THEUSEOFPROCESSOR COMPLETED WITHZEOLIT ASBIOFILTER MEDIA TO IMPROVE THE QUALITY OF PALM OIL INDUSTRIAL LIQUID WASTE BASED AMMONIA AND TSS CONCENTRATION
By Lilis Elizabet¹), Budijono²), M. Hasbi²) email:
[email protected] Abstrak The research was conducted from January until August 2015 at palm oil industry of PT. PN V Sei. Galuh Tapung Districk Kampar Regency. This study aims to improve the effectiveness of biofilter zeolite with 3 units of the anaerobic process - 2 units aerobic process in reducing the organic pollutants contained in palm oil industry wastewater as a mediafor aquaculture fish. During the study, sampling performed 5 times with intervals of taking for 2 weeks. Based on the results of the study, the biofilter reactor can reduce organic pollutants in wastewater viewed by a decrease in TSS value of 750 mg / L (inlet) to 26.7 mg / L (outlet) with effectiveness of 96.44% (already meet the standard quality standard) and the ammonia concentration of 138.3 mg / L (inlet) to 24.83 mg / L (outlet) with 82.05% effectiveness (not in accordance with the quality standards) with the survival percentage of 50% carp, tilapia 60% and catfish 80%.
Key word : Biofilter, TSS, Ammonia, zeolit, palm oil industry wastewater, aquaculture fish.
1 .Student in the Faculty of Fisheries and Marine Science, University Of Riau 2. Lecturer in the Faculty of Fisheries and Marine Science, University Of Riau Dampak negatif yang ditimbulkan berasal
I. PENDAHULUAN Pesatnya
perkembangan
pabrik
dari buangan limbah cair yang mencapai
minyak kelapa sawit (PMKS) di Provinsi
60% dari tiap ton tandan buah segar (TBS)
Riau memberikan dampak positif terhadap
yang diolah menjadi Crude Palm Oil
pertumbuhan
(CPO).
ekonomi,
namun
juga
berdampak negatif terhadap lingkungan.
Pada
umumnya
PMKS
BOD 39.0–52.6% dan COD 33.3–63.6%
memanfaatkan proses pengolahan secara
pada biofilter media zeolit dengan 1 unit
biologis. Atas dasar tersebut, maka dicoba
reaktor anaerob dan 1 unit aerob.
penggunaan biofilter yang merupakan salah
Tujuan dari penelitian ini adalah
satu cara dalam pengolahan secara biologis.
untuk meningkatkan efektivitas biofilter
Biofilter merupakan salah satu teknologi
zeolit dengan 3 unit anaerob + 2 unit aerob
pengolahan limbah secara biologis yang
dalam menurunkan kadar TSS dan amoniak
memanfaatkan mikroorganisme (bakteri)
yang terkandung didalam limbah cair
yang melekat pada suatu media untuk
PMKS dan untuk mengetahui tingkat
mendegradasi polutan yang terkandung
kelulushidupan
dalam limbah cair.
menggunakan limbah cair yang telah diolah
Sebelumnya Andrianti (2013) telah melakukan
penelitian
menggunakan
biofilter bermedia zeolit secara anaerob dan aerob menggunakan 1 unit reaktor anaerob dan
1
unit
aerob
dengan
efektivitas
penurunan TSS 43,07-75,70% dan NH3 berkisar 14,40-32,83%. Nilai ini masih dianggap kurang optimal. Oleh sebab itu, gagasan dalam penelitian
lanjutan
adalah
dengan
menambahkan jumlah unit reaktor anaerobaerob sesuai dengan pernyataan Veenstra (2000) bahwa pengolahan secara anaerobik mampu menurunkan kadar polutan organik hingga 90%. Hal ini telah dilakukan oleh Saputra (2014) untuk parameter BOD dan COD dengan efektivitas penurunan BOD 47.7–70.1%
dan
COD
52.6–82.6%
dibandingkan hasil penelitian Sari (2013) yang memperoleh efektivitas penurunan
ikan
budidaya
dengan
sebagi media hidup. II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Agustus 2015 bertempat di Pabrik Kelapa Sawit PT. PN V Sei Galuh Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Analisis parameter kualitas limbah cair yaitu
TSS
dan
NH3
dilakukan
di
Laboratorium UPT Dinas PU Provinsi Riau, Pekanbaru
dan
analisis
bakteri
di
Laboratorium Kimia FMIPA UR. Metode penelitian
yang
adalah
digunakan
metode
pada
eksperimen
dengan menempatkan unit reaktor biofilter di lokasi PKS PT.PN V Sei Galuh. Reaktor biofilter yang digunakan berbentuk drum plastik dengan ketinggian 95 cm dan berdiameter 85 cm yang terdiri dari 1 unit bak penampung, 3 unit reaktor biofilter media zeolit proses anaerob, 3 unit reaktor
biofilter tanpa media zeolit proses anaerob,
(T4), dan
2 unit reaktor biofilter media zeolit proses
biofilter tanpa media zeolit proses aerob
aerob dan 2 unit reaktor biofilter tanpa
(T5)
media zeolit proses aerob. Sedangkan
sebanyak 5 kali.
