MAKNA RETRIBUSI BAGI PETUGAS JASA PARKIR (DARI PERSPEKTIF HERMENEUTIKA)
Oleh: Anak Agung Paramita Okadevi 125020300111056
Dosen Pembimbing: Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ak., Ph.D
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna retribusi bagi petugas jasa parkir. Fenomena ini berangkat dari cara pandang masyarakat terhadap akuntansi yang hanya dilihat dari satu sisi, termasuk dalam kaitannya dengan konsep retribusi yang terpatok hanya pada unsur materi semata. Padahal dalam realitas sosial, makna retribusi dari berbagai sisi bisa ditemukan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan paradigma interpretif. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika pemikiran Gadamer sebagai alat untuk menemukan makna baru dari retribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa retribusi dimaknai berbedabeda oleh informan. Makna retribusi dari masing-masing informan diantaranya: setoran, uang jasa, konsekuensi, dan kerja bakti. Atas empat makna tersebut, ditemukanlah makna retribusi bagi petugas parkir, yaitu setoran berupa uang jasa yang diperoleh sebagai konsekuensi dari kerja bakti di tempat parkir.
Kata kunci: makna retribusi, petugas parkir, hermeneutika Gadamer
1
2
THE MEANING OF RETRIBUTION FOR PARKING OFFICER (FROM HERMENEUTICS PERSPECTIVE)
By: Anak Agung Paramita Okadevi
Supervisor: Prof. Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ak., Ph.D
ABSTRACT
The purpose of this research is to reveal the meaning of retribution for parking services officer. This phenomenon departs from the fact that most people view accounting only from one side, including the concept of retribution which is viewed only as the element of material. Whereas in the social reality, the meaning of retribution can viewed from many aspects. This type of research is qualitative research using interpretive paradigm. This research uses hermeneutics method formulated by Gadamer as a tool to discover new meaning of retribution. The results show that the retribution is interpreted differently by the informants. The meaning of retribution for informants includes: deposits, fees, consequences, and voluntary work. Based on four meanings above, the meaning of retribution for the parking officer is revealed, as deposits in the form of fees earned as a consequence of voluntary work in the parking area.
Keywords: the meaning of retribution, parking officer, hermeneutic Gadamer
perpajakan sebenarnya telah ada sejak
PENDAHULUAN Aspek-aspek
patut
zaman kerajaan. Pada masa Kerajaan
menjadi fokus perhatian dalam kajian
Mataram Kuno, pajak merupakan sumber
akuntansi.
Indonesia
pendapatan terbesar, sama seperti sumber
merdeka sampai saat ini, pajak dan
pendapatan negara Indonesia saat ini
retribusi
sumber
(Lutfillah dan Sukoharsno, 2013). Selaras
diandalkan
dengan jaman Mataram Kuno, pada jaman
(Siahaan, 2010). Apabila kita menilik
Bali Kuno pun mekanisme pemungutan
Sejak
daerah
penerimaan
yang
retribusi
sebelum
merupakan paling
kembali sejarah bangsa Indonesia, praktik
3
pajak telah diatur dengan sangat rapi
optimalnya
(Budiasih, 2014).
retribusi, menyebabkan fokus pemerintah
Berdasarkan
sejarah
pada
hasil
dari
dua
hanyalah
kerajaan di atas, dapat dikatakan bahwa
kebijakan
pada zaman tersebut kerendahan hati,
memerhatikan kemampuan masyarakatnya
meningkatnya interaksi sosial, mampu
(Pamungkas, 2010).
menerapkan kebijakan sesuai kemampuan
pada
pemungutan
selalu
terkait
dibenahinya
retribusi
tanpa
Adanya unsur pemaksaan dalam
daerah, dan menggunakan hasil pungutan
pemungutan
rakyat
hilangnya rasa sukarela masyarakat pada
untuk
kepentingan
ibadah
retribusi
merupakan bentuk pemaknaan pajak yang
pembayaran
bisa menjadi inspirasi di masa sekarang.
pemaksaan, saat ini kebijakan-kebijakan
Kesukarelaan rakyat dalam membayar
terkait retribusi lebih menekankan ke arah
pajak merupakan hal utama yang timbul
kapitalis. Dalam ideologi kapitalis, materi
akibat pemaknaan pajak di zaman tersebut.
memang telah menjadi tujuan utama dan
Namum sayangnya telah terjadi
pertama dalam setiap kegiatan manusia
pergeseran makna yang menyebabkan
(Hartatik, 2012). Ideologi kapitalisme
hilangnya rasa sukarela masyarakat untuk
telah
membayar pajak maupun retribusi saat ini.
