DAFTAR GAMBAR / LIST OF FIGURES Halaman Page 1.1 3.1 3.2 4.1
4.2 5.1 5.2 6.1
7.1 8.1 8.2
8.3
8.4
Persentase Luas Daerah Nusa Tenggara Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2013 Area Percentage of Nusa Tenggara Timur by Regency/Municipality, 2013 …………………………….
5
Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Population by Regency/Municipality, 2013 ……………………………………………………..
61
Piramida Penduduk, 2013 Population Pyramide, 2013 ……………………………………………………………………………………………………
62
Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis dan Jenis Kelamin, 2013 Population of 10 Years Old and Over by Literacy Per Sex, 2013 …………………………………………….
112
Persentase Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama per Kabupaten, 2013 Percentage of Religion Follower by Regency, 2013 …………………………………………..
113
Persentase Populasi Ternak Besar Menurut Jenis Ternak di Setiap Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Large Livestock Population by Kind and Regency/Municipality, 2013 ……………..
216
Persentase Populasi Ternak Kecil Menurut Jenis Ternak dan Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Small Livestock Population by Kind and Regency/Municipality, 2013 ………………
217
Persentase Pelanggan Pemakai dan Nilai Pemakaian Listrik Menurut Kabupaten/Kota, 2013 Percentage of Electrical Power Costumer and Value Consumption by Regency/Municipality, 2013 ………………………………………………………………………………………………………………………………………
291
Neraca Perdagangan Luar Negeri Nusa Tenggara Timur, 1990–2013 International Trade Balance of Nusa Tenggara Timur, 1990–2013 …………………………..…………..
305
Banyaknya Korban Kecelakaan Lalu Lintas, 2012–2013 Number of Traffic Accident Victims, 2012–2013 ……………………………………………………..…………….
325
Arus Penumpang Angkutan Penyeberangan Ferry pada Setiap Lintasan Penyeberangan Komersil, 2013 Number of Ferry Passenger’s Visit Currents by Commercial Port, 2013………………………..…………
326
Banyaknya Pesawat yang Datang pada Pelabuhan Udara Menurut Kabupaten/Kota, 2012–2013 Number of Arrival Airlines Via Airport by Regency/Municipality, 2012–2013 ……………..………….
327
Banyaknya Penumpang yang Berangkat dari Pelabuhan Udara Setiap Kabupaten, 2012–2013 Number of Departure Passengers via Airport by Regency, 2012–2013 …………………………………..
328
Jumlah Pelanggan Telepon Perorangan di Setiap Kabupaten, 2013 Number of Business Telephone Customers by Regency, 2013 ……………………………………..………...
329
Laju Inflasi Kota Kupang Per Bulan, 2013 Monthly Inflation Rate of Kupang City, 2013 (2007 = 100.00) ………………………………………..………
353
….. 8.5 9.1
xl
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
PENJELASAN UMUM Beberapa data yang kami sajikan dalam penerbitan ini merupakan data perbaikan dari penerbitan tahun–tahun sebelumnya. 1. Tanda–tanda yang dipakai : i. … : Data belum tersedia ii. – : Data tidak tersedia atau dapat diabaikan iii. , . : Tanda desimal 2. Satuan : i. Batang (sabun cuci) ……………………………………….…. : 400 gram ii. Botol ………………………………………………………………... : 700 cc iii. Km (Kilometer) ……………………………….……………..… : 1000 meter iv. Lusin …………………………………………………………...…... : 12 buah v. Ton …………………………………………………….………….... : 1000 kg vi. Zak …………………………………………………………………... : 40 kg vii. Kw (kwintal) …………………………………………………..… : 100 kg viii. Liter ……………………………………………………………….… : 1000 cc ix. Liter (untuk beras) …………………………………………… : 0.80 kg x. Buah, bungkus, butir, helai, kilogram (kg), meter (m) 3. Sumber Data : Data yang ada dalam penerbitan ini ada yang dikumpulkan langsung oleh Badan Pusat Statistik dan ada pula yang bersumber dari Dinas/Instansi/Jawatan di Tingkat Provinsi. Data yang sumbernya tidak disebutkan, dikumpulkan langsung dari responden oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014
xli
