Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Melalui Teknik Mencari Pasangan Lambang Bilangan Pada Anak Kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo
[email protected]
Lisma Muda, Martianty Nalole, Samsiar RivaI. ABSTRAK Lisma Muda, 2014. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1-10 Melalui Teknik Mencari Pasangan Lambang Bilangan Pada Anak Kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni apakah kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo dapat ditingkatkan melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan. Adapun tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan pada anak kelompok A di TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Hasil penelitian siklus I diperoleh dari 24 anak hanya 14 orang anak atau 58.33% yang mampu mengenal angka, kurang mampu 6 orang anak atau 25%, tidak mampu 4 orang anak atau 16.67%, sehingga dilakukan siklus ke II. Pada penelitian siklus II diperoleh dari 24 anak hanya 19 orang anak atau 79.16% yang mampu mengenal angka, kurang mampu 4 orang anak atau 16.67%, tidak mampu 1 orang anak atau 4.16%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan, kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo meningkat.
Kata Kunci : Kemampuan, Mengenal Angka, Mencari Pasangan, Lambang Bilangan
Lisma Muda, Mahasiswa pada Jurusan PAUD Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Martianty Nalole,M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Samsiar Rivai, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Gorontalo.
Dari hasil pengamatan diketahui pula bahwa penyebab lain rendahnya kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A TK Kihajar Dewantaoro 14 di Kelurahan Ipilo Kota Timur karena guru kurang tepat menggunakan teknik pembelajaran sehingga anak-anak kurang tertarik untuk belajar mengenal angka. Upaya yang pernah dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan anak untuk mengenal angka yakni melalui permainan engklek ternyata belum bisa memberikan hasil yang efektif karena ada anak-anak yang kurang suka permainan fisik ini. Berdasarkan pengalaman saya sebagai pendidik di TK Kihajar Dewantoro 14 diketahui bahwa terdapat 24 anak kelompok A, anak yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika dalam bentuk mengenal angka 1-10 berjumlah 19 orang atau 70.17% sedangkan yang mampu hanya berjumlah 5 orang atau 20.83%. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak yakni sulitnya untuk mengenal angka 1-10, anak dapat menyebutkan angka tetapi ketika dihadapkan kepada permasalahan benda konkret anak tidak dapat mengasosiasikan antara angka yang disebut dengan jumlah benda yang ditunjukkan anak. Selain itu terdapat beberapa anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep menghitung benda yang jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, dan sama banyak dimana anak hanya mampu menyebutkan angka dari 1 sampai 10 bahkan lebih, tetapi tidak tahu simbol angkanya padahal kemam puan berhitung merupakan kemampuan dasar yang diperlukan untuk tahapan berhitung selanjutnya. Teknik mencari pasangan adalah cara mendidik anak untuk mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana bermain yang menyenangkan (Saputra dan Ruyanto, 2005:79). Penerapan teknik mencari pasangan pada proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak mengenali konsep komunikasi dengan kalimat sederhana dan juga mengenalkan gambar angka dengan benda-benda serta menghubungkan gambar lambang angka. Melalui teknik mencari pasangan, secara tidak langsung guru telah mengajarkan konsep sederhana mengenai komunikasi dan matematika. Adapun yang menjadi tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan pada anak kelompok A di TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. 1. Bagi Anak Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka pada anak kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kota Gorontalo.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam mengenal masalah yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan mengenal angka 1-10. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pikiran yang baik dalam rangka meningkatkan
