MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah Prodi Kependidikan Islam
Oleh Maskur NIM : 3104048
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi an. Sdr. Maskur Kepada Yth, Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudara: Nama
: Maskur
NIM
: 3104048
Judul
: Manajemen Kurikulum (Studi Kasus di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah).
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan Demikian harap menjadikan maklum Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Syamsul Ma’arif, M. Ag. NIP. 150 321 619
Ismail SM, M. Ag. NIP. 150 282 135
ii
PENGESAHAN Skripsi saudara : Maskur NIM
: 3104048
Jurusan
: Kependidikan Islam
Judul
: Manajemen Kurikulum (Studi Kasus di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah).
Telah dimunaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal: Dan dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1) dalam ilmu Tarbiyah tahun akademik 2007/2008 Semarang, 29 Desember 2009 Sekretaris Sidang
Ketua Sidang
Penguji I
Penguji II
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Syamsul Ma’arif, M. Ag. NIP. 150 321 619
Ismail SM, M. Ag. NIP. 150 282 135
iii
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang tertulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 12 November 2009 Deklarator
Maskur NIM. 3104048
iv
ABSTRAK Maskur (NIM : 043311048), ”Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah)”. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009. Pendidikan perlu dikembangkan dengan manajemen kurikulum yang baik, sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan masyarkat, seperti yang ada pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. Lembaga tersebut sangat mengerti masyarakat yang sederhana, kemudian membuat lemabaga sekolah yang terjangkau dan mengedepankan serta mengembangkan potensi, bukan nilai sebagai target, namun karya menjadi tolok ukur kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Bagaiaman, Latar belakang Karakteristik dan bagaimana Implementasi kurikulum di SMP alternatif Qaryah Thayyibah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan jenis kualitatif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: interviw (wawancara), observasi dan dokumentasi, dengan Teknik Analisis data yang menggunakan model analisis data interpretatif dan deskriptif kualitatif, dalam hal ini analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul, tiga komponen analisis tersebut adalah reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian yang dilakukan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai hasil bahwa Kurikulum sangat berbeda dengan lainnya dan telah melaksanakan proses Manajerial walaupun dengan struktur organisasinya sangat terbatas tetapi dapat melaksanakan proses manajerial dengan baik, diakui atau tidak kurikulum ini lain daripada yang lain, karena kurikulum nasional hanya sebagai referensi dan lembaga ini membuat kurikulum tersendiri, yang bertujuan untuk menjalankan proses pendukungan belajar seumur hidup, dan anggapan dalam kurikulum ini lebih baik tidak sekolah jika tidak belajar, karena tidak sekolah pun jika belajar akan menjadi manusia yang berpendidikan, kemudian manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Karakteristik kurikulum adalah sangat memperhatikan psikologi daripada target materi, apalagi satandarisasi. Efektifitas pelaksanaan manajemen kurikulum yang menggunakan program tersendiri dapat dinilai dari penerapan hasil sosialisasi, dalam proses manajerial kurikulum dan meningkatnya efektifitas kurikulum sehingga kualitas dan mutu peserta didik semakin baik dan dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lain, persaingan tersebut tidak mengedepankan nilai melainkan hasil karya peserta didik, sebagai wujud belajar dan berusaha untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dan bahan informasi bagi khazanah ilmu pengetahuan, serta masukan bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. v
MOTTO
ﻰ ﻠ ﻋﻮﹶﻟﺪ ﺩ ِﺍﻻ ﻳ ﻮ ﻮﹸﻟ ﻦ َﻣ َﻣﺎ ِﻣ. ﺳﹶﻠَﻢ ﻭ ﻴِﻪﻋﹶﻠ ﺻﻠﹶﻰ ﻮ ﹸﻝ ﺍ ﷲ ﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﺭ. ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﻦ ﹶﺍﺑﹺﻰ ﻫ ﻋ ) 1 ﻪ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﺮ ﺍ ِﻧ ﺼ ﻨﻭ ُﻳ ﻪ ﺩ ﺍ ِﻧ ﻬ ﹺﻮ ﻩ ﻳ ﻮ ﺍ ﺑ ﹶﻓﹶﺎ.ﺮ ِﺓ ﻔ ﹾﻄﹾﺍﻟ Dari Abu Hurairah, r.a., berkata dia: Nabi saw bersabda: Tidak ada satu anak pun dilahirkan kecuali kedaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menyebabkan menjadi Yahudi, Nasrani. (HR. Bukhari).
1
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al- Bukhari, Matnul Bukhari, (Bandung: Sirkah Al-Ma’arif Litthob’I Wannasyar, tt.p), juz 4, hlm. 144.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembah kepada ِAyahanda Mustawi dan Ibu Sa’adah tercinta
vii
KATA PENGANTAR Kehadirat Illahi Rabbi yang senantasa memberikan Rahmat, taufiq dan hidayahnya, puji syukur selalu kami panjatkan, hingga kami mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai target yang telah ditentukan. Setiap detik Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad saw beserta keluarga dan seluruh umatnya. Perjuangan demokratisasi pendidikan, mulai dari titik-titik kecil menuju titik besar di Indonesia, terbukti dengan munculnya sebuah pendidikan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga, Alfa Centuri Bandung dan lain sebagainya merupakan adanya sebuah proses pembelajaran yang hakekatnya meningkatkan semua skill pada diri manusia dan adanya sebuah proses dalam diri manusia tanpa adanya isolasi dari orang lain maupun dari suatu instansi, terbukti dengan Manajemen
Kurikulum
Di
SMP
Alternatif
Qaryah
Thayyibah,
yang
mengedepankan Demokrasi Pendidikan. Skripsi berjudul “Manejemen Kurikulum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Kemudian diuji validitasnya di hadapan sidang penguji, merupakan rangkaian terakhir dari tugas akademik yang mesti dilalui oleh setiap mahasiswa dalam perjalanan karir intelektualnya menempuh jenjang pendidikan strata satu (S.1). Karya ilmiah ini tidak mungkin selesai tanpa partisipasi pihak-pihak yang dengan tulus memberikan motivasi, inspirasi, bimbingan dan do’anya. Untuk itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang kepada: 1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang 2. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini 3. Ismail SM, M. Ag. selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam dan, Mustofa Rahman, M.A. sebagai Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. viii
4. Syamsul Ma’arif, M.Ag, dan Ismail SM, M. Ag. selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Ruswan, M.A. sebagai wali studi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi selama studi di IAIN Walisongo Semarang. 6. Dewan Penguji yang menjadi pembimbing terahir dari skripsi ini. 7. Pak Bahrudin, Pak. Sujono Samba, Pak Ridwan, Bu Nurul, Pak Taha, Pak Ahmad dan teman-teman yang masih selalu belajar di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga 8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan membimbing serta memberikan restu kepada penulis. 9. Adik-adikku tercinta Ainil Qurroh Bissalamah dan Indah Taufiqi Soraya. 10. Sahabat-sahabatku TIM KKN Boja, Dewan Kerja Ranting Ngaliyan, Racana Walisongo Semarang, dan para penjaga Masjid, serta Musolla. 11. Kakak dan adik semua anggota Racana Walisongo dan Dewan Kerja Kwartir Ranting Ngaliyan Beserta Jajaran Andalan dan Majlis Pembimbing. 12. Semua pihak.yang telah membantu terselesainya skripsi ini Atas kebaikan dan keikhlasan mereka, penulis hanya dapat mengucapkan ucapan terimkasih dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin. Semarang, 20 November 2009 Penulis,
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ..................................................................................... .
i
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... . ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... . iii DEKLARASI ................................................................................................... . iv ABSTRAKSI ..................................................................................................... . v MOTTO ............................................................................................................ . Vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ . Vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... Viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... . X BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah …………............................................
1
B. Penegasan Istilah........................................................................
3
C. Perumusan masalah....................................................................
4
D. Tujuan Penelitian........................................................................
4
E. Kajian Pustaka............................................................................
5
F. Metode Penelitian ......................................................................
7
G. Sistematika Penulisan.................................................................
13
MANAJEMEN
14
KURIKULUM
DI
SMP
ALTERNATIF
QARYAH THAYYIBAH ……………………….……………….. A. Pengertian Kurikulum ...................................…..……………..
14
B. Latarbelakang Manajemen Kurikulum .....................................
20
C. Karakteristik Manajemen Kurikulum .......................................
27
BAB III MANAJEMEN KURIKULUM DI DI SMP ALTERNATIF
41
QARYAH THAYYIBAH. ............................................................. A. Gambaran
Umum
SMP
Alternatif
Qaryah
Tayyibah
Kalibening Salatiga.................................................................... B. Karakteristik
Manajemen
Di
SMP
Alternatif
Qaryah
Thayyibah...................................................................................
x
41 48
C. Implementasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening Salatiga.................... BAB IV ANALISIS
MANAJEMEN
ALTERNATIF
QARYAH
KURIKULUM THAYYIBAH
DI
51
SMP
KALIBENING
SALATIGA ......................................................................................
66
A. Mengembangkan Kurikulum Sesuai Kebutuhan ……….............
66
B. Demokratisasi Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif
68
Qaryah Thayyibah Menjadi Sebuah Karakteristik....................... C. Mewujudkan
BAB V
Demokrasi
Pendidikan
Pada
Implementasi
Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah......................
73
KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP...................................
87
A. Simpulan ……..…………………………………………………
87
B. Saran…………………………………………………………….
90
C. Penutup………………………………………………………….
92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama Lengkap
: Maskur
2. Tempat / Tgl Lahir
: Demak, 06 Desember 1984
3. NIM / Jurusan
: 3104048 / Kependidikan Islam
4. Nama Ayah
: Mustawi
5. Nama Ibu
: Sa’adah
6. Alamat
: Jamus, Rt. 12 Rw. IV, Mranggen, Demak
7. Pendidikan Formal •
SDN Jamus 01
lulus tahun 1997
•
MTs Rohmaniyyah Mranggen
lulus tahun 2000
•
MA Futuhiyyah I Mranggen Demak
lulus tahun 2003
•
S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Pendidikan Agama Islam Negeri Angkatan 2004
8. Pendidikan Non Formal Pondok Pesantren Al-Kautsariyyah Jamus Godo Mranggen Demak Pelatihan Komputer Autocom Mranggen 2003 9. Pengalaman Organisasi •
Sekretaris Gerakan Pramuka Dewan Kerja Ranting Ngaliyan 2006-2007
•
Dewan Bidang Sosial Agama Racana Walisongo 2006
•
Ketua Gerakan Pramuka Dewan Kerja Ranting Ngaliyan 2007-2009
•
Dewan Bidang Tekpram Racana Walisongo 2007
•
Sekretaris Racana Walisongo Semarang 2008
•
Tutor Kejar Paket B dan C, PKBM Bangkit Ngaliyan Semarang 2008
10. Pengalaman Pekerjaan
•
Pegawai Kontrak 1 tahun (Bagian Silabus, dan RPP) Fakultas Hukum UNISSULA Semarang, tahun 2008-2009.
•
Pengajar Kewirausahaan (Mulok), SMK Al-Kautsariyyah, Jamus, Mranggen Demak 2009
Semarang, 12 Desember 2009 Maskur xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan formal, maupun non-formal yang harus dikonsep dan dilaksanakan serta dievaluasi, untuk merealisasikan hal tersebut, membutuhkan perangkat lunak maupun perangkat keras, sarana dan prasarana sebagai penyempurna dalam menuju suksesnya tujuan pendidikan Nasional dan Institusional. Menyadari
hal
tersebut,
pemerintah
telah
melakukan
upaya
penyempurnaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak (soft ware) maupun perangkat keras (hard ware). Penataan perangkat lunak (soft ware) yang telah dikonsep oleh pemerintah adalah Kurikulum yang mengalami beberapa perubahan, dan inti dari perubahan tersebut adalah suatu pengembangan Kurikulum, diantaranya adalah Kurikulum tahun ajaran1994 (CBSA), Kurikulum tahun ajaran 2004, dengan sebutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), kemudian sampai saat ini biasa disebut dengan Kurrikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), upaya tersebut sesuai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan
dan
evaluasi pendidikan.
Bila sebelumnya pengelolaan
pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya undangundang tersebut kewenangannya berada pada pemerintah daerah kota/ kabupaten. Dalam kaitan ini visi, misi dan strategi kantor Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat kabupaten harus dapat mempertimbangkan dengan bijaksana kondisi nyata organisasi maupun lingkungannya, harus pula mendukung pula misi pendidikan nasional, serta mampu memelihara garis kebijaksanaan dari birokrasi yang lebih tinggi. Disamping itu, tujuan harus
1
2
layak, dan dapat mencapai tujuan dengan kemampuan yang ada, serta memiliki wawasan tentang gambaran ideal kondisi pendidikan dimasa depan.1 Dipihak lain, Manajemen Kurikulum mempunyai target pendidikan lebih khusus, bukan hanya diorientasikan kepada hasil nilai angka yang memuaskan saja, melainkan kualitas peserta didik yang terwujud pada Kebutuhan, keahlian dan komunitas peserta didik serta karya yang selalu ditanamkan. Lembaga tersebut menganggap menejemen kurikulum dalam pendidikan yang mereka kelola harus didesain mengedepankan peserta didik untuk didorong selalu beradaptasi kepada lingkungan dan kemajuan zaman. Berkaitan dengan hal ini di kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, tepatnya di Kota Salatiga, lembaga sekolah alternatif yang diberi nama SMP Alternatif Qaryah Thayibah, mempunyai keunikan tersendiri dalam mengelola kurikulum. Lembaga tersebut ternyata tidak menggunakan Standar Kurikulum Nasional, melainkan membuat desain kurikuluim tersendiri yang mereka sebut dengan Kurikulum, sesuai dengan Pengantar Buku Pendidikan Alternatif Qaryah Thayibah oleh Bahruddin 2. Lembaga SMP Alternatif Qaryah Thayibah tersebut mengedapankan Kebutuhan, yang berasal dari kebutuhan belajar Peserta didik, dengan melengkapi sarana untuk belajar, diantaranya adalah komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet, alat-alat musik dan sarana belajar yang lain, tanpa meminta sumbangan dari peserta didik. Dilihat dari sisi administrasinya
sebenarnya
nampak
begitu
sederhana,
namun
yang
mengherankan, semua roda manajerial dapat berjalan dengan baik sampai pendampingan terhadap peserta didikpun sukses, dengan bukti empat dari 16 peserta didik SMP Alternatif Qaryah Thayibah mengikuti Ujian Nasional dapat lulus dengan nilai terbaik.3 Bukan hanya nilai yang baik saja, bahkan karya merekapun, sudah terekspos dimedia cetak, maupun media masa sampai
1
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 5-6. 2 Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qoryah Thoyibah, (Ypgyakarta: LKiS, Cet.I 2007), hlm. xiv. 3 Ibid., hlm. 118.
3
mengundang wartawan televisi, Maka dengan adanya hal tersebut penulis tertarik pada SMP Alternatif Qaryah Thayibah Kelurahan Kalibening, bagian dari Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, dan bermaksud untuk melakukan penelitian pada lembaga tersebut. Sebagai tugas dan pendalaman materi tentang manajemen kurikulum. B. Penegasan Istilah Penelitian ini perlu adanya keterangan dalam rangka memberikan penjelasan dan penegasan yang terdapat dalam judul “Menejemen Kurikulum (Studi Kasus di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)”, maka disertakan pula definisi istilah yang dimaksud. Penegasan dan penjelasan ini berguna juga untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul di atas, maka penulis berusaha menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan formulasi sebagai berikut: a. Manajemen Kurikulum Banyak tokoh mendefinisikan pengertian Manajemen, salah satunya adalah, George R. Terry & Leslie W. Rue. Memaparkan bahwa, manajemen secara bahasa yaitu, pengelolaan atau pengaturan, sedangkan menurut istilah adalah, suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan orang lain untuk melaksanakan demi mencapai suatu tujuan.4 Kurikulum adalah semua pengalaman yang mencakup seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang diperoleh baik dari dalam maupun dari luar lembaga pendidikan secara sistematis, yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik demi mencapai tujuan pendidikan tertentu.5 Pengertian Manajemen Kurikulum adalah suatu proses yang melibatkan orang lain, untuk mengelola perangkat yang ada pada suatu 4
George R. Terry & Leslie W. Rue. (alih bahasa oleh: G.A. Tico Alu), Dasar-dasar Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 8 2003), hlm. 1. 5 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2006), hlm. 152.
4
lembaga pendidikan guna mencapai tujuan. Pada manajemen kurikulum tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Kemudian manajemen kurikulum yang baik adalah lembaga yang sudah mencukupi beberapa persyaratan diantaranya : 1. Kesiapan Sumber Daya Manusia6 2. Sarana Prasarananya 3. Berupaya dalam melibatkan warga sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, suatu Manajemen Kurikulum harus dapat mencakup
semua
aspek
yang
ada,
dan
terus
menerus
dalam
menyempurnakannya. C. Rumusan masalah Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan di lembaga pendidikan Alternatif SMP Qaryah Thayibah antara lain adalah : 1. Bagaimana Karakteristik Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga? 2. Bagaimana Implementasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum, mempunyai tujuan untuk mencari data informasi kemudian dianalisis dan disajikan secara sistematis dalam gambaran yang maksimal tentang Manajemen Kurikulum. Secara khusus tujuan dari penelitian ini untuk : Mengetahui dan memahami Karakteristik serta Pengelolaan dari Manajemen Kurikulum, di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Manfaat penelitian ini yang perlu dikembangkan yaitu:
6 Dalam hal ini kesiapan sumber daya manusia adalah bukan sekedar orang yang ahli ilmu akan tetapi siap untuk belajar dan melaksanakan proses pendukungan sebagai pendamping pesertadidik.
5
a. Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan, bahwa betapa pentingnya sebuah Manajemen Kurikulum dalam pendidikan, terutama bagi kepala sekolah agar dapat mengelola Lembaga Pendidikan dan kurikulum dengan sebaik-bainya. b. Bagi peneliti adalah sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah khususnya. c. Menjadikan rujukan jika hasil dapat dikembangkan. d. Membantu pengembangan Kurikulum Nasional, guna memperbaiki sistem pendidikan. E. Kajian Pustaka Penelitian perlu adanya kajian pustaka, demi kelanjutan skripsi yang bersangkutan, adapun kajian pustaka yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Buku Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah (Bahruddin).7 Buku tersebut diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta, tahun 2007 cetakan I, buku tersebut memaparkan beberapa bagian, tetapi bagian terpenting dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada Bagian ke-1, keterangan dari buku tersebut diantaranya: Prinsip dasar yang melatarbelakangi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Pendidikan adalah Proses Pembudayaan, maksudnya adalah proses humanisasi yang dikaitkan dengan memanusiakan manusia, kemudian menuju sebuah pendidikan yang wajib diberikan kepada semua manusia, dan menjadikan manusia memperoleh pendidikan sepanjang hayat. Hasil dari sebuah pendidikan bukan hanya terletak pada sekolah formal, melainkan dimana ada pusat pembelajaran, disitulah proses pendidikan berjalan dan dari proses tersebut akan menciptakan sebuah hasil pendidikan. Diakui atau tidak model yang tepat bagi masyarakat yang kurang mampu menuju lembaga pendidikan formal adalah model sekolah komunitas, kemudian kurikulum nasional sebagai salah satu referensi untuk mengembangkan kurikulum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. 7
hlm. 40
Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qoryah Thoyibah, (Yogyakarta: LKiS, Cet. I, 2007),
6
2. Skripsi dari Edi Hartono NIM 3101166 Judul dari skripnya adalah Manajemen Pengelolaan Pendidikan (Studi Kasus Manajemen Pengelolaan Pendidikan Di Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa Tengah), yang berisikan tentang pemaparan dari Manajemen Kurikulum dan pengelolaan yang ada di Lembaga tersebut dengan semaksimal mungkin, kemudian yang diperoleh adalah walaupun banyak kekurangan akan tetapi juga banyak hal yang perlu dikaji dan dikembangkan. Pada skripsi ini memaparkan tentang pengelolaan Pendidikan yang ada di Lembaga Pendidikan Ma’arif
Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa
Tengah), jadi termasuk menerangkan Kurikulum walaupun dengan secara global. 3. Karya M. Ali Fauzi NIM 3101129 Skripsi ini meneliti dan membahas tentang Pendidikan Alternatif Kaum Marjinal Dalam Proses Pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, yang mana pendidikan Alternatif merupakan salah satu Pendidikan yang termarjinalkan, diskripsi ini membahas tentang bentuk pembelajaran yang tidak banyak menghambat siswa karena birokrasi yang rumit, tentang sarana prasarana yang sederhana tetapi dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kontrak belajar antara peserta didik dan pembimbing yang merujuk pada kebutuhan siswa. Selain pembahasan di atas, skripsi inipun juga membahas Proses pembelajaran PAI yang dijumpai di Qaryah Thayyibah secara umum menggunakan trade mark community bassed schooling tetapi tidak menutup kemungkinan menggunakan metode praxis yakni sistem pembelajarannya diramu dengan menggunakan aksi kultur, dimana tindakan sehari-hari setiap siswa menjadi bagian langsung dari realitas, visi, misi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
7
Bertindakan Bertindakan Dan seterusnya Berfikir Berfikir Di atas dapat dilihat bahwa Pola kegiatan pembelajaran PAI di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang berangkat dari misi membentuk watak dan sikap (affective domain), mengembangkan pengetahuan (cognitive domain) serta melatih ketrampilan (psychomotoric/conative domain), dalam proses pembelajaran PAI, guru sebagai fasilitator dan siswa lebih aktif. Di harapkan proses pembelajaran ini dapat menambah dan membuat semangat siswa atau peserta didik untuk menemukan hakekat manusia dan hakekat belajar. Pada skripsi ini jelas, bahwa perjalanan SMP Alternatif Qoryah Thayyibah mempunyai proses pembelajaran yang unik dan sedikit banyak menerangkan tentang perjalanan kurikulum yang ada di SMP, mulai dari proses Pembelajaran sampai pada Evaluasi, maka peneliti mengambil sebagai kajian pustaka, karena dapat dikatakan sebagai salah satu kajian yang relevan pada penelitian yang akan dilaksanakan. F. Metodologi Penelitian Penelitian perlu adanya metodologi, adapun metodologinya sebagai berikut: 1. Obyek Penelitian SMP Alternatif Qaryah Thayibah Kalibening Salatiga adalah obyek dari penelitian ini. Adapun yang akan dikaji di dalamnya adalah pelaksanaan manajemen Kurikulum yang meliputi bidang Administrasi, tata usaha, bidang kepegawaian, bidang hubungan masyarakat, bidang keuangan dan bidang perbekalan (sarana prasarana).
8
Pada awalnya, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah pada awal merupakan salah satu lembaga pendidikan yang resmi terdaftar sebagai SMP Terbuka, sekolah yang sering disosiasikan sebagai sekolah untuk menampung orang-orang miskin, agar bisa mengikuti program wajib belajar sembilan tahun. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang terbentuk atas dasar pemikiran masyarakat Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, dan pada saat ini menginduk pada Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI). Sekitar tahun 2007 Qaryah Thayyibah resmi menjadi sekolah nonformal, menginduk pada PNFI, dan sebutanya secara Administrasi adalah PKBM Qaryah Thayyibah. Bagaimanapun juga hal tersebut tetap sebuah SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Lembaga ini menggambarkan sebuah Alternatif SMP yang berada di Kelurahan, kemudian lembaga ini juga mempunyai keunikan dalam mengelola kurikulum.8 Keunikan tersebut terdapat pada konsep, dan pelaksanaan, serta evaluasinya, karena tidak mengikuti standar kurikulum nasional bahkan membuat kurikulum tersendiri. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Kualitatif (penelitian yang berdasarkan lapangan), mencari data asli dari lapangan kemudian disajikan bebentuk laporan atau disebut juga penelitian “naturalistik” bahwa pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya dan dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi kondisinya).9 Studi kasus, merupakan strategi yang memaparkan kejadian sebenarnya pada obyek penelitian, paparan tersebut, sebagai fokus utama dalam penelitian, dengan kata lain penelitian dilakukan secara intensif terinci dan mendalam. Seorang pengamat mengatakan bahwa: “esensi studi kasus, tendensi sentral dari semua jenis studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi kasus tersebut dipilih, bagaimana mengimplikasikannya, 8
Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qayah Thayyibah, (Yogyakarta: Lkis, 2007), Cet. I,
hlm. 2. 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, Ed. Revisi, VI, 2006), hlm.12.