kehidupan,
Hal
adanya
perekonomian di Indonesia, karena yang
penentuan tarif ketika akan memungut
dijadikan tolak ukur kebahagiaan ialah
suatu retribusi. Dengan adanya penentuan
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dengan
tarif, maka makna retribusi saat ini telah
materi (Hartatik, 2012).
berarti pemaksaan. Selain itu, adanya
Berangkat
ini
dibuktikan
pemaksaan
dengan
ditunjukkan
dengan
retribusi.
memengaruhi
merasuk
tanggapan
Selain
pada
terutama
setiap pada
dari
atas
retribusi
unsur
sudut sistem
perbedaan berdasarkan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 28
penelitian-penelitan
Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
makna “pemaksaan” yang melekat pada
Daerah.
istilah
retribusi
sebelumnya
saat
serta
Dampak dari makna pemaksaan
terbelenggunya
dirasa
pada
Indonesia pada dunia kapitalis, menjadi
penelitian-penelitian sebelumnya terkait
alasan penulis tertarik untuk menemukan
retribusi. Dampak tersebut ialah adanya
pemaknaan lain dari retribusi. Pencarian
rasa tidak nyaman ketika masyarakat
makna baru ini penulis lakukan dengan
melakukan pembayaran retribusi (Utami,
dibantu sebuah alat analisis dari ranah
2010). Selain itu, dikarenakan kurang
filsafat, yaitu hermeneutika Gadamerian.
yang
saat
ini
merujuk
sistem
ini,
dan
perekonomian
4
METODE PENELITIAN
dalam
memahami
berbagai
Jenis dan Paradigma Penelitian
secara
utuh
menyeluruh
Penelitian yang penulis lakukan mengarah
pada
tujuan
untuk
penafsiran
dan
terhadap
pengalaman
subjek.
fenomena tanpa
pengalaman-
Untuk
keperluan
mengungkapkan makna retribusi. Makna
penafsiran itu, menurut Ricoeur (Bielskis,
ini
yang
2005) sangat dibutuhkan disiplin lain yaitu
dilakukan antara penulis dengan subjek
hermeneutika. Oleh karena itu, penelitian
peneliti. Oleh karena subjek penelitian
ini menggunakan hermeneutika sebagai
ialah
alat.
berasal
dari
manusia
pembicaraan
dimana
nilai-nilai
kemanusiaan tidak selamanya bersifat
Hermeneutika berasal dari Bahasa
objektif, maka metode penelitian yang
Yunani ερμηνευτική (ermeneutikê) dan
penulis gunakan ialah metode penelitian
berarti
kualitatif.
sesuatu”. Singkatnya, tugas hermeneutika
Pemaknaan
data
berasal
dari
sebagai
“yang
menunjukkan
adalah menjelaskan “apa makna sesuatu”
informan, dengan demikian paradigma
(Muzir,
yang
ialah
hermeneutika bukanlah sebuah metode
digunakan
oleh
penulis
2012).
Bagi
Gadamer,
paradigma
interpretif.
Dengan
untuk memahami, melainkan sebuah upaya
menggunakan
paradigma
interpretif,
untuk mengklarifikasi berbagai kondisi
penulis bermaksud untuk menemukan
melalui pemahaman pengambilan tempat
pemahaman
(Gadamer, 1975).
baru
mengenai
makna
retribusi yang diambil dari perspektif kelompok masyarakat, yaitu petugas jasa parkir.
Pemilihan Informan Dalam pemilihan informan, penulis memilih
teknis
purposive
sampling
sebagai pedoman. Berdasarnya teknik
Hermeneutika sebagai Alat Penelitian kualitatif pada dasarnya
tersebut, informan yang dipilih dalam
bertumpu pada fenomenologi atau studi
penelitian ini ialah petugas jasa parkir
mengenai kesadaran dari perspektis pokok
(tukang/juru parkir). Petugas parkir yang
seseorang
Ricoeur
penulis wawancarai berjumlah empat (4)
fenomenologi
orang, yaitu Bapak Samsuri, Bapak Rudi,
menegaskan merupakan
(Moleong,
2013).
bahwa kajian
bagaimana
Bapak Arief, dan Bapak Acep yang
manusia sebagai subjek memaknai objek-
merupakan salah satu kelompok petugas
objek
parkir resmi diantara beberapa kelompok
sekitarnya
tentang
(Bielskis,
2005).
Fenomenologi tidak berfungsi dengan baik
5
petugas parkir pada Alun-alun
Kota
Malang.
