LAPORAN HASIL KEGIATAN OBSERVASI RUMAH USAHA GEPLAK NONO BANTUL Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keterampilan Dosen Pengampu: Dra. Flori Setiarini, M. Pd.
DISUSUN OLEH: NURUL FITRIA FEBRIANTI
(14144600175)
MUHAMAD ICHSANUDIN
(14144600181)
WIDYA SUSILA
(14144600190)
NOVI TRISNA ANGGRAYNI
(14144600199)
AZIZATUL MAR’ATI
(14144600200)
MUHAMMAD NURUL SAEFUL
(14144600201)
LEGIYEM
(14144600206)
RIANA ASTI FITRIANI
(14144600213)
A5-14 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkah, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Observasi Rumah Usaha Geplak Nono ini dengan baik. Laporan observasi rumah usaha Geplak Nono ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keterampilan. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis sampai terselesaikannya laporan ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Flori Setiarini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, bimbingan, nasihat, dan saran dalam kegiatan observasi hingga terselesaikannya laporan observasi ini. 2. Bapak Karyono, selaku pemilik usaha Geplak Nono yang telah memberikan izin diadakannya kegiatan observasi di Rumah Produksi Geplak Nono Pundong, Bantul. 3. Seluruh karyawan Geplak Nono yang telah menyambut dengan baik keberadaan penulis di rumah produksi dan telah membagi ilmu kepada kami. 4. Teman-teman yang selalu membantu dan memotivasi dalam penyusunan laporan ini. 5. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil. 6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dari awal kegiatan observasi sampai terselesaikannya laporan ini.
ii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………...….iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………...………………………….……………..1 B. Tujuan Observasi……………………………………………………..………1 C. Manfaat Observasi……………………………………………………………2 BAB II PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI RUMAH USAHA GEPLAK NONO A. Sejarah Berdirinya Usaha Geplak Nono………….………..………….……...3 B. Karyawan Geplak Nono………………………….........……………………...3 C. Macam-macam Hasil Produksi Geplak Nono………….……………………..4 D. Harga dan Profit Geplak Nono…………………………...…………………..4 E. Distribusi Pemasaran Geplak Nono…………………………………………..4 F. Proses Produksi……………………………………………………………….5 G. Limbah Produksi Geplak Nono………………………………………………6 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………..……….8 B. Saran……………………………………………………………………….....8 LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keterampilan merupakan salah satu kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berkarya, berkreasi, berinovasi, dan bekerja. Tanpa keterampilan, manusia tidak dapat bertahan hidup. Karena itulah dalam proses belajar juga diajarkan bagaimana berproses dalam keterampilan. Salah satunya belajar melalui observasi. Observasi merupakan peninjauan secara cermat atau penelitian secara detail dengan praktek langsung ke lapangan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, hal tersebut melatarbelakangi kami, mahasiswa A5-14 PGSD, untuk melakukan observasi keterampilan mengenai wirausaha salah satu produk makanan khas Jogjakarta, geplak. Tidak asing bagi kita yang berdomisili di Provinsi D. I. Yogyakarta dan sekitarnya dengan salah satu jajanan tradisional ini. Makanan berbahan dasar kelapa dan gula pasir dengan rasa dan warna yang memanjakan lidah untuk mencicipi. Observasi kami lakukan pada Rabu, 30 Oktober 2015 di Rumah Produksi Geplak Nono yang beralamat di Nambangan Seloharjo Pundong Bantul. Pemilik usaha tersebut, Pak Karyono merupakan alumni prodi BK UPY. Di tempat beliau kami belajar bagaimana berwirausaha dan berproduksi usaha yang ditekuni. Sehingga kami pun juga praktek langsung dalam produksi geplak di sana. berawal dari kami yang belum tahu bagaimana proses produksi hingga proses pemasaran dan pemanfaatan limbah produksi.
