LAPORAN PENELITIAN INTERNAL
PERANCANGAN ALAT PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SAKLAR CAHAYA
PENELITI : IR. BADARUDDIN, MT
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JANUARI 2012 0
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN INTERNAL
1. Judul Penelitian
2. Bidang Ilmu Penelitian 3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. JabatanFungsional e. Pangkat/Golongan f. Jabatan Struktural g. Fakultas h. Program Studi i. Alamat Kantor/tlp j. Telepon/faks/E-mail k. Alamat rumah/tlp/Email l. Telepon/faks/E-mail 4. Jumlah Anggota Peneliti 5. Lokasi Penelitian 6. Waktu Penelitian 7. Dana diusulkan
: PERANCANGAN ALAT PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SAKLAR CAHAYA : Teknik Elektro : : : : : : : : : : : : : : : :
Badaruddin Ir, MT Laki - Laki 19464-0123 Lektor IVA Kepala Laboratorium Teknik Elektro Teknik Teknik Elektro Jl Raya Meruya Selatan, Kembangan Jakarta Barat 11650 021 5861779/021 5861906 Taman Cimanggu, Jl Begonia I Blok Q4 No.6 Bogor/02518342428/
[email protected] 0251 8342428/
[email protected] 1 orang Laboratorium Teknik Elektro UMB (5) Lima Bulan Rp. 3.509.000 (Tiga Juta Lima Ratus Sembilan Ribu Rupiah)
1
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian ini di laksanakan dengan benar, merupakan penelitian yang saya lakukan sendiri. Jika ada hasil atau sesuatu hal yang sama dengan orang lain, dinyatakan dalam sumber pustaka pada bagian akhir dari laporan ini.
Jakarta , 16 januari 2012
Ketua Peneliti Badaruddin, Ir MT
2
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... DAFTAR ISI....................................................................................................................... ABSTRAK .......................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 2.1 Pengertian Pengontrolan .................................................................................... 2.2 Jenis – Jenis Pengontrolan ................................................................................ 2.2.1 Sistem Pengontrolan Terbuka ................................................................ 2.2.2 Sistem Pengontrolan Tertutup................................................................ 2.3 Sistem Pengontrolan Motor Listrik Secara Elektromagnetik ............................ 2.4 Spesifikasi Komponen – komponen beserta prinsip kerjanya ........................... BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ....................................................................... 4.1 Proses Perancangan .......................................................................................... 4.1.1 Pemasangan Komponen ......................................................................... 4.2 Pengetesan Alat dan Pengukuran ..................................................................... 4.3 Keuntungan Menggunakan Saklar Cahaya dibandingkan dengan saklar lain................................................................................................................... 4.4 Penempatan dan Perawatan.............................................................................. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 5.2 Saran .................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
1 2 3 4 5 5 5 6 6 6 6 6 7 8 9 25 27 27 27 29 29 29 31 31 31 32
3
ABSTRAK
Kemajuan teknologi saat ini sangat mempegaruhi pola hidup masyarakat. kehidupan manusia yang tidak lepas dari kebutuhan akan listrik sebagai sarana utama dalam kegiatan sosial dan ekonomi. misalnya dalam menjemur dan mengangkat pakaian yang terkadang kita tidak sempat untuk mengangkatnya jika hujan ataupun pada malam hari, serta jika kita meninggalkan rumah berhari-hari tentunya tidak mungkin kita meninggalkan rumah dalam keadaan gelap atau kondisi lampu menyala terus menerus yang mengakibatkan pemborosan. Dalam proses perancangan menggunakan gambar kerja yang bertujuan untuk memudahkan proses perakitan dan mendapatkan hasil yang optimal, Penempatan atau pemasangan posisi alat control ini harus disesuaikan dengan kondisi cahaya, terutama pemasangan LDR untuk mendapatkan kepekaan terhadap cahaya yang tinggi posisi LDR harus tepat agar system kerja rangkaian sesuai dengan yang dinginkan ABSTRAC Advances in technology today is very mempegaruhi lifestyle of the people. human life which can not be separated from the need for electricity as the primary means of social and economic activities. for example in drying and lifting clothes that sometimes we do not have time to pick it up if it rains or at night, and if we leave the house for days we probably would not leave the house in the dark or continuous light conditions that lead to waste. In the design process using the image of work that aims to facilitate the assembly process and obtain optimal results, the placement or mounting position of this control equipment must be adjusted to the light conditions, especially the installation of the LDR to obtain a high sensitivity to light LDR position should be appropriate to work system according to the circuit with a chill
4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Banyak sekali kegiatan – kegiatan yang kita jumpai menggunakan energi listrik . Energi listrik sangatlah dibutuhkan dan kebutuhan terus meningkat seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini mendorong penulis untuk menciptakan suatu alat yang dapat mengurangi tingkat kesibukan misalnya dalam menjemur dan mengangkat pakaian yang terkadang kita tidak sempat mengangkatnya jika hujan ataupun malam hari. Dimana pengontrolan dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara maual dan otomatis perbedaan secara manual biasanya pengaturangya diatur sendiri sedangkan secara otomatis pengaturanya diatur oleh peralatan kontrol, untuk memutar balikan arah putaran pada motor khususnya. Oleh karena itu penulis mencoba menciptakan suatu alat yang dapat memecahkan masalah tersebut yaitu dengan menciptakan sistem pengontrolan menggunakan saklar cahaya ( Light Dependent Resistor ) secara otomatis untuk mengontrol peralatan listrik, dengan cara kerja yang sederhana sesuai dengan iklim tropis di indonesia panas dan hujan, tentunya alat seperti ini sangat membantu untuk mengurangi tingkat kesibukan masyarakat. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan Penelitian ini adalah : Untuk merancang sistem pengontrolan motor listrik menggunakan saklar cahaya 1.3 Batasan Masalah Dalam Penelitian ini penulis membahas tentang perancangan alat Pengontrolan motor listrik menggunakan saklar cahaya.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk menggerakan mesin – mesin untuk dapat melakukan proses pekerjaanya sesuai yang dikehendaki dan tetap memperhatikan keamanan operator maupun keamanan motor listrik itu sendiri [3]. Berdasarkan uraian diatas, maka pengontrolan motor listrik mempunyai arti yang sangat luas. Meliputi menjalankan, mengerem mengembalikan putaran, mengatur kecepatan motor, melindungi peralatan kontrol berikut motor listriknya sendiri sampai dengan menghentikan motor. Banyak atau sedikitnya bentuk – bentuk pengontrolan yang dapat diterapkan pada pengontrolan motor listrik sangat tergantung pada kerja motor yang diinginkan. Apabila kerja motor hanya untuk berputar dan berhenti, maka bentuk pengontrolanya menjalankan dan memberhentikan saja yang bisa diterapkan. 2.2 Jenis – Jenis Pengontrolan Berdasarkan kerja dari sistem peralatan kontrolnya, pengontrolan motor listrik dibagi dua bagian utama yaitu [3] : 1.