EXPLANATORY NOTES Symbol, unit and others that used in this publication, are as follows. 1. S y m b o l s : i. … : Data not yet available ii. – : Data not available or data negligible iii. , . : Decimal point
2. U n i t : i. Briquette for soap ………………………………………..…… : 400 gram ii. Bottle ……………………………………………………………..… : 700 cc iii. Kilometers (km)…………………………………………..….…. : 1000 meter iv. Dozen ……………………………………….…………………….… : 12 pieces v. Metric ton …………………………………………………….….. : 1000 kg vi. Sack …………………………………………..…………………..... : 40 kg vii. Quintal (ql) ……………………………………………….....….. : 100 kg viii. Littre …………………………………………………………………. : 1000 cc ix. Littre (for rice) ………………………………………..………… : 0.80 kg x. Unit, patch, number, piece, kilogram (kg), meter (m) 3. S o u r c e s : Statistical data presented in this publication based on secondary statistical data compiled as a part of the normal activities of various government and private institution in NTT and some of data represent the result of survey, conducted by the BPS NTT.
xlii
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
GEOGRAPHICAL SITUATION AND CLIMATE
2
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
PENDAHULUAN
INTRODUCTION
1. Buku NTT dalam angka 2012 merupakan statistik tahunan yang diterbitkan secara berkala oleh Badan Pusat Statistik Provinsi NTT sejak tahun 1972. Dengan adanya perubahan struktur organisasi BPS sesuai PP. No. 51 tahun 1999 dan Keputusan Presiden No. 121 tahun 2001 penyusunan isi publikasi disesuaikan dengan struktur organisasi yang baru yaitu : Bagian Tata Usaha Bidang Statistik Produksi Bidang Statistik Distribusi Bidang Statistik Sosial Bidang Neraca Wilayah dan Analisa Statistik Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik
1. This book NTT in figure 2012 is an annual publication of the BPS – Statistics of NTT that has published periodically since 1972. The information presented is in conformity with Government Regulation No.51 of 1999 and President Decree No.121 of 2001 under the organization of BPS. In line with government regulation, the BPS NTT consists of six Divisions: Secretariat Production Statistics Division Distribution Statistics Division Socio Statistics Division Analysis Regional Accounts and Analysis Statistics Division Integration Processing and Statistical Dissemination Division
2. Data statistik yang disajikan diperoleh dari Dinas–Dinas di lingkungan Pemda NTT, serta instansi pemerintah & swasta lainnya diwilayah NTT berupa data sekunder. Sebagian data diambil dari sajian Badan Pusat Statistik dan yang berasal dari hasil kegiatan survei Badan Pusat Statistik NTT. Pada penerbitan 2011 ini penyajiannya dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris. Hal ini dimaksud untuk memudahkan para konsumen data yang semakin beragam.
2. Most of the presented data has collected from the record of government offices and private institutions within the NTT administration, as secondary data collecting. Additional data were provided by BPS, and the result of relevant surveys conducted by Provincial and Regional BPS. Information of this publication has presented in Bahasa Indonesia and English to facilitate miscellanies consumers.
3. Satuan atau ukuran serta tabel–tabel statistik bersifat baku secara nasional yang juga berpedoman kepada standarisasi Perserikatan Bangsa–Bangsa.
3. Most of the data presented were collected from the Unit and Measures etc, Used in the statistical tables are of National Standard, equal to accepted international standard.
4. Untuk tabel tabel statistik dimana periode laporan datanya bulanan dan tahunan, selalu disajikan secara series, agar pemakai data dapat melihat atau menganalisis perkembangannya.
