LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS
I.
PENDAHULUAN A.
Latar belakang
Kerusakan material akibat jamur pada ruang penyimpanan arsip merupakan masalah serius yang harus segera ditangani, karena jika tidak pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali. Dalam beberapa hari jamur akan membentuk koloni yang masing-masing koloni ini dapat menghasilkan jutaan propagula baru (spora dan hyfa) dan akan berulang seterusnya. Jamur dapat tumbuh pada tempat dengan kelembaban yang tinggi dan tempat yang menyediakan bahan-bahan organic yang mendukung pertumbuhannya seperti selulosa, starch, bahan perekat, sisa-sisa makanan, debu dan lain-lain. Dengan keadaan seperti hal tersebut diatas, maka perlu adanya tindakan yang dapat menghambat bahkan membunuh jamur dari pertumbuhannya. Salah satu tindakan tersebut adalah dengan menggunakan larutan kimia beracun fungisida yang dapat mengurangi daya kekebalan spora dan membunuh jamur, diantaranya adalah dengan menggunakan bahan aktif enilchonazole. Penggunaan bahan kimia tersebut sebagai upaya pemeliharaan terhadap arsip kertas masih perlu diuji keefektifitas dan dampak lain yang ditimbulkan baik terhadap kondisi arsip kertas maupun bagi pengelola arsip itu sendiri. Sesuai dengan tugas dan fungsi Subdit Instalasi Laboratorium yang tertuang dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia yaitu diantaranya adalah melaksanakan tugas pengujian bahan pemeliharaan, restorasi dan reproduksi arsip, maka pada tahun anggaran 2009 Subdit Instalasi Laboratorium menyelenggarakan kegiatan pengujian efektifitas fungisida pada jamur yang merusak arsip kertas.
B.
Maksud dan tujuan
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas fungisida terhadap jenis jamur yang merusak arsip serta diketahui jenis fungisida yang paling efektif dan aman bagi arsip kertas. Sedangkan sasarannya adalah teridentifikasi jenis fungisida yang aman dan efektif untuk diaplikasikan terhadap arsip kertas yang terserang jamur.
C.
Ruang lingkup Ruang lingkup pengujian ini dilakukan pada : - Bahan fungisida yang digunakan thymol crystal (5 – methyl – 2 – isopropyl 1- phenol), Dithane, Antracol. Bahan kimia fungisida ini terdapat di pasaran dan mudah didapatkan. - Cara penggunaan fungisida dengan dua metode yaitu metode kertas saring dan umpan balik dilakukan dengan 4 (empat) konsentrasi, yaitu 0.25 %, 0.5 %, 1 % dan 2 %. - Jenis jamur yang digunakan : Aspergillus niger, Aspergillus fumigates dan Trichoderma.
II.
PELAKSANAAN A.
Tempat dan Waktu Pengujian ” Efektifitas Fungisida Pada Jamur Yang Merusak Arsip Kertas”
dilaksanakan di Subdirektorat Instalasi Laboratorium ANRI. Waktu untuk persiapan, pengujian laboratorium sampai pembuatan laporan dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Desember 2009.
B.
Pelaksana dan Pembiayaan Pelaksanaan pengujian ini dilakukan oleh tim pengujian dari Subdit Instalasi laboratorium yang dibiayai oleh Anggaran Rutin Arsip Nasional RI tahun 2009.
C.
Alat dan bahan a. Alat 1. Incubator 2. Full Masker Respiratory 3. Otoklaf portable Gallenkamp; 4. Lemari pendingin; 5. Timbangan analitik Metller AE 200; 6. Hot plate Gallenkamp; 7. Tabung reaksi; 8. Gelas piala; 9. Labu erlenmeyer; 10. Cawan petri diameter 9 cm; 11. Pipet ukur 5 ml; 12. Gelas ukur 100 ml; 13. Pembakar bunsen; 14. Pinset; 15. Jarum ose; 16. Kapas; 17. Gunting; 18. Kertas saring; 19. Batang pengaduk dan 20. Kertas bungkus b. Bahan 1. Media agar PDA (Potato Dextrose Agar Dehydrated) 2. Larutan Thymol crystal , Dithane, Antracol dengan konsentrasi sebesar 0.25 %, 0.5 %, % dan % 3. Ethanol (Ethyl alcohol)
4. Jamur penguji Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan Trichoderma.
E.
