JADWAL MISA Misa Harian: Senin s/d Jumat 06.00 wib Hari Sabtu : 17.00 wib Hari Minggu : 06.30 - 09.00 - 17.00 wib Misa Jumat Pertama : 06.00 - 12.00 - 19.30 wib Adorasi Ekaristi : Setiap hari Senin 15.00 s/d 22.00 di Kapel ditutup pukul 22.00 dengan ibadat penutup (completorium) PENYELIDIKAN KANONIK (dengan perjanjian) Hari Senin, 17.00 – 18.30 wib Romo A.S. Gunawan, Pr. Hari Kamis, 17.00 – 18.30 wib Romo Anton Baur, Pr. PELAYANAN MISA REQUIEM Dapat dilaksanakan setiap hari di luar hari Sabtu dan Minggu. Hubungi Sekretariat Paroki. Website: www.parokisanmare.or.id Mailing-list:
[email protected] Facebook Group: SanMaRe Kontribusi artikel, pengumuman, iklan:
[email protected]
16 November 2014
Tahun V – No. 46
Makanan, Rumah, dan Keramahtamahan sebagai Ciri Belas Kasih Konon setiap bangsa besar memiliki tradisi tentang makan. Orang Prancis menghormati makanan dengan cara selalu mengambil makanan secukupnya dan tidak mengambil makanan yang mereka tidak suka. Di Jepang, tradisi Zen mengajarkan empat nilai dalam hal makan: Menghormati orang yang memasak dan menyajikannya; Tidak berbicara pada saat makan dan tidak melihat ke piring orang lain– sebagai ungkapan syukur atas berkat makanan, Ketenangan sebagai rasa perdamaian yang mendalam, kemudian, memasak dengan halus dan lembut sebagai kekuatan daya cipta, kebaikan dan akal budi. Di Indonesia, ada tradisi kenduri dan nasi tumpeng yang melambangkan harmoni dan keseimbangan seluruh alam. Makan senantiasa menyangkut jiwa dan raga, ikut menikmati dan menghargai makanan.
Kehidupan kota moderen seperti mewajibkan siapapun untuk tergesagesa. Hal ini berpengaruh bagaimana pola mengkonsumsi makanan. Dorongan serba efisien dan cepat, menciptakan cara makan yang praktis. Makan hanya untuk kenyang. Generasi usia belia kian intens mengkonsumsi junk food dan fast food. Sementara sebuah penelitian University of London (2012), menemukan, anak yang mengonsumsi junk food berpotensi menurunkan IQ-nya. Bahkan muncul gerakan advokasi di Inggris untuk proses hukum jika ada orang tua yang memberikan junk food bagi anak mereka (child abuse). -1-
Tugas kita bersama mengembalikan tradisi makan, tidak hanya untuk raga, tetapi juga untuk jiwa, mengungkapkan rasa syukur, keramahan dan penghormatan terhadap manusia dan alam.
Menjadikan Rumah Sumber Inspirasi dan Rasa Syukur Rumah menjadi tempat bagi keluarga untuk hidup dan mengembangkan karunia Allah dalam diri mereka. Rumah juga menjadi tempat berelasi dengan lingkungan masyarakat sekitar, dengan alam dan Sang Pencipta.
Oleh karena itu rumah juga menjadi tempat sumber inspirasi dan mengungkapkan rasa syukur. Makan bersama di rumah, tidak hanya untuk kenyang. Tetapi dengan makan bersama, kita memvibrasi keramahtamahan dan persahabatan dengan semua orang. Kehidupan moderen memberikan beragam tantangan dalam persekutuan hidup antara ayah, ibu dan anakanak mereka. Untuk sebagian keluarga, pekerja rumah tangga (PRT) atau asisten rumah tangga (ART) memiliki peran penting dalam menata kehidupan rumah. Untuk itu mereka perlu disiapkan dan dibantu agar dapat melakukan tugas-tugas mereka dengan baik.
Hospitality – Keramahtamahan dari Dalam Diri Keramahtamahan menjadi fondasi penting dalam hidup melayani. Keramahtamahan menjadi tanda utama dari suatu sikap hidup yang berbelaskasih. Dalam Kitab Suci keramahtamahan banyak dibicarakan. Misalnya, Titus 1:8 dan I Petrus 4 9. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma (Roma 12:13), meminta kita untuk senantiasa sedia memberikan tumpangan kepada mereka yang membutuhkan. Yesus mengajar kita akan keramahtamahan sejati, yakni memberi secara gratis bagi mereka yang tidak punya apa-apa untuk membalas kita: ”Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.” (Lukas 14:12-14). Mempraktikkan keramahtamahan tentu bukan sesuatu yang sekali jadi. Untuk tumbuh semakin maju, satu syaratnya : Meyakini bahwa ini adalah karunia dan belas kasih Allah yang diberikan kepada kita. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” - Matius 5:16.