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan respondennya tidak terlalu
(2)
wawancara
karena
penulis ingin mengetahui hal-hal yang
Teknik Pengumpulan Data Bagian
besar,
pengumpulan
data
merupakan bagian yang penting karena
lebih mendalam dari informan, dan (3) dokumentasi.
hasil dari penelitian bergantung pada data yang diperoleh. Dalam memperoleh data-
Teknik Analisis Data
data yang diperlukan pada penelitian ini,
Penelitian yang penulis lakukan
penulis menggunakan teknik triangulasi
ialah menggunakan alat hermeneutika
(Sugiyono,
dengan
2010).
Teknik
triangulasi
teknik
pengumpulan
data
merupakan pengumpulan data dengan
triangulasi. Pencarian kebenaran makna
menggunakan
teknik
pada teks retribusi, penulis lakukan dengan
(1)
berpedoman pada salah satu pemikiran
pengamatan/observasi karena berkenaan
Gadamer, yaitu “peleburan cakrawala”.
pengumpulan
beberapa data,
yaitu
Gambar 2.1 Hermeneutika Dialogis Gadamer
Bentuk
peleburan
cakrawala
menggambarkan interaksi antara penafsir
tergambar pada bagan di atas yang
”P” dan teks yang berasal dari pengarang
merupakan bagan hermeneutika dialogis
“A”. Cakrawala pengarang dan konteks
yang digagas Gadamer. Bagan di atas
historis dari sebuah teks yang berasal dari
6
pengarang dipertimbangkan dalam proses
akrual, posisi retribusi berada di Neraca,
interpretif bersama dengan cakrawala dan
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
prasangka-prasangka sang penafsir, seperti
Arus Kas, dan Laporan Operasional.
tradisi, kepentingan praktis pelacakan,
Sedangkan pada basis kas menuju akrual,
bahasa, dan budaya. Cakrawala inilah yang
posisi retribusi berada di Neraca, Laporan
kemudian melebur sehingga ditemukan
Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus
kebenaran makna diantara pengarang dan
Kas saja.
penafsir. Akuntansi Manajemen Retribusi merupakan pembayaran
RETRIBUSI DALAM SUDUT PANDANG AKUTANSI MODERN
oleh penduduk atas jasa yang disediakan
Akuntansi Keuangan
oleh negara (Siahaan, 2010). Adanya jasa
Berdasarkan ketentuan pasal 5
yang disediakan, memerlukan suatu tarif
pada Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2002,
untuk membayar jasa tersebut. Dalam
ditegaskan bahwa pengeluaran untuk pajak
menentukan tarif retribusi yang sesuai dan
daerah
dan
dibebankan perhitungan
retribusi sebagai Penghasilan
(PKP)
sepanjang
dengan
kegiatan
daerah
dapat
tidak
biaya
dalam
manajemen diperlukan untuk menentukan
Pajak
bagaimana
Kena
berkaitan untuk
langsung
membebankan,
ranah
perhitungan
akuntansi
biaya
hingga
menemukan tarif yang sesuai.
mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang merupakan objek pajak dan objek
(Retribusi dalam Bingkai Juru Parkir)
retribusi daerah. Oleh karena itu, retribusi
Retribusi:
dapat berdampak pada struktur modal,
Ketaatan Bagi Pak Samsuri
dividen, atau keputusan investasi.
Setoran
sebagai
Bentuk
Sebagai petugas parkir resmi yang bekerja di Alun-alun kota Malang, Pak
Akuntansi Sektok Publik
Samsuri memiliki kewajiban kepada Dinas
Adanya penerimaan dari retribusi
Perhubungan. Kewajiban tersebut ialah
sebagai bagian dari Pendapatan Asli
wajib setor. Tradisi terkait wajib setor
Daerah menyebabkan perlunya dibuat
yang terjadi ialah berupa uang yang
laporan atas retribusi tersebut. Basis
diserahkan kepada Dinas Perhubungan
laporan keuangan pada pemerintah dibagi
dimana dalam mendapatkan uang tersebut,
menjadi basis akrual dan basis kas menuju
pengumpulannya dipikul bersama-sama.
akrual. Dalam laporan keuangan berbasis
7
Terkait makna retribusi, informan hanya
mampu
menunjukkan
bahwa
juga karcis yang telah dirobek tersebut. Berdasarkan
realitas
tersebut,
pada
retribusi itu adalah karcis karena informan
akhirnya penulis menyimpulkan bahwa
selalu melihat kata “retribusi” pada karcis
makna retribusi bagi Pak Samsuri adalah
yang diberikan oleh Dinas Perhubungan.
setoran.