Sistem Pengontrolan Terbuka ( Open Loop System )
2.
Sistem Pengontrolan Tertutup ( Close Loop System )
2.2.1 Sistem Pengontrolan Terbuka Untuk mendapatkan gambaran tentang sistem pengontrolan terbuka ( open loop system ), dapat diambil suatu contoh mesin tenun pembuat kain. Jika mesin tenun akan dioperasikan maka sumber daya listrik dapat dialirkan kesuatu alat kontrol, kemudian motor listrik bekerja dan selanjutnya mesin tenun melaksanakan tugas untuk menenun serat – serat menjadi kain. Dan apabila salah serat benang terputus, sakelar pada peralatan kontrol harus dibuka, maka daya listrik kepada motor akan terputus akibatnya mesin tenun berhenti. Disini diperlukan seorang operator pengamat yang akan membuka dan menutup saklar apabila terjadi benang putus. Hal ini dilaksanakan berdasarkan pengamatan operator pada mesin tenun. Sistem pengontrolan ini disebut sistem
6
Sakelar
Peralatan Motor
Motor Listrik
Mesin Tenun
kontrol
Operator
Gambar 2.1 Diagram Pengontrolan Sistem Terbuka Terlihat bahwa input yang diinginkan adalah motor listrik harus berhenti apabila terjadi benang putus, sedangkan output yang terjadi mesin tenun terus bekerja walaupun ada benang putus. Teryata dalam hal ini bahwa signal output ( akibat ) tidak mempengaruhi input ( penyebab ). Jadi pada sistem pengontrolan terbuka, perubahan kerja dari motor listrik hanya dapat terjadi apabila sistem kerja kontrolnya diubah oleh tenaga manusia ( operator ) secara manual. 2.2.2 Sistem Pengontrolan Tertutup Apabila fungsi operator pada mesin tenun diatas diganti oleh sakelar mini ( Micro Switch ) yang dipasang pada serat benang. Maka sistem pengontrolan terbuka dapat menjadi sistem pengontrolan tertutup ( close loop system ). Lihat gambar 2.2 dibawah ini.
Sakelar Mini
Motor Listrik
Peralatan Motor
Mesin Tenun
kontrol
Feed back
Gambar 2.2 Diagram Pengontrolan Sistem Tertutup Apabila salah satu benang pada mesin tenun putus, maka segera akan segera diberikan signal pada sakelar mini. Akibatnya posisi kontak dari sakelar mini akan tertutup, arus listrik mengalir pada peralatan kontrol, seterusnya memberikan daya listrik pada motor terputus,
7
motor listrik berhenti dan akibatnya mesin tenun akan berhenti. Apabila benang yang putus tadi disambungkan, maka sakelar mini membuka lagi dan masih memerlukan tenaga operator. Akan tetapi pekerjaanya lebih ringan karena hanya memberikan daya listrik pada saat permulaan mesin tenun dijalankan dan menyambungkan bila benang putus. Disini terlihat bahwa output terlihat dari input, maka sistem ini disebut sistem pengontrolan tertutup. Dengan kata lain sistem pengontrolan tertutup adalah sistem pengontrolan yang memanfaatkan pengaruh yang ditimbulkan dari hasil kerja motor untuk melakukan perubahan operasinya, tanpa tenaga operator. Munculnya peralatan kontrol seperti Programmabel Logic Control ( PLC ) dan analog komputer, penyambungan benang putus sudah dapat dilakukan secara otomatis, tanpa harus dilakukan oleh tenaga manusia.Dengan penerapan sistem kontrol ini memungkinkan sepuluh atau dua puluh buah mesin tenun, cukup hanya dilayani oleh satu tenaga operator. Berdasarkan uraian dari kedua macam sistem pengontrolan tersebut, sistem pengontrolan tertutup merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk digunakan dalam pengontrolan motor listrik, apabila dibandingkan dengan sistem pengontrolan terbuka. Disamping keuntungan yang diperoleh ada juga kekuranganya antara kebutuhan tenaga manusia ( Man Power ) dalam satu pabrik akan jauh relatif kecil apabila dibandingkan dengan menggunakan sistem pengontrolan terbuka. Rangkaian pengontrolan motor yang akan dibahas adalah pemakaian secara langsung dengan mesin – mesin yang dikontrol. Maksudnya untuk memberikan gambaran tentang penerapan rangkaian kontrol motor tersebut pada mesin – mesin industri, pengontrolan motor listrik dapat dilakukan secara elektromagnetik dan elektronika. 2.3 Sistem Pengontrolan Motor Listrik Secara Elektromagnetik [3] Pemakaian sistem pengontrolan motor listrik secara elektromagnrtik dibagi 3 yaitu sebagai berikut : 1. Pengontrolan Motor Listrik Dengan Sensor Sakelar Mikro 2. Pengontrolan Motor Listrik Menggunakan Saklar Pelampung 3. Pengontrolan Motor Listrik Dengan Sensor Saklar Limit ( Limit Switch ) 4. Sistem Pengontrolan Motor Listrik Secara Elektronik 5. Pengontrolan Motor Listrik Dengan Sensor Photo Resistor 6. Pengontrolan Motor Listrik Dengan Sensor Thermistor
8
2.4 Spesifikasi Komponen – Komponen Beserta Prinsip Kerjanya Dalam studi pembuatan sistem kontrol motor listrik dengan saklar cahaya ( LDR ) menggunakan komponen – komponen listrik diantaranya adalah : 1.
