Desember 2015 – 1
Laporan Bulanan Fund Manager Summary
DAFTAR ISI Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi
TINJAUAN EKONOMI Kembali defisit, impor mulai meningkat Neraca perdagangan mencatat deficit sebesar USD346mn di Nov15 dari surplus sebesar USD1,013mn di Oct15, terutama dipicu oleh kenaikan impor di bulan tersebut (+3.6%MoM), sementara ekspor tetap lemah (-7.9%MoM). Di sektor nonmigas, ekspor nonmigas turun sebesar 10.8%MoM menjadi USD9,582mn di Nov15 (-16.7%YoY) dipicu oleh penurunan ekspor perhiasan (-37.0%MoM) dan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (-9.8%YoY). Sementara itu, impor nonmigas meningkat sebesar 5.6%MoM menjadi USD9,869mn di Nov15, dipicu oleh peningkatan tajam dalam impor perhiasan (+607.4%MoM), sehingga mengakibatkan deficit sektor nonmigas di bulan tersebut. Indonesia trade data
Source: Central Bureau of Statistics (BPS)
Di sektor migas, ekspor tumbuh sebesar 14.7%MoM (-24.9%YoY) dipicu oleh pertumbuhan tinggi dalam ekspor minyak mentah (+41.8%MoM). Sementara itu, impor turun sebesar 6.9%MoM (52.8%YoY). Hal ini menyebabkan berkurangnya deficit di sektor migas menjadi USD59mn di Nov15 dari USD383mn di Oct15. Terhadap total impor, impor barang konsumsi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 25.5%MoM (-5.5%YoY), diikuti oleh impor bahan baku (+3.1%MoM atau -20.6%YoY). Sebaliknya, impor barang modal turun sebesar 2.6%MoM (-11.4%YoY) di bulan tersebut. Impor bahan baku masih mengambil proporsi terbesar yaitu 74.5% dari total impor di bulan Nov15 Secara kumulatif untuk 11 bulan di tahun ini, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD7.9bn dari deficit sebesar USD2.1bn di 11M14 karena berkurangnya deficit di sektor migas dan meningkatnya surplus di sektor nonmigas. Defisit di sektor migas tercatat sebesar USD5.4bn di 11M15, menurun tajam dibandingkan USD12.1bn di 11M14. Penurunan harga minyak telah membawa dampak yang positif terhadap kinerja sektor migas. Rata-rata harga minyak Brent tercatat sebesar USD56.0/barrel di 11M15, menurun tajam dibandingkan rata-rata sebesar USD101.2/barrel di 11M14. Sementara itu, kinerja sektor nonmigas juga meningkat tajam menjadi USD13.3bn (+32.6%YoY) di 11M15 karena adanya penurunan tajam
Fund Manager Summary | Desember 2015 – 2
dalam impor nonmigas selama periode tersebut, sebagai dampak dari pelemahan Rupiah dan melambatnya perekonomian domestik. Inflasi di Dec15, suku bunga BI acuan dipertahankan Inflasi sebesar 0.96%MoM tercatat di Dec15, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 3.35% (menurun dari 4.89% di Nov15). Inflasi di Dec15 terutama dipicu oleh inflasi di bahan makanan (+3.2%MoM) dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.40%MoM). Dua sektor ini menyumbang 0.75ppt terhadap total inflasi bulanan. Penyumbang inflasi di bulan Dec15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah sebagai berikut: bahan makanan (+3.2%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.50%MoM), sandang (+0.09%MoM), kesehatan (+0.24%MoM), pendidikan (+0.06%MoM) dan transportasi (+0.45%MoM). Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 3.95%YoY di Dec15, lebih rendah dari Nov15 yang sebesar 4.77%YoY. BI mempertahankan suku bunga acuannya di 7.50% di Dec15. IDR mengalami apresiasi dan harga minyak terus menurun Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY mengalami penurunan menjadi 106.54 di Dec15 dari 107.45 di Nov15. Rupiah mengalami apresiasi sebesar 0.4%MoM menjadi Rp13,788/USD di Dec15. Harga minyak Brent turun menjadi USD37.28/barrel di Dec15 dari USD44.61/barrel bulan sebelumya. Cadangan devisa meningkat menjadi USD105.9bn di akhir Dec15 dibandingkan dengan USD100.2bn di akhir Nov15. Berita penting lainnya :
● Penjualan data bulanan: penurunan penjualan otomotif dan
semen Di Nov15, penjualan mobil tercatat sebesar 86,979 unit (-1.6% MoM, 4.8%YoY), mambawa penjualan 11M15 menjadi 940,072 unit atau turun sebesar 16.8%YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebanyak 535,682 unit (-11.2% MoM; -8.0%YoY), sehingga membawa penjualan kumulatif 11M15 menjadi sebesar 5,959,755 unit (18.5%YoY). Penjualan semen tercatat sebesar 6,132mn ton di Nov15 (5.1% MoM atau +5.8% YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 55,982 mn ton di 11M15 (+2.2%YoY).
● Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak telah
selesai dilakukan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak telah selesai dilaksanakan pada tanggal 9 December 2015; dengan memilih 8 gubernur dan 256 kepala wilayah dan walikota. PDI-P menang di 114 wilayah dari total 238 wilayah, diikuti oleh Gerindra dan Nasdem masing-masing di 92 wilayah.
● Agus Rahardjo ditunjuk sebagai Ketua KPK yang baru DPR telah memilih Agus Rahardjo sebagai Ketua KPK yang baru. Sebelumnya, Agus Rahardjo merupakan Direktur Sistem & Prosedur Pendanaan Bappenas dan Kepala Lembaga Kebijakan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP). Anggota KPK lainnya adalah Alexander Marwata, Saut Situmorang, Basaria Panjaitan dan Laode Muhammad Syarif.
● Pertumbuhan kredit tercatat sebesar 10.3%YoY di Oct15 OJK melaporkan pertumbuhan kredit bank komersial sebesar 10.3%YoY di Oct15, lebih lamban dibandingkan pertumbuhan kredit di bulan Sep15 yang sebesar 11.1%YoY. Bank Indonesia mengharapkan pertumbuhan kredit mancapai 9-10%YoY untuk FY15 dan 12-14% YoY untuk tahun 2016.
TINJAUAN PASAR SAHAM Oase in the Desert Pasar saham global terkoreksi walaupun ketidakpastian mengenai kenaikan US federal funds rate telah hilang setelah komite mengumumkan naiknya target fed funds rate yang pertama sejak 9 tahun terakhir sebesar sebesar 25bps ke level 0.25%-0.5%. Keputusan tersebut diambil setelah munculnya bukti yang kuat menunjukan tentang perbaikan di labor market dan kembalinya inflasi ke level 2%. Sementara itu, pasar saham Eropa mengalami koreksi yang cukup dalam menyusul pengumuman paket kebijakan stimulus ekonomi dari European Central Bank (ECB) yang berada dibawah ekspektasi para investor. Paket kebijakan yang dirilis tetap hanya mengeluarkan budget sebesar €60 milyar untuk pembelian asset, tetap di level sebelumnya dan juga penurunan deposit facility sebesar -0.3%, yang lebih rendah dari prediksi awal di level -0.4%. Selain hal diatas, ECB juga menurunkan target inflasi, yang menggambarkan permasalahan rendahnya inflasi menjurus deflasi di Eropa akan berlangsung lebih lama. Dilain sisi, pasar saham Asia Pasifik mengakhiri perdagangan di tahun 2015 secara mix, dimana Indonesia menjadi sedikit negara yang menutup kinerjanya secara positif MoM, bersama Australia (+2.50%), Singapore (+0.94%) dan China/Shanghai Schomp (+2.72%). Sementara itu, issue mengenai pelemahan ekonomi global masih terus berlanjut, yang ditandai dengan semakin rendahnya harga-harga komoditas global seperti harga minyak dunia yang turun ke level $36.11 per barel pada 22 Desember – level terendahnya selama 11 tahun terakhir. Copper juga mencapai harga terendahnya sejak tahun 2009, yang disebabkan oleh kekhawatiran mengenai berlebihnya suplai. Indikator ekonomi China juga menunjukan angka yang lebih rendah dari yang diproyeksikan, dimana manufacturing PMI berada di 49.6 vs proyeksi of 49.8, ekspor yang terus menurun sebesar -3.7% MoM vs proyeksi 2.9%, dan trade balance yang lebih rendah di $54.1bn vs proyeksi sebesar $64bn. Kinerja pasar saham global di bulan Desember : Dow Jones (-1.66%), NASDAQ (-1.98%), S&P 500 (-1.75%), Brazil IBOV (3.92%), Euro Stoxx (-6.81%), UK FTSE (-7.68%), Spanish IBEX (8.11%), Paris CAC 40 (-6.47%), Thailand SET (-5.27%), Japan Nikkei (3.61%). IHSG ditutup positif di bulan Desember dengan volatilitas yang cukup tinggi akibat koreksi pasar global yang terjadi. IHSG sempat menyentuh level 4374 di pertengahan bulan dan akhirnya ditutup pada level 4593, naik sebesar +3.3% MoM, namun turun sebesar -12% dibandingkan tahun lalu. Consumer confidence index naik ke 95.8, level tertingginya sejak Maret 2015. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran mengenai kekeringan yang terjadi dan naiknya harga bbm yang menurun secara signifikan. Saat ini kekhawatiran utama adalah pada tingkat pengangguran dan naiknya harga-harga pangan. Pemerintah juga mengumumkan akan menurunkan harga bbm di awal Januari sebagai respon dari turunnya harga minyak dunia. Ada dua paket stimulus ekonomi yang dikeluarkan di bulan Desember, paket ekonomi ketujuh berfokus pada industri padat karya, yang termasuk diantaranya sektor sandal/sepatu, sepatu olahraga dan industry garmen. Paket stimulus
Fund Manager Summary | Desember 2015 – 3
JCI December 2015
Yield curve changes December 2015
Source: Bloomberg,BNP Paribas
