LAPORAN PENELITIAN
KERAJINAN PERAK DI DESA CELUK : KAJIAN ASPEK DISAIN DAN INOVASINYA.
Oleh : Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si I Made Sumantra, S.Sn.
DIBIAYAI DARI DANA DIPA ISI DENPASAR NOMOR 0230.0/023-04/XX/2008 TANGGAL 31 DESEMBER 2007
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2008 1
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN 1. Judul Penelitian
Kerajinan Perak di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain dan Inovasinya.
2. Ketua Peneliti a. Nama lengkap dengan gelar b. Pangkat/Golongan/NIP c. Jabatan Sekarang d. Fakultas e. Universitas f. Alamat Kantor g. Telepon/Faks/E-mail 3. Jumlah Peneliti 4. Lokasi Penelitian 5. Kerja sama 6. Jangka Waktu Penelitian 7. Biaya Penelitian
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si Penata III/d/132006572 Lektor Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar (0361) 227316/ (0361) 236100/ isidenpasar @ yahoo.com 3 orang, 2 orang peneliti dan 1 orang tenaga lapangan Kabupaten Gianyar 6 bulan Rp. 8.000.000,(delapan juta rupiah)
A.n. Dekan Pembantu Dekan I, FSRD ISI Denpasar
Denpasar, 19 Agustus 2008 Ketua Peneliti
Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn NIP. 131924842
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si NIP. 132006572
Menyetujui Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ISI Denpasar
Prof. Drs. A.A. Rai Kalam NIP. 130346026
2
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kerajinan Perak Di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain Dan Inovasinya”. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dekan Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. 2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Seni Indonesia Denpasar. 3. Bapak Kepala Desa Celuk, atas segala fasilitas dan informasi yang diberikannya ketika penulis melakukan penelitian. 4. Rekan-rekan dosen di Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan refrensi dan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. 5. Bapak Nyoman Pica, Wayan Sumerti, dan perajin perak lainnya, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak memberikan informasi mengenai keberadaan kerajinan perak di Desa Celuk, jika dikaji
3
dari aspek disain serta inovasi-inovasi yang dilakukan sehingga menghasilkan produk yang diminati pasar baik lokal, nasional maupun global. Sebagai akhir kata, penelitian ini masih banyak kekurangannya, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai fihak, demi lebih lengkapnya penelitian ini. Semoga penelitian ini ada manfaatnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang seni kerajinan logam, terutama perak. Om Santi, Santi, Santi Om.
Denpasar,18 Agustus 2008 Penulis
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerajinan perak merupakan salah satu bagian dari seni rupa sudah sejak lama berkembang di Bali, dimana pada masa lalu seni kerajinan ini diperuntukkan sebagai alat-alat perlengkapan upacara agama Hindu dan peralatan untuk kebutuhan istana kerajaan. Bentuknya menekankan pada fungsi kegunaan dengan motif hias yang mengandung nilai simbolis, dan juga nilai estetis. Beberapa jenis produk kerajinan perak pada masa tersebut yang diperuntukan sebagai perlengkapan upacara agama Hindu adalah sejenis kendi, guci, penastaan, genta, sibuh, canting, saab, dulang, bokor dan sebagainya. Sementara itu, berbagai jenis produk kerajinan sejenis giwang, badong, cucuk konde, cincin, anting-anting, danganan keris dan sebagainya merupakan benda-benda yang bernilai sosial tinggi, karena diperuntukkan terhadap raja-raja atau kaum bangsawan. Dengan demikian keberadaan benda-benda kerajinan perak di masa lalu dibuat sebagai pengabdian, baik untuk kepentingan spiritual maupun sosial (Lodra, 2002 : 48). Keberadaan kerajinan perak Bali seperti sekarang ini tidak terlepas dari pengaruh modernisasi, salah satunya ditransformasi melalui pariwisata. Pariwisata sangat berpengaruh terhadap perkembangan kerajinan perak Bali, hal ini bisa dilihat dari aspek bentuk, jenis, fungsi, maupun maknanya bagi masyarakat. Kerajinan perak Bali memperlihatkan bentuk dan jenisnya yang sangat beragam, dengan makna tidak hanya simbolis, akan tetapi juga makna estetis, ekonomis dan sosial budaya. Kerajinan perak di Bali menyebar di beberapa kabupaten antara
1
lain : Badung, Buleleng, Klungkung, Bangli, dan Desa Celuk Kabupaten Gianyar. Desa Celuk sebagai pusat kerajinan perak tersbesar di Bali dewasa ini, sudah terkenal di Mancanegara. Bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh perajin Desa Celuk dewasa ini sangat beragam antara lain : anting-anting, liontin, bross, gelang, kalung, tempat lilin, tempat tisu, dan berbagai bentuk cendramata (souvenir) untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, baik domistik maupun asing. Produk kerajinan perak tersebut di disain dengan memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali yang sudah ada sebelumnya, dengan menyerap unsur-unsur disain modern, sehingga menghasilkan berbagai produk yang kreatif dan inovatif, yang memiliki kekhasan tersendiri, sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional, maupun global. Kemampuan dalam mengorganisasikan elemen-elemen seni rupa seperti garis, bidang, warna, tektur, ruang, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti: komposisi, proporsi, kesatuan, kontras, irama, dan keseimbangan, sangat dibutuhkan dalam membuat rancangan disain (Fadjar Sidik, 1981 : 25). Disain yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat, sehingga memiliki karakteristik atau identitas budaya. Perajin perak Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar terus melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan disain-disain baru yang kreatif dan inovatif, dalam memenuhi kebutuhan pasar pariwisata yang sangat kompetitif.
1.2 Rumusan Masalah
2
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapatlah dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh perajin perak di Desa Celuk saat ini ? 2. Bagaimana perkembangan disain dan inovasi-inovasi yang dilakukan, sehingga menghasilkan disain baru, dalam menjawab kebutuhan pasar yang sangat kompetitif ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh perajin perak Desa Celuk saat ini. 2. Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang perkembangan disain serta inovasi-inovasi yang dilakukan oleh perajin perak Desa Celuk, dalam memenuhi kebutuhan pasar yang sangat kompetitif.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dan sumber informasi bagi masyarakat luas, terutama yang bergelut dalam bidang kerajinan logam terutama perak, sehingga bisa memberikan apresiasi terhadap keberadaan dan perkembangan kerajinan perak di Desa Celuk, yang turut memperkaya khasanah seni kerajinan dan juga budaya Bali.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kerajinan Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kerajinan dijelaskan suatu hal yang bersifat rajin, kegetolan dalam kegiatan yang bersifat rutinitas yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dikerjakan dengan mengandalkan keutamaan pada keterampilan tangan, bukan pada mesin (Poerwadarminta, 1983 : 782). Seni kerajinan merupakan bagian dari seni rupa yang memiliki nilai guna praktis, yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga terjadi pergeseran nilai yang juga disesuaikan dengan kebutuhan pemakai yakni masyarakat. Sedangkan dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan kerajinan tangan adalah jenis kesenian yang menghasilkan atau memproduksi berbagai jenis barang hiasan yang terbuat dari kayu, rotan, tulang, gading, porselin, perak dan sebagainya (Van Hoeve, 1983 : 1745). Begitu pula dalam proses penciptaannya, perajin harus terlebih dahulu mempertimbangkan aspek kegunaan dalam rancangan disain, sebab nilai kepraktisan yang menjadi tujuan utama seni terapan (Soedarsono dalam Lodra, 1992 : 180). Jadi yang dimaksud dengan kerajinan dalam hal ini, adalah aktivitas yang dilakukan seseorang, dikerjakan dengan keutamaan pada keterampilan tangan, dalam menciptakan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan material tertentu.