Namun, keterkaitan antara setoran dan retribusi tergambar pada pernyataan Pak
Retribusi: Uang Jasa atas Pelayanan
Samsuri berikut:
Bagi Pak Rudi
“Semua kan memang ditarik retribusi, di setor semua.”
Bekerja sebagai juru parkir tentu saja tidak hanya menikmati hak berupa pembayaran
“Iya, maksudnya itu retribusi untuk karcis. Kalo masuk dikasi karcis. Kalau dicatat nomornya harus dikasi karcis. Terus nanti di cek, setelah cocok sama sesuai dengan nomor STNKnya, dirobek lalu dipindahi.” Budaya
yang
tampak
dengan informan. Berdasarkan wawancara dengan Pak Rudi terkait konteks historis, penulis mengetahui bahwa Pak Rudi pada
tersebut kemudian akan diminta kembali parkir
untuk
mengecek kecocokan nomor yang tertulis pada karcis dengan nomor STNKnya. Setelah
cocok,
karcis
tersebut
akan
dirobek dan dikumpulkan pada satu tas kresek. Setelah jam bekerja selesai, yaitu sekitar pukul 21.00 WIB, petugas dari Dinas
Perhubungan
akan
pula
dari wawancara yang penulis lakukan
alun-alun akan diberikan karcis. Karcis
selesai
ada
lakukan. Kewajiban ini penulis ketahui
bahwa setiap kendaraan yang parkir di
pelanggan
namun
kewajiban yang harus para juru parkir ini
pernyataan Pak Samsuri di atas ialah
saat
jasa,
mendatangi
lokasi parkir untuk memungut retribusi yang telah ditarik oleh para juru parkir di Alun-alun. Penyetoran ini berupa uang dan
memiliki kewajiban kepada dua pihak terkait pekerjaan yang ia lakukan. Pertama ialah kewajiban untuk memberi santunan kepada Majelis Taklim dan kedua ialah kewajiban
setor
kepada
Dinas
Perhubungan. Terkait
pemaknaan
retribusi,
pemahaman awal yang penulis tangkap ialah Pak Rudi memaknai retribusi sebagai jasa parkir yang diakumulasi. Hal tersebut sesuai pernyataan Pak Rudi berikut: “Retribusi itu.. ya.. retribusi itu jadi kayak, istilahnya kayak ee.. apa.. ee jasa parkir gitu lho, jasa penitipan barang gitu. Jadi jasa penitipan barang atau kendaraan yang di ee..
8
diakumulasikan dan dinamakan retribusi.”
Retribusi: Konsekuensi Kerja Bagi Pak
“Ya jadi di.. istilahnya ee kayak ditarik.. ee ditarik kayak pajak gitu ya. Jadi kita titip kendaraan, nah setelah kita keluar.. ditarik.”
Konsekuensi bisa terjadi dimana
Acep
saja, tidak terkecuali pada lingkungan parkir
tempat
penelitian.
penulis
Konsekuensi
melakukan atas
suatu
pekerjaan disadari oleh Pak Acep melalui “Ya secara garis besarnya ya uang.. uang jasa apa.. jasa penitipan kendaraan.” Berdasarkan
penggalian konteks historis dimana Pak Acep berkata bahwa beliau memiliki kewajiban kepada pihak tertentu. Pihak
keseluruhan
tertentu yang dimaksud di sini ialah Dinas
pernyataan Pak Rudi terkait pemaknaan
Perhubungan. Keikhlasan dan ketaatan Pak
retribusi, budaya jasa parkir yang terjadi di
Acep untuk selalu melakukan kewajiban
alun-alun, khususnya di wilayah Pak Rudi
setornya
bekerja ialah pertama motor parkir, saat
tempat Pak Acep bekerja merupakan milik
motor parkir petugas akan memberikan
pemerintah dan pemerintah memberikan
karcis
wilayah tersebut untuk lapangan pekerjaan
parkir.
memarkirkan
Selesai
motor,
pelanggan
petugas
akan
disadarinya
karena
wilayah
bagi Pak Acep.
mengecek kecocokan antar karcis dan juga
Menyoroti kewajiban setor yang
STNK. Apabila telah sesuai, petugas
dilakukan oleh Pak Acep membuat penulis
kemudian akan menerima uang sebesar Rp
ingin mendalami apa arti wajib setor itu
2.000,-
sendiri bagi Pak Acep. Pak Acep pun
dari
pelanggan
sebagai
pembayaran jasa atas telah dijaganya motor yang di parkirkan tersebut. Atas
semua
pertanyaan
yang
penulis ajukan terkait retribusi, penulis telah menyimpulkan pemahaman retribusi yang melekat pada diri Pak Rudi. Pada akhirnya, makna retribusi bagi Pak Rudi adalah uang jasa sebagai hasil jerih payahnya dalam memberikan pelayanan.
