4.1 dapat dijelaskan, bahwa dalam pengelolaan wakaf transportasi sumber-sumber wakaf yang berhasil dihimpun oleh Wakaf Al-Azhar kemudian dijadikan aset wakaf berupa alat transportasi (darat, laut, maupun udara). Dikarenakan Wakaf Al-Azhar hanya sebatas menghimpun dana, maka pengelolaan bus pariwisata ini termasuk hal-hal yang menyangkut dengan transaksi penyewaannya
64
dilakukan secara profesional oleh PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel). Keuntungan yang diraih dari hasil produktifitas aset wakaf transportasi di distribusikan ke penerima wakaf dalam bidang pendidikan dan dakwah dengan di audit terlebih dahulu oleh pihak manajemen Wakaf Al-Azhar dan YPI Al-Azhar. Selain
itu,
Wakaf
Al-Azhar
juga
nantinya
akan
mengembangkan wakaf transportasi ini menjadi Badan Usaha Milik Wakaf yang bergerak di bidang transportasi, baik transportasi darat, laut, maupun udara.12 g. Penetapan dan interpretasi kebijakan (establishing and interpreting policies) Kebijakan yang dilakukan oleh manajemen Wakaf Al-Azhar dalam menjalankan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi adalah mengantisipasi kemungkinan risiko-risiko yang timbul pada aset wakaf transportasi di kemudian hari, yaitu dengan cara melakukan pendanaan risiko atau mengalokasikan dana khusus untuk manajemen aset wakaf transportasi (maintenance, pengembangan dan promosi), karena pengelolaan wakaf transportasi termasuk ke dalam kategori risiko besar (high risk). sehingga dibutuhkan cara yang tepat untuk menutupi berbagai risiko yang mungkin dihadapi.13
12 13
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano. Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
65
2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganiasasian pada dasarnya merupakan proses pengalokasian sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi atau lembaga berdasarkan suatu desain organisasi tertentu. Untuk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf dengan baik, tentunya dibutuhkan sumber daya nazhir yang amanah, profesional, berwawasan luas, tekun dan berkomitmen tinggi, mengingat dana wakaf yang diperoleh adalah notabene milik umat yang harus dikelola secara amanah dan profesional agar dapat dimanfaatkan
bagi
kemaslahatan
umat.
Maka
langkah-langkah
pengorganisasian yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar adalah sebagai berikut: a. Pembagian tugas kerja Pembagian tugas dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan, karena setiap orang memiliki personal skill yang berbedabeda dan mempunyai keterbatasan dalam meningkatkan volume pekerjaan. Oleh karena itu, pembagian tugas di lembaga Wakaf AlAzhar adalah sebagai berikut: 1) Direktur Eksekutif, bertanggungjawab atas segala aktifitas pengelolaan harta benda wakaf di lembaga Wakaf Al-Azhar dan berkoordinasi langsung dengan seluruh elemen lembaga, baik internal maupun eksternal. 2) Direktur Program dan Keuangan, bertugas merancang dan mengawasi jalannya program-program Wakaf Al-Azhar. Selain itu tugasnya yakni mengatur penggunaan dana wakaf secara
66
efektif dan efisien dan menganalisis laporan keuangan lembaga. 3) Direktur Marketing, bertugas membuat perencanaan untuk mempromosikan produk atau program Wakaf Al-Azhar kepada donatur atau calon wakif dan menentukan langkah-langkah strategis lembaga dalam upaya menghimpun dana wakaf secara optimal. 4) Staf Keuangan, bertugas melakukan pencatatan transaksi keuangan dan pelaporan data transaksinya kepada Direktur Keuangan. 5) Staf Administrasi, bertugas membuat laporan data-data penting lembaga dan lain-lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pengadministrasian. 6) Staf Marketing, bertugas menghimpun dana wakaf dengan mempromosikan produk-produk Wakaf Al-Azhar kepada calon wakif, membuat laporan perolehan dan berkoordinasi langsung dengan Direktur Marketing. 7) Customer Service, bertugas memberikan layanan informasi kepada para customer (wakif dan calon wakif), baik mengenai produk wakaf maupun informasi lainnya yang berhubungan dengan kelembagaan. 8) Design Grafis, bertugas merancang segala sesuatu yang berhubungan dengan grafis, terutama men-design atribut-
67
atribut penunjang aktifitas marketing, seperti: banner, brosur, pamplet, dan lain sebagainya.14 b. Menetapkan struktur dan pemberian wewenang Pemberian
wewenang
di
lembaga
Wakaf
Al-Azhar
dilaksanakan sesuai dengan garis koordinasi yang tercantum dalam struktur organisasi atau struktur kepengurusan lembaga Wakaf AlAzhar. Pengelolaan wakaf transportasi khusus berada di bawah tugas dan
wewenangnya
Direktur
Program
dan
Keuangan
yang
berkoodinasi langsung dengan pihak perusahan yaitu PT Arfina Margi Wisata (lihat Gambar 3.1 pada Bab III). Selain itu, pengelolaan wakaf transportasi ini juga di dukung oleh Direktur Marketing yang bertugas menentukan langkah-langkah strategis dalam upaya menghimpun dana wakaf untuk penyediaan sarana transportasi dan menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan potensial.15 Selain orang-orang struktural, Wakaf Al-Azhar juga memiliki sumber daya pendukung untuk menyerap potensi wakaf yang lebih optimal, yaitu: 1) Tim 12, yaitu orang-orang profesional di bidang Asuransi yang menjadi koordinator dari para Sahabat Wakaf. 2) Sahabat Wakaf, yaitu orang-orang yang berkomitmen untuk menghimpun dana wakaf dengan menjual berbagai produk Wakaf Al-Azhar. Sahabat Wakaf berada di bawah koordinasi Tim 12 dan Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar. 14 15
Database Wakaf Al-Azhar. Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
68
3. Penggerakan (Actuiting) Setelah dilakukan tahapan perencanaan dan pembagian tugas sesuai dengan kapasitas kemampuan SDM-nya, tahapan selanjutnya adalah
penggerakan
yang
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
menggabungkan usaha-usaha anggota dari suatu kelompok atau divisi. Tahap penggerakan juga berfungsi untuk mendorong seluruh elemen lembaga agar mampu bekerja sesuai dengan ketentuan dan mampu meningkatkan kinerja sebagai nazhir profesional untuk mencapai cita-cita dan tujuan lembaga. Tahapan-tahapan yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam proses penggerakan adalah sebagai berikut: a. Pengarahan Tujuan diadakannya pengarahan tiada lain adalah untuk membina kedisiplinan kerja para karyawan agar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara memberikan arahan, pemberian motivasi dan bimbingan oleh pimpinan kepada semua elemen yang ada di lembaga. Selain hal tersebut, pengarahan juga dilakukan untuk memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan memudahkan untuk mengevaluasinya. Setiap karyawan di lembaga Wakaf Al-Azhar diberikan arahan, motivasi dan bimbingan oleh pimpinannya agar melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Bentuk pengarahannya dilakukan dengan cara diberikan instruksi dan arahan oleh pimpinan melalui program Spiritual Care Community (SCC).
69
Spiritual Care Community merupakan kegiatan internal lembaga Wakaf Al-Azhar yang dilakukan setiap pagi sebelum melakukan aktifitas kerja. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja seluruh crew Wakaf Al-Azhar yang diperkaya dengan siraman rohani.16 b. Pengkoordinasian Upaya mencapai tujuan lembaga diperlukan sebuah tahap koordinasi agar usaha-usaha yang dilakukan oleh masing-masing divisi atau karyawan dapat sejalan dan terhindar dari miscommunication antar karyawan di Wakaf Al-Azhar. Untuk menghindari hal tersebut, maka pola koordinasi yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan wakaf transportasi adalah dengan cara melakukan komunikasi secara langsung melalui meeting atau mengadakan pertemuan-pertemuan khusus sesuai dengan kebutuhan lembaga, baik pertemuan dengan pihak internal lembaga maupun dengan pihak eksternal.17 c. Pengambilan Keputusan Pengambilan
keputusan
dilakukan
bertujuan
untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi dengan menetapkan berbagai alternatif yang paling tepat sesuai dengan kondisi lembaga. Dalam melaksanakan aktifitas pengelolaan aset wakaf transportasi, proses pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah mufakat dengan
16 17
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis. Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
70
melibatkan pihak-pihak yang mempunyai wewenang dan kredibilitas tinggi dalam bidang jasa transportasi.18
4. Pengawasan (Controlling) Fungsi pengawasan berperan sebagai sarana kontrol dalam melaksanakan sebuah kegiatan. Pengawasan juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara perencanaan dengan kinerja dilaksanakan.
Dalam
melaksanakan
aktifitas
pengelolaan
yang wakaf
transportasi, proses pengawasan di Wakaf Al-Azhar dilakukan secara rutin. Gambar 4.2 menunjukkan tahapan pengawasan yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar. Gambar 4.2 Tahapan Pengawasan di Lembaga Wakaf Al-Azhar
Penetapan Standar
Sumber:
Penilaian Kinerja
Sudah Sesuai Standar?
Tidak
Ya
Evaluasi dan Pengambilan Tindakan
Tujuan Tercapai
Diolah dari hasil wawancara dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis dan Hendra Yuliano.
Berdasarkan keterangan pada Gambar 4.2, proses pengawasan yang dilakukan di lembaga Wakaf Al-Azhar dapat dijelaskan sebagai berikut:
18
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis.