9
dan apa hasilnya. Dengan demikian definisi ini menonjolkan “keputusan” sebagai fokus utamanya. Sejalan hal tersebut topik-topik lain juga ditemukan, mencakup organisasi, proses, program, lingkungan, institusi, dan bahkan peristiwa.10 3. Pendekatan Pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian skripsi ini adalah pendekatan fenomenologis, prosesnya yaitu berusaha menangkap, memahami makna dari suatu peristiwa atau gejala dan kaitan-kaitannya terhadap manusia berupa mimik, ucapan dan tingkah laku dalam situasi tertentu, dan relevan dengan tujuan penelitian.11 Selain itu peneliti juga menggunakan pendekatan Kurikulum sesuai dengan permasalahan yang ada, dikarenakan adanya suatu kurikulum itu adalah timbul dari hasil hasta karya manusia. Penelitian kualitatif dan pendekatan Fenomenologis ini, merupakan suatu usaha untuk memahami obyek, dengan segala aktivitasnya, tidak untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk membuat generalisasi, melainkan membuat ekstrapolasi. Asumsinya bahwa Secara Psikologis manusia adalah mahluk yang aktif dan dinamis, dimana manusia mempunyai kebebasan Kebutuhan, perilakunya tidak bisa dipahami dalam kontek hukum sebab akibat, melainkan pada budaya dan perilaku. 4. Sumber Data Maksud penelitian ini dengan sumber data adalah suatu sumber data yang diperoleh dari obyek penelitian. Kemudian sumber data penelitian ini, dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data berupa pengamatan berperan serta (observation–participant)
10
dan
wawancara
tidak
terstruktur
Robert K. Yin, Study Kasus, (desain dan metode), terj. M. Djauzi Mundzakir, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 17. 11 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 9.
10
(instructural–Interview) pada subyek,12 penggunaan tersebut sebagai sumber informasi tentang Konsep menejemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah 2. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini bersumber dari data kepustakaan maupun dokumentasi (foto, gambar, atau ivent yang diabadikan, melalui perekam audio / audio visual ) yang berkorelasi erat dengan pembahasan obyek penelitian.13 5. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data dengan setting alamiah, adapun metode pengumpulan yang digunakan, yaitu: a. Wawancara Wawancara tidak tersetruktur, merupakan sala satu teknik pengumpulan data, meminjam bahasanya Soeharsimi Arikunto cukup menggunakan wawancara bebas sesuai kebutuhan, tetapi pada akhir pendaptnya menyarankan untuk membuat wawancara semi terstruktur yaitu dengan membuat pertanyaan secara garis besar saja.14 Interview juga dapat disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.15 Sedangkan menurut Noeng Muhadjir Wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh kontruksi, organisasi, institusi, perasaan, motivasi, pengakuan dan kerisauan. Wawancara juga diartikan sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.16 Dengan redaksi lain,
12
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91. Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltiian Ilmiah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 114. 14 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 227. 15 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 155. 16 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, Cet. VII, 1998), hlm. 104. 13
11
bahwa interview yang dimaksud untuk merekam data-data yang berfungsi sebagai data penting sebagai bahan analisis. Wawancara ini dilakukan terhadap person atau orang-orang yang terlibat dalam proses pendidikan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. Adapun rancangan interviewnya adalah sebagaimana terlampir. b. Observasi Suatu penelitian hendaknya juga ada sebuah Observasi/ pengamatan, langsung, pengertian observasi secara sempit yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.17 Dengan kata lain Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu objek baik langsung maupun tidak langsung. Observasi juga diartikan sebagai metode pengumpulan data dengan mengulas dan mencatat secara sistematik kejadian atau fenomena yang sedang diteliti.18 Kegiatan observasi ini dilakukan secara intensif sekitar satu bulan untuk memperoleh data dan gambaran tentang; letak geografis, kondisi lingkungan, sarana prasarana SMP Qaryah Thayyibah, keadaan siswa dan guru, proses pembelajaran, dan sebagainya c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu hal yang perlu dilakukan dalam penelitian,
kemudian
Studi
dokumentasi
dimaksudkan
untuk
melengkapi data dari wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat berupa arsip-arsip, gambar atau foto dan catatan-catatan lain yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi yang dilakukan dalam hal ini adalah segala dokumentasi yang berhubungan dengan kelembagaan dan administrasi, desain kurikulum, struktur organisasi dan sebagainya.
17 18
hlm. 158.
Ibid., hlm. 146. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
12
6. Metode Analisis Data Langkah lanjut setelah terkumpulnya data, maka yang dilakukan adalah analisis terhadap data yang terhimpun dengan menggunakan metode deskriptif-interpretatif: a. Metode Analisis Deskriptif John W. Best metode deskriptif dalam bukunya mengatakan “usaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa yang ada tentang kondisi, pendapat yang sedang berlangsung, serta kecenderungan yang tengah berkembang”.19 Dengan kata lain analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kelompok manusia, suatu obyek, suatu setting kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis data adalah membuat deskriptif (gambaran) secara sistematis, faktual, dan akurat. Dengan demikian, analisis deskriptif ini dilakukan ketika berada dilapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, kemudian dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. b. Metode Interpretatif. Metode Interpretatif adalah menyelami buku untuk sedapat mungkin mampu mengungkap arti dan makna yang disajikan.20 Dalam metode ini, memungkinkan peneliti mengkritisi setiap pendapatpendapat dengan analisis-analisis yang akan dipaparkan dalam bab IV. Hal tersebut, ketika data telah dikumpulkan melalui wawancara, survey maupun segala hasil yang diperoleh di lapangan. Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, tehnik analisis data dalam
penelitian
ini
adalah
deskriptif-Interpretatif
yaitu
mendeskripsikan Manajemen Kurikulum di SMP Qaryah Thayyibah dan menganalisisnya. 19
John W. Best, Reseach in Education, dalam Sanafiah Faisal dan Mulyadi Guntur W. (eds), Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 119. 20 Anton Beker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 63.
13
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi : Latarbelakang masalah, Penegasan judul, Permasalahan, tujuan
penelitian, Kajian pustaka, Metode penelitian,
Sistematika
penulisan Bab II, Kajian teori manajemen kurikulum, berisi: Pengertian kurikulum, Latarbelakang manajemen kurikulum, Karakteristik manajemen kurikulum, Bab III: Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, berisikan, Gambaran umum SMP Alternatif Qaryah Tayyibah Kalibening Salatiga, Karakteristik Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga, Implementasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening Salatiga. Bab IV: Analisis Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
Salatiga.
Berisikan,
Mengembangkan
Kurikulum
Sesuai
Kebutuhan, Demokratisasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan Mewujudkan Demokrasi Pendidikan pada Implementasi Kurikulum Di Qaryah Thayyibah, kemudian Bab V: Kesimpulan, Saran, dan Penutup, berisikan, Simpulan, Saran, Penutup. Kemudian ditambah dengan lampiran-lampiran.
BAB II MANAJEMEN KURIKULUM
A. Pengertian Manajemen Kurikulum 1. Manajemen Kurikulum George R. Terry & Leslie W. Rue. Manajemen secara bahasa adalah pengelolaan atau pengaturan, sedangkan menurut istilah yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan orang lain untuk melaksanakan demi mencapai suatu tujuan.1 Secara bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu “manage” bentuk pertama, berarti mengurus, mengatur, mengelola, melaksanakan, memperlakukan, kemudian “management”, dalam bentuk 2, berarti pengelolaan, tata pimpinan.2 Banyak tokoh mendefinisikan pengertian Manajemen, meminjam teorinya Scanlan dan Key pada buku Manajemen
Berbasis Sekolah,
manajemen adalah
sebuah proses
pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas, maupun sumber daya teknikal lain untuk mencapai suatu tujuan khusus yang telah ditetapkan.3 Teorinya Ahli manajemen Henri L. Sisk, Ph.D., terdapat pada bukunya yang berjudul Principles Of Management sebagai berikut : Management is the coordination of all resources trought the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives.4 Kemudian menurut pengertian yang disampaikan oleh Ibrahim Asmat, dalam buku Jami’ Khuquq al-Thab’I wan-Nasyr Makhfudah pada
1
George R. Terry & Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, terj. G.A. Tico Alu, (Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 8, 2003), hlm. 1. 2 John M. Echols & Hassan shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, Cet. XXIV, 2000), hlm. 372. 3 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta : Bumi Aksara, Cet. I, 2006), hlm. 32. 4 Henry L. Sisk, Ph.D, Principles of management, (Cicago: Soutth- western Publishing company), hlm. 10.
14
15
bagian
tiga
manajemen
disebut
dengan
manajemen
pelaksanaan
sebagaimana berikut :
ﺭ ﹶﺓ ﹶﺍﻥﱠ ﺍﺎﺩﺬ ﹾﺍﻟ ﻔ ﻨﻳ ﹶﺔ ﺍﻟﱠﺘ ﻌﻠﱠﻖ ﺘﺗ ﺬ ﻴﻔ ﻨﺘﺎ ﹺﺑﺴﻴ ِّ ﺔ ﺍﻟ ﺳ ﻤﻦ ﺿ ﺪ ﺤ ﺩ ﺍﹾﻟ ﻰ ْﻭﺎ ﺍﱠﻟﺘﺘﻬﻤ ﻤ ﺻ ﺭ ﹶﺓ ﺍﺎﺩﹾﺍﻟ ﺎﺍ ﹺﻡ ْﺍﻟﹸﻌ ﹾﻠﻴﺨﺪ ﺘﺳ ﻴ ﹺﻢ ﺑﹺﺎﻈ ﻨﻮ ﹺﻝ ﺍﻟﱠﺘ ﺻﻟ ﹾﻠﻮ ﺽ ِﺍﻟﹶﻰ ﺮ ﹺْﺍﹶﻟﻐ. 5 Maksud dari pengertian di atas adalah sesungguhnya manajemen pelaksanaan berkaitan dengan konsep cara yang menyimpan keteranganketerangan tertentu, yang membatasinya dengan sebuah manajemen ideal guna mengambil aturan untuk mencapai tujuan. Teori-teori manajemen,
terdahulu,
merupakan
menggambarkan
kegiatan
yang
tentang
mengatur,
pengertian memperdaya,
memperlakukan orang lain, untuk sebuah tujuan. Jadi dengan berbagai pendapat sebuah manajemen, ada sesuatu yang saling berkaitan yaitu perencanaan, pembagian kerja, pelaksanaan, dan dilanjutkan dengan evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian Kurikulum berasal, dari bahasa Inggris “Curriculum”6 berarti rencana pelajaran, kemudian menurut istilah adalah semua pengalaman yang mencakup seperangkat rencana, dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang diperoleh baik dari dalam maupun dari lua lembaga pendidikan secara sistematis, yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, guna mempersiapkan peserta didik demi mencapai tujuan pendidikan tertentu.7 Secara modern kurikulm, meminjam pemikiran Poulo freire, di dalam buku Metode Pendidikan Marxis sosialis adalah sebagai himpunan pengalaman peserta didik yang menjadi objek pembahasan dan praktik
5
Ibrahim Asmat, Al-Usuuli Al-Idariyatu Littarbiyah, (Riyad: Darossyuruk, 1996), hlm. 12 John M. Echols & Hassan shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, Cet. XXIV, 2000), hlm.160. 7 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2006), hlm. 152. 6
16
belajar mengajar, sumber materi dan
proses belajar dalam kurikulum
bersumber dari realita konkret keseharian peserta didik.8 Teori
pada
buku
Curriculum
Design
And
Development
menerangkan bahwa: A curriculum set of formal educational and/ or training intentions.9 Pengertian diatas kurikulum adalah sebuah pengaturan dari pendidikan formal dan atau pelatihan yang bertujuan baik dan dilakukan secara terus menerus 10. Selain itu perlu ditambahkan bahwa Kurikulum yang baik adalah yang berpusat pada “Problematisasi” situasi konkret, peserta didik dan pendidik bersama para pendidiknya memaknai berbagai macam persoalan seputar pengalaman hidupnya dan berusaha memecahkan persoalan yang dihadapinya.11 Bukunya Syamsul Ma’arif, bahwa Kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu currer, bermakna jarak tempuh lari, kemudian kata teresebut hampir sama dengan kata kurir, maksudnya adalah penyampai sesuatu ke tempat yang akan di tuju berdasarkan perintah orang lain,12 Berdasarkan di atas, manajemen kurikulum adalah suatu proses yang melibatkan orang lain, untuk mengelola perangkat pada suatu lembaga pendidikan, demi mencapai tujuan yang baik dan dilaksanakan secara
terus
menerus.
Manajemen
kurikulum
tersebut
meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Kemudian Manajemen Kurikulum yang baik adalah lembaga yang sudah mencukupi beberapa persyaratan yaitu :
8 Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis, (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2008), hlm. 194 9 David Pratt Curriculum Design And Development, Harcourt brace Jovanovich (New York: 1980), hlm. 4. 10 Pada kalimat “dengan bertujuan baik dan terus menerus” adalah arti dari kata Intentions jika tanpa “s” maka artinya adalah ada sebuah pamrih hal tersebut terdapat pada kamus John M. Echols & Hassan shadily, op.cit., hlm. 326. 11 Nurani Soyomukti, op.cit., hlm. 194. 12 Syamsul Ma’arif, Pesantren vs Kapitalisme Sekolah, (Semarang : Need’s Press 2008) hlm. 45.
17
a. Kesiapan Sumber Daya Manusia b. Sarana Prasarananya c. Berupaya dalam melibatkan warga sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, suatu Manajemen Kurikulum harus dapat mencakup
semua
aspek
yang
ada,
dan
terus
menerus
dalam
menyempurnakannya. Deretan teori yang didapat, dan ditawarakan oleh para tokoh, mempunyai paradigma bahwa mengelola perlu orang yang mampu, dan fokus, namun penulis mempunyai pemahaman lain, seperti halnya peserta didik mampu mengelola perangkat kurikulum, bisa dijadikan salah satu komponen yang membantu proses manajerial. Selain membantu proses juga bisa belajar multi fungsi, jadi mereka selain belajar sesuai dengan mata pelajaran yang dibutuhkan juga bisa bilajar bagian dari ilmu manajemen kurikulum. Selain itu, perlu dicermati juga, aspek kebutuhan dalam hal pendidikan diantaranya adalah : a. Pendidikan Informal Pendidikan ini perlu diberikan, karena pendidikan informal sangatlah mempengaruhi dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan (habit formations) yang positif sebagai fondasi yang kuat. Memberikan kebiasaan positif pada anak, termasuk memotivasi anak dengan berbagai media, salah satuanya adalah alat multi media, yang biasa disebut dengan komputer, serta salah satu cara membiasakan kebiasaan baik dan dapat memotivasi menarik daya baca maka multi media mendominasi anak untuk belajar dan berkreatifitas dengan tidak lepas dari bimbingan orang tua.13 b. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah pendidikan yang segala sesuatunya telah dipersiapkan dan telah diatur dalam aturan atau tata tertib, maka 13
Sintha Ratnawati (ed), Sekolah Alternatif Untuk Anak (Kumpulan Artikel Kompas), (Jakarta : Kompas, 2002), hlm. 191-197
18
anak harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan formal, atau yang biasa disebut dengan pendidikan di sekolah. Sebagian anak pada awalnya masuk tidak dapat menyesuaikan dengan pendidikan formal, dan sampai-sampai ada anak yang belum dapat menyesuaikan sampai batas akhir sekolah berlangsung, akibatnya anak menjadi kurang dalam menyerap ilmu. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan dikeluarga banyak yang memperhatikan kemudian di sekolah belum dapat menerima keadaan. Maka pendidikan formal banyak program bagaimana mengatasi peserta didik diantaranya adalah mentarget satu kelas maksimal adalah empat puluh anak. Batasan ini juga belum dapat diterima para peserta didik akibatnya stres dan kurang kondusif dan tidak dapat belajar dengan nyaman. Maka selain peserta didik bernagsur-angsur harus dapat menyesuaikan juga para guru diharapkan dapat membuat kelas lebih kondusif14 dan menyenangkan, ini berkaitan dengan tuntutan sekolah dan tuntutan kurikulum.15 Kemudian penelitian baru dari para peneliti Universitas Newcastle Inggris menyimpulkan bahwa, murid di depan komputer yang berjumlah 20 orang, dapat lebih mengefektifkan belajar dan berkreatifitas. Dari hal tersebut maka sangatlah penting dalam pendidikan adanya media yang dapat memotivasi kebutuhan peserta didik.16 c. Pendidikan Non-Formal Pendidikan non-formal ini adalah pendidikan yang terjadi sangat alami, karena pendidikan ini berkenaan dengan lingkungan disekitar anak, sangat komplek dan bermacam-macam bentuk manusia sebagai pembawa kebiasaan, yang disebut dengan masyarakat. Fungsi masyarakat adalah sebagai penerus budaya, dari generasi ke generasi selanjutnya berjalan dinamis, sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial. 14
Suasana kondusif bukan peserta didik tenang dan diam, melainkan aktif dan membahas atau melakukan kegiatan belajar yang sedang berlangsung serta mencoba untuk bisa. 15 Op.cit., hlm. 50. 16 Sintha Ratnawati, op.cit., hlm. 196-197.
19
Pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi pada suatu kondisi atau tempat,
seperti
anak
menyesuaikan diri
yang
dilahirkan
mulai dapat
sampai
dewasa
harus
minum ASI sampai dengan
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Termasuk dalam perkembangan ilmu dan teknologi harus dapat menyesuaikan dan dapat memahami dan mempraktekkan, minimal dari sebagian macam ilmu teknologi. Pendidikan semacam ini yang disebut pendidikan sesungguhnya, kemudian dapat dikatakan pendidikan seumur hidup. 17 d. Pendidikan Nasional Hal
ini
juga
sangat
mendasar,
dimana
siswa
dapat
memantapkan Pancasila, sebagai sebagai nilai inti pokok (core value) yang menjadi dasar intregasi nasional, terutama dengan pembangunan yang bertujuan mengisi kemerdekaan, pancasila sangatlah relevan dengan kemajuan pembangunan sehingga peserta didik juga dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Penyesuaian tersebut perlu ditekankan, kelak peserta didik dapat menciptakan sebuah lapangan pekerjaan, bukan hanya sebagai pekerja yang tidak tahu arah dan kepastian.18 Mencermati empat aspek di atas, maka perlu ditarik sebuah solusi jika terjadi ketidaksinkronan antara pendidikan informal, formal, dan nonformal, karena beberapa kendala pasti ada seperti, Pendidikan non-formal tidak dapat berjalan secara alami karena keterbatasan keluarga, maka perlu diramu sebuah wadah untuk menyemai pendidikan, yang dapat mencakup dari hal tersebut, wadah ini dinamakan Sekolah Alternatif, kemudian untuk memotivasi peserta didik dan merasa membutuhkan apa arti sebuah pendidikan, wadah tersebut juga diperlukan sebuah soft ware yang biasa disebut dengan kurikulum, bertujuan memberikan pendidikan kepada pesertadidik dengan proses yang bermutu. 17
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.IV, hlm.79. 18 Ary H. Gunawan, loc.cit., hlm.50.
20
Dari sekian literatur, maksud ramuan teori yang tersusun guna kurikulum bebasis kebutuahan, tidak menciptakan kelas paktis teori, namun menciptakan komunitas yang lengkap dan saling membangun antara pendidikan formal, informal dan non formal maupun pendidikan nasional, sehingga mencetak kader bangsa yang cerdas19, profesional dan berakhlak mulia, sehingga tidak menindas sesama manusia, tetapi maju bersama dengan semangat berbagi. B. Latar Belakang Manajemen Kurikulum. Kurikulum yang diterapkan pada pendidikan Alternatif, tentu mempunyai banyak latarbelakang, perlu dikaji dan dicermati bersama dengan tidak melupakan nilai-nilai normatif dan nilai-nilai filosofis. Bertolak dari sebuah kebutuhan, maka perlu dipahami juga tentang Fitrah manusia, Perkembangan Diri dan Hasrat Batin, kemudian berdasarkan fungsi situasi proses pendidikan, yaitu tiga landasan yang mana akan dipaparkan sebagai berikut: a. Potensi Manusia Abdul Khamid Zahwan, menjabarkan tentang Fitrah terambil dari kata fathir, yang berarti belahan atau pikiran belum matang, kemudian selain fatir adalah kata fithrah, yang mempunyai 5 makna: zakat fitrah, sunat/ kejadian, mengadakan, agama, ciptaan, dan perangai.20 Makna tersebut lahirlah makna-makna baru, antara lain muncul, kejadian dan penciptaan. Kata ini terulang sebanyak 28 kali, 14 di antaranya dalam uraian tersebut, menerangkan tentang bumi dan langit. Sisanya membicarakan tentang manusia, baik pengakuan sebagai makhluk ciptaan Allah maupun berkaitan dengan uraian tentang fitrah keagamaan yang dimilikinya, maka fitrah manusia adalah sesuatu yang menjadi bawaan kejadiannya sejak lahir. Manusia berjalan kakinya adalah fitrah jasadiah, manusia mengambil kesimpulan berdasarkan premis-premis tertentu 19
Cerdas bukan hanya pandai teori dalam otak, hafal bermacam keilmuan, namun cerdas merupakan dapat memecahkan permasalahan yang ada, dengan bijak sana. 20 Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil Arab Indonesia, (Semarang: PT. M.G Usaha Keluarga), hlm. 309.
21
adalah fitrah akliyah, manusia kepada lawan jenis, kepada anak, kepada kepada harta adalah fitrah sebagai mahluk ciptaan Allah21 Landasan fitrah ini juga terdapat dalam Al-Qura’an surat Ar-Rum ayat 30.