menjawab: Iya, bayar pajak dengan adanya lapangan yang dikerjakan ini. Kan ini milik pemerintah juga, kita jadi diwajibkan untuk menyetor tiap harinya, ditarget dengan harga segitu. Selama 10 tahun bekerja sebagai juru parkir, Dinas Perhubungan telah memberitahu bahwa ada kewajiban yang harus dilakukan untuk setiap juru parkir yang bekerja di alun-alun, yaitu wajib
9
setor atas jasa yang dilakukan sebesar
akhirnya, makna retribusi bagi Pak Acep
target
adalah konsekuensi.
yang
ditetapkan
Perhubungan.
Besarnya
oleh
Dinas
target
ini
dianggaplah sebagai pajak yang selalu
Retribusi: Kerja Bakti Demi Kewajiban
rutin dibayar oleh Pak Acep.
Bagi Pak Arief
Merujuk pada pemaknaan retribusi,
Kerja bakti adalah tradisi kearifan
pemahaman awal terkait makna retribusi
lokal yang sudah tertanam dalam diri
yang melekat pada Pak Acep disampaikan
masyarakat Indonesia. Tradisi kerja bakti
sebagai berikut:
dilaksanakan untuk kepentingan bersama
Ada
sih,
pernah
yang dilakukan dengan sukarela atau tanpa
mendengar. Tapi apa
pamrih (Sari, 2015). Budaya kerja bakti ini
itu...
bentuknya
ternyata ditemukan pula pada suasana
retribusi dengan pajak
kerja yang dialami Pak Arief sebagai juru
itu
parkir di Alun-alun.
apa
apa
lain
atau
gimana, itu kurang tahu
Pak Arief merupakan informan
saya.
yang telah bekerja sebagai juru parkir di
Retribusi merupakan istilah yang
Alun-alun Kota Malang selama 16 tahun.
cukup asing bagi Pak Acep. Namun yang
Pak Arief memiliki kewajiban kepada dua
tertanam dalam diri Pak Acep ialah bahwa
pihak
retribusi itu adalah sama dengan pajak.
pertama ialah kepada Dinas Perhubungan
Pak Acep memahami retribusi sebagai
dan
pajak.
Organisasi Majelis Taklim.
Hal
ini
dipertegas
dengan
atas
kewajiban
pernyataan beliau sebagai berikut: Mmm
gimana
pekerjaannya.
Dalam
ya..
kewajiban
kedua
Kewajiban
ialah
kepada
memenuhi
informan,
hal
seluruh yang
perlu
kurang tau sih.. kan kita
dilakukan oleh informan ialah memungut
tahunya itu aja, setoran
retribusi parkir. Terkait retribusi, penulis
pajak itu.
mencoba menggali pemahaman Pak Arief
Atas semua pertanyaan yang telah
dengan
menggunakan
penulis ajukan, penulis menangkap bahwa
kepentingan
baik
yang
mengenai retribusi. Beberapa lontaran dari
merupakan
Pak Arief terkait retribusi antara lain
setoran
dianggap
pajak
konsekuensi digunakannya sebagai
maupun
tersebut
bagi lahan
lapangan
retribusi
Pak dari
Acep
atas
pemerintah
pekerjaanya.
Pada
praktis
untuk
prasangka bertanya
“Belum, belum pernah mendengar” dan “Gak pernah dengar apa itu retribusi”.
10
Untuk
semakin
Kan buat belanja, buat jajan anak. Kalo gak dapet, ya wes kerja bakti di sini. Kerja bakti nyarikan Dishub tok. Jadi gak bawa uang.
meyakinkan
ketidaktahuan Pak Arief tentang retribusi, penulis menelusuri budaya yang dialami Pak Arief dengan bertanya apa ada keterkaitan antara setoran yang tiap hari Pak Arief lakukan
Realitas ini semakin mendukung
dengan retribusi.
pemaknaan retribusi bagi Pak Arief.
Jawaban Pak Arief ialah:
Setoran
Gak, gak tau. Pokoknya setor gitu aja, malam kan ada yang datangi dari Dishub, terus uangnya dikasikan, cuma itu aja.
merupakan
hal
yang
diutamakan oleh Pak Arief. Untuk bisa selalu memenuhi target setor, seluruh waktu dan tenaganya akan rela beliau
Memahami budaya yang terjadi pada Pak Arief, selama menjadi juru parkir, Pak Arief benar-benar terfokus pada kewajiban setoran. Hal ini tergambar pula ketika penulis bertanya tentang apakah ada perasaan yang timbul ketika tidak bisa memenuhi target setor. Pak
curahkan
demi
kepentingan
bersama.