71
a. Penetapan Standar Penetapan standar diperlukan sebagai bahan patokan dan memudahkan dalam melakukan tindakan korektif. Standar dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi tentu adanya SOP (Standar Operasional Prosedur) tersendiri yang mengacu pada kode etik syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini ada dua hal yang menjadi patokan, yaitu: 1) Standar pengelolaan wakaf Standar pengelolaan wakaf transportasi pada Wakaf AlAzhar dilakukan secara produktif dan tentunya mengacu pada aturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Dalam Pasal 43 dijelaskan: pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,
perindustrian,
pengembangan
teknologi,
pembangunan gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan,
perkantoran,
sarana
pendidikan
ataupun
sarana
kesehatan yang tidak bertentangan dengan syari’ah. Yang dimaksud dengan lembaga penjamin syari’ah adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas sesuatu kegiatan usaha yang dapat dilakukan dengan antara lain melalui skim
72
asuransi syari’ah atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.19 2) Standar pengelolaan bisnis Dalam pengelolaan bisnisnya, Pemerintah mewajibkan bahwa dalam pengelolaan bisnis layanan jasa transportasi harus dijalankan oleh pihak perusahaan yang mempunyai kewenangan secara hukum dan telah mengantongi ijin dalam menjalankan aktifitas bisnis tersebut. Oleh karena itu, Wakaf Al-Azhar bermitra dengan PT Arfina Margi Wisata sebagai salah satu unit usaha YPI Al-Azhar yang bergerak di bidang tours and travel yang memberikan penyelenggaraan perjalanan mulai dari ticketing, akomodasi hotel/penginapan, sampai penyediaan transportasi, baik untuk perjalanan darat, laut, maupun udara, baik domestik maupun internasional. Sebagai usaha perjalanan ibadah Haji dan Umrah, PT Arfina Margi Wisata telah mengantongi Ijin Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Haji Khusus PPIHK:
D/511 dan Ijin
Penyelenggaraan Perjalanan Umrah dari Departemen Agama PPIU: D/14.20 b. Penilaian Kinerja Agar terhindar dari penyimpangan terhadap ketentuanketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka Wakaf Al-Azhar
19
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013), h. 33. 20 YPI Al-Azhar, “Al-Azhar Arfina Tours & Travel,” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari http://alazhararfinatravel.com/?page_id=4067
73
melakukan proses cross check dan monitoring mulai dari aktifitas marketing, pemeliharaan aset wakaf (Bus Pariwisata) hingga pengelolaan bisnisnya. Proses cross check dan monitoring dilakukan secara berkala mulai dari per bulan, per tiga bulan sampai per tahun dengan cara melakukan survey langsung ke beberapa pihak, diantaranya: 1) Kepada PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel)
selaku
operator
dalam
menjalankan
aktifitas
penyewaan Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar. 2) Kepada user atau customer (pengguna jasa transportasi atau pengguna Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar). 3) Kepada Supir dan Kondektur bus.21 c. Evaluasi Dalam proses evaluasi, Wakaf Al-Azhar melaksanakannya dalam bentuk laporan pertanggungjawaban (LPJ), baik pelaporan dari sisi kinerja karyawan, laporan keuangan dan laporan-laporan pertanggungjawaban lainnya. Proses evaluasi dalam bentuk laporan pertanggungjawaban ini dilaksanakan per tiga bulan, karena dalam pengelolaan wakaf transportasi ini Wakaf Al-Azhar belum mempunyai PIC (Person In Charge) atau penanggung jawab sendiri yang secara konsen memonitoring pengelolaan wakaf transportasi.22
21 22
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano. Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
74
B. Upaya Wakaf Al-Azhar dalam Menjaga Kelestarian Aset Wakaf Transportasi Dalam melaksanakan kewajibannya selaku nazhir yang amanah dan profesional, Wakaf Al-Azhar tentunya harus melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang telah berhasil dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya dengan memperhatikan kaidah atau prinsip-prinsip syari’ah Islam. Pengertian wakaf yang disusun oleh ulama dan dimuat dalam kitabkitab fiqih merujuk kepada Sabda Nabi Saw yang menyatakan bahwa harta pokok harus tertahan (tidak habis karena dipakai) dan yang disedekahkan adalah hasil atau manfaatnya. Oleh karena itu, salah satu syarat wakaf adalah bahwa objek wakaf harus kekal, tidak habis karena dikonsumsi atau dimanfaatkan.23 Wakaf transportasi merupakan salah satu pengembangan harta benda wakaf yang dilakukan secara produktif oleh lembaga Wakaf Al-Azhar. Dalam pengelolaan dan pengembangannya terdapat kemungkinan risiko yang timbul pada aset wakaf transportasi yang dapat berakibat pada ketidaktetapan nilai wakafnya, mengingat sifat kendaraan ada masa aus-nya (masa ekonomisnya habis) dan memiliki risiko tinggi (high risk) dalam pengembangannya, sehingga diperlukan upaya untuk mengelola risiko-risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari. Menurut Irham Fahmi, risiko atau (risk) didefinisikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
23
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 94.
75
(future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.24 Risiko
utama
dalam
pengembangan
wakaf
produktif
adalah
berkurangnya nilai harta benda wakaf yang dikelola. Dalam perspektif manajemen risiko, perlu diidentifikasi secara rinci hal-hal yang dapat menyebababkan nilai harta benda wakaf produktif tersebut berkurang. Di sini akan diuraikan sedikit penyebab umum yang mungkin terjadi. Penyebabpenyebab umum yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Kerugian dari usaha pengembangan wakaf itu sendiri. Kerugian dapat timbul karena risiko bisnis maupun risiko finansial. 2. Depresiasi natural. Bangunan yang diwakafkan secara alamiah berkurang nilainya karena depresiasi, demikian pula wakaf tunai dalam bentuk uang akan tergerus nilainya oleh inflasi. 3. Terjadinya peristiwa-peristiwa force majeur seperti kecelakaan, bencana alam, kebakaran ataupun kebanjiran. 4. Kelalaian atau ketidakamanahan nazhir.25 Jika hal-hal tersebut terjadi dalam pengelolaan wakaf transportasi, kemungkinan tidak hanya nilai harta wakafnya saja yang berkurang, melainkan kelestarian aset wakafnya perlahan akan hilang. Sementara tugas nazhir adalah menjaga harta benda wakaf secara amanah dan profesional, terutama hal-hal yang menyangkut dengan kelestariannya. Pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi yang tergolong ke dalam kategori risiko 24
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 279. Bey Sapta Utama, “Aspek Manajemen Risiko dalam Pengembangan Wakaf Produktif,” artikel diakses pada 10 Agustus 2015 dari http://republika.co.id:8080/berita/36559/Aspek_Manajemen_Risiko_dalam_Pengembangan_Waka f_Produktif 25
76
besar (high risk) mengharuskan Wakaf Al-Azhar menentukan langkahlangkah cermat dalam mengelola risiko yang kemungkinan terjadi pada aset wakaf transportasi. Menurut Irham Fahmi, pada dasarnya risiko dapat dikelola dengan 4 (empat) cara, yaitu:26 1. Memperkecil Risiko Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisasinya agar risiko tersebut tidak menambah menjadi besar di luar dari kontrol manajemen perusahaan. 2. Mengalihkan Risiko Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan mengasuransikan bisnis guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya. 3. Mengontrol Risiko Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. 4. Pendanaan Risiko Keputusan menyediakan
pendanaan
sejumlah
dana
risiko sebagai
adalah
menyangkut
cadangan
(reserve)
dengan guna
mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari.
26
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 283.
77
Upaya-upaya yang dilakukan pihak manajemen Wakaf Al-Azhar dalam mengelola risiko-risiko yang kemungkinan timbul dalam pengelolaan wakaf transportasi agar kelestarian aset wakafnya tetap terjaga adalah sebagai berikut: 1. Memperkecil risiko dengan menjalin kemitraan Dalam upaya memproduktifkan harta benda wakaf melalui bisnis jasa layanan transportasi, Wakaf Al-Azhar terlebih dahulu melakukan visibility study yang memadai terhadap bisnis transportasi, baik dari sisi peluang maupun tantangan bisnisnya. Hal ini bertujuan agar sektor usaha yang digeluti dapat berjalan sesuai dengan harapan dan cita-cita lembaga dan tentunya untuk meminimalisir risiko-risiko yang kemungkinan timbul di kemudian hari. Dalam mengelola wakaf transportasi, tentunya dibutuhkan pula sumber daya profesional yang menangani secara khusus aktifitas pengelolaan bisnisnya, agar produktifitas aset wakaf dapat terorganisir dengan baik. Oleh karena itu agar pengelolaannya sukses dan terhindar dari kerugian, Wakaf Al-Azhar menjalin kemitraan dengan PT Arfina Margi Wisata (Al-Azhar Arfina Tours & Travel) sebagai operator dalam menjalankan aktifitas penyewaan Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar, karena secara lisensi hukum Wakaf Al-Azhar adalah lembaga sosial yang bergerak di bidang perwakafan dan tidak punya kapasitas dalam menjalankan aktifitas bisnis secara langsung. Akan tetapi dalam hal ini, Wakaf Al-Azhar berfungsi sebagai holding company dan sebagai investor.