mutu proses pengajaran dan pengembangan kurikulum yang
berhubungan dengan peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak usia dini. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti melaksanakan penelitian ilmiah serta dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingan. Pengertian Angka Arti kata angka lebih mendekati arti kata digit dalam bahasa inggris. Dalam bahasa Indonesia belum ditemukannya pengertian kata angka. Dalam hal ini angka tidak lain adalah symbol yang digunakan untuk melambangkan suatu bilangan. (Erfan, 2008:1) Menurut Copley (2002:47) angka atau lambang bilangan atau symbol yang merupakan suatu obyek yang terdiri dari angka-angka. sebagai contoh bilangan 10 dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 0. Gessel dan Amatruda (dalam Sujiono, 2008: 2.8) menjelaskan bahwa anak usia 3-4 tahun mulai berbicara dengan jelas dan berarti, masa ini disebut masa perkembangan fungsi bicara. Pada masa usia 4-5 tahun merupakan masa belajar matematika/berhitung, anak sudah mulai belajar berhitung sederhana, misalnya menyebutkan bilangan, menghitung urutan bilangan 1-10, dan penguasaan jumlah kecil dari benda-benda. Pengertian Kemampuan Mengenal Angka untuk Anak Usia Dini Menurut Depdiknas (2007:2) bahwa pentingnya kemampuan mengenal angka pada anak adalah sebagai berikut: 1) Anak dapat berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengmatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak, 2) Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung, 3) Anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi, 4) Anak memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya, 5) menciptakan sesuatu spontan. Teknik Mencari Pasangan
Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam
Teknik mencari pasangan adalah teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anak TK, seperti yang telah dikemukakan oleh Curran (dalam Saputra dan Rudyanto, 2005:69) bahwa teknik mencari pasangan menjadi salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru TK dalam mengembangkan kemampuan anak didiknya. Teknik belajar mengajar mencari pasangan ini pada tahun 1994 dikembangkan oleh seorang pakar pendidikan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah anak didik mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Khusus untuk anak TK, teknik belajar mengajar mencari pasangan dapat dirancang dala suasana bermain sambil anak itu belajar sesuatu. Dijelaskan pula oleh Saputra dan Rudyanto (2005:81) bahwa langkah-langkah yang harus guru TK lakukan dalam menerapkan teknik pembelajaran mencari pasangan adalah sebagai berikut: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa Lambang bilangan. b. Masing-masing anak didik mendapat satu buah kartu yang telah guru sediakan. c. Setiap anak didik mencari pasangan yang mempunyai kartu cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan Lambang angka “1”. Berpasangan dengan pemegang kartu yang bertuliskan lambang angka “1”. d. Anak didik dapat juga bergabung dengan dua atau tiga anak didik lain, yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu dengan Lambang angka “4” akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu “4”. Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan, maka penanaman gambar bilangan melalui teknik pengajaran berhitung di TK Menurut Saputra dan Rudyanto (2005:82) dapat dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu sebagai berikut: a. Penguasaan
konsep.
Pemahaman
atau
pengertian
tentang
sesuatu
dengan
menggunakan benda dan peristiwa konkrit seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. b. Masa transisi dan konsep ke lambang. Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambangnya yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan dalam bentuk lambangnya. c. Lambang bilangan. Merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misalnya lambang 7 untuk menggambarkan gambar lambang bilangan tujuh, merah melambangkan warna dan sebagainya.
