1
LAPORAN DELEGASI DPR-RI KE G-20 SPEAKERS’ CONSULTATION TANGGAL 18 – 20 MEI 2011 DI SEOUL – KOREA SELATAN I. PENDAHULUAN Pengiriman Delegasi DPR-RI ke G-20 Speakers’ Consultation berdasarkan Surat Keputusan (SK) Pimpinan DPR-RI No. 10/PIMP/III/2010-2011 tentang Penugasan Delegasi DPR-RI untuk menghadiri G-20 Speakers’ Consultation 2011 di Seoul, Korea Selatan. Delegasi DPR-RI terdiri dari : 1. DR. H. Marzuki Alie (Ketua Delegasi/Ketua DPR-RI/F-PD) 2. DR. M. Hidayat Nur Wahid, MA (Anggota Delegasi/Ketua BKSAP DPR-RI/F-PKS) 3. Ir. H. Azam Azman Natawijana (Anggota BKSAP/Komisi VI/F-PD) II. SEKILAS JALANNYA SIDANG
G-20 Seoul Speakers’ Consultation diselenggarakan pada tanggal 18 – 20 Mei 2011 di Gedung Parlemen Korea Selatan. Pertemuan dihadiri oleh sekitar 300 peserta yang terdiri dari 12 Ketua Parlemen, 6 Wakil Ketua Parlemen dan perwakilan dari Parlemen serta Kedutaan Besar Negara anggota G-20 di Korea Selatan. Selain anggota G-20, pertemuan juga dihadiri oleh observers dari Algeria, Equatorial Guinea, Ethiopia, Singapura, Afrika Selatan, dan Sekjen IPU. Acara pertama untuk seluruh delegasi adalah Welcome Dinner pada tanggal 18 Mei 2011 bertempat di Dynasty hall, Hotel Shilla Seoul. Acara dinner diisi dengan
remarks dari Ketua Parlemen Korsel dan juga dari beberapa delegasi yang hadir, kemudian ditutup dengan cultural performance berupa musik dan tarian Korsel. Sidang Speakers’ Consultation dibuka secara resmi oleh tuan rumah yaitu Ketua
National Assembly Korea Selatan, H.E. Park Hee Tae, pada tanggal 19 Mei 2011 2
pukul 08.30 waktu setempat. H.E. Park Hee Tae menyatakan dalam pidatonya bahwa saat ini komunitas dunia berkembang dan cenderung menjadi saling terkoneksi satu sama lain. Parlemen satu negara tidak akan mampu secara sendiri menyelesaikan berbagai persoalan global. Melalui koordinasi dan usaha bersama antar Parlemen akan dapat menyelesaikan berbagai persoalan tersebut. Dalam akhir pidatonya H.E. Park Hee Tae berharap
G-20 Seoul Speakers’ Consultation 2011
dapat meletakkan salah satu dasar bagi terciptanya dunia yang lebih aman dan masa depan yang lebih baik. Tema utama persidangan ini adalah “Development and Growth for
Common Prosperity” dan ada 4 (empat) topik yang dibahas dalam pertemuan G-20 Seoul Speakers’ Consultation 2011 yaitu : 1. Strategi kerjasama antar Parlemen bagi anti terorisme dan perdamaian dunia (Strategies for inter-parliamentary collaboration for world peace and anti-
terrorism) di Sesi I dan II. 2. Strategi kerjasama antar Parlemen bagi anti-terorisme dan perdamaian dunia : Koordinasi
internasional
untuk
keamanan
global
(Strategies
for
inter-
parliamentary collaboration for world peace and anti-terrorism : International coordination strategy for global safety) di Sesi III / Sesi Spesial. 3. Strategi-strategi membangun ekonomi berdasarkan pengalaman negara-negara maju (Strategies for developing economies based on the development
experiences of advanced countries) di Sesi IV. 4. Koordinasi internasional pasca krisis finansial menuju pertumbuhan yang merata dan peranan parlemen (Post-financial crisis international coordination towards
shared growth and the role of parliaments) di Sesi V dan VI.
3
Gambar 1 : Ketua Parlemen Korea Selatan, H.E. Park Hee Tae sedang menyampaikan sambutan
Sesi I dan II tentang Strategi kerjasama antar Parlemen bagi anti terorisme dan perdamaian dunia (Kamis, 19 Mei 2011) : Sidang Sesi I diketuai oleh tuan rumah yaitu Ketua Parlemen Korea Selatan, H.E. Park Hee Tae, yang menghadirkan presenters yaitu Ketua Parlemen Turki, H.E. Mehmet Ali Sahin; Ketua Lok Sabha India, Her Excellency Mrs. Meira Kumar; Ketua DPR-RI, H.E. DR. Marzuki Alie; Anggota Komisi Luar Negeri Amerika Serikat, Hon. Mr. Eni F.H. Faleomavaega; dan Anggota Parlemen Inggris, Hon. Sir John Stanley.