Dipersembahkan oleh Panitia Tahun Pelayanan SanMaRe “Melayani Mereka yang Melayani Kita”
Penerimaan Komuni Pertama Dibuka pendaftaran Bimbingan Komuni Pertama, untuk anakanak usia 10 tahun keatas dan/ atau kelas IV SD. Pendaftaran dibuka mulai sekarang s/d tanggal 18 Januari 2015. Formulir dapat diambil di sekretariat Gereja setiap hari kerja. Formulir yang sudah diisi dan ditandatangani Ketua Lingkungan dapat dikembalikan ke Sekretariat Gereja dengan melampirkan: FC Surat Baptis anak, FC Kartu Keluarga/ KK Gereja Perayaan Komuni Pertama akan dilaksanakan pada 7 Juni 2015. Untuk Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi : Ibu Lia (0812 990 1723 atau 021-7099 1723) Ibu Vivien (08777 1635 333) -2-
umat bertanya gembala menjawab
Diasuh oleh Romo Anton Baur, Pr Pertanyaan silakan dikirimkan ke:
[email protected]
Romo, saat ini, saya sedang menekuni teks Gal 5:16-26 tentang hidup menurut daging atau roh. Ada hal yang menurut saya tidak mudah dipahami, khususnya kata “kecemaran” dalam ayat 19. Apakah itu dimengerti sebagai mencemarkan nama baik orang atau bagaimana? Teks Gal 5:16-26 ini adalah teks yang sangat menarik untuk diselami kekayaan rohaninya. Kita bisa memahami teks ini dari konteksnya terlebih dahulu. Jemaat Galatia adalah jemaat non-Yahudi yang bertobat menjadi Kristen (lih. Gal 4:8; 5:2-3; 6:12-13). Akan tetapi, iman mereka mengalami goncangan ketika mereka berjumpa dengan orang Yahudi Kristen. Orang Yahudi Kristen menekankan bahwa jemaat Galatia haruslah menjadi seorang Yahudi terlebih dahulu, disunat, dan menaati hukum taurat, sebelum menjadi orang Kristen. Mereka masih memiliki iman yang labil; pun juga berhadapan dengan beragam hal duniawi dan pengaruh kepercayaan mereka sebelumnya. Di sinilah Paulus memberikan penekanan tegas bahwa Taurat tidak lagi mengikat sebagai hukum, tetapi menjadi Kitab Suci yang berisi pengalaman iman Israel sampai dengan saat ini. Pokok imannya adalah hidup dalam roh. Dari konteks ini, kita bisa sedikit lebih dicerahkan untuk membaca teks Gal 5:16-26. Teks ini berbicara tentang sikap tegas orang yang beriman untuk memilih hidup dalam daging atau dalam roh. Khusus bagi jemaat Galatia, Rasul Paulus memberikan sederatan tindakan yang harus dihindari (5:19-21) dan yang harus dilakukan (5:22-23). Rasul Paulus memahami bahwa jemaat Galatia memerlukan sebuah ketegasan pengajaran untuk semakin menghidupi iman mereka akan Kristus sendiri. Tindakan yang harus dihindari ialah tindakan dengan cara hidup yang berakar dalam daging (percaya diri, mencari diri). Tindakan-tindakan yang harus dihindari itu dapat dikelompokkan dalam empat hal, yaitu • penyimpangan seksual (percabulan, kecemaran, hawa nafsu), • ibadat kafir (penyembahan berhala, sihir), • kejahatan sosial (perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah) dan • kehilangan penguasaan diri (kedengkian, kemabukan, dan pesta pora). Dari sini tampak jelas bahwa kata “kecemaran” itu sendiri terkait erat dengan tindakan penyimpangan seksual. Dalam Kitab Suci berbahasa Inggris versi KJV, kata yang digunakan adalah uncleanness; dalam Vulgata (Kitab Suci teks Latin), kata yang digunakan adalah immunditia. Secara sederhana, bisa dipahami “kecemaran” adalah keadaan diri tidak bersih; diri ternoda karena perbuatan yang tidak sepantasnya. Jika mengaitkan dengan teks 1 Kor 3:16, tampak jelas bahwa tubuh manusia adalah Bait Allah yang harus dijaga kekudusannya. Dan, inilah yang dimaksudkan dengan “kecemaran” itu sendiri. Keadaan diri yang ternoda karena dosa dan perlakukan yang tidak sewajarnya dan khususnya terkait dengan penyimpangan seksual. Akan tetapi, lebih dari itu, yang penting bagi kita adalah bukan hidup dalam daging, tetapi hidup dalam roh yang menjadi keutamaan. Dengan mengenali yang duniawi, tentunya kita akan dapat semakin bersikap dengan bijaksana untuk selalu hidup dalam roh. Semoga jawaban ini bisa membantu. *** -3-