Metode Pengujian Metode pengujian yang digunakan terdiri dari : 1. Isolasi Jamur dari ruangan penyimpanan arsip; 2. Metode inokulasi jamur pada media pertumbuhan jamur (PDA = Potato Dextrose Agar), sehingga diperoleh kultur murni jamur uji; 3. Metode uji umpan beracun dan biakan ganda.
F.
Prosedur kerja 1.
Persiapan alat-alat steril Mensterilkan alat-alat
cawan petri, pipet ukur, labu erlenmeyer dan
gunting, dalam otoklaf pada tekanan maksimum 10 lbs p.s.i selama 30 menit. Alat-alat tersebut sebelumnya dibungkus dengan kertas. 2.
Persiapan bahan 2.1. Media agar kentang dekstrosa Cara I : -
Mengupas kentang 200 g, cuci bersih, kemudian potong-potong dengan ukuran 10 mm x 10 mm x 10 mm;
-
Merendam dalam larutan asam asetat 3 % selama 30 menit, kemudian cuci dengan air suling sampai air pencucinya bebas asam;
-
Memasukkan kentang tersebut dalam gelas piala 2000 ml dan menambahkan air suling sebanyak 1000 ml;
-
Memanaskan larutan diatas dan biarkan mendidih selama 1 jam. Jaga supaya volume larutan tetap;
-
Menyaring dengan kertas saring dan ambil filtratnya;
-
Menuangkan 750 ml filtrat ke dalam gelas piala 2000 ml, kemudian dipanaskan kembali dan menjaga supaya volume larutan tetap;
-
Melarutkan 20 g dekstrosa dan 15 g agar dalam 250 ml filtrat sisa kemudian dituangkan dan dicampurkan dengan 750 ml filtrat diatas;
-
Mengaduk larutan tersebut dengan batang pengaduk dan dididihkan selama 5-10 menit;
-
Menuangkan larutan agar ke dalam beberapa tabung reaksi @ 5 ml, dan disumbat dengan kapas;
-
Mensterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 103 kPa dan suhu 121ºC atau tekanan maksimum 15 lbs p.s.i selama 50 menit dan
-
Mendinginkan sampai media menjadi padat pada posisi miring kira-kira 15º.
Cara II : -
Menimbang 39 g agar kentang dekstrosa kering (PDA dehydrated), kemudian dilarutkan dalam 250 ml air suling atau akuadest;
-
Menuangkan larutan diatas ke dalam gelas piala 1000 ml dan diencerkan dengan air suling hingga volume 1000 ml;
-
Memanaskan larutan dan didihkan selama 5-10 menit. Volume larutan dijaga supaya tetap;
-
Menuangkan larutan ke dalam beberapa tabung reaksi @ 5 ml yang kemudian disumbat dengan kapas;
-
Mensterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 103 kPa dan suhu 121ºC atau tekanan maksimum 15 lbs p.s.i selama 50 menit dan
-
Mendinginkan sampai media menjadi padat pada posisi miring kira-kira 15 ºC.
2.2. Isolasi jamur dari ruangan penyimpanan arsip Pada tahapan ini, isolasi jamur dilakukan pada udara ruangan arsip yaitu dengan membuka cawan petri yang mengandung PDA dan
antibiotic di ruangan depo arsip. Cawan petri diletakkan di atas rak arsip dalam keadaan terbuka selama 30 menit. Kemudian setelah 30 menit, cawan segera ditutup.
2.3. Identifikasi jamur Tahap-tahap dibawah ini dikerjakan secara aseptik (keadaan bebas dari semua jenis mikroorganisme) : -
Membiakkan kultur murni jamur penguji pada beberapa tabung reaksi yang berisi media PDA dengan menggunakan jarum ose steril;
-
Kultur murni jamur diinkubasi dalam inkubator selama 14 hari pada suhu 28 ± 1ºC dan kelembaban udara 85-95 %. Setelah 14 hari akan tampak seluruh permukaan media diliputi oleh spora jamur.
-
4.
Identifikasi jenis jamur yang terdapat di ruangan depo arsip
Pembuatan larutan Thymol crystal Tahap – tahap berikut ini dilakukan di dalam lemari asam. 4.1. Menimbang thymol crystal sebanyak 0,25 g, 0,5 g, 1 g dan 2 g dengan menggunakan timbangan analitik. 4.2. Menuangkan ethyl alcohol sebanyak 100 ml dalam gelas ukur dengan ukuran 100 ml. 4.3. Melarutkan thymol crystal ke dalam ethyl alcohol dengan ukuran : 0,25 g dalam 100 ml untuk konsentrasi 0,25 %, 0,5 g dalam 100 ml untuk konsentrasi 0,5 %, 1 g dalam 100 ml untuk konsentrasi 1 % dan 2 g dalam 100 ml untuk konsentrasi 2 %.
