By : RIZKY HASBI INDRIYANI 1201134031
A. KONFLIK Konflik dapat timbul dari hubungan yang diciptakan selain dari menciptakan kerjasama ataupun hubungan saling tergantung. Jika hal ini terjadi, maka dampak yang akan dihasilkan dari masing-masing komponen organisasi adalah memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak akan bekerja sama satu sama lain (Gibson dan Donnelly, 1997:437). Menurut Robbins dan Judge (2008:125), konflik merupakan proses yang bermula dari satu pihak yang berpersepsi bahwa pihak lainnya telah mempengaruhi secara negatif, atau akan mempengaruhi secara negatif, yang mana akan menghasilkan sesuatu yang akan menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama. Adapun proses konflik yang dikutip dari Robbins (2008:127) dijelaskan oleh gambar berikut ini. PROSES KONFLIK TAHAP I Oposisi
TAHAP II Kognisi dan Personalisasi
1. Konflik yang dipersepsikan 1. Komunikasi 2. Struktur 3. Variabel Pribadi
2. Konflik yang dirasakan
TAHAP III Maksud Penanganan Konflik
1. 2. 3. 4. 5.
Bersaing Kerjasama Kompromi Menghindari Mengakomodasi
Gambar 1. Proses Konflik Sumber : Robbins, (2008:127)
TAHAP IV Perilaku
Konflik Terbuka Perilaku Pihak Reaksi Orang Lain
TAHAP V Hasil
Kinerja Kelompok Meningkat
Kinerja Kelompok Menurun
B. RESOLUSI KONFLIK Fisher, et al, (2001:7) menjelaskan bahwa resolusi konflik adalah sebuah usaha yang menangani sebab-sebab konflik dan berusaha untuk membangun hubungan baru yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang sedang berseteru. Resolusi konflik sendiri akan memberikan saran dalam penggunaan cara-cara yang lebih demokratis dan konstruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan pada pihak-pihak yang berkonflik untuk dapat memecahkan masalah mereka sendiri atau juga dapat dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral dan adil dalam memecahkan sebuah masalah. Adapun kemampuan yang diungkapkan oleh Bodine dan Crawford (1998:83) mengenai resolusi konflik yaitu : a. Kemampuan orientasi, meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, dan harga diri. b. Kemampuan persepsi yang diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa tiap individu dengan individu yang lainnya berbeda. c. Kemampuan emosi, mencakup kemampuan untuk mengelola berbagai macam emosi. d. Kemampuan komunikasi, meliputi kemampuan mendengarkan orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dengan bahasa yang mudah dipahami, dan meresume. e. Kemampuan berfikir kreatif, meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagi macam alternatif jalan keluar.
f. Kemampuan berfikir kritis, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.
C. DRAMA THEORY Bennet (2003) mengatakan bahwa drama theory memberikan rancangan untuk dapat menganalisis suatu situasi konflik (frame) yang akan berubah ke situasi lain (frame baru), biasanya akan terjadi apabila telah melewati tahap pre-play (negosiasi). Sedangkan menurut Bryant (2002), drama theory akan memberikan gambaran kerangka berfikir yang berbeda. Seperti halnya game theory, drama theory akan menginterogasi situasi dengan menanyakan siapa yang terlibat (characters), apa yang mereka lakukan (actions), hasil yang dapat mereka capai bersama (futures), dan pandangan mereka tentang halhal tersebut (preferences). Pada drama theory juga memberikan generalisasi dari teori permainan dengan mengizinkan permainan melibatkan para pemainnya untuk melakukan perubahan dalam cara yang sangat spesifik sebagai hasil dari tekanan yang mereka berlakukan pada satu sama lain. Di sebuah drama yang mendalam, peran dari para pemain mungkin akan diwajibkan untuk melihat dari perspektif orang lain tetapi juga dipaksa untuk dapat berinteraksi dengan karakter lain atas penyelesaian masalah yang mungkin berkepentingan untuk dapat mengembangkan strategi yang lebih luas pada pengimplementasiannya.