Kolom ini diasuh oleh Seksi Liturgi
POJOK LITURGI
SUASANA LITURGIS: Cahaya, Warna, Aroma Dan Suara (3)
Aroma Menuju Yang Ilahi Suasana ilahi kiranya perlu juga diciptakan lewat aroma atau bebauan yang menunjang. Tentu saja tidak sembarang aroma. Aroma macam apa yang pantas dihadirkan dalam Perayaan Ekaristi atau perayaan liturgis lainnya? Pada umumnya, aroma yang dipilih adalah aroma yang mengantar pada suasana hati tertentu. Dalam hal ini, tidaklah berlebihan jika kerinduan hati untuk bertemu dengan Allah dapat didukung dengan semerbak aroma yang berciri surgawi. Misalnya, aroma yang menyiratkan keharuman atau wangi alami. Aroma wangi dari bunga, dari lilin, atau dari dupa bisa membantu suasana hati kita hingga terangkat pada Allah. Maka, segala jenis aroma yang malah membuat hati atau diri terusik, terganggu, pusing bahkan mual, haruslah dihindari. Bayangkanlah, jika dalam suatu Misa, bunga yang dipajang ternyata sudah layu dan membusuk, asap lilinnya tampak hitam dan menyesakkan pernafasan, atau aroma dupa yang sangat menyengat dan membuat pusing kepala. Kondisi fisik yang lelah, lemah dan terganggu akan menyulitkan gerak pengungkapan diri kita. Hal-hal kecil dan wajar ini mungkin sering kali kita abaikan. Baiklah jika kita-pun mulai atau tetap memberikan perhatian padanya. Suara-Suara Liturgis Ada banyak jenis suara yang kita dengar selama Misa. Suara-suara liturgis adalah segala jenis suara atau bunyi yang menjadi unsur utama atau hanya sebagai faktor pendukung untuk kegiatan liturgis. Maka, suara-suara yang tidak menunjang yang terdengar selama Misa dapat digolongkan sebagai suara yang anti liturgis (bunyi kendaraan, berisik orang mengobrol, dering telepon, denging sound system, dsb), yang bisa mengganggu jalannya kegiatan liturgis. Bahkan, jenis suara liturgis yang tidak terdengar secara memadai bisa juga mempengaruhi keindahan perayaan. Untuk suara liturgis itu kita sebutkan misalnya: Suara liturgis alami yang dihasilkan oleh alam atau tubuh manusia (percikan air, roti terpecah, Alkitab atau doa yang dibacakan, nyanyian imam/umat, dsb) Suara yang dihasilkan oleh alat-alat tertentu (bunyi lonceng, gong, alat music, dsb) Suara-suara liturgis juga akan terdengar indah jika ditopang kondisi akustik ruang perayaan yang bagus. Ini juga perlu dipikirkan jika membangun gedung gereja. Penggunaan alat-alat elektronik sebagai “penyambung suara” juga harus diperhatikan dengan baik. Termasuk juga tampilan fisiknya ketika digunakan. ***(Selesai) Sumber: CH. Suryanugraha OSC, Rupa dan Citra -4-
Kolom ini diasuh oleh Seksi Sosial Masyarakat
AJARAN SOSIAL
GAUDIUM ET SPES – Kegembiraan dan Harapan (2) * Sebuah Konstitusi Konsili Vatikan II *
Ana dan suaminya aktif dalam kegiatan di gereja. Keduanya juga bekerja. Namun keduanya bertekad untuk saling mendukung, saling memberi ruang untuk mengembangkan diri dan saling berbagi tugas dalam mendampingi anak-anak. Sebuah tanggungjawab dan tantangan keluarga modern.