4. Most of monthly and annual data presented as time series enable the users to follow to development trend.
Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014
xliii
SEJARAH SINGKAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR A. Zaman Kebangkitan Nasional (±1900–1942) Pada masa sesudah tahun 1900, kerajaan–kerajaan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada umumnya telah ber ubah status menjadi Swapraja. Swapraja–swapraja tersebut, 10 berada di pulau Timor (Kupang, Amarasi, Fatuleu, Am foan, Molo, Amanuban, Amanatun, Mio maffo, Biboki, Insana) satu di pulau Rote (Rote), satu di pulau Sabu (Sabu), 15 di pulau Sumba (Kanatang, Lewa–Kanbera, Tabundung, Melolo, Rendi Mangili, Wei jelu, Masukaren, Laura, Waijewa, Kodi– Lauli, Membora, Umbu Ratunggay, Ana kalang, Wanokaka, Lambaja), sembilan di pulau Flores (Ende, Lio, Larantuka, Ado nara, Sikka, Ngada, Riung, Nage Keo, Manggarai), tujuh di pulau Alor– Pantar (Alor, Baranusa, Pantar, Matahari Naik, Kolana, Batu Lolang, Purema). Swapraja–swapraja tersebut terbagi lagi menjadi bagian–bagian yang wilayah nya lebih kecil. Wilayah–wilayah kecil itu disebut kafetoran–kafetoran. B. Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Wilayah Nusa Tenggara Timur pada waktu itu merupakan wilayah hukum dari keresidenan Timor dan daerah takluknya (Residentie Timor en Onder Hoorig Heden). Keresidenan Timor dan daerah bagian barat (Timor Indonesia pada waktu itu, Flores, Sumba, Sumbawa serta pulau–pulau kecil sekitarnya seperti Rote, Sabu, Alor, Pantar, Lomblen, Adonara, Solor). Keresidenan Timor dan daerah takluknya berpusat di Kupang, yang me miliki wilayah terdiri dari tiga afdeeling (Timor, Flores, Sumbawa dan Sumba), 15 onderafdeeling dan 48 Swapraja. Afde eling Timor dan pulau–pulau terdiri dari 6 onder afdeeling dengan ibukotanya di Kupang. Afdeeling Flores terdiri dari 5 onder afde eling dengan ibukotanya di Ende. Yang ketiga adalah Afdeeling Sumbawa dan Sumba dengan ibukota di Raba (Bima). Afdeeling Sumbawa dan Sumba ini terdiri dari 4 onder afdeeling. Keresidenan Timor dan daerah takluknya dipimpin oleh seorang residen, sedangkan afdeeling dipimpin oleh seorang asisten residen. Asisten residen ini membawahi kontrolir/ Controleur dan Geraghebber sebagai pemimpin Onder afdeeling. Residen, asisten residen, kon troliir dan gezaghebber adalah pamong praja Kolonial Belanda. Para kepala onder afdeeling yakni kontrolir dibantu oleh pamong praja bumi putra ber pangkat Bestuurs assistant. (Ch. Kana, 1969, hal . 49– 51). C. Zaman Pendudukan Jepang (1942–1945) Pada tanggal 8 Maret 1942 komando angkatan perang Belanda di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian secara resmi Jepang menggantikan Belanda sebagai pemegang kekuasaan di Indonesia. Untuk Indonesia bagian timur termasuk wilayah Indonesia Bagian Timur wilayah NTT berada di bawah kekuasaan angkatan laut Jepang (Kaigun) yang berkedudukan di Makasar. Adapun da lam rangka menjalankan pemerintahan di daerah yang diduduki Kaigun menyusun pemerintahannya. Untuk wilayah Indonesia bagian timur dikepalai oleh Minseifu yang berkedudukan di Maka sar. Di bawah Minseifu adalah Minseibu yang untuk daerah Nusa Tenggara Timur termasuk ke dalam Sjoo Sunda Shu (Sunda Kecil) yang berada di bawah pimpinan Minseifu Cokan yang ber kedudukan di Singaraja. Disamping Minseibu Cokan terda pat dewan perwakilan rakat yang disebut Syoo Sunda Sukai Yin. Dewan ini juga berpusat di Singaraja. Diantaranya ang gota dewan ini yang berasal dari Nusa Tenggara Timur adalah raja Amarasi H. A. Koroh dan I. H. Doko. Untuk pemerintahan di daerah–daerah nampaknya tidak banyak mengalami perubahan, hanya instilah–istilahnya saja yang dirubah. Bekas wilayah afdeeling dirubah menjadi Ken dan di xliv