Meskipun Bryant (2002) mengatakan bahwa tujuan dari tiap itu direfleksikan dalam bentuk posisi (yaitu, suatu skenario di masa depan yang ditawarkan oleh pihak tersebut secara terbuka kepada pihak lain), dan dia berusaha untuk meyakinkan pihak lain untuk menerima posisi tersebut, kalau perlu dengan janji (promises) atau pun dengan ancaman (threats). Setiap pihak akan berusaha untuk menghilangkan dilema tersebut, dengan melibatkan emosi, baik yang positif atau pun yang negatif, rational arguments, dan mengubah asumsi (beliefs) atau pun nilai (values). Bryant (2002) juga mengatakan bahwa suatu situasi konflik akan dapat menimbulkan dilema yang akan dihadapi oleh pihak yang terlibat, yang mana dilema tersebut akan dapat menghambat terjadinya sebuat resolusi menuju kolaborasi. Adapun pengelompokkan dari dilema dalam suatu proses konflik meliputi : 1. Confrontation Dilemma (dilema konfrontasi), terjadi apabila pada kondisi dimana semua pihak tidak mempunyai posisi yang sama (atau, minimal ada satu pihak yang mengusulkan posisi berbeda/tidak dapat ditukar dengan posisi pihak lain), yang menyebabkan pihak yang mempunyai dilema tersebut tidak percaya dalam menerapkan ancamannya. Dilema konfrontasi terbagi menjadi empat yaitu : a. Threat Dilemma (dilema ancaman), dapat dijelaskan pada kondisi jika pihak pertama sedang mengalami dilema ancaman terhadap pihak kedua dan ancaman dari pertama dianggap tidak serius (tidak dapat dipercaya) oleh pihak kedua, karena apabila pihak kedua mengetahui bahwa ada future (skenario lain di masa depan) selain dari posisi pihak kedua yang lebih disukai oleh pihak pertama daripada posisi ancaman. Di dilema ini, pihak pertama hanya dianggap menggertak saja oleh pihak kedua, yang mana
pihak pertama memerlukan cara agar dapat mengancam pihak kedua yang terlihat lebih serius. Hal tersebut dapat digambarkan dengan emosi negatif seperti sebuah kemarahan, geram ataupun kebencian. b. Rejection Dilemma (dilema penolakan), dapat dijelaskan pada kondisi pihak pertama saat akan menghadapi dilema penolakan terhadap pihak kedua jika pihak pertama akan memiliki hambatan untuk dapat meyakinkan pihak lain bahwa pihak pertama serius dengan penolakannya terhadap posisi pihak kedua. Hal itu dikarenakan mungkin pihak pertama diragukan lebih menyukai posisi ancaman dibandingkan posisi pihak kedua. Saat didalam kondisi seperti ini, maka pihak pertama perlu untuk membuat ancaman tersebut dapat dilihat lebih serius oleh pihak kedua denga emosi negatif. c. Positioning Dilemma (dilema penempatan), dapat dijelaskan pada kondisi pihak pertama sedang menghadapi dilema posisi terhadap pihak kedua, jika pihak pertama lebih menyukai posisi pihak kedua dibandingkan dengan posisinya sendiri. Tetapi, pihak pertama dapat menolak posisi dari pihak kedua dengan tujuan untuk mendapatkan tawaran yang lebih baik, atau mungkin dikarenakan posisi pihak kedua dianggap tidak realistis, ataupun pihak pertama lebih menyukai posisi ancaman dibandingkan posisi pihak kedua ataupun pihak pertama tidak percaya dengan pihak kedua. d. Persuasion Dilemma (dilema ajakan), dapat dijelaskan pada kondisi dimana pihak pertama akan menghadapi dilema persuasif terhadap pihak kedua, jika pihak pertama lebih menyukai posisi pihak kedua dibandingkan dengan posisi ancaman sehingga pihak pertama mengalami hambatan untuk meyakinkan pihak kedua untuk menerima posisinya.