Kelebihan dan Kelemahan Teknik Mencari Pasangan Kelebihan teknik mencari pasangan menurut Dwitantra (2011:21) antara lain dapat meningkatkan aktivitas belajar anak, baik secara kognitif maupun fisik, metode ini menyenangkan karena ada unsur permainan, meningkatkan pemahaman anak terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan motivasi belajar anak, efektif sebagai sarana melatih keberanian anak untuk tampil presentasi dan efektif melatih kedisiplinan anak menghargai waktu untuk belajar. Dwitantra (2011:21) juga menyatakan kelemahan teknik mencari pasangan antara lain jika guru tidak merancangnya dengan baik, maka akan banyak waktu yang terbuang, pada awal penerapan teknik ini, banyak anak bisa yang malu berpasangan dengan lawan jenisnya, jika guru tidak mengarahkan anak dengan baik, saat presentasi banyak anak yang kurang memperhatikan, guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada anak yang tidak mendapat pasangan karena mereka bisa malu, dan penggunaan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan. Penerapan Teknik Mencari Pasangan Dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal
Angka 1-10 Pada Anak TK Anak TK adalah subyek didik yang memiliki karakteristik tersendiri dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Mengenal konsep angka 1-10 temasuk dalam pengembangan matematika permulaan yang perlu dikembangkan untuk anak Tk usia 3-4 tahun. Dengan adanya kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan bermain, Teknik mencari pasangan lambang bilangan akan lebih memotivasi anak dalam mengikuti kegiatan mengenal konsep angka, menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret, dan realistis. Kegiatan mencari pasangan lambang bilangan angka dapat digunakan untuk mengenal konsep angka pada anak TK melalui permainan sederhana, karena dalam pembelajaran teknik mencari pasangan bilangan yang dilakukan terdapat angka-angka 1-10 yang dapat digunakan untuk belajar,
sehingga
pembelajaran
tidak
membosankan
lebih
bervariatif
dan
menyenangkan. Khusus
penggunaan
dan
pemanfaatan
teknik
pembelajaran,
dalam
upaya
meningkatkan kemampuan berpikir konvergen, guru dapat menggunakan kartu acak untuk pengajaran menghitung angka dari 1-10. Pada kegiatan awal menenangkan anak dan membagi dua kelompok Guru mengajak anak-anak untu berhitung Guru mengadakan Tanya jawab tentang angka 1-10 serta Guru memperkerkenalkan lagu baru “ Ayo Berhitung”.
Secara operasional, guru memberikan kartu kepada seluruh anak yang berisikan angka dan gambar-gambar yang berbeda-beda jumlah. Selanjutnya, setiap anak akan mencocokkan kartu yang dipegangnya tersebut kepada anak yang lain. Misalnya, bagi anak yang memegang kartu angka 2, maka ia akan mencari pasangan lambang bilangan angka 2. Demikian pula dengan anak yang memegang “kartu lambang bilangan angka 3”. Maka ia akan mencari pasangan kartunya, yaitu “kartu angka 3”. Guru pula pada awalnya menunjukkan kartu-kartu angka 1-10 yang dibawanya sambil menanyakan kepada anak angka pada masing-masing kartu serta memberikan penjelasan bentuk angka. Kemudian kartu tersebut dibagikan kepada anak secara acak. Setiap anak mendapatkan kartu yang dibagikan. Anak memikirkan jawaban angka dengan mencari pasangan angka 1-10 pada masing-masing temannya. Dan guru memberikan nilai kepada anak sesuai siapa yang paling cepat mendapatkan pasangan. Kajian Penelitian yang Relevan Nurlaily, Zaroh. 2012. Dengan judul upaya meningkatkan kemampuan mengenal angka melalui penggunaan benda konkret pada anak kelompok A di TK Aba Pampang II Gunungkidul. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan mengenal angka 1-10 anak kelompok A di TK ABA Pampang II Gunungkidul. Melalui benda konkret anak dapat menggunakan seluruh inderanya dengan cara melihat, menyentuh, memegang, dan memindahkannya secara langsung. Terlebih dahulu anak menghitung banyaknya benda, setelah itu benda dihubungkan dengan angka yang sesuai. Upaya untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka pada penelitian ini melalui penggunaan benda konkret yang menarik untuk anak yaitu berupa makanan. Dengan benda konkret tersebut kemampuan anak mengenal angka dapat meningkat sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh, kemampuan anak mengenal angka pra tindakan hanya ada 3 anak atau 23,07% dengan kriteria baik. Setelah adanya tindakan siklus I kemampuan mengenal angka kriteria baik menjadi 7 anak atau 53,85%. Pada tindakan siklus II kemampuan anak mengenal angka kriteria baik meningkat menjadi 11 anak atau 84,62%. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa benda konkret memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran mengenal angka, karena melalui penggunaan benda konkret kemampuan anak dalam mengenal angka dapat meningkat. Titik Purwanti, 2012. Skripsi dengan judul peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan anak usia 4-5 tahun melalui permainan kartu angka dan kartu bergambar di RA Babussalam Prembulan Galur Kulon Progo. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, yaitu peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal
ini dibuktikan dengan hasil pra tindakan pada indikator pertama sebesar 40% meningkat pada siklus I menjadi 65% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90%. Hasil pra tindakanpada indikator kedua sebesar 40% meningkat pada siklus I menjadi 60% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 85%. Selanjutnya phasil pra tindakan pada indikator ketiga sebesar 45% meningkat pada siklus I menjadi 70% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90%. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa melalui permainan kartu angka dan kartu bergambar memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan, karena dengan permainan kartu angka dan kartu bergambar kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak meningkat. METODE PENELITIAN Metode Tindakan Kelas dengan menggunakan analisis data secara kulitataif yang dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus 1 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Kegiatan guru diamati dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh pengamat sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Pengamatan kegiatan guru berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 10 (Sepuluh) aspek. Berdasarkan penilaian pengamat terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar siklus 1, diperoleh data sebagaimana terlampir pada lampiran 4 halaman 65. Data pada lampiran 4 tersebut menunjukkan hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus 1 dari penilaian kolaborator yang mencakup 10 (Sepuluh) aspek penilaian sebagaimana terlampir, dapat dijelaskan bahwa Guru belum menyajikan materi sesuai urutan dan Pelaksanaan pengenalan pembelajaran melebihi waktu yang telah ditetapkan Dari perolehan keberhasilan kegiatan guru pada kegiatan siklus 1 berdasarkan hasil pengamatan kolaborator, dapat dikatakan belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga dilihat dari 10 aspek kegiatan guru yang diamati perlu untuk direfleksi kekurangan dan kelemahannya, agar dapat ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik melalui penelitian tindakan kelas siklus berikutnya. 2) Hasil Pengamatan Kegiatan Anak Untuk pengamatan aktivitas belajar anak dalam pengenalan pembelajaran di taman kanak-kanak maka diuraikan dalam lampiran 5 sebagaimana terlampir.
Berdasarkan lampiran tersebut untuk memastikan apakah semua kelompok sudah mendapatkan bagian, guru memeriksa satu persatu. Setelah yakin semua kelompok mendapat bagian kartu angka, Tentu saja ada yang keliru dan sebagian sudah mendekati benar. Hasil pekerjaan itu diperiksa satu persatu oleh guru dan dicatat oleh guru mitra dengan memberikan tanda centang pada kolom-kolom penilaian sesuai nama anak. Untuk memberikan gambaran yang lengkap, berikut ini adalah tabel hasil pengamatan kegiatan anak dalam proses mengenal angka 1-10 siklus 1 yang dicapai pada setiap aspek yang diamati: Tabel 4.1: Hasil Siklus I ASPEK PENILAIAN
No
Nama Siswa
Jumlah/ Nilai Rata-rata
Kemampuan menyebut angka 1-10 secara urut
Kemampuan menunjukkan angka 1-10 secara acak
Kemampuan mencari pasangan angka 1-10
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
15
7
2
13
6
5
14
6
4
62.5
29.16
8.3
54.16
25
20.83
58.33
25
16.67
Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Pengamatan Siklus 1, 2013 Dari hasil kegiatan siklus I yang digambarkan dalam tabel 4.1 tersebut, dapat dijelaskan aspek-aspek yang dinilai dalam pelaksanaan tindakan tersebut
yaitu sebagai
berikut : 3) Hasil Evaluasi Kemampuan Mengenal Angka 1.
Kemampuan menyebut angka 1-10 secara urut Bagi anak-anak seumuran TK, menghitung seharusnya sudah dapat dilakukan. Meski
demikian, belum semua anak bisa menghitung dengan baik dan lancar. Biasanya anak-anak hanya mahir berhitung dari 1 sampai dengan 5. Setelah itu ada yang bisa sedikit yang mampu menyebutkan angka 1-10, ada yang kewalahan dan ada yang tidak bisa sama sekali. Pada bagian lain, ada anak yang menghitungnya tidak sistematis, melompat-lompat dan ada pula yang menyebutkan angka 1-10 dengan angka-angka tertukar. Setelah anak didik selesai mengikuti proses pembelajaran mengenal angka 1-10 melalui teknik mencari pasanganan lambang bilangan, maka diharapkan
anak dapat
menyebutkan angka 1-10, pada siklus I ini terdapat 15 anak atau 62.5 % yang mampu
menyebutkan angka 1-10. Sedangkan 7 anak atau 29.16 % kurang mampu bahkan masih terdapat 2 anak atau 8.3% yang tidak mampu menyebutkan angka 1-10. 2.