78
Kemudian,
Wakaf
Al-Azhar
juga
bertugas
monitoring
aktifitas
pengelolaan bisnisnya yang dilakukan oleh PT Arfina Margi Wisata. Selain itu, Wakaf Al-Azhar juga memiliki advisor yang bergerak langsung di bidang jasa transportasi yaitu: Bapak Syahril Yeddi. Beliau adalah seorang praktisi di bidang jasa transportasi khususnya transportasi darat, sehingga ketika pengadaan unit sampai dengan tahap evaluasi, campur tangan advisor juga diikut sertakan untuk memastikan bahwa dana wakaf bisa dikelola dengan baik, menghasilkan dan terhindar dari kerugian.27 2. Mengalihkan risiko dengan Asuransi Dalam layanan jasa transportasi, hal-hal yang menyangkut dengan keamanan dan keselamatan menjadi prioritas utama. Hal tersebut dikarenakan dalam aktifitas pengoperasian transportasi kemungkinan risiko kecelakaan sangatlah besar, sehinggga dibutuhkan adanya jaminan keselamatan atas kendaraannya maupun penumpangnya. Mengantisipasi terjadinya risiko kecelakaan yang dapat berdampak pada berkurangnya nilai harta wakaf bahkan punahnya aset wakaf transportasi, Wakaf Al-Azhar meng-cover aset wakaf tersebut dengan cara diasuransikan, agar ketika terjadi kerusakan biaya perbaikan ditanggung oleh pihak Asuransi. Asuransi yang dipilih oleh Wakaf Al-Azhar tentunya asuransi yang berbasis syari’ah, yaitu Asuransi Takaful.
27
Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano.
79
3. Mengontrol Risiko Keputusan mengontrol risiko bertujuan untuk mengantisipasi timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Hal ini dilakukan pihak Wakaf Al-Azhar dengan melakukan proses cross check baik terhadap aset wakafnya maupun terhadap pihak perusahaan (PT Arfina Margi Wisata) dan pihak-pihak yang dilibatkan langsung dalam pengelolaan wakaf transportasi. 4. Pendanaan Risiko Pendanaan risiko bertujuan untuk menyediakan sejumlah dana sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari. Sesuai dengan karakternya, aset wakaf transportasi yang berupa kendaraan terdapat masa aus dimana umur ekonomisnya cepat habis berdasarkan kurun waktu tertentu, apalagi jika digunakan secara terus menerus tanpa dibarengi dengan pemeliharaan yang baik dan apik. Padahal secara konsep fiqih, salah satu syarat wakaf adalah bahwa objek wakaf harus kekal, tidak habis karena dikonsumsi atau dimanfaatkan.28 Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut dengan upaya melestarikan harta benda wakaf dinilai sangat urgent, salah satunya yakni dengan melakukan pendanaan risiko. Risiko depresiasi (penyusutan) nampaknya menjadi salah satu risiko yang perlahan mampu menggerus nilai harta wakaf transportasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada Gambar 4.3 dijelaskan Wakaf AlAzhar mendanai risiko tersebut dengan cara mengalokasikan dana khusus
28
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, h. 94.
80
sebesar 30% dari hasil produktifitas aset wakaf untuk biaya manajemen aset wakaf transportasi. Gambar 4.3 Persentase Pembagian Hasil Produktifitas Aset Wakaf Transportasi
Nazhir 20% Manajemen Aset 30%
Sumber:
Mauquf 'Alaih 50%
Hasil Wawancara dengan Hendra Yuliano, Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar.
Berdasarkan
keterangan
yang
terdapat
pada
Gambar
4.3
menunjukkan bahwa persentase pembagian hasil produktifitas aset wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar adalah 50% untuk mauquf „alaih, 30% untuk manajemen aset (maintenance, pengembangan dan promosi), dan 20% untuk Nazhir. Alokasi dana 30% itulah yang digunakan
Wakaf
Al-Azhar
untuk
menutupi
risiko
depresiasi
(penyusutan). Berkaitan dengan persentase pembagian hasil produktifitas aset wakaf tersebut, secara konsep fiqih tidak ada dalil yang menyebutkan besaran persentasenya. Namun Nabi Saw pernah bersabda ketika Umar mendapatkan tanah di Khaibar, “Tahan pokoknya dan sedekahkan hasilnya.” Kemudian mengenai bagian pengurus harta wakaf (Nazhir), dalam hadist yang sama Nabi bersabda: “Dan tidak mengapa atau tidak
81
dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta.” Mengenai hal tersebut, di Indonesia legislasi nasional yang secara khusus mengatur perwakafan dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf menyebutkan, pada Pasal 12 dijelaskan nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).29 Namun dalam pengelolaan aset wakaf transportasi, pihak Wakaf Al-Azhar berijtihad dengan meminta sistem tersendiri kepada Badan Wakaf
Indonesia
(BWI)
bahwasanya
dalam
pengelolaan
wakaf
transportasi hasil produktifitas aset wakafnya tidak seluruhnya disalurkan ke mauquf „alaih, melainkan disisihkan sebahagian untuk peremajaan dan penggantian unit baru ketika umur ekonomisnya habis. Persentasenya sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada Gambar 4.3. Menyangkut
dengan
permasalahan
depresiasi
(penyusutan),
Maringan Masry Simbolon mengemukakan bahwa: “Kendaraan sedan disusutkan kira-kira 10% pertahun, sedangkan kendaraan-kendaraan lainnya lebih tinggi yaitu 20% dari umur kendaraan.”30 Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh pihak manajemen Wakaf Al-Azhar terhadap aset wakaf transportasi yang saat ini berupa Bus Pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis selaku Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, menyatakan bahwa: “Wakaf Al29 30
h. 103.
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 6. Maringan Masry Simbolon, Ekonomi Transportasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
82
Azhar mentargetkan nilai depresiasi di tahun ke lima nilainya sudah 0. Paling tidak, ketika nilainya sudah mencapai 60% lalu dijual sisanya 40% itu jadi 0, dengan target depresiasi pertahunnya sebesar 20%.”31 Berkaitan dengan umur ekonomis sebuah bus, Maringan Masry Simbolon juga mengemukakan bahwa: “Suatu kendaraan bisa bertahan kira-kira 10 tahun. Bus dan truk maupun minivan (truk kecil bak tertutup) kira-kira 5 tahun.”32 Sejalan dengan hal tersebut, Wakaf Al-Azhar menentukan umur ekonomis Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar maksimal berada di angka 5 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hendra Yuliano selaku Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar, menyatakan bahwa: “Umur ekonomis umumnya adalah 10 tahun untuk bus, Wakaf AlAzhar malah membuatnya di angka 5 tahun. Harapannya dari pengelolaan 5 tahun pertama ini bisa beli unit baru di tahun ke lima. Jadi di tahun ke lima itu dari satu unit berkembang menjadi dua unit. Tapi yang pertama itu ada kemungkinan di jual untuk menambah pembelian unit baru atau tetap diberdayakan sampai tahun ke 10. Jadi artinya, dana wakaf itu idealnya adalah berkembang.”33
C. Analisis Hasil Penelitian Secara garis besar, penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar telah menganut pada fungsi-fungsi manajerial sebagaimana yang dikemukakan oleh George R. Terry, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sudah berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang masih harus diperbaiki, berikut uraiannya:
31
Wawancara pribadi dengan Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis. Maringan Masry Simbolon, Ekonomi Transportasi, h. 103. 33 Wawancara pribadi dengan Hendra Yuliano. 32
83
1. Perencanaan (Planning) Pada tahap ini Wakaf Al-Azhar mempunyai master plan yang diwujudkan dengan adanya perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang dalam pengelolaan wakaf transportasi, sehingga hal itu menunjukkan
komitmen
lembaga
dalam
upaya
mengembangkan
perwakafan nasional melalui pengelolaan aset wakaf produktif berupa alat transportasi yang sudah di mulai dengan transportasi darat. Dalam upaya memaksimalkan potensi-potensi wakaf, Wakaf Al-Azhar menentukan donasi wakaf transportasi sebesar Rp. 25.000,-/ donasi, hal ini penulis nilai sebagai salah satu strategi yang tepat dalam menumbuhkan masyarakat akan budaya berwakaf karena nilai donasi wakafnya yang tidak terlalu besar, sehingga memungkinkan masyarakat dari semua segmen mampu untuk berwakaf dengan nominal tersebut maupun dengan nominal yang jauh lebih besar lagi dan hal ini akan berdampak pula pada perubahan mindset masyarakat bahwasanya untuk bisa berwakaf tidaklah harus menunggu kaya terlebih dahulu. Perencanaan yang matang juga penulis nilai dari adanya kebijakan pihak manajemen Wakaf Al-Azhar dalam mengelola wakaf transportasi dengan cara menjalin sistem kemitraan dengan PT Arfina Margi Wisata sebagai operator profesional dalam melakukan aktifitas bisnisnya. Selain itu, Wakaf Al-Azhar juga mempersiapkan alokasi dana khusus untuk manajemen
aset
wakaf
transportasi,
mengingat
berbagai
risiko
kemungkinan terjadi pada aset wakafnya, karena sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis selaku
84
Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar, menyatakan bahwa pengelolaan wakaf transportasi termasuk ke dalam kategori risiko besar (high risk), sehingga dibutuhkan upaya untuk menutupi risiko tersebut.