2. Collaboration Dilemma (dilema kolaborasi), dapat dijelaskan pada kondisi dimana jika dilema konfrontasi berhasil dihilangkan, maka pihak-pihak yang berinteraksi akan memiliki posisi bersama, tetapi mereka juga masih bisa menghadapi dilema kolaborasi, yaitu mereka masih mempunyai kemungkinan untuk tidak satu sama lain atas komitmen terhadap posisi bersama tersebut. Dilema kolaborasi terbagi menjadi dua yaitu : a. Trust Dilemma (dilema percaya), dapat dijelaskan pada kondisi pihak pertama sedang menghadapi dilema percaya pada pihak kedua, tetapi pihak pertama tidak yakin bahwa pihak kedua akan berkomitmen dengan posisi bersama tersebut, yang mana dalam hal ini pihak pertama juga dapat berpindah ke posisi lain atau mencari cara agar dapat memiliki keyakinan bahwa pihak kedua telah berkomitmen. b. Cooperation Dilemma (dilema kerjasama), dapat dijelaskan pada kondisi dimana pihak pertama memiliki dilema kerjasama terhadap pihak kedua, tetapi pihak pertama juga tergoda untuk tidak berkomitmen dengan posisi bersama ini, mungkin dapat disebabkan adanya posisi lain yang lebih menarik dibandingkan dengan posisi bersama tersebut. Dan jika pihak pertama ingin menghilangkan dilema ini, maka pihak pertama dapat pindah ke posisi lain, ataupun pihak pertama bisa meyakinkan pihak kedua bahwa dia tetap berkomitmen dengan posisi bersama tersebut. Didalam drama theory dikenal adanya episode yang merupakan proses penyelesaian dari sebuah konflik dan episode itu dikenal dengan The Six Phases of Conflict Resolution (Howard, 1999) yang terdiri dari : 1.
Tahap Awal (Scene Setting).
Pada tahap ini, setiap pihak yang terlibat belum memiliki kerangka berpikir yang sama (common reference), dimana semua pihak masih berusaha untuk saling mempengaruhi satu sama lain dengan kerangka berpikirnya masing-masing, atau berusaha melihat bagaimana kerangka berpikir yang dimilikinya dilihat oleh pihak yang lainnya. Di tahap ini akan menghasilkan beberapa frame yang bisa berbeda satu dengan yang lainnya. 2.
Pembentukan (Build-up). Pada tahap kedua ini dimulai dengan keadaan dimana setiap pihak yang terlibat memiliki kerangka berpikir yang berbeda, dan telah terjadi komunikasi antar masing-masing pihak sehingga ada kemungkinan munculnya kesalahan persepsi terhadap kerangka berpikir yang diajukan oleh pihak lainnya (kondisi hyperframe). Tetapi dengan adanya interaksi dan komunikasi, maka lambat laun setiap pihak yang terlibat akan memiliki kerangka berpikir yang sama terhadap situasi konflik yang mereka hadapi. Di tahap ini sudah muncul kerangka berpikir yang sama atau referensi kerangka bersama (common reference frame). Dengan adanya kerangka berfikir yang sama, setiap pihak sudah dapat menawarkan posisinya masingmasing secara terbuka.
3.
Klimaks (Climax). Pada tahap ketiga dimulai ketika ada pihak yang tidak puas dengan kerangka bersama yang telah terbentuk dan berusaha untuk mengubahnya. Kerangka berpikir yang sama tersebut tidak menghasilkan posisi bersama,antar masing-masing pihak yang memiliki ketidakpercayaan satu sama lain. Pada kondisi
tersebut, tiap pihak akan menghadapi satu atau lebih dilema yang menyebabkan pihak tersebut mengubah kerangka berpikirnya. 4.
Konflik (Conflict). Tahap keempat adalah konflik, dimana dijelaskan saat adanya perubahan dalam posisi atau kerangka acuan umum terjadi dalam fase climax, maka perlu kembali ke fase build-up. Hal ini diperlukan untuk mengkomunikasikan konfigurasi baru dari posisi dalam kerangka acuan baru.
5.
Resolusi (Resolution). Tahap ini akan terjadi apabila semua pihak sudah mempunyai posisi yang sama dan tidak memiliki keraguan atas komitmen pihak lain, maka proses konflik telah mencapai resolusinya, dimana hasilnya bisa positif, atau tercapai suatu kerjasama/kolaborasi ataupun negatif dalam arti akan menghasilkan tragedi dimana tiap pihak memilih posisi ancaman.
6.
