LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
IbM KELOMPOK TANI METE Oleh: Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd., M.Hum., NIDN.0004028202 (Ketua) Luh Indrayani, S.Pd.,M.Pd., NIDN.0019088201 (Anggota) Ni Wayan Sukerti, S.Pd., M.Pd., NIDN.0011077102 (Anggota)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SEPTEMBER 2013
RINGKASAN Di Indonesia pada umumnya, usaha bidang perkebunan mempunyai sifat usaha jangka panjang, di mana ada waktu untuk investasi tanpa hasil atau belum menghasilkan, sumber pendapatan jangka panjang, ramah lingkungan, dapat bertahan pada saat krisis ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan. Pemanfaatan sumberdaya perkebunan, penyediaan bahan baku industri rumah tangga dalam skala lokal, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, operasionalisasi pembangunan berkelanjutan, globalisasi perdagangan dan investasi, terbangunnya industri hasil pertanian mulai dari tingkat desa. Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha berada di banjar dinas Karangsari desa Sukadana kecamatan Kubu kabupaten Karangasem. Salah satu warga masyarakat dari kelompok tani mete tersebut adalah I Gede Lasem sebagai perintis usaha pengolahan mete yang sifatnya personal dengan mempekerjakan 10 orang karyawan. Hasil olahannya baru sebatas biji glondong, untuk limbah jambu mete yang berupa buah semu berupa air perasan dan ampasnya belum diproduktifkan keberadaannya hanya sebatas sebagai pakan ternak. Berdasarkan gambaran dari potret permasalahan yang dihadapi mitra, tolok ukur transfer iptek bagi masyarakat adalah dengan menyasar 30 Ibu PKK perwakilan masing-masing dusun di desa Sukadana untuk dilatihkan dalam hal pengolahan bahan baku mete menjadi produk usaha industri urmah tangga yang sifatnya swadaya dengan pemberdayaan warga masyarakat masing-masing dusun yang ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah oleh Kepala Desa beserta staf dengan tindak lanjut koordinasi kegiatan oleh bagian Kesra desa Sukadana. Terbentuknya kelompok tani mete tidak terlepas dari upaya dan tanggung jawa secara bersinergis antara Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura kecamatan Kubu terhadap kelompok Tani dalam menyelenggarakan program-program dengan menyasar kelompok Tani Subak Abian Bhuana Amertha terhadap pemenuhan tingkat kebutuhan masyarakat dari segi pemenuhan taraf kesejahteraan dan penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi warga desa Sukadana untuk dapat difasilitasi dengan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan tentang pengembangan industri rumahan berbahan baku jambu mete. Kegiatan IbM Kelompok Tani Mete menyasar Ibu PKK sebagai peserta kegiatan pengabdian untuk dapat diberdayakan dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru yang sifatnya inovatif secara swadaya dengan pengolahan bahan baku jambu mete sebagai produk olahan industri rumah tangga. Adapun ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditrasfer adalah: 1) Pelatihan Pembuatan Olahan Berbahan Baku Jambu Mete, 2) Pelatihan Penyusunan Pembukuan Sederhana, 3)Tata Cara Pengurusan Ijin Usaha Perdagangan. Keseluruhan proses transfer iptek yang telah dilaksanakan dengan pola pendidikan dan pelatihan serta pendampingan yang meliputi: sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan kepada Ibu PKK desa Sukadana yang akan mengolah hasil perkebunan jambu mete yang semula hasil pendapatan petani mete hanya terbatas pada penjualan biji glondong, dikembangkan melalui pembekalan wawasan pengetahuan dan keterampilan praktik tata boga, penyusunan pembukuan sederhana, dan tata cara pengurusan ijin usaha sehingga harapan terakhir program Ibu PKK yang dilatihkan dapat diproduktifkan kinerjanya dalam usaha produksi rumahan. Kata Kunci : Tata Boga, Pembukuan, Surat Ijin Usaha Dagang
PRAKATA Puji syukur dan segala hormat dihatur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Setia-Nya yang tidak pernah berkesudahan memberkati hidup kami, sehingga pada saat ini laporan kemajuan program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “IbM Kelompok Tani Mete” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan yang berbahagian ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai, Kelompok Tani Mete dan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Kecamatan Kubu yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini. Dan semua pihak yang telah membatu pelaksanaan program ini. Adapun laporan ini sangatlah jauh dari kesempurnaaan secara tata penulisan yang kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Tani Mete, besar harapan kami adanya saran dan masukan membangun bagi kesempurnaan laporan ini khususnya nanti pada laporan akhir.
Singaraja, 31 Oktober 2013
Tim Pelaksana IbM Kelompok Tani Mete
DAFTAR ISI Halaman Judul ...................................................................................................... Halaman Lembaran Pengesahan .......................................................................... Ringkasan............................................................................................................ Prakata ............................................................................................................ Daftar Isi ......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. Analisis Situasi...................................................................................... 1.2. Permasalahan Mitra .............................................................................. BAB II TARGET DAN LUARAN................................................................ 2.1. Target .................................................................................................... 2.2. Luaran ................................................................................................... BAB III METODE PELAKSANAAN ......................................................... 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................ 3.2. Metode Pelaksanaan ............................................................................. BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ...................................... 4.1. Kualifikasi Tim Pelaksana Kegiatan ..................................................... 4.2. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Kegiatan .......................................... BAB IV HASIL YANG DICAPAI................................................................ 5.1. Koordinasi Kegiatan P2M (Proses Administrasi dan Alur Birokrasi) . 5.2. Pelaksanaan Kegiatan P2M................................................................... 5.3. Tahap Evaluasi Program ....................................................................... 5.4. Kendala dan Tindak Lanjut yang harus Dilakukan................................. BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ...................................... 6.1. Program Lanjutan yang Mesti Dilakukan................................................
Halaman i ii iii iv v 1 1 4 10 10 10 12 12 12 15 15 20 22 22 23 25 27 29 29
6.2. Rencana Tahap Belikutnya......................................................................
29
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 7.1. Kesimpulan............................................................................................. 7.2. Saran....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN....................................................................................................
31 31 31 33 34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Di Indonesia pada umumnya, usaha bidang perkebunan mempunyai sifat usaha jangka panjang, di mana ada waktu untuk investasi tanpa hasil atau belum menghasilkan, sumber pendapatan jangka panjang, ramah lingkungan, dapat bertahan pada saat krisis ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan. Pemanfaatan sumberdaya perkebunan, penyediaan bahan baku industri rumah tangga dalam skala lokal, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, operasionalisasi pembangunan berkelanjutan, globalisasi perdagangan dan investasi, terbangunnya industri hasil pertanian mulai dari tingkat desa
Sumber Data: Area Perkebunan Mete Warga di Banjar Dinas Karangasari, Desa Sukadana. . Jumlah penduduk desa Sukadana ± 760 kepala keluarga dengan 2396 jiwa. Sektor perkebunan/tegal jambu mete merupakan sektor unggulan di desa ini. Dengan hasil tegal/kebun berupa jambu mete telah memberikan manfaat finansial bagi penduduk setempat. Berdasarkan hasil informasi lapangan dan observasi sementara, kalau ditelusuri lagi pengelolaan jambu mete tersebut yang hanya diketahui dapat dikonsumsi bijinya saja (pengelolaan biji gelodok) karena para petani cenderung berpikir praktis dengan menjual bijinya langsung ke pengepul sehingga keuntungan perkilogram yang di perkirakan ± Rp.2000,-/kg tidak diefisienkan dengan cara pengolahan. Berdasarkan analisis situasi ternyata pengolahan komoditi serupa sudah ada di desa tetangga (Desa Muntig), melalui tangan terampil seorang petani mete yang hijrah dari Desa Tista, Kecamatan Abang mampu
memproduktifkan bahan baku mete menjadi aneka ragam industri rumahan namun sifatnya belum kolektif menjangkau seluruh petani mete. Berdasarkan kemajuan yang dicapai oleh kelompok petani jambu mete di Desa Muntig, I Gede Lasem selaku tokoh masyarakat petani mete merasa tergerak hatinya untuk memberdayakan hal serupa dengan mengolah biji gelondong menjadi kacang kapri mente. Dari segi kemasan dan standar mutu sudah terpenuhi, hanya saja aspek pemasaran masih sifatnya personal. Beliau mempekerjakan 10 karyawan dalam pengolahan biji jambu mete melalui industri rumahan. Namun selain bijinya seperti pengolahan di Desa Muntig yang berhasil memberdayakan jambu mete dan limbah jambu mete menjadi penganan dan wine, bahkan minyak biodiesel. Oleh karenanya, melalui usulan P2M ini diharapkan nantinya dapat tercipta swadaya masyarakat terhadap pengolahan jambu mete sebagai komoditi unggulan yang mampu memproduktifkan masyarakat setempat dengan penciptaan keterampilan dan lapangan pekerjaan melalui industri rumahan secara kolektif. Kegiatan P2M diharapkan dapat menjembatani studi komparatif antara Desa Muntig dan Desa Sukadana sehingga bisa menggalakkan kegiatan yang serupa secara berkesinambungan.
Sumber Data: Gambar jambu mete gelondong yang belum dikupas dan sudah dikupas. Jambu mete dapat diolah menjadi berbagai macam produk industri rumah tangga, seperti misalnya: hasil sulingan jambu mete tersebut setelah diolah melalui proses fermentasi dapat menghasilkan produk industri berupa arak, ampas mete hasil perasan dari proses penyulingan tadi bisa diberdayakan menjadi abon mete, jambu mete yang sudah diambil batunya namun buahnya agak setengah matang tidak terlalu lembek/mengkel dapat diolah menjadi penganan kripik dan biji dari jambu mete tersebut selain dipasarkan mentah ke luar daerah, dapat pula diolah menjadi kacang garing, kacang mete goreng, teknik pengupasan biji mete agar tetap utuh ada juga cara-caranya dengan alat bantu kreasi sendiri yang hasil olah teknologi sederhana yang bermanfaat dan hasil olahan jambu mete juga dapat dijadikan sebagai bahan campuran untuk adonan kue. Keterampilan seperti ini hanya dimiliki oleh salah seorang
penduduk setempat yang akan dijadikan mitra penyuluhan dan pembina, dinilai berpotensi karena berhasil membudidayakan varietas jambu mete menjadi produk olahan. Secara sederhana industri pangan mencakup kegiatan produksi bahan mentah, kegiatan pengolahan dan kegiatan distribusi. Kegiatan di bidang produksi bahan mentah adalah kegiatan yang berhubungan dengan teknologi pertanian yaitu pembibitan dan penanaman, pemeliharaan selama pertumbuhan, pemanenan atau pemotongan, penyimpanan, penanganan atau pengepakan dan distribusi bahan mentah untuk proses selanjutnya. Kegiatan pengolahan adalah proses pembuatan suatu bahan dari bahan mentah atau bahan asal serta kegiatankegiatan penanganan dan pengawetan bahan mentah tersebut. Kegiatan-kegiatan pengolahan ini merupakan inti dari kegiatan-kegiatan di bidang teknologi pangan. Kegiatan distribusi meliputi penyimpanan, pengangkutan dan penjualan,(Winarno,dkk; 1980 : 1). Namun masyarakat umum sekitar hanya memiliki pengetahuan bahwa jambu mete hanya bermanfaat atau dapat dijual dari aspek bijinya saja. Jadi, jika dikaji terdapat sumber potensi sumberdaya manusia profesional dalam pengolahan jambu mete menjadi produk olahan rumah tangga berupa produk yang dapat dikonsumsi, yang bila dibantu dan diajak bekerjasama diharapkan ke depannya dapat mengarahkan penduduk sekitar yang awam terhadap cara pengolahan jambu mete ini dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dapat membantu mereka untuk meningkatkan taraf kesejahteraan.
Budidaya pohon jambu mete sudah belangsung cukup lama, mayoritas penduduk Banjar Dinas Karangsari, Desa Sukadana hanya memiliki pengetahuan seputar biji mete saja yang dianggap bermanfaat, buahnya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Walaupun informasi terakhir didapat bahwa pengolahan jambu mete dapat mendatangkan sisi positif seperti beberapa jenis produk di atas, akan tetapi masyarakat enggan menimba ilmu karena tidak ada instansi yang mengarahkan maupun tenaga swadaya yang memberikan bimbingan. Sehingga warga setempat tahu sekedar tahu tanpa kompetensi pengetahuan yang dapat dijadikan bekal untuk menjalankan aktivitas terampil seperti yang dilaksanakan oleh seorang
warga yang berkompeten di bidangnya. Biasanya petani jambu mente bentuk panen yang dapat dinikmati hasilnya hanya berupa biji mete saja. Tidak dimilikinya pedoman panduan kegiatan usaha tani dari dinas dan minimnya penguasaan tentang manajemen pemasaran berdasarkan analisis usaha dan pemasaran kelompok tani yang masih bersifat konvensional membutuhkan jasa pelayanan promosi untuk publikasi dengan media massa dan media elektronik. Implikasi dari permasalahan tadi, menunjukkan sebuah potret masyarakat yang masih kurang memiliki wawasan perniagaan, hal ini dapat dinilai dari sikap dan perilaku mereka yang mensia-siakan peluang usaha yang sudah sepantasnya mereka berdayakan. Padahal dengan kegiatan pembinaan dan penyuluhan berupa keterampilan dan pengetahuan pembudidayaan dari pihak yang berkompeten diharapkan dapat menambah pemasukan dari sektor finansial warga masyarakat setempat yang secara otomatis taraf kesejahteraan mereka pun menjadi lebih meningkat. Untuk menunjang keberlangsungan kegiatan produksi dan pemasaran, Kelompok Tani Mete dipandang perlu menyusun marekting programme sebagai media publikasi yang bersifat transfaran, dapat dipertanggung jawabkan dan bersinergis dalam menyelenggarakan programprogram baik itu oleh Dinas Pertanian terhadap kelompok Tani secara vertikal dan kelompok Tani Subak Abian Bhuana Amertha terhadap pemenuhan tingkat kebutuhan masyarakat dari segi ekonomi menyeluruh secara horizontal.
1.2 Permasalahan Mitra 1.2.1 Identifikasi permasalahan yang dihadapi mitra Permasalahan yang dihadapi mitra antara mitra a.