Kemampuan menunjukkan angka 1-10 secara acak Setelah semua anak selesai menyebutkan angka 1-10, guru meminta anak-anak
berdasarkan kelompoknya untuk menunjukkan angka 1-10 secara acak. Proses ini sangat seru karena anak-anak sangat bersemangat melakukannya. Sebagian sudah bisa menunjukkan angka tersebut, namun terdapat pula anak-anak hanya diam saja tanpa menunjukkan kartu angka yang dimilikinya. Dari
hasil kegiatan siklus I berkaitan dengan aspek penilaian kemampuan
menunjukkan angka 1-10 diperoleh data bahwa ada 13 anak atau 54.16 % yang mampu menunjukkan angka 1-10. Sedangkan 6 anak atau 25 % kurang mampu bahkan masih terdapat 2 anak atau 8.3% yang tidak mampu menunjukkan angka 1-10. 3. Kemampuan mencari pasangan angka 1-10 Ketika guru meminta anak-anak untuk mencari pasangan angka 1-10 pada kelompok lain, terlihat bahwa sebagian besar sangat sulit melakukannya. Apalagi ada anak-anak yang melempar-lemparkan kartu atau merampas kartu temannya, lalu guru segera mendekat dan berusaha melerai anak-anak yang mulai bertikai. Pada aspek penilaian
yang berkaitan
dengan kemampuan mencari pasangan angka 1-10, pada kegiatan siklus I diperoleh data bahwa terdapat 14 anak atau 58.33% yang mampu mencari pasangan angka 1-10. Sedangkan 6 anak atau 25% kurang mampu, disisi lain terdapat 2 anak atau 8.3% yang tidak mampu mencari pasangan angka 1-10. Guru membantu anak mengingat pembelajaran yang telah dilakukan serta memberi pesan angka 1-10 diciptaan agar dapat dan bersyukur kepada Tuhan yang esa (satu) Bernyanyi “sayonara”. Dengan demikian, sebagian anak kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kota Gorontalo yaitu masih terdapat anak yang perlu dibimbing dalam kegiatan pembelajaran mengenal angka 1-10. Tahap Analisis dan Refleksi Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas siklus 1. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan untuk memecahkan permasalahan kesulitan yang dihadapi anak dalam mengenal angka 1-10 melalui teknik mencari pasangan bilangan. Berdasarkan pengamatan selama penelitian tindakan, dapat diterangkan hal-hal sebagai berikut:
Untuk hasil pengamatan kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, dalam penguasaan materi cukup baik. Demikian juga dalam penyampaian materi oleh guru dalam pembelajaran cukup baik, jelas, mudah dipahami, dan tidak terlalu cepat. Dari perolehan keberhasilan kegiatan guru pada kegiatan siklus 1 berdasarkan hasil pengamatan kolaborator, dapat dikatakan belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini. Sehingga dilihat dari 10 aspek kegiatan guru yang diamati perlu untuk direfleksi kekurangan dan kelemahannya yaitu: Kelemahan-kelemahan tersebut dibuktikan dengan instrument berupa lulus dan tidak lulus untuk melihat apakah indikator yang diharapkan sudah tercapai, sehingga dirasa perlu untuk mengulang kembali ke siklus kedua. Pada kegiatan pembelajaran dengan Tepuk “angka” sesuai irama sambil Bernyanyi “1,2,3,4, guru kurang maksimal, Karena sebagian anak belum mampu berhitung. Begitu pula guru melakukan kegiatan bermain dengan menghitung angka dengan jari tangan 1-10 dan anak juga kurang maksimal mengikuti kegiatan. Bahkan ada yang malu untuk menggunakan jarinya untuk berhitung. Sementara untuk hasil pengamatan kegiatan anak dalam mnegikuti pembelajaran di kelas, dapat dijelaskan bahwa kesiapan anak cukup baik, karena guru selalu berupaya memulai pelajaran setelah anak benar-benar siap. Hal ini disebabkan oleh kelemahan-kelemahan sebagai