B. Tujuan Observasi Tujuan kegiatan observasi ini pada dasarnya untuk belajar mengasah keterampilan dalam berwirausaha serta untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang wirausaha geplak yang meliputi: 1. Kegiatan produksi Geplak Nono 2. Cara memasarkan dan mempromosikan usaha Geplak Nono 3. Cara mengolah limbah produksi geplak tanpa mengurangi keuntungan produksi 4. Trik pemasaran, pemerolehan keuntungan, dan antisipasi pengeluaran saat kenaikan harga dan musim yang mepengaruhi kualitas produksi
1
C. Manfaat Observasi Manfaat yang diperoleh dari kegiatan observasi di wirausaha Geplak Nono antara lain sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Mengenal wawasan tentang dunia wirausaha di lapangan secara nyata. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengenal lingkungan dan situasi usaha produksi geplak, mengamati dan mempelajari cara mengolah dan pemasaran produksi, serta mendapatkan banyak pengalaman pengetahuan dari pelaksanaan observasi dan praktek di tempat produksi geplak. b. Bagi Pihak Wirausaha Label wirausaha merasa lebih dipercayai dengan adanya observasi yang dilakukan di tempat produksinya. Kegiatan observasi ini diharapkan dapat membantu pihak wirausaha dalam meningkatkan kualitas dan manajemen produksi dan pemasaran. c. Bagi Program Studi PGSD Kegiatan ini akan meningkatkan kualitas lulusan program studi PGSD secara khusus dimana mahasiswanya telah dibekali bermacam-macam pengetahuan keterampilan yang dibutuhkan seorang guru SD.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Usaha Geplak Nono Usaha geplak ini sudah generasi ketiga. Dahulu kakeknya yang mendirikan. Kemudian anak dan cucu meneruskan, sehingga cabangnya ada dua, yakni di dekat rumah dan daerah Srihardono. Bermula dari usaha geplak milik pamannya, Pak Karyono ikut membantu sebagai sales pada tahun 2002. Selama menjadi karyawan di sana, Pak Karyono juga belajar bagaimana membuat geplak dan pemasarannya. Sembari belajar, Pak Nono, sapaan akrabnya mulai tertarik untuk berwirausaha geplak. Tahun 2003, dengan modal satu juta rupiah, Pak Nono merintis usaha geplak. Modal tersebut digunakan untuk membeli beberapa alat seperti sebuah wajan, keranjang-keranjang untuk menaruh geplak yang sudah diolah, dan bahan pembuatan geplak seperti kelapa, gula pasir, dan tepung. Kala itu, pendirian usaha geplak tidak hanya dilakukan oleh Pak Nono. Namun kedua kakaknya juga mendirikan usaha geplak secara bersamaan. Sehingga ketika masih awal-awal perintisan usaha tersebut, salah satu nama usaha geplak kakak Pak Nono sama. Hal ini terjadi karena pada waktu mengurus surat izin menjual merk geplak, mereka terburu-buru dan akhirnya dijadikan satu nama usahanya, Geplak Nono. Meskipun demikian, bukan berarti kedua usaha yang sama nama produksinya lantas satu rumah produksi maupun administrasi. Tetapi Pak Nono dan kakaknya sepakat untuk produksi sendiri-sendiri dan untuk pembagian wilayah pemasaran mereka masing-masing serta tidak ada saling mengambil hak wilayah untuk pemasaran masing-masing rumah produksi. Rumah produksi sekaligus tempat usaha Geplak Nono milik Pak Nono beralamat di Nambangan Seloharjo Pundong Bantul.
B. Karyawan Geplak Nono Sejak mulai berdirinya Geplak Nono, pekerja di usaha rumahan tersebut tidak banyak. Oleh karena adiknya tidak bekerja, sehingga proses produksi dibantu oleh adiknya. Selain itu, pekerja dari luar, yakni tetangganya hanya satu. Untuk pemasaran, Pak Nono terjun langsung untuk mendistribusikan dibantu sekitar tiga orang sales. Dan gaji karyawannya per hari Rp. 25.000,- dengan jam kerja dari pukul 08.00-16.30.00 WIB. 3
Jika banjir pesanan, Pak Nono biasa menambah 2-3 pekerja untuk membantu produksi. Biasanya ini terjadi saat ada acara besar, hari besar seperti lebaran dan libur sekolah.
C. Macam-macam Hasil Produksi Geplak Nono Ada dua jenis geplak yang diproduksi di Geplak Nono, yakni geplak biasa dan geplak Jawa. Kedua jenis geplak tersebut sama-sama berbahan dasar kelapa. Namun yang membedakannya terletak pada pemanis yang digunakan. Geplak biasa memakai gula pasir dan pewarna makanan yang berasa cocopandan, jeruk, pisang, durian, dan nangka. Sedangkan geplak Jawa murni dengan gula jawa. Dari segi kualitas, kedua macam geplak sama-sama enak dan harga sesuai. Untuk geplak biasa dapat bertahan 7-10 hari. Sedangkan geplak Jawa dapat bertahan 5-7 hari. Hal ini dikarenakan tekstur geplak Jawa lembab atau basah. Berbeda dengan geplak biasa yang kering sehingga dapat bertahan lebih lama.