Minimnya sarana dan prasarana produksi
Alat produksi sangat membantu kelancaran proses produksi, semenjak 1997 sampai tahun 2004 baru memperoleh sumbangan dari Pemerintah Provinsi Bali dengan pengadaan alat pengupas mete tapi itu tidak menunjang penciptaan lapangan pekerjaan karena mesin pengupas metenya terbatas jumlahnya, dan itupun dikelola secara swadaya oleh Bapak I Gede Lasem secara swadaya dengan melibatkan 10 tenaga pekerja. Bantuan itu beliau dapatkan atas dasar jasa dedikasi beliau sebagai petani perintis di bidang jambu mete sehingga beliau sering diundang dalam forum kegiatan
ikatan petani berskala daerah (PEDA) maupun forum ikatan petani bersakala nasional (PENAS). b.
Topografi dan akomodasi wilayah Banjar Dinas Karangsari, Desa Sukadana yang sulit dijangkau Kondisi tofografis yang gersang dan area daerahnya 200 m, dan seterusnya dari akses jalan raya, menyebabkan kelompok tani Subak Abian Bhuana Amertha jarang memperoleh pembinaan dari segi alih fungsi teknologi pangan untuk menghasilkan inovasi produk olahan. Peran Institusi dengan kegiatan P2M yaitu menumbuhkan motivasi masing-masing petani binaan.
c.
Pangsa pasar yang belum memenuhi standar prospek manajemen ekonomi profesional karena kemampuan dalam menjaring relasi bisnis masih lemah dan hanya melalui jalur lokal seperi jalur pemasaran yang belum diketahui sehingga hasil panen hanya mampu didistribusikan lewat pengepul/saudagar dan jangkauan pasar paling jauh hanya dikirim ke luar daerah.
d.
Sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat yang kurang tanggap terhadap manfaat alih fungsi teknologi.
Tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan sangat terkait dengan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak pula pengetahuan yang dikuasainya. Semakin banyak pengetahuan, maka semakin mudah bagi seseorang untuk memahami berbagai informasi baru yang disampaikan. Pengetahuan tentang diversifikasi produk, pengetahuan petani terhadap kegiatan diversifikasi produk yang merupakan pemahaman petani pada setiap tahap ataupun setiap elemen kegiatan diversifikasi. Jika pengetahuannya luas, maka petani akan dengan mudah melakukan kegiatan tersebut. Sikap petani terhadap diversifikasi, kecenderungan penilaian petani terhadap kegiatan pemberdayaan dalam ha diversifikasi produk, yaitu terhadap nilai kebermanfaatan kegiatan diversifikasi tersebut. Apabila kegiatan yang dilakukan dinilai bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan petani, maka petani akan tersugesti melakukan kegiatan tersebut. e.
Sulitnya menemukan cara dalam mengkoordinir warga masyarakat untuk membidangi dan memperoleh pengetahuan serta keterampilan pengolahan produk industri rumah tangga dari sektor jambu mete secara keseluruhan. P2M memberikan motivasi petani, untuk mendorong petani agar mau melakukan tahapan-tahapan pembinaan home industy dalam merancang terciptanya diversifikasi
produk pertanian jambu mete olahan yang merupakan wujud dari diversifikasi produk pangan dari komoditi alam seperti jambu mete asli daerah setempat. f.
Sulitnya memperoleh pelatihan dalam pengolahan industri rumah tangga. Kegiatan pengabdian selama ini belum menjangkau daerah Banjar Dinas Karangsari, Desa Sukasada. Walaupun tidak dipungkiri banyak kalangan yang mengadakan kunjungan ke desa setempat untuk meninjau pengolahan kacang gelondong menjadi kapri mete berikut cara pengemasannya, tetapi itu hanya sebatas penelitian dan pemberdayaan secara personal dari koordinator kelompok yaitu Bapak I Gede Lasem karena beliau selaku penggagas secara swadaya dalam pemberdayaan kacang mete menjadi kapri. Dalam kapasitas kinerjanya beliau juga memiliki keterbatasan waktu dan tenaga untuk menggerakkan komponen masyarakat desa setempat untuk diberdayakan, dan beliau hanya mampu mempekerjakan 10 orang tenaga dengan sistem home industy itupun didata berdasarkan keterampilan dan kompetensi yang dikuasai dalam hal pengolahan dan sifatnya tidak asal tunjuk saja. Jadi,menurut beliau di sini sangat disayangkan tidak bisa melibatkan elemen masyarakat secara keseluruhan sehingga apabila terwadahi dengan kegiatan P2M apresiasi beliau terhadap keperdulian dengan penyediaan lapangan pekerjaan warga sekitar dapat terjawabkan.
g. Belum tersedianya media komunikasi berupa jasa pelayanan seperti marketing programme untuk pemasaran produk ke publik. Pemasaran secara swadaya dilaksanakan awalnya door to door, lambat laun berkembang ke toko-toko klontong dan bahkan sekarang tingkat pemasaran yang terakhir adalah ke Waserda Tigaron, KUD Kecamatan Kubu dan Waserda Cahya Baru di Singaraja. Dari akses pasar yang dijangkau masih dapat dihitung dengan jari oleh karena itu perlu bantuan dalam hal marketing manejemen dari kegiatan P2M yang diselenggarakan, dalam hal ini tim kami akan melibatkan jurusan Ekonomi untuk memberikan pembinaan. h.
Produk yang dihasilkan dari olahan jambu mete hanya beorientasi pada pemanfaatan biji mete, tanpa dapat memproduktifkan untuk inovasi jenis produk yang lain di samping biji. Dalam hal diversifikasi produk jambu mete olahan, selaku petani swadaya Bapak I Gede Lasem juga memaparkan jambu mete gelondong hanya bisa diolah menjadi kacang kapri saja, selebihnya kalau setok terlalu banyak jadi terpaksa dijual secara gelondong oleh petani. Menurut penuturan beliau juga manajemen pengolahan jambu mete yang
serupa juga sudah ada di desa tetangga di desa Muntig, dan di sana diversifikasi produknya sudah beraneka ragam jenisnya termasuk minyak olahan, abon dan wine hasil dari olahan limbah jambu mete tersebut. Akan tetapi karena pertimbangan penguasaan keterampilan dan keahlian di bidang itu belum dikuasai jadinya beliau hanya mengolah dari kacangnya saja menjadi kapri. Program P2M yang diusulkan ini direncanakan dapat mefasilitasi pemberdayaan kemajuan di desa Muntig dalam hal diversifikasi produk sehingga bisa dilakukan studi komparatif dengan desa Sukadana sehingga kedua desa ini mendapatkan pemerataan yang sama dalam hal diversifikasi produk olahan jambu mete yang berprosfek ekonomi, sehingga petani mete tidak hanya bisa menjual produknya tapi juga bisa dikonsumsi dan sekaligus menghapuskan paradigma produk jambu mete hanya diperuntukkan untuk kalangan berduit. Oleh karenanya, berdasarkan orientasi nilai budaya, orintasi nilai budaya yang ada pada dir petani akan sangat berpengaruh terhadap hakekat hidupnya, sehingga petani lebih selektif dalam mengambil keputusan dengan
tetap
mempertimbangkan
dimensi
keberanfaatan
bagi
kelangsungan
kehidupannya. i.
Sistem panen musiman cenderung menyulitkan petani mengolah bahan baku mete
Dengan bekal keterampilan dan pengetahuan yang minim di bidang pengolahan cenderung menyulitkan para petani ketika masa panen raya jambu mete tiba. Sehingga dengan keterbatasan kemampuan petani, para petani cenderung menjual biji gelondong secara langsung habis di petik dari kebun atau ladang mereka masing-masing. Gamabaran seperti ini menunjukkan kerugian ada di pihak petani yang mestinya kalau bisa dihasilkan diversifikasi produk jambu mete pemasukan yang berkisar ± Rp.2000, per/kg hilang dan dinikmati oleh pengepul atau distributor selanjutnya. j.
Sistem packing atau kemasan yang sudah memenuhi standar pemasaran, tetapi pemasaran masih cenderung terbatas. Pemenuhan standar pemasaran dari segi kemasan sudah tampak, sistem packing atau kemasannya dengan melihat standar sebagai berikut; Kacang Mete cap Gunung Agung, produksi: Subak Abian Bhuana Amertha, Banjar Karangasari, Sukasada, Kubu Karangasem; masa kedaluwarsa produk, menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih juga dicantumkan dengan netto per/gram dan yang menjamin jenis produk yang ditawarkan aman untuk dikonsumsi adalah sudah terdaftar di BPOM, yaitu terdaftar: No. 230/51.07/1997 dari Depkes RI.sp. No: 0011/22.08/97. Akan tetapi sasaran konsumen masih terbatas sehingga
sangat memerlukan pembinaan dari segi marketing programme oleh tim kami yang berasal dari Jurusan Ekonomi.
1.2.2 Permasalahan yang mendapat prioritas yang harus ditangani adalah: a.
Pengadaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas produksi
Sarana dan prasarana perlu diberikan untuk menunjang operasionalisasi kegiatan swadaya dan pengelolaannya pun harus berdasarkan kesepakatan kelompok tani Subak Abian Bhuana Amertha, Banjar Karangasari, Sukasada, Kubu Karangasem. b.
Publikasi produk lewat media elektronik dan media massa
Dengan akses langsung maupun on line dengan memanfaatkan alih fungsi teknologi informasi dan itu pun harus terdaftar berdasarkan kesepakatan secara kolektif kelompok tani Subak Abian Bhuana Amertha, Banjar Karangasari, Sukasada, Kubu Karangasem, sehingga para petani bisa disasar kegiatan pengabdian secara menyeluruh dan berkesinambungan untuk penciptaan lapangan pekerjaan melalui home indutry programme. c.
Menjalin relasi dengan Dinas Pertanian selaku instansi terkait dan dengan sumbersumber pemasok dana atau donatur yang dapat membantu kelancaran usaha masyarakat kecil seprti koperasi, bank pembangunan daerah dan kaum pemilik modal/investor
d.
Menghimpun kerjasama dengan instansi terkait dan tenaga penyuluh untuk membina dan memberdayakan warga masyarakat Banjar Dinas Karangsari, Desa Sukadana dengan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan. Meyakinkan/memotivasi bahwa dengan melakukan alih fungsi teknologi pangan melalui peran serta bimbingan dan pelatihan produksi olahan rumah tangga dari pakarpakar yang berkompeten seperti tenaga ahli dari Perguruan Tinggi khusunya Jurusan PKK akan dapat membantu masyarakat dalam pemberdayaan hasil panen menjadi produk olahan pangan dengan tujuan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan
e.
Menemukan cara untuk mengkoordinir warga masyarakat untuk dimintakan kesediaannya diikutkan dalam kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh tenaga ahli dari Jurusan PKK
f.
Mencari solusi dalam pengadaan P2M kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan tenaga penyuluh dari Dinas Pertanian Kecamatan
g.
Merancang jasa pelayanan berupa marketing programme yang bersifat transparan, dapat dipertanggung jawabkan dan bersinergis dalam menyelenggarakan program-
program, baik itu yang dikelola oleh Dinas Pertanian dan Kelompok Tani Subak Abian Bhuana Amertha, Banjar Karangasari, Sukasada, Kubu Karangasem secara vertikal dan akomodasi Kelompok Tani menyediakan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya secara horizontal dengan meminta jasa dari pakar dengan bidang keilmuan ekonomi. h.
Diversifikasi produk dari segi alih fungsi teknologi pergi hasil studi komparatif dengan desa Muntig dan hasil pembinaan dari P2M kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan Dinas Pertanian Kecamatan
i.
Sistem panen yang relatif tinggi membutuhkan pengalokasian hasil panen yang tepat, dengan pembinaan P2M diharapkan dapat menjadikan petani berswadaya, swakarsa dan swasembada dalam meningkatkan tarf kesejahteraan mereka.
j.
Sistem packing dengan standar dari BPOM dapat menarik minat konsumen untuk merasa aman dan nyaman mengkonsumsi hasil produk diversifikasi pangan dan hal itu dapat dibuktikan dengan sistem pemasaran yang lancar dan memasyarakat.
BAB II TARGET DAN LUARAN
2.1 Target Target pengabdian pada masyarakat adalah Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha yang berada di banjar dinas Karangsari desa Sukadana kecamatan Kubu kabupaten Karangasem. Salah satu warga masyarakat dari kelompok tani mete tersebut adalah I Gede Lasem sebagai perintis usaha pengolahan mete yang sifatnya personal dengan mempekerjakan 10 orang karyawan. Hasil olahannya baru sebatas biji glondong, untuk limbah jambu mete yang berupa buah semu berupa air perasan dan ampasnya belum diproduktifkan keberadaannya hanya sebatas sebagai pakan ternak. Berdasarkan gambaran dari potret permasalahan yang dihadapi mitra, tolok ukur transfer iptek bagi masyarakat adalah dengan menyasar 30 Ibu PKK sebagai perwakilan masingmasing dusun di desa Sukadana untuk dilatihkan dalam hal pengolahan bahan baku mete menjadi produk usaha industri rumah tangga yang sifatnya swadaya dengan pemberdayaan warga masyarakat masing-masing dusun yang ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah oleh Kepala Desa beserta staf dengan tindak lanjut koordinasi kegiatan oleh bagian Kesra desa Sukadana, tim pelaksana IbM dan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kecamatan Kubu.
2.2 Luaran Luaran dari pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat Kelompok Tani Mete adalah: 1. Peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produk industri rumah tangga berbahan baku jambu mete dengan menggunakan teknologi pengolahan pangan yang lebih baik. Pengembangan wawasan pengetahuan, pelatihan dan pendampingan bidang tata boga dalam hal mengolahan buah, biji, bahkan hasil perasan air jambu mete yang semula buah semunya tidak diketahui manfaatnya sekarang dapat diprakteknya menjadi beragam jenis olahan produk hasil karya Ibu PKK Sukadana yang telah dilakukan pendampingan dari pihak tim pelaksana IbM Undiksha. 2. Peningkatan pengetahuan dan daya kelola sebuah usaha produksi tangga berbahan baku mete dengan tata kelola usaha menurut panduan manajemen pembukuan yang baik dan benar. Transfer iptek bidang pembukuan yang tim pelaksana selenggarakan
bertujuan untuk menunjang tingkat pengetahuan dan wawasan Ibu PKK yang mayoritas adalah istri petani mete untuk bisa memiliki bekal manajemen usaha berupa pembukuan sederhana arus pengeluaran dan pemasukan apabila suatu saat mereka dapat merintis kegiatan usaha yang akan dirintis untuk dikembangkan. 3. Adanya penjaminan pengembangan usaha berupa ijin usaha perdagangan. Transfer iptek bidang pengetahuan hukum dalam hal prosedur dan tata cara pengurusan ijin juga dilatihkan kepada Ibu PKK untuk memberikan bekal tentang pengurusan ijin usaha baik yang sifatnya individu maupun kelompok dari Ibu PKK. Pengurusan ijin penting karena nantinya Ibu PKK dapat menggunakan SIUP yang dimiliki sebagai agunan simpan pinjam di LPD maupun BRI terdekat di tingkat Kecamatan.
