LAPORAN PENGUJIAN HASIL PERBAIKAN ARSIP DENGAN VACUUM FREEZE DRY CHAMBER I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Salah satu penanganan arsip yang terendam air (banjir atau tsunami) adalah
dengan pembekuan dan pengeringan dengan menggunakan metode vacuum freeze drying. Berdasarkan hasil pengeringan tersebut, arsip-arsip dapat dibuka lembar perlembar, tidak lengket, dan kotoran seperti lumpur dan debu dapat terangkat ke permukaan kertas, sehingga waktu pembersihan menjadi lebih efektif. Akan tetapi tidak diketahui secara pasti bagaimana daya tahan hasil penanganan arsip dengan vacuum freeze dry chamber tersebut, sehingga untuk membuktikannya perlu dilakukan penelitian dan pengujian laboratorium. Proses pengeringan yang terjadi pada vacuum freeze dry chamber disebut liofilisasi.
Liofilisasi adalah proses mengeringkan suatu bahan dengan cara
menyublimkan air. Sublimasi adalah perubahan es dari bahan beku langsung menjadi uap (sublimasi) tanpa mengalami proses pencairan terlebih dahulu. Oleh karena pada proses ini melibatkan suhu (pembekuan dan pengeringan) dan tekanan tertentu maka perlu diketahui kualitas kertas setelah mengalami perlakuan vakum freeze dying. Cara yang ditempuh adalah dengan membandingkan kualitas fisiknya dengan metode kering angin. Dalam menentukan kualitas fisik kertas dilakukan dengan pengujian kekuatan fisik lipat dan sobek serta perubahan kekuatan absorbsi kertas setelah perlakuan.
B.
Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik arsip
kertas hasil pengeringan dengan vacuum freeze dan dengan metode kering angin, yang mendukung kegiatan perbaikan dan perawatan arsip kertas.
1
II
TINJAUAN PUSTAKA A.
Kertas Kertas adalah lembaran yang terbuat dari serat selulosa dan atau buatan yang
telah mengalami pengerjaan penggilingan, ditambah beberapa bahan tambahan yang saling menempel dan saling menjalin, umumnya mempunyai gramatur lebih rendah dari 224 gram/m2. Bahan baku dalam pembuatan kertas adalah selulosa yang berserat panjang dan pipih. Serat didapati di berbagai tempat pada tumbuhan, berbentuk berkas atau jalinan ataupun silinder kosong tak terputus-putus. Serat umumnya didapati antara jaringan vaskular tetapi pada banyak tumbuhan dapat berkembang dari jaringan dasar, seperti jaringan parenkim korteks, perisikel, daun dll Arsip kertas adalah arsip yang informasinya terekam dalam media kertas yang berupa tulisan tangan atau ketikan, karena informasi yang terekam berupa teks maka arsip ini disebut juga sebagai arsip tekstual.
B.
Dampak air terhadap Kertas Kertas mempunyai bahan dasar selulosa yang bersifat higroskopis, sehingga
ketika bersentuhan dengan air, kertas dan buku akan menyerap kelembaban. Bahan higroskopis seperti kertas, lembaran dan kulit akan mengalami kenaikan berat dan ukuran. Kertas merupakan struktur komposit, komponen lembaran terdiri dari bahan pulp selulosa, kayu, bahan pengisi, pigment dan lain-lain yang dapat mengembang pada rasio yang berbeda.
C.
Metode Pengeringan
Ada lima cara untuk yang dipakai secara luas untuk mengeringkan kertas arsip / dokumen yang terkena air/banjir. Metode ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Pemilihan metode pengeringan dipengaruhi oleh faktorfaktor penyebab kerusakan, tingkat kerusakan, jumlah yang terlibat, kelangkaan, ketersediaan petugas, ketersediaan anggaran, ketersediaan kelengkapan pengeringan serta saran dari pemelihara atau konservator yang ahli. Metode pengeringan terbaik
2
dan sukses yang sukses akan terbukti lebih murah untuk mengeringkan koleksi asli dibandingkan menggantinya, itupun jika koleksi dapat digantikan. Metode pengeringan apapun yang dipilih untuk merawat dokumen atau arsip, tidak akan mampu mengembalikan material secara utuh seperti sebelum terkena air atau banjir. Kondisi kertas tidak akan berada dalam keadaan yang lebih baik dari ketika pengeringan dimulai. Jika waktu merupakan salah satu faktor penting, maka sebelum metode pengeringan dimulai maka arsip atau dokumen harus dibekukan terlebih dahulu untuk mengurangi kerusakan fisik dan kontaminasi biologis.
D.
Vakum Freeze Drying Pengeringan beku atau dikenal pula dengan lyofilisasi adalah proses
dehidrasi yang dilakukan untuk menjaga material/bahan yang mudah rusak sehingga lebih aman untuk dipindahkan. Proses pengeringan beku bekerja dengan pembekuan bahan dan kemudian mengurangi tekanan disekitarnya serta menambahkan panas yang cukup untuk mensublimasikan air yang membeku dari fase padat ke gas. Terdapat tiga tahapan penting dalam proses pengeringan beku : pembekuan (freezing), pengeringan primer dan pengeringan sekunder.