ﻢ ﻗﻚ ﹶﻓﹶﺄ ﻬ ﺟ ﻭ ﻳ ﹺﻦﻠﺪﺣﻨﹺﻴﻔﹰﺎ ﻟ ﺕ ﺮ ﻓ ﹾﻄ ﻪ ﻲ ﺍﻟﻠﱠﺮ ﺍﱠﻟﺘ ﺱ ﹶﻓ ﹶﻄ ﺎﺎ ﺍﻟﻨﻴﻬﻋﹶﻠ ﻳ ﹶﻞ ﻻﺒﺪﺗ ﺨ ﹾﻠ ﹺﻖ ﻟ ﻪ ﻚ ﺍﻟﻠﱠ ﻟﻦ ﹶﺫ ﻳﻢ ﺍﻟﺪ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﻜ ﻭﹶﻟ ﺮ ﺱ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ ﺎ ﹺﻮ ﹶﻥ ﻻ ﺍﻟﻨﻌﹶﻠﻤ ﻳ. (ﺭﻭﻡﺍﻝ:30) “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rum : 30)”. 22 Kemudian dalam hadist nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori di beritakan dari iskhak, dari Abdul Rozaq dari Muammar, dari Hamam dari Abi Hurairah Rosulullah S.A.W, berkata :
ﻦ ﻋ ﺮ ﹶﺍﺑﹺﻰ ﻳﺮ ﹶﺓ ﻫ. ﻮ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺳ ﺻﻠﹶﻰ ﷲ ﺍ ﹸﻝ َﺭ ﻴِﻪﻋﹶﻠ ﻭ ﺳﹶﻠَﻢ . َﻦ ﻣﺎ ﻮ ِﻣ ﻮﹸﻟ ﺩ َﻣ ِﺍﻻ ﻮﹶﻟﺪ ﻰ ﻳ ﻠﺮ ﻋ ﻔ ﹾﻄِﺓ ﹾﺍﻟ.ﻮ ﹶﻓﹶﺎ ﺑ ﻩ ﺍ ﻬ ﹺﻮ ﺩ ﻳ ﻮ ﺍ ِ ﻨﺮُﻳ ﺼ ﻪ ﺍ ـﺎﺭﻯ ﺭﻭﺍﻩ( ِﻧ )ﺍﻟﺒﺨـ23 Artinya, dari Abu Hurairah, r.a., berkata dia: Nabi saw bersabda: Tidak ada satu anak pun dilahirkan kecuali kedaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menyebabkan menjadi Yahudi, Nasrani.(H.R. Bukhari). Ayat Qur’an dan Hadist di atas, mempunyai hubungan erat yaitu, menerangkan bahwa, manusia dilahirkan membawa fithrah, dari dasar agama maka keterangannya adalah manusia mempunyai potensi agama, yaitu condong untuk mencari tuhan, kemudian jika menuju bidang pendidikan, berarti manusia mempunyai banyak potensi, yang dapat digali
21 22
52.
23
MIF Baihaqi, op.cit., hlm. 232-234. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, ), vol. 15, hlm.
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al- Bukhari, Matnul Bukhari, (Bandung: Sirkah Al-Ma’arif Litthob’I Wannasyar, tt.p), juz 4, hlm. 144.
22
dan dikembangkan, tergantung siapa dan dimana yang menyebabkan berkembangnya manusia tersebut, didasari dengan proses pendidikan dan proses pendukungan. Fitrah Insani adalah alih fungsi dari antropologi filsafat yang berdasarkan atas kodrat manusia yang dominan pada karakteristik individu. yakni meliputi:24 1) Individualitas Suatu konsep bahwa anak didik relasi dengan kejasmanian, alam, dan lingkungan ekologis atau dengan kata lain, Anak didik merupakan individu yang memiliki hak otonom, sehingga pendidik tidak baik bila memaksa hak anak seperti kebebasan berbuat, hak tidak berbuat, hak persetujuan dan lain-lain. Dengan kata lain bahwa manusia memiliki potensi, dimana manusia itu hidup dan bersksistensi dalam kehidupannya.25 2) Sosialitas Konsep sosialitas biasa disebut keterlibatan dengan sesama, termasuk di dalamnya adalah pendidikan, kematangan, penalaran, kesadaran dan sikap hidupnya tergantung pada pendidikan yang berlangsung di tengah masyarakat, maka anak didik dapat diajak bekerja sama dengan cara kooperatif dibidang pendidikan.26 3) Moralitas Anak didik memiliki harga diri atau martabat, yang sering disebut dengan khalifah dibumi,27 sehingga pendidik tidak dibenarkan menciptakan iklim pendidikan yang instrumentalitas.28
24
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gama Media, Jakarta 2005, hlm. 80. Ibid. 26 Ibid., hlm. 83. 27 Ibid., hlm. 88. 28 Instrumental atau diperalat adalah iklim rasa takut atau penurut anak didik kalau tidak berbuat, dan anak didik harus dihormati. 25
23
4) Religiusitas Anak terdapat dimensi keagamaan (religiusitas), sering diangkat oleh para pakar adalah sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah29, sebagaimana Firman Allah dalam al-Qur’an:
ﺧﹶﻠ ﹾﻘﺖ ﺎﻦ ﻭﻣ ﳉ ﺲ ﹾﺍ ﻧﺎﻭﹾﺍﻟ ﻥ ﺍِﺍ ﱠﻝ ﻭ ﺪﻌﺒ ﻴِﻟ “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku (Q.S. AlDzariyat,51:56)”.30 Maksud ibadah telah diterangkan dalam tafsir Mishbah, ibadah ada dua macam yaitu ibadah mahdhoh (ibadah murni, meliputi shalat, zakat, puasa dan haji) dan Ghairu Mahdhoh, (ibadah tidak murni, meliputi semua aktivitas manusia lahir dan batin, dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah), selain ibadah mahdhoh adalah ghairu mahdhoh meliputi dari pendidikan, dan belajar sepanjang hayat.31 Fitrah Insani berdasarkan teori di atas, sebenarnya hakekat manusia dominan pada karakteristik individu, yakni diciptakan Allah untuk mengembangkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah menurut kehendak pencipta-Nya, sebagaimana dimaksud dalam al-Qur'an surat Asy-Syams: 7-10 yang berbunyi:
ﺲ ﻧ ﹾﻔ ﹴﻭ ﺎﻭﻣ ﺎﺍﻫﺳﻮ . ﺎﻤﻬ ﻬ ﺎ ﹶﻓﹶﺄﹾﻟﺭﻫ ﻮﺎ ﹸﻓﺠﺍﻫﺗ ﹾﻘﻮﻭ . ﺪ ﺢ ﹶﻗ ﻦ ﹶﺃ ﹾﻓﹶﻠﺎ ﻣﺯﻛﱠﺎﻫ ﺪ ﻭﹶﻗ ﺏ ﺎﺧ ﻦﺎ ﻣﺎﻫﺩﺳ .(ﺍﻟﺸﻤﺲ: 10-7) “dan jiwa serta penyempurnaan (penciptaaan)Nya maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”(Q.S. Asy-Syams7- 10). 32 29 30
Abudin Nata, op.cit., hlm. 92. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1971),
hlm. 862.
31
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Cet. I, Vol. 13, hlm. 355-356. 32 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1971), hlm. 1064.
24
Ayat di atas ada kata fa alhamaha dari kata al-lahm yakni menelan sekaligus, kemudian lahir kata َilham, memang ilham datang secara tibatiba tanpa disertai analisis sebelumnya, bahkan tidak terpikirkan sebelumnya, sehingga manusia tidak dapat menolaknya, potensi ini ada pada setiap insane, walaupun peringkat dan kekuatannya berbeda antara seseorang dengan lainnya. Potensi ini bisa negatif maupun positif .33 b. Perkembangan Diri Perkembangan diri sama halnya landasan psiko-dinamik yang fokusnya pada penciptaan iklim psikologis dalam proses pendidikan. Pada landasan ini memancarkan semangat untuk saling mempengaruhi situasi pendidikan yang terpancar dari kepribadian pendidik yakni kehidupan emosionalnya karena telah mencapai kedewasaan kemdian pesertadidik dapat mempunyai pemikiran dan pengertian diri tentang sesuatu yang telah didengar, diraba, disentuh dan lain sebagainya sesuai indera yang dimilikinya.34 Landasan semangat batin, adalah penciptaan iklim psikologis sangat membantu pembangunan kata hati peserta didik, terutama dalam mengembangkan ego-strenght dan ego-ideal, anak dalam rangka merajut cita-cita atau menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam proses kedewasaan. c. Hasrat Hati Hati/Fuad sering dianggap sebagai pedoman qolb. Kadang-kadang disamakan dengan aql (akal). Dalam Al-Qur’an, kata fuad yang bentuk jamaknya adalah (af-idah), terulang sebanyak 15 kali. Hal tersebut adalah karunia Allah yang diberikan kepada manusia untuk menangkap dan mempersepsi informasi, baik yang berbentuk abstrak atau yang konkrit,
33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Cet. IV, Vol. 15,
hlm. 297. 34
MIF Baihaqi, op.cit., hlm. 140-142.
25
yang terjadi dimasa lampau, sekarang maupun besok, apabila qolb adalah semacam wadah sekaligus pusat kesadaran, yang menampung semua persepsi yang disadari manusia, maka fuad merupakan semacam mata air kesadaran yang bersih, hati nurani manusia yang terdalam.35 Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
ﺎ ﹶﻛﺬﱠﺏﻣ ﺭﹶﺍ ﺎﺩﻣ ﺍﺀﻯﺍﹾﻟﻔﹸﺆ. “Hati nurani tidak akan mendustakan segala sesuatu yang telah dilihatnya”(QS. An. Najm 53:11)”. 36 Secara alami hati tidak akan berbohong pada sesuatu yang telah dilihat, kemudian ketika terjadi kebohongan karena hasil dari pemikiran manusia itu sendiri. Istilah hasrat hati, merupakan alih fungsi dari landasan filosofis yang berdasarkan pada filosofis pendidikan yang tidak mencakup pada seluruh substansi filsafat, melainkan secara dominan substansi metafisika (seputar nilai-nilai dan tujuan hidup). Nilai-nilai inilah merupakan wujud dari tujuan pendidikan karena mengandung nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan, seperti tanggungjawab, kesadaran norma, etika dan kepribadian.37 Karakteristik individu merupakan, hal yang perlu dicermati, kemudian atas beberapa karakteristik tersebutm, perlu disalurkan dengan adanya kurikulum bebasis kebutuhan, karena lembaga pendidikan pastinya mempunyai kurikulum, secara sengaja dan sadar dirancang untuk keperluan pendidikan reguler atau konvensional, maka pendidikan mempunyai pertimbangan tentang, hakekat objek (landasan Ontologis), tentang (asal, cara, struktur, dan lain-lain), penggarapan objek (landasan epistemologis), dan manfaat objek (landasan aksiologis). 35 36
Ibid., hlm. 241. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1971),
hlm. 871.
37
MIF Baihaqi, op.cit., hlm. 123-124.
26
a. Segi Ontologis Dari segi ontologis pendidikan Kurikulum Berbasis Kebutuhan meliputi sejumlah postulat, yaitu: 1) Kurikulum didesain sebagai salah satu alat untuk memperlancar proses pendidikan. 2) Kurikulum didesain atas kesepakatan peserta didik dan masyarakat. 3) Kurikulum didesain sesuai dengan kebutuhan masyarakat, atau daerah masing-masing. 4) Kurikulum Nasional Sebagai Salah Satu Referensi/ Rujukan dalam mendesain silabi pembelajaran.38 b. Segi Epistemologi Bagaimana kurikulum yang dikonsep dan dilaksanakan, sebagai himpunan pengalaman peserta didik, yang menjadi objek pembahasan dan praktik belajar mengajar, sumber materi dan
proses belajar dalam
kurikulum, bersumber dari realita konkret keseharian peserta didik.39 c. Segi Aksiologis Segi aksiologis atau asas manfaat Kurikulum, ditujukan kepada peserta didik, agar mengikuti pendidikan, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Program kurikulum memberi kesempatan, untuk mengembangkan potensi pada diri perserta didik seoptimal mungkin, dengan tujuan utama, pendidikan seumur dan belajar seumur hidup.40 Keterangan tersebut, dapat dilihat kecocokan antara pendidikan sekolah dengan Kurikulum berbasis Kebutuhan, kemudian kebutuhan dan
38
Sujono Samba, Lebih Baik Tidak Sekolah, hlm. 43. Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis,(Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2008), hlm. 194. 40 Forum Mangunan, A. Ferry Indratno, (ed) Kurikulum Yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif, (Jakarta: Kompas, 2008), hlm. 65-77. 39
27
motivasi sesungguhnya, tidak berdasarkan nilai ujian, melainkan rasa keingintahuan yang sangat tinggi, dan keinginan berkarya. Kemudian tugas lembaga memotivasi dan menfasilitasi. C. Karakteristik Manajemen Kurikulum Karakteristik manajemen kurikulum ini dapat kita lihat dalam Planning, Organizing, Actuating, dan Controling / Evaluating, secara singkat disebut dengan (POAC), adapun lebih detailnya adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Kurikulum (Planning) Perencanaan
Kurikulum
adalah
kesempatan
belajar,
yang
dimaksudkan untuk membina siswa/ peserta didik, ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai hingga perubahan-perubahan pada diri peserta didik.41 Perencanaan kurikulum perlu adanya sebuah pemahan terhadap fungsi merencanakan, kemudian pimpinan perlu menyusun secara cermat, teliti, menyeluruh dan rinci, adapun fungsi perencanaan kurikulum adalah sebagai berikut:42 1) Perencanaan ini berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen organisasi. 2) Sebagai
penggerak
roda
organisasi,
dan
tata
laksana
untuk
menciptakan perubahan mayarakat sesuai dengan tujuan organisasi. 3) Perencanaan
Kurikulum
berfungsi
sebagai
motivasi
dalam
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal. Dalam merencanakan kurikulum, perlu koordinasi dengan beberapa pihak, utamanya kepada pesertadidik,
yang mempunyai kebutuhan,
sebelum mengkrucut pada kurikulum yang relevan, perlu pemaparan model-model kurikulum sebagai berikut : 41
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, hlm. 152. 42 Ibid., hlm. 152.
28
a. Model Perencanaan Rasional deduktif atau rasional Tyler Model Perencanaan Rasional deduktif atau rasional Tyler ini mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai berikut: 1) Menitikberatkan pada logika dalam merencanakan Program Kurikulum. 2) Bertitik tolak pada spesifikasi tujuan (goals and objektif) 3) Cenderung mengabaikan Problematika lingkungan tugas 4) Menentukan kebijakan dilingkungan departemen 5) Cocok pada sistem pendidikan centralistik, yang menitik beratkan pada perencanaan pusat 6) Kurikulum dianggap sebagai alat untuk mengembangkan mencapai maksud dan tujuan di bidang ekonomi. Model kurikulum tersebut, terkonsep rapi tetapi terkesan monoton, seolah-olah statis dan susah mengalami perkembangan. b. The Disiplines Model Perencanaan ini adalah mempunyai cirri sebagai berikut : 1) Perencanaan yang dititik beratkan kepada guru-guru. 2) Para guru merencanakan kurikulum berdasarkan pertimbangan yang sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis, (isu-isu pengetahuan
yang
bermakan),
sosiologi
(argument-argumen
kecenderungan sosial), Psikologi (untuk memberitahukan tentang urutan-urutan materi pelajaran). Hal tersebut, Mif sepakat dengan pendapatnya Lawton pada tahun 1973. Ketika melihat prosesnya, jelas model kurikulum diatas, merupakan kurikulum yang tidak statis, namun tekesan otoriter dan semua terkonsep dari guru atau lembaga, kurikulum tersebut cocok untuk anak pada usia di bawah 10 tahun. c. Model Tanpa Perencanaan (Non Planning) Kurikulum model ini adalah model yang mempunyai ciri yang berbeda yaitu :
29
1) Mempunyai pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru di dalam ruangan kelas, 2) Sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit upaya kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas pendapat, dan analisis intelektual. Pada zaman modern ini, tentunya yang paling tidak relevan adalah kurikulum tersebut karena merupakan kurikulum, insidental dan tidak terencana. d. Model Interaktif Rasional Dari beberapa model kurikulum yang berkaitan dengan Kurikulum Berbasis Kebutuhan, adalah Model Interaktif Rasional (The Rational-Interactive Model), kurikulum ini mempunyai ciri-ciri : 1) Rasional sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat yang berbeda. 2) Tidak mengikuti urutan logik. 3) Perencanaan dipandang sebagai suatu masalah, yang lebih lebih menekankan, ‘Perencanaan Dengan’ (planning with), dibandingkan perencanaan bagi/ untuk ‘planning for’. 4) Model ini biasa disebut dengan model situasional, hal ini mempunyai asumsi rasionalitasnya menekankan pada respons fleksibel kurikulum yang kurang memuaskan, dan inisiatif pada suatu refleksi keyakinan ideologis masyarakat demokrasi. 5) Rencana merupakan fase krusial dalam pengembangan kurikulum, tentunya diperlukan saling beradaptasi antara perencana dan pengguna kurikulum.43 Salah satu dari empat model tersebut, Model Interaktif Rasional, sangat mengerti keinginan dan kebutuhan peserta didik, kaena peserta didik diikutsertakan dalam merencanakan kurikulum, maka lebih cocok untuk kurikulum berbasis kebutuhan. Sistem kurikulumnya, berdasarkan kesepakatan peserta didik, tentunya mereka 43
Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 152.
30
akan senang dan tahu alur, serta tidak merasa terpaksa, dan ditekan untuk belajar, tetapi mereka akan merasakan diberi kesempatan, motivasi dan kepercayaan. Setelah
tahu
bagaimana
model
kurikulum,
pijakan
selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mendesain kurikulum, guna menuju kesempurnaan kurikulum yaitu : 1) Mata ajaran / mata pelajaran Mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan pesertadidik 2) Peserta didik, adalah fokus utama dalam desain kurikulum 3) Guru / fasilitator 44 selain di atas Media dan Sumber belajar, tidak kalah pentingnya, karena dapat menjadi pengganti guru, meminjam bahasanya E. Mulyasa, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Buku tersebut menerangkan adanya keseluruhan sumber belajar yang digunakan, dan pengalaman lapangan.45 Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah model dan desain kurilum, karena ini merupakan nyawa dari sebuah kurikulum, adapun macamnya sebagaimana berikut: a. Konsep Administrasi Kurikulum Oemar Hamalik meminjam bahasanya Sondang S. Siagian bahwa, administrasi merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih, didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jika dicermati lebih lanjut Administrasi Kurikulum ada lima konsep di antaranya adalah :46 1) Administrasi sebagai suatu proses keseluruhan. 2) Manusia yang terlibat dalam proses administrasi 3) Proses administrasi senantiasa bertujuan 44
Ibid. E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 42-55. 46 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 54. 45
31
4) Proses administrasi membutuhkan dukungan perlatan dan perlengkapan 5) Pada
prinsipnya
administrasi
dilakukan
dalam
bentuk
kerjasama. Secara umum Administrasi Kurikulum ada beberapa kegiatan yaitu: Kegiatan dibidang Program Intruksional, kegiatan di bidang personal,
kegiatan
dibidang
dukungan logistik,
Perencanaan, Hubungan dengan Pihak Luar. 1) Pendekatan Administrasi Kurikulum Pendekatan ini termasuk tahab perencanaan yang perlu diperhatikan, adapun pendekatan ini adalah Pendekatan Modern, ciri-ciri pendekatan ini ada empat belas tahap :47 a). Pengelompokan Peserta didik secara Fleksibel b). Pesertadidik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran c). Suasana kelas berlangsung dengan suasana liberal d). Mengutamakan pada proses belajar e). Kegiatan belajar pada inquiry, penyelidikan terhadap masyrakat f). Mempergunakan sumber belajar yang munkin g). Menitik beratkan pada belajar pengalaman, bukan pada isi pelajaran atau metode mengajar. h). Semua Peserta didik dibimbing agar kreatif i). Anak bersikap transaktif (saling aksi mereaksi) j). Peserta didik dihadapkan pada tingkat probabilitas/ kemungkinan yang menuntut pilihan k). Hubungan yang dikalangan peserta didik terarah pada pertumbuhan/ perkembangan, dimana persaingan antara kelompok dan kerja kelompok dapat saja dilaksanakan.
47
Ibid., hlm. 61.
32
l). Peserta didik bekerja dalam bentuk self-fulfilling (mengisi kegiatan sendiri dengan semaksimal munkin) m). Menekankan pada tanggungjawab, bukan keterikatan atau kebebasan mutlak n). Peserta didik bekerjasama dengan rekan dan guru/ pembimbingnya 2) Sistem Pembelajaran Pada dasarnya, Perencanaan Sistem Pembelajaran tetap merujuk pada kebutuhan peserta didik, jika Sistem pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi ada 6 strategi yang perlu dilaksanakan yaitu, 1. Sistem Belajar dengan Modul, 2. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar, 3. Pengalaman Lapangan, 4. Strategi Belajar Individual, 5. Kemudahan Belajar, dan 6. Belajar Tuntas.48 Kemudian dalam Kurikulum Berbasis Kebutuhan ada satu macam yang ditekankan oleh peserta didik yaitu, menggunakan sistem pembelajaran, Multimedia (Komputer Berinternet), yang dapat mengakses semua bentuk informasi Local, Nasional sampai Internasional, dengan tidak menafikan ke-enam Sistem pembelajaran dari Kurikulum Berbasis Kebutuhan.49 Penekanan tersebut jelas pada usia SMP sangat menggemari dunia multimedia, konsep sistem pembelajaran ditekankan pada Multimedia atau Komputer berinternet, tetapi juga
tidak
menginggalkan
konsep
6
sistem
sistem
pembelajaran. 3) Sumber Belajar Jika fasilitas memenuhi kebutuhan peserta didik, maka kegiatan pembelajaran, merupakan kegiatan yang mengasikkan, sumber belajar yang digunakan adalah semua 48 49
hlm. 40.
E. Mulyasa, op.cit, hlm. 42-55. Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qoryah Thoyibah, (Yogyakarta: LKiS, Cet. I, 2007),
33
yang dapat dilihat oleh mata manusia normal, dan dapat di dengar oleh telinga, adalah sumber belajar, kemudian memberdayakan sumber belajar dengan membawa peserta didik ke suatu tempat, yang terdapat sumber belajar.50 Dari penjelasan disini jelas, jika sumber belajar dapat dibawa kemana saja akan lebih mengasikkan, seperti halnya melalui internet dan memakai beberapa alat elektronik. 4) Strategi Pembelajaran Kurikulum akan lebih baik, jika menggunakan sistem pembelajaran Partisipatif, Secara bahasa Partisipatif diambil dari kata bahasa Inggris participation mempunyai arti, pengambilan bagian atau mengikutsertakan.51 Kemudian menurut Istilah Pendidikan partisipatif berarti sebuah pendidikan yang melibatkan semua komponen pendidikan, khususnya peserta didik, model ini bertumpu pada nilai-nilai demokrasi, pluralisme dan kemerdekaan manusia (peserta didik). Landasan nilai tersebut, fungsi pendidik sebagai fasilitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berekspresi, berdialog dan berdiskusi.52 Muis mengatakan ada dua macam istilah yaitu, Andragogi dan Pedagogi, lebih jelasnya cermati penjelasan dibawah ini:53 1) Andragogi Andragogi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “andr” yang berarti laki-laki atau orang dewasa, dan “Ogogos” yang berarti membimbing atau membina, maka secara harfiyah dua kata tersebut dapat disimpulkan andragogi adalah ilmu atau seni mengajar orang dewasa. 50
Ibid. John M. Echols & Hassan shadily, loc.cit., Cet. XXIV, 2000, hlm. 419. 52 Muis Saad Iman, Pendidikan Partisipatif, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004), Cet. II, hlm. 4. 53 Ibid., hlm. 5. 51
34
2) Pedagogi Pedagogi juga berasal dari bahasa yunani kuno yaitu, dari kata “Paid” yang berarti anak, dan “Ogogos” yang berarti membina atau membimbing. Dari bahasa inggris kata “pedagogy”54 berarti mendidik/ membimbing. Kedua istilah di atas, adalah dua kata yang sangat berbeda, dan jika dikaitkan dengan strategi partisipatif yang sesuai adalah istilah andragogi, walaupun selama ini dunia pendidikan dominan menggunakan pedagogi, maka sekarang dalam konteks ini perlu dipilah dan dipilih cara yang sesuai yaitu mengkrucut pada andragogi. Konsep andragogi ini perlu dikembangkan dan disemaikan, pendapat Malcolm di bukunya Muis Sad Imam, menerangkan ada empat asumsi pokok yaitu: 55 1) Konsep diri Konsep diri mempunyai asumsi, bahwa bayi akan tumbuh dan berkembang berdasarkan ketergantungan total, setelah bayi itu dewasa maka ia akan mengarahkan dirinya sendiri, sehingga mampu untuk hidup dan belajar mandiri. 2) Peranan Pengalaman Asumsi ini bahwa setelah bayi tumbuh dewasa, ia akan mengumpulkan pengalaman, sehingga ia menjadikan sebagai sumber belajar, dan pada saat yang bersamaan, individu tersebut mendapatkan pengalaman baru dan ilmu baru. Konsep ini
sering
disebut
dengan
Proses
belajar
Berdasarkan
Pengalaman (Experiential Learning Cycle). 3) Kesiapan Belajar Individu semakin dewasa, kesiapan belajar bukan ditentukan oleh paksaan akademik dan biologisnya, melainkan lebih 54 55
Loc.cit John M. Echols & Hassan shadily cet XXIV 2000. hlm. 423. Ibid., hlm. 5-6.