Pada hakekatnya suami dan istri adalah setara dalam iman di hadapan Allah. Kesetaraan antara suami istri berarti masing-masing secara dewasa memahami peran dan tanggung jawabnya sekaligus saling belajar mendengar dan menghormati pasangannya. Dengan kesetaraan masing-masing pihak mampu mengadakan kesepakatan yang dibuat bersama dengan matang. Ketimpangan salah satu pihak berakibat pada kondisi ‘nrimo’ di satu pihak dan ‘dominasi’ di pihak lain, seringkali menjadi ‘bom waktu’ munculnya kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian. “Hendaknya keluarga dengan kebesaran jiwa berbagi kekayaan rohani dengan keluarga-keluarga lain. Maka dari itu keluarga kristiani, karena berasal dari pernikahan, yang merupakan gambar dan partisipasi perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja, akan menampakkan kepada semua orang kehadiran Sang Penyelamat yang sungguh nyata di dunia dan hakekat Gereja yang sesungguhnya, baik melalui kasih suami-isteri, melalui kesuburan yang dijiwai semangat berkorban, melalui kesatuan dan kesetiaan, maupun melalui kerja sama yang penuh kasih antara semua anggotanya.” (Gaudium et Spes #48, Kesucian Perkawinan dan Keluarga)
Godaan kemewahan dan kemudahan belanja, keasyikan gadget, budaya instan dan makin menguatnya cinta diri mempengaruhi daya tahan keluarga. Gaudium et Spes menganggap masalah perkawinan dan keluarga sebagai masalah yang mendesak untuk diperhatikan. Dokumen ini mendorong kerjasama suami istri untuk mendidik anak.
“Keluarga merupakan suatu pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi hati penuh kebaikan, kesepakatan suami-isteri, dan kerja sama orang tua yang tekun dalam pendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan mereka tetapi juga pengurusan rumah tangga oleh ibu, yang terutama dibutuhkan oleh anakanak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa maksud mengesampingkan peran sosial perempuan.” (GS #52).
Para Bapa Konsili mengajak kita untuk merenungkan kembali hakekat kehidupan rumah tangga, bahwa tugas perutusan keluarga adalah pembawa pijar-pijar cinta kasih dalam kehidupan. ***
-5-
Kolom ini diasuh oleh Seksi Keluarga
POJOK KELUARGA
Menghadapi Bullying pada Anak Bullying adalah penggunaan kekerasan atau paksaan untuk menyiksa atau mengintimidasi orang lain, baik secara verbal dan atau fisik, yang dilakukan berulang-ulang. Siapa yang biasanya melakukan bullying? The Bullier : (B) ig, (U) gly, (L) oner, (L) oosers, (Y) earning attention. Jadi sebenarnya, di dalam diri para pem-bully tersebut ‘kerdil’. Lalu, siapa yang biasanya jadi korban bullying? The Target: anak yang sensitif (peka), yang menarik diri secara sosial, yang gelisah, yang pasif, yang cenderung gampang depresi. Anakanak ini biasanya memiliki kekurangan, berada dalam peer group pembully, atau anak-anak yang ‘nyolot’ (terlalu cantik, terlalu populer, dll) Bagaimana mencegah anak menjadi korban bullying? Ini tips bagi para orang tua: 1. Jadilah contoh yang baik bagi anak (anak belajar berperilaku bullying ini justru dari orang tuanya) 2. Ajarilah anak apa makna menjadi teman baik 3. Jadikan rumah sebagai surga yang aman bagi anak seusai jam sekolah 4. Manfaatkan televisi sebagai media yang bisa dipergunakan sebagai sarana belajar 5. Jadilah pendengar yang baik untuk anak. Jangan menghindari (menyangkal) masalah yang membutuhkan perhatian orang tua. Membiasakan anak mengatakan apa yang disukai dan tidak disukai juga bisa menjadi upaya pencegahan bullying, karena