Juni 2015 – 1
Laporan Bulanan Fund Manager Summary
DAFTAR ISI Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi
TINJAUAN EKONOMI Surplus masih berlanjut Neraca perdagangan mencatat surplus sebesar USD955mn di May15, lebih tinggi dibandingkan USD477mn di Apr15. Surplus ini dimungkinkan oleh kenaikan surplus di sektor nonmigas dari USD1,356mn di Apr15 menjadi USD1,665mn di May15. Selain itu, defisit sektor migas juga mengalami sedikit penurunan menjadi USD 710mn di bulan May15 dari USD878mn di bulan Apr15. Ekspor non migas mengalami penurunan menjadi USD11,194 mn di bulan May15 (-3.9%MoM atau -10.1%YoY) karena mayoritas ekspor komoditas utama Indonesia mengalami penurunan di bulan tersebut akibat perlambatan laju perekonomian global. Namun, impor non migas Indonesia trade data
Source: Central Bureau of Statistics (BPS)
turun lebih tajam yaitu 7.4%MoM menjadi USD9,529mn di May15, yang mencerminkan perlambatan perekonomian domestik. Hal ini menyebabkan kenaikan surplus sektor nonmigas selama bulan tersebut (+22.8%MoM). Untuk sektor migas, ekspor turun tajam sebesar 6.0%MoM (-42.3%YoY) seiring penurunan harga minyak dan rendahnya produksi minyak, namun impor turun lebih tajam yaitu 10.9%MoM (-43.9%YoY). Impor yang lebih lemah ini memungkinkan penurunan defisit sektor migas menjadi USD710mn di May15 dari USD878mn di Apr15. Terhadap total impor, impor bahan baku mencatat penurunan yang signifikan yaitu 10.0%MoM (-23.2%YoY), diikuti oleh impor barang modal sebesar 4.0%MoM (-17.8%YoY). Sementara itu, impor barang konsumen tumbuh sebesar 3.8%MoM (-9.7%YoY). Impor bahan baku mengambil proporsi terbesar yaitu 75.0% dari total impor di May15. Secara kumulatif untuk 5 bulan pertama di tahun 2015, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD3,864mn dibandingkan dengan deficit sebesar USD 841mn di 5M14 akibat berkurangnya deficit di sektor migas. Defisit di sektor migas tercatat sebesar USD1,872mn di 5M15 dibandingkan dengan USD5,502mn di 5M14. Penurunan harga minyak telah membawa dampak positif terhadap kinerja sektor migas. Rata-rata harga minyak Brent tercatat sebesar USD60.6/barrel di 5M15, menurun secara signifikan dibandingkan rata-rata sebesar USD108.1/barrel di 5M14. Sementara itu, kinerja sektor nonmigas juga membaik dengan surplus meningkat
Fund Manager Summary | Juni 2015 – 2
menjadi USD5,736 (=23.1% YoY) di 5M15 karena penurunan impor yang signifikan selama periode tersebut sebagai cermin dari melemahnya Rupiah dan melambatnya perekonomian domestik. Inflasi di bulan Jun 15, suku bunga acuan BI tetap Inflasi sebesar 0.54%MoM tercatat di bulan Jun15, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 7.26% (dari 7.15%YoY di May15). Inflasi di bulan Jun15 dipicu oleh inflasi di sektor bahan makanan (+1.60% MoM) dan makanan jadi (+0.55% MoM). Kedua sektor ini menyumbang 0.42ppt terhadap total inflasi bulanan. Penyumbang inflasi bulan Jun15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah sebagai berikut: bahan makanan (+1.60%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.55%MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.23%MoM), sandang (+0.28%MoM), kesehatan (+0.32%MoM), pendidikan (+0.07%MoM) dan transportasi (+0.11%MoM). Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 5.04%YoY di bulan Jun15 (tidak berubah dari bulan sebelumnya). BI mempertahankan suku bunganya di 7.50% pada bulan Jun15. Rupiah mengalami sedikit depresiasi, harga minyak menurun The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY mengalami penurunan menjadi 111.63 di bulan Jun15 dari 111.93 di bulan May15. Rupiah mengalami depresiasi sebesar 0.9%MoM di bulan Jun15 menjadi Rp13,339/USD. Harga minyak Brent turun menjadi USD63.59/barrel di bulan Jun15 dari USD65.56/barrel di bulan sebelumnya. Cadangan devisa mengalami penurunan menjadi USD108.0bn di akhir Jun15 dibandingkan dengan USD110.8bn di akhir May15. Berita penting lainnya :
● Data penjualan bulanan: penurunan penjualan otomotif namun
semen membaik Di bulan May15, penjualan mobil tercatat sebanyak 79,236 unit (-2.9% MoM, -18.2%YoY), membawa penjualan kumulatif 5M15 menjadi 443,181 unit atau turun sebesar 16.6% YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebanyak 469,630 unit (-10.5% MoM; 36.5%YoY), sehingga membawa penjualan kumulatif 5M15 menjadi 2,599,448 unit (-24.7%YoY). Penjualan semen tercatat sebesar 4,846mn ton di bulan May15 (+7.2% MoM or -6.7% YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 23,099 mn ton di 5M15 (3.0%YoY).