a. Pembekuan Proses pembekuan ini pada dasarnya merupakan pembekuan bahan. Pada laboratorium, umumnya dilakukan dengan menempatkan bahan dalam labu freeze-drying dan memusingkannya dalam penangas yang disebut shellfreezer, yang kemudian dibekukan dengan pendinginan mekanik, es-kering dan metanol atau nitrogen cair. Pada skala yang besar, pembekuan biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin freeze-drying. Dalam tahapan ini sangatlah penting untuk membekukan material pada suhu dibawah titik eutentiknya. Karena pada titik ini fase padat dan cair dari material dapat menjadi koeksis. Membekukan material pada suhu dibawah titik ini dapat lebih memastikan terjadinya proses sublimasi dari pada pencairan pada tahapan selanjutnya. Kristal lebih besar dapat lebih mudah di freeze-dry. 3
Untuk menghasilkan kristal yang lebih besar maka bahan harus dibekukan perlahan. b. Pengeringan Primer Selama fase pengeringan primer tekanan diturunkan dan panas yang cukup dialirkan pada bahan sehinga air dalam bahan dapat tersublimasi. Pada fase ini 98% persen air dalam bahan tersublimasikan. Fase ini terjadi dengan lambat karena jika panas yang dialirkan berlebih dapat merusak struktur bahan. c. Pengeringan Sekunder Pengeringan sekunder berfungsi untuk mensublimasikan molekul air yang diserap pada saat proses pembekuan. Bagian freeze-drying ini bekerja berdasarkan adsorbsi isotermal bahan. Pada fase ini , suhu dinaikkan lebih ltinggi dari suhu pada pengeringan primer untuk memutuskan interaksi psikokimia yang terbentuk antara molekul air dan bahan beku. Biasanya tekananpun diturunkan pada fase ini untuk meningkatkan proses sublimasi. Setelah proses pengeringan beku selesai, kondisi vakum biasanya dilepaskan dengan gas inert seperti nitrogen sebelum bahan di seal. Jika bahan yang dikeringbekukan diseal untuk menjaga terjadinya reabsorbsi kelembaban, maka bahan ini dapat disimpan pada suhu ruang tanpa pendingin dan dapat tetap terlindungi dari spoilage untuk beberapa tahun. Pengeringan beku juga menyebabkan lebih sedikit kerusakan jika dibandingkan dengan metode lain yang menggunakan temperatur tinggi. Pengeringan beku biasanya tidak mengakibatkan pengerutan/srinkage atau toughtening/pengerasan pada bahan yang dikeringkan. Aroma dan rasa pun biasanya tidak berubah, dan hal ini lah yang membuat proses ini banyak digunakan dalam pengawetan makanan. Sayangnya, bukan air saja yang dapat tersublimasi oleh proses ini, kehilangan senyawa yang mudah menguap lainnya seperti asam asetat dan alkohol menjadi hasil yang tidak dapat dihindari. Produk yang dikering anginkan dapat kembali di rehidrat lebih cepat dan mudah karena tetap meninggalkan pori miskroskopis. Pori mikroskopik ini
4
terjadi oleh kristal es yang tersublimasikan, dan meninggalkan celah atau pori pada tempatnya.
E.
Parameter Pengujian a. Ketahanan Lipat (folding Endurance) Kekuatan lipat/folding indurance adalah kemampuan kertas untuk menahan beberapa kali lipatan sebelum terputus. Hal ini didefinisikan sebagai bilangan lipatan ganda pada strip contoh dengan ukuran lebar 15 mm dan panjang 100 mm dapat bertahan dibawah beban tertentu sebelum putus. Parameter ini sangat penting bagi kertas yang akan dipergunakan atau dikenakan berbagi lipatan seperti kertas buku, peta atau pamphlet. Uji lipat ini juga sangat penting untuk karton, karton boks, kertas cover dll. Kekutan lipat sangat diperlukan untuk kertas bond, ledger, peta, cetak biru dan kertas permanent, Metode MIT digambarkan sebagai metode yang paling mendekati penggambaran keadaan berulang proses buka tutup pada buku. Metode ini dapat juga dilakukan untuk menentukan proses deteriorasi yang terjadi pada kertas dengan aging/pemeraman. Kekuatan lipat kertas dapat dianggap sebagai modifikasi pengujian kekuatan tarik karena pada uji ini, contoh kertas diberi tekanan sehingga akhirnya rusak. Akan tetapi hasil tes ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan fleksibilitas kertas dibandingkan dengan kekuatan tariknya. Pulp rag akan menghasilkan kertas dengan kekuatan lipat yang tinggi, dibandingkan dengan kertas dari bahan kayu atau kertas yang banyak mengandung bahan pengisi. Pada tahap awal beating, kekuatan lipat dan tarik pulp biasanya meningkat. Akan tetapi ketika perlakuan beating berlanjut, kekuatan lipat menurun karena peningkatan ikatan intra serat yang juga meningkatkan kekerutan kertas. Kekuatan lipat kertas dapat diukur pada arah mesin dan silang mesin (machine and cross-machine), dimana pada tes ini arah mesin mengacu pada garis lipatan yang tegak lurus dengan arah mesin kertas. Biasanya kekuatan lipat pada arah mesin lebih besar dari pada silang mesin, yang juga menunjukan kekuatan tarik yang juga lebih besar pada arah mesin.
5
Salah satu karakteristik dari kekuatan lipat adalah hasil pengujian dari satu jenis contoh dapat bervariasi. Hal ini berasal dari lokasi kecil dimana contoh tersebut dilipat. Sobekan contoh akibat lipatan dipaksakan pada titik ini dari pada pada titik terlemah dari contoh tersebut.
b. Kekuatan Sobek (Tearing Resistance) Ketahanan sobek adalah daya tahan kertas atau tenaga yang dibutuhkan untuk menyobek kertas (Pusgrafin, 2001). Kekuatan sobek kertas menunjukan sifat kertas pada saat penggunaan akhirnya (end user). Seperti kekuatannya pada saat ditarik diban berjalan, mengontrol kekuatan koran pada saat dicetak, dan karakteristik kekakuan kertas kemasan dimana kekuatan menahan bebannya sangat diperlukan. Panjang serat dan ikatan antar serat merupakan faktor penting dalam kekuatan sobek. Panjang serat umumnya meningkatkan kekuatan sobeknya. Kekuatan sobek kertas biasanya menunjukan peningkatan seriring dengan peningkatan kelembaban dalam range 15 s/d 85 %. Untuk setiap persen peningkatan kelembaban relatif kurang lebih terdapat peningkatan kekuatan sobeknya sebanyak 1 %. Peningkatan keregangan dan karakter viskoelastik disebabkan oleh peningkatan kadar air yang membantu delokalisasi dan distribusi stress pada titik sobek. Pada kelembaban yang tinggi (diatas 85 %) atau ketika kertas dibasahkan, kekuatan sobeknya juga akan menurun karena adanya gangguan pada ikatan antar serat pada kertas yang disebabkan olah air. Kehilangan kekuatan sobek kertas pada saat basah tidak sebesar kehilangan kekuatan tariknya pada kondisi yang sama. Kekuatan lipat merupakan karakteristik kekuatan kertas yang sangat dipengaruhi oleh kelembaban. Kekuatan lipat cenderung menunjukan peningkatan 1 s/d 5 % untuk setiap peningkatan 1 % RH dalam range 15 s/d 85%.