penanganan bisa terlambat ketika anak yang mengalami bullying menyimpan rapat apa yang terjadi padanya dan kemudian ia pun beranjak dewasa dengan membawa dampak bersamanya. Hal-hal yang biasanya menjadi kendala bagi orang tua dalam mengasuh anak (problematic parenting): Permisif (no time, do not care, driver by guilt, false assumption) Orang tua melakukan pembiaran terhadap apa pun yang dilakukan anak meski keliru sekalipun dengan alasan tidak memiliki waktu, tidak peduli, merasa bersalah, atau memiliki asumsi yang keliru) Authoritarian with physical punishment (no time, no knowledge of other ways) Orang tua melakukan kekerasan fisik sebagai hukuman pada anak yang dianggap bersalah dengan alasan tidak memiliki waktu atau tidak tahu cara yang lain) Konsekuensi yang harus ditanggung oleh anak dari dua hal di atas: Kognitif : hukuman dianggap benar, menyalahkan diri sendiri, juga memiliki konsep diri yang rendah Mental – Emosional : marah dan frustasi, merasa dikhianati, merasa tidak dicintai, tidak diinginkan Behavioral : melampiaskan kemarahan dan frustasi dalam tindakan, mengasingkan diri, tergantung pada orang lain Bagaimana dengan peran sekolah? Anak memasuki sekolah ketika dia sudah membawa kepribadian dari rumah. Hanya sekitar 2-6 jam waktunya bagi sekolah untuk menangani anak. Maka mustahil bagi sekolah untuk mengatasi berbagai persoalan anak tanpa partisipasi aktif dari para orang tua. Berdasarkan bahan workshop Prof. Dr. Irwanto, M.Sc., PhD, 23 Agustus 2013, diambil dari kanisiusmedia.com -6-
JADWAL LITURGI HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM – 22 & 23 Nov
MINGGU ADVEN I - 29 & 30 Nov
Bacaan: Yeh. 34:11-12,15-17; Mzm. 23:1-2a,2b-3,5-6; Ul:1; 1 Kor. 15:20-26a,28; Mat. 25:31-46 / Saran Lagu: PS 547, 549, 550, 551, 553, 554, 642, 646, 702, 849, 953
Bacaan: Yes. 63:16b-17; 64:1,3b-8; Mzm. 80:2ac,3b,1516,18-19; 1 Kor. 1:3-9; Mrk,13:33-37 Saran Lagu: PS 437, 438, 441, 443, 445, 718, 720, 865, 951
Sabtu, 22 November, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Sta. Agatha - V
Sabtu, 29 November, pukul 17.00 Koor dan Tatib: St. Petrus
Minggu, 23 November, pukul 06.30 Koor dan Tatib: St. Timoteus – I
Minggu, 30 November, pukul 06.30 Koor dan Tatib: St. Thomas Rasul
Minggu, 23 November, pukul 09.00 Koor dan Tatib : St. Theodorus – III
Minggu, 30 November, pukul 09.00 Koor dan Tatib : Wilayah I
Minggu, 23 November, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Sta. Khatarina – II
Minggu, 30 November, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Beata Teresa
Petugas Lektor : Jeanne Atlanta A . A . P & Satrio Widodo Putra/i Altar: Maria Lilin K. R., Michael Ryan De Fretes, Alleandra Luwina Nugroho, Franciscus Xaverio Anggara N., Brigitta Grace Simon, Agatha Febriani N., Fransisca Vannia Rahmadi, Ivana Permata Ariesta, Josephine Isabel Varella, Vilda Regina Prodiakon: Bayu Rajasa, Gunawan Gunarso, Agung Wahyu Wibowo, Grace Theresia Supit, Cynthia Catharina, Petrus Lazarus Mardjono, Yoseph Martahan Sitorus, Yuliana Yelly
Petugas Lektor : Gita Adinda & Jacinta Dewi iswanto Putra/i Altar: Esthevania N., Nicholas Yabes Condi, Margaretha Yosilia Paskalovana, Immanuel X., Brigitta Stephanie, Maria Carmelita Ome Leba, Christina Simamora, Brigieth Rungo Rata, Peter Brandley, Gregorius Rio A. Prodiakon: F. A. Soedjarno, Georgino Godong, Heru Yuniriyanto, Agnes A. Sayan Rampisela, George Pangemanan, Albertus Sugianto Supriadi