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
NTT ada tiga Ken yakni Timor Ken, Flores Ken dan Sumba Ken. Ken ini masing–masing dikepalai oleh Ken Kan rikan. Sedang kan tiap Ken terdiri dari beberapa Bunken (sama dengan wilayah onder afdeeling) yang dikepalai Bunken Karikan. Di bawah wilayah Bunken adalah swapraja– swapraja yang dikepalai oleh raja–raja dan pemerintahan swapraja ke bawah sampai ke rakyat tidak mengalami perubahan. D. Zaman Kemerdekaan (1945–1975) Setelah Jepang menyerah, Kepala Pemerintahan Jepang (Ken Kanrikan) di Kupang memutuskan untuk menyerahkan pemerintahan atas kota Kupang kepada tiga orang yakni Dr.A.Gakeler sebagai walikota, Tom Pello dan I.H.Doko. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pasu kan NICA segera mengambil alih seluruh pemerintahan sipil di NTT, di mana susunan pemerintahan dan pejabat–pejabatnya sebagian besar adalah pejabat Belanda sebelum perang dunia II. Dengan demikian NTT menjadi daerah kekuasaan Belanda lagi, sistem pemerintahan sebelum masa perang ditegakkan kembali. Pada tahun 1945 kaum pergerakan secara sembunyi– sembunyi telah mengetahui perjuangan Republik Indonesia melalui radio. Oleh karena itu kaum pergerakan menghidupkan kembali Partai perseri katan Kebangsaan Timor yang berdiri sejak tahun 1937 dan kemudian berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Perjuangan politik terus berlanjut, sampai pada tahun 1950 dimulai pase baru dengan dihapusnya dewan raja–raja. Pada bulan Mei 1951 Menteri Dalam Negeri NIT mengangkat Y.S. Amalo menjadi Kepala Daerah Timor dan kepu lauannya menggantikan H.A. Koroh yang wafat pada tanggal 30 Maret 1951. Pada waktu itu daerah Nusa Tenggara Timur termasuk dalam wilayah Propinsi Sunda Kecil. Berdasarkan atas keinginan serta hasrat dari rakyat Daerah Nusa Tenggara, dalam bentuk resolusi, mosi, pernyataan dan delegasi–delegasi kepada Pemerintah Pusat dan Panitia Pembagian Daerah yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No.202/1956 perihal Nusa Tenggara, pemerintah berpendapat sudah tiba saatnya untuk membagi daerah Propinsi Nusa Tenggara termaksud da lam Peraturan Pemerintah RIS no.21 tahun 1950. (Lembaran Negara RIS tahun 1950 No.59) menjadi tiga daerah tingkat 1 dimaksud oleh undang–undang No.1 tahun 1957. Akhirnya berdasarkan undang–undang No.64 tahun 1958 propinsi Nusa Tenggara dipecah menjadi Daerah Swa tantra Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (inventarisasi Land Use, 1967, hal. 2). Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur meliputi daerah Flores, Sumba dan Timor. Berdasarkan undang–undang No.69/ 1958 tentang pembentukan daerah–daerah tingkat II dalam wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, maka daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur dibagi menjadi 12 Daerah Swatantra Tingkat II (Monografi NTT, 1975, hal. 297). Adapun daerah swatantra tingkat II yang ada tersebut adalah : Sumba Barat, Sumba Timur, Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores Timur, Alor, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu. Dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daswati I Nusa Tenggara Timur tertanggal 28 Pebruari 1962 No.Pem.66/1/2 yo tanggal 2 Juli 1962 tentang pembentukan kecamatan di Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur, maka secara de facto mulai tanggal 1 Juli 1962 swapraja–swapraja dihapuskan (Monografi NTT, Ibid, hal. 306). Sedangkan secara de jure baru mulai tanggal 1 September 1965 dengan berlakunya undang–undang no.18 tahun 1965 tentang pokok–pokok pemerintahan daerah. Pada saat itu juga sebutan Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur dirubah menjadi Propinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan Daerah Swatantra Tingkat II dirubah menjadi Kabupaten.
Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014
xlv
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur di Kupang, tanggal 20 Juli 1963 No.66/1/32 mengenai pembentukan kecamatan, maka Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan 12 daerah tingkat II dibagi menjadi 90 kecamatan dan 4 555 desa tradisionil, yakni desa yang bersifat kesatuan genealogis yang kemudian dirubah menjadi desa gaya baru. Pada tahun 2003 wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 16 kabupaten dan satu Kota. Kabupaten–kabupaten dan Kota tersebut adalah: Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat dan Kota Kupang. Dari 16 kabupaten dan satu kota tersebut terbagi dalam 197 kecamatan dan 2 585 desa/kelurahan. (Disarikan dari buku “Sejarah Daerah Nusa Tenggara Timur” Proyek Penelitian dan Pencetakan Kebudayaan Daerah 1977/1978).
xlvi
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
The Brief History of Nusa Tenggara Timur Province A. The Era of National Resurgence (+ 1900–1942) After the year of 1900, the kingdoms existed in East Nusa Tenggara in general had been changed the status into regions (Swaprajas). Of the 43 regions were 10 in Timor Island (Kupang, Amarasi, Fatuleu, Amfoan, Molo, Amanuban, Amanatun, Miomaffo, Biboki, Insana), one in Rote Island (Rote), and one in Sabu Island (Sabu), 15 regions in Sumba Island (Kanatang, Lewa – Kanbera, Tabundung, Melolo, Rendi Mangili, Waijelu, Masukaren, Laura, Waijewa, Kodi–Lauli, Membora, Umbu Ratunggay, Anakalang, Wanokaka, Lambaja), 9 regions in Flores Island (Ende, Lio, larantuka, Adonara, Sikka, Ngada , Riung, Nage Keo, Manggarai), 7 regions Alor – Pantar Island (Alor, Barunusa, Pantar, Matahari Naik, Kolana, Batu Lolang, Purama). These regions were divided into smaller areas. These regions were called “Kafetorans”. B. The Dutch Colonial Administration At the time, the region of East Nusa Tenggara was legally under Timor Residency and it’s colony which lead by a resident. Timor Residency and Western regions (Indonesia Timor consisted of Flores, Sumba, Sumbawa, and several small Islands namely Rote, sabu, alor, Pantar, Lomblen, Adonara, Solor). The Timor Residency and it’s colony were centered in Kupang had three districts (affdelings) (Timor, Flores, Sumba and Sumbawa), 15 sub district (onder affdelings) and 48 regions. Timor district and the island consisted of 6 sub districts which Kupang was it’s major town. Flores district had 5 sub districts which Ende was it’s major town. The third was Sumba and Sumbawa districts consisted of 4 districts with Raba as major town. Timor Residency and the colony were lead by resident, while each districts were lead by a resident assistant who as top controller and each sub districts lead by geraghebber. Resident, resident assistant, controller and geraghebber were governing bureaucracy of Dutch colonial. The head of sub district namely controller was assisted by a governing bureaucracy (Bestuurs assistant) (pg. 49 – 51 Kana, Ch.) C. The Period of Japan Colonialism (1942 – 1945) On March 8th, 1942, the Dutch armed forces in Indonesia was unconditionally surrendered to the Japanese. Thus, Japan officially replaced Dutch including East Nusa Tenggara region that under the authority of Japanese Navy (Kaigun) which stationed in Makassar. Kaigun prepared his government administration in order to govern the colonies. Eastern part of Indonesia was lead by Minseifu station in Makassar. Minseifu topped of Minseibu which included Sjoo Sunda Shu (Lesser Sunda) for East Nusa Tenggara, this lead by Minseibu Cokan that stationed in Singaraja. Besides Minseibu Cokan, there was legislative assembly called as Sjoo Sunda Sukai Yin. This legislative was also stationed in Singaraja. Among the members of this legislative there were the king of Amarasi H. A. Koroh and I. H. Doko who represented East Nusa Tenggara. The administration of the regions did not seem to improve, only the terms has changed significantly. The ex–district was changed into Ken and in East Nusa Tenggara there were three Kens namely Ken Timor, Ken Flores, Ken Sumba. Each Kens were headed by Ken Karikan. Each Kens were consisted of several Bunkens (identical to subdistrict region) lead by Bunken Karikan. Under Bunken there were regions lead by kings and there was not any changed in district administration downward.
Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014
xlvii
D. The Independence Era (1945 – 1975) After Japan was surrendered, the head of Japanese Administration in Kupang gave up the authority of Kupang to Dr. A. Gakeler as a Major, Tom Pello and I. H. Doko. However, it was not long lasting because NICA trooped took over all of the civil administration in East Nusa Tenggara, prior to Second World War. Thus, officials of East Nusa Tenggara became Dutch colony again and the administration system prior reinforced. In 1945, the Indonesian hidden movements have been informed of the struggle of Republic Indonesia trough radio. Therefore, they movement revitalized Timor Nationality Alliances Party which was founded in 1937 and later changed into Indonesia Democracy Party (PDI). Political struggled still continued, in 1950 was started the new stage when council of kings were removed in May 1951. The Minister for Internal affairs of NIT (The State of East Indonesia), appointed Y. S. Amalo to be a head of Timor region and it’s islands to replace of H. A. Koroh who died on March 30th, 1951. In the period of time, East Nusa Tenggara region was a part of Lesser Sunda province. Based on the desire of people of Nusa Tenggara region expressed through resolution, motion, statement, and delegations to the central government and The Regional Divider Committee formed by Presidential Decree No. 202 / 1956 about Nusa Tenggara, the government was on the opinion that the time had came to divide Nusa Tenggara Province refered the government regulations of The Federal Republic of Indonesia (RIS) (Government Official Gazette of The Federal Republic of Indonesia 1950 No. 59) into three autonomous administrative first region defined in regulations No. 1 1957. Finally, based on regulations No. 64 1958. Nusa Tenggara Province was divided into first autonomous administrative regions; Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara (Land Use Inventaritation, 1967, pg. 2). The East Nusa Tenggara autonomous administrative first region consisted of Flores, Sumba and Timor regions. Based on regulations No. 69 / 1958 about the formation of second autonomous administrative regions in first autonomous administrative region of Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara were divided into 12 autonomous administrative second regions (East Nusa Tenggara monographs, 1975 pg. 297). With the issue of the Governor Decree of East Nusa Tenggara dated February 28 th, 1962, No. Gov. 66/1/2/yo on July 2nd, 1962 about reformation of sub district in second autonomous administrative regions of East Nusa Tenggara, since July 1st, 1992 as de facto, the districts were removed. in first autonomous administrative region (Monographs NTT ibid pg. 306). Meanwhile, as de Jure, the regulations were valid on September 1st, 1965 which the legislation of regulations No. 18 / 1965 about the issues of regional administration. In the period of time, the term of first autonomous administrative region of East Nusa Tenggara was replaced by East Nusa Tenggara Province, While, second autonomous administrative region was replaced by Regency. Based on the First Level Region Governor Decree of East Nusa Tenggara July 20 th, 1963 No. 66/ 1 / 32 about reformation of sub districts, So East Nusa Tenggara Province that had 12 second level regions were divided into 19 sub districts, 4555 traditional villages with genealogic unit which changed into modern style villages later. In 2003, East Nusa Tenggara Province consisted of 16 Regencies and one municipality. The Regencies were Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, TTS, TTU, Belu, Alor, Lembata, Flotim, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Rote Ndao, Manggarai Barat and the municipality was Kota Kupang. The 16 regencies and 1 municipality were divided into 197 sub districts and 2585 administrative villages. (Resumed from the book “Nusa Tenggara Timur Region History" Regional Culture’s Research Project and Printing 1977/1978). xlviii