35
ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas serta peran sosial. 4) Orientasi Belajar Maksud dari orientasi belajar ini adalah sebuah asumsi, yang menerangkan, bahwa manusia dewasa akan mempunyai orientasi belajar, berpusat pada pemecahan masalah. Demikian empat asumsi, bahwa setelah bayi yang tumbuh, besar dan dewasa akan lebih sesuai jika strategi pembelajarannya menggunakan partisipatif, yang mengkrucut pada andragogi. Memang betul konsep ini diperuntukkan orang dewasa, yang akan tertantang dengan pemecahan masalah, tetapi diatas umur 10 tahun manusia diberikan hal tersebut, mayoritas bisa karena hakikat manusia, tetap akan berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya demi aktualisasi diri, yang merupakan kebutuhan manusia. Mencermati dari sebuah Kurikulum Berbasis Kebutuhan, maka perlu adanya strategi pembelajaran, yang jelas tidak ada unsur paksaan, menurut Psikologi Pendidikan, Belajar sesuia kehendak hati seperti dalam teori prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :56 1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu. 2) Belajar disertai berbuat, latihan dan pengulangan. 3) Belajar akan berhasil dengan metode menyenangkan. 4) Belajar berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. 5) Memahami bahan yang sedang dipelajari bukan hanya sekedar menghafal. 6) Memerlukan bantuan orang lain. 7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri pelajar. 56
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogjakarta :Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2004), Cet. III hlm. 69.
36
8) Ulangan dan latihan perlu tetapi didahului dengan pemahaman. Berdasarkan keterangan di atas memang perlu sebuah pendukungan, kemudian termasuk ujian sebenarnya yang menguji itu bukan pembimbing atau guru, akan tetapi para peserta didik itu sendiri yang ingin menguji kemampuan, jika psertadidik belum mempunyai
motivasi
untuk
menguji
dirinya
maka
tugas
pembimbing atau pendidik untuk memberi pendukungan untuk menguji. 2. Pengorganisasian Kurikulum (Organizing) Secara bahasa, organisasi berasal dari kata bahasa inggris “Organization” berarti mengatur,57 oemar mengatakan dalam bahasa istilah, organiasi merupakan suatu kelompok sosial, bersifat tertutup atau terbuka, terhadap pihak lain, dikelola berdasarkan aturan tertentu, yang dipimpin oleh seorang pimpinan, yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan bertujuan. Kemudian organizing yang berarti pembagian, banyak organisasi juga model bentuk organisasi kurikulum, kemudian
secara
akademik
organisasi
mempunyai
beberapa
pengembangan yaitu :58 1) Kurikulum Mata Ajaran, model ini mempunyai sejumlah mata ajaran secara terpisah 2) Kurikulum bidang studi, berbeda dengan yang di atas, karena menfungsikan beberapa mata ajaran yang sejenis 3) Kurikulum Integrasi, jika ini adalah sebuah kurikulum yang menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu 4) Core curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan pada masalah dan kebutuhan peserta didik. Mencermati dari beberapa bentuk organisasi kurikulum di atas, maka perlu dikrucutkan dengan kurikulum berbasis kebutuhan yaitu 57 58
John M. Echols & Hassan shadily, op.cit., hlm. 408. Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 136-137.
37
core curriculum yaitu penyusunan kurikulum berdasarkan kebutuhan siswa/ peserta didik, dengan melibatkan mereka. Bentuk pembagian secara kongkritnya memang tidak ada, namun jika mau berfikir mendalam, maka alam ini, adalah bentuk kongkrit mata ajar, dapat menjadi acuan untuk membaginya, misal sawah, dapat dikategorikan beberapa ilmu, bisa IPS, matematika, ekonomi, atau IPA dan lain sebagainya, hal tersebut akan bermanfaat dan bisa dipraktekkan. 3. Pelaksanaan Kurikulum (actuating) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada pelaksnaan kurikulum diantaranya : a) Lembaga Kegiatan administrasi Kurikulum Kegiatan dalam administrasi Kurikulum mempunyai beberapa tahab antara lain:59 1) Para pimpinan lembaga menyusun rencana kegiatan tahunan. 2) Kemudian menyusun rencana pelaksanaan program Unit. 3) Menyusun jadwal pelaksanaan Kegiatan. 4) Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. 5) Mengatur pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi. 6) Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. 7) Melakukan evaluasi belajar tahab akhir. 8) Mengatur alat perlengkapan pendidikan. 9) Melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan. 10) mengkonsep usaha-usaha peningkatan mutu guru. b) Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah 1. Koordinasi Program dengan Warga Sekolah.60 Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah berbentuk Musyawarah antara pesertadidik dan pendidik, agar mengetahui kebutuhan pesertadidik dalam pembelajaran. 59 60
hlm. 175.
Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 172. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bnadung: P.T. Rosda Karya, 2006),
38
2. Koordinasi Dengan masyarakat. Setelah musayawarah dengan para pesertadidik, maka dilanjutkan koordinasi dengan masyarakat. c) Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas.61 Dalam kegiatan ini ada 3 hal yang dilaksanakan antara lain : 1) Pembagian tugas bimbingan dalam belajar yang meliputi : penyusunan
RPP
(Pembuatan
Rencana
Pelaksanaan
62
Pembelajaran , berdasarkan kesepakatan antara pembimbing dan pesertadidik63), Menyusun Jadwal Pelajaran, Pengisian Kemajuan Siswa. 2) Pembinaan Ekstra Kurikuler yang memenuhi bakat dan minat, Memenuhi
Kebutuhan
Eksplotorik,
Kelompok,
Mengintregasikan
Memberi
Pengalaman
kelompok-kelompok
sosial,
mengembangkan sifat-sifat tertentu, menyediakan waktu untuk bimbingan informal, mengembangkan citra masyarakat terhadap sekolah.64 Pelaksanaan tersebut merupakan standar kurikulum yang berlaku di nasional, kemudian jika menuju ke kurikulum berbasis kebutuhan karena pada model kurikulum bernafaskan interaktif, maka dalam membuat program tahunan maupun bulanan, tidak lupa menyaring dari aspirasi peserta didik. 4. Evaluasi (controlling / evaluating) a. Teknik Evaluasi Kurikulum. Manajemen Kurikulum berbasis Kebutuhan, mempunyai teknik evaluasi, rapat atau pertemuan antara Peserta didik dan pembimbing/ pendidik, mengenahi jalannya pembelajaran, sampai pengelolaan sarana sekolah. Karena di dalam buku pengembangan Kurikulum 61
Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 181-182. Forum Mangunan, op.cit.,hlm. 66-67. 63 Sujono Samba, op.cit., hlm. 43. 64 Di buku asli terdapat kata mengikat siswa disekolah, tetapi hal tersebut tidak relevan karena hal ini adalah salah satu pemaksaan, karena kurikulum berbasis kebutuhan tidak ada sebuah ikatan atau paksaan. 62
39
untuk supervisi disusun dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan program.65 b. Pedoman evaluasi kurikulum Pedoman evaluasi kurikulum, sebagaimana penjelasan pada Perencanaan Kurikulum, dan dikembalikan lagi kepada pesertadidik66. c. Tindak lanjut setelah diadakan evaluasi Kurikulum. Tindak lanjut merupakan kegiatan yang merujuk kepada hal lebih baik, sebagaimana keterangan bahwa Supervisi Kurikulum adalah usaha memberi bantuan, bimbingan dan pemberian motivasi, agar terjadi sebuah peningkatan.67 Berdasarkan penciptaan kurikulum yang lebih baik, maka ada sebuah keseimbangan dalam kurikulum, sesuai dengan teori Peter F. Oliva dalam bukunya
yang
berjudul
Supervision
for
Today’s
schools,
adapun
keterangannya adalah sebagai berikut : Among the aspects of curriculum which require balancing are the following:68 1. there must a balance between general education and specialized education 2. there must a balance between the academic and the vocational aspect the curriculum. 3. there must a balance between contents aimed at the immediate and the long range need of learners. 4. there must a balance between the child-centered approach and the subject centered approach to curriculum. Peter F. Oliva mengatakan, beberapa aspek dari kurikulum membutuhkan keseimbangan sebagai berikut : 1. Harus ada keseimbangan antara pendidikan umum dan pendidikan khusus. 2. Kurikulum harus ada keseimbangan antara Akademik dan kejuruan dari kurikulum.
65
Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 194. Dikembalikan kepada pesertadidik maksudnya adalah selain melihat proses dan hasil belajar peserta didik, juga menampung aspirasi, dan akan menjadi pijakan evaluasi. 67 op.cit., hlm. 94. 68 Peter F. Oliva, Supervision for Today’s schools, (New York : Longman, 1976), Cet. II, hlm. 294. 66
40
3. Harus ada keseimbangan Antara isi tujuan pada saat ini (jangka pendek)dan jangka panjang yang dibutuhkan dari pesertadidik 4. Kesimbangan antara jalannya pemusatan pada anak dan jalannya pemusatan pada kurikulum. Pendapat Peter F. Oliva di atas, dapat menjadi sebuah pijakan mengevaluasi kurikulum, yang sedang berjalan atau sedang dalam proses perancangan. Evaluasi kurikulum, tidak kalah pentingnya dengan hal lain, evaluasi kurikulum merupakan prosedur, berupa kualitatif dan kuantitatif. Caranya total data yang dikumpulkan, kemudian dipertimbangkan untuk meningkatkan kurikulum agar baik dan sempurna.
BAB III MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. 1. Sejarah Berdirinya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. SMP Alternatif, merupakan lembaga pendidikan, yang didirikan atas prakarsa masyarakat Kalibening dan sekitarnya, didukung beberapa orang luar yang faham realita, baik sistem pendidikan formal serta keresahan lain, yang menggerakkan masyarakat. Musyawarah warga sebagai salah satu wujud dari kelanjutan keresahan warga, di dalamnya membahas gagasan tentang semakin mahalnya biaya pendidikan. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Bahrudin sekaligus itu membicarakan hal antara lain: Adanya keresahan biaya pendidikan yang dirasa berat, diberlakukannya sistem antara pendidikan dan pengajaran yang sebagian tidak relevan, dan seakan sekedar mengejar target untuk mendapatkan sertifikat akhir jenjang pendidikan.1 Hasil dari rapat sebagian warga sepakat dengan keputusan, bahwa akan segera mendirikan sekolah sendiri, dengan ketentuan sekolah murah membayar suka-suka tetapi tetap belajar, dengan alasan karena yang buat adalah masyarakat. Kondisi masyarakat mayoritas adalah petani, tentu menginginkan anaknya menjadi pandai dan tidak tega jika harus membiarkan anaknya tidak melanjutkan sekolah mereka, intinya adalah melanjutkan belajar. Keresahan ini semakin lama semakin menguat, karena para orang tua di Kelurahan Kalibening berkeyakinan, bahwa membiarkan anaknya tidak melanjutkan sekolah, sama halnya memangkas masa depan mereka. Secara keagamaan, ini berarti menyia-yiakan amanat Tuhan, dan secara kemanusiaan berarti, merampas hak anak untuk pandai 1
Pertemuan warga dan Ahmad Bahrudin pada saat itu adalah Ketua RW. Yang terjadi Pada tahun 2003.
41
42
dan hidup secara lebih baik. Maka SMP Alternatif ini dirintis dengan harapan mampu menjawab persoalan, sebagaimana yang telah terpaparkan di atas, dengan selamat dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Kalibening, khususnya dan masyarakat pendidikan pada umumnya.2 Ide pembuatan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di Keluarahan Kalibening Salatiga, berangkat dari keprihatinan Bahrudin, melihat makin rusak dan semakin mahal pendidikan di tanah air ini. Hilmi (anak pertama Bahrudin) akan masuk SMP dan mendapatkan tempat disalah satu SMP Favorit Salatiga, namun bahrudin terusik dengan anak-anak petani lainnya (warga sekitarnya) yang tidak mampu membayar uang masuk SMP Negeri mencapai Rp. 750.000 saat itu, uang sekolah Rp. 35.000 per bulan, belum lagi uang seragam dan uang buku, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu rupiah. Walaupun pada saat ini, sudah ada keringanan dalam pembayaran sekolah formal yaitu ada subsidi dari pemerintah, tetapi lebih leluasa sekolah yang tidak banyak aturan dan tidak terbatas waktu belajar.3 Bahrudin menginginkan, adanya perubahan yang ada pada sistem sekolah mahal,
menjadi ringan dan selanjutnya mendirikan sekolah
tingkat SMP, untuk membantu warga miskin mengakses pendidikan murah dan berkualitas, yang mempunyai orientasi pendidikan yang membebaskan dari banyak peraturan. Pertengahan Juli 2003, melalui musyawarah diantara warga setempat, disepakati pembuatan sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah kurikulumnya tetap berdasarkan pada kurikulum nasional (Kurnas), hanya pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, muatan pengetahuan teknologi informasi dan bahasa inggris mendapat porsi yang lebih banyak, tetapi pada tahun selanjutnya sampai sekarang, porsi itu sirna karena kebutuhan peserta didik banyak mengambil pengetahuan melalui internet, dan melihat 2
Wawancara dengan Ahmad Bahrudin, Pengelola SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. pada tanggal 1 Juli 2009 3 Keterangan ini dari Ahmad Bahrudin dan Jurnal madrasah, vol. 6 no.3 tahun 2005 dan tayangan CD MetroTV dan TV E pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan tayangan pada tahun 2008.
43
hal
tesebut,
pengelola
menyerahkan
sepenuhnya
tntang
pembelajaran pada masing-masing kebutuhan peserta didik.
materi
4
Hal ini dipertegas sebagaimana Visi dan misi yang diusung oleh SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yaitu “ Terwujudnya masyarakat belajar menuju masyarakat ilmu yang berkeadaban yang bersemangat keIndonesiaan, realistis, dan replicable ”. Belajar dengan alam sekitar atau sering mereka sebut, ”dunia sekolah kami, semesta laborat kami, dan siapapun guru kami”. Lain pihak, pada umumnya sekolah memiliki gedung, di dalamnya banyak ruangan, biasanya untuk belajar yang disebut kelas. Sebagian lagi untuk guru, kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak termasuk dalam jenis sekolah-sekolah di atas. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak mempunyai papan nama lembaga dan lainnya. Rumah sederhanam, yang tidak jauh beda dengan rumah-rumah penduduk di Kelurahan Kalibening. ada satu tanda yang membedakan dengan rumah lainnya adalah di atas rumah berdiri menara besi setinggi 40-an meter, menara itu sangat mencolok dan kontras dengan menaramenara televisi milik penduduk yang terbuat dari bambu. Dari menara itulah siswa-siswi dan para guru bisa melanglang buana, menambah cakrawala dan mengikuti perkembangan wacana pengetahuan mutakhir melalui jaringan internet, kini tempat untuk akses internet disediakan gedung tersendiri yang disebut dengan Resource Center5. 2. Letak Geografis Letak Geografis SMP Alternatif Qaryah Thayyibah berkedudukan di Jl. R. Mas Said No. 12 Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kodya Salatiga Jawa Tengah (50700) telp. (0298) 311438. 4
Wawancara dengan Sujono Samba, guru Musik yang termasuk teman dekat Ahmad Bahrudin di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga pada tanggal 11 September 2009 5 Gedung ini nama lainnya adalah lumbung peralatan belajar, karena secara bahasa adalah “Penunjang Materi”.
44
Batas wilayah Kelurahan Kalibening yaitu sebalah timur berbatasan dengan Kelurahan Ujung-Ujung, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Krasak, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tegalsari, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo Kidul. 3. Keadaan Sosiologis Keseharian masyarakat Kalibening, mayoritas bermata pencaharian petani, maka pendidikan alternatif sangat berarti bagi mereka, karena keadaan petani rata-rata berekonomi sederhana, walaupun sederhana apapun mereka, tetap menginginkan desa yang maju, Qaryah Thayyibah diartikan dalam bahasa Indonesia yakni “Kelurahan yang indah”, pastilah cita-cita paling mendasar dari sebuah proses menuju Kelurahan yang di dalamnya tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokalnya namun tetap berpandangan global dan Universal, pendidikan anak-anak Kelurahan adalah kunci dari masa depan Kelurahan tersebut. Maka satu-satunya pastilah pendidikan yang menghantar-kan kemajuan, kesejahteraan dan keindahan Kelurahan. Kelurahan yang indah terlukiskan manakala anakanak Kelurahan berpengetahuan, dapat mengelola sumber dayanya sendiri, anak-anak tersebut adalah aset Kelurahan, kelak dapat memimpin Kelurahannya dengan pengetahuan yang benar, bermoral, mencintai Kelurahan dan lingkungannya. Keadaan tersebut akan menjadi terwujud dengan semangat orang tua dan perserta didik Qaryah Thayyibah, hal tersebut tertanam pada mereka, karena orang tua mereka senang jika anaknya dapat berwirausaha dan memaksimalkan potensi diri. 6 Kondisi ideal ini masih jauh dari harapan, beberapa Kelurahan dilingkup SMP Alternatif Qaryah Thayyibah masih belum dapat mengakses pendidikan. Jarak tempuh antara rumah dan lembaga sekolahnya jauh, seorang siswa harus berangkat jam 05.00 pagi dengan jarak + 5 Km, bisa dibayangkan kondisi fisik dan psikisnya ketika harus menerima pelajaran, jika pun harus ditempuh dengan kendaraan (ojek) 6
Salah satu dari orang tua peserta didik yaitu ibunya lulu ketika diwawancarai saipul ketika pembuatan film, dan Wawancara dengan Ibu Nurul tanggal 6 Juni 2009, selain itu data ini diambil dari observasi dari CD tayangan TV E.
45
orang tua siswa harus mengeluarkan ongkos Rp. 10.000,- pergi pulang, sementara kondisi ekonomi petani Kelurahan tidak memungkinkan hanya sekedar ongkos transportasi, belum lagi SPP yang tinggi, uang jajan (tentunya jarak tempuh yang jauh menguras energi siswa), uang buku, ongkos seragam sekian stel, biaya ekstrakurikuler, uang gedung dan sebagainya. Keadaan masyarakat di sekitar SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sangatlah majemuk, baik tingkat perekonomian, mata pencaharian, pendidikan, maupun keagamaan. Ekonomi rakyat Kelurahan Kalibening masih rendah, kebanyakan dari mereka berada di posisi menengah ke bawah. Jika melihat hal tersebut, akhirnya urusan sekolah menjadi nomor dua, ada ujar-ujar yang sering kita dengar, “sekolah duwur-duwur, metumetu nganggur”, hal ini sebenarnya salah satu bentuk kekecewaan warga terhadap keluaran siswa yang
tidak sebanding dengan biaya yang
ditimpakan pada orang tua siswa.7 Pendidikan masyarakat masih tergolong rendah, dengan demikian dukungan moral sangatlah besar terhadap eksistensi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, hal ini bisa dilihat ketika penyelenggaraan berbagai kegiatan pembelajaran dan peserta didik yang belajar di SMP Alternatif tersebut, karena asumsi para pendamping sekarang ini banyak lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi lembaga yang mendidik anak, telah berubah
menjadi
lembaga
jasa
pendidikan,
tentunya
menjadi
8
komersialisasi pendidikan, yang banyak memakan biaya. 4. Perkembangan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Perkembangan SMP Alternatif secara umum, dapat dilihat pada tayangan televisi pada tahun dan bulan lalu, mulai tahun 2004 sampai yang terbaru adalah pada tahun 2009, SMP tersebut sudah sering ditayangkan di
7
Wawancara dengan salah satu warga yang anaknya belajar sebagai peserta didik Qaryah Thayyibah dan beliau adalah seorang Lulusan PGA tetapi nganggur dan berwirausaha 2009 8 Wawancara dengan M. Ridwan tanggal 11 September 2009.
46
televisi Indonesia, beberapa televisi yang menayangkan diantaranya TV 7, TV e, Metro TV, TransTV, dan Trans 7. penayangan tersebut mengenahi pembelajaran dan karya anak, serta bentuk lembaga, serta kurikulum yang berlaku, perkembangan tersebut menurut pengamatan peneliti dan tayangan televise Indonesia adalah: a. Pada tahun 2004 kurikulum menginduk pada Kurikulum Nasional, kemudian karena beberapa hal diantaranya tentang banyaknya peraturan kaku pada kurikulum nasional, jelas sama dengan sekolah formal, maka pada akhir tahun 2004 mengalami perubahan dalam kurikulum yaitu kurikulum nasional hanya sebagai refrensi, tetapi pada pelaksanaan diserahkan pada seluruh peserta didik, dan menginduk pada PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal) 9. b. Karya yang telah dihasilkan ada beberapa macam diantaranya ada Novel, Puisi dan buku Mengkritisi Ujian Nasional, kemudian lagulagu dolanan, direkam dan diaransemen ulang, untuk dijual dikalangan sendiri sebagai salah satu usaha untuk membiayai Sekolah, selain itu telah mempunyai Hymne dan Mars Qaryah Thayyibah, Pendidikan Kesetaraan yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional, serta Dangdut Pendidikan. 5. Perkembangan berkenaan pembelajaran sekarang ini, diserahkan pada kemauan dan kebutuhan peserta didik, dapat dicermati rata-rata sesuatu nampak maju dari mereka, adalah keahlian berbentuk wirausaha10 dan seni.11 Hasil dari wawancara dengan beberapa badan pengelola, salah satunya dengan bahrudin ternyata, banyak terispirasi dari pengembangan pemikiran-pemikiran poulu freire, Ivan Illich, yang biasa disebut dengan aliran jalur kiri.12
9
Wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada tanggal 6 Juli 2009. Hal tersebut dapat dilihat pada CD tayangan Metro TV tanggal 13 Agustus 2009, tentang pembuatan sesuatu seni Kria, dari hasil pengamatan Peneliti, mereka membuat kertas daur ulang walaupun beum nampak dari peserta didik yang dapat mandiri melakukan wirausaha. 11 Seni yang nampak adalah Sastra, Musik dan Seni Beladiri, dapat dilihat pada CD tayangan MetroTV pada tanggal 13 Agustus 2009. 12 Wawancara dengan bahrudin 6 Juli 2009. 10
47
6. Mengenahi pendanaan atau setiap bulan tidak lagi ada SPP, karena sekarang tidak ada tarikan pembayaran SPP, kemudian jika para peserta didik butuh untuk sesuatu, mereka memusyarawarahkan kemudian ada kesepakatan iuran, termasuk pembiayaan Internet sebagai salah satu multimedia, untuk pembelajaran, juga tidak membayar, tetapi pengelola menyerahkan semua kepada Peserta didik untuk dikelola, sehingga pesertadidik berfikir agar bagaimana tetap dapat digunakan terus menerus, akhirnya mereka musyawarah dan menghasilkan kesepakatan, iuran untuk internet saat menggunakan dalam satu jam iuran Rp. 2000,- hal tersebut tidak dapat disebut membayar karena disepakati sebagai iuran dengan musyawarah peserta didik. B. Karakteristik Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Semua tindakan atau kegitan apapun pasti ada hal yang melatar belakanginya, begitu juga Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, Kelurahan Kalibening, Kota Salatiga, tentunya berkenaan dengan konsep Bahrudin yaitu, salah seorang yang tidak bisa jauh dari Sekolah alternatif tersebut alias pengelola, beliau mengatakan bahwa kurikulum ini dulunya adalah
menginduk
pada
Kurikulum
Nasional,
tetapi
mengalami
pengembangan, berdasarkan kebutuhan dan kemauan peserta didik yang tidak dapat sama persis, dengan konsep keseluruhan kurikulum nasional, maka Bahrudin mengambil kebijakan dibiarkan begitu saja dan diserahkan pada kebutuhan peserta didik, dengan tetap didampingi, serta ditanamkan agar tidak putus belajar, selain itu dalam Syair Dangdut Pendidikan Ciptaan Sujono Samba “beri kami kami cukup kesempatan, motivasi dan kepercayaan” maksudnya adalah mereka diberi kebebasan untuk belajar dan membuat jadwal pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemauan mereka.13 Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, secara konsep masih berada pada pemikiran Bahruddin dan Pendamping, kemudian hal-hal yang 13
Salah satu pendamping SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebagai pendamping/guru musik yang banyak mendukung tentang pengembangan pembelajaran seni musik.