2.2 Kerajinan Perak Bali
4
Kerajinan perak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan karya seni yang lainnya, yakni merupakan media ekspresi untuk mengungkapkan ide, perasaan serta pengalaman estetis seniman dan perajin, akan tetapi yang berbeda adalah dalam pemanfaatan material. Kerajinan perak sebagai bagian dari seni rupa, disamping memiliki nilai praktis, ekonomis, juga nilai estetis. Kerajinan perak Bali sudah dikenal sejak lama, dimana pada masa lalu diperuntukkan sebagai alatalat perlengkapan upacara
keagamaan dan peralatan untuk kebutuhan istana
kerajaan. Bentuknya menekankan pada fungsi kegunaan dengan ragam hias yang mengandung nilai simbolis, sosial, dan juga nilai estetis. Beberapa jenis produk kerajinan perak pada masa tersebut yang diperuntukkan sebagai perlengkapan upacara agama Hindu adalah sejenis kendi, guci, penastaan, genta, sibuh, canting, saab, dulang, bokor dan sebagainya. Sementara itu, berbagai jenis produk kerajinan sejenis giwang, badong, cucuk konde, cincin, anting-anting, danganan keris, dan sebagainya merupakan benda-benda yang bernilai sosial tinggi, karena diperuntukkan terhadap raja-raja atau kaum bangsawan. Dengan demikian keberadaan benda-benda kerajinan perak di masa lalu dibuat sebagai pengabdian baik untuk kepentingan spiritual maupun sosial (Lodra, 2002 : 48). Perkembangan pariwisata turut membawa perkembangan kerajinan perak Bali, hal ini bisa dilihat dari aspek bentuk, jenis, fungsi, maupun maknanya bagi masyarakat. Kerajinan perak Bali memperlihatkan bentuk, jenis, fungsi, yang sangat beragam, dengan makna tidak hanya simbolis, akan tetapi juga makna estetis, ekonomis, dan sosial budaya.
5
Keberadaan kerajinan perak di Bali menyebar di beberapa kabupaten antara lain : Badung, Buleleng, Klungkung, Bangli dan Desa Celuk Kabupaten Gianyar. Bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi oleh perajin perak Desa Celuk sebagai dampak dari pengaruh pariwisata memperlihatkan model yang sangat beragam antara lain : anting-anting, liontin, bross, gelang, kalung, tempat lilin, tempat tisu, dan berbagai bentuk souvenir. Produk kerajinan perak tersebut di disain dengan memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali yang sudah ada sebelumnya, dengan menyerap unsur-unsur disain modern, sehingga terwujud berbagai produk baru yang kreatif dan inovatif, yang memiliki kekhasan tersendiri, sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional, maupun global. Dalam menciptakan karya seni kerajinan yang berkualitas, penerapan elemen-elemen seni rupa seperti : garis, bidang, warna, tekstur, ruang, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti: komposisi, proporsi, kesatuan, kontras, irama, dan keseimbangan, sehingga muncul karya-karya dengan rancangan disain yang inovatif. Disain yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala sosial, budaya, ekonomi dari suatu masyarakat sehingga memiliki karakteristik atau kepribadian. Apa yang dilakukan manusia adalah untuk mencapai sesuatu yang ideal, hal ini disebabkan karena adanya dialetika, dimana karya dianggap belum sempurna, sehingga seniman akan terus mencari, mengejar dan mengadakan perbaikan pada karya-karya berikutnya (Couto, 1999 : 152). 2.3 Pengertian Disain
6
Pengertian disain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Disain juga mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara tertentu pula. (Gropius dalam Sachari, 2005 : 5). Perkembangan disain merupakan suatu tahapan transformasi dari pengertian-pengertian disain sebelumnya, yang lebih menekankan pada unsur dekoratif dan fungsi. Pada awal perkembangannya, istilah “disain” tersebut masih berbaur dengan “seni” dan “kriya”, namun ketika seni modern mulai memantapkan diri dalam wacana ekspresi murni, justru “disain” memantapkan diri pada aspek fungsi dan industri (Sachari, 2005 : 3). Secara etimologis kata “disain” diduga berasal dari kata designo (Itali) yang artinya gambar. Kata ini diberi makna baru dalam bahasa Inggris di abad ke -17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design tahun 1836. Makna baru tersebut dalam praktik kerap semakna dengan kata craft (keterampilan adiluhung), sebagai seni berketerampilan tinggi (art and craft).
Sedangkan
menurut (Widagdo dalam Sachari, 2005 : 7) pengertian disain dijelaskan antara lain : disain adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud dan merupakan produk nilai-nilai untuk suatu kurun waktu tertentu. Pengertian yang diuraikan tersebut merupakan ciri adanya pergeseran pengertian disain yang dikaitkan dengan nilai-nilai kontekstual yang menyuarakan kebudayaan. Dengan demikian pengertian dan cara pandang masyarakat terhadap disain selalu mengalami perubahan sejalan dengan
situasi dan kondisi jamannya. Hal itu
membuktikan bahwa disain mempunyai arti yang penting dalam kebudayaan manusia secara keseluruhan, baik ditinjau dari pemecahan masalah fisik maupun
7
rohani manusia, maupun sebagai bagian kebudayaan, memberi nilai-nilai tertentu sepanjang sejarah perjalanan umat manusia. Dari sejumlah definisi yang telah diuraikan tersebut di atas, disain pada hakikatnya merupakan upaya manusia memberdayakan diri melalui rancangan benda ciptaanya untuk memenuhi kebutuhan hidunya.
2.4 Pengertian Inovasi Inovasi merupakan suatu proses sosial dilakukan secara sengaja untuk menemukan suatu bentuk dan nilai baru dengan tetap mengindahkan nilai lama. Menurut Koentjaraningrat (1990 : 256), inovasi atau penemuan baru adalah proses sosial yang panjang, melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention. Discovery adalah suatu penemuan kebudayaan yang baru, baik berupa alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau kelompok masyarakat bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru tersebut. Dasar dari inovasi ini adalah kreativitas yang berhubungan dengan ide, inspirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang tidak biasa, dan dengan membuat sesuatu yang baru ini menjadi suatu kenyataan (Morgan, 1996 : 20). Dari uraian tersebut di atas, yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu proses perkembangan, timbulnya unsur-unsur baru dalam suatu kebudayaan atau kesenian. Muncul ide baru dalam membuat disain dan karya baru khususnya dalam bidang seni kerajinan, yang sebelumnya tidak pernah dialami, ini merupakan inovasi. Suatu penemuan atau inovasi mempunyai makna sosial jika
8
hal itu saling berkaitan dengan sistem kepercayaan dan pengetahuan yang ada, sehingga bisa diterima dan terpadu dalam kebudayaan yang ada pada masyarakat bersangkutan. Inovasi berlaku pada semua bidang kehidupan baik, sosial, budaya, kesenian, termasuk kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, yakni para perajin mengembangkan kreativitas seninya dengan cara/teknik baru, yakni memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali, dengan unsur-unsur seni modern, sehingga tercipta kerajinan perak dengan disain yang kreatif dan inovatif yang bisa memenuhi selera konsumen.