ekonomi ke delapan berfokus pada perbaikan informasi geospasial, menghilangkan tariff impor untuk 21 suku cadang pesawat dan insentif untuk membuat oil refinery facility. Aktivitas pasar rata-rata di bulan Desember adalah sebesar $387 juta atau naik sebesar +8.8% dari bulan lalu. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar USD102 juta di bulan Desember. Kinerja bulanan positif relatif pada JCI disebabkan oleh Plantation (+4.88%), Trade and Services (+2.55%), Infrastructure & Telecommunication (+2.39%), Finance (+2.15%), dan Property and Construction (+0.25%). Sementara sektor yang tertinggal berasal dari: Mining (-8.69%), Consumer (-3.90%), Basic Industry (0.38%) dan Miscellaneous Industry (-1.88%).
TINJAUAN PASAR OBLIGASI A TAD LOWER Setelah membukukan kinerja positif selama dua bulan berturut-turut, pasar obligasi Indonesia menutup tahun dengan bergerak turun. Perkembangan terkini baik dari dalam maupun luar negeri merupakan penyebab utama penurunan kinerja di bulan ini. Setelah sekian lama, dimulainya normalisasi suku bunga Fed memberikan dampak negatif bagi pasar berkembang terutama Indonesia. Dari sisi domestik, pengumuman angka perekonomian menuai reaksi beragam. Angka inflasi tercatat lebih tinggi di 3,35% YoY (0,96% MoM) dibandingkan dengan konsensus yaitu di 3,0% YoY (0,61% MoM) didorong oleh kenaikan harga bahan pangan. Sementara inflasi inti tercatat melambat di 3,95% YoY (Nopember: 4,77% YoY). Meskipun angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan, inflasi tahunan mencapai titik terendah sejak tahun 2009. Tingkat inflasi yang rendah memberikan alasan bagi Bank Indonesia memberikan sinyal terbukanya peluang untuk menurunkan suku bunga walaupun di bulan Desember suku bunga BI masih tetap dijaga di 7.5%. Dilain pihak, neraca perdagangan memberikan gambaran yang berbeda. Neraca perdagangan Nopember kembali mencatatkan defisit USD 346 juta (konsensus: surplus USD 900 juta) didorong oleh impor yang lebih tinggi (-18.0% YoY) sementara ekspor turun lebih dalam (-17,6% YoY). Kekuatiran atas anggaran semakin memuncak saat harga minyak dunia terus menurun karena OPEC tetap menjaga (tingginya) suplai. Sentimen memburuk saat pemerintah mengumumkan gagalnya pencapaian target anggaran karena tidak tercapainya target pendapatan. Dari sisi suplai, penerbitan obligasi di bulan ini ditujukan semata-mata untuk pre-funding anggaran 2016. Di awal bulan, untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed, pemerintah berhasil menerbitkan obligasi berdenominasi USD sebesar USD 3,5 miliar yang terdiri dari USD 2,25 miliar seri ROI-26 dengan imbal hasil 4,80% dan USD 1,25 miliar seri
ROI-46 bertenor 30 tahun dengan imbal hasil 6,0%. Sementara untuk penerbitan domestik, pemerintah menerbitkan obligasi sebesar Rp 9 trilun melalui lelang terakhir tahun ini sehingga berhasil mencapai target penerbitan obligasi untuk tahun anggaran 2015 dengan skenario defisit anggaran yang melebar ke 2,78%. Masih di bulan ini, pemerintah juga berhasil menerbitkan sebesar Rp 26,66tn melalui private placement untuk pendanaan tahun anggaran 2016. Di pasar sekunder, harga obligasi bergerak volatil di tengah periode yang paling ilikuid menjelang akhir tahun. Aksi beli di minggu pertama didorong oleh pengumuman angka inflasi yang rendah. Namun aksi jual dengan cepat mendominasi setelah pengumuman defisit anggaran dan kenaikan Fed rate. Kekuatiran akan posisi neraca perdagangan serta risiko fiskal meningkat saat harga minyak dunia tidak terlihat pulih dan kemungkinan akan tetap rendah mengingat Iran akan kembali mengekspor minyak segera setelah sanksi dicabut di pertengahan tahun. Sentimen semakin parah saat Fed akhirnya memulai siklus pengetatan suku bunga. Terlepas dari faktor yang tidak menggembirakan diatas, tdiak terlihat adanya aksi jual yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan pelaku pasar sudah mengambil poisisi menjelang tutup tahun. Minat risiko tetap terjaga seperti diindikasikan oleh posisi kepemilikan asing yang naik sebesar Rp 10 triliun ke Rp 558,2 triliun per 31 Desember 2015, setara dengan 38,21% (+0,06%pt) dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Di akhir bulan kinerja pasar obligasi yang diindikasikan oleh indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 740,879, mencerminkan penurunan bulanan sebesar -0,73%. Kurva imbal hasil bergerak naik dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, 15, dan 20 tahun ditutup masing-masing di 8,75% (+32bps), 8,69% (+12bps), 8,93% (+22bps), dan 8,91% (+14bps).