Resistor Penggunaan resistor dalam rangkaian pada umumnya berfungsi sebagai penghambat
arus listrik, memperkecil dan membagi arus listrik dalam suatu rangkaian. Dalam pembuatan sistem kontro motor listrik ini hanya menggunakan tiga jenis resistor yaitu resistor tetap, resistor tidak tetap / variabel dan resistor peka cahaya ( LDR ) [1]. 1.
Resistor Tetap
2.
Resistor Tidak Tetap / Variabel ( Potensiometer )
2. Tahanan Peka Cahaya ( LDR ) Saklar cahaya atau LDR ( Light Dependent Resistor ) adalah resistor variabel yang memiliki resistansi atau hambatan listrik maksimum dalam gelap dan sebaliknya memiliki resistansi atau hambatan listrik minimum dalam terang. LDR dibuat dari bahan Cadmium Sulfida yang peka terhadap cahaya. Seperti yang telah diketahui bahwa cahaya memiliki dua sifat yang berbeda yaitu sebagai gelombang elektromagnetik foton/partikel energi. Saat cahaya menerangi LDR foton akan menabrak ikatan Cadmium Sulfida dan melepaskan elektron. Semakin besar intensitas cahaya yang datang, semakin banyak elektron yang terlepas dari ikatan. Sehingga hambatan LDR akan turun saat cahaya meneranginya.
Gambar 3.5 Simbol LDR
Gambar 2.3 Bentuk Saklar Cahaya ( LDR ) LDR serupa dengan resistor biasa, hanya saja kuat arus listrik yang melewatinya meningkat selaras dengan kuat cahaya yang mengenainya karena resistannya merosot. LDR akan mempunyai hambatan yang sangat besar saat tidak ada cahaya yang mengenainya ( gelap ).Dalam kondisi ini hambatan LDR mampu mencapai 1MΩ. Akan tetapi saat terkena 9
sinar matahari, Hambatan LDR akan turun secara drastis hingga nilai beberapa puluh ohm saja. Prinsip Kerja LDR Dalam Suaatu Rangkaian[1] Dengan adanya sifat LDR yaitu saat gelap nilai tahanannya akan menjadi besar dan sebaliknya pada saat terkena cahaya terang nilai tahanannya akan menjadi kecil, dengan adanya perubahan resistan tersebut maka transistor akan bekerja dan akan memberikan arus listrik pada rilay, bila rilay tersebut dialiri arus, maka relay akan menghubungkan beban dengan sumber arusnya. Bila beban tersebut lampu, maka lampu tersebut akan menyala. Untuk mendapatkan kepekaan yang tinggi kita dapoat mengatur potensiometer, pada saat memasang LDR agar diletakkan sedemikian rupa mendapat kepekaan cahaya yang ideal 3. Transistor [2] Kata transistor berasal dari dua buah kata yaitu transfer dan resistor. Ini menunjukan bahwa transistor merupakan komponen yang dapat mentransfer
daya dari satu rangkaian
kerangkaian lain saat bersifat seperti resistor nonlinier. Transistor merupakan dioda dengan dua buah sambungan ( juction ). Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung terminal berturut-turut disebut emitor, base
dan kolektor base selalu berada di
tengah, diantara emitor dan kolektor. Perhatikan gambar 2.4 dibawah. Collector
P
N
N
P Base Emiter
P
N
Emiter Base
Gambar 2.4 Transistor dibentuk oleh penggabungan bahan jenis P dan N Apabila emiter dan kolektor terbuat dari matrial jenis N, maka transistor dinamakan transistor NPN. Apabila emiter dan kolektor terbuat dari jenis P maka transistor dinamakan transistor jenis PNP. Skematik simbol gambar untuk transistor NPN dan PNP transistor di tunjukan pada gambar 2.5 untuk transistor jenis NPN panah pada kaki emitter menujun keluar, pada PNP panah pada transistor pada kaki emitter menuju ke dalam. Tanda pada panah tersebut menunjukan arah arus listrik.
10
C(K)
C(K)
B
B
E
E
( Jenis NPN )
( Jenis PNP )
Gambar 2.5 Skematik simbol PNP dan NPN transistor Prinsip kerja transistor Kerja dari transistor jenis NPN adalah emitter harus mendapatkan arus yang lebih negatif dari base dan base harus lebih negatif dari kolektor. Kerja dari transistor PNP adalah emitter harus mendapatkan arus yang lebih positif dari base dan base harus mendapatkan supply yang lebih positif dari kolektor. Pekerjaan itu sangat berlaku untuk setiap konfigurasi. Pada operasi normal, base emitter diberi junction diberi catu daya forward dan base kolektor junction selalu diberi catu daya reverse ( reverse bias ). Perhatikan gambar 2.6 bentuk fisik transistor dibawah ini.
c A 564 e
b
b
c
e
b
c
e
Ganbar 2.6 Bentuk Fisik Transistor Dalam teknik pengontrolan, transistor sering digunakan diantaranya sebagai sakelar ( switch ) dan penguat ( gain ) atau amplifier.