Petugas Lektor : Angelina Wardhani E & Cecilia Andria P S Putra/i Altar : Elisabeth Novadiana K. T., Maria Ajeng Cipta Wening, Joety Johannes Aaron B., Dylan Alexander C., Margareta Velicia, Gabriela Vianka Kineta, Maria Lilian D., Kevin Stevandhy, Benedicto Siswoko, Benigno A. Siswoko Prodiakon: Prima Widi Hatmi, Fransiskus P. Narendra, Noegroho Tjiptorahardjo, Ingewati Kusuma, Maria Yoke Edna, Gunawan Wibowo, Tjhong Vincentius, Hendrawan Thiodorus, Bambang Koes Rudiyanto, Hartawan Makmur, Supriyanto, Yadi Djuhandi, Royandi Ernestus DP, Yohanes Budi Purwanto, Rudyanto Gunawan, FX Andri, Arden Andreas Barus, Didik Wiryawan AP, Lily Irene Tantra, Helfina M. Tisnakusuma
Petugas Lektor : Maria.A Witjaksono & Anggia Kandhi Putra/i Altar: Kevin B., Theresia Avilla Revabelle M., Benedictus Raymardi, Yohanes Purba Sangga B., S. Archangela Girlani O., Isabella Titta, Agata Anjani Cita Permata K., M. F. Chelsea Novelia P. G., Catherine Inez Maharani P., Carolina Susan Mahadewi G. A. Prodiakon: Anna Retno Hapsari, Gregorius Suyanto Utomo, Heribertus Darno, Esther Meinelsa Manurung, Soetojo Dharmadi, Gatot Kusumo Atmojo, Metty Suprapti, Wahid Gunawan
Petugas Lektor : Immanuella Talenta dan Cicilia Nina Putra/i Altar: Prodiakon: Heru Santosa, Johanes Sumardi, Haryono /Widarta, Agustono Widjaja, Agus Munandar, Saly Listiyadhi, Hesti Purbaningsih, Thomas Erwin Kurniawan
Petugas Lektor : Yena Hidayat dan Sofie Putra/i Altar: Prodiakon: Johannes Suharno, Kamilus arifin, rinto Setiono, Bambang Sulistyo, Fifi Amaliawaty, Marcus B. Samosir
Petugas Lektor : M.A. Tri Mardikowati dan M.B.Sri Mardyaningrum Putra/i Altar : Prodiakon: Paul August Liqui, Hadi Susanto, Dwi Respati, Donanta Octaviardi, Probel gultom, Indri Prijatmodjo, Temmy Royani, Romualdus Ponidjan, Adrianus Nggala, Stephanus Soetyoso, Didi Hartanto, Yasinta Fatmawati, Yosep Yendi, Agnes Bertha Tabarani, A.Fadjar AS, Saaras Damai Susetyo, Daniel Bala Batti, F. Ratna Supeni, Maryono Suwargo, willem Dagi.
Petugas Lektor : Kineta, Helena Hennywati Halim Putra/i Altar: Prodiakon: Bayu Rajasa, Gunawan Gunarso, Agung Wahyu Wibowo, Ferry Kordat, Columbanus Marianto, Floribertus Rismantoro, Lucas Hanifa Natahusada, Ronald C. Sampayan
-7-
PENGUMUMAN 1. Wanita Katolik RI SanMaRe : “DIARY WANITA” Untuk persiapan hari Natal, WKRI – SanMaRe mengadakan acara “Diary Wanita” dengan mengadakan ketrampilan membuat Sarung Tangan dari bahan Felt/ Flannel pada hari Kamis, 20 November 2014. Waktu 10.00 – 12.00. Tempat Ruang 301 – Gereja SanMaRe. Biaya perpaket @ Rp. 25.000,- yang terdiri dari – 6 Lembar Felt warna : merah, hijau tosca, hijau tua, putih, hitam, orang. – Payet dan pom pom. – Lem uhu. – Pola snowman. – Tali gantungan. – Jarum dan benang jahit. – Dacron. Untuk pendaftaran hubungi: Roswitha di 0811 960 760 atau Rita 0817 999 5650. Ayo ajak teman – teman untuk ikut berpartisipasi. 2. Misa Warsen - Warga Senior Paroki Santa Maria Regina Diundang seluruh Warga Senior Paroki SanMaRe untuk turut hadir pada Misa yang diadakan hari Jumat, tanggal 21 November 2014 pukul 10.00 di Aula SanMaRe dengan Rm. Gunawan, Pr.
UNDANGAN RAPAT KARYA DEWAN PLENO SANMARE Diharapkan kehadiran Dewan Paroki Harian, Ketua Seksi, Kepala Bagian, Ketua Komunitas, Koordinator Wilayah, dan Ketua Lingkungan serta 1 (satu) wakil/sekretarisnya pada: Hari Pukul Tempat Agenda
: : : :
Minggu, 16 dan 23 November 2014 09.00 s/d 16.00 Aula Gereja SanMaRe, Bintaro Jaya Membahas Program Pelayanan dan Rencana Anggaran Belanja 2015
* Terima Kasih Atas Perhatian, Kehadiran, Dan Pelayanan Anda *
-8-