5.
Prosedur pengujian Tahap-tahap dibawah ini dikerjakan secara aseptik : 5.1. Media agar PDA dicairkan dalam penangas air;
5.4. Untuk metode umpan beracun dilakukan dengan cara menuangkan fungisida sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri kemudian
ditambahkan media PDA hangat. Setelah PDA memadat, diletakkan biakan jamur berdiameter 0.5 cm di tengah-tengah cawan. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar dan diamati pertambahan diameter jamur setiap hari. Semua dilakukan dengan 3 kali ulangan. 5.6. Untuk metode biakan ganda dengan kertas saring pada salah satu sisi cawan petri yang berisi media PDA dan pada sisi berhadapan diletakkan potongan kerta ssaring steril berdiameter 0.5 cm yang telah dicelupkan dalam larutan fungisida. Jarak antara jamur dan kertas saring adalah 3 cm. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 2 minggu. Semua dilakukan dengan 3 kali ulangan.
III.
HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengujian terhadap sampel uji yang telah ditumbuhi jamur Aspergillus niger , Aspergillus fumigatus dan Trichoderma, diperoleh hasil sebagai berikut :
Kondisi ruang pengujian pada saat pelaksanaan pengujian contoh uji :
Suhu
= 26 – 28ºC
Kelembaban relatif
= 63 ± 2 %
Menurut rekomendasi Organisasi Standar Internasional (ISO), kondisi ruang pengujian tersebut sesuai dengan kondisi terbaik yaitu suhu ruangan 27 ± 1ºC dan kelembaban relatif 65 ± 1 %.
Hasil Isolasi jamur yang terdapat di ruangan arsip Depo G , Depo F, Depo E adalah sebagai berikut: 1. Depo G Lantai 4 -
Aspergillus flavus
-
Penicillium
-
Aspergillus niger
2. Depo G lantai 8 -
Deuteromycetes
-
Khamir
3. Depo F lantai 2 -
Trichoderma
4. Depo E lantai 7 -
Aspergillus flavus
5. Depo E lantai 5 -
Verticillium sp.
-
Paecilomyces
-
Deuteromycetes (tidak timbul spora)
Adapun hasil perlakuan fungisida dengan berbagai konsentrasi, yaitu 0.25 %, 0,5 %, 1 %, 2 % terhadap sampel uji yang sebelumnya telah ditumbuhi jamur Aspergillus niger, Aspergillus fumigates, Trichoderma selama kurun waktu 12 hari, diperoleh hasil sebagai berikut :
METODE UMPAN BERACUN
Konsentrasi fungisida thymol crystal, dithane, antracol yang digunakan dalam penelitian ini bermacam-macam dengan konsentrasi terendah adalah 0.25 % dan tertinggi 2 %. Untuk konsentrasi 1 % dan 2 %, semua jenis jamur sama sekali tidak menunjukkan aktifitas pertumbuhan (Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3). Tabel 1. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger No
Konsentrasi
Diameter Pertumbuhan hari ke1
2
3
1.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Thymol Crystal 0,25 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
7.5
8
8.5
8.5
8.5
2.
Dithane 0,25 %
0.5
0.5 %
0.8
1.7
3.2
4.5
5.7
6.7
0.5
0.6
1.6
3.1
4.4
5.4
6.4
7.5
7.5
7.8
8.5
8.5
1%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
8.5
3.
Antracol 0,25 %
0.7
0.5 %
0.6
1% 2%
1.9
3.6
5.3
5
6.8
7.9
6.3
7.6
8.3
1.8
3.6
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa thymol dengan konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % dapat menghambat pertumbuhan jamur Aspergillus niger. Ini terlihat bahwa diameter jamur sama sekali tidak menunjukkan pertambahan walaupun setelah 12 hari inkubasi. Sedangkan untuk dithane sedikit menghambat pertumbuhan jamur karena pada hari ke 3 sudah menunjukkan aktivitas pertumbuhan yang cukup besar dan pada hari ke 10 seluruh permukaan cawan petri yang mengandung dithane sudah diselimuti jamur. Untuk antracol, daya hambat terhadap jamur Aspergillus niger masih di bawah dithane karena pada hari ke 8 seluruh permukaan jamur sudah ditumbuhi jamur.