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai dari 21 Mei sampai dengan 31 Nopember 2013. Tempat pelaksanaan kegiatan di Aula Desa Sukadana dan di
Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kecamatan Kubu, dengan alamat Banjar dinas Karangsari, Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali.
Lokasi P2M Banjar Dinas Karangsari Desa Sukadana
Gambar 1. Lokasi Pengabdian Masyarakat 3.2. Metode Pelaksanaan Program ini merupakan program yang bersifat aktual dalam rangka peningkatan pengetahuan dan wawasan Ibu PKK di Desa Sukadana Kecamaan Kubu cara pengolahan jambu mete sebagai komoditas produksi dengan langkah sosialisasi dan pelatihan. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka rancangan yang dipandang sesuai untuk dikembangkan adalah “RRA dan PRA” (rural rapid appraisal dan participant rapid appraisal). Di dalam pelaksanaannya, program ini akan mengacu pada pola sinergis antara tenaga pakar dan praktisi dari Universitas Pendidikan Ganesha dengan kalangan birokrasi dan administrasi pemerintah desa Sukadana kecamatan Kubu, khususnya pihak Pemerintah desa
Sukadana dan Ibu-Ibu PKK desa Sukadana. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada terciptanya iklim kerjasama yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis antara dunia perguruan tinggi dengan masyarakat secara luas di bawah koordinasi pemerintah desa setempat, khususnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan generasi Ibu PKK desa Sukadana kecamatan Kubu secara cepat namun berkualitas bagi kepentingan pembangunan masyarakat setempat. Berdasarkan rasional tersebut, maka program ini merupakan sebuah langkah inovatif dalam kaitannya dengan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat. 3.2.1 Prosedur-Sistim Pelaksanaan Program Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dari permasalahan belum tersedianya sumberdaya manusia yang potensial dalam mengolah dan memberdayakan komoditi jambu mete sebagai jenis usaha yang dapat dikembangkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi warga desa setempat. Dengan pelaksanaan program yang sifatnya rintisan ini dirancang pelatihan bagi Ibu-Ibu PKK dengan materi pelatihan, diantaranya yaitu: pengolahan bahan baku jambu mete menjadi produk olahan industri rumah tangga , pelatihan penyusunan pembukuan sederhana, dan pelatihan pengurusan ijin usaha perdagangan yang khusus dipersiapkan apabila warga desa Sukadana yang dalam hal ini menyasar Ibu PKK ingin membuka usaha pengolahan jambu mete menjadi produk industri rumahan yang sifatnya mandiri atau kolektif. Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) sebagaimana layaknya temu wicara antara tim pelaksana dan peserta kegiatan yaitu Ibu PKK. Lama pelaksanaan kegiatan adalah 6 (enam) bulan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dengan melibatkan seluruh Ibu PKK yang ada di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, yang masing-masing dusun diwakili oleh 2 orang peserta, sehingga jumlah persertanya sebanyak 30 orang. Pada akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka dalam kegiatan ini. Melalui program ini, diharapkan Ibu PKK desa Sukadana, kecamatan Kubu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang pengolahan bahan baku jambu mete menjadi produk olahan industri rumah tangga , wawasan manajemen keuangan melalui penyusunan pembukuan sederhana, dan prosedur dan tata cara pengurusan ijin usaha perdagangan, serta luaran yang diperoleh dari hasil pelatihan dan sosialisasi bagi Ibu-Ibu PKK desa Sukadana, secara kontinyuitas peserta yang tergabung dalam kegiatan pelatihan dan sosialisasi diharapkan dapat
menjadi bekal wawasan
pengetahuan maupun keterampilan dengan mau menyebarluaskannya pada masingmasing banjar yang ada di desa Sukadana kecamatan Kubu kabupaten Karangasem. 3.2.2 Rancangan Evaluasi Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut : No Jenis Data
1.
2.
Pengetahuan tentang pengolahan bahan baku jambu mete menjadi produk olahan industri rumah tangga , pelatihan penyusunan pembukuan sederhana, dan pelatihan pengurusan ijin usaha perdaganga n Pengetahuan tentang keterampila n tata boga, administrasi usaha, dan pengurusan ijin usaha
Sumber Dat a Ibu PKK
Indikator
Kriteria Keberhasilan
Instrumen
Pengetahuan Ibu PKK desa Sukadan a
Terjadi perubahan yang positif terhadap pengetahuan pengolahan bahan baku jambu mete menjadi produk olahan industri rumah tangga , pelatihan penyusunan pembukuan sederhana, dan pelatihan pengurusan ijin usaha perdagangan
-Praktek pengolahan produk berbahan baku jambu mete -praktek pelatihan penyusunan pembukuan sederhana -praktek prosedur atau tata cara pengurusan ijin perdagangan
Ibu PKK
Pengetahuan Ibu PKK desa Sukadan a
Terjadinya Pelatihan dan perubahan praktek yang positif langsung pengetahuan Ibu PKK tentang tata boga, administrasi usaha, dan pengurusan ijin usaha Tabel 01. Indikator Keberhasilan Program IbM Tani Mete.
Keseluruhan proses transfer iptek ini dilaksanakan dengan pola sosialisasi dan pelatihan terhadap Ibu PKK Sukadana yang meliputi: Tata Boga, Pembukuan, Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Ijin Usaha. Sosialisasi dan pelatihan ini juga disertai dengan pendampingan terhadap proses produksi, manajemen pembukuan, tata cara pengurusan ijin usaha, sehingga diharapkan kegiatan Kelompok Tani Mete yang menyasar penguasaan pengetahuan dan keterampilan Ibu PKK Sukadana ini dapat berjalan secara berkesinambungan dan meningkatkan perekonomian anggotanya.
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Kualifikasi Tim Pelaksana Kegiatan Beranjak dari visi dan misi Undiksha, pengembangan Undiksha diarahkan pada berbagai bidang salah satunya adalah bidang pengabdian kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan pasal 24 yang menyatakan bahwa otonomi oleh PT mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaran pendidikan, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Bidang pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi. Kebijakan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) Undiksha mengacu pada kebijakan akademik Undiksha 2007-2012 yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor Undiksha No. 281/H48/KP/2009 tentang Standar Akademik dan Kebijakan Universitas Pendidikan Ganesha. Kebijakan Akademik Undiksha menetapkan misi Bidang Pengabdian kepada Masyarakat adalah (1) meningkatkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilandasi oleh tanggungjawab dan kepedulian terhadap masyarakat luas, (2) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (3) mensosialisasikan dan menerapkan hasil-hasil penelitian untuk menyelesaikan masalah-masalah aktual serta faktual yang ada di masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan mengacu pada buku pedoman Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Nomor: 1496/H48IPP/2011. Tentang Panduan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2011. Buku Pedoman ini memuat aspek: kebijakan dasar, arah dan fokus pengabdian kepada masyarakat (tingkat PT, Fakultas dan Jurusan/Departemen), sifat pengabdian kepada masyarakat, bentuk kegiatan, kedudukan organisasi, sumber daya yang melibatkan dosen dan mahasiswa, dana dan fasilitas, rencana dan prosedur pengusulan dan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat secara kelembagaan. Sedangkan etika pengabdian kepada masyarakat, tata cara pendanaan pengabdian kepada masyarakat, termasuk sumber dana, pengelolaan dana dan keberlanjutan pendanaan mengacu kebijakan Dikti, dan Program Universitas Pendidikan Ganesha/Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha.
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) memiliki motivasi kuat dalam memberikan kontribusi psotif bagi masyarakat melalui berbagai pusat layanan yang dimilikinya, antara lain Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan Masyarakat, Pusat Layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat Layanan KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Jumlah kegiatan P2M dosen UNDISKHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230 judul yang didanai oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementerian terkait, dan 8 judul dibiayai institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Selama kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir, LPM berhasil melaksanakan berbagai kegiatan pengabdian dengan memberdayakan potensi stakeholder dan masyarakat sekitar. Berdasarkan data base LPM tahun 2011, terdapat 57 kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan pendanaan dari DIPA lembaga maupun dari DP2M Dikti dengan besaran dana Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.100.000.000,-. Berdasarkan capaian yang diperoleh LPM Undiksha dapat dikategorikan sebagai bentuk kinerja yang sangat membanggakan dan semakin termotivasi untuk meningkatkan kinerja LPM ke depannya. Mengacu dari standar kelayakan Perguruan Tinggi di atas, kami selaku tim dosen Undiksha berkeinginan mengajukan usul P2M untuk bisa melaksanakan Tri Darma Peguruan Tinggi di bidang Pengabdian pada daerah yang kami nilai rintisan untuk mendapatkan pembinaan dari segi pemberdayaan masyarakatnya sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka dan sekaligus memproduktifkan peran dalam hal diversifikasi pangan, sistem pemasaran dan sistem packing atau kemasan yang digunakan untuk menarik minat konsumen terhadap jenis produk yang ditawarkan. Berdasarkan pertimbangan aspek pemberdayaan, berikut kami sertakan kualifikasi akademis tim pengusul kegiatan IbM ini adalah dosen tetap pada Jurusan PPKn, PKK dan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha. Disamping sebagai pengajar di Jurusan dan Fakultas. Untuk menunjang kelancaran rancangan usulan pelaksananaan Program Ipteks Bagi Masyarakat ini, adapun tim yang tergabung sebagai pengusul adalah dosen tetap di Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) Singaraja, dengan bidang keahlian sebagai berikut:
1.
Jurusan PPKn, sebagai tim pengusul prodi hukum yang mengusulkan dimasukannya substansi hukum lingkungan ke dalam materi perkuliahan dengan orientasi penataan lingkungan terutama dalam hal konservasi alam dan diversifikasi produk pertanian; termasuk hukum administrasi negara dalam hal penataan tata ruang wilayah.
Sumber Data: foto dan profil Ketua Tim pengusul P2M Ibu Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd.,M.Hum., Jurusan PPKn, FIS, Undiksha (Mei 2012). Keterlibatan dalam kegiatan pengabdian yang diusulkan adalah sebagai putera daerah yang berkeinginan memberdayakan potensi lokal dari sektor jambu mete yang hanya bisa dinikmati hasilnya oleh warga secara umum menurut hasil penjualan biji gelondong saja, sehingga nilai finansial ekonomis yang berkisar lagi Rp.2000,- kalau diolah menjadi produk penganan hilang begitu saja dan itu tanpa disadari oleh warga masyarakat setempat karena keterbatasan manajemen humanistik bidang keterampilan dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk pengolahan. Jadi, di Banjar Dinas Karangsari, Desa Sukadana khususnya, berdasarkan observasi lapangan kami menilai selaku tim pengusul bahwa masyarakat desa setempat dikategorikan masih kental dengan sifat peasant, yaitu rasa enggan untuk menerima ideide baru-inovasi-inovasi baru, dan kesemuanya itu diidentifikasi disebabkan oleh minimnya sosialisasi dan pembinaan di bidang alih fungsi teknologi lahan melalui kegiatan penyuluhan (Dinas Pertanian dan atau Dinas Perkebunan) dan alih fungsi teknologi pangan untuk bidang garapan industri rumah tangga yang prospeknya berkesinambungan dengan kegiatan pembinaan (P2M Perguruan Tinggi).
2.
Jurusan PKK, sebagai staf ahli atau pakar dan tenaga penyuluh yang berkompeten di bidang pembinaan keterampilan mengolah bahan makanan dan minuman untuk industri rumah tangga terutama dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (P2M), foto berikut profil beliau dapat disimak berikut ini;
Sumber Data: foto dan profil Ibu Ni Wayan Sukerti, S.Pd.,M.Pd., Jurusan PKK (Tata Boga) Mei-2012 (Anggota Tim usul P2M Undiksha). Dalam mendukung kegiatan P2M yang diusulkan, kualifikasi akademik dan kompetensi yang menjadi basic keahlian yang dikuasai oleh tim dari Jurusan PKK, dalam kegiatan pengabdian diorientasikan pada pemberdayaan dari segi diversifikasi produk yang berbahan baku jambu mete sebagai komoditi olahan untuk diberdayakan. Pembinaan yang akan dilaksanaan dengan menyasar Ibu-Ibu rumah tangga untuk diberikan bekal keterampilan dalam mengolah jambu mete tersebut. Untuk mendukung kegiatan pengabdian ini Jurusan PKK memiliki Lab PKK dengan standar kelayakan hiegenies and sanitation yang dapat diproduktifkan dalam hal uji coba kelayakan pengembangan alih fungsi teknologi pangan sebelum target pembinaan dilaksanakan.
Sumber Data: Lab PKK, Tata Boga Universitas Pendidikan Ganesha, Mei 2012. Staf dosen PKK, juga nantinya akan memfasilitasi dengan mengadakan studi komparatif atau perbandingan hasil pengelolaan jambu mete yang sudah dilaksanakan di desa tetangga yaitu desa Muntig dengan diversifikasi produknya, dan sekaligus menjembatani untuk dapat terjalin sharring pengalaman dan pemahaman yang tujuannya adalah untuk produktifitas masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sehingga paradigma masyarakat sebagai petani mete tidak terpinggirkan oleh produk olahan diversifikasi yang selama ini dinilai mahal karena secara finansial jambu mete olahan hanya bisa dinikamati oleh kalangan berduit saja, tapi petani sendiri tidak bisa menikmati hasil panen mereka. Kesemuanya itu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pengelolaan karena swadaya dan swakarsa yang baru terlaksana di desa Sukadana adalah sifatnya personal dan baru melibatkan 10 tenaga kerja dengan teknik home industry dan itupun sifatnya pilihan yang betul-betul dinilai memiliki keahlian dibidang pembuatan kacang kapri mete. 3.