4
Dalam presentasinya Ketua DPR-RI menyatakan kelanjutan pertemuan G-20
Speakers’ Consultation 2011 ini perlu dijaga, juga penting adanya pertemuan antara Ketua-ketua Parlemen G-20 dengan Kepala-kepala Negara G-20 sehingga dapat mengkomunikasikan
hasil-hasil
pertemuan
di
masing-masing
forum
untuk
ditindaklanjuti oleh masing-masing pihak sesuai dengan keputusannya sebagaimana yang terjadi dalam forum ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) maupun
parliamentary hearing di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ketua DPR-RI juga menegaskan bahwa kita perlu menciptakan masa depan dunia yang lebih aman guna mencapai kesejahteraan bersama sehingga ancaman-ancaman berupa aksiaksi terorisme tidak dapat kita tolerir. Seperti yang terjadi di Indonesia dimana terorisme tidak hanya memakan korban yang tidak berdosa tetapi juga mengganggu perekonomian dan yang akan berdampak pada dunia investasi dan pariwisata. Ketua DPR-RI menyesalkan bahwa Islam sering dituduh sebagai sumber terorisme, padahal Islam sebenarnya mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, kemanusiaan dan toleransi. Namun kenyataannya Islam justru telah menjadi korban teroris.
Lebih
lanjut, peningkatan peran dan kualitas dari Parlemen sangatlah penting agar dapat meningkatkan demokrasi dan mengeliminir terorisme. Selain itu, kerjasama antar Parlemen dan negara-negara yang bertujuan mengatasi terorisme sangatlah penting guna menghadirkan dunia yang aman dan damai. Berikutnya delegasi-delegasi dari Saudi
Arabia,
Korea
Selatan,
Kanada,
Australia
dan
Aljazair
memberikan
komentarnya. Beberapa delegasi tersebut di dalam statement-nya juga mengatakan bahwa tidak tepat mengkaitkan aksi terorisme dengan agama. Sesi II diketuai oleh Ketua Lok Sabha India, Her Excellency Mrs. Meira Kumar, dengan menghadirkan presenters Ketua Parlemen Brazil, H.E. Marco Aurelio Spall Maia; Ketua Senat Spanyol, H.E. Francisco Javier Rojo Garcia; Sekretaris Jenderal IPU, Mr. Anders B. Johnsson; dan Wakil Ketua Parlemen Rusia, H.E. Alexander P. Torshin. Berikutnya delegasi-delegasi dari Equatorial Guinea, Jepang, Korea Selatan, Brazil, dan Meksiko memberikan komentarnya.
5
Gambar 2 : Ketua DPR-RI sedang memberikan presentasinya di Sesi I
Sesi III (Sesi Spesial) tentang Strategi kerjasama antar Parlemen bagi anti-terorisme dan perdamaian dunia : Koordinasi internasional untuk keamanan global (Kamis, 19 Mei 2011) : Sidang Sesi III diketuai oleh Ketua Parlemen Brazil, H.E. Marco Aurelio Spall Maia, dengan presenters sebagai berikut : Anggota Parlemen Jepang, H.E. Tadashi Hirono; Ketua Parlemen Australia, H.E. Harry Jenkins; Wakil Ketua Senat, H.E. Vannino Chiti. Berikutnya delegasi-delegasi dari Indonesia, Afrika Selatan, Spanyol dan Amerika Serikat memberikan komentarnya. Dalam sesi ini Ketua BKSAP, DR. Hidayat Nur Wahid, MA, menyampaikan bahwa memang diperlukan strategi dan kolaborasi antar parlemen untuk menghadirkan perdamaian dunia dan menekan terorisme, karena terorisme sekarang sudah berkembang dalam beragam bentuk 6
seperti aksi perompak Somalia yang juga merupakan tindakan teror terhadap keamanan dan ekonomi. Masyarakat internasional harus melakukan upaya bersama untuk mengatasi hal ini sebagaimana mereka bersatu mengatasi terorisme. Demikian juga halnya dengan korupsi. Korupsi juga merupakan tidakan terorisme karena dapat berdampak negatif terhadap stabilitas ekonomi nasional maupun internasional. Parlemen dan Pemerintah harus bekerja bersama-sama untuk mengatasi hal-hal tersebut. Sesi IV tentang Strategi-strategi membangun ekonomi berdasarkan pengalaman negara-negara maju (Jumat, 20 Mei 2011) : Sidang Sesi IV diketuai oleh H.E. Francisco Javier Rojo Garcia, Ketua Senat Spanyol, dengan presenters sebagai berikut : Ketua Parlemen Ethiopia, H.E. Kassa Teklebrhan Gebrehiwet; H.E. Jean-Leonce Dupont, Wakil Ketua Senat Perancis; H.E. Mr. Angel Serafin Seriche Dougan Malabo, Ketua Parlemen Equatorial Guinea; Her Excellency Ms. Teresa Cunillera, Wakil Ketua Parlemen Spanyol. Berikutnya delegasidelegasi dari Turki, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Sekjen IPU, Kanada dan Amerika Serikat memberikan komentarnya.