berikut : 1. Guru belum sepenuhnya menguasai pengelolaan kelas 2. Pemberian motivasi pad awal pembelajaran masih kurang 3. Pelaksanaan proses pembelajaran belum optimal 4. Masih banyak anak yang tidak aktif 5. Guru belum menyajikan materi sesuai urutan 6. Pelaksanaan pengenalan pembelajaran melebihi waktu yang telah ditetapkan Penerapan teknik mencari pasangan lambang bilangan telah dikerjakan dengan baik, akan tetapi kemampuan menyebut bilangan 1-10 yang belum memenuhi indikator kinerja mempengaruhi kemampuan anak. Sehingga dilanjutkan pada siklus II. Hasil Penelitian Siklus II 1) Hasil pengamatan kegiatan guru Penilaian aspek yang diamati pada kegiatan guru dalam proses pembelajaran melalui kegiatan siklus II, sama halnya dengan aspek yang diamati pada siklus 1. Siklus 2 juga mengamati 10 (Sepuluh) aspek kegiatan guru sebagaimana terlampir. Aspek tersebut juga diamati dengan menggunakan lembar observasi yang disusun untuk memantau
perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan terhadap teknik pembelajaran yang dipakai, serta penguasaan dalam menerapkan dalam kegiatan. Berdasarkan penilaian oleh kolaborator, maka data tentang hasil pengamatan kegiatan guru pada lampiran 7 halaman 67. Data pada lampiran tersebut menunjukkan hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus II dari penilaian pengamat yang mencakup 10 (sepuluh) aspek penilaian, mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu memperoleh nilai rata-rata 90% atau masuk berada pada kategori baik. Akan tetapi dalam Pelaksanaan sesuai dengan alokasi waktu belum sesuai dengan yang diharapkan. 2) Hasil pengamatan Aktivitas kegiatan anak Pengamatan kegiatan anak pada siklus II sama dengan tahapan pengamatan pada siklus 1, yaitu dilaksanakan pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran berakhir. Pengamat mengamati dan mencatat kegiatan guru, dalam hal ini kolaborator untuk melihat perkembangan dari setiap aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi yang ada. Demikian juga dengan aspek yang diamati dari kegiatan anak pada siklus II sama dengan aspek yang diamati pada siklus 1. Adapun hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 8. Data lampiran tersebut menunjukkan bahwa dari aktivitas belajar anak telah berjalan dengan baik, dari seluruh indikator yang dinilai 85.71% menunjukkan aktivitas belajar anak telah sesuai dengan yang diharapkan. Semua proses dan aktivitas anak tak luput dari rekaman guru mitra dengan mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Tidak ada kesulitan bagi guru mitra karena lembar observasi diisi dengan cara mencontreng kolom aspek yang dinilai menurut nama anak yang diamati. Setiap aspek terdiri dari 3 indikator penilaian dan setiap kolom hanya ada satu kali contrengan. Adapun hasil kegiatan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2: Hasil Siklus II ASPEK PENILAIAN
No
Nama Siswa
Jumlah/ Nilai Rata-rata
Kemampuan menyebut angka 110 secara urut
Kemampuan menunjukkan angka 110 secara acak
Kemampuan mencari pasangan angka 1-10
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
20
3
1
19
4
1
18
4
2
4.16
75
16.66
8.33
83.33 12.15 4.16 79.16% 16.66
Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Pengamatan Siklus 2, 2013 Dari tabel 4.2 tersebut, dapat dijelaskan perubahan dan peningkatan yang terjadi dari pelaksanaan tindakan siklus II berdasarkan aspek yang dinilai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 3) Hasil Evaluasi Kemampuan Mengenal Angka 1.