48
bersangkutan pada operasional dan pengembangannya diserahkan kepada peserta didik, termasuk jika peserta didik mengadakan sebuah workshop, mereka mencari pemateri sendiri seperti halnya yang dilakukan oleh siswa yang ada pada umumnya di perguruan tinggi.14 Termasuk sekarang ini banyak perubahan dengan adanya tayangan di televisi ketika bahrudin di wawancarai menerangkan lebih suka disebut dengan Community Schooling, sebutan ini mepunyai alasan yang tidak terekspos secara transparan, karena didalam pembelajaran belum lengkap adanya mata pelajaran, seperti halnya di sekolah umum yang disebut dengan mata pelajaran formal dan muatan lokal, karena dalam konsep tersebut untuk menciptakan masyarakat yang selalu belajar yaitu Learning Society.15 Banyak hal yang melatarbelakangi Manajemen Kurikulum Di Qaryah Thayyibah, dan hal tersebut menjadikan sebuah karakteristik tertentu diantaranya adalah : 1. Masyarakat kaum tani mayoritas kurang tinggi dalam jenjang pendidikan. Kaum tani yang disekitar di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mempercayai, bahwa pendidikan yang ditawarkan oleh Bahruddin murah dan bermutu, karena mempunyai prinsip, dari orang tua tetap dipersilakan untuk menyumbang dengan minimal tidak bayar dan maksimal tidak terhingga, memang bagi orang kaya tidak bermasalah jika anaknya tetap sekolah di formal, tetapi bagi kaum petani yang ekonominya menengah ke bawah, mendingan memilih sekolah yang murah, bermutu, dan pada saat ini bukan golongan miskin saja, peserta didik juga ada yang dari keluarga mampu, tetapi anaknya yang tidak mau sekolah yang banyak aturan akhirnya mereka sekolah di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan asumsi dapat belajar sesuai kebutuhan dengan santai.
14
Hasil Pengamatan ketika mengadakan pelatihan atau workshop Teater pada 1 Juni
2009. 15
Menurut Ahmad Bahrudin wawancara pada 11 September 2009, serta menurut Ahmad Bahrudin Ketika Diwawancarai oleh MetroTV pada tanggal 13 Agustus 2009.
49
2. Mengakui bahwa belum dapat memberikan fasilitas yang sempurna, termasuk menyediakan guru yang professional. Secara ideal sebagai fasilitator adalah pemerintah, jika guru sebagai fasilitator pastilah tidak mampu, karena guru adalah sebagai pendamping dan sebagai teman dalam belajar. 3. Pengelola mempunyai asumsi, bahwa tidak boleh memaksakan kehendak manusia, hususnya pada peserta didik di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Maksud memaksakan kehendak adalah jika peserta didik ingin belajar, tinggal belajar saja, tidak harus ada peraturan seragam sama, waktu harus bersama, atau pembatasan waktu belajar, dan kelompok yang ditentukan oleh guru/pendamping, termasuk jika pada jam pelajaran salah satu
dari
peserta
didik
belum
ingin
belajar,
maka
seorang
guru/pendamping tidak memaksa harus masuk, tetapi tetap mendukung dalam hal belajar apa saja.16 Kemudian tentang menangani anak yang tidak belajar, cukup diberikan nasihat dengan santai “jika ingin pandai maka belajarlah tetapi jika bodoh, maka tidak usah belajar”17. 4. Berkeinginan menciptakan sebuah masyarakat belajar (Learning Society) Keinginan tersebut, Bahruddin banyak terinspirasi dari beberapa tokoh pendidikan yaitu Poulo Freire, kemudian sebuah kelompok tani yang ada pada Negara Israel yang bernama Kibbutz. 18 5. Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terbentuk karena adanya kebutuhan lanjut untuk mengatur sebuah kelompok.19 Kelompok-kelompok yang ada pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebenarnya secara kelas sudah ada menurut jenjang masuknya, tetapi selain itu peserta didik juga berhak untuk menentukan mengikuti 16
Wawancara dengan Bahruddin pada Jumat 6- Juni 2009 Wawancara dengan salah satu peserta didik (rossi) pada Jumat 6- Juni 2009 18 Kibbutz ini adalah sekelompok tani yang ada di Negara Israel, Kibbutz atau kibbutzim dalam bentuk jamak merupakan tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan dengan struktur-struktur dasar demokratis. kemudian dapat dilihat di "http://www.wikipedia/kibbutz" wawancara dengan Bahruddin pada Jumat 6- Juni 2009 19 Menurut Ahmad Bahrudin Qaryah Thayyibah tidak ada konsep manajemen, jika ada karena kebutuhan-kebutuhan lanjut. Wawancara pada hari Jumat 6- Juni 2009 17
50
pada kelompok mana saja, yang penting tetap belajar sesuai dengan kebutuhan. C. Implementasi Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga Lain ladang lain belalang, begitu juga Manajemen Kurikulum pasti berbeda, antara lembaga satu dengan yang lain, begitu juga SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, mempunyai banyak perbedaan dengan lembaga sekolah formal maupun non formal, karena mempunyai kurikulum beda, hal ini menjadikan karakteristik tertentu, antara lain dapat dicermati sebagaimana proses manajerial meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan dan Evaluasi. Lebih lanjut tertulis dibawah ini : 1. Perencanaan Kurikulum Perencanaan tersebut, terlihat ketika para pendamping atau tutor memberikan
masukan
setelah
upacara,
pesrta
didik
dipersilakan
berkumpul pada masing-masing kelas, kemudian membuat jadwal mata pelajaran, jika membuthkan pendamping maka peserta didik meminta tutor atau pendamping untuk mendampingi mereka belajar Konsep kurikulum, marupakan salah satu bentuk perencanaan Kurikulum, yang mempunyai beberapa hal diantaranya adalah : a. Konsep Lembaga Pada awal pendirian tahun 2003 sampai dengan 2004 memang menyesuaikan Kurikulum Nasional, karena yang diketahui adalah dari konsep nasional, kemudian berdasarkan kebutuhan masyarakat, menemukan ide baru dalam perencanaan kurikulum. Ide tersebut adalah bukan lembaga, tetapi perkembangan konsep dari pengelola adalah sebuah komunitas belajar (Learning Society), salah satu pendukung dari Learning Society adalah Resource Center.20
20
Wawancara dengan Bahruddin pada Jumat 6- Juni 2009 sekitar pukul 20.00 WIB, Bahruddin mengutarakan resource center ini adalah salah satu pendukung untuk menciptakan sebuah Komunitas Belajar (Learning Society), media yang ada mulai dari buku bacaan, dan alatalat yang mendukung untuk belajar peserta didik.
51
Konsep tersebut belum dapat terlaksana, yang jelas dalam catatan dinas pada Sub PNFI (Pendidikan Non Formal Informal) adalah (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) PKBM yang menyelenggarakan kejar Paket B dan C. Konsep lembaga atau tidak sekarang ini masih SMP Alternatif Qaryah Thayyibah masih berstatuskan lembaga dengan menajemen Kurikulum yang sederhana, dan dapat efektif serta efisien guna melaksanakan belajar seumur hidup. b. Konsep Kurikulum Kurikulum pada di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sesuai pada pemaparan di atas bahwa awal berdirinya adalah mengikuti Kurikulum Nasional, kemudian pada saat ini berdasarkan pada pengamatan21 dan wawancara, mempunyai konsep semua kebutuhan peserta didik dalam belajar, itulah yang menjadikan sebuah perencanaan kurikulum, dengan menanamkan bahwa sebuah belajar tidak boleh ketergantungan pada sesuatu22. Konsep ini Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai Visi dan misi serta tujuan adapun rinciannya adalah sebagai berikut : 1) Visi “ Terwujudnya masyarakat belajar menuju masyarakat ilmu yang berkeadaban yang bersemangat ke-Indonesiaan, realistis, dan replicable ”
21
Pengamatan senin pukul 08:00 WIB –selesai 1 Juni 2009, dalam pengamatan peniliti mencermati beberapa hal yaitu hari senin biasa disebut hari untuk upacara, pada upacaara tersebut tata caranya adalah semua duduk sama rendah dengan lesehan, menyampaikan hal tentang belajar sampai tentang pengelolaan peralatan yang ada pada resource center, sampai masalah perasaanpun parapeserta didik mengungkapkan diforum tersebut. 22 Maksud dari belajar tidak ketergantungan adalah ketika peserta didik mempunyai kebutuhan untuk belajar komputer, maka tidak harus menunggu adanya computer tersedia. (wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009)
52
2) Misi Menanamkan peserta didik belajar seumur hidup Menanamkan peserta didik belajar tanpa ketergantungan Menanamkan peserta didik untuk hidup berbagi Menanamkan peserta didik belajar menghargai Menanamkan peserta didik untuk survival/ Bertahan Hidup Menanamkan peserta didik untuk membaca 23 Menanamkan peserta didik untuk banyak mencoba/ belajar adalah melakukan dan berkarya.24 3) Tujuan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Tujuan dalam kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah : •
Mendukung peserta didik untuk belajar apa saja dalam beraktualisasi sesuai kebutuhan.
•
Menciptakan Learning Society yaitu masyarakat pembelajar, yang seumur hidup selalu belajar dan produktif
•
Menanamkan peserta didik untuk berwira usaha dan bertahan hidup dalam menghadapi kehidupan.
c. Model Kurikulum Melihat proses manajerial pada kurikulum yang dilaksanakan pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah proses perencanaannya adalah sebagai berikut : 1) Silabus Secara fisik hal silabus tidak tertulis, namun sebagai gantinya adalah tercover pada pertemuan hari senin, yang disebut dengan program dalam seminggu, dengan bentuk semua elemen 23
Membaca pada hasil penelitian ini bukan hanya membaca symbol tulisan tetapi membaca situasi yang ada pada kehidupan di dunia (wawancara dengan Sujono sebagai salah satu Pendamping pada tanggal 3 Juli 2009) 24 Hal tersebut selain wawancara dengan para pendamping diantaranya pak Sujono Samba, dan Ahmad Bahrudin pada tanggal 6 Juli 2009, terdapat pada dangdut Pendidikan Kesetaraan Ciptaan Sujono Samba yang berbunyi “Untuk menjadi pintar itu mudah, Kuncinya banyak membaca, Menjadi orang berdaya juga mudah kuncinya banyak berkarya, dan Untuk menjadi trampil itu mudah, Kuncinya banyak mencoba”
53
dari warga SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dikumpulkan jadi satu ruagan, kemudian ditanamkan untuk tidak putus belajar, belajar tidak boleh selalu menggantungkan pada sesuatu. 2) RPP Idealnya RPP dibuat dengan rapi oleh guru, tetapi pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dibuat oleh pesertadidik, ketika rapat masing-masing kelas, dengan bentuk merencanakan urutanurutan mereka belajar, terada permainan sebelum belajar, peneliti menyebutnya dengan Kurikulum kelas peserta didik, yang terdiri dari, mengatur kelas, termasuk membuat daftar pelajaran dan jadwal pelajaran, kecuali kelas yang belum paham akan sebuah kebutuhan, biasanya didampingi dalam pembuatan hal tersebut, kemudian mereka jika menginginkan Pendamping dipersilakan menemui Pendamping untuk menemani proses pembelajaran. 3) Sistem Pembelajaran Kemudian
kurikulum
di
SMP
Alternatif
Qaryah
Thayyibah, mempunyai sistem pembelajaran sebagaimana berikut: a). Belajar Total Maksud belajar total pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah belajar sesungguhnya sesuai kebutuhan, kapan saja, apa saja dan dimana saja, bahkan semboyan mereka adalah dunia adalah Sekolah kami, Semesta Laborat Kami, dan Kehidupan adalah Pustaka Kami serta siapapun adalah Guru kami 25. b). Belajar Tanpa Ketergantungan 26 Belajar
peserta
didik
SMP
Alternatif
Qaryah
Thayyibah tidak menunggu pendamping memberi materi
25
Syair lagu Belajar Sepanjang Hayat, Dangdut Pendidikan Pencipta Sujono samba, Vokal Lintang tahun 2008. 26 Belajar tanpa ketergantungan adalah minat belajar adalah kunci kesuksesan, jika ada alat atau media lengkap jika minat belajar tidak ada maka tidak ada gunanya(wawancara dengan Ahmad Bahrudin)
54
pelajaran, tetapi mereka seumpama membutuhkan pendamping mereka
menghubungi
pendamping,
kemudian
jika
ada
keterangan dari pendamping yang kurang jelas selain bertanya mereka mencari sendiri pada informasi lain termasuk pada jaringan internet yang telah disediakan.27 c). Kemudahan Belajar SMP
Alternatif
Qaryah
Thayyibah
berusaha
menfasilitasi peserta didik untuk memudahkan dalam belajar, hal tersebut dapat dicermati pada berdirinya Gedung sebagai tempat buku dan Komputer dengan Jaringan internet, dan tanpa batas untuk menggunakan jaringan tersebut, walaupun siswa membayar Rp.1000 /jam dan pada tahun 2009 Rp.2000/jam.28 d). Menggunakan keseluruhan sumber belajar. Keseluruhan Sumber Belajar dapat digunakan sesuai kebutuhan, yaitu di alam, semesta dan kehidupan, bahkan setiap orangpun menjadi guru mereka. e). Pengalaman belajar dengan alam Alam, semesta sebagai laborat, termasuk dalam penelitian pada masyarakat, tumbuhan, kemudian belajar mandiri, pengalaman tersebut dihubungkan dengan ilmu mata pelajaran, seperti IPA, IPS, dan lain sebagainya. f). Belajar adalah Melakukan, dan Berkarya Hasil dari pengamatan bahwa belajar melakukan tentunya adalah belajar dengan melakukan kegiatan misal belajar seni mereka melakukan sebuah organisasi seni teater, kemudian menghasilkan adalah belajar dapat dilihat dengan karya, bukan hanya sekedar teori contoh belajar menulis maka 27
Fina saat diwawancarai oleh TV 7 terdapat pada CD tayangan pada tahun 2004. peserta didik pada tahun 2009 juga sama ketika pendamping masuk kelas menanamkan untuk meneliti suatu tempat. 28 Observasi pada tahun 2008 sampai 2009, peneliti langsung menggunakan internet tersebut setelah peneliti menginformasikan semarang paling murah adalah Rp.2000/ jam, maka harga dinaikkan menjadi Rp.2000/jam
55
karnyanya adalah semisal novel dan lain sebagainya, bahkan selain menghasilkan karya dapat menghasilkan uang. 4) Sumber Belajar Secara konsep kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah pencarian sumber belajar, terdapat pada alam sekitar, ini berkaitan dengan menanamkan kepada persertadidik untuk dapat membaca situasi. Kemudian secara nyata peserta didik melaksanakan pembelajaran di alam terbuka di lapangan dan lain sebagainya. 5) Strategi Pembelajaran Keadaan nyata di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, hususnya pada pembelajaran, tidak selayaknya mendidik anak bayi yang baru lahir, tetapi disana pembelajaran, selayaknya mendidik orang dewasa, dengan memberikan pemahaman, tentang belajar sesungguhnya adalah belajar adalah melakukan, berkarya dan banyak mencoba. Hal tersebut telah dibuktikan dengan jadwal serta pemilihan mata pelajaran diberikan sekedar
pelengkap, tetapi
mementingkan keinginginan dan kebutuhan belajar masing-masing peserta didik, tidak dipungkiri bahwa Andragogy merupakan salah satu metode yang secara dominan digunakan, kemudian dalam teori yang meminjam dari tokoh pendidikan negara jerman dan dikembangkan dinegara Amerika, karena menurut bahasa yunani adalah dari kata Andra berarti Dewasa, dan Gogos berarti membimbing, kemudian dapat disimpulkan menjadi sebuah proses pembelajaran yang membimbing orang dewasa, walaupun mereka usia SMP akan tetapi dianggap sudah dewasa, maka pembelajaran dalam kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah pembelajaran anak dewasa, yang dapat disebut belajar mandiri. 6) Evaluasi Belajar Secara umum evaluasi bejar selain ujian dan ulangan harian program dari dinas, pesertadidik melakukan gelar karya setiap
56
bulan sekali, masing-masing kelas menampilkan sesuatu hasil belajar dalam seminggu. d. Desain Fasilitas Kurikulum Bahrudin mengatakan bahwa kurikulum kebutuhan tidak ada sebuah manajemen, kemudian jika dalam proses ternyata ada sebuah pengaturan, dikarenakan mengikuti kebutuhan komunitas, adapun pengaturan dalam mendesain kurikulum adalah : 1) Peserta didik ditanamkan minat belajar tanpa ketergantungan dengan apapun dan kepada siapapun.29 Peserta didik ditanamkan untuk tidak ketergantungan pada sesuatu yaitu jika ingin belajar tidak harus di fasilitasi, tetapi jika difasilitasi maka akan lebih cepat mencapai tujuan, jelasnya minat akan lebih dominant jika mau belajar. Misalkan ada alat tetapi tidak ada minat maka sia-sia alat tersebut. 2) Resource Center dalam oxford kamus poket berartikan supply of the materialy istilah ini terlihat baru yang mempunyai makna materi pendukung, media tersebut ditujukan kepada komunitas belajar, sebagai pendukung dalam belajar. Konsep ini merupakan sebagai lumbung peralatan, idealnya dapat mencukupi semua kebutuhan belajar peserta didik.30 3) Pendamping mendampingi jika dibutuhkan oleh peserta didik, status Pendamping adalah menemani belajar dan menjalankan proses pendukungan. 4) Partner, kata ini adalah istilah yang muncul dari peserta didik yang ada di SMA Alternatif Qaryah Thayyibah, mereka berfikir bahwa untuk merubah peserta didik SMP, yang awalnya kurang aktif dalam proses pembelajaran, agar menjadi aktif, dan dapat
29
Penanaman tersebut selain di tanamakan setiap hari senin, dan hari-hari ketika berinteraksi dengan pendamping, terdapat juga pada Nyanyian Dangdut Pendidikan ciptaan Sujono Samba (Pendamping Musik) pada Syair “Dunia Sekolah Kami, Semesta Laborat Kami, Kehidupan Pustaka Kami, dan Siapapun Guru Kami” 30 Wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009
57
menyesuaikan sebagaimana teman-teman lainnya. Program lainnya selain sebagai teman belajar dan menjadikan peserta didik aktif adalah membuat program out bound, yang bertujuan untuk membuat suasana belajar lebih kondusif.31 5) Pengelola dan pendamping bukan sebagai fasilitator, tetapi sebagai pendukung, karena menurut Bahrudin bahwa fasilitator harus dapat memenuhi semua kebutuhan belajar dalam hal media, yang berhak dan berkwajiban menjadi fasilitator adalah pemerintah.32 e. Administrasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Jika sekolah formal jelas banyak administrasi kurikulum, yang dilaksanakan oleh guru, namun pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak selengkap administrasi pada SMP formal, Kurikulum ini cukup mengedepankan minat belajar peserta didik, kemudian melengkapi kebutuhan-kebutuhan berikutnya, sebagai pendukung, termasuk administrasi jika dibutuhkan. Kebutuhan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya beberapa hal sebagai berikut : 1) Pengelompokan Peserta didik secara Fleksibel 33 Tentang kelompok siapapun boleh membuat kelompok, kelas, atau forum dengan sesuai kebutuhan peserta didik, kemdian tentang pengaturan kelompok diatur oleh peserta didik itu sendiri. 2) Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Aktif dalam partisipasi ini bukan hanya selalu aktif jika di bimbing oleh Pendamping, tetapi mereka berusaha aktif jika tidak ada Pendamping, dengan bukti Pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah 31
Peran partner hampir sama dengan asisten dosen yang ada di perguruan tinggi, tugasnya membantu Pendamping untuk membuat siswa dapat lebih aktif, ide tersebut juga muncul dari peserta didik SMA Qaryah Thayyibah. Wawancara dengan ketua partner yaitu Iwan 32 Wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009. 33 Maksud dari fleksibel pada Qaryah Thayyibah adalah siapa saja dan kapan saja boleh membuat kelompok untuk belajar karena itu adalah bagian dari hak dan kebutuhan peserta didik, bahkan, Ahmad Bahrudin mengatakan tua dengan muda tidak menjadikan masalah dalam satu kelompok kelas, karena kelompok adalah hak dari mereka, jika ada yang mau masuk ke kelompok mereka juga tidak salah jika menolak dan mempersilakan membuat kelompok tersendiri. (wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009), hasil pengamatan dari CD tayangan TV e dan pengamatan langsung. Pada tanggal 06-Juni 2009.
58
ada tim yang disebut dengan partner yang bertugas untuk membuat suasana aktif dalam kegiatan belajar. 3) Suasana kelas berlangsung dengan suasana liberal 34 Suasana liberal yang ada pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah kelas berlangsung bebas, jika anggota kelas tersebut belum ingin mengikuti juga tidak dipermasalahkan, bahkan jika sekolah salah satu peserta didik topang kaki juga tidak dipermasalahkan, intinya bebas berekspresi dan tetap belajar yang tidak menuju sebuah kejahatan. 4) Mengutamakan pada proses belajar Proses belajar sangat diutamakan, karena belajar bukan untuk mencari nilai angka, tetapi belajar adalah sebuah kebutuhan, untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya, yang mana penanaman yang dilakukan oleh pendamping adalah, belajar adalah melakukan, menghasilkan, dan tidak ketergantungan, hal tersebut dapat dicermati dalam keseharian peserta didik, dan bentuk apapun hasil belajar mereka belajar tetap dihargai oleh sesame dan pendamping, kemudian di abadikan jika dibutuhkan, seperti pelaksanaan gelar karya setiap bulan atau setiap minggu, kemudian pembuatan novel, latihan seni Photo Grape, dan masik. Data tersebut dapat dilihat minimal pada file Komputer dan lain sebagainya. 5) Kegiatan belajar pada inquiry, penyelidikan terhadap masyrakat.35 Kegiatan ini mereka lakukan walau kadang tidak dapat sempurna, seperti contoh peserta didik ingin membuat film, walaupun filemnya wawancara dengan orangtua murid, tentang kehidupan sehari-hari dan rasanya menyekolahkan anaknya di SMP Alternatif 34
Belajar yang baik adalah sesuai keinginan hati jadi tidak ada pemaksaan maka disebut suasana liberal. Karena konsep dari Ahmad Bahrudin adalah pendidikan yang membebaskan, bebas tersebut adalah bebas berekspresi yang tidak menuju kejahatan. 35 Penyelidikan pada masyarakat ini berdasarkan pengamatan keseharian, mereka mempunyai kegiatan untuk bertahan hidup diantaranya, mereka berlatih membuat kertas daur ulang dan lain sebagainya, seperti belajar teater, dan mempunyai topik tentang kegiatan bermasyarakat dan mengkritisi kebobrokkan pendidikan Indonesia. Kemudian dapat dilihat dalam CD tayangan Motro TV.