Maksud dari kepentingan bersama ini ialah agar Pak Arief selalu bisa memenuhi kewajibannya kepada Dinas Perhubungan, kepada Organisasi Majelis Taklim, dan tentu
saja
kepada
keluarganya.
Kesukarelaan yang dicurahkan Pak Arief inilah pada akhirnya yang kemudian
Arief pun menjawab:
memunculkan makna kerja bakti pada
Ada. Ya lesu mbak, sek di pikir di omah tok mbak.
istilah retribusi.
Gambar 4.1 Diagram Makna Retribusi RETRIBUSI
Pak Samsuri : Setoran
paling
Pak Rudi : Uang Jasa
Pak Acep : Konsekuensi
Retribusi menurut petugas parkir
Budaya perparkiran
Pak Arief : Kerja Bakti
11
HASIL DAN PEMBAHASAN (Makna
merupakan
Retribusi Sebagai Budaya Petugas
parkir.
konsekuensi
Perintah
Parkir) Retribusi
dalam
Tafsiran
Petugas
Perhubungan
bagi
petugas
dari
Dinas
ialah
untuk
utama tidak
lain
mengumpulkan uang jasa hasil pengaturan
Parkir Retribusi merupakan sebuah teks.
kendaraan yang dilaksanakan oleh petugas
Retribusi bisa dimaknai secara berbeda
parkir.
tergantung retribusi
keberadaan tersebut
Pemungutan
uang
jasa
yang
dimana
kata
dilakukan oleh informan peneliti tampak
dibicarakan.
Dari
sangat
menguras
waktu
dan
tenaga.
percakapan dan analisis hermeneutika
Namun, sebagai orang yang diamanahi
yang telah penulis paparkan pada bab
untuk
sebelumnya, muncullah beragam makna
informan yang penulis wawancarai sangat
retribusi dari masing-masing informan.
mengutamakan
Pak Samsuri memahami retribusi sebagai
Mereka lebih rela untuk tidak membawa
setoran, Pak Rudi memahami retribusi
penghasilan daripada harus berhutang
sebagai uang jasa, Pak Acep memahami
kepada Dinas Perhubungan.
retribusi sebagai konsekuensi, dan Pak
melakukan
wajib
wajib
setor,
setor
para
tersebut.
Pemaparan di atas menggambarkan
Arief memahami retribusi sebagai kerja
bagaimana
bakti.
konsekuensi, dan kerja bakti menjadi Retribusi merupakan penyerahan
budaya
setoran,
bagi
uang
petugas
parkir
jasa,
dalam
pendapatan kepada pemerintah, dimana
menjalankan pekerjaannya dan apabila
bagi petugas parkir disebutkan lebih awam
disatukan
dengan istilah setoran. Setoran inilah yang
kalimat yang menggambarkan realitas
merupakan tujuan utama dari pekerjaan
sosial retribusi perparkiran di Alun-alun
sebagai petugas parkir. Dalam pelaksanaan
Kota Malang. Kalimat tersebut berbunyi
pemungutan
terdapat
“Retribusi bagi petugas parkir ialah
konsekuensi bagi petugas parkir karena
setoran berupa uang jasa yang diperoleh
mereka mendapatkan lahan parkir dari
sebagai konsekuensi dari kerja bakti di
pemerintah. Atas lahan yang diberikan,
tempat parkir”. Makna retribusi yang
petugas parkir juga wajib menjalankan
tersampaikan telah memberikan suatu
perintah
kebenaran
retribusi,
dari
memberikan mungkin,
pemerintah, pelayanan
dimana
hal
seperti senyaman
tersebut
juga
dapat
secara
membentuk
ontologis
sebuah
bahwa
memang makna retribusi yang demikian yang dipahami oleh para petugas parkir
12
dan telah melekat menjadi budaya dalam keseharian mereka melakukan pekerjaan.
Melihat pengertian dari retribusi menurut Undang-undang dan para ahli, tampak bahwa unsur kapitalisme sangat
Retribusi Undang-undang dan Teori VS
erat membalut pemaknaan retribusi di atas.