Jurusan Ekonomi, membantu dalam kegiatan diversifikasi produk, sistem pemanenan dan sistem packing atau kemasan yang sudah terperinci dengan menyusun marekting programme dari dimensi kajian ekonomi dan pemasaran. Bidang keahlian Jurusan Ekonomi yang secara spesifik foto dan profil tim dapat dilihat berikut ini:
Sumber Data: foto dan profil Ibu Luh Indrayani, S.Pd.,M.Pd., Jurusan Pendidikan Ekonomi, FIS, Mei-2012 (Anggota Tim usul P2M Undiksha). Beliau bergerak di bidang pemasaran dengan melaksanakan pembinaan dalam hal manajemen pembukuan, menjalin link dengan para pihak sehingga terbuka keran untuk publikasi produk kepada konsumen. Fokus pengabdian yang akan dilaksanakan adalah diversifikasi produk yang dihasilkan harus difasilitasi dengan standar mutu kelayakan yang bisa ditinjau dari sistem packing atau kemasannya dengan melihat standar sebagai berikut; Kacang Mete cap Gunung Agung, produksi: Subak Abian Bhuana Amertha, Banjar Karangasari,
Sukasada, Kubu
Karangasem;
masa kedaluwarsa
produk,
menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih juga dicantumkan dengan netto per/gram dan yang menjamin jenis produk yang ditawarkan aman untuk dikonsumsi adalah sudah terdaftar di BPOM, yaitu terdaftar: No. 230/51.07/1997 dari Depkes RI.sp. No: 0011/22.08/97.
4.2. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Kegiatan Dalam rangka kelancaran dan kesuksesan kegiatan pengabdian pada masyarakat Kelompok Tani Mete, maka dilaksanakanlah pembagian tugas sebagai berikut: 1. Ketua Tim Pelaksana, Ni Ketut Sari Adnyani,S.Pd.,M.Hum. secara umum akan bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan seluruh tahapan kegiatan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pelaporan
hasil pengabdian pada masyarakat. Dalam pelaksanaan sosialisasi, pelatihan dan pendampiangan proses produksi jambu mete sebagai produk olahan industri rumah tangga dalam kapasitasnya di bidang hukum bertugas memberikan transfer iptek dalam hal tata cara pengurusan surat ijin usaha perdagangan. 2. Anggota tim pelaksana, Ni Wayan Sukerti, S.Pd., M.Pd., dari Jurusan PKK sebagai staf ahli atau pakar dan tenaga penyuluh yang berkompeten di bidang pembinaan keterampilan mengolah bahan makanan dan minuman untuk industri rumah tangga berbahan baku jambu mete. 3. Anggota tim pelaksana, Luh Indrayani, S.Pd.,M.Pd. sebagai ahli Ekonomi memberikan manajemen pembukuan akan bertanggung jawab menyajikan materi dan pendampingan terhadap Kelompok Tani Mete yang diwakili oleh perwakilan Ibu PKK masing-masing dusun di banjar dinas Karangsari desa Sukadana dalam pengelolaan manajemen produksi yang baik dan benar. Demikian juga dalam hal pemasaran, akan dilakukan kegiatan diversifikasi produk, sistem pemanenan dan sistem packing atau kemasan yang sudah terperinci dengan menyusun marekting programme dari dimensi kajian ekonomi dan pemasaran.
BAB V HASIL YANG DICAPAI Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “IbM Kelompok Tani Mete” pada Kelompok Tani Subak Abian Bhuana Amertha yang menyasar Ibu PKK perwakilan masing-masing dusun di desa Sukadana sampai pada bulan Oktober 2013 yang telah dilaksanakan 75% program yaitu: sosialisasi dan pelatihan produksi olahan industri rumah tangga berbahan baku jambu mete, manajemen pembukuan produksi, dan pengurusan ijin usaha perdagangan. Hal yang masih berlangsung sampai saat ini adalah pendampingan kelompok dalam hal manajemen produksi dan pengurusan ijin usaha perdagangan.
5.1 Koordinasi Kegiatan P2M (Proses Administrasi dan Alur Birokrasi) Untuk menyukseskan penyelenggaraan program tidak terlepas dengan prosedur birokrasi yang dilakukan oleh tim pelaksana dari Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Langkah program yang tim pelaksana rancang diantaranya meliputi: (1) koordinasi, (2) pelaksanan, dan (3) evaluasi. Langkah awal yang tim pelaksana lakukan adalah rapat koordinasi tahap awal untuk merancang pertemuan dan koordinasi,dilanjutkan dengan rapat untu merancang pelaksanaan kegiatan tahap awal. Setelah kesepakatan waktu ditentukan untuk melakukan koordinasi dengan aparatur Pemerintah Desa Sukadana, Kecamatan Kubu. Proses administrasi yang tim pelaksana program harus penuhi yaitu meliputi, secara bertim sebelumnya berkoordinasi dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) untuk meminta surat pengantar kegiatan pengabdian dan surat perjalanan dinas resmi yang substansinya memuat Permohonan untuk Mengadakan Pengabdian Pada Masyarakat sesuai dengan rencana kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) dengan tema “Pelatihan Pembuatan Olahan Berbahan Baku Jambu Mete, Pelatihan Penyusunan Pembukuan Sederhana, Tata Cara Pengurusan Ijin Usaha Perdagangan”. Alur birokrasi pelaksanaan program dengan mendatangi langsung desa tujuan P2M dan bersilaturahmi dengan aparatur desa setempat. Adapun hasil koodinasi tim dengan birokrasi Pemerintahan
Desa
Sukadana,
diantaranya:
kesepakatan
jadwal
kegiatan,
tempat
penyelenggaraan, agenda kegiatan, termasuk pedataan peserta pelatihan dari masing-masing dusun di desa Sukadana dikoordinir oleh Bagian Kesejahteraan Masyarakat desa Sukadana,
yaitu Ibu Ni Luh Darta yang pada saat koordinasi mendampingi Bapak Kepala Desa Sukadana Bapak I Made Krani, S.Pd. Program yang kami rancang dan usulkan untuk diselenggarakan di desa Sukadana memperoleh apresiasi yang sangat luar biasa dari Pemerintah Desa setempat beserta jajarannya. Mengingat baru pertama kali desa Sukadana disasar kegiatan pengabdian dengan melibatkan warga masyarakat untuk mampu diberdayakan melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan dari pihak LPM UNDIKSHA. Secara langsung dengan penuh penghargaan dan penghormatan Kepala Desa beserta staf menyambut kami dengan tangan terbuka dan mengucapkan terima kasih kepada LPM UNDIKSHA karena sudah bersedia memfasilitasi warga
desa
Sukadana
dengan
penerjunan
staf
ahli
yang berkompeten
melalui
penyelenggaraan kegiatan P2M. Harapan dari output program P2M yang tim pelaksana selenggarakan dan dharmakan kepada warga masyarakat yang dalam hal ini diwakili oleh Ibu PKK desa Sukadana kecamatan Kubu kabupaten Karangasem.
Sumber: foto kegiatan koordinasi tempat, agenda kegiatan, dan peserta P2M dengan aparatur desa Sukadana, Senin 23 September 2013. 5.2 Pelaksanaan Kegiatan P2M Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh warga masyarakat desa Sukadana kecamatan Kubu dalam kaitannya dengan upaya pengembangan wawasan pengetahuan dan keterampilan pengolahan jambu mete menjadi hasil produksi rumah tangga, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan kepada Ibu PKK desa Sukadana yang akan mengolah hasil perkebunan jambu mete yang semula hasil pendapatan petani mete hanya terbatas pada penjualan biji glondong, dikembangkan melalui pembekalan wawasan pengetahuan dan keterampilan praktik tata boga, penyusunan pembukuan sederhana, dan tata cara pengurusan ijin usaha sehingga harapan
terakhir program Ibu PKK yang dilatihkan dapat diproduktifkan kinerjanya dalam usaha produksi rumahan yang sifatnya sambilan dengan mengolah hasil pertanian kebun jambu mete menjadi beraneka ragam jenis produk camilan yang sifatnya inovatif untuk membuka lapangan pekerjaan baru dalam menunjang pemasukan kebutuhan sehari-hari. Dipilihnya sasaran Ibu PKK, selain merupakan kelompok masyarakat yang rutinitasnya identik dengan keterlibatannya dalam proses pengembangan dan pemberdayaan kaum perempuan desa, juga merupakan masyarakat yang memiliki tingkat produktivitas mobilisasi yang tinggi dalam penyebar luasan informasi, terutama yang berkaitan dengan wawasan pengetahuan dan keterampilan yang Ibu PKK peroleh pada saat penyelenggaraan program P2M. P2M tahap I dilaksanakan pada bulan September tepatnya Senin, 30 September 2013 di Wantilan Banjar desa Sukadana kecamatan Kubu dengan mendatangkan tim pakar dari Undiksha Singraja dengan kualifikasi akademik, diantaranya
Tata Boga, Pendidikan Ekonomi, dan Hukum). Sedangkan dari pihak
kecamatan Kubu mendampingi dari pihak Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura untuk memberikan sosialisasi intensifikasi tanaman pangan. Adapun alur pelaksanaan program IbM ini dimulai dari, 1) Tahap persiapan, yang terdiri dari tahap : (a) penyiapan bahan administrasi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan sosialisasi, (b) melakukan koordinasi dengan Ibu PKK Desa Sukadana Kecamatan Kubu, (c) menyiapkan materi pelatihan, (d) menyiapkan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan target dan tujuan pelatihan, dan (e) menyiapkan jadwal sosialisasi menyesuaikan dengan perencanaan kegiatan yang telah terprogram,
2) tahap
pelaksanaan, yang terdiri dari : (a) melakukan sosialisasi pelatihan pengolahan bahan baku mete menjadi produk olahan; penyusnan pembukuan sederhana; tata cara pengurusan ijin usaha pada Ibu PKK di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, (b) diskusi terbatas mengenai pemahaman wawasan dan keterampilan yang sudah mampu peserta kuasai, dan 3) tahap evaluasi, yang terdiri dari (a) persentasi kesimpulan sosialiasi oleh tim pelaksana dan praktek pelatihan langsung bagi peserta, (b) refleksi berupa praktek dari pakar dengan uji coba program yang sudah dilatihkan, dan (c) memberikan penilain terhadap produk yang dihasilkan oleh peserta program IbM.
Foto: Pelaksanaan Program IbM Petani Mete dengan Memproduktifkan Peran Serta Ibu PKK Desa Sukadana, Senin, 30 September 2013.
5.3 Tahap Evaluasi Program Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjastifikasi tingkat keberhasilan kegiatan Setelah diberikan sosialisasi oleh tim pelaksana dari Undiksha Singaraja, Ibu PKK di Desa Sukadana Kecamatan Kubu dapat memahami dengan jelas materi sosialisasi dan pelatihan mengenai tata boga dalam hal mengolahan buah, biji, bahkan hasil perasan air jambu mete yang semula buah semunya tidak diketahui manfaatnya sekarang dapat diprakteknya menjadi beragam jenis olahan produk hasil karya Ibu PKK Sukadana yang telah dilakukan pendampingan dari pihak tim pelaksana IbM Petani Mete. Sosialisasi dan pelatihan pembukuan yang tim pelaksana selenggarakan bertujuan untuk menunjang tingkat pengetahuan dan wawasan Ibu PKK yang mayoritas adalah istri petani mete untuk bisa memiliki bekal manajemen usaha berupa pembukuan sederhana arus pengeluaran dan pemasukan apabila suatu saat mereka dapat merintis kegiatan usaha yang dikembangkan setelah mendapatkan sosialisasi dan pelatihan. Prosedur dan tata cara pengurusan ijin juga dilatihkan kepada Ibu PKK untuk memberikan bekal tentang
pengurusan ijin usaha baik yang sifatnya individu maupun kelompok dari Ibu PKK. Pengurusan ijin penting karena nantinya Ibu PKK dapat menggunakan SIUP yang dimiliki sebagai agunan simpan pinjam di LPD maupun BRI terdekat di tingkat Kecamatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil diskusi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim pelaksana IbM Undiksha, terhadap pengetahuan dan keterampilan peserta sosialisasi dan pelatihan. Berdasarkan evaluasi tindak lanjut yang dilakukan, ditemukan bahwa Ibu PKK di Desa Sukadana Kecamatan Kubu yang mengikuti pelaksanaan program memiliki pengetahuan yang konsisten mengenai keterampilan pengolahan makanan, keterampilan penyusunan pembukuan, dan keterampilan tentang tata cara pengurusan ijin usaha. Dengan demikian, sesuai dengan kriteria keberhasilan program, maka sosialisasi dan pelatihan ini akan dinilai berhasil apabila mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta yang dalam hal ini menyasar Ibu PKK. Berdasarkan hasil evaluasi tidak lanjut juga terekam, beberapa manfaat praktis yang diperoleh oleh Ibu PKK Desa Sukadana Kecamatan Kubu melalui sosialisasi dan Pelatihan Tata Boga, Pembukuan, Prosedur dan Tata Cara Pengurusan Ijin Usaha, yaitu: (1) mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat pemberdayaan masyarakat dari segi pengetahuan dan keterampilan, bermakna untuk penciptaan lapangan pekerjaan baru yang sifatnya inovatif dari pengembangan industri rumah tanggga dari Ibu PKK; (2)
Ibu PKK yang menjadi peserta pelatihan memperoleh
gambaran yang jelas mengenai
langkah pengembangan iklim usaha dengan
memanfaatkan komoditas jambu mete secara swadaya; (3) peserta pelatihan juga mendapatkan gambaran yang jelas dan utuh tentang manfaat hasil perkebunan jambu mete apabila dikelola dengan baik.
Sumber: Tahap Evaluasi Program dengan Pendampingan dari Tim Pelaksana dan Ketua LPM UNDIKSHA Rabu, 16 Oktober 2013.