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG–UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Mengingat
:
Menetapkan :
a. bahwa statistik penting artinya bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan di segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, untuk memajukan kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai cita–cita bangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang–Undang Dasar 1945; b. bahwa dengan memperhatikan pentingnya peranan statistik tersebut, diperlukan langkah–langkah untuk mengatur penyelenggaraan statistik nasional terpadu dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien; c. bahwa Undang–undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan Undang– undang Nomor 7 tahun 1960 tentang Statistik pada saat ini tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, tuntutan masyarakat, dan kebutuhan pembangunan nasional; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c di atas, dipandang perlu membentuk Undang–undang tentang Statistik yang baru; Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang–Undang Dasar 1945; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG–UNDANG TENTANG STATISTIK.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang–undang ini yang dimaksud dengan : 1. Statistik adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam penyelenggaraan statistik . 2. Data adalah informasi yang berupa angka tentang karakteristik (ciri–ciri khusus) suatu populasi. Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2014
xlix
3. Sistem Statistik Nasional adalah suatu tatanan yang terdiri atas unsur–unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam penyelenggaraan statistik. 4. Kegiatan statistik adalah tindakan yang meliputi upaya penyediaan dan penyebarluasan data, upaya pengembangan ilmu statistik, dan upaya yang mengarah pada berkembangnya Sistem Statistik Nasional. 5. Statistik dasar adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, yang memiliki ciri–ciri lintas sektoral, berskala nasional, makro, dan yang penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab Badan. 6. Statistik sektoral adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas–tugas pemerintahan dan pembangunan yang merupakan tugas pokok instansi yang bersangkutan. 7. Statistik khusus adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spesifik dunia usaha, pendidikan, sosial budaya, dan kepentingan lain dalam kehidupan masyarakat, yang penyelenggaraannya dilakukan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya. 8. Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. 9. Survei adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. 10. Kompilasi produk administrasi adalah cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data yang didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan atau masyarakat. 11. Badan adalah Badan Pusat Statistik. 12. Populasi adalah keseluruhan unit yang menjadi objek kegiatan statistik baik yang berupa kegiatan instansi pemerintah, lembaga, organisasi, orang, benda maupun objek lainnya. 13. Sampel adalah sebagian unit populasi yang menjadi objek penelitian untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi. 14. Sinopsis adalah suatu ikhtisar penyelenggaraan statistik. 15. Penyelenggara kegiatan statistik adalah instansi pemerintah, lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya. 16. Petugas statistik adalah orang yang diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan statistik untuk melaksanakan pengumpulan data, baik melalui wawancara, pengukuran, maupun cara lain terhadap objek kegiatan statistik. 17. Responden adalah instansi pemerintah, lembaga, organisasi, orang, dan atau unsur masyarakat lainnya yang ditentukan sebagai objek kegiatan statistik.
BAB II ASAS, ARAH, DAN TUJUAN Pasal 2 Selain berlandaskan asas–asas pembangunan nasional, Undang–undang ini juga berasaskan : a. keterpaduan; b. keakuratan; dan c. kemutakhiran.
l
Nusa Tenggara Timur in Figures 2014