BAB III
9
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Taylor (1975 : 5) pendekatan kualitatif menghasilkan deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Teknik analisis dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif yakni berupa uraian penjelasan.
3.1 Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang diperoleh dari informan sebagai data primer. Selain data primer juga digunakan data skunder sebagai data penunjang yakni data yang diperoleh dari studi kepustakaan (library research).
3.2 Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa metode atau teknik dalam pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1
Observasi Pengumpulan data dengan observasi dilakukan melalui pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti, yakni kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar yang ditinjau dari aspek disain dan inovasi-inovasinya, sehingga terwujud disain dan karya-karya baru. Hal ini
10
dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap berkenaan dengan keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
3.2.2 Wawancara Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lengkap dari beberapa orang narasumber, yang mengerti tentang perkembangan kerajianan perak di Desa Celuk, baik dari kalangan perajin perak, pemilik art shop, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang berkecimpung dalam bidang tersebut. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan membuat catatan tentang pokok-pokok permasalahan yang akan ditanyakan sesuai dengan tujuan penelitian.
3.2.3
Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data melalui sejumlah
pustaka, dalam hal ini peneliti akan menelaah beberapa literatur baik berupa buku disain, jurnal, majalah yang memuat kerajinan dan gambar disain perak, maupun surat kabar, yang ada signifikansinya terhadap penelitian.
3.3 Dokumentasi Adalah bukti-bukti tertulis atau benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa
penting. Banyak peristiwa historis di masa lampau bisa
dipelajari melalui dokumen. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa buku monografi Desa Celuk, foto-foto disain dan hasil kerajinan perak yang dibuat oleh perajin celuk. 3.4 Instrumen Penelitian
11
Selama di lapangan data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi dengan buku catatan, tape recorder, dan kamera fotografi. Alat-alat ini digunakan untuk mencatat dan merekam berbagai informasi yang dibutuhkan dari informan yang mengetahui perkembangan kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, dilihat dari aspek perkembangan bentuk dan rancangan/disain yang inovatif dalam usaha memenuhi kebutuhan pasar. Sementara itu, kamera fotografi digunakan untuk memotret hasil karya perajin perak yang ada di desa bersangkutan.
3.5 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, pertimbangan memilih lokasi di desa bersangkutan, karena desa tersebut memiliki potensi seni khususnya seni kerajinan perak dengan disain-disain inovatif yang bisa bersaing di pasaran, lokal, nasional, maupun global.
BAB IV
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Celuk termasuk wilayah Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa Celuk terletak di sebelah barat daya kota Gianyar, dengan orbitasi jarak ke kota kecamatan 2 km, jarak ke kota kabupaten 16 km, dan jarak ke kota provinsi 12 km (Profil Desa Celuk 1990 : 7). Desa Celuk yang berlokasi di Kecamatan Sukawati, Gianyar, menjadi sentral kerajinan perak terbesar di Bali.
4.1.1 Sejarah Desa Celuk Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang kondisi geografis Desa Celuk, maka perlu juga diketahui latar belakang historisnya. Desa Celuk sebagai Desa Kedinasan (perbekelan), terdiri dari tiga wilayah Desa Adat, yang sekaligus masing-masing Desa Adat merupakan wilayah Banjar Dinas dan Banjar adat, yang sama-sama memiliki latar belakang sejarah masing-masing. Ketiga wilayah tersebut meliputi (1); banjar/desa adat Camenggaon, (2); banjar/desa adat Tangsub (3); banjar/desa adat Celuk, dengan sejarah singkat sebagai berikut: Banjar/desa adat Camenggaon, jaman dahulu merupakan daerah pemukiman keluarga Arya Cameng, namun oleh karena suatu hal mereka pindah ke Peguyangan, Kabupaten Badung. Wilayah yang ditinggalkan para Arya Cameng tersebut kemudian diberi nama Camenggaon, Cameng (nama Arya Cameng) dan mekaon (bahasa Bali yang artinya pindah).
13
Banjar/Desa Adat Tangsub, terletak di sebelah barat Desa Camenggaon terdapat pedukuhan, dan di sana tinggal seorang dalang yang sangat terkenal ketika itu, yang bernama I Binder. Karena kemahirannya memainkan wayang, maka diberikan julukan “dalang Tangsub” dalam istilah Bali diistilahkan dengan Tangsub, kemudian istilah ini digunakan sebagai nama Banjar Tangsub saat ini. Banjar/desa adat Celuk, para pendatang yang bermukim di sebelah barat Desa Adat Tangsub, wilayah desa adatnya menjadi satu dengan Desa adat Sangsi. Letak wilayah desa ini memanjang, dan dipisahkan oleh suatu wilayah pemukiman, oleh karena dipisahkan oleh wilayah lain, kemudian disebut Desa Celuk, (asal kata dari selak seluk dalam bahasa Bali), sedangkan wilayah yang memisahkan disebut “Selat”. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah pemisahan antara Desa Adat Sangsi dengan Desa Celuk. Pemisahan ini disebabkan oleh karena terjadi pemekaran wilayah dan juga tuntutan kepentingan masyarakat pada waktu itu. Dengan terjadinya pemisahan tersebut, maka diambilah “jatu“ sarana “pejenengan” di Pura Dalem Adat Sangsi oleh Jero Nyoman Karang Tambak, dan kemudian dibangunlah Pura Dalem Desa Adat Celuk dan khayangan tiga lainnya. (Monografi Desa Celuk, 1990 : 11).
4.1.2
Keadaan Geografis Desa Celuk Desa Celuk termasuk wilayah Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar,
Provinsi Bali. Desa Celuk letaknya sangat strategis, yang mempunyai arti tersendiri bagi masyarakat Desa Celuk, sebagai penunjang pariwisata dan sebagai tujuan kunjungan parwisata Bali bagian timur. Luas Desa Celuk seluruhnya
14
sekitar 247,56 Ha, yang terdiri dari persawahan, tegalan, pemukiman penduduk, dan artshop-artshop. Secara teritorial berbatasan dengan : Sebelah utara Sungai Wos, sebelah timur sungai Wos, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Guwang, dan Desa Batubulan Kangin. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Singapadu dan Desa Batubulan. Daratan Desa Celuk, berbentuk landai, tidak berbukit dan terletak lebih kurang 72 meter dari permukaan laut. Tanahnya sangat subur dan produktif dengan sumber air dari sungai wos, sehingga menjadi incaran banyak orang, yang memiliki banyak uang untuk bermukim di wilayah tersebut. Dilihat dari pola pemukiman masyarakat Desa Celuk memperlihatkan pola pemukiman mengelompok, serta rumah-rumah tempat tinggal penduduk terletak berjejer di pinggir jalan, dan terhimpun dalam suatu pekarangan rumah. Dalam suatu pekarangan rumah terdapat berbagai bangunan yang dapat dibedakan menjadi kelompok bangunan tempat pemujaan (tempat suci), dan kelompok bangunan tempat tinggal (rumah). Selain itu muncul pula jenis bangunan berupa artshop-artshop untuk memajang hasil produk kerajinan perak dan emas yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Celuk.