● Batas baru PTKP dinaikkan menjadi Rp36 juta setahun
Pemerintah akan memberlakukan batas baru Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib pajak pribadi menjadi Rp 36 juta dari sebelumnya Rp24 juta per tahun. Aturan ini akan berlaku efektif per 1 July 2015.
● Pemerintah berencana menurunkan jumlah penerima subsidi
listrik Sofyan Basyir, Direktur Utama PLN mengatakan bahwa pemerintah berencana menurunkan jumlah penerima subsidi listrik dari 44 juta saat ini menjadi 15.5 juta di FY16. Pemerintah akan mengubah skema subsidi dari subsidi harga menjadi subsidi orang, dengan menggunakan mekanisme kartu. Saat ini, jumlah subsidi listrik mencapai Rp 60-70 tn.
● Pemerintah merevisi aturan tentang
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Efektif di bulan July 2015, pemerintah akan menerapkan revisi atas peraturan PPnBM. Barang elektronik (lemari es, TV, pemanas air, dll), peralatan olah raga (peralatan golf, alat pancing dll.), alat musik, produk bermerk kelas atas dengan harga lebih dari Rp5 juta dan perlengkapan rumah dan kantor akan dikenakan pajak yang lebih rendah atau tidak kena pajak. Disisi lain, pemerintah akan menaikkan pajak atas barang impor dari 7.5% menjadi 10%.
● Bank Indonesia melonggarkan aturan LTV
Bank Indonesia merilis aturan baru rasio kredit terhadap nilai agunan (loan to value/LTV) untuk kredit properti dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Aturan ini mulai berlaku per 18 Juni 2015. Aturan tersebut hanya berlaku bagi bank yang memiliki rasio kredit bermasalah (NPL) bruto di bawah 5%. Uang muka minimum diturunkan sebesar 5% (dari 30% menjadi 25%) untuk kendaraan non komersial. Sedangkan uang muka untuk pembelian property turun sebesar 10% (sebagai contoh, untuk kepemilikan rumah pertama, uang muka diturunkan dari 30% menjadi 20%).
● HM Sampoerna berencana menambah free floatnya menjadi
7.5% HM Sampoerna berencana menambah free float nya menjadi 7.5% (dari sebelumnya hanya 1.72%) dalam upaya memenuhi aturan Bursa Efek Indonesia yang akan berlaku efektif di bulan January 2016. Kapitalisasi pasar HMSP saat ini lebih dari $23bn, sama dengan Astra International dan Unilever.