Kelebihan transistor dibandingkan dengan tabung elektron antara lain : 1. transistor bekerja dengan tegangan yang rendah 2. transistor mempunyai daya efisiensi yang tinggi 3. transistor mempunyai ukuran yang lebih kecil 4. transistor lebih tahan terhadap goncangan-goncangan mekanik. 5. secara teoritis transistor lebih lama umurnya
11
Kekurangannya dibandingkan dengan tabung elektron yaitu : 1. transistor mempunyai daya relatif kecil dan masih terbatas 2. transistor mempunyai karakteristik yang masih terbatas 3. Kapasitor [2] Kapasitor adalah suatu komponen yang dapat menampung muatan listrik yang diberikan dari suatu sumber tegangan, kemampuan kapasitor untuk menyimpan muatan listrik disebut kapasitensi, sesuai dengan hukum coulomb banyaknya muatan listrik yang akan ditampung oleh kapasitor adalah : Kapasitor pada dasarnya terdiri atas dua buah lempeng atau pelat penghantar yang tersekat antara satu dengan yang lainnya,
Elektroda
Dielektrium
Gambar 2.7 Elektrode dan Dielektrikum
+
+ a
b
c
Gambar 2.8 Simbol Kapasitor a. fixet capasitor b. variabele capasitor ( Varco ) c. elektrolit capasitor ( Elco )
Bahan yang menyekat diantara kedua lempeng atau pelat penghantar itu lazim disebut dielektrikum, bahan bahan elektrikum antara lain udara, kertas, mika, keramik, elektrolit, tantalum oksida dan lain lain. Kapasitor terdiri atas fixed capasitor dan variable capasitor (varco), cara kerja kapasitor adalah sebagai berikut. Seperti dijelaskan diatas banyak muatan Q yang disimpan dalam kapasitor berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan dan kapasitas kapasitornya. 12
1
s 2
+ E -
a b
Gambar 2.9 Kerja Kapasitor
Perinsip kerja Kapasitor Kembali pada gambar 2.10 apabila S diletakan pada titik 1, maka arus akan mengalir muatan positif akan tertarik ke pelat B dan muatan negatif akan tertarik ke pelat A, ini berarti pelat A lebih negatif dari pada pelat B maka akan timbul beda potensial, apabila beda potensial ini sama dengan sumber, maka kapasitor dapat berperan sebagai sumber tegangan, peristiwa ini disebut pengisian
( change ), Apabila setelan proses pengisian sakelar S
diletakkan pada titik 2, maka elektron akan mengalir melalui resistor R menuju ke pelat B, sehingga muatan muatan positif dan negatif menjadi netral dan tegangan kapasitor menjadi nol.
4. Dioda ( penyearah ) [2] Dioda merupakan komponen semi konduktor yang banyak digunakan pada teknik listrik sebagai reactifier dan komponen kontrol atau teknik pengendalian. Komponen semi konduktor ini dibuat dari bahan dasar germanium atau silikon dengan impuritasnya. Impuritas terdiri atas campuran beberapa jenis bahan yaitu indium, galium, barium, arsenik, dan antimon.
Prinsip kerja dioda Penyearah ( reactifier ) merupakan bagian dari catu daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan bolak-balik atau alternating current ( AC ) yang diturunkan oleh trafo, menjadi tegangan directing current ( DC ). Komponen yang berfungsi sebagai penyearah adalah dioda. Pengunaan impuritas bertujuan untuk menghasilkan bahan jenis N (negatif) dan bahan jenis P ( positif ). Peroses penambahan impuritas terhadap bahan semi konduktor disebut dopping. Apalagi permukaan germanium atau silikon dopping atau dikotori atau dilapisi atau dicap dengan arsemik atau antimon yang menpunyai 5 elektron valensi maka sifatnya akan berubah menjadi kelebihan muatan negatif dan akhirnya bahan itu disebut 13
bahan N. Jika permukaan bahan germanium atau silikon dikotori dengan bahan indium atau galium yang elektron valensinya 3 maka sifatnya berubah menjadi kelebihan muata positif dan bahan ini disebut bahan P. Dioda dibentuk dengan menggambungkan dengan bahan jenis N dan bahan jenis P setelah kedua bahan digabung akan terbentuk sebuah P-N junction. Bahan P juga dikatakan sebagai bahan yang kekurangan muatan negatif sedangkan bahan N adalah bahan yang mempunyai kekurangan muatan positif oleh karena itu pada penyambung dioda dapat di bayangkan adanya batrai mini lihat gambar 2.10.
Depletion layer P - N junction
P
N
Gambar 2.10 Dioda Dibentuk Oleh Penggabungan Bahan Jenis P dan N
Dengan adanya batrai mini ini maka apabila bahan N dihubungkan bengan kutub positif dan bahan P dengan kutub negatif dari sumber lain. Maka rangkaian keseluruhan akan merupakan dua buah batrai disambungkan seri yang berlawanan sehingga tahananya besar sekali. Kejadian ini disebut dengan reverse bias artinya arus listrik sukar sekali mengalir dalam dioda. Sebaliknya apabila bahan P dihubungkan dengan kutub positif dari bahan N dengan kutub negatif dari sumber luar maka dapat dibayangkan adanya rangkain batrai yang disambungkan seri menambah sehingga tahananya kecil. Kejadian ini disebut dengan forward bias artinya dioda dapat mengalirkan arus listrik dengan mudah. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dioda mempunyai sifat mengalirkan arus yang relatif tinggi pada forward bias dan memblok aliran arus pada reverse bias. Forward bias terjadi apabila sisi negatif sumber tegangan dihubungkan dengan bahan jenis N. Reverse bias terjadi apabila sisi negatif sumber tegangan dihubungkan dengan bahan jenis P. Selanjutnya bahan P disebut anoda ( A ) dan bahan N disebut katoda ( K ) lihat gambar 2.11 14
A
K
Gambar 2.11 Simbol Dioda
Arus listrik mengalir mengikuti arah panah sedangkan arus elektron menentang arah panah. Klasifikasi dioda menurut pengunaanya terdiri atas signal dioda biasanya kecil dan berdaya rendah, reference denga stable voltage output, general purpose dioda, zener dioda digunakan sebagai penyetabil tegangan, perhatikan gambar 2.12
A
B
C
D
E
F
Gambar 2.12 jenis fisik dioda a. enclused stock b. glase subminiature c. glase subminiature d. tophat e. stud mounting f. poxy tipe
Berdasarkan uraian diatas, maka sifat-sifat yang dimiliki oleh dioda dapat digunakan untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah.