Ir. H. Azam Azman Natawijana
(Anggota BKSAP/Komisi VI) menyampaikan bahwa diperlukan sebuah kerangka kerjasama untuk pembangunan. Untuk itu setiap Negara perlu berbagi pengetahuan baik di bidang pendidikan, kesehatan, industri, makanan dan sektor-sektor lain. Ir. H. Azam juga menambahkan komitmen bagi pembangunan berkelanjutan juga harus dapat diterapkan dalam sektor perbankan nasional.
7
Gambar 3 : Delegasi DPR-RI pada saat mengikuti Sesi IV
Sesi V dan VI
tentang Koordinasi internasional pasca krisis finansial
menuju pertumbuhan yang merata dan peranan parlemen
(Jumat, 20
Mei 2011) : Sidang Sesi V diketuai oleh Ketua Parlemen Australia, H.E. Harry Jenkins, dengan
presenters sebagai berikut : Wakil Ketua Parlemen China, H.E. Jiang Shusheng; Ketua Majelis Shura Arab Saudi, H.E. Abdullah Al Sheikh; Wakil Ketua Senat, H.E. Francisco Arroyo Vieyra; Wakil Ketua Rajya Sabha India, H.E. Shri K. Rahman Khan; Ketua Parlemen Singapura, Abdullah Tarmugi. Delegasi-delegasi dari Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Argentina, kemudian menyampaikan komentarnya. Ir. H. Azam Azman
Natawijana
menyampaikan
bahwa
Indonesia
mendukung
stabilitas
internasional dan pertumbuhan bagi kesejahteraan bersama, dalam hal ini dukungan 8
kepada Financial Stability Board and the Minister of Finance of G-20 Nations on
managing capital flow. Indonesia juga saat ini berfokus pada isu pangan dan kenaikan harga minyak dunia dan mendorong masyarakat internasional untuk merespons isu-isu ini secara bersama-sama. Setelah coffee break, sidang dilanjutkan dengan Sesi VI yang diketuai oleh H.E. Jean-Leonce Dupont, Wakil Ketua Senat Perancis, dengan menghadirkan presenters sebagai berikut : Ketua Senat Argentina, H.E. Julio Cesar Cleto Cobos; Wakil Ketua Parlemen Eropa, Her Excellency Rodi Kratsa-Tsagaropoulou; Ketua Parlemen Aljazair, H.E. Abdelaziz Ziari; Senator Kanada, Hon. Yonah Martin. Delegasi-delegasi dari Indonesia, Korea Selatan, Spanyol, menyampaikan komentarnya. Ketua BKSAP, DR. Hidayat Nur Wahid, MA, dalam komentarnya menyampaikan bahwa upaya-upaya yang dilakukan DPR-RI dalam merancang Undang-Undang mengenai perekonomian nasional kemudian sukses menjadi kebijakan dan hal ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada parlemen. Parlemen-parlemen juga diingatkan untuk meningkatkan tanggung jawab di dalam melaksanakan fungsifungsi yang telah diberikan oleh Konstitusi yang terkait dengan peran kontrol terhadap eksekutif, budgeting dan regulasi untuk mendukung hadirnya kebijakankebijakan yang mengurangi terjadinya krisis ekonomi dan hanya mendukung hadirnya kebijakan-kebijakan yang benar-benar dapat menjangkau masyarakat dunia dari dampak negatif krisis ekonomi global. Selain itu, kolaborasi antar parlemen baik di tingkat regional maupun internasional seperti dalam forum G-20 ini juga sangat penting dalam upaya penanganan krisis keuangan dunia.