Kemampuan menyebut angka 1-10 secara urut Dalam kegiatan pembelajaran
siklus II
dapat dikemukakan keberhasilan yang
dicapai berkaitan dengan kemampuan menyebutkan angka 1-10, terdapat 20 anak atau 83.33 % yang mampu menyebutkan angka 1-10 secara urut, 3 atau 12.15% orang kurang mampu menyebutkan dan 1 atau 4.16% orang anak tidak mampu menyebutkan angka 1-10 secara urut. 2. Kemampuan menunjukkan angka 1-10 secara acak Dalam pembelajaran siklus II dengan meminimalisir kekurangan pada siklus I, diperoleh peningkatan yang cukup signifikan, di mana terdapat 19 anak atau 79.16% yang mampu menunjukkan angka 1-10 secara acak, 4 atau 16.66% orang anak kurang mampu menyebutkan dan 1 atau 4.16% orang anak tidak mampu menunjukkan angka 1-10 secara acak. 3. Kemampuan mencari pasangan angka 1-10 Setelah anak kelompok kelompok A TK Kihajar Dewantaoro 14 di Kelurahan Ipilo Kota Timur mengikuti proses kegiatan meningkatkan pemahaman melalui kegiatan bermain kartu, diharapkan anak dapat mengetahui kartu angka yang dimiliki anak. terdapat 18 anak atau 75% yang mampu menunjukkan angka 1-10 secara acak, 4 atau 16.66% orang anak kurang mampu mencari pasangan angka dan 2 atau 8.33% orang anak tidak mampu mencari pasangan angka 1-10.
Dengan demikian dari seluruh aspek penilaian yang dilakukan pada siklus II ini, terjadi peningkatan kemampuan mengenal angka 1-10 melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan, yang dapat dinilai dari Kemampuan menyebut angka 1-10 secara urut, Kemampuan menunjukkan angka 1-10 secara acak, Kemampuan mencari pasangan angka 110 mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II, dengan demikian, kegiatan tindakan cukup sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan lagi pada siklus III. Tahap Refleksi dan Analisis Kegiatan pada siklus II ini sangat berhasil karena bantuan beberapa guru untuk memberikan bimbingan kepada anak yang bermasalah serta langsung memberikan pujian kepada anak yang berhasil melakukan apa yang diperintahkan guru dengan baik. Kegaduhan dan kekacauan pada saat proses pembelajaran dapat dikurangi. Pada siklus II ini, semua anak yang berhasil mendapat pujian, jumlah anak yang sudah bisa melakukan kegiatan ini dengan baik jumlahnya meningkat. HASISIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Terlihat bahwa kemampuan anak mengenal angka 1-10 dari hasil observasi awal, kemudian meningkat pada akhir siklus I, demikian seterusnya pada akhir siklus II. Secara utuh, tindakan refleksi atau analisis dan evaluasi kegiatan observasi awal, siklus I, dan siklus II dari tindakan kelas dapat dilihat dalam tabel berikut :
ASPEK PENILAIAN
Kegiatan
Kemampuan menyebut angka 110 secara urut M
KM
Kemampuan Kemampuan mencari menunjukkan angka 1- pasangan angka 1-10 10 secara acak
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
20.83 29.16
50
4.16
45.83
50
4.16
33.33
62.5
Siklus I
62.5
8.3
54.16
25
25
16.67
Siklus 2
83.33 12.15 4.16 79.16% 16.66
16.66
8.33
Observasi Awal 29.16
20.83 58.33 4.16
Sumber Data: Olahan Data Primer dari Hasil Penelitian, 2013
75