TINJAUAN PASAR SAHAM Global Sell-Off Indeks global penuh dengan sentimen negatif selama bulan Juni. Pemicu utama koreksi pasar saham global adalah ketidakpastian gagal bayar hutang Yunani ke IMF dan kemungkinan keluarnya dari zona Eropa. Sementara itu, Puerto Rico juga mengalami hal yang sama dengan Yunani yang kesulitan memenuhi kewajiban hutangnya menambah panjangnya list kekhawatiran mengenai krisis hutang di perekonomian dunia. Yellen beranggapan bahwa krisis Yunani tidak akan membawa dampak signifikan terhadap perekonomian Amerika, karena kedua negara tersebut memiliki hubungan langsung yang sangat terbatas, baik dalam hal perdagangan atau institusi finansial. Selain itu, jumlah hutang Yunani juga tidak sebanding dengan besarnya perekonomian Amerika. Membaiknya perekonomian Amerika, membuat The Fed tetap pada rencananya untuk menaikkan suku bunga acuan. Namun kenaikan ini diprediksi akan dilakukan secara bertahap dan sangat berhati-hati karena Yellen menginginkan adanya data yang lebih konsisten akan penguatan perekonomian Amerika. Sementara itu koreksi tajam di pasar saham China dipicu oleh perdagangan marjin, yang sebelumnya membuat indeks Shanghai naik 150% dari awal tahun sampai pertengahan Juni, di mana harus menjual paksa posisi sahamnya yang terkena margin call akibat turunnya harga saham. Di sisi lain, pemerintah China melalui Bank Sentralnya mulai melakukan perangkat kebijakan pelonggaran kuantitatif dengan menurunkan lending rate sebesar 25bps menjadi 4.85% dan deposit rate tahunan sebesar 25 bps menjadi 2.00% di akhir Juni. Kinerja Index Global menunjukan penurunan secara menyeluruh selama bulan Juni, antara
Fund Manager Summary | Juni 2015 – 3
JCI Juni 2015
Yield curve changes Juni 2015
Source: Bloomberg,BNP Paribas
lain : Dow Jones (-2.17%), S&P 500 (-2.40%), SPTSX Index (-3.07%), Euro Stoxx (-4.10%), UK FTSE (-6.64%), Stockholm OMX (-6.28%), HK Hang Seng (-4.28%), Australia ASX (-5.51%) and Shanghai (-7.25%). Dari pasar modal Indonesia, IHSG sempat bergerak ke titik terendahnya selama setahun terakhir ke level 4837 sebelum akhirnya ditutup ke level 4910 pada akhir bulan (turun sebesar -5.9%MoM). Rupiah kembali melemah ke level Rp 13,339/USD atau terdepresiasi sebesar 0.87%MoM. Kombinasi kekhawatiran akan perkembangan krisis Yunani, ekspektasi melemahnya angka 2Q GDP dan intervensi Pemerintah terhadap BUMN memicu koreksi IHSG. Di bulan Juni, pemerintah mengumumkan beberapa paket kebijakan diantaranya memberikan batas atas suku bunga KUR di 12% dan memberikan diskon pada tarif tol sebesar 25-30% selama 15 hari (10 hari sebelum dan 5 hari sesudah Lebaran). Di sisi lain, Bank Indonesia menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.4% ke angka 5.00% - 5.40% disebabkan lemahnya aktivitas perekonomian dan lambatnya realisasi belanja pemerintah. Seiring dengan Bank Indonesia, IMF dan World Bank juga menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi dibawah 5.00% dengan melemahnya harga komoditas dan lemahnya ekspor. Nilai rata-rata transaksi pasar berada di level USD372 juta, turun 20.5% dari bulan sebelumnya. Investor asing melakukan penjualan bersih selama empat bulan berturut-turut, menarik USD0.3 milyar selama bulan Juni (USD0.8Bn selama 12 bulan terakhir). Kinerja bulanan relatif terhadap IHSG yang melemah didominasi oleh sektor Plantation (-6.46%), Basic Industry (-3.43%), Finance (-1.81%), Consumer (-1.80%), Property and Construction (1.23%) dan Mining (-1.02%). Sedangkan indeks dengan kinerja positif berasal dari sektor Infrastructure & Telecommunication (+5.15%), Trade and Services (+3.14%), dan Miscellaneous Industry (+2.23%).