2. Pengorganisasian (Organizing) Dari segi pengorganisasian, lembaga Wakaf Al-Azhar termasuk ke dalam kategori struktur kepengurusan yang ramping dan tentunya masih membutuhkan banyak SDM profesional sesuai bidangnya agar Wakaf AlAzhar semakin progressive lagi kedepannya. Namun jika menambah SDM, konsekuensinya akan menambah pula anggaran untuk nazhir. Wakaf Al-Azhar juga dirasa masih kurang mempunyai tim Marketing, padahal secara kelembagaan peran tim Marketing sangatlah penting karena mereka dinilai sebagai ujung tombak lembaga dalam memperoleh dana wakaf dari wakif. Akan tetapi, Wakaf Al-Azhar mensiasatinya dengan membentuk orang-orang non-struktural seperti Tim 12 dan Sahabat Wakaf yang notabene adalah orang-orang profesional di bidang marketing. Mereka tidak digaji oleh pihak lembaga, namun berkomitmen untuk menghimpun dana wakaf sehingga tidak menambah biaya operasional lembaga untuk menggaji mereka. Konsekuensinya citra lembaga menjadi taruhannya. Pihak manajemen tidak bisa mengontrol mereka secara luwes sebagaimana yang diberlakukan kepada para crew internal Wakaf Al-Azhar. Oleh karena itu, masih perlunya peningkatan baik dalam proses perekrutan maupun monitoring aktifitas marketingnya, sehingga nantinya tidak merugikan pihak lembaga.
85
3. Penggerakan (Actuiting) Wakaf Al-Azhar sebagai salah satu nazhir wakaf di tanah air sangat menjunjung tinggi nilai profesionalisme kinerja karyawannya, sehingga setiap karyawan di lembaga Wakaf Al-Azhar selalu diberikan arahan dan bimbingan agar memaksimalkan kinerjanya dalam mengelola amanah aset wakaf umat. Hal ini menjadi point penting, sehingga memudahkan
langkah
koordinasi
dan
konsolidasi
dalam
proses
pengelolaan wakaf transportasi. Dalam proses penggerakan, nampaknya Wakaf Al-Azhar masih perlu meningkatkan sosialisasi dan edukasi secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang wakaf produktif lembaga Wakaf Al-Azhar khususnya mengenai wakaf transportasi, agar budaya sedekah jariyah (wakaf) dapat terus meningkat di kalangan masyarakat, sehingga akan berdampak pada kemajuan perwakafan di tingkat nasional.
4. Pengawasan (Controlling) Pada tahap ini, Wakaf Al-Azhar telah memiliki standar dalam pengelolaan wakaf transportasi untuk mencapai keberhasilan dalam proses pengelolaan aset wakaf. Proses pengawasan dilakukan secara berkala mulai dari per bulan, per tiga bulan sampai per tahun dengan melakukan survey langsung kepada pihak PT Arfina Margi Wisata, kepada user atau customer (pengguna jasa Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar), dan kepada supir serta kondektur untuk memastikan bahwa tingkat pelayanan
86
dilakukan secara optimal dan pengambilan tindakan jika terjadi hal-hal di luar ketentuan. Proses evaluasi yang dilakukan pihak Wakaf Al-Azhar kepada PT Arfina Margi Wisata sebagai operator penyewaan bus dilakukan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban (LPJ), baik pelaporan dari sisi kinerja karyawan, laporan keuangan dan laporan-laporan pertanggungjawaban lainnya. Proses evaluasi dalam bentuk LPJ ini hanya dilakukan per tiga bulan,
penulis
menyarankan
evaluasi
dalam
bentuk
laporan
pertanggungjawaban ini idealnya dilakukan minimal bulanan agar nantinya tidak terlalu menumpuk permasalahan dan dapat segera dilakukan tindakan. Kemudian karena banyaknya program wakaf produktif yang dikembangkan oleh Wakaf Al-Azhar, maka alangkah lebih baiknya Wakaf Al-Azhar memiliki PIC (Person In Charge) yang secara konsen melakukan monitoring proses pengelolaan wakaf transportasi, agar proses evaluasi dapat berjalan lebih maksimal. Berkaitan dengan keputusan Wakaf Al-Azhar dalam meng-cover aset wakaf transportasi dengan Asuransi berbasis syari’ah (Takaful), hal ini penulis nilai sebagai salah satu bentuk jaminan dari pihak lembaga Wakaf Al-Azhar terhadap kelestarian aset wakafnya, mengingat sifat kendaraan yang sarat akan risiko kecelakaannya cukup besar dan dapat berakibat pada berkurang bahkan punahnya aset wakaf. Hal ini sejalan dengan ketentuan pengelolaan wakaf produktif yang tercantum dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Pada Pasal 43 poin 3 disebutkan, bahwasanya dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta
87
benda wakaf diperlukan adanya penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syaria’ah.34 Yang dimaksud dengan lembaga penjamin syari’ah adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan atas sesuatu kegiatan usaha yang dapat dilakukan dengan antara lain melalui skim asuransi syari’ah atau skim lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.35 Hal tersebut telah diterapkan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan wakaf transportasi sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan risiko yang dapat merusak aset wakafnya, sehingga aset wakafnya dapat terus menerus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
34 35
Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 14. Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, h. 33.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang Manajemen Wakaf Transportasi pada Lembaga Wakaf Al-Azhar, maka penulis mendapatkan kesimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan manajemen dalam pengelolaan wakaf transportasi pada lembaga Wakaf Al-Azhar dimulai dari aspek perencanaan yang salah satunya terwujud dengan adanya kegiatan pemrograman (programing), sehingga
Wakaf
Al-Azhar
dapat
merealisasikan
program
wakaf
transportasi dengan meluncurkan Bus Pariwisata untuk diproduktifkan. Tahap selanjutnya pengorganisasian, untuk mempermudah proses kerja pengelolaan wakaf transportasi berada di bawah naungan dan tugas Direktur Program dan Keuangan yang berkoordinasi langsung dengan PT Arfina Margi Wisata. Selanjutnya tahap penggerakan, semua elemen lembaga diberikan arahan dan bimbingan oleh pimpinan agar proses koordinasi berjalan lancar dan pengambilan keputusan berjalan dengan baik sesuai dengan kewenangan dalam garis struktural. Tahap terakhir adalah pengawasan, Wakaf Al-Azhar melakukan proses evaluasi dalam pengelolaan wakaf transportasi yang dilakukan secara berkala, mulai dari per bulan, pertiga bulan, sampai per tahun. Namun evaluasi dalam bentuk laporan pertanggungjawaban (LPJ) masih dilakukan pertiga bulan.
88
89
2. Upaya yang dilakukan manajemen Wakaf Al-Azhar dalam menjaga kelestarian aset wakaf transportasi adalah meng-cover aset wakafnya dengan Asuransi yang berbasis syari’ah (Takaful) sebagai bentuk jaminan atas kelestarian aset wakafnya jika terjadi risiko-risiko terhadap aset wakafnya, seperti halnya risiko kecelakaan. Selain itu, Wakaf Al-Azhar juga mengalokasikan dana sebesar 30% dari hasil produktifitas aset wakafnya untuk peremajaan dan penggantian unit bus baru ketika umur ekonomisnya habis. Alhasil, saat ini aset wakafnya tetap lestari dan masih terus di produktifkan, bahkan unit busnya mulai berkembang dari 5 unit menjadi 8 unit. Meskipun perkembangannya belum terlalu signifikan, namun Wakaf Al-Azhar dirasa berhasil dalam pengelolaan wakaf transportasi ini.
B. Saran 1. Sebagai lembaga pengelola wakaf profesional, Wakaf Al-Azhar harus lebih maksimal dalam mengedukasi dan mensosialisasikan wakaf produktif di kalangan masyarakat, khususnya mengenai wakaf transportasi agar mampu menyerap potensi wakaf yang lebih optimal dan peningkatan mutu lembaga yang lebih progressive. 2. Perlunya peningkatan dalam hal maintenance aset wakaf transportasi supaya aset wakaf maupun nilai wakafnya tetap terjaga kelestariannya hingga akhir zaman, bahkan idealnya adalah berkembang sehingga manfaatnya bisa terus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat.
90
3. Peningkatan aspek transparansi dana wakaf dinilai sangatlah penting agar wakif dapat mengetahui perkembangan harta yang telah diwakafkan, sehingga tingkat kepercayaan wakif terhadap lembaga Wakaf Al-Azhar semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah. Depok: SABIQ, 2009. A. Najib, Tuti dan al-Makassary, Ridwan, ed. Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan. Ciputat: Center for the Study of Religion and Culture, 2006. Athoillah, Anton. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. Azis, Abdul. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung: Alfabeta, 2010. Djunaidi, Ahmad dan Al-Asyhar, Thobieb. Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progresif Untuk Kesejahteraan Umat. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006. Edwin Nasution, Mustafa dan Hasanah, Uswatun, ed. Wakaf Tunai Inovasil Finansial Islam: Peluang dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat. Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006. Fahmi, Irham. Manajemen Kepemimpinan: Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2013. ____________. Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta, 2012. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013. Halim, Abdul. Hukum Perwakafan di Indonesia. Ciputat: Ciputat Press, 2005. Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2002. Hasan, Sudirman. Wakaf Uang: Perspektif Fiqih, Hukum Positif dan Manajemen. Malang: UIN Maliki Press, 2011. Hasanuddin. Manajemen Dakwah. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005. Kementrian Agama RI. Wakaf Uang dan Prospek Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2013. ___________________. Dinamika Perwakafan di Indonesia dan Berbagai Belahan Dunia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013.