Fund Manager Summary | Desember 2015 – 4
KEY ECONOMIC DATA
Fund Manager Summary | Desember 2015 – 5
Disclaimer MUTUAL FUND INVESTMENTS CONTAIN RISK. PROSPECTIVE INVESTORS MUST READ AND COMPREHEND THE PROSPECTUS PRIOR TO INVESTING IN MUTUAL FUND. PAST PERFORMANCE DOES NOT REPRESENT FUTURE PERFORMANCE. This material is issued and has been prepared by PT. BNP Paribas Investment Partners a member of BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**. This material is produced for information purposes only and does not constitute: 1. an offer to buy nor a solicitation to sell, nor shall it form the basis of or be relied upon in connection with any contract or commitment whatsoever or 2. any investment advice. This material makes reference to certain financial instruments (the “Financial Instrument(s)”) authorized and regulated in its/their jurisdiction(s) of incorporation. No action has been taken which would permit the public offering of the Financial Instrument(s) in any other jurisdiction, except as indicated in the most recent prospectus, offering document or any other information material, as applicable, of the relevant Financial Instrument(s) where such action would be required, in particular, in the United States, to US persons (as such term is defined in Regulation S of the United States Securities Act of 1933). Prior to any subscription in a country in which such Financial Instrument(s) is/are registered, investors should verify any legal constraints or restrictions there may be in connection with the subscription, purchase, possession or sale of the Financial Instrument(s). Investors considering subscribing for the Financial Instrument(s) should read carefully the most recent prospectus, offering document or other information material and consult the Financial Instrument(s)’ most recent financial reports. The prospectus, offering document or other information of the Financial Instrument(s) are available from your local BNPP IP correspondents, if any, or from the entities marketing the Financial Instrument(s). Opinions included in this material constitute the judgment of PT. BNP Paribas Investment Partners at the time specified and may be subject to change without notice. PT. BNP Paribas Investment Partners is not obliged to update or alter the information or opinions contained within this material. Investors should consult their own legal and tax advisors in respect of legal, accounting, domicile and tax advice prior to investing in the Financial Instrument(s) in order to make an independent determination of the suitability and consequences of an investment therein, if permitted. Please note that different types of investments, if contained within this material, involve varying degrees of risk and there can be no assurance that any specific investment may either be suitable, appropriate or profitable for a client or prospective client’s investment portfolio. Given the economic and market risks, there can be no assurance that the Financial Instrument(s) will achieve its/their investment objectives. Returns may be affected by, amongst other things, investment strategies or objectives of the Financial Instrument(s) and material market and economic conditions, including interest rates, market terms and general market conditions. The different strategies applied to the Investment Products may have a significant effect on the results portrayed in this material. Past performance is not a guide to future performance and the value of the investments in Financial Instrument(s) may go down as well as up. Investors may not get back the amount they originally invested. The performance data, as applicable, reflected in this material, do not take into account the commissions, costs incurred on the issue and redemption and taxes. * PT BNP Paribas Investment Partners (address: World Trade Center Building, 5th Floor, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 INDONESIA). ** “BNP Paribas Investment Partners” is the global brand name of the BNP Paribas group’s asset management services. The individual asset management entities within BNP Paribas Investment Partners if specified herein are specified for information only and do not necessarily carries on business in your jurisdiction. For further information, please contact your locally licensed Investment Partner . .