Tabel 2. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus No
Konsentrasi
Diameter Pertumbuhan hari ke1
2
3
1.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Thymol Crystal 0,25 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2.
Dithane 0,25 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
4.4
4.8
5.1
5.9
6.2
3.5
3.7
4.3
5.5
5.8
1% 2% 3.
Antracol 0,25 %
0.5
0.5 %
0.5
1% 2%
0.9
1.6
2.7
1.6
3.2
3.6
4.2
2.3
2.8
3.1
0.6
0.9
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
B e r
dasarkan pada tabel 2, jamur Aspergillus fumigatus sama sekali tidak mengalami pertumbuhan setelah diberi perlakuan fungisida thymol crystal dan dithane dengan konsentrasi 0.25 % dan 0.5 %, sehingga dapat dikatakan bahwa thymol crystal dengan konsentrasi tersebut dapat menghambat pertumbuhan jamur. Sedangkan pada konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % jamur Aspergillus niger menunjukkan penambahan pertumbuhan sejak hari ke 2 sampai waktu 12 x 24 jam. Ini menunjukkan antracol sedikit menghambat pertumbuhan jamur dibandingkan dengan thymol Kristal dan dithane. Tabel 3. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Trichoderma No
Konsentrasi
Diameter Pertumbuhan hari ke-
1
2
3
1.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Thymol Crystal 0,25 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2.
Dithane 0,25 %
1.0
2.2
5.4
8.5
0.5 %
1.7
3.3
1%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
8.5
3.
Antracol 0,25 %
1.2
0.5 %
1.1
1% 2%
2.5
1.6
6.4
8.5
8.5
2.7
2.7
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Dari Tabel 3. Dapat dilihat bahwa thymol crystal sama sekali menghambat pertumbuhan jamur Trichoderma, sehingga dengan konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % dikatakan efektif dapat membunuh jamur. Untuk dithane dan antracol, daya hambat masih di bawah thymol, karena pada hari ke 4 dan ke 5, seluruh permukaan cawan petri telah ditumbuhi jamur.
METODE BIAKAN GANDA
Pada metode biakan ganda, pertumbuhan jamur dihambat oleh kertas saring yang telah dicelupkan ke dalam fungisida. Namun, cara ini memiliki kelemahan yaitu proses pencelupan sangat memegang peranan penting karena jika kertas saring masih basah maka fungisida akan menyebar ke seluruh cawan petri sehingga jamur sangat mudah tumbuh dengan cepat pada bagian yang tidak terkena fungisida.
Tabel 4. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger No. 1.
Konsentrasi
2
3
0.7
8.5
8.5
1.2
8.5
8.5
0.7
2.5
4
4
5
6
Dithane 0.5 %
3.
1
Thymol Crystal 0,25 %
2.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Antracol 0,25 %
8.5
Dari Tabel 4. hingga Tabel 6. dapat dilihat bahwa pada hari ke 3 seluruh permukaan cawan petri telah ditumbuhi jamur. Hal ini dikarenakan fungisida hanya terdapat pada bagian yang terkena saring saja. Tabel 5. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus No. 1.
2.
Konsentrasi
1
2
3
0,25 %
3.3
8
8.5
0.5 %
3.3
7.5
8.5
0.6
1.2
8.5
0,25 %
0.5
1
8.5
0.5 %
0.7
1.5
8.5
Thymol Crystal
Dithane 0,25 %
3.
T
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Antracol
4
5
6
abel 6. Pengamatan Diameter Pertumbuhan Jamur Trichoderma No.
Konsentrasi
1.
1
2
3
4
2.5
6.5
8.5
2.3
5.5
8.5
2.6
7.5
8.5
5
6
Thymol Crystal 0,25 %
2.
Dithane 0,25 %
3.
Antracol 0,25 %
II.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
PENUTUP
A.
Kesimpulan 1.
Konsentrasi fungisida thymol crystal, dithane, antracol dapat dikatakan efektif membunuh jamur uji Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus pada konsentrasi 1 - 2 %.
2.
Pada konsentrasi 0.25 % dan 5 % fungisida thymol crystal memiliki daya hambat yang lebih baik dibandingkan fungisida dithane dan antracol.
B.
Saran 1.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas thymol crystal penguapan.
2.
Dilakukan penelitian terhadap fungisida jenis lain, seperti Ortho Phenyl Phenol (OPP), ethylen oxide dan lain-lain.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode biakan ganda.