91
92
___________________. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2013. Masry Simbolon, Maringan. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Mubarok, Jaih. Wakaf Produktif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. Muslim. Shahih Muslim. Riyadh: Darus-Salam, 1998. Muzarie, Mukhlisin. Hukum Perwakafan dan Implementasinya Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Implementasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor. Jakarta: Kementrian Agama, 2010. Nasution, M Nur. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004. P. Siagian, Sondang. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Edisi-3, Cet-4. Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. Penerjemah Muhammad Mas Rida. Jakarta: Khalifa, 2004. R. Terry, George. Prinsip-Prinsip Manajemen. Penerjemah J-Smith D.F.M. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Rahmawati, Yuke. Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2013. Rodoni, Ahmad. Investasi Syari’ah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. S.P Hasibuan, Malayu. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005. Umam, Khaerul. Manajemen Perkantoran: Referensi untuk Para Akademisi dan Praktisi. Bandung: Pustaka Setia, 2014. Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. W. Griffin, Ricky. Manajemen. Penerjemah Gina Gania. Jakarta: Erlangga, 2004. Winardi. Asas-Asas Manajemen. Bandung: CV Mandar Maju, 2010.
93
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Sumber Internet : Desmoreno.“Alhamdulillah, Wakaf Al-Azhar Launching Bis Pariwisata dan Akan Disewakan.” Artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://www.zonanews.net/alhamdulillah-wakaf-al-azhar-launching-bispariwisata-dan-akan-disewakan/ Nasrulloh, Nasih. “Al-Azhar Jakarta, Potret Wakaf Sukses di Metropolitan.” Artikel diakses pada 15 April 2015 dari http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/wakaf/13/12/26/myejks6alazhar-jakarta-potret-wakaf-sukses-di-metropolitan Satria, Adhes. “Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar Siap Disewakan.” Artikel diakses pada 13 Agustus 2015 dari http://www.beritawakaf.com/2014/05/buspariwisata-wakaf-al-azhar-siap.html?m=1 Sapta Utama, Bey. “Aspek Manajemen Risiko dalam Pengembangan Wakaf Produktif.” Artikel diakses pada 10 Agustus 2015 dari http://republika.co.id:8080/berita/36559/Aspek_Manajemen_Risiko_dala m_Pengembangan_Wakaf_Produktif Wakaf Al-Azhar.”Momentum 2015 Saatnya Wakaf Berjihad. Artikel diakses pada http://wakafalazhar.or.id/artikel/113 Agustus 2015 dari Momentum+2015+%22Saatnya+Wakaf+Berjihad%22/ YPI Al-Azhar. “Al-Azhar Arfina Tours & Travel.” Artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari http://www.al-azhar.or.id/indx.php/usaha/alazhar-arfina
LAMPIRAN – LAMPIRAN
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber
: Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis
Jabatan
: Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar
Waktu
: Rabu, 13 Mei 2015
Pukul
: 10.00 WIB
Tempat
: Kantor Wakaf Al-Azhar
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya lembaga Wakaf Al-Azhar dan siapakah pelopor utamanya? Wakaf Al-Azhar memang keputusan Yayasan untuk mendirikan wakaf, mengingat semangat dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar ini adalah pendidikan yang terbaik untuk bangsa kita khususnya umat Islam dan juga bisa pendidikan ini diberikan kepada seluruh kalangan. Karena Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar ini berdiri di tengah kota Jakarta yang notabene Ibu Kota Negara dan begitu banyaknya persaingan pendidikan yang sangat luar biasa, sehingga orang-orang yang berduit itu lebih senang menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah yang bergengsi (mahal) dan berkualitas, maka AlAzhar masuk di posisi itu. Karena orang tua yang sungkan sekali menyekolahkan anaknya ke Pesantren lebih memilih sekolah-sekolah yang bonafit yang mungkin sedikit akan mempengaruhi aqidah anaknya itu sendiri, karena sekolah-sekolah yang bonafit pada masa itu banyak yang non-muslim, sehingga dibutuhkan sekolah-sekolah yang berstandar Internasional untuk mereka (muslim), tapi mengajarkan hal-hal yang bersifat religi dan agama yang kuat tetapi tidak seperti pesantren, sehingga harus didirikan. Sehingga berdirilah sekolah Al-Azhar, tapi malah banyak orang yang mampu yang masuk ke sekolah Al-Azhar, sehingga bagaimana Al-Azhar itu bisa juga memberikan pendidikan kepada orang-orang yang kurang mampu. Ada rumah gemilang, namun belum sekolah formal. Sehingga bagaimana solusinya? Solusinya adalah kita harus punya dana yang bisa membiayai itu, paling tidak kita bisa mensubsidi guru ke sekolah-sekolah, atau mendirikan sekolah-sekolah khusus untuk orang yang kurang mampu dan masih banyak
hal yang dibicarakan, yang intinya adalah bagaimana bisa memberikan pendidikan sesuai standar Al-Azhar ke seluruh masyarakat Indonesia. Karena semua butuh biaya (dana), maka Al-Azhar harus mempunyai perusahaan untuk benar-benar bisa mendapatkan keuntungan. Oleh karenanya dibuatlah perusahaan, ada Berkah Gemilang, PT Arfina, namun belum juga signifikan. Melihat keberhasilan wakaf di Mesir, maka didirikanlah wakaf produktif oleh YPI Al-Azhar pada tanggal 24 Desember 2010 (launching pertamanya). Pelopor berdirinya lembaga Wakaf Al-Azhar adalah para pengurus Yayasan, seperti: Pak Mahfud, Pak Suhadi, Pak Suhaji dan ada beberapa orang lainnya.
2. Kapan wakaf transportasi pertama kali digagas? Pada tanggal 12 juni 2012 (launcing program wakaf transportasi), karena Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang cukup luas, maka transportasi itu terdiri dari darat, laut dan udara. Kita baru memulai dari darat.
3. Apa tujuan dibentuknya wakaf transportasi? Selagi ada kehidupan manusia di dunia ini, transportasi itu nomor satu. Desa hasil pertanian butuh transportasi, pabrik untuk menyuplai barang butuh transportasi dari desa ke kota, dari kota ke desa itu transportasi. Maka, memang kita melihat ini suatu kebutuhan yang sangat utama, kalo transportasi berhenti, itu bisa berhenti yang lainnya sangat vital transportasi itu. Salah satu yang sangat vital dalam bisnis adalah transportasi. Maka melihat itu kita masuk ke bisnis transportasi bus pariwisata. Kenapa pilih bus pariwisata? Kita melihat market yang terbaik. Karena ini adalah dana wakaf yang harus kita jaga dan notabene adalah milik ummat dan harus bisa pertanggungjawabkan itu. Sebenarnya bisnis wakaf transportasi termasuk high risk, harusnya masuk ke low risk. ini termasuk risiko tinggi bila tidak ada jaringan. Justru Al-Azhar melihat ini menjadi risiko rendah. Karena anak-anak yang sekolah di Al-Azhar membutuhkan transportasi, untuk mereka berwisata akhirnya kita sudah punya captive market, makannya kita pilih ini. Untuk penyewaannya, karena ia wakaf produktif dan perusahaan berlaku umum, siapa saja boleh menyewanya.
4. Bagaimana pola perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang pada Wakaf Transportasi? -
Jangka pendek: kita mengambil satu kebutuhan yang memang sangat dibutuhkan oleh Yayasan, maka kita ambil bus pariwisata, karena hampir 70% pasarnya ada di Al-Azhar dan tinggal 30% nya lagi kita cari.
-
Jangka menengah: kita akan juga masuk ke Transportasi Umum (transportasi massal). Contohnya: travel-travel kecil antar kota dan Bus AKAP, paling tidak ada di tempat-tempat perwakilan Al-Azhar, seperti Surabaya, Solo, Palembang.
-
Jangka panjang: Wakaf Al-Azhar menguasai bisnis transportasi, baik itu darat, laut dan udara.
5. Bagaimana pola pembagian tugas dan wewenang dalam melaksanakan aktifitas pengelolaan wakaf transportasi? Kita ada namanya Direktur Program untuk melaksanakan aktifitasnya. Kalo dalam melaksanakan eksekusi pembayarannya adalah Marketing yang harus mencari uangnya. Karena, walaupun kami mengambil sementara bus pariwisata melalui leasing, pembayaran leasing-nya itu bukan dari pendapatan bus, tapi hasil dari penghimpunan dana wakaf agar bus itu benar-benar bus wakaf.
6. Pihak mana sajakah yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan Wakaf Transportasi? -
Eksternal: semua pihak yang sesuai dengan aturan Undang-Undang Negara (Dinas Perhubungan, Kelurahan dll) karena harus ada izinnya. Jangan wakaf membikin hukum sendiri, dia harus sesuai peraturanperaturan positif yang dibangun pemerintah.
-
Internal: melalui PT Arfina Tours & Travel, Wakaf Al-Azhar tidak bisa menjalankan bisnis ini tanpa adanya perusahaan resmi, karena pemerintah mewajibkan itu.
7. Bagaimana bentuk pengarahan, pengkoordinasian dan pengambilan keputusan dari pihak Manajemen Wakaf Al-Azhar terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan wakaf transportasi? -
Pengelolaan: dibawah langsung Direktur Eksekutif. Dijalankan oleh Direktur Program ke perusahaan, itulah sistematika untuk menjalankan bisnis ini.