Wadah ikan uji yang akan digunakan dalam
limbah cair di dalam reaktor
dengan
Untuk
banyaknya
mengetahui
pengulangan
efektivitas
penelitian ini adalah akuarium berukuran 70
pengolahan biofilter bermedia zeolit dan
cm (P) x 30 cm (L) x 30 cm (T) berbentuk
tanpa media menggunkan persamaan Saeni
persegi panjang dan terbuat dari kaca.
et al., (1988) dan Nurimaniwathy et al.,
Media Biofilter yang digunakan
(dalam Syafrani et al., 2006), yaitu:
dalam penelitian ini adalah media zeolit dan mikroorganisme yang secara alami terdapat dalam limbah cair PMKS. Penumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan cara mengalirkan limbah cair secara kontinyu ke dalam media biofilter selama 30 hari. Parameter yang diukur dan dianalisis adalah TSS, NH3, DO, pH, suhu dan total
Keterangan: EP = Efektifitas pengolahan/penurunan bahan pencemar (%) Cin = Konsentrasi TSS atau NH3 dalam imbah cair pada inlet (sebelum diolah) Cout = Konsentrasi TSS dan NH3dalam limbahcair yang keluar (outlet) atau limbah cair setelah diolah
bakteri. Untuk analisis TSS dan NH3
Analisis
terhadap
tingkat
diambil pada titik yang telah ditetapkan
kelulushidupan ikan uji dalam limbah cair
yaitu:
yang telah diolah menggunakan persamaan
pada bak penampung (F1), outlet
biofilter bermedia zeolit proses anaerob
Effendie (1979) dalam Yanie (2013), yaitu:
(F2), outlet biofilter media zeolit proses aerob (F3), outlet biofiltertanpa medi zeolit proses anaerob (F4) dan outlet biofilter tanpa media zeolit proses aerob (F5) dan untuk keperluan analisis total bakteri (TPC)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Total Suspended Solit (TSS)
dilakukan pada limbah cair sebelum diolah
Berdasarkan
hasil
penelitian,
(T1), di atas permukaan media zeolit proses
kombinasi 3 unit biofilter media zeolit
(T2), di atas permukaan media zeolit proses
proses anaerob dan dilanjutkan dengan 2
aerob (T3), limbah cair di dalam reaktor
unit biofilter media zeolit proses aerob lebih
biofilter tanpa media zeolit proses anaerob
efektif
dalam
menurunkan
TSS
yang
terkandung dalam limbah cair dibandingkan
Penggunaan kombinasi 3 unit biofilter
kombinasi biofilter tanpa media zeolit baik
media zeolit proses anaerob dan 2 unit
proses anaerob – aerob. Secara keseluruhan,
biofilter media zeolit proses aerob lebih
fluktuasi efektivitas penurunan TSS dengan
meningkatkan penurunan TSS dibandingkan
kombinasi biofilter media zeolit dan tanpa
hasil penelitian Andrianti (2013) yang
media zeolit proses anaerob–aerob disajikan
menggunakan 1 unit reaktor biofilter media
pada Gambar 1.
zeolit proses anaerob dan 1 unit biofilter
120
media
80
96,33
96,5
97,51
97,27
96,44
aerob,
dimana
75.70%.