5.4 Kendala dan Tindak Lanjut yang harus Dilakukan Kendala pelaksanaan program adalah sulitnya meminid waktu untuk pencapaian kesepakatan pelaksanaan kegiatan, karena umumnya peserta latihan terbentur dengan rutinitas pekerjaan harian yang menunjang perekonomian keluarga, maupun pelaksanaan kegiatan ritual adat-istiadat yang lumayan padat di desa Sukadana dalam kaitannya dengan paruman desa adat untuk penyelenggaraan ritual keagamaan sebagaimana layaknya masyarakat Hindu Bali pada umumnya. Jadi, untuk bisa mengkoordinir warga perlu koordinasi intensif dengan pihak kesra dan segenap jajarannya. Berkaitan dengan pengkondisian peserta program, walaupun dijumpai kendala masalah waktu selama tim pelaksana program mampu mengatasinya dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan Kepala Desa Sukadana, staf Kesra desa Sukadana, dan segenap jajaran terkait termasuk Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kecamatan Kubu yang pada saat tahap evaluasi kegiatan memfasilitasi tim pelaksana dari segi tempat yang berupa aula Dinas Pertanian untuk dimanfaatkan sebagai tempat uji coba untuk melakukan praktek evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan. Untuk Evaluasi hasil produk telah mampu dibuat secara mandiri oleh warga olahan industri rumah tangga berbahan baku mete dengan pendampingan dari tim pelaksana
program. Untuk manajemen pembukuan sudah jalan dan untuk pengurusan ijin usaha selama ini masih dalam proses menunggu kegiatan usaha tersebut dikembangkan menjadi kegiatan usaha mandiri maupun berkelompok. Jadi, baik manajemen pembukuan maupun ijin usaha pada tahapan pelaksanaan program juga sudah terealisasi namun perlu evaluasi pada program tahap lanjutan karena harus menunggu jenis usaha yang akan dikelola oleh warga tentunya yang mendasarkan pada pengembangan usaha industri rumah tangga berbasis pemberdayaan jambu mete. Pelaksanaan studi komparatif telah dilakukan untuk mengukur kinerja program dengan tingkat ketercapaian hasil sasaran dari peserta. Hasil perbandingan tampak sekali bahwa desa muntig lebih produktif warganya dalam mengelola hasil jambu mete dibandingkan dengan desa Sukadana yang baru sifanya rintisan sehingga program pendampingan berupa sosialisasi dan pelatihan IbM Petani mete sangat tepat menyasar kebutuhan warga desa Sukadana kecamatan Kubu. Tindak lanjut yang harus dilakukan adalah tetap melakukan koordinasi dan pemantauan mengenai perkembangan hasil pelatihan yang telah dikembangkan warga, dan sewaktuwaktu tim pelaksana akan melakukan peninjauan ke lapangan untuk mengukur tingkat ketercapaian program yang telah terlaksana. Koordinasinya tetap melibatkan kerjasama antara LPM, tim pelaksana IbM Petani Mete, Pemerintah Desa Sukadana dan Dinas Pertanian termasuk berbagi pengalaman dari petani mete yang dinilai sukses mengelola usaha dengan bahan dasar olahan Jambu Mete.
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Program Lanjutan yang Mesti Dilakukan Program lanjutan yang diusulkan sebagai perpanjangan dari program IbM rintisan tahun 2013 adalah Program Lanjutan yang dapat memfasilitasi dari pengembangan usaha dan pegurusan ijin serta jangkauan pemasaran. Beberapa hal tadi di atas, masih belum mampu direalisasikan di desa Sukadana karena sulitan mengkoordinir warga masyarakat untuk menciptakan kesolidan dalam kerja tim. Gambaran sosial kemasyarakatan seperti itu, dinilai wajar karena ini merupakan program rintisan yang masih harus banyak melakukan koreksi ataupun pembenahan. Termasuk dalam melakukan pendampingan terhadap warga harus secara bertahap dan tidak bisa instan. Mengingat pengetahuan dan keterampilan mereka masih sangat tradisional dan belum sama sekali tersentuh program pengabdian. Ini menjadi dasar dari Pemerintah Desa Sukadana untuk mengajukan proposal agar terselenggara kegiatan pengabdian namun proposal yang pihak desa Sukadana layangkan tidak mendapatkan respon dari pihak terkait. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Sukadana dengan segenap jajarannya berterima kasih kepada LPM UNDIKSHA dan Tim Pelaksana karena telah mampu menjembatani mereka agar dapat diselenggarakan program pengabdian yang melibatkan masyarakat serta memberdayakan mereka sehingga hasilnya masyarakat dapat dipoduktifkan untuk dapat meningkatkan pemenuhan taraf kesejahteraan masing-masing.
6.2 Rencana Tahap Belikutnya Rencana tahapan berikutnya yang akan dilaksanakan dalam program pengabdian kepada masyarakat “IbM Kelompok Tani Mete” pada kelompok PKK adalah kegiatan pendampingan dan evaluasi yang meliputi: 1. Pendampingan produksi olahan jambu mete dalam wujud produk industri rumah tangga sehingga didapatkan standar mutu baik kualitas maupun kuantitas yang standar dan bermutu dari produk. 2. Pendampingan manajemen pembukuan dalam produksi sehingga terdapat tertib administrasi pembukuan dan keuangan kelompok yang diharapkan mampu menjadikan kelompok dapat mengelola keuangan dengan baik, serta terus berkembang kearah yang lebih baik.
3. Pendampingan pengurusan ijin usaha perdagangan dari kelompok Ibu PKK sampai mendapatkan ijin usaha sehingga dapat dimanfaatkan oleh kelompok sebagai agunan pinjaman di LPD dan BRI di wilayah setempat. 4. Evaluasi program untuk melihat seberapa jauh program ini bermanfaat bagi Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha dengan menyasar pemberdayaan Ibu PKK di desa Sukadana. Diharapkan ke empat hal tersebut dapat dilaksanakan dalam sisa waktu pelaksanaan program pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan pada Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha yang menyasar aspek pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan Ibu PKK desa Sukadana.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat “IbM Kelompok Tani Mete” di Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha, yang menyasar pemberdayaan dari Ibu PKK Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, adalah: 1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada masyarakat memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari pelatihan dan pendampingan tata boga berbahan baku jambu mete , manajemen produksi, dan tata cara pengurusan ijin usaha perdagangan dapat berjalan dengan baik 2. Pelaksanaan program mampu menghasilakan luaran-luaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat ini, kecuali surat ijin usaha perdagangan “kelompok PKK” masih harus diurus karena jenis usaha kelompok yang akan dikelola masih dalam taraf rintisan untuk dikembangkan sehingga perlu tahapan-tahapan administrasi melalui proses pendaftaran yang harus dipenuhi dan disepakati secara kolektif antar pengurus terlebih dahulu. Termasuk marketing pogramme terkait jenis produk yang ditawarkan di pasar belum disepakati oleh kelompok mengenai varian produk dari olahan berbasis industri rumah tangga yang akan dikelola dan dipasarkan.
7.2. Saran Tingginya kreatifitas kelompok PKK dalam memproduksi produk-produk kreatif diharapkan mendapatkan perhatian khusus, sehingga menjadi keberlanjutan program dari kegiatan “IbM Kelompok Tani Mete” yang saat ini hanya sampai pada produksi bahan olahan jambu mete, untuk standarisasi kemasan dan jangkauan tingkat pemasaran masih menunggu koordinasi pendiran usaha yang akan disepakati oleh Ibu PKK desa Sukadana kecamatan Kubu kabupaten Karangasem secara lebih lanjut. Berdasarkan transfer iptek yang telah dilaksanakan pada Ibu PKK di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, ada beberapa saran yang layak dipertimbangkan, yaitu : 1. Bagi Ibu PKK sebagai informan kunci penyebarluasan informasi di desa Sukadana, hendaknya mempu memberdayakan hasil pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari kegiatan P2M bagi masyarakat tentang pemberdayaan untuk pengolahan komoditi jambu mete sebagai bahan baku jenis produk industri rumahan yang bisa dikombinasikan
hasilnya dengan berbagai macam varian produk yang menjadi karakteristik usaha unggulan dari Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha yang terwadahi oleh Ibu PKK desa Sukadana. 2. Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini Pemerintah Desa Sukadana, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kecamatan Kubu termasuk Mitra perintis I Gede Lasem diharapkan dapat memberikan dukungan kemudahan kebijakan dan berbagi pengalaman dari segi wawasan pengetahuan yang ditransfer ke Ibu PKK guna menyukseskan rintisan program usaha industri rumah tangga yang akan digagas secara kolektif tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar dan Siregar. 1993. Memahami Kelembagaan Asuransi Pertanian dalam Kegiatan Agrobisnis. Makalah Seminar. Bogor: IPB. Ambler, J.S.1992. Dinamika Irigasi Petani di Indonesia, Dinamika Kelembagaan Petani. Jakarta: LP3ES. Azwar, Saefudin. 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dassman, Raymon.1980. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan, Terjemahan Idjah Soemarwoto. Jakarta: Gramedia. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem. 2010. Evaluasi Pola Tanam Lahan Sawah di Kabupaten Karangasem. __________.2010. Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Tahun 2010. Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: Enesco. Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius. Hidayah Nurulia. 2007. Analisis Usaha dan Pemasaran Susu Peternak Mandiri Anggota Koperasi Susu Warga Mulya di Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ekonomi Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian, UGM. Karama dan Abdurrachman. 1995. Kebijakan Nasional dalam Penanganan Lahan Kritis di Indonesia. Yogyakarta: Prosiding Seminar Rekayasa Teknologi Konservasi. BPTP Yogyakarta. Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Kurniasih Dian. 2006. Pengaruh Daya Dukung Lahan dan Faktor Sosial Ekonomi terhadap Perilaku Petani dalam Konservasi Lahan Pertanian di Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta: Program Studi Ekonomi Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian, UGM. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. Cetakan III. Jakarta: LP3ES. Muhadjir, N. 1993. Kepemimpinan Adopsi Inovasi untuk Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: Rake Press. Notohadiprawiro. 1998. Konservasi Sumber Daya Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. Setiawan, W. A. 2005. Prospek dan Pertanian Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: PT.Agricon. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali. Soekartawati, 1989. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia. Soemarwoto, Otto. 1985. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Suriaatmadja, Nursid. 1989. Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni. Taufik, Muhammad. 2001. Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Gunung Kidul. Jurnal Hutan Rakyat Volume III No.3 halaman 37-47. Winarno,dkk; 1980. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta: PT. Gramedia.
Lampiran 01. Tata Cara Pembuatan SIUP SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) SIUP merupakan salah satu dokumen yang diperlukan dan diwajibkan bagi orang per orang maupun badan usaha yang akan mendirikan usaha perdagangan. Pemegang SIUP tidak harus selalu pedagang dengan skala besar yang melayani perdagangan lintas negara dan sejenisnya, pedagang regional dalam skala kecil pun sebaiknya memiliki SIUP. Tujuan pembuatan SIUP adalah untuk mendapatkan legalisasi dari pihak yang terkait sehingga bisa mencegah adanya kemungkinan masalah dikemudian hari. Manfaat SIUP 1. sebagai syarat legalisasi yang diminta pemerintah 2. mendukung kegiatan ekspor – impor yang dijalankan 3. syarat untuk bisa mengikuti lelang legal Jenis SIUP SIUP bisa dikelompokan dalam tiga kategori berdasarkan besar – kecilnya modal yang digunakan dalam pendirian usaha, diantaranya adalah : SIUP Besar untuk perusahaan yang besar modalnya di atas Rp 500.000.000 SIUP Menengah untuk perusahaan dengan kisaran modal antara Rp 200.000.000 – Rp 500.000.000 besarnya modal tersebut tidak termasuk tanah atau tempat usaha SIUP Kecil untuk modal dan kekayaan bersih pemohon mencapai Rp 200.000.000 Dokumen yang Diperlukan dalam Pembuatan SIUP Secara umum, dokumen yang diperlukan untuk memperoleh SIUP, baik untuk perusahaan terbatas (PT), koperasi maupun CV (sejenisnya) adalah sebagai berikut : fotokopi akte penrdirian usaha yang disahkan oleh pihak terkait cash flow (neraca perusahaan) fotokopi SITU daerah domisili fotokopi KTP dari pihak yang bertanggung jawab fotokopi NPWP Surai Izin Gangguan/HO materai Rp6.000 Beberapa dokumen lainnya juag diperlukan, dokumen pendukung yang diminta umumnya sesuai dengan jenis usaha yang didirikan. Prosedur Mengurus SIUP 1. pemilik atau penangguang jawab datang ke kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat 2. mengambil dan mengisi formulir yang disediakan dan melengkapinya dengan dokumen yang diperlukan 3. membayar biaya yang ditentukan Pengertian, Tujuan, Fungsi, Manfaat, Bentuk, Prosedur, Cara membuat SIUP, Formulir dalam Bidanga Kewirausahaan BAB I I. Pengertian SIUP Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh
SIUP yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. A. SIUP terdiri atas kategori sebagai berikut : (1) SIUP Kecil wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (2) SIUP Menengah wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (3) SIUP Besar wajib dimiliki oleh perusahaan perdagangan yang kekayaan bersihnya lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. B. Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah • Cabang/perwakilan perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan Mempergunakan SIUP perusahaan pusat. o Perusahaan kecil perorangan yang memenuhi ketentuan sebagai berikut : ü Tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan, dan Diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarganya/kerabat terdekat • Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima. II. Fungsi SIUP Siup dapat di artikan dalam 4 hal yakni : 1. Untuk pengajuan pinjaman melalui CSR BUMN 2. Pengajuan pinjaman bank lebih dari 50 Jt 3. Bantuan modal/ alat dari Negara Cara membuat SIUP Perorangan : 1. Datang ke pemkot/ pemkab ke bagian perijinan. 2. Mengurus SIUP, TDP, HO secara bersama. 3. Biaya akan ditentukan oleh besar usaha, luas lahan, jenis jalan tempat usaha, jumlah mesin, jumlah karyawan, dll. Perkiraan biaya SIUP Perorangan : 1. Rp 500 Rb - 1 Jt. Syarat SIUP Perorangan : a) FC sertifikat b) FC IMB / Perjanjian sewa menyewa c) FC PBB d) FC NPWP e) FCKTP III. Manfaat SIUP Manfaat SIUP untuk memudahkan masyarakat meminjam dana ke bank maupun lembaga keuangan resmi lainnya.
IV. Bentuk SIUP
Contoh SIUP Besar Ada beberapa jenis perijinan usaha, antara lain berdasarkan klasifikasi besarnya usaha yaitu Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). SIUP terdiri dari: SIUP Kecil, SIUP Menengah, SIUP Besar; dan SIUP Mikro kepada Perusahaan Perdagangan Mikro.
V. Cara membuat SIUP Cara Membuat SIUP sebagai berikut : · Siapkan Fc Direktur Utama. · Siapkan Fc Akta Pendirian Perusahaan beserta SK Menhum dan HAM RI. · Siapkan Fc NPWP Perusahaan. · Siapkan Fc SKDP · Buat Surat Permohonan Pembuatan SIUP ke Kepala Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan di Wilayah Perusahaan anda masing-masing. o Contoh Jakarta : - Kepala Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Barat. - Kepala Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Pusat. - dst. . Pas foto berwarna Direktur Utama ukuran 4×6 sebanyak 6 lembar. . Selanjutnya ikuti prosedur pengurusan SIUP yang berlaku. “Setelah semua persyaratan diatas terpenuhi, silahkan anda mengunjungi loket pendaftaran pembuatan SIUP / membuat Surat Ijin Usaha Perdagangan, lalu isi Formulir dan lampirkan persyaratan sebagaimana tersebut diatas.”