59
Qaryah Thayyibah, kemudian ditayangkan pada hari senin yang disebut dengan Gelar Karya. 6) Mempergunakan sumber belajar yang munkin Sumber belajar yang mungkin itu adalah apasaja dapat menjadi sumber belajar karena belajar tidak bergantung pada apapun, jadi mereka belajar tetap senang dan yang penting mereka mempunyai keinginan belajar. 7) Menitik beratkan pada belajar pengalaman, bukan pada isi pelajaran atau metode mengajar. Belajar efektif adalah belajar sambil melakukan, hal ini kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, memberikan sebuah proses cara proses belajar dengan melakukan sesustu yang bermanfaat yang pasti mempunyai pengalaman, sespsrti latihan teater. 8) Semua Peserta didik dibimbing agar kreatif. Proses Pendampingan ini selain dilakukan oleh Pendamping juga dilakukan oleh partner. Sebuah belajar adalah melakukan maka mencoba adalah salah satu belajar yang sesugguhnya, kemudian penanaman banyak membaca dan mencoba adalah terdapat pada Lagu-lagu ciptaan sujono, di dalam Album Dangdut Pendidikan.36 9) Anak bersikap transaktif (saling aksi mereaksi) Kegiatan transaktif dalam proses pembelajaran dibiasakan seperti halnya orang yang musyawarah. 10) Peserta didik tidak dihadapkan pada tingkat probabilitas/ kemungkinan yang menuntut pilihan. 11) Hubungan
yang
dikalangan
peserta
didik
terarah
pada
pertumbuhan/ perkembangan, dimana persaingan antara kelompok dan kerja kelompok dapat saja dilaksanakan. tetapi walaupun ada sebuah persaingan mereka tetap ditanamkan sebuah rasa hidup berbagi dan berdampingan. 36
Dangdut Pendidikan Dipersembahkan Oleh dinas guna sosialisasi pendidikan kesetaraan, dengan Vokal Lintang Qaryah Thayyibah dengan Nomer Surat Sensor surat Sensor 3869/VCD/R/PA/6.2013/2008
60
12) Peserta didik bekerja dalam bentuk self-fulfilling (mengisi kegiatan sendiri dengan semaksimal munkin) Kegiatan ini terlihat setiap harinya dengan bermain dan belajar, kemudian baksos, camping dan lain sebagainya dengan mengatur sendiri tanpa banyak campur tangan dari Pengelola dan pendamping. 13) Penanaman pada tanggungjawab, bukan keterikatan atau kebebasan mutlak. Penanaman ini terwujud dengan bentuk pengelolaan Resource Center di hendel oleh peserta didik, walaupun masih ada pendampingan dengan ketua dari unsur pendamping. 14) Peserta didik bekerjasama dengan rekan dan Pendampingnya Kerjasama terlihat dalam pengelolaan buku bacaan didata dan dikelola oleh peserta didik, termasuk pendataan buku dan klasifikasi buku. 2. Pengorganisasian Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Pembagian tugas terdapat beberapa hal, di antaranya adalah mengenahi pelaksanaan manajemen lembaga pendidikan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, Khususnya pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, konsep di handel oleh pengelola kemudian pembagian dihandel oleh para Pendamping dengan menemani dan mendukung proses pembelajaran peserta didik, proses ini para Pendamping disiapkan kemudian tinggal permintaan peserta didik ingin belajar apa saja, para pendamping siap untuk mendukung, serta dibantu oleh partner yang khusus dalam penggalian bakat, dalam bentuk memancing mereka untuk berekspresi dalam semua hal yang berkaitan untuk belajar. Pembagian tugas ini berarti sebagai berikut : a) Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum secara manejerial tidak dapat di deteksi dengan efektif, dikarenakan pengembangan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam belajar, kebutuhan mereka menjadi
61
sebuah referensi pengelola dalam mengembangkan peralatan untuk sebagai materi pendukung. b) Pengembangan Pendampingan Dalam
pengembangan
bimbingan
atau
pendampingan
para
pendamping, secara konsep menunggu kebutuhan peserta, yang terjadi adalah para pendamping dihubungi dan dimintai untuk mendampingi dalam kegiatan pembelajaran, biasanya peserta didik mengadakan sebuah workshop atau pelatihan, jika dapri pendamping belum dapat mendampingi maka peserta didik membuat permohonan pihak luar untuk mendapmpingi dalam workshop.37 c) Pengembangan Kurikulum Kelas Pengembangan ini terjadi sesuai kesepakatan kelas, seperti contoh mengadakan kegiatan camping, dan disela-sela kegitan tersebut selain belajar, adalah megadakan semacam outbound sebagai penyemangat dalam belajar. d) Pengembangan Pembelajaran Dalam pengembangan pembelajaran diserahkan kepada peserta didik, dengan adanya penelitian di tempat, atau pada sesuatu. e) Pengembangan Bakat Minat Pengembangan bakat minat dapat terlaksana dengan baik, di handel oleh para kakak kelas yang disebut dengan partner, programnya selain memancing kegiatan mereka agar lebih dapat aktif dalam belajar, adalah menciptakan forum yang dikenal dalam dunia pendidikan formal sebagai ekstra kurikuler, tetapi semua yang menghendel manajerial tersebut adalah peserta didik.
37
Pada tanggal 22 Maret 2009 observasi pada peserta didik, ketika mereka mengadakan pelatihan teater yang menjadi pendamping (sementara) adalah alumni dari teater getar.
62
3. Pelaksanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Aksi kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai beberapa tahap, adapun tahap-tahap tersebut dapat dicermati sebagaimana berikut:38 a) Peserta didik dikumpulkan menjadi satu dalam satu ruangan. Hasil observasi peserta didik dikumpulkan dengan kondisi sederhana, kemudian sharing perjalanan dalam pembelajaran. b) Peserta didik diberikan Keterangan oleh pendamping tentang bagaimana belajar yang baik, dan tentang cara untuk mengelola komunitas atau kelas. c) Peserta didik berkumpul sesuai kelasnya masing-masing, untuk mendiskusikan kebutuhan apa saja yang perlu dipelajari. d) Selain kebutuhan pelajaran kelas secara umum, mereka membuat acara yang dapat menjalin hubungan emosional, kebersamaan dan belajar berbagi dalam dalam berorganisasi. e) Pembuatan jadwal pelajaran dan Pendamping. Pembuatan jadwal ini dibuat oleh peserta didik dalam satu kelas disepakati, kemudian disampaikan kepada pedamping, sesuai dengan keinginan pendampingnya. f) Peserta didik mengajukan permohonan kepada Pendamping untuk menemani mereka dalam belajar. g) Waktu belajar secara ideal adalah pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. Jika peserta didik melaksanakan acara tertentu seperti workshop standarnya sampai pukul 22:00 WIB. Walaupun tada waktu ideal yang mereka gunakan, tetapi mereka sangat fleksibel dalam hal waktu, yaitu tergantung perjanjian antara peserta didik dan Pendamping. h) Pendamping memberi masukan kepada semua peserta didik, tentang teknik pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan kelas serta pengelolaan Resource Center dan permasalahannya. Hal ini sering dilakukan pada hari senin pukul 08:00 WIB sampai selesai, yang 38
Wawancara dengan Pak Akhmad pada tanggal 6 Juni 2009 dan pengamatan
63
disebut dengan upacara. Pelaksanaan upacara sangat simpel yaitu, seluruh peserta didik tingkat SMP maupun SMA dikumpulkan menjadi satu ruangan yang ditempatkan di gedung Resource Center kemudian dibuka dengan sebagaimana musyawarah dan shering. Tatacara upacara tersebut dilaksanakan dengan duduk berdampingan melingkar. 4. Pengawasan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Pengawasan dilaksanakan secara global dilaksanakan pada hari senin, di Resource Center, sekaligus mengontrol kegiatan belajar peserta didik dengan teknik sebagai berikut : 1) Peserta didik mendiskripsikan masing-masing perkembangan dan permasalahan yang ada di kelasnya, diwakili oleh ketua kelas, dan beberapa anggota kelasnya jika dibutuhkan. 2) Masing komunitas bakat dan minat (komunitas tersebut disebut Forum),39 melaporkan perkembangan dalam menyalurkan bakat dan minat. 5. Evaluasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Hasil dari observasi dan wawancara evaluasi ini berbeda, dengan yang ada pada sekolah maupun kurikulum nasional, tahap evaluasi ini adakalanya dilaksanakan pada hari senin, dengan seluruh peserta didik, tetapi juga dilaksanakan intern para Pendamping, dilaksanakan tiga kali dalam setahun yaitu awal tahun, pertengahan dan akhir tahun. Pelaksanaan evaluasi tersebut, dilakukan secara berkala, dengan pertemuan para pendamping dan pengelola lembaga. Titik poin pada evaluasi kurikulum diantaranya, hasil karya peserta didik, kemajuan kegiatan KBM yang dilakukan peserta didik, dan salah satunya RC penuh dengan peserta didik yang belajar, serta mengkritisi dan mengimbangi perkembangan kurikulum nasional. Evaluasi tersebut telah menghasilkan beberapa pengembangan antalain, pada awal 2003 sampai 2004 menggunakan Kurikulum Nasional, 39
Forum terdiri dari Forum Teater, Kepribadian, Forum Partner, Forum Musik, ForumForum apa saja sesuai kebutuhan
64
kemudian membuat kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik sampai saat ini. Dasar perubahan kurikulum tersebut dikarenakan, menurut aturan negara guru kurang professional dan pengelolapun mengakuinya, kebutuhan peserta didik menjadikan motivator yang paling kuat untuk belajar, berdasarkan ilmu psikologi belajar sesuai kebutuhan dan penanaman cara berfikir bahwa belajar tidak ketergantungan.40
40
Maksud dari ketergantungan adalah bergantung pada guru dan pada alat, bahruddin mengatakan bahwa ketergantungan itu tidak membuka fikiran kreatif tetapi mematikan daya kreatifitas (wawancara pada tanggal 6 Juni 2009)
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN KURIKULUM SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA A. Mengembangkan Kurikulum Sesuai Kebutuhan. Kondisi masyarakat sangatlah mempengaruhi kegiatan apapun, begitulah yang terjadi pada masyarakat kelurahan Kalibening yang ada di kecamatan Tingkir Salatiga, pada Bab III terpaparkan kondisi masyarakat tersebut, bahwa mayoritas penduduknya berpenghasilan bertani, telah kita ketahui bahwa, mayoritas mayarakat pertanian terbiasa dengan hidup sederhana, bahkan kelasnya dalam taraf hidup manusia indonesia tidak lain adalah menengah kebawah. Diakui atau tidak, hal tersebut menimbulkan ide pendiriannya lembaga pendidikan, awalnya menginduk pada SMP Negeri, mulai akhir tahun 2006 mulai menginduk pada PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal), menjadi lembaga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dengan sebutan tingkat Kejar Paket B. Secara keuangan tidak banyak membutuhkan penarikan kepada peserta didik yang memberatkan. Menyadari perjalanan SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, mulai
timbul sebuah pengembangan kurikulum, yang asalnya mengikuti kurikulum nasional kemudian melakukan pengembangan dan dinamai dengan Kurikulum berbasis kebutuhan, walaupun secara konsep tidak ada konsep matang, dan sebagai rujukan jelas, dikarenakan hal tersebut berawal dari latar belakang peserta didik yang berbeda-beda, diantaranya ada yang masuk karena tidak mampu disekolah formal, kemudian kasus ketika di sekolah formal, tidak dapat mengikuti peraturan, selain itu hanya menyukai salah satu bidang mata pelajaran, dan ada yang senang belajar pada malam hari. Hal tersebut mangakibatkan tidak dapat disamakan jam pelajaran, maupun mata pelajaran wajib mengikuti, tetapi tetapi tetap ada jam formal. Sebenarnya jika dicermati 65
66
secara mendalam, bisa menjadi lebih memerlukan banyak dana, sebab jika kebutuhan Peserta didik meningkat, maka dari segi fasilitas juga akan meningkat, tetapi karena ditanamkan belajar tidak boleh ketergantungan, maka dari pengelola tidak merasa terbebani, namun akan berusaha menfasilitasi semampunya. Kesederhanaan
masyarakat
melatarbelakangi Manajemen
merupakan
salah
satu
hal
Kurikulum di SMP Alternatif
yang Qaryah
Thayyibah, dan itu menunjukkan bahwa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menolak kapitalisme pendidikan, salah seorang guru memaparkan saat diwawancarai mengatakan “mau melawan merasa tidak mampu, mau mengikuti sistem kapitalisme juga tidak dimungkinkan”1, perkataan tersebut dapat ditarik kesimpulan secara orasi mereka tidak melawan kapitalisme pendidikan, tetapi secara tindakan mereka berusaha melawan kapitalisme Pendidikan, dengan bukti terbentuknya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mengembangkan
kurikulum
sesuai
kebutuhan,
lembaga
tersebut,
mengedepankan kualitas, dengan memaksimalkan potensi Peserta didik, tanpa banyak biaya. Bahkan sistem kurikulum maupun keuangan atas dasar kesepakatan Peserta didik, yang bertujuan menciptakan hidup berbagi, demokratis dan menanamkan berusaha untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Pengembangan tersebut mempunyai tujuan, mengangkat kaum miskin agar tetap mampu sekolah, selain Manajemen Kurikuum sesuai dengan desain pemerintah, juga banyak tokoh yang mempunyai gagasan cerdas terhadap pelawanan Kapitalisme Pendidikan, meminjam keterangannya Syamsul Ma’arif, pada buku Pesantren Vs Kapitalisme, asumsi Puolu Freire, pada bidang kritik teori pedagogy, yang terkenal dengan bukunya Pedagogy Of The Oppresed, Ivan Illich (Deschooling Society), Philips H. Coombs, dan Everrett Reimer, yang mengkrucut pada perlawan terhadap Kapitalisme Pendidikan Sekolah, mereka menganggap sekolah mengatasnamakan Pendidikan, didalamnya tidak memperjuangkan pendidikan kader bangsa, justru beralih 1
Tayangan OASIS, Metro TV pada bulan agustus 2009
67
fungsi, menjadi tempat penjinakan Peserta didik, yang disiapkan, bukan untuk bertahan hidup dan mengembangkan potensi diri, melainkan mencetak manusia pekerja (mesin) yang disiapkan untuk sebuah peusahaan, dan biayanyapun sangat mahal, hal tersebut merupakan salah satu dari penyelewengan pendidikan, diantaranya, dengan menanamkan manajemen bisnis yang berbau kapitalis. Kalibening menjawab berusaha mengembangkan kurikulum sesuai kemampuan,
dengan
bukti
menciptakan
komunitas
belajar
dengan,
mengedepankan demokrasi pendidikan, dan pengembangan potensi diri peserta didik, jawanan tersebut dapat dicermati dengan adanya sebuah karya peserta didik yang ditampilkan pada setiap bulannya, dengan sebutan Gelar Karya, sebagai salah satu bentuk evaluasi belajar. B. Demokratisasi Manajemen Kurikulum Di Qaryah Thayyibah Menjadi Sebuah Karakteristik. Sekolah Alternatif Qaryah Thaoyyibah menumbuh kembangan Kurikulum di Qaryah Thayyibah, dengan mengedepankan potensi Peserta didik dan mengedepankan demokrasi pendidikan, hal tersebut dapat dicermati pada beberapa kegiatan Qaryah Thayyibah yaitu, pada hari senin diadakan petemuan disebut upacara, kegiatan tersebut berisikan laporan masing-masing kelas, menyampaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan Peserta didik, termasuk sesuatu yang ingin dipelajari, setiap sebulan sekali diadakan gelar karya,2 setelah ada kesepakatan dalam forum dan masing-masing kelas, kemudian
merencanakan
kegiatan
dalam
seminggu,
termasuk
jika
membutuhkan tutor atau pendamping, masing-masing kelas menemui para tutor, dan memohon untuk menemani belajar mereka. Kegiatan tersebut jelas mengedepankan
demokrasi
pendidikan,
Peserta
didikpun
merasa
diikutsertakan. Jika dalam kurikulum nasional silabus dan RPP pasti terealisasi yang dibuat oleh guru, namun pada SMP Alternatif Qaryah 2
Merupakan bentuk laporan dari hasil belajar dalam sebulan yang diperlihatkan pada event tersebut, adapun hasil biasanya berbentuk seni, pembuatan film dan foto grafi serta pembuatan barang daur ulang.
68
Thayyibah, belum ada standar silabus dan RPP. Diakui atau tidak, jika dicermati secara mendalam, seolah-olah mempunyai penggantinya, yaitu setiap minggunya mengadakan perencanaan kegiatan dan teknis kegiatan dalam belajar. Pinjaman teori buku Curriculum Design And Development David Pratt.3 disebut dengan interactive rational.4 Maksud teori tersebut, jika dikaitkan dengan kegiatan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sangat relevan karena mempunyai kegiatan, merancang Kurikulum (Rational) yang masuk akal, perancang harus mencermati, bahwa pendengar (Peserta didik) tidak berisi hanya mengikuti guru, yang berbagi latar belakang dan filosofi mereka sendiri. Maka hal tersebut dapat menjadi acuan, bahwa kurikulum bukan hanya konsep sepurna, tetapi sebuah pelaksanaan pembelajaran yang mendominasi implementasi kurikulum. Selain itu, jika guru/ pendamping banyak memberikan informasi, akan terjadi komunikasi satu arah, komunikasi ini membuat Peserta didik menjadi pasif dan akan mati kreatifitasnya, apalagi ditambah guru merasa paling pandai, termasuk merancang kurikulum hanya dari latarbelakang, dan pemikiran guru/ lebih besarnya lembaga itu sendiri, akan menjadi kurikulum yang mengekang, Peserta didikpun tidak merasa butuh, dan walau sebenarnya membutuhkan, kemudian jika Peserta didik tidak dilibatkan dalam perancangan kurikulum tersebut, maka Peserta didik merasa tidak diikut sertakan, akhirnya pasif, dan tidak akan memunculkan kreatifitas. Posisi guru yang mereka sebut dengan Pendamping, tidak lain hanya sebagai teman dalam belajar, dan semua pelajaran disesuaikan kebutuhan Peserta didik. Pendamping berusaha mendukung kebutuhkan bahkan, jika mampu semua media yang dibutuhkan akan dilengkapi dengan kata lain 3
Kutipan keterangan “In writing the rational the designer need to bear in mind that their audience does not consist only of fellow teachers sharing their own back-ground and philosophy” David Pratt Curriculum Design And Development, Harcourt brace Jovanovich (New York: 1980), hlm. 152. 4 Maksud Kurikulum ini adalah mendesain kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta didik, kemudian kurikulum ini tidak monoton, atau dengan kata lain tidak consistans sesuai yang ditetapkan lembaga, tetapi dengan prinsip Sharing dan disesuaikan dengan latar belakang peserta didik.
69
sebagai fasilitator, dengan begitu pembelajaran akan efektif dan efisien. Dalam teori Dasar-dasar manajemen George Terry, mengatakan prinsip manajemen yaitu efektif dan efisien, sering kali prinsip tersebut tidak dicermati dalam pendidikan sekolah, contoh kecil pada pemberian informasi kepada Peserta didik, dominan menggunakan teori lama, yaitu transfer dari guru, jaman sekarang, jika hanya sekedar informasi teori dapat diakses melalui internet, itu akan lebih efektif dan efisien, kemudian guru tinggal menemani mereka belajar. Tetapi yang terjadi pada realita kebanyakan lembaga sekolah adalah sebaliknya, yaitu dominan informasi pelajaran yang masih ditransfer oleh guru dan akhirnya Peserta didikpun menjadi pasif, ditambah lagi biaya pendidikan sekolah mahal. Secara teori memang manajemen berprinsip efektif dan efisien, namun prinsip tersebut, terletak pada bebasnya Peserta didik untuk belajar sesuai kebutuhan mereka, tanpa adanya pembatasan dengan nilai maupun peraturan sekolah yang kaku, namun karya yang menjadi hasil evaluasi. Dalam analisis ini peneliti berasumsi, bahwa Manajemen yang diterapkan pada Qaryah Thayyibah sangat sederhana. Bahkan sebenarnya tidak ada manajemen yang baku, karena perkembangan manejemen sebenarnya berasal dari tetapi dibiarkan dengan sendirinya, tetap ada pengawasan dari pengelola, menurut Bahrudin adanya manajemen karena kebutuhan-kebutuhan lanjut.5 Menurut pengelola efektifitas dalam belajar maupun kurikulum, bukan teori dan nilai angka hanya memuaskan sementara yang didapat, tetapi hasil karya sebagai salah satu tujuan, karena Qaryah Thayyibah memberikan pemahaman bahwa belajar
adalah
melakukan,
menghasilkan,
dan
belajar
tidak
boleh
ketergantungan.hal tersebut betul sekali karena manajemen yang digunakan pada manajemen bisnis, lebih cepat lebih baik, nilai tinggi sebagai tolok ukur, namun jika manusia nomal dan cermat, nilai yang sering diberikan kepada siswa pada lembaga sekolah, bahkan pada ujian nasionalpun berbentuk abstrak, walaupun nilai tinggi namun hanya normatif. Kemudian hal terbaik 5
Maksud dari kebutuhan lanjut adalah jika satu komunitas ada beberapa oang mempunyai keinginan, perlu dikomunikasikan, hasil dari komunikasi tersebut merupakan dari hasil kebutuhankebutuhan lanjut.