5. Transformator 1 Fasa ( step down ) [2] Trasformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengsupply dan dan menurunkan tegangan listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik kerangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet yang
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Trasformator
digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan 15
ekonomis untuk tiap-tiap keperluan, misalnya dalam kebutukan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh. Dalam bidang elektronik, transformator antara sumber dan beban untuk memisahkan satu rangkaian dari rangkaian yang lain dan untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus bolak balik antara rangkaian. Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokan menjadi : Transformator daya Transformator distribusi Transformator pengukuran, yang terdiri dari transformator arus dan transformator tegangan Prinsip kerja transformator kerja transformator berdasarkan induksi elektromagnetik, menghadapi adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.
Transformator step down
0V
220 V
500 MA
Gambar 2.13Bentuk Transformator Transformator N1
N2
Primer
U1
Sekunder
U2
Gambar 2.14 Simbol Transformator
6. Relay Pengatur [2] Relay pengatur atau control relay disingkat CR merupakan sakelar magnet yang bekerja secara otomatis seperti halnya kontaktor magnet. Pemakaian CR pada kontrol motor akan memberikan
pengaruh
terhadap
pengoprasian
alat-alat
kontrol
lainya,
sehingga
16
memungkinkan suatu sistem pengontrolan motor dengan variasinya kerja yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan. Relay dibuat untuk tugas yang lebih ringan dibanding dengan kontaktor, kontakkontaknya pun jauh lebih kecil dibanding dengan kontaktor dan bahan metrialnya pun terbuat dari konduktor yang baik. Bahan yang digunakan untuk relay umumnya terbuat dari logam perak Kadang kadang digunakan juga logam-logam berharga yang lainnya, Pada gambar dibawah ditunjukan konstruksi, bentuk dan simbol dari control relay ( CR ). 1
2 13 3 12 4
11
5 6 7
10
8
9
Gambar 2.15 Konstruksi Relay Pengatur Keterangan : 1.
jarak kontak
2.
batang kontak
3.
kontak normally closed ( NC )
4.
inti kutub
5.
pegas kontak yang dapat bergerak
6.
jangkar celah
7.
celah jangkar
8.
bantalan jangkar
9.
pegas pengembali jangkar
10.
rangka besi magnet
11.
inti kumparan
12.
koker kumparan
13.
kontak normally open ( NO )
17
A1
NO NC
CR A2
Gambar 2.16 Simbol Relay Pengatur
Gambar 2.17 Bentuk Relay Pengatur Prinsip kerja dari relay pengatur Apabila kumparan diberi daya listrik, maka akan timbul medan magnet, akibatnya pegas kontak akan bergerak atau menarik dan menempel pada kumparan. Ujung dari pegas akan pindah posisi kekontak yang lain atau tadinya pada posisi NO ( normally open ) menjadi N ( normally closed ). Apabila daya yang diberi pada kumparan hilang, maka medan magnet akan kehilangan penguatan sehingga pegas pada kontak akan kembali pada posisi semula yang tadinya NC menjadi NO kembali.
7. IC AT 89S51 [2] Penggunaan IC AT 89S51 memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan, antara lain tingkat kendala yang tinggi, komponen hardwere eksternal yang lebih sedikit, kemudahadalam pemrograman. Dan hemat dari segi biaya. IC AT 89S51 memiliki program internal yang mudah untuk dihapus dan diprogram kembali secara berulang ulang. Pada pesawat ini IC AT 89S51 berfungsi sebagai sentral control dari segala aktivitas pesawat. Mulai dari timer untuk mengontrol lamanya elektroda bekerja. Pada pesawat ini IC AT 89S51 ini juga dimanfaatkan sebagai pengubah suhu sensor suhu untuk dikonversikan dalam satuan kadar mineral yang ditampilkan dalam display berupa sevensegment. 18
Gambar 2.18 IC AT 89S51 Beberapa
fungsi
dari
kaki
pin
pada
IC
mikrokontroler
AT89S51
yaitu
:
Port0 Port 0 adalah 8 bit open drain bi-directional port I/O. pada saat sebagai port output, tiap pin dapat dilewatkan ke-8 input TTL. Ketika logika satu dituliskan pada port 0, maka pinpin ini dapat digunakan sebagai input yang berimpendansi tinggi. Port 0 dapat
dikonfirmasikan
untuk demultiplex sebagai jalur data/addres bus selama membaca ke program eksternal dan memori data. Pada mode ini P0 mempunyai internal Pullup. Port 0 juga enerima kode bytre selama pemograman Flash. Dan mengeluarkan kode byte selama verifikasiprogram.Port1 Port 1 adalah 8 bit bi-directional port I/O dengan internal Pullup. Port 1 mempunyai output yang dapat dihubungkan dengan 4 TTl input. Ketika logika ‘1’ dituliskan ke port
1, pin ini di pull
hight dengan menggunakan internal pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port 1 juga menerima addres bawah selama pemrograman Flash dab verifikasi. .Port2 Port 2 adalah 8 bit bi directional port I/O dengan Pullup. Port 2 output buffeapat melewatkan empat TTL input. Ketika logika satu dituliskan ke port 2, maka mereka dipull hight dengan internal Pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port3 Port 2 adalah 8 bit bi directional port I/O dengan Pullup. Output buffer dari Port 3 dapat dilewati empat input TTL. Ketika logika satu dituliskan keport 3, maka mereka akan hight dengan internal pullup dan dapat digunakan sebagai input. Port 3 juga berbagai macam fungsi/fasilitas. Port 3 juga menerima beberapa sinyal
dipull
mempunyai kontrol untuk
pemrograman Flash dab verifikasi
19
.RST Input reset. Logika hight pada pin ini akan mereset siklus mesin (IC). ALE/PROG. Pulsa output Addres Latch Enable digunakan untuk lantching byte bawah dari addresselama mengakses ke eksternal memory. Pin ini juga merupakan input pulsa program
selama
pemrograman Flash. Jika dikehendaki, operasi ALE dapat didisable dengan memberikan setting bit 0 dari SFR pada lokasi 8EH. Dengan Bit Set, ALEdisable, tidak akan mempengaruhi jika mikrokontroler pada mode eksekusi eksternal. PSEN Program Store Enable merupakan sinyal yang digunakan untuk membaca program memory eksternal. Ketika 8951 mengeksekusi kode dari program memory eksternal, PSEN diaktifkan dua kali setiap siklus mesin EA/VPP Eksternal Acces Enable, EZ harus diposisikan ke GND untuk mengaktifkan
divais untuk mengumpankan kode dari program memory
yang dimulai pada lokasi 0000h sampai FFFFh. EA harus diposisikan ke VCC untuk eksekusi program internal. Pin ini juga menerima tegangan pemrograman 12 volt (Vpp) selama pemrograman Flash.