9
Gambar 4 : Ketua BKSAP sedang menyampaikan intervensi di Sesi VI
Penutupan G-20 Seoul Speakers’ Consultation dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 20 Mei 2011 pukul 11.40 waktu setempat, Ketua Parlemen Korea Selatan, H.E. Park Hee Tae, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada 25 presenters dan seluruh delegasi yang hadir dalam sidang ini. Pertemuan diharapkan dapat memberi solusi bagi terciptanya perdamaian dunia, penanggulangan terorisme serta pembangunan yang berhasil pasca krisis keuangan dunia. Selanjutnya, H.E. Park Hee Tae dan seluruh delegasi secara aklamasi mengadopsi sebuah Joint
Communique sebagai tanda berakhirnya sidang G-20 Seoul Speakers Consultation ini.
10
Gambar 5 : Delegasi DPR-RI foto bersama dengan Presiden Korea Selatan, H.E. Lee Myung-Bak pada saat jamuan makan malam tanggal 19 Mei 2011 di Blue House (Istana Kepresidenan)
III.
PERTEMUAN BILATERAL DENGAN KETUA MAJELIS SHURA ARAB SAUDI DAN KETUA PARLEMEN KOREA SELATAN
Di sela-sela sidang tanggal 19 Mei 2011, yaitu diantara Sesi I dan Sesi II, Delegasi Indonesia mengadakan pertemuan Bilateral dengan Delegasi Ketua Majelis Shura Arab Saudi, H.E. Abdullah Al Sheikh. Pertemuan yang berlangsung akrab dibuka oleh Ketua DPR-RI, Dr. H. Marzuki Alie yang menyampaikan perlunya peningkatan kerjasama antar Parlemen Indonesia dan Arab Saudi khususnya dalam
11
upaya pemberantasan terorisme dan meluruskan pandangan pihak-pihak tertentu yang salah tentang Islam dalam kaitannya dengan aksi-aksi terorisme. Ketua DPR-RI juga menyampaikan penghargaan kepada Arab Saudi yang telah melakukan mediasi untuk rekonsiliasi antara kelompok Hamas dan kelompok Fatah di Palestina karena akan meningkatkan stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Timur Tengah. Mengenai penanggulangan terorisme dengan pola-pola kekerasan yang tidak sepenuhnya berhasil, dalam pertemuan ini Delegasi Indonesia mengusulkan agar Parlemen Arab Saudi dapat membantu pengiriman ulama dari Arab Saudi ke Indonesia untuk memberikan ceramah atau pembelajaran kepada teroris yang ada dalam tahanan atau kepada orang-orang yang mudah terpengaruh untuk ikut dalam aksi-aksi terorisme. Langkah ini merupakan upaya Pemerintah Indonesia dalam hal deradikalisasi melawan terorisme. Menanggapi hal tersebut, Ketua Majelis Shura Arab Saudi akan mengupayakan pengiriman 2 atau 3 orang ulama Arab Saudi dengan biaya dari Arab Saudi untuk memberikan ceramah atau pembelajaran di Indonesia. Lebih lanjut Ketua Majelis Shura mengharapkan dukungan dari DPR-RI agar Arab Saudi dapat menjadi tuan rumah G-20 Speakers Consultation berikutnya pada tahun 2012. Ketua DPR-RI menyatakan mendukung sepenuhnya inisiatif dari Arab Saudi untuk menjadi tuan rumah berikutnya. Hal ini kemudian menjadi kenyataan setelah diputuskan di dalam rapat pembahasan Joint Communique beberapa jam kemudian. Pertemuan bilateral Arab Saudi dan Indonesia ditutup dengan kesepakatan bersama untuk meningkatkan frekwensi kunjungan antar kedua Parlemen di masa mendatang khususnya dari BKSAP atau Grup Kerja Sama Bilateral (Friendship
Group) sebagai sarana bertukar pengetahuan dan pengalaman.
12
Gambar 6 : Pertemuan Bilateral Delri dengan Ketua Majelis Shura Arab Saudi, H.E. Abdullah Al Sheikh
Dalam pertemuan Bilateral dengan Ketua Parlemen Korea Selatan, H.E. Park Hee Tae, yang berlangsung setelah Sesi IV tanggal 19 Mei 2011, Ketua Delegasi Indonesia menyampaikan agar perlindungan hak-hak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Korea Selatan dapat diperhatikan. Menanggapi hal tersebut, Ketua Parlemen Korea Selatan menyampaikan bahwa tenaga kerja yang berada di Korea Selatan tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari berbagai negara lain. Sejauh ini Pemerintah Korea Selatan terus berupaya agar standar hidup tenaga kerja asing termasuk TKI semakin baik. Ketua Parlemen Korsel juga mengharapkan dukungan
13
parlemen dan pemerintah Indonesia terhadap keberadaan perusahaan dan Warga Negara Korsel yang jumlahnya juga cukup banyak di Indonesia.