Implementasi (Implementation). Episode dalam drama dapat dikatakan berakhir apabila tahap ini telah terjadi. Baik masing-masing pihak melaksanakan kesepakatan atau ancamannya masing-masing, setelah menjalani proses konflik yang panjang.
Director : D. J. Caruso Writers : Alfred Gough dan Miles Millar Actors :
Dianna Agron as Sarah
Alex Pettyfer as Number Four Timothy Olyphant as Henry
I Am Number Four menceritakan tentang seorang alien bernama John (Number Four), yang dikirim ke Bumi bersama delapan anak alien lainnya untuk kabur dari invasi bangsa Mogadorians, yang telah menghancurkan planet mereka. Di Bumi, John dilindungi oleh seorang penjaga atau Guardian bernama Henry. Menjadi seorang alien di Bumi, John pun memiliki kemampuan super seperti kekuatan super, kecepatan, telekenesis (membuat benda melayang), ketahanan dari panas dan api, serta kemampuan untuk menghasilkan sinar dari dalam tangannya. John kini sudah tumbuh menjadi seorang remaja laki-laki, dan bersamaan dengan itu, bangsa Mogadorians yang dipimpin oleh Commander, pergi ke Bumi untuk mencari kesembilan anak planet Lorien dan hendak membunuh kesembilannya. Mogadorians telah membunuh tiga di antara anak-anak tersebut, dan John adalah yang keempat. Mengetahui hal ini, Henry memutuskan untuk bersembunyi dan pindah ke Paradise, Ohio, dimana John bertemu dengan teman-teman barunya, Sam Goode, seeokor anjing bernama Bernie Kosar, sekaligus jatuh cinta pada fotografer SMA-nya, Sarah Hart, yang tengah berpacaran dengan seorang atlit tukang bully, Mark James. Di sebuah festival musim panas, Mark dan teman-temannya menjumpai John dan Sarah yang diduga tengah memiliki hubungan spesial, dan mengikuti mereka berdua ke dalam sebuah hutan. Mark dan teman-temannya lalu hendak memukuli John saat ia lepas kendali dan mengalahkan Mark serta teman-temannya menggunakan kemampuan supernya. Selepas itu, ayah Mark yang merupakan Sheriff setempat langsung menginterogasi tentang kemampuan John dan ia berbohong bahwa Jon memiliki senjata berteknologi tinggi. Henry yang merasa sudah terlalu banyak orang yang curiga atas dirinya dan John merencanakan untuk pindah dan pergi dari Paradise, namun John menolak untuk pergi karena mengaku telah jatuh cinta dengan Sarah. Sementara itu, bangsa Mogadorians mulai mencari tentang keberadaan John. Salah satu anak alien yang dicari, Number Six memutuskan untuk melawan langsung bangsa Mogadorians saat walinya telah dibunuh. John pun harus menghadapi bangsa Mogadorians yang sedang memburu dan hendak membunuhnya. John juga harus berusaha untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi, dan melawan balik bangsa Mogadorians dan membunuh pemimpinnya.
Konflik bermula saat setelah John menyatakan cinta kepada Sarah dan mereka berjanji tidak akan pernah meninggalkann satu sama lain yang membuat Mark menghajar John, namun John berhasil mengalahkan Mark dengan kekuatannya.
1
Keesokannya seorang Sherrif (Ayah Mark) mendatangi kediaman Henry dan John untuk menanyakan kejadian antara John dan anaknya (Mark). Hal ini membuat Henry merasa bahwa keberadaan dirinya dan John sudah dicurigai oleh orang lain.
Henry langsung memutuskan untuk menyuruh John berkemas agar mereka dapat segera pindah hari itu juga. Namun, Four tidak menyetujuinya yang beralasankan dia mencintai Sarah Hart.
3
2
Perdebatan itu membuat Henry dan John yang pada akhirnya berkelahi. Yang mana John berusaha pergi dari Henry, namun Henry berusaha menghentikannya.
6
4
Akhirnya, John pun mengikuti keinginan Henry untuk pindah dari Paradise setelah mendengar penjelasan bagaimana orang sekitar John merelakan kehidupannya untuk John tetap hidup.