.XTAL1 Input ntuk oscillator inverting amplifier dan input untuk inte rnal clock untuk pengoperaian rangkaian. .XTAL2 Output dari inverting oscillator amplifier. 8. Keramik [2] Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya.
Misalnya pada
kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v. Kapasitor keramik yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Misalnya seperti gambar disamping yaitu menunjukkan 154 berarti angka pertama
20
dan kedua menunjukkan nilai yaitu 15 dan angka ketiga angka 4 yang berarti faktor pengali= 10000, nilai kapasitor keramik tersebut adalah 15×10000=150000 pF=150 nF=0,15uF ,
Gambar keramik 2.19 a. Kristal Elektrnika Kristal lazimnya digunakan untuk rangkaian osilator yang menuntut stabilitas frekuensi yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Alasan utamanya adalah karena perubahan nilai frekuensi kristal seiring dengan waktu, atau disebut juga dengan istilah faktor penuaan frekuensi (frequency aging), jauh lebih kecil dari pada osilator-osilator lain. Faktor penuaan frekuensi untuk kristal berkisar pada angka ±5ppm/tahun, jauh lebih baik dari pada faktor penuaan frekuensi osilator RC ataupun osilator LC yang biasanya berada diatas ±1%/tahun. Simbol KristalKristal juga mempunyai stabilitas suhu yang sangat bagus. Lazimnya, nilai koefisien suhu kristal berada dikisaran ±50ppm direntangan suhu operasi normal dari 20°C sampai dengan +70°C. Bandingkan dengan koefisien suhu kapasitor yang bisa mencapai beberapa persen. Untuk aplikasi yang menuntut stabilitas suhu yang lebih tinggi, kristal dapat dioperasikan didalam sebuah oven kecil yang dijaga agar suhunya selalu konstan. Material yang mempunyai bentuk struktur kristalin, seperti quartz, mempunyai satu sifat unik yaitu mampu menghasilkan tegangan listrik ketika diberi tekanan mekanikal dan juga sebaliknya, berubah bentuk mekanikalnya ketika diberi tegangan listrik. Sifat ini dikenal dengan nama efek piezo-electric. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan resonansi listrik-mekanik, sehingga kristal akan bergetar pada frekuensi alami tertentu jika diberi tegangan listrik bolak-balik. Frekuensi alami ini ditentukan oleh potongan dan dimensi keping kristal, yang ditetapkan pada saat pembuatan. Karena potongan dan dimensi keping kristal dapat dikontrol secara presisi pada saat proses produksi, maka kristal mempunyai frekuensi getar alami yang sangat akurat. Akurasi kristal umumnya berada pada kisaran
21
±30ppm, dengan akurasi yang lebih tinggi juga tersedia walaupun harganya tentu lebih mahal. Potongan keping kristal mengacu kepada orientasi sudut pemotongan keping kristal terhadap garis struktur kristalin, dan juga bentuk keping kristal tersebut. Ada banyak standar potongan keping kristal, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai contoh, potongan AT yang populer mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang tidak terlalu tinggi dan koefisien suhu yang cukup baik (berbentuk kurva fungsi kubik). Contoh lain adalah potongan BT, yang mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang lebih tinggi tetapi koefisien suhunya lebih buruk (berbentuk kurva parabolik). Kristal dapat dioperasikan pada frekuensi fundamental atau salah satu dari frekuensi-frekuensi harmonik ganjil (odd harmonics) yang biasa disebut dengan istilah overtones. Frekuensi fundamental maksimum sebuah kristal ditentukan oleh potongan dan dimensi keping kristal. Semakin tinggi frekuensi fundamental sebuah kristal, semakin tipis keping kristal tersebut, sehingga keping kristal menjadi rapuh dan mudah patah. Jadi untuk mencapai spesifikasi frekuensi getar yang lebih tinggi, kristal harus beroperasi menggunakan salah satu overtone yang ada. Walaupun quartz adalah material yang paling sering digunakan untuk membuat kristal, material lain seperti lithium-niobate, lithium-tantalate, bismuth-germanium oxide dan alumimium-phosphate juga dapat dipakai untuk membuat kristal. Material lain yang juga dapat digunakan adalah sejenis keramik yang terbuat dari padatan timbal, zirconium dan titanium dan material polimer seperti polyvinyl chloride dan difluorpolyethylene.
Gambar 2.20 kristal dan simbol
9.