4.1.3 Mata Pencaharian Mata
pencaharian
merupakan
sumber
penghidupan
dalam
suatu
masyarakat. Penduduk suatu masyarakat akan mengalami suatu tekanan apabila masyarakatnya hanya mengandalkan satu jenis pekerjaan (mata pencaharian). Berbekalkan pengetahuan dan keterampilan secara turun-temurun yang dimiliki masyarakat Desa Celuk, mampu mengembangkan berbagai jenis pekerjaan antara
15
lain : sebagai perajin perak dan emas, pedagang, peternak, dan sebagainya, yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Ciri agraris juga masih tetap terlihat, karena masyarakat Desa Celuk juga cukup banyak bekerja pada sektor pertanian. Sejalan dengan perkembangan Desa Celuk sebagai daerah penunjang dan sekaligus sebagai daerah kunjungan wisata, maka berkembang pula jenis pekerjaan disektor lain yaitu, sebagai perajin perak, emas dan sebagai wiraswasta. Desa Celuk memiliki sumber daya alam yang sangat potensial bila dikembangkan dan dijadikan sumber mata pencaharian penduduk. Mata pencaharian penduduk Desa Celuk ada di beberapa sektor antara lain sebagai berikut. Sektor pertanian, dalam hal ini pertanian lahan basah tetap menjadi mata pencaharian sebagian penduduk desa. Areal persawahan di Desa Celuk cukup luas, dengan menerapkan pola tanam padi, dan sayur-sayuran. Pertanian lahan kering terutama tegalan dan pekarangan tersedia cukup luas, ditanami berbagai jenis buah-buahan lokal seperti pisang, kelapa, mangga, dan pepaya. Sektor kerajinan perak dan emas menjadi mata pencaharian andalan masyarakat Desa Celuk, karena sebagian besar penduduk menekuni pekerjaan ini, dan menunjukkan perkembangan cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dari adanya peningkatan jumlah pemilik usaha kerajinan perak dan emas di desa tersebut dewasa ini. Meningkatnya minat generasi muda yang berkecimpung dalam bidang kerajinan perak dan emas, bisa menambah pendapatan masyarakat, secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran.
16
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa Desa Celuk telah mencapai tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat melalui keadaan wilayah dan kondisi lingkungan penduduk dan tingkat pendapatan masyarakatnya (Monografi Desa Celuk, 1990 : 13).
4.2. Sekilas Tetang Kerajinan Perak Bali Kerajinan perak sebagai bagian dari seni rupa, disamping memiliki nilai praktis, ekonomis, juga nilai estetis. Kerajinan perak Bali sudah dikenal sejak lama, dimana pada masa lalu diperuntukkan sebagai alat-alat perlengkapan upacara agama Hindu dan peralatan untuk kebutuhan istana kerajaan. Bentuknya menekankan pada fungsi kegunaan dengan ragam hias yang mengandung nilai simbolis, dan juga nilai estetis. Perkembangan pariwisata turut membawa perkembangan kerajinan perak Bali, hal ini bisa dilihat dari aspek bentuk, jenis maupun maknanya bagi masyarakat. Kerajinan perak Bali memperlihatkan bentuk dan jenis yang sangat beragam, dengan makna tidak hanya simbolis, akan tetapi juga makna estetis, universal, ekonomis, dan sosial budaya. Keberadaan kerajinan perak di Bali menyebar di beberapa kabupaten antara lain : Badung, Buleleng, Klungkung, Bangli dan Desa Celuk Kabupaten Gianyar. Desa Celuk sebagai pusat kerajinan perak tersbesar di Bali, dan sudah terkenal di Mancanegara. Bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang diproduksi sangat beragam antara lain : anting-anting, liontin, bross, gelang, kalung, tempat lilin, tempat tisu, dan berbagai bentuk cendramata (souvenir). Produk kerajinan perak tersebut di disain dengan memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali
17
dengan unsur-unsur disain modern, sehingga menghasilkan berbagai produk yang kreatif dan inovatif. Dalam menciptakan karya-seni kerajinan yang berkualitas, penerapan elemen-elemen seni rupa seperti : garis, bidang, warna, tekstur, ruang, dan prinsip-prinsip penyusunan seperti: komposisi, proporsi, kesatuan, kontras, irama, dan keseimbangan, memegang peranan penting, sehingga menghasilkan disain atau rancangan yang inovatif yang bisa memenuhi selera konsumen. Disain yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat sehingga memiliki karakteristik atau kepribadian. Dengan demikian karya seni harus memiliki unsur kemajuan (progress) dalam arti bahwa penciptaan karya baru diharuskan bergerak terus ke arah yang lebih tinggi, didukung oleh seniman yang kreatif. Apa yang dilakukan manusia adalah untuk mencapai sesuatu yang ideal, sehingga seniman akan terus bekerja, mencari, mengejar dan mengadakan perbaikan pada karya-karya berikutnya (Couto, 1999 : 152). Hal ini bisa dijadikan dasar acun bagi perajin perak Bali terutama Desa Celuk, dalam menciptakan produk kerajinan perak harus mempertimbangan berbagai hal terkait dengan kebutuhan konsumen, sehingga produk yang dihasilkan bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional maupun global.
4.3. Kerajinan Perak Desa Celuk Di daerah Bali kegiatan kepariwisataan sudah berkembang sekitar tahun 1920-an, dimana para wisatawan sudah mulai berdatangan ke Bali, karena Bali oleh Maskapai Kerajaan Pelayaran Paket dari Belanda diiklankan sebagai “pulau
18
yang menakjubkan”. Kemudian pada tahun 1925 perusahan tersebut membuka Bali Hotel yang mewah di Denpasar sebagai tempat wisatawan menikmati seni budaya Bali dan alam taman firdausnya (Kate, 2004 : 81). Sejalan dengan semakin berkembangnya kepariwisataan Bali terlebih lagi dengan dibukanya Bandara Ngurah Rai, berakibat terhadap meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali, dan meningkat pula kebutuhan akan barang-barang seni seperti lukisan, patung, kerajinan kayu, termasuk juga kerajinan yang terbuat dari logam, terutama perak. Dengan kedatangan wisatawan asing tersebut, secara tidak langsung memberikan dampak yang cukup signifikan di kalangan seniman dan para perajin, khususnya perajin perak yang ada di Desa Celuk. Pengaruh ini sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh banyaknya para pedagang yang datang ke sentra keranjinan perak dan emas Desa Celuk, untuk memesan barang yang akan dijual di sekitar Kota Denpasar. Bahkan saat ini dampak yang dirasakan bukan lagi secara tidak langsung, akan tetapi masyarakat Desa Celuk sudah langsung dapat menikmati pendapatan dari sektor pariwisata. Hal ini bisa dimaklumi, semakin banyak wisatawan baik sebagai wisatawan pelancong, maupun yang melakukan kegiatan bisnis secara langsung dapat melihat proses produksi dan memesan (order) barang kerajinan perak. Maka berkembanglah pula pusat penjualan seperti artshop-artshop yang bertebaran disepanjang Jalan Raya Celuk, yang secara khusus menjual hasil produksi kerajinan perak Celuk, dengan sendirinya memberikan pendapatan yang cukup signifikan bagi masyarakat.