6
III METODOLOGI PENGUJIAN A.
Ruang Lingkup Pengujian a.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 1 tahun selama tahun anggaran
2009, dari bulan Januari hingga September 2009. Pengambilan dan perlakuan terhadap contoh dilakukan diruang vakum freeze drying, ruang restorasi dan ruang laboratorium Arsip Nasional RI. b.
Limitasi Pengujian ini dibatasi hanya pada 3 sampel kertas HVS, Art Paper, dan
kertas conqueror dengan parameter pengujian kualitas fisik adalah kekuatan lipat, sobek kertas dan daya serap air dengan perlakuan perendaman air suling dan pengeringan dengan metode kering angin dan vakum freeze.
B.
Metode a.
Persiapan contoh
Contoh Pengujian kualitas arsip kertas hasil perbaikan dengan metode vakum freeze drying dilakukan terhadap contoh blanko kertas yang biasa digunakan sebagai media arsip, yaitu kertas conqueror, kertas HVS, dan kertas Art paper. Sedangkan kertas arsipnya itu sendiri tidak dilakukan pengujian mengingat pengujian bersifat merusak fisik arsip. Setiap contoh disiapkan sebanyak 3 set yaitu untuk masing-masing perlakuan pengeringan dan satu set contoh sebagai blanko kontrol. b.
Perlakuan contoh
Setiap contoh diberi perlakuan awal perendaman dalam air suling selama 2 hari (2 x 24 jam). Setelah perlakuan perendaman tersebut setiap contoh diberi 2 perlakuan pengeringan yang berbeda yaitu dengan metode vakum freeze (prosedur penanganan sama dengan prosedur penanganan arsip yang terkena tsunami1) dan metode kering angin. Pembekuan yang dilakukan dengan 2 cara
7
yaitu pembekuan dengan mengggunakan freezer alat vacuum freeze (-32°C) dan freezer dari kulkas (-10°C). c.
Pengujian pada contoh kertas
Setiap set contoh yang berbeda perlakuannya diuji dengan parameter kekuatan lipat kertas dengan metode MIT, ketahanan sobek (metode Elmendorf), daya serap (COBB test) dan perubahan fisik kertas.
d.
Perhitungan dan pengolahan data
Data hasil pengujian untuk setiap perlakuan dihitung dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan uji statistik beda nyata.
C.
Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : a.
Peralatan 1.
2.
Peralatan Persiapan contoh 1)
Vakum freeze dried chamber
2)
Freezing unit
3)
Bak perendam
4)
Nampan
5)
Kacip / pemotong kertas
6)
Sarung tangan karet
7)
Kipas angin
8)
Lemari pengering
Peralatan Pengujian 1)
Micrometer “Mitutoyo”;
2)
pH meter HORIBA;
3)
Neraca Analitik; 8
b.
4)
MIT Folding Indurance Tester;
5)
Elmendorf Tearing tester;
6)
COBB tester
7)
Peralatan gelas lainnya.
Bahan 1.
Contoh kertas Contoh kertas yang diuji adalah kertas conqueror 100 g, kertas HVS 80 g dan kertas Folio bergaris
2.
IV
Bahan pengujian. 1)
Kertas saring/kertas serap
2)
Ethanol 70 %
3)
Akuadest/air suling
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 1.
Sobek Berdasarkan hasil pengukuran ketahanan sobek terhadap 3 (tiga) jenis kertas
(art paper, conqueror, HVS) dengan 4 macam perlakuan pengeringan yaitu vacuum freeze dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C;
kering angin dengan suhu
pembekuan -32°C, -10°C adalah sebagai berikut: Tabel 1.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran sobek kertas art paper ( CD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Metode Galat Total
4 34 38
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
6500.6685
1625.1671 502.1673
17073.69045
F-Hitung
P-Value
3.24
0.0236
23574.3588
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) 9
Berdasarkan Tabel 1. di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 3.24. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 2.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran sobek kertas art paper ( MD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 35 39
4867.5000 11110.0000 15977.5000
1216.8750 317.4286
F-Hitung
P-Value
3.83
0.0110
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) Berdasarkan Tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 3.83. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 3.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran sobek kertas conqueror ( CD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
2428.0000 8140.0000 10568.0000
607.0000 180.8889
F-Hitung
P-Value
3.36
0.0174
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) Berdasarkan Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 3.36. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
10
Tabel 4.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran sobek kertas conqueror ( MD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
1872.0000 5040.0000 6912.0000
468.0000 112.8889
F-Hitung
P-Value
4.18
0.0058
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 4.18. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 5. Analisis sidik ragam hasil pengukuran sobek kertas HVS ( CD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 44 48
2777.70975 7758.5556 10563.2653
694.42744 176.9444
F-Hitung
P-Value
3.92
0.0082
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) Berdasarkan Tabel 5. di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 3.92. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
11
Tabel 6.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran sobek kertas HVS ( MD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
1860.0000 4740.0000 6600.0000
465.0000 105.3333
F-Hitung
P-Value
4.41
0.0043
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) Berdasarkan Tabel 6. di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 4.41. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%. Dari hasil analisis ragam parameter ketahanan sobek ternyata ada perbedaan yang nyata antar metode.Untuk itu, harus dilakukan uji lanjut dengan metode uji wilayah berganda Duncan. Tabel 7.