Gambar 7 : Pertemuan Bilateral Delegasi Ketua DPR-RI dengan Ketua Parlemen Korea Selatan, H.E. Park Hee Tae
Selanjutnya, Ketua Parlemen Korsel mendukung usulan Indonesia dalam G-20
Speakers’ Consultation ini untuk mengadakan pertemuan gabungan atau sinergi antara
Parlemen
dan
Pemerintah
negara-negara
anggota
G-20
di
dalam
mengkomunikasikan pelaksanaan hasil-hasil forum G-20. Pertemuan Bilateral ini diakhiri dengan kesepakatan untuk peningkatan kerjasama yang lebih baik lagi antara Indonesia dan Korea Selatan khususnya di bidang investasi, alih tekhnologi,
research and development, capacity building, kerjasama nuklir untuk kepentingan damai serta kerjasama energi yang berbasis ramah lingkungan.
14
Ketua Parlemen Arab Saudi maupun Ketua Parlemen Korea Selatan juga menegaskan dukungannya terhadap usulan Parlemen Indonesia agar ke depan diadakan pertemuan antara Pimpinan Negara dengan Pimpinan Parlemen G-20, karena banyak hal positif didalamnya. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Indonesia yang menjadi anggota G-20 sejak awal pembentukannya, memiliki kedudukan dan peran yang sangat strategis karena di samping memiliki kondisi ekonomi yang cukup kuat dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim demokratis ketiga terbesar di dunia sehingga dapat menjadi panutan (role model) bagi negara-negara di ASEAN. Selain itu, Indonesia juga menjadi bridging country, yang bisa menjembatani kesenjangan-kesenjangan yang ada di antara negara-negara maju dengan negara-negara berkembang. Dengan posisi yang sangat penting ini, peran Indonesia di dalam G-20 diharapkan dapat lebih besar lagi sehingga Indonesia dapat berkontribusi lebih maksimal dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dan menciptakan perdamaian dan kestabilan ekonomi dunia.
2.
Keputusan persetujuan
Pemerintah
Parlemen
(eksekutif)
(legislatif).
terkait
Demikian
pula
kerjasama sebaliknya,
G-20
perlu
keputusan
Parlemen perlu dukungan dari Eksekutif. Mengingat pentingnya tindak lanjut dari KTT G-20 di masing-masing negara maka banyak negara yang hadir di dalam forum konsultasi ini -–termasuk Indonesia-- mengusulkan pertemuan seperti ini dapat menjadi pertemuan yang rutin atau reguler. Selain itu, Indonesia juga menyarankan agar dapat diadakan pertemuan gabungan (Joint
Meeting) antara forum Ketua-ketua Parlemen G-20 dengan forum Konperensi Tingkat Tinggi atau setingkat Kepala-kepala Negara Anggota G-20, sebagai pertemuan konsultasi yang bisa mengkomunikasikan hasil-hasil dari pertemuan
15
dari kedua forum selama ini, sehingga terjalin kerjasama yang lebih baik lagi di masa datang antara pihak eksekutif dan legislatif negara-negara anggota G-20. 3.
Delegasi DPR-RI sangat aktif dalam mengikuti Sidang G-20 Seoul
Speakers’ Consultation 2011
ini, baik dalam presentasi, intervensi dan
penyampaian kertas posisi Indonesia di tiap-tiap Sesi maupun di dalam pembahasan Joint Communique sebagai keluaran akhir dari sidang ini. Delegasi Indonesia telah menyampaikan beberapa masukan yang signifikan dimana pokok-pokok usulan Delri setelah diintegrasikan dengan masukan dari delegasi lainnya dapat diterima floor dan masuk dalam 5 paragraf dari 12 paragraf Komunike Bersama tersebut. 4.
Walaupun keketuaan G-20 saat ini adalah Perancis, namun disepakati bersama untuk pelaksanaan G-20 Speakers’ Consultation berikutnya diadakan di Arab Saudi pada tahun 2012.
V. PENUTUP Demikian Laporan Delegasi DPR-RI ke pertemuan G-20 Seoul Speakers’
Consultation yang telah berlangsung dengan baik dan lancar. Sebagai penutup dari laporan ini, Delegasi DPR-RI mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu kesuksesan kunjungan terutama kepada Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Keuangan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), KBRI di Korea Selatan khususnya kepada Bapak Dubes RI untuk Korea Selatan, Bapak KUAI beserta staf atas bantuan yang telah diberikan kepada delegasi selama sidang berlangsung. Jakarta, 6 Juni 2011 KETUA DELEGASI / KETUA DPR-RI, TTD DR. H. MARZUKI ALIE 16