70
dari pengukuran efektif dan efisien adalah hasil karya Peserta didik, dan nyata bentuknya. Dipihak lain, penerapan manejemen pendidikan, merujuk pada manajemen bisnis yang berorientasi dana, bahkan dana pendidikan dianggap investasi, dengan bentuk sekolah berkualitas baik, dana besar menjadi tolok ukur. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menjawab kualitas baik, bukan pada tolok ukur dana, tetapi pada waktu belajar yang tidak terbatas, dan berusaha menfasilitasi media belajar untuk Peserta didik. Jelas bahwa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah lembaga yang mendukung masyarakat untuk belajar, khususnya pada Peserta didiknya, kemudian cirihas lembaga tersebut, mengutamakan minat belajar Peserta didik dan berusaha untuk menfasilitasi media, yang menjadi kebutuhan Peserta didik, diwujudkan dalam bentuk Resource Center. Tujuan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, menciptakan masyarakat belajar, bahasanya Sujono, dalam bukunya lebih baik tidak sekolah, maksudnya tidak sekolahpun tidak menjadikan masalah, asalkan minat belajar tetap ada, dan tetap bejar berkartya. Masyarakat sebagai salah satu faktor penting dalam terbentuknya pendidikan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kemudian seharusnya yang paling penting adalah peran pemerintah dalam memberikan fasilitas pada masyarakat untuk belajar, seharusnya dalam pendidikan, pemerintahlah sebagai fasilitator yang paling dominan, karena dalam Undang-undang Dasar Negara sudah tertera pada pasal 316. Keterangan pasal tersebut jelas bahwa pemerintah wajib membiayai setiap warga Negara, secara tidak langsung 6
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.2.Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 4. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen Pertama 1999 sampai Ke-empat 2004, (Semarang : Aneka Ilmu, 2005), cet. II, hlm.29
71
seharusnya mendapat fasilitas untuk belajar, pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah merupakan aset negara yang perlu dikembangkan disemua pihak dan pemerintah siap membantu menfasilitasi hal tersebut. Selain itu pada pasal 28C,7 perlu dicermati bahwa, setiap warga negara mempunyai hak untuk mengembangkan bakat dan minat yang terpendam tetapi banyak dari fasilitator termasuk lembaga sekolah belum bisa mengantarkan mereka untuk dapat mengembangkan bakat mereka, karena yang terjadi pada pendidikan nasional ini banyak hanya sekedar teori, bahkan 80% adalah pendidikan normatif, jika tidak paling hanya sebagai pengguna saja bukan berkarya atau menciptakan hal yang baru. Pasal 28I8. Pasal tersebut Ada kata-kata “tidak dikurangi haknya pada situasi apapun”, namun yang terjadi banyak hak yang dikurangi, karena pemerintah belum dapat menfasilitasi untuk media belajar masyarakat, contoh keterbatasan lembaga belajar menyediakan waktu belajar, karena belajar hanya setengah hari saja. Seharusnya belajar waktunya tidak terbatas. Implementasi Manajemen Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sesuai dengan apa yang telah dipaparkan oleh peneliti pada Bab III, maka perlu adanya perubahan paradigma lama lembaga sekolah lainnya menuju paradigma baru, adapun paradigma baru dalam Manajemen Kurikulum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebagai berikut : 1. Pemikiran tentang guru, yang awalnya guru adalah kepandaianya segalagalanya, tetapi pada hasil penelitian ini guru tidak lain hanyalah sebagai
7 1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.Ibid, UUD 1945, hlm. 24 8 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Ibid, UUD 1945, hlm. 26
72
teman belajar, bahkan dari keterangan Bahrudin guru hanya menjalankan proses pendukungan.9 2. Guru mempunyai otoritas besar, tetapi pada hasil penelitian ini guru tidak mempunyai otoritas, sebaliknya Peserta didik yang diberikan otoritas terbesar dalam merencanakan pembelajaran. 3. Lembaga yang biasanya birokrasi mengikat, tetapi pada hasil penelitian adalah lembaga hanya sekedar wadah, atau hanya salah satu cara untuk memagari agar Peserta didik tidak terkena hujan dan lain sebagainya. 4. Antara Manajemen yang digunakan pada lembaga sekolah dengan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebenarnya secara teori adalah sama prinsipnya, yaitu agar efektif, dan efisien, tetapi yang terjadi pada hasil penelitian sebuah efektif dan efisiennya bukan bernilai angka atau keuntungan lembaga, tetapi hal itu terletak pada proses pembelajaran peserta didik, dengan belajar bebas dan sesuai kebutuhan, mereka mempunyai kesadaran untuk belajar, sehingga peserta didik dapat berkarya dengan optimal sesuai keinginan dan kebutuhan. 5. Kompetensi yang biasa digunakan guru adalah Kompetensi Pedagogy yang menganggap peserta didik adalah tidak tau dan perlu diberikan pengetahuan, hasil penelitian ternyata berbeda, yaitu menggunakan kompetensi Andragody,10 kompetensi ini guru diharapkan menganggap Peserta didik sudah mempunyai isi, dan maksud dari komopetensi tersebut mendidik seperti halnya orang dewasa, dilatih untuk menjadi dewasa berfikir rasional, adalah salah satu jalan berfikir menjadi dewasa, dan tentunya dengan tindakan yang bermanfaat, berfikir untuk pemecahan masalah.
9
Pendukungan ini dapat dilakukan mulai dari pemberian semangat sampai jika mampu akan berusaha menfasilitasi dalam proses belajar. (wawancara dengan Bahrudin pada tanggan 6 Juli 2009) 10 Sebuah penemuan baru dari tokoh pendidikan yaitu Knowles terdapat pada jurnal Pendidikan Non Formal telah diterangkan, tentang bagaimana membimbing orang dewasa, karena Andragogy berasal dari bahasa yunani yaitu Andra adalah orang dewasa, Gogos berarti membimbing atau memimpin. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) (Regional V Makassar : 2007) hal. 2-3.
73
C. Mewujudkan Demokrasi Pada Implementasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Mengedepankan demokrasi pendidikan, merupakan wujud dari Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, apresisasi setinggi-tingginya bagi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, karena selain mengangkat kaum menengah ke bawah, untuk dapat mengikuti proses belajar, selayaknya kaum menengah keatas, dengan kemerdekaan menentukan dan mengembangkan potensi diri Peserta didik. Tetapi perlu dicermati tentang pengelolaan kurikulum, karena jelas banyak perbedaan dengan Lembaga pendidikan lainnya, pada pendidikan Formal Maupun Non formal, Negeri maupun Swasta, pengelolaan Kurikulum pasti Guru yang mengelola, tetapi yang terjadi pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak guru, melainkan peserta didik, walaupun masih tetap diawasi oleh pengelola. Hal itu dapat dilihat ketika forum upacara pada hari senin, kegiatannya musyawarah, berbagi pengalaman, dan sebualan sekali menampilkan gelarkarya. Semua aspirasi ditampung dan disepakati, termasuk membuat jadual dan mata pelajaran, walau disepakati dibuat masing-masing kelas. Banyak tokoh dari aliran Sosialis, yang mengkritisi Penerapan Manajemen Sekolah, yang kini sudah beralih fungsi menjadi manajemen bisnis, Ivan Illich salah satu tokoh yang terkenal dengan Deschooling Society, ia banyak mengkritisi bahwa sekolah membuat masyarakat bodoh, dan kreatifitasnya dimatikan. Akhirnya dia mendirikan sekolah non formal yang banyak membebaskan Peserta didik dari kekangan gedung sekolah, dan betulbetul mendata keahlian para Peserta didiknya, menfasilitasi semacam show room, dan jaringan-jaringan internet.11
11
http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm
74
SMP
Alternatif
Qaryah
Thayyibah
mewujudkan
Manajemen
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan inspirasi pemikiran Ivan illich dan Poulu Freire dapat dilihat sebagai berikut : 1. Perencanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Hasil penelitian telah dipaparkan pada Bab III, bentuk perencanaan sangatlah sederhana, yaitu dengan mengumpulkan Peserta didik dan diajak musyawah bersama, akhirnya menyimpulkan kesepakatan dalam belajar, mulai dari pembuatan jadual, dan sistem pembelajaran, walaupun tidak langsung jadi tetapi bertahap, senin demi senin dan menyimpulkan beberapa kesepakatan, kemudian pelaksanaan kurikulum berjalan apa adanya, namun pengelola kritis dengan berusaha melengkapi kebutuhan Peserta didik. Hal tersebut merupakan salah satu wujud dari Demokrasi Pendidikan, agar dapat mewujudkan demokrasi pendidikam dengan sesungguhnya, perlu ditingkatkan perencanaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebagai berikut: a) Memang
awal
perencanaan
yang
dilakukan
oleh
pengelola,
mengkonsep pendidikan layaknya pendidikan formal, tetapi dengan berjalannya waktu, perencanaan kurikulum tidak terkonsep, kecuali kebutuhan Peserta didik, karena konsep dari pengelola adalah jangan putus belajar, kemudian dapat diamati, setiap hari senin semua warga berkumpul menjadi satu ruangan, tepatnya pada Resource Center, disitulah semua aspirasi warga belajar disaring dan diimplementasikan dalam bentuk kurikulum, termasuk pembimbingpun memaparkan aspirasi, semua aspirasi ditampung menjadikan perencanaan kurikulum dalam satu minggu ataupun satu bulan. Sebenarnya hal tersebut memang konsep kurikulum yang bagus, walau sesuai dengan konsep yang di tawarkan dalam buku Curriculum Planning And Development dari David Pratt, tetapi akan lebih sempurna jika kegiatan tersebut terarsip dengan rapi, selayaknya data seilabus maupun RPP, karena data tersebut dapat menjadikan acuan generasi selanjutnya, tentunya yang membutuhkan.
75
b) Agar kurikulum lebih baik dalam menunjang kualitas Peserta didik dan dapat mandiri, maka perlu ditambahkan dengan bentuk lembaga tersebut mempunyai unit produksi, yang dikelola oleh Peserta didik sesuai dengan kebutuhan mereka, karena secara tidak langsung peserta didik di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebagian telah mengadakan kewirausahaan, tetapi kewirausahaan yang telah berjalan belum menuju kepada Teknologi atau biasa disebut mesin maupun industri, sesuai perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta juga belum mengarah menuju multimedia, keahlian multimedia hanya sekedar sebagai pengguna. Jika hal tersebut dapat akan terealisasi akan menjadi kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang lebih sempurna. 2. Pengorganisasian Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Pada komunitas tertentu hidup berbagi memang penting, termasuk pembagian tugas, secara ideal pembagian tugas akan baik, jika tugas tertentu dikerjakan oleh seseorang yang berkompeten, pembagian tugas pada
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, secara tertulis untuk bidang
lembaga memang sudah ada, tetapi untuk bidang kurikulum memang belum ada, karena semua diserahkan kepada Peserta didik dari awal, kecuali untuk kelas satu masih dibimbing untuk membuat jadual, lebih uniknya kegiatan tersebut, sudah secara langsung dihendel oleh masing kelas dengan 1 pendamping. Jika merujuk pada Kurikulum Nasional berbicara tentang pembagian tugs yang berkaitan dengan kurikulum, jelas bahwa silabus dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran, termasuk pengembangannya, kemudian ditambah dengan RPP, maka jika memang betul diserahkan oleh peserta didik, demi demokrasi pendidikan dan dikrucutkan demokrasi sekolah, alangkah lebih baik kelas membuat semacam silabus dan RPP, hal tersebut akan lebih mendidik tentang sebuah tanggung jawab, dan mendidik untuk merencanakan secara teratur12. 12
Maksud kata teratur, umpamakan seseorang mempunyai rencana pasti yang tahu hanya dirinya sendiri, tetapi jika tertulis maka orang lain dapat melihatnya, jika baik akan menjadi tolok
76
Selain kelas “forum” merupakan salah satu komunitas dalam bahasa sekolah formal adalah Organisasi Siswa. Forum, mempunyai kegiatan tentang pengembangan bakat minat Peserta didik, masing-masing forum juga terbentuk pemimpin diantara mereka, namun sering juga ada kendala untuk melakukan kegiatan, wajar karena tersebut semacam kelompok yang tidak mengekang mereka. Perlu dicermati kelompok yang saat ini terlihat hidup adalah kelompok yang bernafaskan seni serta, kewirausahaan. Teater Gedeg, salah satu Forum yang di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sering juga ditampilkan pada gelar karya, maupun mengikuti lomba, namun yang belum ada, mereka menamakan diri sebagai forum ilmuan atau ilmu teknologi13 komputer atau industri. Hal tersebut perlu dikembangbiakkan dan akan semakin sempurna menjadi
SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah. Pengorganisasian tersebut jelas bahwa pendidikan demokrasi sangat ditanamkan, dengan cara pelaksanaan yang tidak banyak intervensi dari pendamping, yang disebut dengan memberi kesempatan, motivasi dan kepercayaan. Pemberian kesempatan tersebut, sebenarnya itu sebuah pengembangan menggali kebutuhan dan potensi Peserta didik, karena dalam teori kurikulum kebutuhan yang dipadukan dengan teori kebutuhan Abraham Maslow, pertama “physiological needs” secara fisik Peserta didik sudah mencapai dari pemberian orang tua, kemudian “needs for Safety” kebutuhan ini adalah dimana tempat manusia pasti membuthkan, termasuk di masyarakat, dan disekolah, bentuk dari rasa aman ini dapat terwujud jika belajar mendapat fasilitas dan kepercayaan untuk mengembangkan bakat minat. Social needs merupakan kebutuhan selanjutnya yang berkaitan dengan masyarakat, yaitu hubungan sosial,
ukur, begitu juga pada suatu kelompok tertentu jika mempunyai perencanaan yang baik, kemudian ada kelompok lain ingin meniru kebaikan, akan lebih mudah karena prinsipnya adalah hidup berbagi. Paling penting adalah seorang pendamping akan tau kegiatan pesertadidik, karena secara langsung maupun tidak langsung seorang pendamping bertugas menemani dan berusaha menjaga pesertadidiknya tidak terjerumus pada sebuah kegiatan yang tidak diinginkan masyarakat sekitar. 13 Maksudnya forum teknologi adalah forum yang husus belajar tentang keilmuan dan teknologi, komputer maupun industri, sekalian nanti menjadi sebuah unit produksi.
77
Forum salah satu pemenuhan kebutuhan untuk bersosialisasi secara internal maupun eksternal, needs for esteem penghargaan juga terpenuhi jika ada sebuah berprestasi, prestasi akan lebih maksimal jika Peserta didik diberi kepercayaan, sebaik apapun prestasi itu jika masih banyak campur tangan pendamping kurang maksimal, termsauk kebutuhan terahir yaitu needs for self actualization, peningkatan kemampuan akan tumbuh pada manusia jika diberi sebuah amanat, yang tidak lain adalah kepercayaan.14 Needs for self actualization yang dikembangkan menjadi empat hal yaitu, Need For meaning, Social Needs, Aesthetic needs, dan Survival Needs
15
. Maksud teori yang dinternalisasikan adalah, kebutuhan untuk
dimengerti, kebutuhan ini berkaitan dengan pertumbuhan kesadaran diri sendiri, didukung seorang pengarah yang profesional, kemudian kebutuhan untuk menemukan arti, atau menggunakan secara apa adanya, tentang keberadaan seseorang. Pengorganisasian yang terlaksana pada kurikulum di
SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, menekankan sebuah kesadaran diri, diantaranya membuat kelompok, kelas, program kegiatan dan lain sebagainya, tentunya demi kegiatan menggerakkan mereka, bertujuan otak agar tetap belajar, dan melakukan kegiatan. Namun kadang peneliti mengalami kejanggalan, yang berbentuk pemberian satu sudut pandang, tentang ketergantungan hidup, menurut doktrin yang diberikan oleh pengelola, bahwa ijazah itu tidak penting yang penting adalah belajar, melakukan dan berkarya. Kelompok tertentu akan dapat menerima, tetapi jika kita merujuk kembali teori maslow, yang berkaitan dengan social needs mengalami pengembangan, yaitu extrovert needs dan introvert needs, salah satu bentuk extrovert needs, secara berkelanjutan kebutuhan manusia
pasti
ada,
manusia
akan
memenuhi
kebutuhan,
demi
mempertahankan hidupnya, jika kehidupan tersebut di hutan maka survival 14
Loc.cit. David Pratt hal.54 Need For meaning, The growth of self-consciousness is accompanied by a drive that is essentially philosophical: the need to find meaning, or (use existentially term) authenticity, in one’s existence. Loc.cit David Pratt hal 54 -60 15
78
yang dibutuhkan adalah mengenal alam, dan keahlian untuk mengelola alam agar dapat bertahan hidup, namun kehidupan sangatlah kompleks, dan manusiapun berbeda karakter, contoh kehidupan dikota akan berbeda jika memberikan sudut pandang, dan pasti sudut pandangnya akan bertambah “Belajar meningkatkan kemampuan adalah penting dibuktikan dengan sertifikat”. Sudut pandang juga penting diberikan kepada Peserta didik, karena jika berwirausahapun perlu sebuah tanda sertifikat, jika bentuk usaha pada tempat berbeda, akan beda juga bentuk perjanjian maupun lain sebagainya. Adanya
konsep
perpaduan
tersebut,
maka
dalam
mengorganisasikan sebuah Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, tidak banyak menggunakan kerumitan dalam hal birokrasi, karena jika manusia mengetahui kebutuhan yang sesungguhnya pada dirinya sendiri, maka akan tumbuh minat belajar yang tinggi. 3. Pelaksanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Pelaksanaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak ada silabus secara tertulis, tetapi jika dilihat dari proses pembelajarannya, maka terjadi sebuah perkembangan, termasuk pembuatan jadual kelas bukan dari lembaga, melainkan Peserta didik itu sendiri sesuai kelas masing-masing, kemudian baru memohon pendamping untuk menemani belajar atau dengan kata lain mendukung proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sangat berbeda dengan yang formal maupun non formal lainnya, karena pada pelaksanaan pembelajarannya secara konsep tidak terbatas, karena pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dimana saja, sesuai kesepakatan kelas masing-masing, belum lagi belajar individual yang mempunyai kebutuhan masing-masing. Kemudian terlihat proses pembelajaran semacam pembelajaran anak dewasa, pembelajaran tersebut pendamping hanya memberikan
79
motivasi belajar, jika pemberian materi diperkirakan hanya sekitar 20 %,16 karena Peserta didik banyak disarankan membaca dan browsing internet, seperti teori yang diambil dari tokoh pendidikan,17 Model Andragogy terdiri dari strategi pembelajaran memusat pada orang dewasa. Hal tersebut sering ditafsirkan bahwa, proses dalam melibatkan pelajar dewasa dengan pembelajaran struktur dan mengalami secara langsung. Teori ini Digunakan pertamakali oleh Alexander Kapp (seorang pendidik Jerman) pada 1833, kemudian andragogy dikembangkan ke dalam suatu teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Malcolm Knowles. Jika hal tersebut diberlakukan maka sebaiknya pembuatan RPP dan Silabuspun diserahkan kepada mereka, hal tersebut menjadi salah satu bentuk cara, guna mengetahui proses kegiatan mereka atau dalam bahasa manajemen disebut dengan pengawasan (controling). Needs safety, yang biasa diartikan dalam bahasa indonesia Kebutuhan Rasa Aman, termasuk jika model andragogy ini diterapkan, Peserta didik merasa diberi kepercayaan, selain itu peraturan, merupakan pengembangan
dari
kebutuhan
rasa
aman,
namun
jika
tidak
dikomunikasikan dengan baik, peraturan terebut akan menjadi sebuah momok yang menakutkan seperti yang terjadi pada sekolah formal. Pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah selain terbentuk peraturan ketika pertemuan Peserta didik dan Pendamping dihari senin, terdapat pada satu pemikiran, yaitu pemikiran Bahrudin, yang mempunyai prinsip tidak mau memaksa Peserta didik, menanamkan sugesti “jadilah manusia yang bermanfaat”, ketika mereka diibaratkan akan terperosok ke jurang, seorang pendamping wajib menegur dan berusaha memberikan pertolongan, fungsi
16 Pemberian materi banyak dilakukan oleh pendamping hanya pada kelas VII, dikarenakan kelas tersebut belum dapat beradaptasi dengan kurikulum yang berlaku. 17 Andragogy consists of learning strategies focused on adults. It is often interpreted as the process of engaging adult learners with the structure of learning experience. Originally used by Alexander Kapp (a German educator) in 1833, andragogy was developed into a theory of adult education by the American educator Malcolm Knowles. http://en.wikipedia.org/wiki/Andragogy.
80
peraturan adalah teguran dan proses pendukungan belajar seumur hidup agar memenuhi kebutuhan rasa aman. Berbicara tentang rasa aman, perlu ditambahkan rasa aman sesaat dan rasa aman selamanya, jika rasa aman sesaat itu cukup bagus konsep pembelajaran, yang ditawarkan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kemudian karena pendidikan yang berkelanjutan, jika membahas kebutuhan, maka perlu ditambahkan kebutuhan Keserasian, kebutuhan Memuaskan Hidup Sosial, kemudian kebutuhan Bertahan Hidup. Kesemuanya itu akan saling berkaitan, karena bertahan hidup pada alam desa dengan alam perkotaan berbeda, apalagi jika Peserta didik nantinya menjadi wakilrakyat, pastilah membutuhkan hal-hal selain kemampuan, seperti ijazah dan sertifikat. 4. Pengawasan dan Evaluasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Perlu dicermati bahwa pengawasan dan evaluasi sudah pasti ada didunia pendidikan, apalagi sebuah kurikulum yang sebagai acuan. Pelaksanaan evaluasi dan pengawasan pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak seperti layaknya lembaga pendidikan lainnya, jika pada pendidikan Formal maupun Non formal lain banyak sebuah evaluasi, dengan menggunakan cara normatif, yaitu dinilai dengan hanya data-data saja, termasuk kemampuan nilai siswa, kemudian prestasi akdemik maupun non akademik, kemudian pelaksanaan pengawasan dan Evaluasi pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dilaksanakan dengan tidak menggunakan nilai, tetapi evaluasi yang dilakukan adalah dengan Shering dan musyawarah dengan bentuk mengurangi sesuatu kelemahan, serta mengembangkan
potensi.
Gelar
karya
sebagai
bentuk
evaluasi
pembelajaran, sekaligus evaluasi kurikulum, kemudian pertemuan demi pertemuan berlalu, maka timbullah kesimpulan bahwa, evaluasi kurikulum tersebut, menyimpulkan majunya pendidikan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, terletak pada hasil karya Peserta didik pada bidang Karya Seni yang meliputi, Sastra (Novel, Puisi, Teater dan Rekaman Nyanyian
81
Pendidikan). Pada tahun 2009 ini mereka lebih suka disebut dengan Komunitas Belajar, Bukan Lembaga Sekolah.18 Memang secara formal lembaga sekolah sangat banyak syarat-syarat yang berkenaan dengan birokratis, dan peraturan yang dirasa mengganggu pembelajaran. berbicara tentang kurikulum nasional, sekarang ini sudah mulai membaik, kecuali pada sebuah pembatasan belajar, dan cara guru mengajar, dan tidak sesuai dengan kurikulum. Tetapi sayangnya ketidak singkronan kurikulum yang bernamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jelas Kurikulum ini telah
memberi
kebebasan
untuk
masing-masing
sekolah
dalam
menentukan materi dan lain sebagainya, tetapi standarisasi wajib dilakukan, dan jika tidak dapat nilai standar minimal, maka tidak lulus dengan kata lain, bodoh. akhirnya yang membuat guru memaksa Peserta didik, untuk mempunyai kemampuan sama dalam bidang pelajaran normative. Kemampuan seseorang berbeda, kemudian penyamaan tersebut ujian nasional berbentuk normatif semua tidak ada ujian yang berbentuk karya. Berbicara tentang Ujian nasional, jika berdasarkan kejadian dan berpijak pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, tetap adapun tidak menjadikan masalah, tetapi sebaiknya tidak wajib, jika Negara bertujuan mencari oang pandai dari segi normative cukup adakan ujian nasional husus bagi yang mau mengikuti, itupun sebaiknya ujian nasional bukan hanya sekedar ujian normative, melainkan ujian berbentuk karya, nantinya akan menjadi terlihat betul hasil belajar dan nilainya pun tidak abstak. Usia SMP pasti bisa diarahkan untuk berkarya, walaupun tidak semuanya, karena kedewasaan manusia bukan dari usia kronologis, tetapi dari hasil pengalaman yang telah dicapai. Penentuan kelulusan dengan standar minimal inilah yang membuat SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mengatakan Ijazah itu tidak penting, karena ujian hanya sekedar nilai normativ, dan tidak berguna jika tidak pernah melakukan. 18
Wawancara Ahmad Bahrudin 11 September 2009, juga pemaparan Ahmad Bahrudin ketika diwawancarai oleh MetroTV pada tayangan 13 Agustus 2009.