Uji Duncan pengaruh metode terhadap sobek kertas Art
Metode
Conqueror
CD
MD
BLANGKO
63±11.595 b
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
92.86±13.80a
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) Metode Kering Angin (Suhu -10°C) Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
HVS
CD
MD
CD
MD
48±12.29b
172±9.19b
80±16.73a
175±13.54b
169±11.97a
91±7.38ab
55±12.69bc
167±9.49a
102.22±14.81a
61±8.76ab
93.75±38.52a
72.5±30.59a
182±16.87ab
169±11.97a
84±22.21b
56±14.29bc
90±22.68a
66.67±12.25a
183±16.19ab
157±6.75b
101±9.94a
50±0c
93.33±12.11a
70±10a
192±9.49a
176±11.73a
103±4.83a
68±9.19a
Keterangan : Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Duncan di atas bahwa dapat dilihat bahwa:
untuk jenis kertas art paper tiap metode pada tiap jenis kertas memiliki kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol yaitu blangko. Keempat perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda dengan blangko.
Sedangkan untuk jenis kertas Conqueror dan HVS tiap memberikan pengaruh yang sama dengan kelompok kontrol blangko.
Pada kertas Conqueror arah CD, metode vacuum Freeze (suhu -10°C), metode vacuum Freeze (suhu -32°C), dan metode kering angin (suhu 10°C) memberikan pengaruh yang sama dengan blangko, sedangkan metode kering angin (suhu -32°C) memberikan pengaruh yang berbeda. 12
Untuk arah MD, metode yang memberikan pengaruh berbeda dengan blangko adalah metode kering angin (suhu -10°C)
Pada kertas HVS arah CD, semua metode memberikan pengaruh yang sama dengan blangko, menandakan bahwa semua metode bagus.
Sedangkan
pada arah MD metode kering angin (suhu -32°C) memberikan pengaruh yang berbeda dengan blangko. Untuk lebih mempertajam analisis dilakukan uji lanjut Dunnet untuk membandingkan pengaruh masing-masing metode dengan blangko.
Tabel 8.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap sobek kertas CD
Perbandingan Perlakuan Dengan Kontrol Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) – Blangko Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -10°C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -32°C)- Blangko
Jenis Kertas Conqueror
HVS
Art
3
11.22
29.86*
10
-7
30.75*
20*
10
27
11
12
30.33*
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Dunnet di atas hasilnya sedikit berbeda dengan hasil uji duncan. Pada jenis kertas conqueror metode yang memberikan pengaruh berbeda dengan blangko adalah metode kering angin (suhu -10°C), sedangkan dari hasil uji duncan metode yang
memberikan pengaruh berbeda dengan blangko adalah
metode kering angin (suhu -32°C). Pada kertas HVS semua metode memberikan pengaruh yang sama dengan belangko, sedangkan pada kertas Art metode yang memberikan pengaruh sama dengan blangko adalah metode kering angin (suhu -10°C). Hal ini berbeda dengan hasil uji Duncan yang menunjukkan bahwa yang memberikan pengaruh sama dengan blangko adalah metode vacuum freeze (suhu -32°C).
Tabel 9.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap sobek kertas (MD). 13
Jenis Kertas
Perbandingan Perlakuan Dengan Kontrol
Conqueror
HVS
-2
6
32*
0
1
24.5*
-12
-5
18.667
7
13*
22
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) – Blangko Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -10°C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -32°C)- Blangko
Art
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Dunnet di atas bahwa dapat dilihat bahwa untuk jenis kertas conqueror semua metode memberikan pengaruh yang sama. Pada kertas HVS, metode kering angin(suhu -32°C) memberikan pengaruh yang berbeda dengan blangko. Sedangkan pada kertas Art, metode yang berbeda adalah metode vacuum freeze. Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata sobek kertas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata Sobek kertas ( CD ) Pada Tiap Perlakuan
200 180
BLANGKO
160 140
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
120
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)
100 80
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
60 40
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
20 0 Art
Conqueror
HVS
Gambar 2. Perbandingan Rata-Rata Sobek kertas ( MD ) Pada Tiap Perlakuan 14
180 160
BLANGKO
140 Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
120 100
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)
80
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
60 40
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
20 0 Art
2.
Conqueror
HVS
Lipat Berdasarkan hasil pengukuran ketahanan sobek terhadap 3 (tiga) jenis kertas
(art paper, conqueror, HVS) dengan 4 macam perlakuan pengeringan yaitu vacuum freeze dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C; kering angin dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C adalah sebagai berikut: Tabel 10.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran lipat kertas art paper ( CD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 35 39
653.308333 2136.4667 2789.7750
163.327083 61.041905
F-Hitung
P-Value
2.68
0.0478
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan) Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 2.68.
Dilihat dari nilai p-valuenya dapat
disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana pvaluenya < 5%.
15
Tabel 11.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran lipat ketas art paper ( MD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
3246.8000 4087.20000 7334.0000
811.7000 90.826667
F-Hitung
P-Value
8.94
<0.0001
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 8.94.
Dilihat dari nilai p-valuenya dapat
disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana pvaluenya < 5%.
Tabel 12.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran lipat kertas conqueror ( CD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
478.280000 1928.60000 2406.88000
119.57000 42.857778
F-Hitung
P-Value
2.79
0.0374
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 2.79.
Dilihat dari nilai p-valuenya dapat
disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana pvaluenya < 5%.
Tabel 13.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran lipat kertas conqueror ( MD ) setelah mendapatkan perlakuan.
16
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
5141.12000 10863.2000 16004.3200
1285.2800 241.40444
F-Hitung
P-Value
5.32
0.0013
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 5.32. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 14.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran lipat kertas HVS ( CD ) setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 42 46
643.922492 38878.928571 4522.851064
160.980623 92.355442
F-Hitung
P-Value
1.74
0.1586
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 1.76. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang sama dimana p-valuenya > 5%.
Tabel 15.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran lipat kertas HVS ( MD ) setelah mendapatkan perlakuan.