Foto Dioda [2] Fotodioda berbeda dengan dioda biasa. Jika fotodioda persambungan p-n bertegangan
balik disinari, maka arus akan berubah secara linier dengan kenaikan fluks cahaya yang dikenakan pada persambungan tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat alat untuk mendeteksi intensitas cahaya dengan memanfaatkan karakteristik fotodioda sebagai salah
22
satu alternatif pendeteksi intensitas cahaya. Alat ini dapat dimanfaatkan bagi siswa dalam memahami tentang materi fotometri dalam pelajaran fisika. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa fotodioda dapat berfungsi sebagai sensor untuk mengukur intensitas cahaya, dimana semakin besar intensitas cahaya (ditunjukkan kenaikan daya lampu) yang mengenainya maka arus yang dihasilkan fotodioda juga akan semakin besar. Disamping itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara arus yang dihasilkan fotodioda berubah berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber cahaya dengan arus lampu tetap.
Gambar 2.21 Foto dioda beserta simbol foto dioda 10.
Trimpot [2] Sebuah trimmer miniatur komponen elektrik yang bisa diatur/disetel. Ini berarti bisa
di setel supaya tepat ketika beberapa piranti dipasangkan, dan tak akan dilihat atau di atur/setel oleh pengguna. Trimmer dapat berupa variable resistors (potensiometer) atau variable kapasitor. Komponen ini biasanya digunakan pada rangkaian yang memiliki kecermatan seperti Audio/Video komponen, dan mungkin diperlukan untuk diatur/disetel ketika ada perbaikan. Tidak seperti pengatur lainnya, trimmer dipasangkan langsung di papan rangkaian, dan diatur/disetel dengan obeng kecil dan hanya beberapa kali penyesuaian. Pada tahun 1952, Marlan Bourns mematenkan penemuannya di dunia pertamakalinya dengan nama trimming potentiometer, merek "Trimpot".Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai hambatan darisuatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada badan trimpot
Gambar 2.22 Trimpot beserta simbol trimpot
23
LED adalah kepanjangan dari Light Emitting Diode (Dioda Pemancar Cahaya).Dioda ini akan mengeluarkan cahaya bila diberi tegangan sebesar 1,8 V denganarus 1,5 mA. LED banyak digunakan sebagai lampu indikator dan peraga(display).Simbol LED :
Gambar 2.23 Lampu LED dan simbol LED
24
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Pertama – tama mencari informasi tentang topik yang akan dibahas, kemudian mencari buku referensi yang berhubungan dengan tofik yamg akan dibahas. Selanjutnya membuat rancangan alat yang akan dibuat lalu menentukan nilai komponen yang akan dipakai dalam rancangan tersebut. Langkah berikutnya merancang alat kemudian melakukan pengujian. Yang terakhir menganalis hasil rancangan dan membuat laporan Adapun alasan pemilihan topik penelitian ini karena sangat membantu dalam proses pengontrolan motor listrik. Gambar Kerja Pada saat LDR terkena cahaya ”yes” maka motor akan berputar kekanan ( Jemuran keluar ) keadaan sensor stop terpotong luar terpotong ( foto dioda ) sehimgga motor memutar keluar memanfaatkan cahaya yang menerangi sensor LDR itu sendiri. Dan apabila pada saat LDR tidak terima cahaya ”NO” motor akan berputar kekiri dalam keadaan sensor stop terpotong ( Foto Dioda ) sehingga motor memutar kedalam karena tidak mendapatkan cahaya ( gelap ) dan motor akan berhenti berputar karena prinsip kerja LDR nilai resistansi terhadap gelap maximum sedangkan dalam keadaan terang minimum
Gambar 3.1 Skema rangkaian pengontrolan motor listrik menggunakan saklar cahaya 25
Prinsip Kerja Dalam studi perancangan kontrol motor listrik ini bertujuan untuk memutar balik arah putaran motor listrik ( Revers dan forwad ) sesuai dangan konstruksi yang telah ditentukan : Sifat LDR resistansi maksimum dalam gelap minimum dalam terang LDR terhubung dengan ground kemudian LDR terhunbung dengan base transistor A 733 yang bermuatan negatif,sedangkan base A733 yang tersebut terhubung dengan tegangan positif 5 volt. Melalui trimpot ( trimer potensio ) besarnya tegangan yang masuk ke A 733 transistor itu sama dengan perbandingan antara LDR dengan trimpot ke A 733. Keluaran A733 terhubung dengan microcontroller ( keluaran berbentuk negatif atau low ) dan Apabila transistor mengeluarkan arus negatif ke pin po.02nya akan bernilai positif untuk menetukan bit di po.2nya ,jika po.2nya bernilai negatif maka akan membuka sehingga relay menutup sesuai perintah dari program dan apabila po.2nya positif motor akan berhenti berputar ( stop ) .