60 54,67
40 20
proses
efektivitas penurunan TSS berkisar 43.07–
36,21
44,64
35,29
3.2. Amoniak Secara
44,86
efektivitas
0 1
2
Pengamatan 3
4
5
Biofilter Media Zeolit Proses Anaerob+Aerob Biofilter Tanpa Media Zeolit Proses Anaerob+Aerob
Gambar 1. Fluktuasi Efektivitas Penurunan TSS pada Biofilter Media Zeolit dan Tanpa Media Zeolit Proses Anaerob-Aerob Dari Gambar 1 terlihat bahwa nilai TSS pada biofilter media zeolit proses anaerob–aerob
memiliki
efektivitas
penurunan TSS berkisar 96.33–97.51%
baku mutu. Sementara nilai TSS pada biofilter tanpa media zeolit proses anaerob– aerob memiliki efektivitas penurunan TSS berkisar 35.29–54.67%
NH3
dengan
pada Gambar 2. 90
79,62
76,69
77,51
82,05
80 70
62,22
60 50 40
49,75
49,16
53,3
30
46,75 37,49
20 10 0 1
2
Pengamatan 3
4
5
Biofilter Media Zeolit Proses Anaerob+Aerob Biofilter Tanpa Media Zeolit Proses Anaerob+Aerob
Gambar 2. Fluktuasi Efektivitas Penurunan NH3 pada Biofilter Media Zeolit dan Tanpa Media Zeolit Proses Anaerob-Aerob
dengan kisaran
akhir TSS antara 560–750 mg/L dan belum memenuhi baku mutu.
penurunan
fluktuasi
media zeolit proses anaerob-aerob disajikan
sehingga nilai TSS setelah diolah berkisar 13.94–26.7 mg/L dan sudah memenuhi
keseluruhan,
kombinasi biofilter media zeolit dan tanpa
Konswentrasi NH3 (mg/L)
Konsentrasi TSS (mg/L)
100
zeolit
Dari Gambar 2, kombinasi biofilter media zeolit proses anaerob-aerob dalam penelitian
ini
mampu
menurunkan
konsentrasi NH3 dari 119.1–153 mg/L
memenuhi baku mutu merujuk KepMen LH
(Inlet) menjadi kisaran 24.83–45 mg/L
No. 122/2004 yang ditetapkan yaitu pH
(Outlet)
penurunan
berkisar 6–9. Nilai pH ini relatif tidak jauh
berkisar 62.22–82.05 % dan tanpa media
berbeda dengan hasil penelitian Andrianti
zeolit dari kisaran 119.1–153 mg/L (Inlet)
(2013), yaitu pH 7.
dengan
efektivitas
menjadi kisaran 60.55–76.88 mg/L (Outlet) dengan
efektivitas
penurunan
berkisar
kombinasi
3
37.49–53.30 %. Penggunaan
unit
biofilter media zeolit proses anaerob dan 2 unit biofilter media zeolit proses anaeobaerob lebih meningkatkan penurunan NH3 dibandingkan hasil penelitian Andrianti (2013) dengan menggunakan 1 unit reaktor biofilter media zeolit proses anaerob dan 1 unit biofilter media zeolit proses aerob, dimana efektivitas penurunan TSS berkisar 14.40–32.83%.
3.4. Suhu Secara umum, kisaran suhu yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 29 – 32.5oC
masih
sesuai
dan
mendukung
kehidupan bakteri untuk proses penguraian senyawa organik baik pada reaktor biofilter media zeolit maupun reaktor tanpa media zeolit proses anaerob-aerob dan telah memenuhi
jika
dibuang
ke
perairan.
Menurut Salmin (2005), suhu optimum untuk
perkembangan
mikroorganisme
(bakteri) dalam proses penguraian bahan organik berkisar 32–36oC. Suhu yang diperoleh ini lebih rendah tetapi memiliki
3.3. Derajat Keasaman (pH) Selama penelitian dilakukan, kisaran
efektivitas penurunan TSS dan NH3 relatif
nilai pH limbah cair PMKS pada kombinasi
tinggi
reaktor
proses
penelitian Andrianti (2013) dengan kisaran
Menurut
26–370C, tetapi efektivitas penurunan TSS
biofilter
anaerob-aerob
media
berkisar
zeolit 7–8.