Retribusi Perugas Parkir
Hal tersebut berdampak pada cara pandang
Retribusi merupakan salah satu
masyarakat terhadap akuntansi yang hanya
Pendapatan
dan
dilihat dari satu sisi, termasuk dalam
memiliki aturan yang termuat dalam
kaitannya dengan konsep retribusi yang
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
terpatok hanya pada unsur materi semata.
tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Pada
Padahal
Undang-undang
tersebut,
retribusi
spiritual dan sosial pada retribusi bisa
memiliki
sebagai
pungutan
jenis
arti
Asli
Daerah
pembayaran atas jasa atau pemberian izin
dalam
ditemukan
dan
realitas
tetap
sosial,
nilai
dipertahankan
(Kamayanti, 2015).
tertentu yang khusus disediakan dan/atau
Mempertahankan nilai spiritual dan
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
sosial pada lingkungan yang terbelengu
kepentingan orang pribadi atau badan.
oleh unsur kapitalis bukanlah hal yang
Sifat retribusi menurut Undang-undang
mudah.
ialah dapat dipaksakan sehingga muncul
demikian masih dapat penulis temui pada
istilah wajib retribusi.
realitas sosial perparkiran di Alun-alun
Namun
ternyata,
nilai-nilai
Pada teori mengenai pajak dan
Kota Malang. Retribusi bagi petugas
retribusi daerah, retribusi didefinisikan
parkir ialah setoran berupa uang jasa yang
sebagai pembayaran wajib dari penduduk
diperoleh sebagai konsekuensi dari kerja
kepada negara karena adanya jasa tertentu
bakti di tempat parkir. Pengumpulan
yang
bagi
setoran ini telah dijalankan bersama-sama
perseorangan
selama kurang lebih empat tahun. Suka
(Siahaan, 2010). Pemungutan retribusi
dan duka mulai dari proses perkenalan,
didasarkan atas peraturan yang berlaku
saling menyesuaikan sifat satu sama lain,
umum dan dalam pelaksanaanya dapat
dan saling mendukung dalam memenuhi
dipaksakan (Azhari, 2014). Unsur paksaan
kewajiban merupakan proses munculnya
dalam retribusi bersifat ekonomis karena
nilai-nilai keikhlasan dan kebersamaan
siapa saja yang tidak merasakan jasa dari
yang juga membentuk makna retribusi
pemerintah, tidak perlu dikenakan iuran
bagi petugas parkir. Ditemukannya nilai-
(Munawir, 1985).
nilai keikhlasan dan kebersamaan pada
diberikan
penduduknya
oleh secara
negara
makna
retribusi
bagi
petugas
parkir
13
akhirnya mengungguli makna retribusi
dan juga teori.
yang termuat di dalam Undang-undang
Tabel 5.1 Perbandingan Makna Retribusi Menurut Undang-undang, Teori, dan Petugas Parkir No.
Undang-undang dan Teori Pembayaran atas penggunaan jasa Terdapat unsur paksaan
Aspek Jenis pembayaran
1
Nilai yang terkandung
2 3
Sanksi Penanggung beban retribusi
4
Petugas Parkir Pembayaran atas pemberian jasa Terdapat unsur keikhlasan Sanksi sosial Bersama-sama
Sanski ekonomis Perorangan
pemungutan
SIMPULAN
retribusi
ini
kemudian
Petugas parkir merupakan orang
memunculkan sebuah tradisi yang pada
membantu
kendaraan
akhirnya menghasilkan makna retribusi
keluar masuk ke tempat parkir. Atas jasa
baru. Makna tersebut ialah “retribusi
yang diberikan, petugas parkir wajib
merupakan setoran berupa uang jasa yang
mengumpulkan
dan
diperoleh sebagai konsekuensi dari kerja
setiap
bakti di tempat parkir”. Banyak nilai-nilai
parkir. Berdasarkan
keikhlasan dan kebersamaan yang penulis
yang
memberikan
mengatur
biaya karcis
pengguna tempat kegiatan
tersebut,
parkir kepada
pekerjaan
sebagai
tangkap
ketika
petugas parkir tentu sangat erat dengan
maupun
wawancara
istilah retribusi, khususnya retribusi parkir.
tersebut. Nilai-nilai tersebut juga tercermin
Retribusi
pada makna retribusi
merupakan
sebuah
teks.
melakukan pada
Retribusi bisa dimaknai secara berbeda
menjadi
tergantung
perparkiran Alun-alun.
keberadaan
dimana
kata
retribusi tersebut dibicarakan. Merujuk
budaya
Akhirnya
kelompok
yang akhirnya
pada
hasil
observasi
lingkungan
penelitian
ini
pada penelitian penulis, kata retribusi
diharapkan mampu memperkaya literature
penulis
riset
perbincangkan
di
lingkungan
petugas parkir.