D. Harga dan Profit Geplak Nono Dari rumah produksi Geplak Nono, untuk geplak biasa yang berbahan gula pasir dibandrol dengan harga Rp. 6.000. Kemudian dari kios dan warung-warung tempat menitipkan penjualan geplak biasa ,menjualnya seharga Rp. 7.000 – 8.000. Bahkan di wilayah Gunungkidul bisa mencapai Rp. 10.000 per mikanya karena biaya ongkos sangat mahal. Untuk harga per kilogramnya seharga Rp. 25.000. Sedangkan untuk geplak Jawa yang berbahan gula jawa dibandrol harga Rp. 8.000 – 9.000 dari rumah produksi. Penjual biasa menjual harga mencapai kisaran Rp. 12.000. Geplak Jawa lebih mahal karena bahan-bahan dan kualitas rasa yang mahal harganya. Keuntungan yang diperoleh pun juga lumayan banyak. Per hari keuntungan yang didapat sebesar 100.000 rupiah dan keuntungan per pekannya 500.000-700.000 rupiah untuk hari-hari biasa.
E. Distribusi Pemasaran Geplak Nono Untuk wilayah pemasaran, Geplak Nono milik Pak Karyono didistribusikan ke daerah Kulonprogo, Gunungkidul (Panggang), dan daerah sekitar Bantul di warungwarung dan toko. Geplak Nono tidak dititipkan di pusat oleh-oleh, karena harganya bisa sangat mahal dan dikhawatirkan justru kurang laku. 4
F. Proses Produksi Biasanya, Pak Nono dan sales yang membantu distribusi pemasaran geplak akan mengambil geplak yang dititipkan pada hari kesepuluh. Geplak-geplak yang masih terlihat bagus dan tidak berjamur, didaur ulang kembali untuk diolah menjadi geplak yang baru lagi. Namun pemilihan geplak-geplak yang akan didaur ulang, Pak Nono sangat selektif. Geplak yang dipilih harus benar-benar masih bagus. Sedikit saja sudah terlihat agak rusak, Pak Nono tidak mendaurnya. Jadi meskipun didaur ulang tidak akan merubah cita rasa dan kualitasnya. Sedangkan geplak yang sudah menjamur akan dibakar untuk bahan bakar memasak. Selain meperhatikan kualitas produksi, Pak Nono pun juga sangat memperhatikan
kebersihan
dan
kesehatan
bagi
konsumen.
Sehingga
tidak
sembarangan mengolah meskipun sederhana pembuatannya. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan geplak antara lain: -
Kelapa muda (tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua)
-
Gula pasir (untuk membuat geplak biasa)
-
Gula jawa (untuk membuat geplak Jawa)
-
Tepung beras
-
Pewarna makanan
-
Essence Untuk takaran bahan kelapa 2kg, maka gula 1kg. Alat yang digunakan antara lain:
1. Pisau
6. Wajan
2. Bagor
7. Sotil kayu
3. Baskom
8. Sendok
4. Ember
9. Plastik
5. Mesin parut
10. Keranjang
Proses pembuatan geplak: 1. Kelapa yang masih ada bathok-nya dicungkil, dipisahkan dari bathok. 2. Kelapa-kelapa tersebut kemudian dibersihkan kulit arinya menggunakan pisau dengan cara dikeruk atau dikupas. 3. Selesai pengupasan, kelapa-kelapa tersebut dicuci bersih dua kali kemudian diparut dengan mesin pemarut. 4. Kelapa-kelapa yang telah diparut kemudian bersama gula pasir dimasak dengan api sedang sambil diaduk terus menerus agak tidak gosong dan merata. 5
5. Proses memasak tidak menggunakan minyak karena menggunakan minyak alami dari kelapa parut yang dimasak tersebut. 6. Setelah sekitar 10-15 menit, minyak kelapa keluar, tambahkan pasta atau pewarna yang akan digunakan. Untk pasta kira-kira takaran 2-3 sendok teh. Jika menggunakan pewarna makanan bubuk kira-kira 3-4 sendok teh. 7. Aduk terus hingga seluruh bahan dan pewarna merata. 8. Proses memasak kurang lebih memakan waktu satu jam. 9. Setelah selesai memasak, selanjutnya olahan geplak yang masih panas langsung dibentuk bulat-bulat kecil sebesar bola bekel menggunakan sendok yang telah dilapisi plastik. 10. Geplak panas yang sudah dibentuk langsung ditaruh di keranjang yang telah disiapkan. 11. Proses pencetakan tersebut lumayan cepat. Karena jika olahan sudah mulai dingin akan sulit dicetak dan sulit dibentuk. Dan setiap wajan atau 1x proses memasak dapat membentuk sekitar 100 buah geplak. 12. Geplak yang sudah dibentuk kemudian diletakkan dimeja untuk diangin-anginkan agar cepat dingin dan mengeras. 13. Geplak yang benar-benar kering kemudian dikemas dengan mika. 14. Setiap mika berisi 13 buah geplak dengan berbagai variasi rasa dan warna. 15. Geplak siap dipasarkan dan dinikmati. Jika per wajan bisa mencetak geplak kurang lebih 100 buah, maka produksi per harinya bisa mencapai 200 mika. Terlebih jika hari besar atau ada pesanan, produksi per harinya bisa mencapai 3 kali lipat dari hari-hari biasa. Namun perlu diketahui, untuk mempertahankan kualitas dan harga geplak tidaklah mudah. Salah satunya faktor cuaca sangat mempengaruhi proses produksi. Pasalnya, jika di musim penghujan, Pak Nono kesulitan untuk mencari kelapa. Karena tidak ada petani kelapa yang panen atau menjual secara borongan. Selain itu, harga kelapa pun akan naik. Selain itu, hasil produksi geplak juga akan cepat menjamur karena disaat pengiriman ke took-toko dan warung bisa kehujanan dan geplak akan cepat basi.