Darsono (2007), aktivitas mikroorganisme biofilter berlangsung cukup baik pada pH antara 6,5-8,3, dimana pada pH yang sangat kecil atau sangat besar, mikroorganisme tidak
aktif
bahkan
akan
mengalami
kematian. Sedangkan menurut Wardoyo (1981), organisme perairan dapat hidup ideal jika pH berkisar 5–9 dan sudah
jika
dibandingkan
dari
hasil
dan NH3-nya rendah. 3.5. DO (Dissolved Oxygent) Dari
Tabel
di
atas
terlihat
konsentrasi DO limbah cair sebelum diolah yaitu pada F1 berkisar 0.51–0.53 mg/L mengalami
penurunan
setelah
melalui
reaktor biofilter media zeolit maupun
reaktor tanpa media proses anaerob. Kondisi
organik sehingga hampir seluruh DO yang
ini menunjukkan bahwa mikroorganisme
tersedia digunakan oleh mikroorganisme
(bakteri) anaerob jelas tidak membutuhkan
(bakteri)
untuk
DO dalam proses degradasi bahan organik
organik
tersebut.
yang terkandung dalam limbah cair tersebut.
konsentrasi DO setelah melalui reaktor
Selanjutnya konsentrasi DO mengalami
biofilter media zeolit proses aerob berkisar
peningkatan setelah melalui reaktor biofilter
4.1–4.3 mg/L masih mendukung kehidupan
media zeolit proses aerob dengan kisaran
mikroorganisme merujuk pendapat Ryding
DO 4.1–4.3 mg/L dan reaktor tanpa media
dan Rast (dalam Krismono, 2003) yang
zeolit proses aerob berkisar 0.5–0.84 mg/L.
menyatakan
bahwa
Peningkatan terjadi ini disebabkan sebelum
menggangu
kehidupan
limbah cair masuk kedalam unit reaktor
diperairan tidak boleh < dari 3 mg/L.
biofilter bermedia zeolit/tanpa media zeolit
konsentrasi DO yang diperoleh lebih tinggi
proses aerob, limbah cair terlebih dahulu
dari hasil penelitian Andrianti (2013)
melewati drum aerasi
dengan kisaran DO 1.39–1.42 mg/L.
sehingga disini
limbah cair mendapat suplai udara yang mengandung oksigen dari proses tersebut melalui alat bloower. Konsentrasi nilai DO yang tinggi ditunjukkan pada F3 disebabkan oleh sebagian
besar
polutan
organik
telah
Uji dilakukan
baik terlarut maupun tersuspensi yang masuk ke uni reaktor biofilter media zeolit menjadi berkurang sehingga konsumsi DO oleh mikroorganisme (bakteri) pun menjadi rendah. Kondisi sebaliknya terjadi pada
Dengan
demikian,
DO
yang
tidak
mikroorganisme
kelangsungan setiap
waktu
hidup
ikan
pengamatan.
Fluktuasi kelulushidupan ikan uji dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3. 100
Kelulushidupan Ikan (%)
proses anaerob, sehingga beban organik
senyawa
3.6. Kelulushidupan Ikan Budidaya
mengalami penurunan baik disebabkan pengendapan atau dekomposisi melalui
menguraikan
80
80 60
60
63 60 50
43 37
40
43 30
20 0
10
0 1
2 Mas
33
17
3 Pengamatan Nila
Gambar 3. Fluktuasi Kelulushidupan Ikan Uji
4
5 Lele
Tingkat
reaktor tanpa media zeolit proses anaerobaerob karena masih tinggi kandungan
Pada pengamatan awal, semua jenis ikan uji mengalami kematian. Kematian
ikan uji disebabkan karena kekurangan
(50%).
oksigen. Kondisi ini jelas terlihat pada
kelulushidupan ikan lele dumbo disebabkan
respon ikan uji ketika dimasukkan kedalam
ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan
limbah cair hasil olahan terlihat aktif pada
yang dapat mengambil oksigen dari udara
mulanya, namun beberapa saat kemudian
secara langsung ketika kondisi oksigen
mulai
kekurangan
terlarut sangat rendah. Sebaliknya tingkat
oksigen, dimana ikan mulai bergerak naik-
kelulushidupan terendah pada ikan mas
turun ke permukaan dan ke dasar dengan
yang
bukaan mulut yang lebih cepat, beberapa
pernapasan
saat selanjutnya ikan mengalami kematian.
menyukai hidup pada lingkungan yang
Selain itu, hal ini terkait dengan kondisi
relatif jernih dan beroksigen tinggi serta
NH3 dan TSS yang tergolong tinggi.