Sumber Data: Olahan Data Primer dari Hasil Penelitian, 2013 Keterangan : M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu Berdasarkan hasil observasi awal maka dapat diketahui secara keseluruhan nilai rata dari tiga aspek yang diamati menunjukkan bahwa kemampuan anak mengenal angka 1-10 masih sangat rendah bahwa pada kategori menyebut angka 1-10 hanya terdapat 5 orang atau 20.83% yang mampu, 7 orang atau 29.16% yang kurang mampu dan 12 orang atau 50% yang tidak mampu. Adapun pada kategori Kemampuan menunjukkan angka 1-10 secara acak menunjukkan 1 orang atau 4.16% yang mampu, 11 orang atau 45.83% yang kurang mampu dan 12 orang atau 50% yang tidak mampu. Adapun pada kategori Kemampuan mencari pasangan angka 1-10 menunjukkan 1 orang atau 4.16% yang mampu 8 orang atau 33.33% yang kurang mampu dan 15 orang atau 62.5% yang tidak mampu mencari pasangan Kegiatan siklus I ini terdapat 15 anak atau 62.5 % yang mampu menyebutkan angka 1-10. Sedangkan 7 anak atau 29.16 % kurang mampu bahkan masih terdapat 2 anak atau 8.3% yang tidak mampu menyebutkan angka 1-10. Adapun kemampuan menunjukkan angka 1-10 diperoleh data bahwa ada 13 anak atau 54.16 % yang mampu menunjukkan angka 1-10. Sedangkan 6 anak atau 25 % kurang mampu bahkan masih terdapat 2 anak atau 8.3% yang tidak mampu menunjukkan angka 1-10. Adapun kemampuan anak menyebutkan angka 1-10, terdapat 20 anak atau 83.33 % yang mampu menyebutkan angka 1-10 secara urut, 3 atau 12.15% orang kurang mampu menyebutkan dan 1 atau 4.16% orang anak tidak mampu menyebutkan angka 1-10 secara urut. Dalam pembelajaran siklus II dengan meminimalisir kekurangan pada siklus I, diperoleh peningkatan yang cukup signifikan, di mana terdapat 19 anak atau 79.16% yang mampu menunjukkan angka 1-10 secara acak, 4 atau 16.66% orang anak kurang mampu menyebutkan dan 1 atau 4.16% orang anak tidak mampu menunjukkan angka 1-10 secara acak. Adapun kemampuan mencari pasangan angka 1-10 terdapat 18 anak atau 75% yang mampu menunjukkan angka 1-10 secara acak, 4 atau 16.66% orang anak kurang mampu mencari pasangan angka dan 2 atau 8.33% orang anak tidak mampu mencari pasangan angka 1-10. Secara khusus kemampuan tersebut berkaitan dengan menyebutkan angka 1-10 secara urut, menunjukkan angka 1-10 secara acak.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan, kemampuan mengenal angka 1-10 pada anak kelompok A TK Kihajar Dewantoro 14 Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo meningkat. 1.
Bagi anak hendaknya melalui teknik mencari pasangan lambang bilangan anak
lebih mengenal angka 1-10. 2.
Bagi guru lebih aktif dalam menggunakan teknik pembelajaran terutama pada
setiap rencana kegiatan harian agar anak tidak menjadi bosan dalam belajar. 3.
Bagi sekolah hendaknya menyediakan fasilitas bermain yang lebih beragam
dan menarik perhatian anak sehingga meningkatkan kepahaman motorik halus anak. 4.
Bagi peneliti hendaknya hasil penelitian ini menjadi tolak ukur implementasi
dalam pembelajaran tentang penggunaan teknik pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Copley, Juanita V. 2002. The Young Child and Matematics. National Association for the Education of Young Children. Depdiknas. 2006. Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Fisik/Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Dwitantra,
Prawindra
2011.
Metode
Pembelajaran.
(Online)
http://matahati99.blogspot.com/2013/02/kelebihan-dan-kelemahan-metode.html diakses 28
September 2013 Erfan, 2008. Perbedaan Angka Dan Bilangan, (Artikel Online) Yogyakarta: BPPT Darul Sholah. Saputra, Yudha M., dan Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas Sujiono. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.