17
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 45 49
7834.0000 3304.0000 11138.0000
1958.50000 73.422222
F-Hitung
P-Value
26.67
<0.0001
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 26.67. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang sama dimana p-valuenya > 5%. Dari hasil analisis ragam parameter lipat ternyata ada perbedaan yang nyata antar metode.Untuk itu, harus dilakukan uji lanjut dengan metode uji wilayah berganda Duncan. Tabel 16.
Uji Duncan pengaruh metode terhadap lipat kertas.
Keterangan : Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Art
Metode BLANGKO Metode Vacuum Freeze (Suhu 10°C) Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) Metode Kering Angin (Suhu -10°C) Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
Conqueror
CD
MD
28.4±13.11a
36.8±8.02b
21.25±3.77ab
40.5±3.86b 58.3±15.33 a
18.4±5.91b 19.667±4.23a b 26.167±4.16a b
CD 27.5±8.13a b 30.5±6.55a b
HVS MD
CD
MD
41.9±13.74c
6.7±0.95b 10.714±0.49a b
18.1±2.73c 49.7±8.15a b
11.6±2.63ab
43.5±9.79b
9.9±0.57ab
42.4±7.12b 54.3±12.11 a
44.1±7.92b
33.4±4.79a 27.8±4.76a b
48.6±5.32bc 58.1±13.28a b 52.3±19.94b c
36.3±8.77b
24.2±7.73b
71.9±20.39a
17.7±20.56a
Berdasarkan uji Duncan di atas bahwa dapat dilihat bahwa:
untuk jenis kertas Art arah CD dan MD, metode yang memberikan pengaruh yang sama dengan blangko adalah metode vacuum freeze (suhu 10°C), metode kering angin (suhu -10°C) dan metode kering angin (suhu 32°C).
Pada kertas concueror arah CD semua metode memberikan pengaruh yang sama dengan blangko, sedangkan pada arah MD metode yang sama pengaruhnya dengan blangko adalah metode vacuum freeze (suhu -32°C) dan metode kering angin (suhu -32°C). 18
Pada kertas HVS arah CD semua metode memberikan pengaruh yang sama dengan blangko kecuali metode kering angin (suhu -32°C). Pada arah MD tidak ada metode yang memberikan pengaruh yang sama dengan blangko.
Untuk selanjutnya lebih baik menggunakan uji duncan saja supaya tidak pengujian dengan kontrol saja. Uji dunnet membandingkan masing-masing perlakuan dengan kontrolnya, sedangkan uji duncan membandingkan semua perlakuan sehingga yang sekelompok dengan kontrol berarti tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan yang tidak sekelompok dengan kontrol berarti berbeda dengan kontrol.
Tabel 17.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap lipat kertas ( CD ).
Perbandingan Perlakuan Dengan Kontrol
Jenis Kertas Conqueror
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) – Blangko Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -10°C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -32°C)- Blangko
HVS
Art
4.014
-7.15
4.9
-10
3.2
-8.733
11*
-2.233
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Tabel 18.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap lipat kertas ( MD ).
Perbandingan Perlakuan Dengan Kontrol
Jenis Kertas Conqueror
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) – Blangko Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -10°C)- Blangko Metode Kering Angin (Suhu -32°C)- Blangko
HVS
Art
31.6*
3.7
25.4*
21.5*
24.3
7.3
36.2*
-0.5
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata
ketahanan lipat kertas dapat
dilihat pada gambar berikut :
19
Gambar 3. Perbandingan Rata-Rata Lipat kertas ( CD ) Pada Tiap Perlakuan 35 30
BLANGKO
25
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
20 15
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)
10
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
5
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
0 Art
Conqueror
HVS
Gambar 4. Perbandingan Rata-Rata Lipat kertas ( MD ) Pada Tiap Perlakuan
80 BLANGKO
70 60
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
50
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)
40 30
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
20
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
10 0 Art
Conqueror
HVS
20
3.
Daya Serap Air Berdasarkan hasil pengukuran daya serap air terhadap 3 (tiga) jenis kertas (art
paper, conqueror, HVS) dengan 4 macam perlakuan pengeringan yaitu vacuum freeze dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C;
kering angin dengan suhu
pembekuan -32°C, -10°C adalah sebagai berikut: Tabel 19.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran daya serap kertas conqueror ( wire) setelah mendapatkan perlakuan.
sumber keragaman DF Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Hitung Pr > F Perlakuan 4 12417,3369 3104,3342 519,82 < 0,0001 Galat 7 41,8035 5,9712 Total 11 12459,1405 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5% Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 519,82. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%. Tabel 20.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran daya serap kertas concueror ( felt ) setelah mendapatkan perlakuan.
sumber keragaman DF Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Hitung Pr > F Perlakuan 4 11138,7601 2784,1883 490,7 < 0,0001 Galat 6 34,0436 5,6739 Total 10 11170,7969 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5% Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 490,7. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
21
Tabel 21.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran daya serap kertas HVS ( wire) setelah mendapatkan perlakuan.
sumber keragaman DF Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Hitung Pr > F Perlakuan 4 31,71119 7,9278 4,59 0,0487 Galat 6 10,3621 1,727 Total 10 42,0733 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 4,59. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 22.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran daya serap kertas HVS (felt) setelah mendapatkan perlakuan.
sumber keragaman DF Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Hitung Pr > F Perlakuan 4 14,6687 4,4172 2,8 0,1113 Galat 7 11,0438 1,5777 Total 11 28,7125 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 2,8. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang sama dimana p-valuenya > 5%.
Tabel 23.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran daya serap setelah mendapatkan perlakuan.
kertas Artpaper
sumber keragaman DF Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F Hitung Pr > F Perlakuan 4 4721,5383 1180,3846 17,12 < 0,0001 Galat 13 896,4067 68,9544 Total 17 5617,945 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 17,12. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%. 22
Tabel 24.