G. Limbah Produksi Geplak Nono Beberapa limbah yang dihasilkan di Geplak Nono antara lain sebagai berikut. 1. Tempurung (bathok) kelapa Tempurung (bathok) kelapa saat awal-awal beridiri usaha Geplak Nono biasa dijual ke teman Pak Nono yang biasa memesan bathok-bathok tersebut untuk 6
diolah sebagai handicraft. Namun beberapa tahun kemudian tidak memesan lagi karena pada saat itu terjadi inflasi harga sehingga harga bathok kelapa per kilogramnya atau per karung besar menjadi naik menjadi sekitar 20-30ribu rupiah. Akhirnya tempurung-tempurung kelapa tersebut digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak bahan geplak. Kadang-kadang juga sebagian dijual ke seberang rumahnya yang memiliki usaha abu gosok jika bathok-bathok tersebut menumpuk banyak dan tidak terpakai. 2. Kulit ari kelapa Sedangkan kulit ari kelapa juga tidak lantas dibuang begitu saja. Kulit ari tersebut dijemur dan dibakar juga untuk mengolah geplak. 3. Geplak Untuk geplak yang dititipkan ke took dan warung yang diambil kembali karena faktor kadaluarsa yang telah dibahas di atas, yang masih bagus dan belum kadaluara atau menjamur didaur ulang dengan mencampurkannya pada olahan baru saat memasak. Sedangkan geplak-geplak yang telah menjamur dan tidak dapat didaur ulang, dibakar sebagai tambahan untuk bahan bakar. 4. Mika Untuk plastik mika yang digunakan sebagai kemasan, yang sudah terpakai tidak mungkin dipakai lagi. Hal ini karena alasan kesehatan dan pegaruhnya terhadap makanan yang akan terkontaminasi bahan pembuat mika. Sehingga, Pak Nono juga menginisiatifkan untuk membakarnya sebagai tambahan bahan bakar. Oleh karena itu, penggunaan kayu bakar dalam proses produksi tidak begitu banyak. Lebih banyak menggunakan bathok kelapa, geplak basi, dan mika bekas. Namun untuk bathok kelapa porsi penggunaannya lebih banyak karena geplak basi dan mika bekas yang ada hanya sedikit. Artinya, penjualan geplak terbilang laris.
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Usaha Geplak Nono merupakan salah satu wirausaha yang menjanjikan. Dalam proses produksi banyak limbah yang masih bisa di daur ulang untuk digunakan kembali sehingga memperkecil jumlah pengeluaran dalam produksi. Proses pembuatan geplak yang menggunakan bahan-bahan alami dan tanpa pegawet dapat mempertahankan kualitas dan rasa yang memanjakan lidah. Proses penjualan yang fleksibel mempermudah efisiensi dana pengiriman. Profit yang menguntungkan dan pekerja yang sedikit leboh mengoptimalkan proses produksi dan lebih cepat karena manajemen waktu yang mereka gunakan.
B. Saran Limbah hasil produksi alangkah baiknya jika dioptimalka kembali dalam mendaur ulang. Misalnya untuk limbah bathok handicraft
kelapa dapat diolah menjadi
seperti tempat makan, tas, gantungan, hiasan rumah, dan sebagainya.
Untuk mika bekas dapat diolah menjadi kreasi hiasan interior rumah atau ruangan seperti bunga-bungaan, dapat juga dibuat bross kemudian dijual kembali seingga keuntungan bisa bertambah dengan produksi lain.
8
LAMPIRAN
9
10
11
12