Setelah Henry dapat menghentikan John untuk menyerang dirinya, Henry pun mencoba memberikan John pilihan jika ingin dilepaskan maka John harus ikut pindah dari Paradise saat itu juga tetapi jika tetap bersikeras tidak ingin pindah maka Henry yang akan membunuh John.
Sebelum pergi, John pun meminta waktu kepada Henry untuk dapat berpamitan dengan Sarah dan lainnya. Saat berpamitan, Sarah marah dan menanyakan siapa sebenarnya John. John Pun menjelaskan kepada Sarah. Setelah itu, John mengatakan bahwa dirinya harus pergi meninggalkan Sarah. Oleh karena itu, Sarah harus merelakan John agar dirinya dapat melawan bangsa Mogadorians.
5
7
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identifikasi dari dilema-dilema yang dihadapi oleh setiap pihak yang terlibat dalam konflik ini. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai general frame yang ada didalam konflik yaitu :
1
Player 1 (John/Number Four) berjanji kepada Player 3 (Sarah) untuk tetap berada disisinya.
2
Player 1 berusaha untuk mengajak Player 2 (Henry) tidak pindah dari Kota Paradise.
3
Player 2 selalu mempercayai player 1 untuk tidak akan mencintai seseorang dimanapun saat mereka sedang masa pelarian dari pengejaran bangsa Mogadorians.
4
Ketika mengetahui bahwa player 1 telah jatuh cinta dengan Player 3, Player 2 pun berusaha menyadarkannya dengan cara memberikan penjelasan kepada player 1.
5
Saat Player 2 berusaha menyadarkannya, Player 1 berusaha untuk mengkhianati Player 2 dengan mengancam dia akan tetap tinggal di Kota Paradise tanpa Player 2.
6
Player 2 merasa dikhianati oleh player 1, hingga membuat player 2 berkelahi dan dapat mengalahkan player 1.
7
Player 2 melakukan negosiasi dengan player 1 melalui diberikannya penjelasan tentang mengapa Player 1 harus meninggalkan player 3 dan harus mlarikan diri lagi.
8
Hingga Player 1 mengatakan bahwa dirinya akan tetap mengikuti perkataan Player 2 dan saat itu juga berpamitan kepada player 3.
9
Saat player 1 berpamitan, player 3 merasa dibohongi dengan janji yang dikatakan selama ini. Namun, player 1 menjelaskan mengenai dirinya yang harus pindah saat itu juga kepada player 3 yang membuat player 3 harus merelakannya.
Setelah itu, dibagian ini juga menjelaskan deskripsi dari option yang tersedia bagi setiap pihak, mengenai stakeholder dan penggambaran dari common reference frame.
a. Number Four atau John (F, yang mewakili bangsa Loriens yang tersisa dan belum memiliki keyakinan sepenuhnya dapat melawan bangsa Mogadorians), memiliki 1 option yaitu : 1. Melawan Bangsa Mogadorians : Number Four mempunyai dilema apakah harus melawan bangsa Mogadorians atau tidak. b. Henry (H, yang mewakili guardian dari setiap bangsa Loriens yang tersisa), memiliki 2 option yaitu : 1. Pindah dari Kota Paradise sekarang : Henry tidak menginginkan identitas dirinya dan Number Four dicurigai oleh orang-orang yang berada disekitar mereka sehingga Henry memiliki dilema apakah harus pindah dari Kota Paradise sekarang atau nanti dikarenakan sudah ada orang lain yang datang (ayah Mark) yang datang mengunjungi dan mencurigai mereka. 2. Pindah dari Kota Paradise nanti : Henry tidak menginginkan option ini terpilih tetapi Number Four menginginkan hal ini terjadi. c. Sarah (S, yang mewakili orang yang dikasihi oleh Number Four), memiliki 1 option yaitu : 1. Melarang Number Four pindah dari kota Paradise : Sarah tidak menginginkan option ini terpilih.
Keterangan :
Gambar 2. Reference Frame Konflik Sumber : Data Primer yang Telah Diolah
1. Disebelah kiri matrik terdapat pihakpihak yang terlibat dalam konflik, yang mana setiap pihak memiliki option (S) yang terdapat dibawahnya masing-masing. 2. Posisi menolak ditandai dengan kurva yang tidak diarsir. 3. Posisi menerima ditandai dengan kurva yang diarsir. 4. Posisi ragu-ragu ditandai dengan kurva yang berisikan tanda tanya.