BAB II 1.Perseroan Terbatas (PT) : Fotokopi akte okumes pendirian perusahaan. Fotokopi SK Pengesahan badan okum dari Menteri Kehakiman dan HAM. Fotokopi KTP pemilik/Direktur Utama/penanggungjawab perusahaan. Fotokopi NPWP perusahaan. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan(HO). Neraca perusahaan. 2. Koperasi : Fotokopi akte pendirian koperasi yang telah disahkan instansi yang berwenang. Fotokopi KTP pimpinan/penanggungjawab koperasi. Fotokopi NPWP perusahaan. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO); Neraca perusahaan.
3.Perusahaan Persekutuan : Fotokopi akte otaries pendirian perusahaan/akte otaries yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri; Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan; Fotokopi NPWP perusahaan; Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO); Neraca perusahaan.
4.Perusahaan Perorangan : Fotokopi KTP pemilik/penanggungjawab perusahaan;
Fotokopi NPWP perusahaan; Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO); Neraca perusahaan. 5. Cabang/Perwakilan Perusahaan : Fotokopi SIUP Perusahaan Pusat yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang menerbitkan SIUP tersebut. Fotokopi akte notaris atau bukti lainnya tentang pembukaan kantor cabang perusahaan. Fotokopi KTP penanggungjawab kantor cabang perusahaan di tempat kedudukan kantor cabang bersangkutan. Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (kantor pusat). Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO). BAB III Perusahaan Yang Ditunjuk Sebagai Perwakilan Perusahaan Fotokopi SIUP dan TDP perusahaan yang menunjuk; Fotokopi SIUP dan TDP perusahaan yang ditunjuk; Salinan/fotokopi akte penunjukan perwakilan atau surat tentang penunjukan perwakilan; Fotokopi KTP penanggungjawab perusahaan; Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO). Waktu Pengurusan Dan Masa Belaku SIUP dikeluarkan dalam waktu 5 hari kerja setelah Form Surat Permohonan (SP)-SIUP Model A diterima secara lengkap dan benar. Masa berlaku SIUP adalah selama perusahaan bersangkutan masih melakukan kegiatan perdagangan. BAB IV Persyaratan Izin Usaha Perdagangan : 1. Photo copy KTP pemohonan 2. Photo copy KTP Direksi 3. Photo copy NPWP 4. Photo copy Akte Pendirian Perusahaan 5. Photo copy Persetujuan Prinsip 6. Photo copy Izin Lokasi 7. Photo copy IMB 8. Photo copy SITU 9. Photo copy UKL/UPL atau SPPL 10.Pas poto 3 x 4 sebanyak 2 buah 11.Photo copy Neraca perusahaan 12.Photo copy Bukti Pembelian mesin 13. Photo copy Formulir model Pm II BAB V 1.Prosedur Permohonan Siup Perusahaan mengambil formulir, mengisi dan mengajukan permohonan SIUP beserta persyaratannya melalui Kantor Dinas Perindustrian & Perdagangan Kota/Wilayah sesuai domisili perusahaan untuk permohonan SIUP Menengah dan SIUP Kecil.
Sedangkan untuk permohonan SIUP-BESAR diajukan melalui Kanwil Perindustrian dan Perdagangan Kota/Propinsi sesuai domisili perusahaan. A. Pendiri Perseroan o Anda harus menetapkan Nama Para Pendiri Perseroan dengan ketentuan seperti dibawah ini. o Jumlah Pendiri minimal 2 (dua) orang. o Pendiri harus Warga Negara Indonesia kecuali pendirian PT yang dimaksud adalah dalam rangka fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA). o Para pendiri pada saat perseroan ini didirikan yaitu saat Pembuatan Akta Pendirian PT harus menjadi Pemegang Saham didalam Perseroan. o Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai Direktur atau Komisaris dan jika Anggota Direktur atau Komisaris lebih dari satu orang maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau Komisaris Utama. B. Nama Perseroan Terbatas Anda harus menetapkan Nama dan Tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan usaha seperti dibawah: o Mengingat pemakaian PT tidak boleh sama atau mirip sekali dengan Nama o PT yang sudah ada maka yang perlu siapkan adalah 2 atau 3 pilihan nama PT, usahakan nama PT mencerminkan kegiatan usaha anda. o Sebelum akta dibuat Notaris akan melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui Nama PT tersebut bisa gunakan atau tidak. Jika bisa sebaiknya anda langsung melakukan pemesanan untuk menghindari nama tersebut akan digunakan oleh pihak lain. o Pemakaian nama Perseroan Terbatas diatur oleh Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Kedudukan perseroan harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan menyebutkan nama Kota dimana perseroan melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor Pusat. A. Jenis-jenis Izin Usaha Beberapa jenis izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menyangkut izin usaha perdagangan, yaitu: 1. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) Merupakan surat izin yang diberikan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan usaha dibidang perdagangan dan jasa. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) diberikan kepada para pengusaha, baik perseorangan, firma, CV, PT, koperasi, maupun BUMN. Kewajiban pemegang SIUP yaitu melaporkan kepada kepala kantor wilayah Departemen Perdagangan dan Industri atau kantor Departemen Perdagangan yang menerbitkan SIUP apabila perusahaan tidak melakukan lagi kegiatan perdagangan atau menutup perusahaan disertai dengan pembelian SIUP. 2. SITU (Surat Izin Tempat Usaha) Setiap perusahaan yang ada perlu dan harus mengurus SITU, demi keamanan dan kelancaran usahanya. SITU dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten atau Kotamadya sepanjang ketentuan-ketentuan Undang-Undang Gangguan mewajibkannya. Dalam menjalankan perusahaan, pengusaha yang bersangkutan wajib menaati syarat-syarat antara lain: a.Keamanan b.Kesehatan c. Ketertiban d.Syarat-syarat lain (mengutamakan tenaga kerja dari sekitarnya dan menjaga keindahan lingkungan, serta penghijauan)
3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Setiap pribadi yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan badan usaha wajib atau harus mendaftarkan diri sebagai wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak setempat dan akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Terhadap para wajib pajak yang tidak mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak dan mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor X Tahun 2000, yaitu sebagai berikut: "Barang siapa dengan sengaja tidak mendaftarkan dirinya atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga tahun dan atau denda setinggi-tingginya empat kali jumlah pajak yang terutang atau yang kurang atau yang tidak dibayar." 4. NRP (Nomor Register Perusahaan) atau TDP (Tanda Daftar Perusahaan) Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan diwajibkan mendaftarkan ke kantor pendaftaran perusahaan, yaitu di Kantor Departemen Perdagangan setempat. NRP (Nomor Register Perusahaan) disebut juga TDP. NRP/TDP wajib dipasang di tempat yang mudah dilihat oleh umum. Nomor NRP/TDP wajib dicantumkan pada papan nama perusahaan dan dokumen-dokumen yang dipergunakan dalam kegiatan usaha. 5.AMDAL (Analisis Mengenal Dampak Lingkungan AMDAL adalah suatu hasil studi yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah, dipandang dari beberapa sudut pandang ilmu pengetahuan, yang merupakan dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam suatu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Dokumentasi Transfer Iptek kepada Mitra Senin, 30 September 2013
Lampiran 02. Transfer Iptek Tata Boga dengan Olahan Berbahan Baku Jambu Mete
Resep Cara Membuat Kacang Mete Goreng Gurih Asin Renyah Bagi sebagian wanita, memasak merupakan kebutuhan wajib dan menjadi hobi. Apapun akan dilakukannya untuk menuruti hobi memasaknya. Pada kesempatan kali ini Kegiatan P2M yang diselenggarakan oleh UNDIKSHA melalui tenaga ahli dari jurusan PKK akan mengajak Ibu-Ibu PKK untuk berperan serta dalam kegiatan pengolahan komoditi jambu mete yang merupakan penghasilan potensial perkebunan petani di desa Sukadana. Agenda kegiatan, staf jurusan PKK yang dikoordinir oleh Ibu Wayan Sukerti, S.Pd.,M.Pd. akan mengulas tentang Cara Goreng Kacang Mete dengan memproduktifkan peran serta Ibu PKK di Desa Sukadana dalam kegiatan pengolahan cara menggoreng kacang goreng renyah dan gurih. Bahan 1 kg kacang mete mentah Bahan Bumbu 3 siung bawang putih, parut 2 sdt garam 1 sdt gula pasir 50 ml air minyak secukupnya untuk menggoreng Cara Membuat kacang mete goreng : 1. Campur bawang putih, garam, gula pasir dan air, aduk bumbu sampai rata. 2. Campurkan kacang mete ke dalam bumbu dan aduk hingga rata. Lalu diamkan supaya mengendap selama 1 jam agar bumbu meresap kedalam kacang mete. 3. Tiriskan kacang mete dari air dan bumbu. 5. Goreng kacang mete secara bertahap ke dalam minyak yang telah dipanaskan terlebih dahulu usahakan api tidak besar supaya kacang mete matang dan kering hingga berwarna kuning kecokelatan. 6. Angkat dan tiriskan sampai minyak tidak terdapat di kacang mete kemudian dinginkan sebelum dimasukkan kedalam stoples.
OLAHAN BUAH SEMU JAMBU METE MENJADI ABON METE
Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat, apabila terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap,sedangkan daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar. Buah jambu mete terdiri dari biji(kacang) mete dan buah semu jambu mete. Biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi, sedangkan buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah abon dan selai. Berikut aneka olahan buah semu jambu mete. Sari buah Alat Untuk membuat sari buah jambu mete diperlukan beberapa alat yaitu : - Baskom - Pisau - Kompor - Saringan - Blender - Botol Bahan Bahan yang harus disiapkan antara lain : - Buah semu jambu mete 1 kg (25, 30 buah) - Larutan Garam dapur (NaCl) 2 % (20 gram garam dalam 1liter air) - Gula pasir 650-700 gram - Asam sitrat 3 gram( ± 1 sendok teh) atau sari jeruk nipis (4 buah) Cara Pengolahan : 1. Buah semu jambu mete dicuci bersih 2. Buah dibelah 4 bagian, direndam dalam larutan garam dapur 2 % selama 4 jam 3. Diangkat, dicuci dengan air lalu ditiriskan. 4. Kukus 20 menit dan dibiarkan sampai dingin. 5. Buah dipres /diblender . 6. Cairan sari buah ditampung di wadah dan disaring dengan kain/saringan plastik 7. Tambahkan gula pasir 650 - 700 gram dan serbuk asam sitrat 3 gram (atau sari buah jeruk nipis 4 butir). 8. Panaskan sambil diaduk 15 - 20 menit lalu disaring 9. Masukkan sirup ke dalam botol lalu ditutup rapat
10.Dipasteurisasi (dipanaskan suhu 60 - 70 ºC selama 30 menit) Sisa ampas dari pengepresan masih dapat diolah lebih lanjut menjadi abon Abon Jambu Mete Alat Untuk membuat abon jambu mete diperlukan beberapa alat yaitu : - Baskom - blender - Kompor - kemasan plastik - Wajan Bahan Bahan yang harus disiapkan antara lain : - Ampas pengepresan buah semu jambu mete 1 kg - Daging ayam/sapi dicincang/disuwir 350 gram - Bawang goreng 150 gram - Gula pasir/merah secukupnya - Garam secukupnya - Bumbu (bawang putih, merica) secukupnya - Santan kental 1 gelas - Minyak goreng untuk menumis secukupnya Cara pembuatan : 1. Semua bumbu diblender 2. Ampas diblender 3. Tumis bumbu sampai harum, masukkan santan dan aduk sampai mendidih 4. Ampas dimasukkan diaduk 5. Masukkan daging dan dimasak sampai kering, 6. Masukan bawang goreng 7. Setelah dingin dikemas dalam plastik Selai Jambu Mete Alat Untuk membuat selai jambu mete diperlukan beberapa alat yaitu : - Baskom - kompor - Blender - pisau Bahan Bahan yang harus disiapkan antara lain : - Buah semu jambu mete masak segar 1 kg - Larutan Garam dapur (NaCl) 2 % (20 gr dalam 1 liter air) - Gula pasir 500 gram - Asam sitrat 1 sendok the - Vanili 1 bungkus - Pewarna makanan(jika diinginkan, sesuai selera) Cara pengolahan : 1. Buah semu jambu mete dicuci bersih 2. Buah dibelah 4 bagian, direndam dalam larutan garam dapur 2 % selama 4 jam 3. Diangkat, dicuci dengan air lalu ditiriskan.
4. Kukus 20 menit dan dibiarkan sampai dingin lalu di blender 5. Tambahkan gula pasir 500 gram (jambu : gula pasir = 2 :1), Vanili dan asam sitrat 3 gram 6. Panaskan sambil diaduk sampai kental 7. Setelah dingin dimasukan dalam wadah/kemasan Sumber : BPTP Jawa Tengah Daftar Pustaka Kementrian Pertanian Republik Indonesia epetani.deptan.go.id. Selvia. copyright © 20102013 epetani. Jambu Mete Unggulan Paska Panen. Jateng: Budidaya Jambu Mete. ANEKA RESEP :
KacangMentePedasManis Bahan : Mente 500 gr Telurayam 3 butir Tepungterigu 250 gr Minyakgoreng 750 ml
Bumbu : Daunjerukpurutkering 4 lbr, tumbukhalus Sauscabai 3 sdm Bawangputih 5 siung, cincang Garam 1 sdt Gulapasir 100 gr Kaldububuk 1 sdt
Cara membuat : Sangraimentediatasapikecilselama 10 menit, angkat& dinginkan Kocoktelurdansemuabahanhunggagulalarut. Masukkanmentedan 4 sdmterigu, adukhinggatercampur rata. Tuangsisaterigukenampan. Sendokkanmente, lalubalurdenganteriguhinggamerata.Gorengmentehinggakuningkecoklatan. 5. Angkat&tiriskan. 1. 2. 3. 4.