Uji Duncan pengaruh metode terhadap Daya serap kertas. Jenis Kertas
Metode
Conqueror
HVS
Wire
Felt
Wire
Felt
Artpaper
BLANKO Metode Vacuum Freeze (Suhu 10°C)
30,407±3,1018 c
27,443±1,2977 a
21,040±0,9071 ab
20,413±0,4735 a
18,683±2,4612 c
95,660±0,3394 b
84,125±3,1042 b
19,180±0,5515 b
17,685±1,1101 a
60,200±8,4825 a
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)
104,160±1,1879 a
101,330±1,0748 a
20,455±0,4172 b
19,830±1,4990 a
50,333±6,5309 ab
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
107,100±3,243 a
103.975±2,3264 a
19,220±0,9899 b
17,687±1,8293 a
43,367±16,7157 b
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
107,965±0,007 a
99,870±3,8042 a
24,045±2,6940 a
17,920±0,6505 a
37,159±2,4749 b
Keterangan : Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Duncan diatas dapat kita lihat bahwa :
Pada kertas conqueror wire tidak ada metode yang sama dengan blangko, sedangkan pada felt semua metode sama kecuali metode vacuum freeze (suhu -10°C).
Pada kertas HVS semua metode sama
Pada artpaper tidak ada metode yang sama dengan blangko
Tabel 25.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap daya serap kertas.
Perbandingan Perlakuan dengan Kontrol Metode Vacuum Freeze (Suhu 10°C)- blanko Metode Vacuum Freeze (Suhu 32۫C)- blanko Metode Kering Angin (Suhu 10°C)- blanko Metode Kering Angin (Suhu 32°C)- blanko
Jenis Kertas Conqueror HVS Wire Felt Wire Felt
Artpaper
72,292***
63,878***
2,11
0,889
56,653***
80,792***
81,083***
3,385
3,034
48,231***
82,989***
83,728***
2,15
0,509
41,265***
84,597***
79,623***
6,975
1,124
37,613
Keterangan = (***) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Dunnett diatas dapat dilihat bahwa jenis kertas HVS (felt dan wire ) semua metode baik digunakan, karena memiliki kelompok yang sama dengan kontrol yaitu blanko. Sedangkan pada jenis kertas Conqueror ( wire dan felt ) tidak ada metode yang memberikan pengaruh sama dengan blangko. dan pada art paper, Metode Kering angin ( suhu 32 C ) baik untuk digunakan karena sama dengan blangko. 23
Gambar 5. Perbandingan Rata-Rata Daya Serap Pada Tiap Perlakuan
Rata-rata Daya Serap
120 100 80 BLANKO
60
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
40
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
20
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
0 conqueror wire
conqueror felt
HVS wire
HVS felt
artpaper
Jenis Kertas
4.
Kadar Air Berdasarkan hasil pengukuran ketahanan sobek terhadap 3 (tiga) jenis kertas
(art paper, conqueror, HVS) dengan 4 macam perlakuan pengeringan yaitu vacuum freeze dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C;
kering angin dengan suhu
pembekuan -32°C, -10°C adalah sebagai berikut: Tabel 26.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran kadar air kertas concueror setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 15 19
0.0028 0.00003 0.0029
0.0007 0.000002
F-Hitung
P-Value
335.95
0.0001
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 335.95. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
24
Tabel 27.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran kadar air kertas HVS setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 15 19
0.0027 0.00005 0.00275
0.0007 0.000004
F-Hitung
P-Value
186.29
0.0001
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 186.29. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 28.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran kadar air art paper setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 15 19
0.0013 0.000023 0.00136
0.0003 0.0000015
F-Hitung
P-Value
216.28
0.0001
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 216.28. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%. Dari hasil analisis ragam parameter kadar air ternyata ada perbedaan yang nyata antar metode.Untuk itu, harus dilakukan uji lanjut dengan metode uji wilayah berganda Duncan.
25
Tabel 29.
Uji Duncan pengaruh metode terhadap kadar air kertas. Rata-rata kadar air
Metode Conqueror
HVS
0.0624±0.000 b Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) 0.0411±0.003 d Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) 0.0347±0.001 e Metode Kering Angin (Suhu -10°C) 0.0521±0.002 c Metode Kering Angin (Suhu -32°C) 0.0690±0.002 a BLANGKO
Art
0.0557±0.000 b 0.0437±0.001 a 0.0430±0.000 d 0.0411±0.003 b 0.0301±0.001 e 0.0209±0.001 d 0.0498±0.001 c 0.0322±0.000 c 0.0694±0.005 a 0.0430±0.000 ab
Keterangan : Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Duncan di atas bahwa dapat dilihat bahwa untuk jenis kertas concueror, HVS, tidak terdapat metode yang paling baik karena tiap metode pada tiap jenis kertas memiliki kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol yaitu blangko. Sedangkan pada kertas art metode kering angin(suhu -32°C) sama dengan blangko.
Tabel 30.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap kadar air kertas.
Perbandingan Perlakuan Dengan Kontrol
Jenis Kertas Conqueror
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) -
HVS
Art
-
-
-
0.0213645*
0.0127086*
0.0026279*
-
-
-
Blangko
0.0277871*
0.0256420*
0.0228270*
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)- Blangko
0.0066094*
0.0136904
-
*
0.0115095*
Blangko Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)-
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)- Blangko
-
-
0.0103496*
0.0059145*
-0.0007369
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Dunnet di atas bahwa dapat dilihat bahwa unutk jenis kertas conqueror, dan HVS tidak terdapat metode yang paling baik karena tiap metode pada jenis kertas memiliki kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol yaitu blangko. Berbeda dengan kertas Art dengan metode kering angin (Suhu -32°C) yang memiliki kelompok yang sama dengan blangko. 26
Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata kadar air kertas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Perbandingan Rata-Rata Kadar Air Pada Tiap Perlakuan 0,0800
Rata-rata Kadar Air
0,0700 0,0600 0,0500
BLANGKO
0,0400
Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
0,0300
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
0,0200
Metode Kering Angin (Suhu -32°C) 0,0100 0,0000
Conqueror
HVS
Art
Jenis Kertas
5. Gramatur Berdasarkan hasil pengukuran gramatur terhadap 3 (tiga)
jenis kertas (art
paper, conqueror, HVS) dengan 4 macam perlakuan pengeringan yaitu vacuum freeze dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C; kering angin dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C adalah sebagai berikut:
Tabel 31.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran gramatur kertas concueror setelah mendapatkan perlakuan. Sumber Jumlah Kuadrat F Keragaman DF kuadrat tengah Hitung Pr > F Perlakuan 4 61.2525 15.3131 9.3400 0.0003 Galat 17 27.8581 1.6387 Total 21 89.1196 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5% Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
27
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 9,34. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 32.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran gramatur kertas HVS setelah mendapatkan perlakuan. Sumber Jumlah Kuadrat F Keragaman DF kuadrat tengah Hitung Pr > F Perlakuan 4 54.6580 13.6645 8.7300 0.0005 Galat 17 26.6088 1.5652 Total 21 81.2668 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5% Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 8,7300. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 33.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran gramatur kertas Artpaper setelah mendapatkan perlakuan. Sumber Jumlah Kuadrat F Keragaman DF kuadrat tengah Hitung Pr > F Perlakuan 4 328.7002 82.1750 10.2400 0.0008 Galat 12 96.3034 8.0253 Total 16 425.0036 Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5% Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 10,2400. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
28
Tabel 34.