-
Bentuk pengarahan: mereka harus ada standarnya, kita kan lembaga wakaf (lembaga islam) bagaimana standar pelayanan, intinya itu di supir.
-
Bentuk pengkoordinasian: melalui meeting, harus ada pertemuanpertemuan. Paling tidak sebulan sekali kita adakan pertemuan dengan para supir, sharing dengan mereka bagaimana perkembangannya, apa laporannya, sekaligus memberikan tausiyah.
-
Pengambilan keputusan: berjenjang, ada manajemen, ada crew, kita bikin crew itu ketemu kita kadang sebulan sekali, dua bulan sekali, paling lama kita adakan dua bulan sekali kita adakan meeting. Untuk mengevaluasi mereka, sharing bagaimana perasaan mereka selama dua bulan. Kalo di manajemen, kita lebih kepada strategi bagaimana bus kita ini bisa dipercaya masyarakat, sehingga di program itu membentuk sistemsistem pelayanannya. Kalo misalkan pendapatan kita bulan ini merosot, kita evaluasi kenapa? Bagaimana untuk bisa memikirkan keberhasilan.
8. Apa saja kemungkinan risiko yang timbul dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi dan upaya apa yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam mengatasi berbagai risiko tersebut? Wakaf transportasi termasuk high risk, tapi karena kita punya captive market, kita bisa menutupi high risk itu. Model yang kita lakukan agar bisa menjaga hal-hal yang demikian bisa terjadi? Maka otomatis harus ada back up-nya dengan cara diasuransikan yang syari’ah untuk menghindari risikorisiko bila terjadi hal-hal yang di luar kemampuan kita. Kemudian adanya pendanaan risiko harus ada, karena itu high risk karena benda wakafnya bergerak terus kemana-mana. Artinya kita bagi bagaimanana memaintain-nya, perawatannya gimana, bagaimana layanan yang kita lakukan itu pokok sekali.
Kalo layanan kurang bagus walaupun captive market bisa aja mereka lari dari kita. Asuransi syari’ahnya berupa Takaful. Tapi untuk bus pariwisata kita sudah langsung dengan Bank-nya yang mengeksekusi pembayaran kita yang melunasinya bekerjasama dengan Bank Syari’ah Mandiri. Hasil yang diperoleh itu dibagi. Kalo menurut Undang-Undang Wakaf, 90% untuk mauquf ‘alaih, 10% untuk Nazhir setelah dipotong biaya perawatannya. Tapi Wakaf Al-Azhar memohon izin kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI) untuk sedikit membikin system tersendiri yaitu: 50% untuk mauquf ‘alaih, 30% maintain-nya, 20% nazhirnya.
9. Bagaimana upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar agar nilai aset wakaf transportasi tetap terjaga kelestariannya? Harus ada depresiasi. Kita targetkan paling lama 5 tahun sudah 0. Paling tidak nilainya sudah 60% kita jual sisanya 40% itu jadi 0. Jadi pertahun itu kita usahakan depresianya 20%, sehingga di tahun ke 5 sudah 0.
10. Bagaimana dengan keberhasilan Wakaf Al-Azhar dalam pengelolaan wakaf transportasi ini? Saat ini, 5 unit Bus Pariwisata Wakaf Al-Azhar telah di sewa PT Newmont selama 3 tahun dengan nilai kontrak Rp. 2,4 M.
Jakarta, 13 Mei 2015 Menyetujui,
Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis Direktur Eksekutif Wakaf Al-Azhar
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber
: Hendra Yuliano
Jabatan
: Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
Waktu
: Rabu, 13 Mei 2015
Pukul
: 10.45 WIB
Tempat
: Kantor Wakaf Al-Azhar
1. Apa yang melatarbelakangi lembaga Wakaf Al-Azhar membentuk sebuah program Wakaf Transportasi dan apa tujuannya? Wakaf Al-Azhar selama ini memperhatikan masyarakat itu cenderung berwakaf untuk sektor-sektor keagamaan, hanya saja sektor-sektor keagamaan itu banyak yang terbengkalai. Contoh kita perhatikan banyak masjid yang sudah dibangun atas dana wakaf namun tidak terawat. Begitu juga tanah-tanah yang diwakafkan tapi tumbuhnya ilalang, tidak dikelola. Lalu juga kita banyak melihat ada rumah yang diwakafkan misalnya untuk anak yatim tapi rumah itu rusak karena akadnya rumah itu untuk anak yatim. Sekarang kalo disediakan rumah untuk anak yatim harus disediakan nafkahnya juga makannya, pakaiannya, biaya pendidikannya siapa yang nyediain? Karena tidak ada yang nyediain, tidak ada yang mengurus akhirnya rumah rusak. Itu adalah dilemadilema yang ada sekarang di Indonesia, makannya Wakaf Al-Azhar terinspirasi dari wakaf produktif yang dikembangkan di Al-Azhar Kairo Mesir, mereka memiliki bisnis dalam bidang perkebunan, perhotelan, dan lainlainnya yang hasilnya digunakan untuk membiayai pedidikan dan dakwah. Karena kita terinpirasi, maka kita lakukan program-program yang mengarah kesana. Harapannya bagaimana wakaf produktif di Indonesia itu kita punya kiblat yang jelas tapi kita bisa melakukan hal yang lebih cepat, maka lahirlah program-program unggulan yang berfokus salah satunya di transportasi, program lainnya adalah di bidang perkebunan dan property. Tapi nantinya akan berkembang ke pertambangan dan pertanian, jadi ke seluruh sektorsektor yang bisa dibilang menyangkut hajat hidup orang banyak.
2. Siapa penggagas program wakaf transportasi? Memang kalau untuk dalam program-program seperti ini adalah Ust. Rofiq. Kebetulan beliau memang sebelum ditunjuk menjadi Direktur di Wakaf Al-Azhar, beliau sebelumnya sangat concern untuk pengembangan wakaf, sehingga beliau banyak melakukan penelitian, bikin makalah-makalah tentang wakaf, dan memang Allah mentakdirkan beliau disini. Sehingga apa yang beliau cita-citakan itu bisa direalisasikan disini, jadi penggagasnya Ust. Rofiq.
3. Apakah Wakaf transportasi ini termasuk jenis wakaf abadi atau sementara? Idealnya wakaf itu pasti abadi, karena kita mengusung istilah wakaf, maka harus abadi. Jadi tidak bisa dibilang ini bagian dari part timer. Kalau misalkan maksudnya sementara itu adalah apakah hanya ketika sudah direalisasikan hanya berhenti disitu mungkin beda maksudnya. Tapi yang pasti, karena ini adalah dana wakaf maka ini ditargetkan untuk masa yang tidak terbatas waktu, jadi nanti akan dikembangkan terus hingga akhir zaman. Kalau misalkan sudah mencapai target tertentu lalu berhenti disitu, itu juga bukan bagian dari rencana, karena memang target dari Wakaf Al-Azhar adalah bagaimana setiap unit yang kita kembangkan ini kapasitasnya nasional. Misalkan kita punya bus pasriwisata, target kita adalah bagaimana kita bisa mengungguli Blue Bird, Express, atau mengungguli Cipaganti yang kita cukup kenal itu adalah targetnya seperti itu. Kalau nanti misalkan pesawat terbang, bagaimana kita bisa mengalahkan Air Asia, Lion Air, kurang lebih targetnya seperti itu.
4. Bagaimana pola atau skema pengelolaan wakaf transportasi? Yang pasti, untuk pengelolaan kita harus menyerahkan ke yang ahlinya. Karena kami di Wakaf Al-Azhar ini sangat fokus di fundraising bagaimana menghimpun dana wakaf. Sedangkan untuk operator, kita harus menunjuk pihak ketiga yang memang memiliki lisensi secara hukum untuk melakukan bisnis itu. Jadi fungsi kita adalah sebagai investor atau sebagai
holding, seolah-olah kita memiliki anak-anak perusahaan, Wakaf Al-Azhar itu sebagai holding company.
5. Bagaimana prakiraan bisnis transportasi dengan melihat fakta di lapangan terkait dengan pola perencanaan Wakaf Transportasi? Yang pasti setiap hari kita perhatikan kehidupan masyarakat itu tidak terlepas dari transportasi, artinya bisnis transportasi adalah bisnis yang bisa dibilang tidak akan pernah rugi kecuali salah kelola. Keuntungannya besar, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan itu tidak berhentiberhenti. Walaupun kita concern di pariwisata, tujuannya memang adalah bagaimana untuk sementara waktu dengan keterbatasan kita, pariwisata itu memaintain-nya lebih mudah. Kedua segmen marketnya berbeda, kalau transportasi umum bisa jadi dalam jangka waktu yang singkat sudah rusak aset-asetnya belum juga untung, karena angkutan umum di subsidi sama pemerintah sedangkan kita bergerak di sektor swasta, tentunya segmennya harus kita pilih. Untuk segmen ini kita bermain di pariwisata yang memang banyak dicari sama orang. Selain itu, program kita ini memberi nilai tambah buat masyarakat yang ingin memiliki layanan transportasi yang baik, Al-Azhar menyediakan opsi itu plus dengan mereka memilih menggunakan layanan ini, maka secara otomatis mereka berwakaf. Kenapa? hasil dari keuntungan penyewaan bus ini untuk pendidikan dan dakwah, artinya secara tidak langsung mereka mendukung gerakan wakaf ini walaupun mereka tidak ikut berwakaf. Tapi dengan mereka memakai, itu adalah bagian dari berwakaf.