19
Pada mulanya kerajinan perak ini hanya dikerjakan oleh segelintir orang, yakni dari “klen” Pande” (soroh pande), kemudian setelah banyaknya permitaan wisatawan,
menjadikan
semakin
bertambahnya
volume
kerja
perajin,
menyebabkan orang di luar “klen Pande” pun juga ikut mengerjakan kerajinan perak, baik yang ada di sekitar lingkungan desanya sendiri maupun di luar desa tersebut (Geriya dalam Muryana, 2006 : 74). Banyaknya permitaan akan barangbarang seni terutama kerajinan perak, baik yang dipesan langsung maupun tidak langsung oleh wisatawan, mampu memperkaya beragam bentuk dan jenis produksi kerajinan seperti halnya kerajinan perak di Desa Celuk, dalam menciptakan produk dengan disain-disain baru yang inovatif, masih tetap memperlihatkan kekhasan kerajinan perak Bali. Dengan
berkembangnya
bentuk,
tentu
menyebabkan
adanya
perkembangan fungsi maupun makna dari kerajinan perak tersebut. Pada mulanya hanya membuat peralatan keperluan upacara keagamaan
seperti : sangku,
canting, bokor, dulang, penastaan dan sebagainya. Kemudian berkembanglah produk kerajinan perak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti : kalung, anting-anting, gelang, bross, cucuk konde, peralatan rumah tangga, asesoris, dan cendramata yang dikombinasikan dengan berbagai material lain seperti : gading, batu, batok kelapa, kerang laut, kayu dan sebagainya, dengan fungsi dan makna tidak hanya simbolis, akan tetapi juga praktis, estetis, ekonomis, dan sosial budaya, untuk memenuhi kebutuhan pasar pariwisata.
20
4.3.1 Ide Ide atau gagasan menjadi dasar panduan dalam penciptaan seni kerajinan perak. Ide atau gagasan bisa berasal dari hal-hal yang abstrak, yaitu sesuatu yang hanya bisa dibayangkan dan dipersepsi oleh pikiran seperti terdapat dalam ceritacerita, mitos dan dongeng. Sementara itu, tema bisa juga terinspirasi dari hal-hal yang kongkret yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari (Djelantik, 2004 : 17). Kerajinan perak Desa Celuk terinspirasi dari motif hias Bali seperti motif primitif,
geometris,
flora
(tumbuh-tumbuhan),
dan
motif
hias
yang
menggambarkan makhluk hidup. Motif hias tradisional Bali diolah dan dipadukan dengan unsur-unsur seni modern, sehingga menghasilkan bentuk disain baru yang kreatif dan inovatif yang tetap memiliki kekhasan Bali.
4.3.2 Bentuk Bentuk yang dimaksudkan dalam kerajinan perak Desa Celuk adalah hasil dari suatu tindakan kreatif yang dipandu oleh gagasan atau ide dari dalam diri yang lebih dikenal dengan faktor internal, dan pengaruh dari luar sebagai akibat pengaruh modernisasi yang sering disebut faktor eksternal, termasuk di dalamnya adalah material-material lain yang menunjang, sehingga terwujud bentuk kerajinan perak yang variatif dan inovatif yang bisa bersaing di pasar global. Bila dicermati perwujudan suatu bentuk kerajinan perak Desa Celuk, melibatkan unsur-unsur seni rupa antara lain seperti titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur. Kerajinan perak Desa Celuk memperlihatkan bentuk atau wujud yang sifatnya statis, dan dinamis. Yang statis artinya wujud atau bentuk yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi, karena bentuk erat kaitannya dengan
21
fungsi ataupun makna yang terkandung dalam bentuk, atau wujud tersebut, dan merupakan suatu hal yang baku seperti bentuk-bentuk peralatan upacara. Kemudian
dalam
perkembangan
selanjutnya
kerajinan
perak
Celuk
memperlihatkan kedinamisan bentuk atau wujud yang lebih menekankan pada fungsi praktis, estetis, sosial dan ekonomis untuk konsumen sebagai benda perhiasan dan hiasan seperti : kalung, cincin, gelang, anting-anting, bross, hiasan rambut, sendok makan, serta berbagai bentuk asesoris dan cendramata (souvenir). Kerajinan perak Desa Celuk kebanyakan sebagai karya seni terapan, karena sengaja dirancang atau didesain sebagai benda yang memiliki fungsi praktis sesuai jenis dan kegunaanya, dengan menerapkan berbagai motif hias (ornamen).
4.3.3 Motif hias Motif hias tidak saja berperan sebagai motif dekorasi, kadangkala motif hias juga berperan sebagai wujud dari benda itu sendiri. Motif hias secara visual ada yang terinspirasi dari bentuk-bentuk primitif dengan unsur-unsur garis yang sederhana, tumbuh-tumbuhan (flora), dan makhluk hidup. Motif hias yang diterapkan pada kerajinan perak Desa Celuk antara lain sebagai berikut : 4.3.3.1 Motif Hias geometris Penciptaan benda-benda masa lampau lebih banyak berorientasi pada halhal yang bersifat religius, dimana benda ciptaan tadi merupakan media yang menghubungkan manusia dengan roh. Bentuk motif hiasnya berupa garis, torehan, pilinan, dan sebagainya ditemukan pada benda-benda peninggalan diciptakan sebagai suatu karya yang berlatar belakang pada kebudayaan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat spiritual, merupakan penciptaan dari suatu kehidupan
22
yang mencerminkan budaya primitif. Pada masa kehidupan primitif dapat kita jumpai pada karya-karya berupa torehan gambar atau lukisan pada dinding guagua. Dari motif-motif ini bisa diketahui adanya unsur-unsur motif geometris yang mendominasi karya-karya masa lampau, yang kini masih banyak diterapkan pada produk kerajinan perak Desa Celuk, terutama pada produk perhiasan seperti : gelang, anting-anting, kalung, liontin, cincin, dan peralatan rumah tangga. Garisgaris geometris tersebut berupa garis zigzag, relung, pilin, miander, dan garis silang, yang disusun menyerupai motif kadal, cecak, topeng, yang disesuaikan dengan disain produk tersebut. 4.3.3.2 Motif Hias Tumbuh-tumbuhan (flora) Motif hias tumbuhan-tumbuhan bersumber dari alam tumbuh-tumbuhan atau flora, yang digambarkan dalam bentuk perwujudan daun-daun, bunga-bunga, tangkai, dan buah yang dipolakan secara berulang-ulang sehingga menjadi motif tumbuh-tumbuhan,
di
Bali
lebih
dikenal
dengan
istilah
pepatran.