26
BAB IV PROSES PERANCANGAN SISTEM KONTROL MOTOR LISTRIK DENGAN SAKLAR CAHAYA ( LDR )
Dalam studi perancangan system control ini melalui beberapa proses yang perlu diperhatikan antara lain proses perakitan Pemasangan komponen, cara kerja, pengujian, pemasangan, kalkulasi biaya dan keuntungan menggunakan saklar cahaya ( LDR ). 4.1
Proses Perancangan Setelah melakukan proses pertama yaitu proses produksi, misalnya pemilihan
komponen, perakitan box, wiring kabel utama dan kontrol,barulah melakukan proses kedua yaitu proses perancangan yang urutannya akan dijelaskan sebagai berikut 4.1.1 Pemasangan Komponen Dalam proses perancangan komponen ini dilakukan dengan menggunakan papan triplek dan papan mika transparan. Untuk memudahkan proses perakitan menggunakan gambar kerja supaya mendapatkan hasil yang optimal, praktis dan menghemat biaya. 1. Persiapan Kerja Dalam proses perancangan menggunakan alat – alat sebagai berikut : Komponen yang dibutuhkan antara lain : Tabel 4.1 komponen perancangan LDR No
Nama komponen
Banyaknya
1
Transformator
1buah
2
Papan PCB Kosong
1lembar
3
Resistor
7buah
4
Dioda
6buah
5
Relai
2buah
6
LDR
1buah
7
Kabel
2 meter
8
Lampu LED
3buah
27
9
Photo dioda
2 buah
10
Transistor A 733
1 buah
11
Kristal
1 buah
12
Keramik elektronika
2 buah
Tabel 4.2 Daftar alat dan perlengkapan pengontrolan menggunakan LDR No
Nama komponen
Type / Ukuran
Banyaknya
1
IC
AT 89C51 / 52
1 buah
2
IC
LM 7805
1 buah
3
Tombol reset
_
1 buah
4
trimpot
_
3 buah
5
Papan Triplek
_
3 lembar
Gambar 4.1 Flow Chart diagram kerja rangkaian kontrol LDR 28
4.2
Pengetesan Alat dan Pengukuran
Pengetesan alat dan pengukuran dilakukan secara bersamaan. Pengukuran menggunakan Multimeter. Tabel 4.3. Hasil pengukuran No. 1
Item Pengukuran
Hasil Pengukuran
Tegangan DC pada rangkaian sesuai dengan tegangan
Vdc = 500 Vdc
kerja Transvormator ( 500 MA) 2
Tegangan pada LDR saat terkena cahaya ( terang )
4V
3
Tegangan pada LDR saat tidak terkena cahaya (gelap)
12 V
Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa pemasangan posisi alat control ini harus disesuaikan dengan kondisi cahaya, terutama pemasangan LDR untuk mendapatkan kepekaan terhadap cahaya yang tinggi posisi LDR harus tepat agar sistem kerja rangkaian sesuai dengan yang diinginkan,misalnya dalam keadaan cahaya terang peralatan dapat bekerja / mendorong beban dengan baik atau sebaliknya dalam keadaan cahaya redup peralatan dapat bekerja / menarim beban dengan baik. 4.3
Keuntungan Menggunakan Saklar Cahaya ( LDR ) Dibandingkan Dengan Saklar
Jenis Lain.
Sistem kerja LDR yang peka terhadap cahaya didapat kesensitifan yang
tinggi,
sehingga peralatan yang dikontrol akan langsung konstan bekerja. Jika dibandingan dengan saklar jenis lain, misalnya Foto dioda ( LDD ) maka LDR akan lebih unggul , karena system kerja LDD yang memiliki polaritas kutub listrik hanya searah, artinya arus listrik hanya dapat melewatinya dari arah tertentu saja yakni dari elektroda positif ( anoda ) ke elektroda negative ( katoda ), sehingga diperoleh kesensitipan yang sangat minim. 4.4
Penempatan dan Perawatan Penempatan atau pemasangan posisi alat control ini harus disesuaikan dengan kondisi
cahaya, terutama pemasangan LDR untuk mendapatkan kepekaan terhadap cahaya yang tinggi posisi LDR harus tepat agar system kerja rangkaian sesuai dengan yang dinginkan, misalnya dalam keadaan cahaya terang peralatan dapat bekerja / mendorong beban dengan baik atau sebaliknya dalam keadaan cahaya redup atau gelap,peralatan dapat bekerja / menarik beban dengan baik. Perawatan yang dilakukan pada saklar cahaya ( LDR ) sangat
29
mudah dan praktis, karena posisi LDR yang terletak diluar ruangan, sehingga LDR akan mudah terkena kotoran ( debu ). Jadi perawatannya cukup dengan sesering mungkin membersihkan LDR dari kotoran ( debu ). Hal ini dilakukan agar kesensitifan LDR terhadap cahaya tidak berkurang.Untuk menghindari kemungkinan tersengat arus listrik, maka proses perawatan ini harus dilakukan dalam keadaan tanpa beban ( dalam kondisi OFF ), karena arus yang mengalir pada rangkaian adalah arus AC dengan tegangan 220 volt.
30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dalam studi pembuatan system control motor listrik dengan saklar cahaya (LDR) ini melalui beberapa proses yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dari proses tersebut dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.
Dalam proses perancangan dilakukan mulai dari perakitan box perakitan wiring control, pemasangan komponene, pemgujian dan penempatan yang keseluruhannya dilakukan secara manual dalam proses pengerjaanya
2
Dalam proses perancangan menggunakan gambar kerja yang bertujuan untuk memudahkan proses perakitan dan mendapatkan hasil yang optimal, praktis dan menghemat biaya
3.
Sebelum melakukan pengujian, rangkaian harus diperiksa secara teliti sesuai dengan gambar kerja, agar dalam proses pengujian tidak terjadi kesalahan dan dapat berjalan dengan baik
4.
Langkah terakhir adalah pengukuran pada rangkaian terutama rangkaian elektronika untuk memastikan bahwa rangkaian LDR dapat bekerja dengan baik
5.2
Saran 1.
Karena banyaknya jenis dan tipe LDR yang beredar dipasaran, pemilihan LDR harus benar – benar teliti untuk mendapatkan jenis LDR yang memiliki kepekaan terhadap cahaya yang tinggi
2.
Dalam pemasangan alat control, posisi LDR harus benar – benar diperhatikan. Disesuaikan dengan kondisi cahaya, apakah terlalu terang atau terlalu redup. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesensitifan yang tepat, misalnya pada saat cahaya terang peralatan dapat bekerja / mendorong beban dengan baik dan sebaliknya jika cahaya redup atau mendung peralatan dapat bekerja dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganti Depari, Drs, 1992, Teori Rangkaian Elektronika, Penerbit Sinar Baru Bandung, 2. Malvino H Gunawan, 1995, Edisi Ke III , Prinsip – Prinsip Elektronika Penerbit Erlangga, 3. Somantri, Oman, Sistem Pengontrolan Motor di Industri, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993
32