Jakarta, Desember 2009 Sekretaris
Sari Hasanah, S.Si 360 000 086
Niger No. 1.
Konsentrasi
0.5 %
0.5 %
3
4
5
6
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.9
2.5
4
5.4
6.7
7.8
0.5
0.9
1.7
3.1
4.3
5.5
6.5
0.5
0.7
1
2.5
3.8
4.8
5.9
0.5
0.8
2
3.4
4.8
5.9
7
0.5
0.5
1.7
3
4.2
5.3
6.4
0.5
0.5
1.2
2.8
4.1
4.9
5.8
0.6
1.9
3.6
5.5
7
8.3
8
0.7
1.9
3.6
5.3
7
8
Penuh
0.7
1.9
3.5
5
6.5
7.5
Penuh
0.6
2
4
5.1
6.7
7.9
Penuh
0.6
1.9
3.5
5
6.2
7.8
Penuh
0.7
1.5
3.4
5
6
7
Penuh
Antracol 0,25 %
0.5 %
4.
2
Dithane 0,25 %
3.
1
Thymol Crystal 0,25 %
2.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Kontrol
Niger rata-rata No. 1.
2.
3.
Konsentrasi
Diameter Pertumbuhan hari ke1
2
3
4
5
6
7
0,25 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5 %
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1.7
3.2
4.5
5.7
6.7
1.6
3.1
4.4
5.4
6.4
3.6
5.3
Thymol Crystal
Dithane 0,25 %
0.5
0.5 %
0.5
0.8 0.6
Antracol 0,25 % 0.7
1.9
8 6.8
7.9
Penuh Penuh
0.5 %
4.
Kontrol (tidak di-spraying)
0.6
1.8
3.6
5
6.3
7.6
Penuh
Fumigatus No. 1.
Konsentrasi
Diameter Pertumbuhan hari ke1
2
3
4
5
6
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Thymol Crystal 0,25 %
0.5 %
0.5
0.5 ]’ \;[p]’] 0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
\[p]=\ [p-o0p[p;i9 \jio’d’ b
LKOJ UH 05FK OP;L A’; ,l;l;p
uiAQ 2.
Dithane 0,25 %
0.5 %
3.
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1.0
1.7
2.9
3.4
3.7
4.5
0.5
0.8
1.6
2.6
3.3
3.7
4.2
0.5
0.8
1.6
2.6
3
3.5
3.9
0.5
0.7
1.2
2
2.6
3.3
3.5
0.5
0.5
0.8
1.5
2.2
2.6
2.9
0.5
0.5
0.8
1.5
2.1
2.6
2.8
-
++
++
++
++
++
++
Antracol 0,25 %
0.5 %
4.
0.5
Kontrol (tidak di-spraying)
Trichoderma No. 1.
Konsentrasi
0.5 %
0.5 %
3
4
5
6
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1.2
2.6
6.1
1
2.6
6.1
0.7
1.5
4.1
1.9
3.5
1.9
3.4
1.4
3.1
1.2
3.4
Penuh
1.2
3.2
7.1
1.2
0.8
3.6
1.2
3.8
1.2
2.9
0.8
1.5
-
++
++
++
++
Penuh
Antracol 0,25 %
0.5 %
4.
2
Dithane 0,25 %
3.
1
Thymol Crystal 0,25 %
2.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Kontrol (tidak di-spraying)
Penuh
++
++
Metode Kertas Saring Niger No. 1.
Konsentrasi
3
0.7
p
P
1.2
p
p
0.7
2.5
4
4
5
6
Antracol 0,25 %
4.
2
Dithane 0.5 %
3.
1
Thymol Crystal 0,25 %
2.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Kontrol
fumigatus No. 1.
2.
Konsentrasi
1
2
3
0,25 %
3.3
p
p
0.5 %
3.3
7.5
p
0.6
1.2
p
0,25 %
0.5
1
p
0.5 %
0.8
1.7
0.6
1.3
Thymol Crystal
Dithane 0,25 %
3.
4.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Antracol
Kontrol
p
4
5
6
Trichoderma No. 1.
Konsentrasi
3
2.5
6.5
p
1.8
6.4
2.8
4.7
2.6
7.5
p
Antracol 0,25 %
4.
2
Dithane 0,25 %
3.
1
Thymol Crystal 0,25 %
2.
Diameter Pertumbuhan hari ke-
Kontrol
p
4
5
6