bersifat sensitif terhadap perubahan kondisi
Tingginya kadar polutan seperti TSS dan
lingkungan. Sementara faktor lingkungan
amoniak menyebabkan kadungan oksigen
seperti pH 7-8, suhu 28–32oC dan DO 4.1-
terlarut menjadi berkurang karena sebagian
4.3 mg/L dalam limbah cair yang telah
besar
oleh
diolah dengan biofilter media zeolit masih
mendegradasi
sesuai untuk mendukung kehidupan ikan
menunjukkan
telah
gejala
dikonsumsi
mikroorganisme
untuk
polutan organik. Seiring
Lebih
diketahui
tingginya
tidak
tambahan
tingkat
memiliki dan
alat
biasanya
uji. Hal ini merujuk dari pendapat Wardoyo bertambahnya
waktu
(1981) menyatakan bahwa pH yang baik
pengamatan, tingkat kelulushidupan ikan uji
untuk mendukung kehidupan organisme
semakin tinggi, hal ini disebabkan semakin
akuatik secara ideal berkisar 5-9. Menurut
berkembangnya mikroorganisme (bakteri)
Asmawi (1984), perairan yang mengandung
yang melekat pada media zeolit membentuk
pencemar kandungan DO < 2 mg/l. Menurut
lapisan biofilm. Biomassa mikrooraganisme
Kordi (1994) menyatakan bahwa kisaran
yang bertambah banyak akan memberikan
oksigen yang optimal bagi kehidupan ikan
kesempatan besar terhadap polutan dalam
dan udang adalah 5–7 mg/l dan bila oksigen
limbah cair untuk diuraikan sehingga
sudah
konsentrasi polutan menjadi rendah.
membahayakan organisme dalam perairan.
Berdasarkan
jenis
ikan
uji
menunjukkan bahwa tingkat kelulushidupan ikan lele dumbo (80%) > nila (60%) > mas
turun
melewati
3
mg/l
akan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
dengan Biofilter Bermedia Zeolit dan
4.1. Kesimpulan
Tanpa
Pengolahan limbah PMKS dengan 3
Media
terhadap
Ikan
Budidaya. Fakultas Perikanan dan
unit reaktor biofilter media zeolit proses dan
Ilmu Kelautan.Universitas Riau.
dilanjutkan dengan 2 unit reaktor biofilter
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam
media zeolit proses aerob meningkatkan
Keramba. PT. Gramedia, Jakarta.
penurunan TSS mencapai mencapai 13.94–
82 hal.
26.7 mg/l dengan EP TSS berkisar 96.33–
Syafrani, S.R.P. Sitorus, M.S. Saeni dan
97.51% dan NH3 24.83–45 mg/l dengan EP
S.D.
NH3 berkisar 62.22–82.05% lebih tinggi
Tumbuhan Air dan Media Penyaring
dibandingkan tanpa media zeolit dengan
Menurunkan
tingkat kelulushidupan ikan mas (Cyprinus
Pencemar
carpio) 50%, nila (Oreochromis niloticus)
Akhir Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal
60% dan lele (Clarias gariepinus) 80%.
Perikanan dan Kelautan. Vol. 1(2):8-
Disarankan
untuk
biofilter
peningkatan
dalam
penelitian
lanjutan tentang ukuran batu zeolit yang sesuai, penambahan jumlah bekteri dan sumber
bakteri
memperpanjang
dari
luar
waktu
sistem,
pengamatan.
Disarankan juga dalam biofilter ini untuk melakukan
2006.
Efektivitas
Kandungan
Limbah
Cair
Bahan Buangan
15.
4.2. Saran
efektivitas
Tarigan.
kajian
debit
air
dan
penghitungan sludge yang terbentuk di dasar reaktor serta jenis dan ukuran ikan uji divariasikan dari jenis yang dilakukan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Andrianti, F. 2013. Reduksi TSS dan Amonia dalam Limbah Cair PMKS
Yanie, P. F. 2013. Reduksi TSS dan Amoniak Dalam Limbah Cair PKS Menggunakan Biosand Filter dan Arang Aktif Untuk Media Said, N.I. dan R. Marsidi. 2004. Proses Aerasi Kontak Menggunakan Media Arang Kayu
Untuk
Mengurangi
Deterjen Dalam Air Baku. Jurnal Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT. Vol. 5(2): 96-102. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan
Kualitas
Perairan.
Oseana, Volume 30 No. 3, 2005 : 21- 2