Pengungkapannya pada produk kerajinan perak dilakukan dengan menstilisasi dan penyederhanaan yang sudah dikreasikan untuk memperoleh bentuk-bentuk baru sesuai konsep disain. Alam terutama tumbuh-tumbuhan menjadi inspirasi bagi perajin Bali yang dituangkan ke dalam karya seni. Demikian pula halnya dengan perajin yang ada di Desa Celuk, dalam penciptaan seni kerajinan yang terbuat dari perak, banyak menerapkan motif hias tumbuh-tumbuhan, yang sudah diolah dan disesuaikan dengan bentuk dan jenis produk seperti subang, kalung, gelang, anting-anting, bross, cucuk konde, dan
23
sebagainya, sehingga tercipta produk kerajinan yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen. 4.3.3.3 Motif Hias Makhluk Hidup Jenis motif hias yang mengambarkan makhluk hidup ini telah dikenal sejak zaman prasejarah yang mengadung nilai religius magis, memberikan pengaruh tertentu pada kehidupan manusia pada masa tersebut. Penggambaran motif hias yang diterapkan pada kerajinan perak Bali pada benda pakai atau terapan dengan menstililisasi objek dari bentuk mahkluk hidup seperti binatang dan manusia. Motif hias yang terinspirasi dari tema mahkluk hidup sebenarnya bukan sesuatu yang baru, melainkan merupakan warisan nenek moyang kita pada masa lampau. Oleh perajin perak Bali masa kini, motif hias jenis ini tetap dijadikan acuan dengan tampilan bentuk yang lebih dikreasikan, sehingga muncul bentukbentuk dengan disain yang kreatif dan inovatif sesuai tuntutan pasar. Demikian pula halnya dengan perajin perak Desa Celuk, dalam pembuatan produk kerajinan perak banyak terinspirasi dari mortif hias yang mengambarkan makhluk hidup seperti muka manusia maupun binatang, kemudian diekspresikan ke dalam bentuk perhiasan dan asesoris. Produk perhiasan yang terinspirasi dari bentuk makhluk hidup antara lain seperti cincin, gelang, liontin, dan cendramata.
4.3.4 Teknik Dalam mewujudkan seni kerajinan perak, ada beberapa cara-cara atau teknik yang dilakukan oleh perajin perak yang ada di Desa Celuk antara lain : (1) teknik granulasi, adalah teknik pembuatan perhiasan dari perak yang
24
mempergunakan butir-butiran (jawan) yang sangat kecil, dirancang sesuai dengan bentuk perhiasan yang diinginkan, seperti dalam pembuatan gelang, cincin, dan liontin. (2) teknik terap-terapan, adalah teknik pembuatan perhiasan dengan mengunakan bahan kawat yang terbuat dari perak sangat kecil, halus, dan lembut, menyerupai benang dengan berbagai ukuran, kemudian dijalin, disusun dengan rapi dan artistik, seperti dalam pembuatan, gelang, kalung, bross, dan cincin. (3) teknik pahat, adalah suatu cara pembuatan barang-barang kerajinan dari perak lempengan (plat) atau yang sudah dibentuk, selanjutnya ditempelkan disain, gambar motif. Dalam proses pengerjaannya menggunakan landasan jabung, selanjutnya dilakukan pemahatan dari permukaan positif dan negatif seperti dalam pebuatan dulang, bokor, cincin, liontin, sendok dan tempat tisu.
4.3.5 Bahan Produk kerajinan yang ada di Desa Celuk memanfaatkan bahan dari perak (silver) dengan kadar 900, dan material lainnya sebagai pendukung. Material pendukung kerajinan perak Celuk antara lain : gading, batok kelapa, batu permata, kayu, dan kerang laut. Perak, adalah logam berat yang dalam bahasa latin disebut argentum dengan lambang Ag. Dalam buku Proses Pengerjaan Kriya Logam diuraikan : perak sebagaimana emas dan platina adalah termasuk logam mulia yaitu logam yang berharga dari logam lainnya, warnanya hampir putih, mengkilap, lunak, dan dapat ditempa (Sukarman,1984: 35). Logam perak, memiliki karakter dan sifat-sifat yaitu : selain warnanya putih mengkilap, perak juga dapat dipolis menjadi sangat halus. Perak dapat diproses dengan cara dituang, ditempa, direnggang dan digiling dengan mudah, dan dapat
25
dibuat menjadi
lembaran-lembaran sangat tipis, hingga menyerupai benang dan butiran yang sangat halus. Perak banyak digunakan untuk melapisi logam lain, yang dikenal dengan istilah lapis perak atau sepuh perak. Perak banyak juga digunakan dalam pembuatan produk perhiasan seperti kalung, gelang, cincin, bross, peralatan upacara seperti : sibuh, penastan, bokor, canting, dan sangku, dan peralatan rumah tangga berupa sendok hias, tempat tisu, asesoris, dan sebagainya.
4.3.6 Pasar Pada awalnya pemasaran barang-barang kerajinan perak Desa Celuk sangat terbatas, pangsa pasarnya bersifat lokal, karena membuat produk untuk kepentingan upacara keagamaan seperti : canting, bokor, sangku, dulang, penastaan dan sebagainya. Begitu pula sistem pemasarannya dengan cara menjajakan ke rumah-rumah dan melalui pesanan dengan harga yang bervariasi. Bali kaya akan berbagai jenis produk kerajinan, antara lain : kerajinan kayu, batu padas, logam, keramik, tulang, kerang, dan sebagainya. Sejak Bali dijadikan sebagai daerah tujuan wisata, secara tidak langsung juga dijadikan pasar produk kerajinan yang datang dari luar daerah Bali seperti : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Lombok bahkan Papua. Hal ini disebabkan oleh karena Bali dijadikan sebagai barometer keparwisataan Indonesia, yang sekaligus menjadi pusat pemasaran produk kerajinan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik domistik maupun mancanegara. Demikian pula halnya dengan seni kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, yang cukup dikenal oleh berbagai kalangan, dalam memasarkan berbagai jenis
26
produknya tersebut tidak terlalu menjadi masalah, oleh karena kawasan desa tersebut sudah menjadi pusat dan tujuan kunjungan wisatawan. Barang-barang produk kerajinan Desa Celuk biasanya dipajang di toko-toko seni (artshopartshop) yang ada disepanjang Jalan Raya Celuk Sukawati. Banyak tamu-tamu yang datang, baik domistik maupun asing yang berminat dengan produk tersebut, biasanya lagsung memesan. Tamu-tamu asing yang sering memesan kerajinan perak Desa Celuk antara lain : Malaysia. Korea, Jepang, Australia, Italia, Amerika dan Eropa. Lebih-lebih dengan pesatnya kemajuan teknologi, berbagai produk bisa diakses dan dipasarkan lewat jasa internet, faximille, dengan demikian para pemesan tidak perlu datang jauh-jauh ke Bali, termasuk datang ke Desa Celuk, untuk memesan dan melihat secara langsung berbagai produk kerajinan yang menggunakan bahan dari perak yang beridentitaskan Bali.