akuntansi
khususnya
non
pemaknaan
mainstream, retribusi
yang
Juru parkir, itulah kelompok yang
merupakan salah satu pendapatan asli
penulis coba untuk masuki dan pelajari
daerah. Penelitian selanjutnya diharapkan
pemaknaan retribusinya secara ontologis.
dapat memperluas pemaknaan jenis-jenis
Mereka
retribusi lainnya, jadi tidak terbatas pada
yang
menjalankan
kegiatan
14
satu jenis retribusi saja. Pemaknaan dari
Sheed & Ward Ltd and The
perspektif yang berbeda diperlukan untuk
Continuum Publishing Group.
pengembangan teori akuntansi sehingga lebih
memperkaya
pemahaman
dan
Hartantik, Erni Lisia. (2012). Makna Laba Bagi Unit Bisnis pada Sekolah
pengetahuan. Selain itu, di zaman yang
Menengan Kejuruan Negeri dengan
semakin maju ini nilai-nilai spiritual dan
Pendekatan Hermeneutika
sosial sangat diperlukan sebagai landasan
Intensionalisme (Studi Kasus pada
kuat untuk menjalankan kegiatan bisnis
Unit Bisnis SMK Negeri 1
agar
Malang). Skripsi. Malang: Program
pelaksanaannya
lebih
kondusif,
nyaman, dan tidak mendatangkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu (Pertiwi dan Ludigdo, 2013).
Sarjana Universitas Brawijaya. Kamayanti, Ari. (2015). "Sains" Memasak Akuntansi: Pemikiran Udayana dan Tri Hita Karana. Jurnal Riset dan
DAFTAR RUJUKAN
Aplikasi Akuntansi dan
Azhari, Samsuri. (2014). Implementasi
Manajemen, I, 73-80.
Perda Nomor 05 Tahun 2010
Lutfillah, & Sukoharsono. (2013).
tentang Retribusi Jasa Usaha
Historiografi Akuntansi Indonesia
Angkutan Umum Ditinjau dari
Masa Mataram Kuno (Abad VII-XI
Hukum Administrasi Negara (Studi
Masehi). Jurnal Akuntansi
Kota Padang Sidimpuan). Skripsi.
Multiparadigma, IV, 75-84.
Medan: Program Sarjana Universitas Sumatra Utara. Bielskis, Andrius. (2005). Towards a PostModern Understanding of the Political (From Genealogy to Hermeneutics). New York: Palgrave Macmillan. Budiasih, IGAN. (2014). Fenomena Akuntabilitas Perpajakan Pada Jaman Bali Kuno: Suatu Studi
Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munawir, S. (1985). Pokok-pokok Perpajakan. Yogyakarta: Liberty. Muzir, Inyiak Ridwan. (2012). Hermeneutika Filosofis HansGeorg Gadamer. Jogjakarta: ArRuzz Media. Pamungkas, H. A. (2010). Optimalisasi
Interpretif. Jurnal Akuntansi
Pendapatan Sektor Parkir dalam
Multiparadigma, V, 409-420.
Meningkatkan Pendapatan Asli
Gadamer, Hans-George. (1975). Truth and Method. New York and London:
Daerah (Studi Kasus pada Pemerintahan Kota Probolinggo).
15
Skripsi. Malang: Program Sarjana Universitas Brawijaya. Pertiwi, IDA Eka, & Unti Ludigdo.
Sari, Achsannanda M. (2015). Menegakkan Tradisi Kerja Bakti sebagai Bentuk Revitalisasi Nilai
(2013). Implementasi Corporate
Gotong Royong. Surabaya:
Social Responsibility Berlandaskan
Pendidikan Sastra Jepang
Budaya Tri Hita Karana. Jurnal
Universitas Airlangga.
Akuntansi Multiparadigma, IV, 430-455. Republik Indonesia. (2002). Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-
Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
02/PJ.42/2002. Direktur Jendral,
Pendidikan (Pendekatan
Jakarta.
Kuantitatif, Kualitatif, R&D).
Republik Indonesia. (2009). Undangundang Nomor 28 Tahun 2009
Bandung: CV. Alfabeta. Utami, Winarni. (2010). Potensi Retribusi
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Pasar dalam Meningkatkan
Daerah. Lembaran Negara RI
Pendapatan Asli Daerah Kabupater
Tahun 2009, No. 5049. Sekretariat
Tulungagung. Skripsi. Malang:
Negara, Jakarta.
Program Sarjana Universitas Brawijaya.