TINJAUAN PASAR OBLIGASI Kinerja pasar obligasi Indonesia di bulan Juni sedikit menurun dilatarbelakangi perkembangan perekonomian global yang tidak menggembirakan. Kekuatiran atas pelemahan perekonomian Cina dan ketidakpastian seputar perkembangan permasalah hutang Yunani menghentikan penambahan risiko secara global yang mempengaruhi eksposure terhadap aset negara berkembang termasuk Indonesia. Di tengah berita dan kondisi pasar dunia yang tidak mendukung, pasar obligasi Indonesia terlihat memiliki daya tahan ditopang oleh data perekonomian dalam negeri yang tercatat lebih baik dari perkiraan. Harga pangan yang meningkat menyebabkan angka inflasi di bulan Juni tercatat lebih tinggi di 7,26% YoY (0,54% MoM) namun masih lebih rendah dari konsensus yaitu di 7,40% YoY (0,65% MoM). Inflasi inti
terlihat relatif stabil di 5,04% (0,26% MoM). Neraca perdagangan di bulan Mei mencatatkan surplus sebesar USD 0,95bn (proyeksi: USD 0,7bn), melebar dari surplus bulan April di USD 0,45bn seiring dengan penurunan permintaan dalam negeri. Angka ekspor di bulan Mei tercatat sebesar -15,2% YoY (proyeksi: -8,1% YoY) sementara angka impor sebesar -21,4% YoY (-12,4% YoY). Data perekonomian tersebut mendorong Bank Indonesia (“BI”) untuk mempertahankan suku bunga BI di 7,5% serta menjaga suku bunga simpanan FASBI dan suku bunga pinjaman FASBI masing-masing di 5,5% dan 8%. Di pasar perdana, minat peserta lelang di dua lelang terjadwal di bulan ini terlihat tinggi terlepas dari lemahnya sentimen global. Kementerian Keuangan (“Kemenkeu“) berhasil memaksimalkan jumlah penerbitan obligasi konvensional sehingga secara total mencapai Rp 33tn. Di lelang pertama, Kemenkeu menerbitkan obligasi (vs permintaan masuk) sebesar Rp 15 triliun (Rp 25,28 triliun), terdiri dari Rp 1tn (Rp 1,72tn) SPN 3 bulan, Rp 0,9tn (Rp 1,97tn) SPN 1 tahun, Rp 5,45tn (Rp 7,8tn) FR53 bertenor 6 tahun, Rp 7,65tn (Rp 13,79tn) FR71 bertenor 14 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 6,32% (6,55%), 6,93% (7,0%), 8,59% (8,68%) dan 8,88% (8.96%) secara berurutan. Di bulan ini, pasar menerima likuiditas tambahan sebesr Rp 17,2tn dari FR27 yang jatuh tempo pada 15 Juni 2015. Tambahan likuiditas ini langsung diinvestasikan kembali ke pasar tercermin dari minat sangat tinggi di lelang kedua. Kemenkeu berhasil menerbitkan obligasi (vs permintaan masuk) sebesar Rp 18tn (Rp 40tn), terdiri dari Rp 1,9tn (Rp 2,65tn) SPN 9 bulan, Rp 7,4tn (Rp 8,22tn) FR53 bertenor 6 tahun, Rp 4,9tn (Rp 16,49tn) FR56 bertenor 11 tahun, Rp 2,25tn (Rp 9,44tn) FR71 bertenor 14 tahun dan Rp 1,55tn (Rp 3,19tn) FR68 bertenor 19 tahun masingmasing di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 6,69% (6,77%), 8,24% (8,33%), 8,37% (8,39%), 8,43% (8,45%) dan 8,53% (8,55%). Tidak seperti pasar perdana, di pasar sekunder tidak terlihat minat yang tinggi. Investor terlihat defensif dilatarbelakangi kekuatiran atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Sentimen semakin lemah di paruh kedua bulan ini seiring dengan meningkatnya kemungkinan gagal hutang Yunani yang ditakutkan akan menyebabkan keluarnya negara tersebut dari mata uang tunggal Eropa. Aksi penghindaran resiko ini mengeringkan likuiditas pasar sekunder dimana aktivitias hanya terlihat meningkat menjelang penyelengaraan lelang terjadwal pemerintah. Namun terlepas dari peningkatan tingkat imbal hasil obligasi, minat keseluruhan atas obligais pemerintah Indonesia tetap terjaga seperti tercermin dari minat lelang. Setelah lelang kedua, pasar terlihat rally karena twaran yang tidak terserap di lelang terlihat melebar ke pasar sekunder. Sayangnya hal ini tidak cukup untuk membalikkan harga pasar obligasi ke daerah positif. Kinerja pasar obligasi yang
Fund Manager Summary | Juni 2015 – 4
diindikasikan oleh indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 735,185, membukukan penurunan bulanan sebesar -0,28%. Kurva imbal hasil bergerak naik dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, 15, dan 20 tahun ditutup masing-masing di 8,22% (+22bps), 8,29% (+17bps), 8,44% (+10bps), dan 8,42% (+8bps). Per 30 Juni 2015 kepemilikan asing mencapai Rp 537,53tn (+Rp 23,04tn), setara dengan 39,63% (+1,24%pt) dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan.