82
Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terlihat bagus dengan kriteria sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel Peroses Pembelajaran No 1
Waktu
Pelajaran
Pendamping
Prestasi
Pukul 07.00-10.00, ada jam kelas, tetapi jika tidak ikut juga tidak masalah, setelah jam tersebut Peserta didik ditanamkan untuk belajar sesuka mereka seuai kebutuhan bahkan sampai larut malam.
Pelajarang secara kelas sama dengan SMP lainnya, tetapi tidak wajib mengikuti, semua. Jadual membuat sendiri sesuai kelas masing-masing
Pendamping bersifat sebagai teman, 100%, tetapi menemani belajar itupun jika diperlukan
Prestasi yang ada, terdapat pada mayoritas bidang seni, dan jiwa wirausaha.
Suasana Resource Center (RC) No
Waktu
Pengelolaan
Peserta Belajar
Waktu belajar pada Resource Center yang dilengkapi, komputer dengan jaringan Internet, ruang musik, kamar Mandi dan kamar tidur, dan perpustakaan dengan waktu 07.00-21.00 WIB
Pengelolaan diserahkan oleh Peserta didik, dengan pembuatan jadual penjaga, dan dikoordinir oleh salah satu pendamping.
Peserta didik Qaryah Thayyibah
2
Jika ada acara workshop, atau seminar yang diadakan oleh Peserta didik.maka kadang sampai Full Time.
Sirkulasi dana juga oleh Peserta didik, tanpa mengangkat karyawan.
Pendamping dan Masyarakat termasuk orang tua murid.
3
Jika waktu sholat maka RC, ditutup.
Kesepakatan Peserta didik husus internet Rp.2000,-/jam,
Peserta didik non qaryah Thayyibah, dan pengunjung lain.
1
Penggunaan Sebagai pencarian informasi,
tempat
Tempat Gelar Karya setiap bulan sekali, pada hari senin, karya yang ditampilkan mengenahi pembelajaran, kemudian karya Peserta didik, termasuk membuat film. Sebagai AULA untuk upacara (upacara berbentuk sharing seperti musyawarah nonformal) agar lebih mudah mengkoordinir. Tempat main Game.
83
Ruang Kelas No
Waktu Secara Ideal 07.0010.00.WIB teapi banyak sepinya dari pada RC secara insedental dibuat pelatihan apa saja termasuk teater
Pengelolaan
Peserta Belajar
Oleh Peserta Khusus Peserta didik, dengan didik Qaryah bentuk disapu Thayyibah dan dibersihkan
Penggunaan Belajar dikelas dengan teman sekelas Memusyawarahkan sesuatu termasuk membuat acara kemah, membuat jadual.
Tabel tersebut adalah identifikasi kelebihan, kemudian lebih lanjut Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, perlu ditingkatkan untuk mengembangkan karya, yang berbentuk Ilmu Teknologi, bukan hanya sekedar ilmu seni. Berdasarkan pengamatan peneliti suatu tindakan pasti berdasarkan latarbelakang pelaku, maka jika komunitas tersebut berlatarbelkangkan moyoritas masyarakatnya bertani, akan lebih baik jika proses pendukungan tersebut, diarahkan kepada teknologi pertanian, ditambah teknologi industri pertanian. Setelah melihat kelebihan pada kurikulum tersebut diatas, peneliti melihat kelemahan, terhadap kurikulum tersebut secara umum. Sesuai dengan pemaparan peneliti diatas, identifikasi ini adalah berdasarkan kebutuhan Peserta didik, karena cita-cita setiap anak berbeda, maka perbedaan tersebut, menjadikan kebutuhan yang banyak, dan banyak perlu fasilitas, termasuk ada yang mempunyai cita-cita menjadi presenter19. maka dapat dipaparkan lebih lanjut tentang identifikasi kelemahan sebagai berikut : a. Pemberian satu sudut pandang Maksud dari satu sudut pandang adalah peserta didik diberi pengertian tentang hasil belajar adalah karya, bukan ijazah atau nilai, padahal dunia pendidikan sekarang ini adalah komplek dan dunia kerja dan bisnis juga komplek, jika memberi sudut pandang alangkah lebih baik diberikan beberapa sudut pandang tentang kehidupan yang ada 19
Fina salah satu pesertadidik dari tahun 2003, sampai sekarang yang diwawancarai oleh MetroTV, pada tayangan tahun 2004, memaparkan cita-citanya ingin menjadi presenter, jika kebutuhan tersebut tidak didukung, maka akan lambat untuk mencapai cita-cita tersebut.
84
seperti contoh, manusia hidup bermacam-macam ada yang jadi pekerja dan ada yang wirausaha, kemudian ketika didunia kerja sebagian besar selain keahlian adalah menggunakan sebuah sertifikat. Kasus yang terjadi beberapa Peserta didik adalah tidak mengikuti
ujian
nasional,
memang
bagi
seseorang
yang
kemampuannya adalah wirausaha tidak bermasalah tetapi jika orang kemampuannya adalah bukan wirausaha maka sertifikat atau ijazah menjadi penting. b. Silabus dan RPP. Jika menyerahkan semua menejerial kurikulum kepada Peserta didik jangan tanggung-tanggung, untuk pengembangan silabus dan pembuatan RPP20 walaupun insidental, tetapi itu adalah pembelajaran tentang tanggungjawab laporan tertulis, dan hal tersebut adalah sejarah dan perlu didokumentasi secara tertulis, lebih mudah untuk mengontrol selain laporan lisan yang dilaksankan pada hari senin. Menurut peneliti pembuatan tersebut dibuat oleh ketua kelas atau sekretaris atau yang mewakili, dengan tujuan mereka dapat berkreasi dengan tulisan tersebut, karena tidak ada aturan baku dalam pembuatan RPP, dan intinya adalah cerita ketika mereka melaksanakan pembelajaran. Tetapi setelah mreduksi hasil penelitian, dapat menjadikan pijakan bahwa Silabus dan RPP ini terlihat pada sebelum pembelajaran, yang terdapat musawarah pada hari senin, sebagai ganti dari RPP, karena hari senin itulah semua kegiatan perencanaan dilakukan, walaupun tidak sama dengan perencanaan pada sekolah formal. c. Resource Center belum ada ruang dan media untuk pusat penelitian. Pentingnya pusat penelitian untuk memajukan pendidikan, karena jika hanya sekedar fasilitas untuk ruang informasi, sangat kurang untuk praktek yang menuju kepada teknologi, misalkan mesin, 20
Silabus dan RPP yang sering menjadikan momok bagi guru sebenarnya, tidak ada atuan baku, dan itu adalah salah satu bentuk laporan ketika melakukan tindakan kususnya pada pembelajaran.
85
atau elktronik, atau tempat penelitian keilmuan biologi, dan lain sebagainya, haltersebut adalah wujud proses pendukungan kepada Peserta didik. Model sarana ini terinspirasi dari pemikiran Ivan Illich yang menciptakan sekolah non formal dan menciptakan “Reference services to educational objects” dalamnya terdapat semacam, fasilitas akses, Mosium atau perpustakaan dan laboratorium.21 d. Unit Produksi Unit
produksi
merupakan
salah
satu
pelaksanaan
pendukungan, selain itu untuk menciptakan suasana kewirausahaan, semboyan Ahmad Bahrudin, mendidik mereka tidak untuk menjadi mesin, atau dalam kata lain menjadi pekerja, namun menjadi manusia wirausaha. Hal itu perlu didukung dengan adanya sebuah unit produksi, sebagai salah satu tempat praktek untuk berwirausaha, dan praktek tersebut bukan hanya sekedar praktek, tetapi betul-betul dapat menghasilkan sesuatu barang baru bahkan bermutu. Beranjak dari kelemahan dan kekuatan yang ada, maka akan lebih baik jika pemenuhan kebutuhan segera dilaksanakan, dan betul-betul melaksanakan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan tidak terkesan sebagai anak yang mengikuti pembelajaran sebagai korban uji coba keilmuan. Setiap tindakan dimanapun, pasti ada konsekuensi masing-masing dan setiap kejadian pasti ada sisi negatif dan positifnya, maka studi kasus ini bukan merupakan pencarian kebenaran atau kesalahan, tetapi proses menuju indonesia maju dan meraih cita-cita bangsa. Berdasarkan wawancara dan pengamatan, yang dilakukan kemudian didiskripsikan pada bab III, maka alur Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dari sumber pemikiran Bahrudin, mempunyai asumsi manusia tidak boleh putus belajar, kemudian direspon masyarakat, yang merasa tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang kebih tinggi, dengan kendala mahalnya biaya pendidikan, dan Bahrudin banyak terinspirasi para tokoh yang yang melawan kapitalisme pendidikan sekolah. Akhirnya 21
http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm
86
terkonsep Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan ini dapat digambarkan sebagai mana berikut : Masyarakat Butuh Pendidikan kemudian di bentuk komite sekolah
Jangan Putus Belajar Kebutuhan Belajar Peserta didik
Penampungan Minat Belajar
Lembaga
Pembimbing
Pengelompokan Pesertadidik
Penciptaan dan pengembanganMod el Kurikulum
Asisten Pembimbing
Selain semacam kelas Pengelompokan siswa sesuai dengan bakat minat
Macam Mata Pelajaran yang dibutuhkan
System dan Strategi Pembelajaran
Pemenuhan Media Belajar
Asisten Dipilih Dari Alumni Smp
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Kurikulum
Pemenuhan Bakat Minat Komite sekolah
Peserta didik melakukan Diskusi, browsing Internet, penelitian obyek, sesuai mata pelajaran
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Simpulan Dari pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan berikut 1. Karakeristik manajemen kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelibening Salatiga. Kebutuhan hidup manusia memang beragam hususnya pada, maka Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah berusaha memenuhi kebutuhan Peserta didik dengan cara menyaring aspirasi Peserta didik, dengan cara mengumpulkan dalam satu ruangan atau cara lain yang dapat menampung aspirasi, dan hal ini sangat relevan dengan teori yang ditawarkan pada bukunya David Pratt yang berjudul Curriculum Design and Development, dengan design Curriculum Rational. Dan sebenarnya dengan kurikulum nasional secara konsep materi ada kesamaan, tetapi ketika sudah masuk kepada peraturan serta peraturan pemerintah sangat berbeda, karena pada kurikulum ini tidak banyak peraturan dan tidak banyak mengikuti aturan birokrasi yang merumitkan Peserta didik untuk belajar. Kondisi nyata SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan bentuk sosiologis kelurahan tersebut, yang menjadikan latar belakang Manajemen Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kehidupan kelurahan Kalibening, mayoritas petani dan cara hidup mereka sangat sederhana, kemudian mencermati keadaan yang sangat memprihatinkan bagi dunia ekonomi dan pendidikan yang sangat berpaham kapitalis, Bahrudin salah seorang dari masyarakat tersebut, akhirnya mendirikan sekolah alternative tersebut, dan kurikulum diserahkan pada Peserta didik yang disebut dengan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayiibah, meskipun sekarang dari pemerintah sudah mensubsidi SMP Negeri, tetapi hal tersebut tidak membuat SMP Alternatif Qaryah Thayyibah beralih sistem kurikulum, karena tetap berbeda dalam bidang peraturan yang tidak kaku 87
88
dan waktu pembelajaran full time. Kurikulum tersebut menyaring semua aspirasi sebagai bentuk kebutuhan peserta didik, kemudian pengelola berusaha untuk menfasilitasi kebutuhan tersebut. Manajemen
Kurikulum
adalah
Proses
Manejerial
tentang
pemenuhan kebutuhan dalam hal pembelajaran, untuk mencapai tujuan (mengedepankan minat belajar dan penanaman belajar untuk melakukan, berkarya serta tidak ketergantungan) dengan cara bekerjasama dan melalui tahap perencanaan, pembagian, penggerakan, dan pengawasan. 2. Implementasi manajemen kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga Implementasi tersebut disimpulkan sebagaimana pelaksanaannya yakni : a. Perencanaan untuk mencapai tujuan, maka butuh perencanaan yang berfungsi untuk memperkirakan sebuah pelaksanaan. Perencanaan kurikulum ini terbentuk atas semua peserta didik dikumpulkan menjadi satu dengan tujuan menampung aspirasi kebutuhan, bahkan orang tua murid pun ikut mewakili musawarah tersebut. Aspirasi tersebut berkenaan dengan kebutuhan siswa dalam hal belajar dan sesuatu yang dibutuhkan sebagai media, termasuk teknis belajar. Pada perencanaan tersebut peserta didik ditanamkan untuk belajar melakukan yakni banyak mencoba, berkarya, dan tidak ketergantungan serta penanaman semangat untuk berbagi. b. Pembagian Untuk mencapai tujuan, Kelompok apapun memerlukan pembagian tugas, maka pembagian tugas ini menurut konsep kurikulum secara umum telah dipaparkan dalam perencanaan, tetapi ketika menuju sebuah pembelajaran kelas, maupun forum apapun yang sering disebut pada sekolah formal adalah ekstra kurikuler, diserahkan pada kelas masing-masing yang dikoordinir oleh ketua kelas/ ketua
88
89
forum, termasuk pembuatan jadwal pelajaran ataupun jadwal apa saja sesuai kebutuhan. c. Pelaksanaan Kematangan dalam merencanakan dan pembagian tugas akan dilanjutkan dengan pengembangan pelaksanaan, adapun pelakasanaan ini peserta didik setelah membuat jadwal sesuai dengan kelasnya masing-masing, mereka mengadakan musyawarah siapa pendamping yang sesuai untuk pelajaran yang terkait, akhirnya mereka memohon para pendamping untuk mendampingi mereka belajar. Selain itu partner yang biasanya mereka terdiri dari alumni SMP, yang mampu menggerakan dan memotivasi mereka untuk belajar, senantiasa membantu dalam proses belajar. d. Pengawasan Pelaksanaan kurikulum pada prosesnya tersebut perlu adanya sebuah pengawasan, yang dilakukan setiap hari senin, dan bentuk dari pengawasan kurikulum tersebut setiap bulan sekali tepatnya hari senin diadakan Gelar Karya, hal ini menampilkan hasil belajar selama satu bulan, dan karya yang telah dicapai. Selain itu, para pendamping juga melakukan pertemuan dengan pengelola, minimal 3 kali dalam satu tahun, dan maksimalnya sesuai kebutuhan, termasuk adanya permasalahan atau kebutuhan baru yang perlu di berikan kepada peserta didik sebagai wujud pengembangan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Dari pengawasan kurikulum tersebut akan menemukan sebuah kelemahan, dan kelemahan tersebut pengelola masih berusaha untuk mengurangi kelemahan. Pengelolaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menjadikan peserta didik lebih nyaman belajar dengan sistem demokrasi yang diserahkan sesuai kebutuhan peserta didik, dengan proses disepakati setiap hari senin yang disebut upacara, sebagai bentuk rencana dan teknis kegiatan, namun kurikulum tersebut belum
89
90
ada standar silabus dan RPP (rencana pelakasanaan pembelajaran), tidak terealisasinya hal itu, mempunyai alasan belum merasa butuh, dan sebenarnya akan lebih baik jika hal tersebut dapat terealisasi. B. Saran Saran peneliti berkaitan dengan Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, agar dapat dikembangkan sesuai kebutuhan peserta didik, karena sebetulnya kebutuhan peserta didik sangat kompleks, karena setiap manusia mempunyai kebutuhan masing-masing, tentunya berkaitan dengan kebutuhan belajar dan cita-cita. Adapun saran ini pertama untuk lembaga terkait atau komunitas terkait, dan yang kedua adalah lembaga sekolah formal maupun non formal: 1. Kepada Lembaga Terkait Lembaga terkait memang lembaga yang telah mengangkat pendidikan Indonesia semakin maju, dan bukti sudah menunjukkan bahwa sebagian Peserta didik dapat berkarya sesuai kompentesi mereka, kemudian saran untuk dapat lebih maju adalah a. Sesegera mungkin melengkapi kebutuhan peserta didik, karena asumsi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah belajar melakukan dan banyak mencoba, jika media untuk mencoba belum ada maka akan lambat dalam hal kemajuan kualitas peserta didik. b. Dalam memberikan sudut pandang kepada peserta didik berilah berbagai sudut pandang sisi kehidupan. c. Jika dalam sistem pembelajaran semua diserahkan kepada peserta didik, maka penaman untuk membuat cerita selama belajar dikelas atau dimanapun ketika berkelompok dan teknisnya adalah perwakilan, sebagai salah satu bentuk perhatian pengelola dalam pendampingan. d. Berkaitan dengan mendidik, agar tidak menjadi mesin atau dengan kata lain adalah pekerja, maka sebaiknya fasilitas untuk mereka adalah Pusat Penelitian dan Unit Produksi agar peserta didik betul-betul dapat berkarya bukan sekedar karya seni tetapi karya teknologi dan industri.
90
91
2. Kepada Lembaga Pendidikan Secara Umum a. Lembaga pendidikan secara umum memang begitu rumit dalam hal Birokrasi, termasuk peraturan yang tidak lentur, memaksakan kehendak, atau yang disebut memaksakan nilai memuaskan saja, tetapi ternyata pada tingkatan praktek tidak sesuai dengan nilai tersebut. b. Sebenarnya Kurikulum Nasional sudah cukup baik, dalam hal pembelajaran, tetapi ketika adanya sebuah peraturan pemerintah tentang standarisasi kelulusan, yang membuat para guru mengejar target padahal kemampuan siswa adalah berbeda-beda, yang diujikan hanya normatif saja. c. Saran ini saling berkaitan maka dengan adanya item a dan b maka diharapkan guru dan semua lembaga yang telah dijamin pemerintah untuk mendampingi peserta didik lebih optimal, tidak terbatas dengan waktu yang minim. d. Tentang sarana dan prasarana lembaga formal khususnya yang berlabelkan negeri, sebenarnya lebih mampu untuk menfasilitasi, kebutuhan Peserta didik. e. Kepada lembaga sekolah yang memproklamirkan diri sebagai lembaga yang berkualitas, sebaiknya tidak mengedepankan biaya yang mahal, tetapi kualitas yang baik itu adalah dapat membuat Peserta didik menjadi baik dan sukses tanpa memandang miskin atau kaya. f. Lembaga Sekolah yang berkualitas baik, adalah lembaga yang dapat mencermati antara manajemen Bisnis dengan Manajemen Pendidikan, bukan disamakan atau dipukul rata, jika dipukul rata maka yang terjadi adalah
penindasan
kepada
kaum
lemah
dalam
mengenyang
pendidikan, karena jika hanya sekedar informasi pada saat ini bisa di cari dimana saja dan kapan saja kecuali media praktek penelitian yang berbau teknologi dan mesin itu wajar kalau mahal, wajarnya kemahalan
tersebut
akan
ringan
jika
pemerintah
betul-betul
menfasilitasi rakyatnya untuk belajar.
91
92
C. Penutup Kemampuan yang terbatas dari peneliti tidak mengurangi semangat untuk belajar meneliti, bukan hanya sekedar tugas dari institusi, tetapi betulbetul menghayati dunia pendidikan, hususnya pada lingkup Manajemen Kurikulum, yang semakin lama semakin tidak di akui oleh kita sendiri, karena kurikulum adalah acuan untuk mendidik kader bangsa, tetapi acuan tersebut dimentahkan oleh kita dengan bukti, banyak pelajaran yang semestinya murah didapatkan di internet atau perpustakaan, tetapi mahal ketika sudah masuk pada lembaga sekolah. Kemudian dalam ujian yang berdasarkan Standarisasi Peraturan Pemerintah banyak pemaksaan dalam materi dengan bentuk materi yang banyak dengan waktu sedikit, kemudian ditambah ujian pun sebagai formalitas dan hanya Normatif, tidak ada bentuk nyata dalam ujian tersebut. Tetapi yang paling penting adalah pada hasil penelitian ini semoga peneliti dapat melakukan hal positif, dari Manajemen Kurikulum di SMP Altenatif Qaryah Thayyibah, serta masukan para ahli pendidikan yang ditunggu oleh peneliti. Akhir dari penulisan ini adalah Allah maha tahu dan bijaksana, setelah berusaha maka tawakal dan berdo’a, tidak lupa puji syukur yang senantiasa terucap, agar semakin maju pendidikan di Indosesia.
92
Daftar Pustaka
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al- Bukhari, Matnul Bukhari juz 4, Bandung: Sirkah Al-Ma’arif Litthob’I Wannasyar, t. Th . Abudin Nata, H., Prof. Dr. M.A, Filsafat Pendidikan Islam, Gama Media, Jakarta 2005. Anton Beker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990 Ary H. Gunawan, Drs. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta, Cet I tahun 2000. Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayibah, Ypgyakarta: LKiS, Cet,I 2007 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Intermasa, 1971 . E. Mulyasa, Dr. M.Pd. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002 . E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003 . Forum Mangunan, A. Ferry Indratno, edt Kurikulum yang mencerdaskan visi 2030 dan Pendidikan Alternatif, Jakarta: Kompas, 2008 . George R. Terry & Leslie W. Rue. alih bahasa oleh: G.A. Tico Alu Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke- 8 2003.
H.M. Daryanto, Drs. Administrasi Pendidikan PT. Rineka Cipta, Jakarta cet II 2001. Ibrahim Bufadal, Dr. M.Pd,
Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan
Aplikasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2003. John M. Echols & Hassan shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia, cet XXIV 2000 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001 . Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Ilmiah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989 . M. Quraish Shihab, Tafsir Almishbah, vol 13, Jakarta: Lentera Hati, Cet. I, 2003 . M. Quraish Shihab, Tafsir Almishbah, vol 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002, . M. Quraish Shihab, Tafsir Almishbah, Vol. 15, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IV 2005 . Marno, M.Pd., Islam By Manajemen and Leadership, Jakarta,: Lintas Pustaka, Cet, I. 2007. MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan, Bandung : Rosda Karya Cet.I 2008 . Muis Saad Iman, M.Ag, Pendidikan Partisipatif, Yogyakarta: Safiria Insania Press, cet II, 2004 . Mulyasa, Dr. M.Pd., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Bnadung: P.T.
Rosda Karya, 2006 . Muslichah Zarkasi, Dra., Manajemen Psikologi, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga 2004
Mustaqim, Drs. Psikologi Pendidikan,
Yogjakarta :Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2004 . Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta: Rake Sarasih, cet. VII, 1998 . Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis,
Jogjakarta: Ar-ruz
Media, 2008. Oemar Hamalik, Prof. Dr. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. I, 2006 . Peter F. Oliva, Supervision for Today’s schools, New York : Longman, 1976 cet. II. Robert K. Yin, Study Kasus
desain dan metode, penterjemah: M. Djauzi
Mundzakir, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997 . S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 . Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 . Sanafiah Faisal dan Mulyadi Guntur W. ed , Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 . Sintha Ratnawati edt , Sekolah Alternatif Untuk Anak Kumpulan Artikel Kompas, Jakarta : Kompas, 2002 . Sudarwan Danim, Dr. Prof., Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok Jakarta : Rineka Cipta Cet. I 2004 . Sudarwan Danim, Prof. Dr. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, Jakarta : Bumi Aksara, cet I, 2006 Suharsimi Arikunto, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi. VI, 2006 .
Sujono Samba, Lebih Baik Tidak Sekolah, Suara Hening dari Kalibening, Yogyakarta: LKiS, 2007 Yosal Irriantara Community Relations konsep dan aplikasi, Bandung :Simbiosa Rekatama Media, 2004. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen pertama 1999 sampai ke empat 2004 Semarang : Aneka Ilmu, cet. II, 2005. "http://id.wikipedia.org/wiki/hermeneutik" http://en.wikipedia.org/wiki/Andragogy.