Adapun dilema-dilema yang dimiliki masing-masing pihak dalam konflik ini yaitu sebagai berikut : 1. Number Four memiliki 3 dilema : a. Rejection dilemma terhadap Henry, yaitu penolakannya terhadap posisi Henry yang dianggap terlalu egois oleh Number Four karena Number Four yakin bahwa Henry lebih menyukai posisi Number Four dibandingkan posisi ancaman (Number Four akan tetap tinggal di Kota Paradise). b. Rejection dilemma terhadap Sarah, yaitu penolakan terhadap posisi Sarah yang melarang Number Four untuk pindah dari Kota Paradise karena alasan Sarah tidak ingin berpisah dari Number Four. c. Threat dilemma terhadap Henry, yaitu Number Four mengalami dilema ancaman karena Number Four merasa Henry akan memaksa dirinya untuk tetap pindah dari kota Paradise saat itu juga. Dalam hal ini, Number Four harus berusaha keras membuktikan bahwa dirinya serius dengan ancamannya, yaitu Number Four akan melawan Henry sampai Henry dapat mengalahkan dirinya. 2. Dilema Henry meliputi : a. Rejection dilemma terhadap Number Four, yaitu Number Four menolak posisi Henry karena Number Four yakin bahwa Henry lebih menyukai posisi Number Four dibandingkan t. b. Rejection dilemma terhadap Sarah, yaitu Sarah menolak posisi Henry karena Sarah yakin bahwa Henry lebih menyukai posisi Sarah dibandingkan t.
c. Threat dilemma terhadap Number Four, yaitu Henry mengalami dilema ancaman karena Henry merasa Number Four tidak akan melaksanakan ancamannya. Oleh karena itu, Henry akan memaksa Number Four untuk pindah dari kota Paradise sekarang. d. Threat dilemma terhadap Sarah, yaitu Henry mengalami dilema ancaman karena Henry merasa Sarah tidak akan melaksanakan ancamannya. Oleh karena itu, Henry akan tetap melarang Number Four untuk bersama Sarah. 3. Dilema Sarah meliputi : a. Rejection dilemma terhadap Number Four. Sarah menolak posisi Number Four karena Sarah yakin bahwa Number Four lebih menyukai posisi Number Four dibandingkan t. b. Rejection dilemma terhadap Henry. Sarah menolak posisi Henry karena Sarah yakin bahwa Henry lebih menyukai posisi Sarah dibandingkan t. c. Trust dilemma terhadap Number Four, karena Sarah memiliki keraguan bahwa Number Four akan menjalankan apa yang telah menjadi persetujuan masing-masing, Sarah masih kurang yakin bahwa Number Four akan berusaha untuk tetap tinggal di Kota Paradise.
1.
Untuk dapat menghilangkan dilema-dilema yang terjadi didalam konflik maka hal yang dilakukan oleh setiap pihak adalah : Henry melakukan conciliation atau compromise dengan Number Four seperti yang dijelaskan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. Henry kompromi dengan Number Four Berdasarkan dari gambar diatas terbukti bahwa Henry menghilangkan rejection dilemma dengan Number Four melalui pemberian penjelasan kepada Number Four bahwa dirinya adalah salah satu diantara lima lainnya yang bisa menghentikan kaum Mogadorians. Hal tersebut juga dilakukan oleh Number Four dalam menghilangkan rejection dilemma yang terjadi antara dirinya dengan Henry. 2.
Henry melakukan compromise dengan Sarah melalui Number Four seperti yang dijelaskan pada gambar dibawah
Gambar 4. Henry memberikan pilihan kepada Number Four
Berdasarkan dari gambar diatas untuk menghilangkan rejection dilemma Henry terhadap Sarah, Henry tidak langsung bertatap muka dengan Sarah namun Henry meminimalisir dilema penolakan ini melalui kompromi dengan Number Four yang mana Henry menjelaskan jika Sarah merupakan salah satu orang yang berarti untuk Number Four maka Number Four harus menang melawan kaum Mogadorians. Dengan hal ini, Henry dapat meminimalisir penolakan yang dilakukan Sarah terhadap option Henry. 3.