Uji Duncan pengaruh metode terhadap Gramatur.
Metode BLANKO Metode Vacuum Freeze (Suhu 10°C) Metode Vacuum Freeze (Suhu 32۫C) Metode Kering Angin (Suhu 10°C) Metode Kering Angin (Suhu 32°C)
Conqueror
Jenis Kertas HVS
Artpaper
105,0993±0,1440 b
81,7588±0,8363 c
113,916±0,8 b
102,0943±1,6493 bc
83,6978±1,4847 b
113,743±6,2932 b
100,5140±1,07 c
82,1120±1,05 bc
109,530±0,8312 b
104,7372±1,92 a
83,5034±1,82 bc
119,881±2,1593 a
105,0993±0,6250 a
86,3218±0,4578 a
122,4±1,4356 a
Keterangan : Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Berdasarkn uji Duncan diatas dapat kita lihat bahwa pada pada kertas conqueror dengan metode vacuum freeze (suhu -10°C) memberikan pengaruh yang sama dengan blangko. Pada kertas HVS metode yang sama dengan blangko adalah metode vacuum freeze (suhu -32°C) dengan metode kering angin (suhu -10°C). Dan pada jenis kertas Artpaper, metode yang paling baik digunakan adalah Metode Vacuum Freeze (suhu 32 C) dan Metode Vacuum Freeze (suhu 10 C). Tabel 35.
Uiji Dunnett pengaruh metode terhadap gramatur.
Perbandingan Perlakuan dengan Kontrol Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)blanko Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)blanko Metode Kering Angin (Suhu -10°C)blanko Metode Kering Angin (Suhu -32°C)blanko
Jenis Kertas Conqueror HVS
Artpaper
-0,5413
1,7446
-0,173
-2,1216
0,3532
-4,386
2,1016 2,4637***
1,7446 5,965*** 4,5630***
8,484***
Keterangan = (***) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Dunnett diatas dapat dilihat bahwa untuk kertas Conqueror, metode yang baik digunakan adalah Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C), Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) dan Metode Kering Angin (Suhu -10°C). untuk kertas HVS, metode yang baik digunakan adalah Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C), Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) dan Metode Kering Angin (Suhu -10°C). sedangkan untuk kertas Artpaper, metode yang baik digunakan adalah Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C), Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C). 29
Gambar 8. Perbandingan Rata-Rata Gramatur Pada Tiap Perlakuan 140
Rata-rata gamatur
120 100 80
BLANKO Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C)
60
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
40
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)
20 0 Conqueror
HVS
Artpaper
Jenis Kertas
6.
Tebal Berdasarkan hasil pengukuran ketebalan terhadap 3 (tiga) jenis kertas (art
paper, conqueror, HVS) dengan 4 macam perlakuan pengeringan yaitu vacuum freeze dengan suhu pembekuan -32°C, -10°C;
kering angin dengan suhu
pembekuan -32°C, -10°C adalah sebagai berikut:
Tabel 36.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran tebal kertas concueror setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 20 24
0.0146 0.0002 0.0149
0.0037 0.0000
F-Hitung
P-Value
306.3300
0.0001
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
30
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 306.3300. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 37.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran tebal kertas HVS setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 20 24
0.0002 0.0002 0.0004
0.0000 0.0000
F-Hitung
P-Value
3.6400
0.0220
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 3.6400. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%.
Tabel 38.
Analisis sidik ragam hasil pengukuran tebal art paper setelah mendapatkan perlakuan.
Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Metode Galat Total
4 20 24
0.0013 0.0007 0.0020
0.0003 0.0000
F-Hitung
P-Value
9.1000
0.0002
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Statistik Uji : Jika P-Value ≥ 5% maka tidak berbeda nyata Jika P-Value < 5% maka berbeda nyata (signifikan)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk metode yang berbeda didapat nilai F sebesar 9.1000. Dilihat dari nilai p-valuenya dapat disimpulkan bahwa kelima metode memberikan efek yang berbeda dimana p-valuenya < 5%. Dari hasil analisis ragam parameter tebal ternyata ada perbedaan yang nyata antar metode.Untuk itu, harus dilakukan uji lanjut dengan metode uji wilayah berganda Duncan. 31
Tabel 39.
Uji Duncan pengaruh metode terhadap tebal kertas.
Metode BLANGKO Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C) Metode Kering Angin (Suhu -10°C)
Conqueror
HVS
Art
0.1482±0.001 b 0.109±0.003 bc 0.0972±0.003 c 0.1662±0.003 a 0.111±0.003 abc 0.1094±0.004 b 0.1664±0.003 a 0.1066±0.002 c 0.12±0.012 a 0.161±0.003 c 0.1142±0.005 a 0.11±0.004 b 0.168±0.003 c 0.1114±0.004 ab 0.1104±0.002 b
Metode Kering Angin (Suhu -32°C) Keterangan : Huruf yang sama pada satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Duncan di atas bahwa dapat dilihat bahwa untuk jenis kertas concueror, semua metode berbeda dengan blangko. Pada HVS, yang berbeda adalah metode kering angin (suhu -10°C). Sedangkan pada artpaper tidak ada metode yang memberikan pangaruh sama dengan blangko, artinya tidak terdapat metode yang paling baik karena tiap metode pada tiap jenis kertas memiliki kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol yaitu blangko.