RESEP ABON JAMBU MENTE
Bahan : 2 kg jambu mete yang sudahmatang (20-30 biji) 2 liter air 1 sdmgaram 3 lembardaunsalam 1 bungkusmasako 100 cc air kaldu/ santan
3 sdmgulapasir Minyakgorenguntukmenumis
Bumbuhalus : 5 siungbawangmerah 7 siungbawangputih 1 sdmmerica 1 sdmketumbar Garamberyodiumsecukupnya Vetsinsecukupnya 1 ibujarijahe 5 mataasamjawa 5 lembardaunjerukpurut Lengkuas (dimemarkan) Cara membuat: buahjambu mete yang telahdiambilbijinya, direndamlarutangaram (2 liter air ditambahkangaram) perendamandilakukanselama 1 malamkemudiandikukusdandiperas jambu mete yang sudahdiperas, dicucidandisuiruirmenggunakangarpu setelahitudigorengsampaiberwarnakuning selanjutnyatumisbumbu yang telahdihaluskan. asukkanjugadaunjeruk, lengkuas, daunsalamdanmasako masukkan air kaldu/santan, guladanbumbu yang sudahditumistadi. asak sampaimengentaldanmasukkandagingjambu mete yang sudahdigoreng kemudiandiaduksampaikering setelahkering, diangkatdanditiriskan agar benarenarkering (tidakbasaholeh minyak) selanjutnyaabonjambu mete siapdihidangkan Resep Kue Kering PUTRI SALJU KACANG MENTE BAHAN : 100 gr Margarin 75 gr Mentega 100 gr Gula halus 200 gr Tepung terigu protein rendah 50 gr Tepung maizena 25 gr Susu bubuk 2 bt Kuning telur ½ sdt Vanilli ½ sdt Baking powder 100 gr Kacang mente, sangrai dan cincang halus Gula halus / gula mint, untuk taburan CARA MEMBUAT : ~ Kocok margarine, mentega dan gula halus hingga lembut, tambahkan kuning telur, kocok lagi hingga rata. ~ Masukkan tepung terigu, tepung maizena, susu bubuk, baking powder, vanilli dan kacang mente, aduk hingga rata. ~ Bentuk adonan seperti bulan sabit atau sesuai selera.
~ Letakkan adonan diatas loyang, panggang dalam oven hingga matang. Angkat. ~ Gulingkan kukis kedalam gula halus hingga rata. ~ Putri Salju Kacang Mente siap untuk disajikan.
Pengolahan Sirup Buah Jambu Mete Buah semu jambu mete dapat diolah menjadi aneka produk minuman segar, misalnya sari buah, anggur jambu mete, minuman beralkohol, sirup buah, limunade (minuman ber CO2), cuka makanan, selai atau jelly, jam, manisan, acar, lauk pauk (abon, pepesan, sayur), sambal dan lain-lain (Cahyono, 2001). Sedangkan ampasnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak atau kompos. Sirup buah semu jambu bermanfaat sebagai sajian minuman segar yang cukup mangandung vitamin C . Langkah pembuatan sirup buah jambu mete secara ringkas ditunjukkan dalam diagram alur berikut.
Dokumentasi Kegiatan Transfer Iptek ke Mitra Tahap Evaluasi Program Rabu, 16 Oktober 2013:
Lampiran 03. Manajemen Produksi TINJAUAN UMUM Menurut Harahap ( 2011 : 205 ) laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi keuangan. sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) N0.1 dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya : a) Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. b) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum menggambarkan pengaruh kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. c) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Tujuan laporan keuangan ini diadopsi dari IASC.
1. Laporan Keuangan Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Suatu laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Menurut Hery (2012:3), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Juminang (2008:2) menyatakan, Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang berkempentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak – pihak yang berkempentingan tersebut diantaranya manajemen, pemilik, kreditor, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum. Sedangkan Haryono Jusup (2005:11) menyatakan,
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi. Dalam definisi ini disebutkan bahwa akuntansi merupakan suatu proses yang meliputi (1) pencatatan, (2) penggolongan, (3) peringkasan, (4) pelaporan, dan (5) penganalisisan data keuangan dari suatu organisasi. Kegiatan pencatatan dan penggolongan adalah proses yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan. Sedangkan kegiatan pelaporan dan penganalisisan biasanya hanya dilakukan pada waktu tertentu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.
2. Tujuan Laporan Keuangan Laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan, terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir seluruh data akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan dan bahkan harus dapat menginterpretasikan serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2004:25) menyatakan, “ Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewerdship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan pada mereka” . Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan kepada pemakai informasi keuangan untuk mengetahui posisi, kinerja dan perubahan posisi keuangan perusahaan serta digunakan dalam pengambilan keputusan. 3. Komponen Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keungan (2004), menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari: (1) Neraca, (2) laporan Laba-rugi, (3) Laporan Perubahan Modal, (4) Laporan Arus Kas dan (5) Catatan atas laporan keuangan. a) Neraca Neraca atau sering disebut juga laporan posisi keuangan. Menurut AL Haryono Jusuf (2001:21) neraca adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Neraca dibuat dengan maksud untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada saat tertentu. Komponen neraca antara lain: Aktiva (asset) yang terdiri atas akitva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. Kewajiban (liability) yang terdiri atas kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Modal yang terdiri dari Modal setor dan Laba yang ditahan. b) Laporan Laba rugi Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menunjukan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dengan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.
Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga merupakan tali perhubungan dua neraca yang berurutan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, laporan laba-rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Hasil operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan tersebut (Al Haryono Jusuf, 2001:24). Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya, maka perusahaan dikatakan memperoleh laba. Sedangkan apabila terjadi sebaliknya dimana biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh, maka perusahaan dikatakan rugi. c) Laporan Perubahan Modal Menurut Partiwi Dwi Astuti (2012: 155), laporan perubahan modal menyediakan informasi peningkatan atau penurunan modal pemilik dalam periode akuntansi tertentu. Tambahan modal pemilik dan laba bersih merupakan hal yang dapat meningkatkan modal pemilik, sedangkan rugi, prive atau pembagian deviden merupakan pengurang modal pemilik. Informasi yang disajikan dalam laporan perubahan modal berkaitan dengan laporan laba rugi yang telah tersusun sebelumnya. Oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk menyusun laporan perubahan modal tanpa sebelumnya menyusun laporan laba rugi terlebih dahulu. d) Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2008:29), laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas terdiri dari arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Laporan arus kas terdiri atas: Kas dari atau untuk kegiatan operasional Kas dari atau untuk kegiatan investasi Kas dari atau untuk kegiatan pendanaan e) Catatan atas Laporan Keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran. Penjelasan tiap-tiap akun merinci akun-akun dalam neraca dan laba rugi. Dengan membaca perincian ini akan dapat dilihat bagaimana perilaku akun secara lebih detail. Dalam penjelasan per akun akan diinformasikan berbagai hal, misalnya tingkat suku bunga hutang bank dan sebagainya. 4. Hubungan Antar Laporan Keuangan Analisis keuangan sangat tergantung pada laporan keuangan. Laporan keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang lain. Ada tiga macam laporan keuangan yang pokok: (1) Neraca, (2) Laporan laba-rugi, dan (3) Laporan aliran kas. Hubungan antara ketiga macam laporan keuangan pokok tersebut bisa dilihat berikut ini. Neraca Awal
Laporan Laba-Rugi Transaksi dan Kejadian
Aktiv a Kew Gambar ajiban 1. Hubungan - Modal
Antar Laporan
Neraca Akhir Laporan Arus Kas - Pendapatan - Biaya - Aktivitas Operasi - Aktvitas Investasi - Aktivitas Pendanaan Keuangan
- Aktiva - Kewajiban - Modal
5.
Neraca awal dihasilkan pada awal periode. Selama periode tertentu akan ada transaksi dan kejadian yang mempengaruhi laporan laba-rugi dan laporan arus kas. Laporan laba-rugi akan dipengaruhi dengan adanya penghasilan dan biaya. Penghasilan merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Yang merupakan penghasilan adalah penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti dan sewa. Sedangkan biaya merupakan penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal. Yang merupakan biaya adalah beban pokok penjualan, biaya gaji dan biaya penyusutan. Laporan arus kas dipengaruhi dengan adanya kas masuk dan kas keluar yang dibedakan ke dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi melaporkan penerimaan dan pembayaran kas yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Arus kas dari aktivitas investasi melaporkan transaksi kas untuk pembelian dan penjualan aktiva tetap. Arus kas dari aktivitas pendanaan melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan investasi pemilik, peminjaman dana dan pengambilan uang oleh pemilik. Kas yang dihasilkan oleh aktivitas operasi tidak sama dengan laba bersih yang dihasilkan dalam laporan rugi-laba, karena tidak semua pendapatan yang dicatat diterima secara tunai. Kedua laporan tersebut akan berpengaruh terhadap neraca akhir suatu perusahaan. Laporan rugi-laba akan berpengaruh pada modal dan laporan arus kas akan berpengaruh pada aktiva yaitu kas. Neraca mempunyai elemen pokok: (1) Aktiva merupakan total sumber daya yang diperoleh entitas dari kreditor dan pemilik, dikurangi dengan yang telah digunakan oleh entitas dalam operasinya (misalnya melalui penyusutan), pelunasan kepada kreditur, atau distribusi kepada pemiliknya, (2) Kewajiban menggambarkan jumlah dana yang dipinjam entitas dikurangi dengan pelunasan yang telah dilakukan hingga tanggal tertentu, dan (3) Modal menggambarkan jumlah dana yang diinvestasikan pemilik ditambah dengan laba yang dihasilkan, dikurangi dengan prive atau jumlah yang didistribusikan kepada pemilik. Neraca meringkas posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi tersebut bisa dilihat dengan mempelajari neraca digabung dengan laporan keuangan yang lain. Jadi dapat disimpulkan ketiga laporan keuangan tersebut berhubungan satu sama lain untuk dapat memberikan informasi nilai perusahaan. Di samping laporan keuangan, informasi tambahan juga diperlukan dengan dilampirkan bersamaan laporan keuangan. Informasi itu antara lain ringkasan prinsip-prinsip akuntansi yang dipakai dan penjelasan yang lebih detail mengenai item-item dalam laporan keuangan. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Juminang (2008:10-11), keterbatasan-keterbatasa dalam laporan keuangan antara lain: Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim report), bukan merupakan laporan final, karena laba-rugi riil (laba-rugi final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau likuidasi. Suatu laporan keuangan perlu disusun untuk periode waktu tertentu mengingat alasan tersebut. Laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang tampaknya pasti. Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila digunakan standar lain (karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan). Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu mungkin nilai rupiah sudah menurun (daya beli rupiah menurun karena kenaikan tingkat harga-harga).
Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak semua faktor dapat dihitung dengan satuan uang. Laporan arus kas dapat mengatasi keterbatasan yang terdapat pada dasar akrual yang disajikan pada laporan keuangan lainnya. Laporan arus kas lebih informatif dari pada laporan perubahan posisi keuangan karena dapat memberikan informasi tentang arus kas historis suatu perusahaan sehingga dapat diketahui arus kas masuk dan arus kas keluar pada masa lalu. Laporan arus kas menggambarkan penggunaan kas dan setara kas yang ada di suatu perusahaan untuk kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu, sedangkan laporan perubahan posisi keuangan lebih menekankan pada penggunaan modal kerja. Yang dimaksud dengan modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar yang digunakan sebagai modal untuk kegiatan sehari-hari perusahaan dalam kaitannya dengan laba yang diperoleh selama periode tertentu. Sehingga laporan perubahan posisi keuangan dirasakan kurang informatif bagi pemakai laporan keuangan karena kurang mencerminkan penggunaan kas dan ekuivalennya dan juga kurang mencerminkan keseluruhan kegiatan perusahaan. Informasi yang terdapat dalam laporan arus kas juga dapat memberikan gambaran untuk memprediksi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan arus kas di masa yang akan datang. Dalam laporan arus kas akan terlihat penggunaan kas yang ada dalam perusahaan dan juga arus kas selama periode tertentu. Dengan membandingkan laporan arus kas selama beberapa periode maka dapat digunakan untuk menilai kemungkinan arus kas di masa yang akan datang dan juga untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laporan laba rugi disusun berdasarkan dasar akrual yang memungkinkan pelaporan pendapatan dan beban walaupun belum ada kas masuk atau kas keluar sehingga perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi atau yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perolehan laba yang sebenarnya . Laporan arus kas disusun dengan menggunakan dasar kas sehingga pendapatan dan beban diakui bila sudah ada uang kas masuk dan keluar. Laba tidak dapat ditentukan berdasarkan penerimaan kas yang belum ada sehingga laporan arus kas tidak dapat direkayasa, walaupun jumlah laba atau rugi dapat berubah dengan menggunakan metode atau taksiran tertentu berdasarkan dasar akrual. Dengan demikian laporan arus kas mengatasi keterbatasan yang terdapat pada dasar akrual yang disajikan dalam laporan laba rugi. Informasi yang berasal dari laporan arus kas dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan dari beberapa perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan metode akuntansi dalam laporan keuangan. 6. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat memprediksi yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembagian, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang. Laporan keuangan sangat penting untuk dianalisis, dimana hasil analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang. a) Pengertian Analisis Pengertian analsis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Prawoto (2005:52) adalah “ Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”. b) Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir ( 2010:66), analisis laporan keuangan adalah salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam suatu periode. Analisis laporan keuangan merupakan proses penentuan dan pertimbangan dampak keuangan dari keputusan usaha yang terdiri dari penelahaan atau mempelajari hubungan-hubungan dan terdensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keungan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, maka terlebih dahulu harus memahami tentang laporan keuangan mulai dari pengertian, jenis, komponen yang terkandung, tujuan maupun sifat laporan keuangan.
c) Metode Analisis Menurut Kasmir (2010: 95) terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang bias dipakai, yaitu: 1. Analisis Vertikal (statis) Analisis vertical merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keungan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui. 2. Analisis Horizontal (dinamis) Analisis horinzontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain. TUJUAN PROGRAM Berdasarkan analisis siatuasi dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan utama dalam program pegabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga di Desa Sukadana Kecamatan Kubu dalam membuat pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi. Secara rinci tujuan program pengabdian masyarakat ini adalah untuk: 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pembuatan pembukuan sederhana bagi ibu-bu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. 2. Meningkatkan keterampilan penghitungan laba rugi dan penentuan harga jual hasil olahan jambu mete bagi ibu-ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. 3. Meningkatkan pendapatan para wirausaha mandiri yang menyasar Ibu rumah tangga sesuai dengan usaha dan hasil produksinya. MANFAAT PROGRAM Berdasarkan tujuan program pengabdian masyarakat di atas, maka secara realistik implementasi pelatihan pembuatan pembukuan sederhana dan perhitungan laba rugi bagi ibuibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Para Ibu rumah tangga, pelatihan pembuatan pembukuan sederhana ini akan sangat membantu mereka dalam menentukan harga jual produk yang mereka hasilkan, sehingga keuntungan yang mereka peroleh akan leih meningkat dan tidak mudah diperdaya oleh para pengepul. 2. Para karyawan, dengan adanya sistem pembukuan, maka semua modal usaha dan biaya produksi dapat terihitung dengan baik dan meningkatkan pendapatan home industry sesuai dengan pengelolaan yang dilakukan secara kelompok dengan sistem bagi hasil.