6. Program atau kegiatan apa saja yang mendukung terealisasinya dana Wakaf Transportasi? -
Sosialisasi yang terus berkesinambungan.
-
Mewujudkan bukti nyata bahwa itu sudah kita realiasasikan. Karena salah satu tantangan kita di masyarakat adalah bagaimana janji-janji kita bisa direalisasikan. Makannya untuk bisa merealisasikan itu. Misalkan kita sudah punya uang. Contoh kita punya dana untuk membeli satu unit bus
secara cash, tapi secara itungan bisnis, kita punya satu unit itu tidak menguntungkan, karena biaya pengurusannya tidak akan jauh berbeda dengan kita punya beberapa, apakah 5 atau 10, biayanya tidak akan jauh berbeda. Solusinya bagaimana? Dana satu bus ini kita jadikan DP untuk 5 bus, jadi nanti sambil bus ini berjalan kita menghimpun lagi dana masyarakat. Dana penghimpunan itu untuk membayar cicilan Bank penyediaan 5 bus tadi. Jadi kita memancing dengan program nyata.
7. Bagaimana Transportasi,
prosedur dari
pengelolaan mulai
tahap
dan
pengembangan
penggalangan
dana
Wakaf hingga
pendayagunaan? Kalau prosedur memang lebih ke operator, tapi kami hanya memberi guidance bahwasanya ini diberlakukan sebagaimana pengelolaan bus pariwisata yang professional, izinnya pasti ada (kirs) dan segala macam itu pasti ada. Jadi sebagaimana bus pariwisata umumnya mereka juga mengurus seperti itu, menyediakan Pool memang kalo harus sudah diperlukan, atau menyediakan mekanik yang lain-lainnya segala macam.
8. Bagaimana pola pembagian tugas dan wewenang yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam mengelola Wakaf Transportasi? Kalau dalam pengelolaan, kita menyerahkan 100% ke operator PT Arfina, artinya kita hanya memonitor (monitoring). Jadi pembagian tugasnya lebih kesitu aja, membagi fungsi-fungsi untuk operator Arfina dengan kebebasan bagi mereka untuk mengeksplor itu kalau kita hanya mengawasi dan berdiskusi untuk memberikan solusi kendala-kendala di lapangan.
9. Apa upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam melakukan kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan SDM yang terlibat langsung dalam pengelolaan dan pengembangan Wakaf Transportasi? Idealnya memang itu dilakukan sama operator, tapi memang pada tahap pertama kemarin proses seleksi dilakukan di bagian kelembagaan Wakaf
Al-Azhar. Tujuannya adalah menjembatani karena memang kita masih baru tapi kedepannya tentu akan dilakukan oleh operator berdasarkan pengalaman, kriteria supir yang baik itu seperti apa, kriteria kondek yang baik itu seperti apa dan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan, jadi proses perekrutan pada tahap awal masih dipegang oleh kelembagaan Wakaf Al-Azhar tapi kedepannya akan dilakukan oleh operator sesuai dengan kebutuhan mereka.
10. Bagaimana bentuk pengawasan atau evaluasi yang dilakukan dalam mengontrol kegiatan pengelolaan Wakaf Transportasi baik dari pihak internal maupun eksternal? LPJ sudah pasti ada, selain itu kita juga tentu suka survey juga respon dari pengguna dan proses cross check yang tidak kalah pentingnya adalah monitoring, apakah monitoring kepada user langsung atau by Test Cast.
11. Kapan evaluasi dilaksanakan? harian, mingguan atau bulanan? Kalau untuk evaluasi memang yang sudah disepakati belum lama ini per tiga bulan. Apakah dari sisi kinerja, pelaporan keuangan, dan laporan pertanggungjawaban lainnya. Tapi memang idealnya kalau untuk evaluasi yang baik yang akan kita terapkan berikutnya adalah bagaimana bisa dilakukan minimal bulanan, supaya tidak terlalu ngumpul permasalahan, mungkin nanti ketika sudah kita memiliki PIC sendiri yang bertugas untuk memonitor kita bisa dapat minimal weekly (laporan mingguan).
12. Apa saja keunggulan program Wakaf Transportasi dan siapa saja yang telah menerima hasil manfaat dari pengelolaan Wakaf Transportasi? Keunggulannya tentu setiap program wakaf itu memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Contoh yang paling menarik di wakaf transportasi ini adalah hasil produktifnya cepat dilihat dan bisa cepat dirasakan. Kalau misalkan wakaf perkebunan, maka ada masa panen yang harus ditunggu, tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sedangkan untuk wakaf transportasi, paling lama masa tumbuhnya adalah ketika uang itu mencukupi adalah masa proses di Karoseri. Misalkan proses pengerjaan di Karoseri tiga bulan, maka
masa tumbuh hanya tiga bulan kurang lebih. Setelah itu ketika sudah disewakan, itu adalah sudah manfaat wakafnya, jadi bisa cepat disalurkan. Untuk penyalurannya, saat ini kita sudah memiliki lima murid yang mendapatkan beasiswa dari Al-Azhar dengan sementara gabungan dari program-program yang lain.
Jakarta, 13 Mei 2015 Menyetujui,
Hendra Yuliano Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber
: Hendra Yuliano
Jabatan
: Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
Waktu
: Rabu, 13 Mei 2015
Pukul
: 11.25 WIB
Tempat
: Kantor Wakaf Al-Azhar
1. Apa saja metode yang digunakan Wakaf Al-Azhar dalam upaya menggalang dana wakaf untuk sarana transportasi? Metode yang digunakan tidak jauh berbeda dengan program-program wakaf yang lain. Ada beberapa tools yang kita siapkan untuk menghimpun. Kami siapkan tools khusus untuk wakaf transportasi, khususnya tahun ini kita akan fokus di wakaf transportasi, karena memang dari berbagai program yang dicanangkan oleh Wakaf Al-Azhar salah satu yang mendapat perhatian khusus adalah wakaf transportasi yang juga lainnya adalah wakaf property dan wakaf perkebunan, hanya saja untuk tahun ini kita akan fokus di wakaf transportasi. Pertimbangannya adalah jumlah unit bus yang semakin berkembang/tumbuh dan tentunya butuh dana cukup besar untuk mengembangkan, maka kita mengembangkan. -
Pertama, kita pake metode yang sudah berjalan yaitu dengan sistem brosur yang menggambarkan tentang wakaf transportasi itu apa, tujuannya apa, dan apa cita-cita untuk ummat dari bisnis ini? Karena nantinya wakaf transportasi ini akan berkembang menjadi Badan Usaha Milik Wakaf yang bergerak di bidang transportasi. Nantinya badan usaha milik wakaf ini akan ada beberapa divisi, yang masing-masing insya Allah kita harapkan akan besar. Pertama, yang bergerak di bidang Bus Pariwisata dan sejenisnya yaitu angkutan darat. Kedua, nanti kita akan berkembang ke penerbangan. Jadi target kita akan punya maskapai Wakaf Air yang tujuannya khusus untuk Umroh dan Haji. Target berikutnya dari sisi laut, Indonesia ini Negara kepulauan, kami banyak menerima informasi bahwasanya biaya pengiriman barang atau impor itu jauh lebih murah dari
biaya pengiriman barang antar pulau di Indonesia. Tentunya ini menjadi dilema, artinya ekonomi kita tidak tumbuh, karena barang tidak terdistrubusi dengan baik ke seluruh Indonesia. Tapi barang yang terserap di Indonesia itu justru barang-barang dari luar negeri. Tentu ini menjadi PR, maka nanti yang menjadi salah satu focus kita di wakaf transportasi adalah bagaimana distribusi barang dan jasa di Indonesia bisa menjadi lebih maksimal menggunakan bisnis pariwisata wakaf yang bergerak di bidang transportasi, itu tujuannya. -
Kedua, wakaf transportasi masih sesuatu yang baru, tentu butuh edukasi bagi masyarakat karena yang mereka tahu bus ini atau kendaraankendaraan yang digunakan atau alat-alat yang digunakan otomatis ada masa aus-nya atau umur ekonomisnya pasti habis. Sedangkan pemahaman kita biasanya lebih ke hitam putih, dalam artian kalo habis berarti wakafnya habis. Tentu perlu adanya edukasi, bahwasanya di Wakaf AlAzhar untuk wakaf produktif transportasi itu dana wakaf ketika berhasil diproduktifkan itu tidak 100% disalurkan, tapi disisihkan sebahagian untuk peremajaan, penggantian unit baru ketika umur ekonomisnya habis. Tujuannya supaya dana wakaf yang kita terima di awal tetap utuh sampai dengan akhir zaman, justru malah harapan kita berkembang. Misalkan, umur ekonomis umumnya adalah 10 tahun untuk bus, kita malah membuatnya di angka 5 tahun. Harapannya dari pengelolaan 5 tahun pertama ini kita bisa beli unit baru di tahun ke lima. Jadi di tahun ke lima itu dari satu unit berkembang menjadi dua unit. Tapi yang pertama itu ada kemungkinan kita jual untuk menambah pembelian unit baru atau kita tetap berdayakan sampai tahun ke 10. Jadi artinya, dana wakaf itu berkembang idealnya sehingga justru wakaf itu akan berkembang ini yang coba kita terapkan. Setelah dipotong biaya operasional dll, maka barulah dibagikan ke mauquf ‘alaih. Persentasenya dari hasil bersih: 50% untuk mauquf ‘alaih, 30% untuk pengembangan dan promosi, 20% untuk Nazhir.