Tabel 40.
Uji Dunnet pengaruh metode terhadap tebal kertas.
Perbandingan Perlakuan Dengan Kontrol Metode Vacuum Freeze (Suhu -10°C) - Blangko
Jenis Kertas Conqueror
HVS
Art
0.0182*
0.002
0.0122*
Metode Vacuum Freeze (Suhu -32۫C)- Blangko
0.018*
-0.0024
0.0228*
Metode Kering Angin (Suhu -10°C)- Blangko
-0.034*
0.0052
0.0128*
Metode Kering Angin (Suhu -32°C)- Blangko
-0.0368*
0.0024
0.0132*
Keterangan = (*) : nyata pada taraf 5%
Berdasarkan uji Dunnet di atas bahwa dapat dilihat bahwa unutk jenis kertas conqueror, dan art tidak terdapat metode yang paling baik karena tiap metode pada jenis kertas memiliki kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol yaitu blangko. Berbeda dengan kertas HVS, tiap metode memiliki kelompok yang sama dengan blangko. Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata tebal kertas dapat dilihat pada gambar berikut :
32
Gambar 9. Perbandingan Rata-Rata Tebal Pada Tiap Perlakuan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap contoh kertas yang diberi perlakuan pengeringan bahwa kualitas fisik kertas yaitu nilai ketahanan sobek dan kekuatan lipatnya umumnya tidak berbeda nyata dengan sebelum perlakuan. Untuk kertas HVS dan conquerorSedangkan nilai daya serap kertasnya dan volume air yang diserap kertas semakin besar, walaupun contoh kertas tersebut telah mendapat perlakuan pengeringan. Gramatur kertas juga menurun setelah terkena air atau basah. Hal ini disebabkan karena pada saat kertas terkena air/basah maka sebagian zat atau komposisi pengisi yang dikandung kertas yang memperbaiki kualitas fisik kertas ikut terlarut bersama air perendam sehingga mengakibatkan kulaitas fisik kertas semakin menurun. Metode pengeringan apapun yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas kertas ternyata tidak dapat mengembalikan kualitas kertas seperti semula sebelum terkena dampak air/banjir (sebelum kertas dibasahi). Metode pengeringan yang dilakukan hanya dapat menjaga kondisi kertas dari bertambah rusak tanpa bisa mengembalikan kualitas dan kondisi fisik yang dimiliki kertas sesaat sebelum terkena air. Pemilihan metode pengeringan yang dilakukan cukup berpengaruh terhadap penurunan kualitas fisik kertas. Kualitas kertas yang dikeringkan dengan metode pengeringan beku hampa (vakum freeze) yang melibatkan proses pembekuan umumnya lebih rendah dari metode pengeringan dengan kering angin. Hal ini dapat terlihat dari kekuatan sobek dan ketahanan lipat pada metode beku hampa yang lebih 33
rendah metode kering angin. Bahkan pada arah MD, setelah pengeringan vakum freeze kertas menjadi tidak tahan lipat dengan beban 1 kg. Daya serap kertas dan prosentase serapan air yang dimiliki oleh kertas juga semakin besar jika kertas dikeringkan dengan metode vakum freeze. Prosentase serapan air yang dimiliki oleh kertas yang dikeringkan dengan vakum freeze adalah 76 s/d 81 %, sedangkan pada kertas yang dikeringkan dengan pengeringan angin biasa sebesar 64 s/d 67%. Hal ini mungkin disebabkan karena pada pengeringan vakum freeze melibatkan proses pembekuan dimana pada fese ini jika suhu pembekuan masih lebih besar dari titik eutentiknya sehingga kristal es yang dihasilkan lebih besar. Kristal es yang besar dan tajam tersebut dapat merusak komposisi serat yang dimiliki oleh kertas, serta meninggalkan ruang kosong diantara serat ketika kristal es ini disublimasikan. Ruang kosong dan rusaknya komposisi serat membuat ruang yang dapat diisi kembali oleh air menjadi lebih besar. Hal ini juga dapat mengakibatkan menurunnya kekuatan fisik kertas setelah proses pengeringan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Metode pengeringan apapun yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas kertas tidak dapat mengembalikan kualitas kertas seperti semula sebelum terkena dampak air/banjir (sebelum kertas dibasahi). 2. kualitas fisik kertas yaitu nilai ketahanan sobek dan kekuatan lipatnya umumnya menurun setelah mendapat perlakuan perendaman. Sedangkan nilai daya serap kertasnya dan volume air yang diserap kertas semakin besar 3. Nilai ketahanan sobek dan kekuatan lipat kertas yang dikeringkan dengan metode pengeringan beku hampa (vakum freeze) umumnya lebih rendah dari metode pengeringan dengan kering angin. 4. Daya serap kertas dan prosentase serapan air yang dimiliki oleh kertas juga semakin besar jika kertas dikeringkan dengan metode vakum freeze. Prosentase serapan air yang dimiliki oleh kertas yang dikeringkan dengan vakum freeze adalah 76 s/d 81 %, sedangkan pada kertas yang dikeringkan dengan pengeringan angin biasa sebesar 64 s/d 67%. 34
Saran 1. Perlu diadakan pengujian jenis kertas serta bahan media arsip lainnya. 2. Dalam pemilihan metode pengeringan perlu juga dipertimbangkan masalah biaya dan banyaknya volume arsip yang harus dikeringkan.
Jakarta, Desember 2009 Mengetahui Kasubdit Instalasi Laboratorium
Sekretaris Tim Pengujian
Kamal Kamaludin, S.Sos NIP. 360 000 126
Sari Hasanah NIP. 360 000 840
35