Fund Manager Summary | Juni 2015 – 5
KEY ECONOMIC DATA
Fund Manager Summary | Juni 2015 – 6
DISCLAIMER Dokumen ini dibuat dan dipersiapkan oleh PT. BNP Paribas Investment Partners* yang merupakan bagian dari BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**. Dokumen ini dibuat hanya untuk memberikan informasi dan bukan merupakan: 1. Suatu bentuk penawaran untuk membeli atau permintaan untuk menjual atau dijadikan dasar dari atau yang dapat dijadikan pedoman sehubungan dengan suatu perjanjian atau komitmen apapun atau 2. Suatu nasehat investasi. Dokumen ini merupakan referensi untuk instrumen keuangan tertentu (‘’Instrumen Keuangan’’) yang disahkan dan diatur dalam yuridiksi dimana Instrumen Keuangan tersebut dibentuk. Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan tersebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya, sebagaimana telah tersedia, dari Instrumen Keuangan tersebut yang relevan apabila tindakan tersebut perlu diambil, khususnya, di Amerika Serikat, bagi warga negara Amerika Serikat (dimana ketentuan tersebut diatur di dalam Peraturan huruf S Pasar Modal Amerika Serikat tahun 1933). Sebelum melakukan suatu pembelian di dalam suatu negara dimana Instrumen keuangan tersebut terdaftar, investor wajib memeriksa seluruh kendala atau larangan yang mungkin ada dalam kaitannya dengan pembelian, kepemilikan atau penjualan Instrumen Keuangan tersebut. Investor yang mempertimbangkan untuk membeli Instrumen Keuangan tersebut wajib membaca dengan seksama di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya dan memahami laporan keuangan terbaru dari Instrumen Keuangan tersebut. Prospektus, dokumen penawaran atau informasi lainnya dari Instrumen Keuangan tersebut yang tersedia di kantor lokal BNPP IP, jika ada, atau dari pihak marketing dari Instrumen Keuangan tersebut. Pendapat yang termuat dalam dokumen ini merupakan pendapat dari PT. BNP Paribas Investment Partners untuk waktu tertentu dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PT. BNP Paribas Investment Partners tidak berkewajiban untuk memperbarui atau mengubah informasi atau pendapat yang disebutkan dalam dokumen ini. Investor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pajak mereka sehubungan dengan nasehat-nasehat hukum, akuntansi, domisili dan peIDRajakan sebelum melakukan investasi ke dalam Instrumen Keuangan tersebut sehubungan dengan pengambilan keputusan yang independen atas kesesuaian dan relevansi dari investasi tersebut, jika diperbolehkan untuk melakukan transaksi. Mohon diperhatikan bahwa berbagai jenis investasi, apabila ada dalam dokumen ini, melibatkan berbagai tingkatan risiko dan tidak terdapat jaminan bahwa investasi tertentu cocok, sesuai atau menguntungkan bagi investor atau calon investor dari investasi portofolio ini. Dengan memperhitungkan risiko ekonomi dan risiko pasar, tidak ada jaminan bahwa Instrumen Keuangan ini akan mencapai tujuan investasinya. Imbal hasil dapat dipengaruhi oleh, antara lainnya, strategi atau tujuan investasi dari Instrumen Keuangan ini dan juga kondisi pasar dan kondisi ekonomi, termasuk kondisi tingkat suku bunga, periode pasar dan kondisi pasar secara umum. Perbedaan strategi yang diterapkan ke dalam Produk Investasi ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gambaran hasil dalam dokumen ini. Kinerja masa lalu bukan suatu pedoman untuk kinerja masa datang dan nilai investasi dalam Instrumen Keuangan dapat menurun atau meningkat. Investor mungkin tidak mendapatkan kembali nilai nominal atas investasi awal. Data Kinerja, sebagaimana berlaku, tercermin dalam dokumen ini, tanpa memperhitungkan biaya komisi, atau biaya lainnya yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan kembali dan perhitungan pajak. INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG. * PT. BNP Paribas Investment Partners (alamat: World Trade Center Building, Lantai 5, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 INDONESIA). ** “ BNP Paribas Investment Partners” adalah merek dagang global dari BNP Paribas grup aset manajemen. Badan hukum aset manajemen tersendiri dalam BNP Paribas Investment Partners yang disebutkan dalam dokumen ini, (apabila ada) hanya untuk informasi dan dapat tidak memiliki kegiatan usaha dalam yuridiksi anda. Untuk informasi lebih lanjut, mohon dapat menghubungi BNP Paribas Investment Partners lokal yang terdaftar..