4. Desa Sukadana, peningkatan pendapatan Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli desa yang dapat dijadikan untuk melaksanakan berbagai program yang direncanakan oleh Desa. 5. Pemerintah Kabupaten Karangasem, peningkatan pendapatan para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem secara otomatis akan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Karangasem dari sektor retribusi dan pajak pendapatan. KHALAYAK SASARAN STRATEGIS Khalayak sasaran strategis dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Di sisi lain, Desa Sukadana merupakan salah satu desa percontohan sentra perkebunan mete rakyat, khsusunya kacang kapri mete. Model pengembangan setra home industry rakyat ini diharapkan untuk menjadi contoh desa-desa lainnya yang ada di Kabupaten Karangasem dalam mengembangkan industri rumah tangga sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing desa. Selain itu, kegiatan ini memiliki keterkaitan yang sangat mutualis dengan berbagai pihak, antara lain: (1) Kesatuan Ibu rumah tangga yang menjadi keanggotaan PKK di desa Sukadana, dan (2) Kepala Desa Sukadana yang masyarakatnya menjadi sasaran antara yang strategis dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. Semua pihak di atas, akan memperoleh manfaat yang sangat esesial dan aplikatif dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan penyusunan pembukuan sederhana. METODE PELAKSANAAN PROGRAM 1. Kerangka Pemecahan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program ini akan dilaksanakan, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang saat ini dihadapi oleh para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, yaitu: (1) sebagian besar dari mereka belum bisa membuat pembukuan sederhana yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan modal dan harga jual barang hasil olahan yang dibuat, (2) Ibu rumah tangga sering keliru dalam menentukan harga jual barang hasil olahan yang dibuat, sehingga sangat menguntungkan bagi para pengepul, (3) antara pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang menjadi urusan perempuan (ibu rumah tangga) dengan pengeluaran untuk kegiatan usaha sering dicampur adukkan, sehingga sulit untuk menentukan keuntungan atau kerugian yang timbul akibat usaha yang dikembangkan, (4) penentuan gaji (upah) bagi karyawan yang diajak bekerja sering tidak menentu, disesuaikan dengan kondisi dan situasi keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha yang dilaksanakan. Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah dengan melaksanakan pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem dalam membuat pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat membuat pembukuan sederhana yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan modal awal, biaya produksi, biaya finising, menentukan harga jual yang sesuai dengan biaya produksi dan menentukan laba rugi usaha yang dilakukan. 2. Metode Pelaksanaan Program Sesuai dengan fokus masalah dan tujuan dari kegiatan ini, maka metode yang digunakan adalah metode pelatihan terprogram dengan sistem kelompok yang bersifat
terminal. Artinya untuk melatih para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, akan dilakukan program pelatihan secara terjadwal kepada setiap kelompok. Pelatihan tersebut akan menggunakan sistem kelompok, dimana kepada setiap kelompok akan diberikan satu paket program pelatihan yang dilakukan secara demokratis, yang diawali dengan pengenalan pengetahuan dan keterampilan tentang pembukuan sederhana, kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung membuat pembukuan sederhana dengan tutor dari Undiksha Singaraja (Pendidikan Ekonomi), kemudian kepada mereka akan dikondisikan untuk bisa membuat pembukuan sederhana secara mandiri dengan tetap didampingi oleh tim pelaksana/tutor. Setelah dianggap mahir maka tim pelaksana akan menghentikan pelatihan pada kelompok tersebut dan beralih kepada kelompok lainnya dengan prosedur yang sama. Adapun materi yang diberikan selama pelatihan meliputi : (1) pentingnya pembukuan sederhana dalam usaha, (2) keuntungan penggunaan pembukuan dalam menjalankan usaha, (3) pengitungan modal usaha dan harga jual dengan sistem pembukuan dan (4) dokumentasi alat-alat poduksi melalui pembukuan. 3. Model Latihan Pengembangan model pelatihan pembukuan sederhana dan penghitungan laba rugi sistem kelompok bagi para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, akan diawali dengan orientasi lapangan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, studi literatur, dan oprasionalisasi kegiatan. Orintasi lapangan dan identifikasi masalah adalah cara untuk lebih mengenali masalah yang dihadapi, sehingga dari sana bisa dicarikan alternatif pemecahan masalahnya. Kegiatan selanjutnya adalah mencari solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh para Ibu rumah tangga di desa Sukadana melalui studi literatur. Terakhir adalah pelaksanaan program sebagaimana telah disepakati bersama. Untuk memperlancar pelatihan dengan sistem kelompok ini, maka para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem akan dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok akan mendapatkan paket pelatihan dengan materi yang sama. RANCANGAN EVALUASI Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja. Pada kegiatan pelatihan ini, para Ibu rumah tangga yang digerakkan dalam bidang home industry olahan jambu mete di Desa Sukadana Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, akan dilibatkan secara kolaboratif dari awal sampai akhir kegiatan. Ibu-ibu tersebut akan dilibatkan dalam merencanakan program, penjadwalan kegiatan, ikut serta dalam pelatihan sampai pada tahap uji coba produk pelatihan. Untuk uji coba produk hasil pelatihan ini akan dilakukan pada semua rumah tangga yang mendapatkan pelatihan.
Contoh format buku kas
Tanggal
Keterangan
USAHA….. Format Buku Kas Penerimaan Pengeluaran (Rp) (Rp)
Saldo
Jumlah Contoh soal Dewi membuka usaha dagang kacang goring tanggal 1 Januari 2012. Transaksi yang terjadi untuk bulan pertama usahanya sebagai berikut: 1 Januari dewi memulai usahanya dengan modal awal sebesar Rp. 500.000,00 2 Januari dibeli peralatan usaha secara tunai seharga Rp. 200.000,00 5 Januari dibeli perlengkapan usaha secara tunai seharga Rp. 100.000,00 26 Januari diterima pendapatan usaha sebesar Rp. 250.000,00 28 Januari Dewi mengambil uang sebesar Rp. 100.000,00 untuk keperluan pribadi
Usaha Kacang goreng Format Buku Kas Tanggal
Keterangan
Penerimaan (Rp) 500.000,00
Pengeluaran (Rp) -
Saldo
1/1/2012
Modal awal
5/1/2012
peralatan usaha
-
200.000,00
300.000,00
5/1/2012
perlengkapan usaha
-
100.000,00
200.000,00
26/1/2012 pendapatan usaha 28/1/2012 Prive (Keperluan pribadi) Jumlah
250.000,00 750.000,00
-
500.000,00
450.000,00
100.000,00
350.000,00
400.000,00
350.000,00
DAFTAR PUSTAKA Harapan, Sofyan Syafri. 2001. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. Hanafi, Mahmud M. dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ke-4. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP STIM YKP
Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Juminang. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara _______. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara Jusup, Al. Haryono. 2005. Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi 6. Cetakan Ke-5. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta . PT Raja Grafindo Persada.
Dokumentasi Transfer Iptek bagi Mitra Rabu, 16 Oktober 2013.
LAPORAN PENGGUNAAN KEUANGAN TAHAP I IbM KELOMPOK TANI METE
a. Bahan Habis/Habis Pakai No Satuan Pembiayaan/Pembelian
Vol.
1
Tinta Printer HP Laser Jet 1005
1 buah
500.000
500.000
2
Flas Disk 4 MB Kingstoon
1 buah
500.000
500.000
3
Kertas HVS 80 gram
20 rim
50.000
1.000.000
4
Stop map
150 buah
2500
375.000
5
Alat tulis
1 set
750.000
750.000
6
Staples
2 buah
25.000
50.000
7
Penggandaan instrumen
1 paket
1.038.000
1.038.000
8
Penggandaan laporan
1 paket
1000.000
1000.000
9
Memory Handycamp Sony
1 buah
175.000
175.000
10
CD RW
1 dooze
150.000
150.000
11
Kaset Kosong
7 buah
10.000
70.000
12
Black Note Kabinet
150 buah
10.000
1.500.000
13
Amplop besar
100 buah
5000
500.000
14
Papan pencacah data
10 buah
25.000
250.000
15
Spidol board water
2 lusin
75.000
150.000
16
Kertas CD/buram
10 mr
35.000
350.000
17
Bahan praktek pembukuan
1 paket
750.000
750.000
18
Bahan praktek tata boga
1 paket
3.757.000
3.757.000
Biaya Satuan (Rp)
Biaya Total (Rp)
19
Bahan praktek SIUP
1 paket
1.820.000
Jumlah sub total
1.820.000 14.685.000
b.Peralatan/Sewa Alat No Satuan Pembiayaan/Pembelian
Vol.
1
Sewa Webcamp
4 bulan
250.000
1.000.000
2
Sewa Handy Camp
5 bulan
150.000
750.000
Biaya Satuan (Rp)
Jumlah Sub Total
Biaya Total (Rp)
1.750.000
c. Perjalanan-Studi Kepustakaan No Jenis Perjalanan (PP)
Vol.
1
Koordinasi Pelaksanaan P2M dengan SPPD
4 orang
400.000
1.600.000
2
Pelasanaan P2M dengan SPPD
4 orang
400.000
1.600.000
3
Evaluasi Pelasanaan P2M dengan
4 orang
400.000
1.600.000
Biaya Satuan (Rp)
Biaya Total (Rp)
SPPD Jumlah Sub Total
3.800.000
d. Honor Tim Pelaksana Jabatan dan TIM Bln.Kerja
Jam/Minggu
Honor/Jam
Jumlah Total
Ketua Peneliti
8 bulan
12 jam
15.000
1.440.000
Anggota Peneliti (1 orang)
8 bulan
10 Jam
10.000
800.000
Anggota Peneliti (2 orang)
8 bulan
10 jam
10.000
800.000
Tim Pelaksana
8 bulan
10 jam
10.000
800.000
Mahasiswa
8 bulan
10 jam
10.000
800.000
Mahasiswa
8 bulan
10 jam
10.000
800.000
(moderator)
Jumlah Sub Total
5.040.000
e. Lain-lain No Satuan Pembiayaan/Pembelian
Vol.
1
Surat menyurat dan dokumentasi untuk koordinasi pelaksanaan penelitian
1 paket
500.000
500.000
2
Biaya pulsa untuk komunikasi tim peneliti dengan instansi yang dituju dan administrasi penelitian
8 bulan
100.000
800.000
3
Pengadaan dan penjilidan laporan
1 Keg
250.000
250.000
4
Biaya pengiriman laporan akhir
1 paket
600.000
600.000
5
Biaya penerbitan artikel di jurnal
1 paket
575.000
575.000
Biaya Satuan (Rp)
Biaya Total (Rp)
terakreditasi Jumlah Sub Total
Total Justifikasi Anggaran Program No Pembiayaan/Pembelian
2.725.000
Biaya Total (Rp)
A
Bahan Habis/Habis Pakai
14.685.000
B
Peralatan/Sewa Alat
1.750.000
C
Perjalanan-Studi Kepustakaan
3.800.000
D
Honor Tim Pelaksana
5.040.000
E
Lain-lain
2.725.000
Jumlah Sub Total
28.000.000
CACATAN HARIAN (LOGBOOK) IbM KELOMPOK TANI METE No 1
Tanggal 31 Mei 2013
Kegiatan Kegiatan “IbM Kelompok Tani Mete” diawali dengan pertemuan tim pelaksana yang bertujuan untuk membicarakan: 1. Koordinasi tim pelaksanaan kegiatan P2M 2. Perancangan disain dan kegiatan diklat 3. Persiapan tutor dan pembagian tugas
2
5 Juni 2013
Koordinasi dan sosialisasi tahap awal tentang program yang akan dilaksanakan di Kelompok Tani Mete Subak Abian Bhuana Amertha dengan menyasar Ibu PKK
3
9 Juni 2013
Rapat koordinasi rancangan pelaksanaan kegiatan dengan Tim
Pelaksana IbM tentang peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pelatihan Pembelian bahan-bahan kelengkapan
4
23 Juni 2013
Pembelian Peralatan Pelatihan Tata Boga berupa: 1. 2. 3. 4. 5.
4 kg kacang mete kupas Kelengkapan peralatan praktek Sarung tangan karet Celemek plastik Bahan-bahan tepung, gula, blue band, minyak goreng, garam dapur, coklat masak, dsb) 6. Lain-lain 5
27 Juni 2013
Pembelian Peralatan Pelatihan Pembukuan berupa: 1. Form isian transaksi 2. Bahan materi pembukuan 3. Balpoin dan kertas buram
6
11
Agustus Pembelian Bahan – Bahan Pelatihan Penyamakan Tata
2013
Boga berupa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
7
8
2 buah gas elpiji 2 galon air aqua 4 kerat teh botol sosro 4 kotak air mineral aqua 2 kg kacang mete Bahan-bahan kelengkapan Lain-lain
13 Agustus Pembelian bahan pelatihan pengurusan SIUP berupa: 2013 1. Buku panduan program 2. Form isian tata cara pengurusan SIUP 3. Alat tulis dan kertas buram 4. Spanduk kegiatan 23 September Koordinasi Tim Pelaksana sejumlah 3 orang ditambah 2013 dengan moderator tim dengan menggunakan SPPD Konsumsi tim pelaksana
9
30 September Pelaksanaan IbM Kelompok Tani Mete 2013 Perjalanan dengan SPPD Konsumsi peserta: -
10
Snack Nasi kotak babi guling Nasi kotak ayam menggunakan
16 Oktober Evaluasi dan monitoring pelaksanaan IbM Kelompok Tani 2013 Mete Perjalanan dengan SPPD Konsumsi peserta: -
11
18 Oktober 2013
Snack Nasi kotak babi guling Nasi kotak ayam menggunakan
Analisa data program kegiatan
12
21 Oktober 2013
Rapat koordinasi hasil rekapitulasi Monitoring Pelaksanaan Kegiatan P2M (Monitoring evaluasi laporan Kemajuan)
13
31 Oktober 2013
Draft laporan kemajuan 75%
Singaraja, 31 Oktober 2013 Ketua Pelaksana IbM Kelompok Tani Mete,
Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd.,M.Hum. NIP. 19820204 200912 2 004