-
Ketiga, Sahabat wakaf yaitu orang-orang yang bergerak di dunia marketing tapi bukan kita gaji. Kendala di lembaga sosial itu adalah sumber daya khususnya finansial untuk bisa menghayat banyak orang.
Karena kita memang berbeda dengan lembaga ZIS. Lembaga ZIS, Allah udah ngasih jatah 12,5% atau kalo kita qiyaskan dibagi 8. Kalo dia punya program, dia bisa ngambil dana fisabilillah 12,5% lagi, artinya dia punya alokasi sekitar 25% aja untuk pengembangan. Artinya, kalo dia mau menghayat orang, menggaji orang, mengembangkan program, alokasi dari penghimpunannya udah ada. Sedangkan di wakaf itu kita punya PR. Wakaf itu tidak boleh berkurang, artinya kita punya PR bagaimana memberdayakan dana wakaf. Di satu sisi wakaf tidak boleh berkurang, di sisi kedua kita belum memiliki sumber daya yang cukup untuk menggaji orang, maka secara otomatis kita harus mencari jalan keluar. Maka jalan keluar yang kita sepakati adalah sebagaimana dalam ushul fiqh bahwasanya muamalah itu halal kecuali ada dalil yang mengharamkan. Maka semua program kita khususnya wakaf transportasi itu ada unsur operasionalnya. Unsur operasionalnya itu yang kita gunakan untuk biaya membayar fee orang-orang yang menghimpun dana wakaf, membayar fee biaya-biaya operasional dan membayar fee sahabat wakaf yang membantu menghimpun dana wakaf. Jadi, Sahabat Wakaf itu adalah marketing yang tidak digaji oleh Wakaf Al-Azhar, tapi mereka berkomitmen untuk menghimpun dana wakaf melalui Wakaf Al-Azhar.
2. Siapa saja yang menjadi sasaran donatur yang akan dijadikan objek dalam menggalang dana Wakaf Transportasi? Karena karakter donator itu berbeda-beda, maka sasaran donaturnya adalah semua kalangan, karena kita memecah program wakaf transportasi ini mulai dari Rp. 25.000/ unit, dan untuk melazimkan bisa berwakaf rutin, maka kita mengeluarkan pengembangan dari program penghimpunan yaitu Tawaf Pro (tabungan wakaf produktif) supaya kita punya perencanaan yang lebih baik untuk masa depan akhirat kita. Misalkan kita mau berwakaf 25.000,perminggu, perbulan, atau terserah sesuai kesanggupan kita. Sasaran donatur selanjutnya adalah perusahaan. Dengan keberadaan sahabat wakaf kita bisa menyasar semua segmen. Sahabat wakaf itu punya jaringan yang berbeda-beda, ada yang punya jaringan mahasiswa, guru-guru,
masyarakat biasa, pengusaha-pengusaha, dan perusahaan-perusahaan, itulah fungsi sahabat wakaf. maka kita bisa mengakomodir itu. Kalo untuk perusahaan, kita memang mengembangkan program wakaf transportasi ini dalam bentuk program CSR Abadi, dimana dana CSR perusahaan dijadikan aset wakaf produktif berupa bus pariwisata yang disitu ada logo perusahaan yang memberi CSR, lalu dia pun boleh beriklan di bus itu sesuai dengan ketentuan yang telah kita tetapkan bersama, artinya dia memberi CSR dia bisa beriklan, logonya terpampang di bus. Selain itu, hasil dari dana penyewaan tadi itu dicatat sebagai CSR-nya pemberi CSR. Jadi CSR-nya beranak, yang tadinya CSR-nya hanya ceremonial habis, sekarang CSR-nya menjadi sesuatu yang bisa membantu sosialisasi, iklan dan segala macam, karena disewakan ada keuntungan yang diraih kita bagikan kepada mauquf ‘alaih atas nama si pemberi CSR, jadi CSR-nya menghasilkan CSR baru, maka kita namakan dengan CSR Abadi.
3. Bagaimana penetapan waktu dan lokasi yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam menggalang dana wakaf untuk sarana transportasi? Kita sekarang membuat sistem berbasis internet, dan kita juga sedang menggalang kerjasama dengan salah satu penyedia jasa pembayaran yang memang cukup terkenal juga. Harapan kita untuk penggalangan dana ini bisa berlaku 24 jam dalam 7 hari. Jadi setiap hari, setiap menit, setiap detik itu bisa. Nanti fasilitasnya insya Allah akan berkembang dari kartu kredit, kartu debet, nanti juga dengan sistem deposito ini memungkinkan untuk dilakukan, karena kalo kita mengandalkan hanya sumber daya manusia jam kerjanya terbatas, makannya kita memanfaatkan teknologi, harapannya supaya bisa lebih jauh.
4. Berapa besaran biaya yang diperlukan untuk merealisasikan dana wakaf ke dalam bentuk sarana transportasi dan berapa target perolehan pertahunnya? Besaran dana tentunya relatif berbeda, tapi buat gambaran yang pasti terjadi adalah kita pasti butuh biaya survey ke beberapa Karoseri sebagai
komparasi, biaya survey ke beberapa dealer sebagai komparasi. Kalo besarannya tentu kita tidak bisa pastikan. Tapi dari gambaran operasional yang kita alokasikan 20% dari dana yang terhimpun itu sudah memadai untuk biaya membayar fee relawan dalam artian sahabat-sahabat wakaf tadi, biaya survey dan biaya operasional kantor.
5. Apa saja kemungkinan risiko yang timbul dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf transportasi dan upaya apa yang dilakukan Wakaf Al-Azhar dalam mengatasi berbagai macam risiko tersebut? Dalam bisnis risiko itu pasti ada. Jadi apa pun yang kita ambil tentu akan mempengaruhi hasil. Karena kita memakai pola bisnis, maka pendekatan yang kita lakukan pun adalah pendekatan bisnis. Artinya, kita mempersiapkan yang terbaik tapi kita juga bersiap siaga untuk yang terburuk. Maka, tadi ada alokasi dana pengembangan 30% untuk pengembangan dan promosi. Jika terjadi risiko atau kerugian bisa di cover dari situ. Sekarang sedang dalam proses pendirian Bank Wakaf Indonesia yang salah satu tujuannya adalah bagaimana ekonomi bisa dibangkitkan melalui wakaf dan apabila terjadi risiko itu bisa di cover dari dana zakat, karena ini buat kepentingan ummat bisa di cover dari dana zakat, apakah itu dari fisabilillah atau gharimin, sehingga dimungkinkan seperti itu, tapi untuk sementara kita menyediakan dari alokasi yang 30% itu untuk pengembangan dan promosi. Untuk meng-cover risiko kecelakaan pasti ada, yang pasti setiap aset yang kita miliki itu harus diasuransikan termasuk busnya, dalam artian jika terjadi kecelakaan, maka biaya perbaikan ditanggung oleh asuransi, penumpangnya pun ada asuransinya itu udah umum dalam jasa raharja.
6. Bagaimana upaya yang dilakukan Wakaf Al-Azhar agar nilai aset wakaf transportasi tetap terjaga kelestariannya? Aset wakaf itu akadnya harus tetap tapi idealnya adalah berkembang. Maka yang pertama kita lakukan adalah setiap pengembangan usaha dana wakaf itu harus melakukan visibility study yang memadai, tentunya kita juga
harus mempunyai orang yang ahli di bidang itu. Maka Wakaf Al-Azhar memiliki advisor. Setiap program yang kita kembangkan ada advisor-nya sendiri-sendiri. Contoh: Wakaf Transportasi memiliki advisor yang memang bergerak di dunia transportasi dan memang praktisi di bidang itu, sehingga ketika pengadaan sampai dengan evaluasi dan lain-lain campur tangan advisor juga ikut ada disitu untuk memastikan bahwa dana wakaf ini bisa dikelola dengan baik, menghasilkan dan terhindar dari kerugian. -
Operator: PT Arfina, karena Wakaf Al-Azhar adalah lembaga wakaf dan bukan lembaga bisnis. Jadi secara hukum, Wakaf Al-Azhar tidak boleh melakukan bisnis langsung, tapi Wakaf Al-Azhar bisa berfungsi sebagai investor. Operatornya adalah Arfina untuk menjalankan penyewaan bus pariwisata, karena PT Arfina bergerak di bidang tours and travel sesuai dengan bidang usahanya.
-
Advisor Wakaf Transportasi: Bapak Syahril Yeddi (Advisor bidang transportasi, khususnya transportasi darat).
Jakarta, 13 Mei 2015 Menyetujui,
Hendra Yuliano Direktur Marketing Wakaf Al-Azhar
LIMA UNIT BUS PARIWISATA WAKAF AL-AZHAR UKURAN MEDIUM
TIGA UNIT BUS PARIWISATA WAKAF AL-AZHAR UKURAN BESAR
PERESMIAN BUS PARAWISATA WAKAF AL-AZHAR OLEH JUSUF KALLA DI AREA MASJID RAYA AL-AZHAR SENTRA PRIMER – JAKARTA TIMUR (Jakarta, 16-04-2014)
MARKETING TOOLS WAKAF TRANSPORTASI
BROSUR WAKAF TRANSPORTASI
REKRUTMEN SUPIR BUS PARIWISATA WAKAF AL-AZHAR