4.4 Kerajinan Perak Celuk Kaya Inovasi Dalam Mewujudkan Disain Baru Disain juga mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara tertentu pula. Perkembangan disain merupakan suatu tahapan transformasi disain-disain sebelumnya yang lebih menekankan pada unsur dekoratif dan fungsi. Disain dalam praktiknya kerap semakna
dengan
kata
craft
(keterampilan
adiluhung),
sebagai
seni
berketerampilan tinggi (art and craft). Disain sebagai salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud dan merupakan produk nilai-nilai zamannya, yang dikaitkan dengan nilai-nilai kontekstual yang menyuarakan kebudayaan.
27
Dengan demikian perkembangan disain selalu berubah sejalan dengan situasi dan kondisi jamannya, dan pada hakikatnya merupakan upaya manusia memberdayakan diri melalui rancangan benda ciptaanya untuk memenuhi kebutuhan hidunya. Adanya pengaruh terhadap kesenian atau kebudayaan tertentu terhadap kebudayaan lain, disebabkan oleh karena adanya kontak langsung unsurunsur kesenian atau kebudayaan asing dengan lokal, lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya keperibadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat dalam Lodra, 2002 : 44). Kalau dilihat secara urut dalam kebudayaan Bali, proses alkulturasi itu telah terjadi sejak lama, yakni sejak adanya pengaruh asing dan pariwisata. Proses alkulturasi tersebut tidak menimbulkan suatu gejolak yang berarti, malahan memunculkan budaya baru yang menjadi milik masyarakat, dan berkembang sesuai tatanan kehidupan masyarakat. Demikian
pula
dengan
kerajinan
perak
Desa
Celuk,
dalam
perkembangannya seperti yang bisa kita lihat dewasa ini, tidak terlepas dari proses alkulturasi, sebagai pengaruh budaya asing terutama pariwisata, yang terus direspon oleh perajin Bali terutama Celuk, antara lain, mengenai konsep-konsep seni, rancangan/disain, teknik, penerapan elemen-elemen seni rupa, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk disain baru (modern) yang lebih praktis, tepat guna, ekonomis dan bisa mensejahterakan masyarakat. Dalam menciptakan produk kerajinan perak yang bersifat parktis, estetis, dan ekonomis, perlu dilakukan inovasi-inovasi baru sehingga tercipta produk baru yang variatif. Inovasi dilakukan secara sengaja untuk menemukan suatu bentuk
28
dan nilai baru dengan tetap mengindahkan nilai lama. Inovasi atau penemuan baru bisa berupa ide baru, alat baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau kelompok masyarakat bersangkutan. Dasar dari inovasi ini adalah kreativitas yang berhubungan dengan ide, inspirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang tidak biasa, dan dengan membuat sesuatu yang baru mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Munculnya ide baru dalam membuat disain dan karya baru khususnya dalam bidang seni kerajinan, merupakan inovasi. Suatu penemuan atau inovasi mempunyai makna sosial jika hal itu saling berkaitan dengan sistem kepercayaan dan pengetahuan yang ada, sehingga bisa diterima dan terpadu dalam kebudayaan yang ada pada masyarakat bersangkutan. Upaya pengembangan seni kerajinan perak Celuk mengandung nilainilai inovasi. Inovasi ini berlaku pada semua bidang sosial, budaya, kesenian, termasuk kerajinan perak yang ada di Desa Celuk, yakni para perajin mengembangkan kreativitas seninya dengan teknik baru, yakni memadukan unsur-unsur motif tradisional Bali, dengan unsur-unsur seni modern, sehingga tercipta kerajinan perak dengan disain yang kreatif dan inovatif, dan bisa memenuhi selera konsumen, baik lokal, nasional maupun global.
29
Gambar 1. Proses Kerja Kerajinan perak
Gambar 2. Proses ngaud membuat kawat perak
30
Gambar 3. Model Anting-anting Bahan perak kombinasi gading
31
Gambar 4. Model Kalung Bahan perak kombinasi gading dan permata
32
Gambar 5. Model Bross Bahan perak kombinasi gading
33
Gambar 6. Model Liontin Bahan perak kombinasi gading dan permata
34
Gambar 7. Model Gelang dan Cincin Bahan perak
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari uraian tentang “Kerajinan Perak di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain dan Inovasinya “, dapat ditarik kesimpulan, kerajinan perak yang ada Desa Celuk telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Kerajinan perak Desa Celuk sebagaimana halnya kerajinan perak Bali, pada awalnya membuat barang barang untuk keperluan upacara keagamaan dan sosial antara lain seperti : bokor, dulang, canting, sangku, penastaan, dan sibuh, yang bersifat sakral religius, sedangkan untuk kepentingan sosial seperti : badong, gelang, cincin, subang dan sebagainya. Adanya pengaruh asing lewat pariwisata, lebih-lebih daerah Bali dijadikan sebagai tujuan kunjungan wisatawan, berdampak positif terhadap kerajinan perak Bali terutama Desa Celuk, mulai menghasilkan produk kerajinan perak yang bersifat praktis, estetis, profan, ekonomis, yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen tidak hanya lokal Bali, akan tetapi mancanegara (pasar global). Pengaruh pariwisata menjadikan perkembangan bentuk kerajinan perak Desa Celuk, cukup beragam seperti : gelang, kalung, cincin, anting, anting, bross, liontin, asesoris, dan peralatan rumah tangga. Para perajin perak Desa Celuk dalam membuat disain menerapkan motif hias geometris, tumbuh-tumbuhan (flora), dan makhluk hidup, yang bernuansa lokal Bali. Motif-motif tersebut tetap dijadikan acuan, akan tetapi sudah diolah
36
dan dielaborasikan dengan unsur-unsur seni modern sebagai pengaruh asing, sehingga terwujud kerajinan perak Bali yang lebih kreatif dan inovatif yang beridentitaskan Bali, sehingga bisa bersaing dalam memenuhi kebutuhan konsumen (pasar global). Kemudian bila dikaitkan dengan fungsi kerajinan perak Desa Celuk telah mengalami pegeseran fungsi dari sakral ke profan, yakni fungsi estetis, sosial, dan ekonomis, demikian pula makna yang terkandung di dalamnya.
5.2 Saran Para perajin perak Desa Celuk diharapkan mampu mengembangkan seni kerajinan perak secara berkelanjutan, dengan pengolahan motif hias tradisional Bali yang sudah ada sebelumnya, dielaborasikan dengan unsur-unsur seni modern, sehingga terwujud seni kerajinan perak, dengan beragam bentuk disain baru yang kreatif dan inovatif. Dalam pasar global terjadi persaingan yang ketat, menuntut perajin bekerja keras dalam menciptakan produk kerajinan yang memiliki kekhasan tersendiri sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional, maupun global. Pemerintah Daerah Bali diharapkan, oleh karena terjadinya pengalihan hak cipta terhadap berbagai jenis motif hias tradisional Bali belakangan ini oleh orang asing, perlu dilakukan pembelaan hukum, agar tidak terjadi keresahan dikalangan perajin perak yang ada di Bali dewasa ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1974. Kerajinan dan Industri Kecil di Bali. Diterbitkan oleh Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Provinsi Bali. Covarrubias, Miguel. 1974. Island Of Bali. Kualalumpur, Oxford University Press, Jakarta, Singapore, Melbourne. Couteu, Jean. 2003. “Wacana Seni Rupa Bali Modern” Paradigma dan Pasar. Yogyakarta : Yayasan Seni Cemeti. Djelantik, AA M. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Lauer, H. Robert. 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Lodra, I Nyoman. 2002. “Kerajinan Perak Suarti Sebagai Karya Tandingan Di Pasar Global”. Tesis Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana Denpasar. _________. 1986. Balinese Painting. Singapore : Oxford University Press. Moerdowo, R.M. 1967. Seni Budaya Bali (Balinese Art and Culture). Surabaya : Fadjar Bhakti. Oka A, Yety. 1985. Komersialisasi Seni Budaya Dalam Pariwisata. Bandung : PN. Angkasa Poerwadarminta, 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Soedarso, Sp. 1990. Tinjauan Seni Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta : Saku Dayar Sana. Sukarman, 1984. Proses Pengerjaan Kriya Logam. Diterbitkan oleh STSRI “ASRI” Yogyakarta. Soedarsono, RM. 2000. Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, Sebuah terjemahan buku Claire Holt (Art In Indonesia : Continuities and Change) Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. SP. Gusatami, 2000. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara : Kajian Estetik Melalui Pendekatan Multidisiplin. Yogyakarta : Kanisius.