Number Four melakukan conciliations dengan Sarah seperti gambar dibawah ini.
Gambar 5. Number Four Kompromi dengan Sarah
Berdasarkan dari gambar diatas untuk menghilangkan rejection dilemma Number Four terhadap Sarah, Number Four memberikan penjelasan kepada Sarah tentang siapa dirinya dan apa tujuan dirinya dikirim ke Bumi serta mengatakan bahwa Number Four tetap akan mencintai Sarah sampai kapanpun.
Setelah dilakukannya peminimalisiran dilema yang terjadi dalam konflik maka akhir cerita dari film I Am Number Four membuktikan bahwa konflik yang terjadi antara Henry dan Number Four selesai resolusi Collaboration, dimana sesuai dengan gambar diatas bahwa awalnya Henry memaksa Number Four untuk langsung pindah saat itu juga tetapi akhirnya Henry memberikan waktu satu hari kepada Number Four untuk mengucapkan selamat tinggal dengan syarat Number Four bersedia untuk mengikuti perintah Henry dengan pindah dari Kota Paradise saat itu juga dan melawan kaum Mogadorians.
Kemudian untuk konflik antara Number Four dengan Sarah didapatkan resolusi Tragedi, dimana sesuai dengan gambar disamping bahwa Sarah yang awalnya melarang Number Four untuk pindah dari Kota Paradise tetapi pada akhirnya Sarah merelakan Number Four untuk pindah saat itu juga.
Pada konflik yang terjadi antara Henry, Number Four, dan Sarah didalam film I Am Number Four tidak memiliki common mistakes saat mereka melakukan negoisasi sehingga untuk bagian ini tidak akan dijelaskan lebih lanjut lagi.
Dari hasil yang telah diperoleh, analisis yang dilakukan sudah berhasil menjawab tujuan penelitian yaitu dilema apa saja yang muncul antara pihak-pihak yang berkonflik didalam film I Am Number Four dan memberikan usulan solusi bagi semua pihak untuk dapat menghilangkan dilema yang ada dan tercipta suatu kolaborasi di antara semuanya. Analisis ini juga sudah dapat menghasilkan kontribusi original, yaitu dengan mengilustrasikan proses kolaborasi yang dilaksanakan oleh semua pihak, sehingga diperoleh suatu solusi optimal untuk mengatasi masalah yang ada dengan menggunakan drama theory. Dari hasil pengolahan dengan menggunakan software confrontation manager dapat diketahui dilema yang muncul diantara kedua belah pihak yaitu terdapat 10 dilema yang terdiri dari Number Four memiliki threat dilemma terhadap Henry, rejection dilemma terhadap Henry dan Sara, lalu Henry memiliki threat dilemma dan rejection dilemma terhadap Number Four dan Sarah, serta Sarah memiliki rejection dilemma terhadap Number Four dan Henry dan trust dilemma terhadap Number Four, yang artinya jika kedua belah pihak belum bisa menyelesaikannya maka tidak akan berkolaborasi namun pada akhir film ini didapatkan kolaborasi dan antara keduanya.
Bennet, C. I. (2003). Genres of Research in Multicultural Education. Reviews of Educational Research, 71 (2), 171217. Bodine, R. J. dan Cranford, D. K. (1998). The Handbook of Conflict Resolution Education, A Guide to Building Quality Programs in Schools. San Fransisco : Jossey-Bass Publishers. Bryant, James W dan Darwin, John A. (2002). Exploring Inter-Organizational Relationships In The Health Service : An Immersive Drama Approach. European Journal Operational Research 152 (2004) 655-666. Confrontation
ManagerTM,
version
1.-.2.196,
copyright
2004-2005,
Idea
Sciences,
Inc,
http://www.ideasciences.com. Fisher, Simon. et al. (2001). Mengelola Konflik, Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak. Jakarta: The British Council. Howard, Nigel. (1999). Confrontation Analysis : How To Win Operations Other Than War. US : CCRP. Tersedia di www.dodcrp.org. Ivancevich, Gibson dan Donnelly. (1997). Organization, Rishard D. Irwin, Inc. Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.