38
Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta : Kanisius Strinati, Dominic. 1995. An Introduction to Theories Of Popular Culture. Terjemahan Abdul Mukhid, Yogyakarta : Bentang Budaya. Sachari, Agus. 2004. Estetika Makna Simbol dan Daya. Bandung : ITB. ___________, 2005. Pengantar Metodelogi Penelitian Budaya Rupa, Disain, Arsitektur, Seni Rupa, dan Kriya. Jakarta : Erlangga. Van Der Hoop, 1949. Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia, Konninklijk Bataviaach Genootschap Van Kunsten En Wotenshappen. _________. 2005. Metode Penelitian Budaya Rupa, Disain Arsitektur, Seni Rupa, dan Kriya. Jakarta : Airlangga.
39
RINGKASAN Dari uraian tentang “Kerajinan Perak di Desa Celuk : Kajian Aspek Disain dan Inovasinya “, dapat diuraikan sebagai berikut : kerajinan perak yang ada Desa Celuk telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Kerajinan perak Desa Celuk sebagaimana halnya kerajinan perak Bali pada awalnya membuat barang barang untuk keperluan upacara keagamaan dan sosial antara lain seperti : bokor, dulang, canting, sangku, penastaan, dan sibuh, yang bersifat sakral religius, dan untuk kepentingan sosial seperti : badong, gelang, cincin, subang dan sebagainya. Sejalan dengan semakin berkembangnya kepariwisataan Bali, meningkat pula kebutuhan akan barang-barang seni seperti lukisan, kerajinan kayu, termasuk juga kerajinan yang terbuat dari perak, secara tidak langsung memberikan dampak yang cukup baik di kalangan seniman dan perajin, khususnya perajin perak yang ada di Desa Celuk. Kondisi ini dimanfaatkan oleh perajin perak Desa Celuk, mulai menghasilkan produk kerajinan perak dengan disain yang bersifat praktis, estetis, profan, sosial ekonomis, yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen tidak hanya lokal Bali, akan tetapi mancanegara (pasar global). Pengaruh pariwisata menjadikan perkembangan bentuk kerajinan perak Desa Celuk, cukup beragam seperti : gelang, kalung, cincin, anting, anting, bross, liontin, asesoris, dan peralatan rumah tangga dengan rancangan/disain yang kreatif. Para perajin Desa Celuk dalam membuat disain menerapkan motif hias geometris, tumbuh-tumbuhan (flora), dan makhluk hidup, yang bernuansa lokal Bali. Motif-motif tersebut tetap dijadikan acuan, akan tetapi sudah diolah dan dielaborasikan dengan unsur-unsur seni modern sebagai pengaruh asing, sehingga terwujud kerajinan perak Bali yang lebih kreatif dan inovatif yang tetap beridentitaskan Bali, sehingga bisa bersaing di pasar global. Kemudian bila dikaitkan dengan fungsi kerajinan perak Desa Celuk telah mengalami pegeseran fungsi dari sakral ke profan, yakni fungsi praktis, estetis, sosial, dan ekonomis, yang mampu mensejahterakan masyarakat Desa Celuk, demikian pula makna yang terkandung di dalamnya.
40
LAMPIRAN
41
Curriculum Vitae Ketua Peneliti 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Tempat/Tanggal lahir Pangkat/Golongan Jabatan NIP Kesatuan/Jabatan/Dinas Alamat Kantor Alamat Rumah
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si. Keliki 30 Desember 1965 Penata/IIId/Lektor Dosen 132006572 FSRD ISI Denpasar Jl. Nusa Indah Denpasar Jalan Merak No. 22 Singapadu, Sukawati, Gianyar.
Riwayat Pendidikan NO. 1. 2. 3. 4. 5.
PENDIDIKAN Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Seni Rupa Perguruan Tinggi Tingkat Sarjana Perguruan Tinggi Tingkat Magister
TAHUN 1973-1979 1979-1982 1982-1986 1986-1991 2003-2006
TEMPAT SDN 1 Keliki SMPN 1 Tegallalang SMSR N Denpasar ISI Yogyakarta Program Pascasarjana UNUD
SPESIALISASI Umum Umum Seni Lukis Tradisional Bali Seni Kriya Logam Kajian Budaya
Pengalaman Penelitian NO. 1. 2. 3. 4. 5.
TAHUN 1993 1993 1994 1995 2004
6. 7.
2006 2006
8.
2007
JUDUL PENELITIAN Proses Kreasi Pematung I Made Ada Unsur-unsur Primitif Karya Patung I Ketut Nongos Kerajinan Logam Di Banjar Pande Kabupaten Bangli Kreativitas Seni Pematung I Ketut Tulak Keberadaan Dan Perkembangan Seni Rupa Bali di Era Globalisasi Proses Kreatif I Wayan Winten Dalam Membuat Patung Beton Upaya Pelestarian Seni Lukis Klasik Wayang Kamasan : Perspektif Kajian Budaya Perkembangan seni Patung Beton Di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Denpasar, 2 Maret 2008
Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si NIP. 132006572
42
Curriculum Vitae Anggota Peneliti 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Tempat/Tanggal lahir Pangkat/Golongan Jabatan NIP Kesatuan/Jabatan/Dinas Alamat Kantor Alamat Rumah
I Made Sumantra, S.Sn. Nyuh Kuning, 17 Juni 1978 Penata Muda/IIIa Dosen 132311658 FSRD ISI Denpasar Jl. Nusa Indah Denpasar Br. Nyuh Kuning, Mas, Ubud, Gianyar
Riwayat Pendidikan NO. 1. 2. 3. 4.
PENDIDIKAN Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Seni Rupa Perguruan Tinggi Tingkat Sarjana
TAHUN 1985-1991 1991-1994 1994-1997 1997-2003
TEMPAT SDN 7 Mas SMPN 1 Ubud SMKN 1 Sukawati STSI Denpasar
SPESIALISASI Umum Umum Seni Kriya Seni Kriya
Denpasar, 11 Maret 2008
I Made Sumantra, S.Sn NIP. 132311658
43