Januari 2015 – 1
Laporan Bulanan Fund Manager Summary
ini mengakibatkan peningkatan surplus sektor non migas di bulan tersebut (+30.0%MoM).
DAFTAR ISI
Untuk sektor migas, ekspor tumbuh sebesar 11.7%MoM (-30.9%YoY) sementara impor turun sebesar 2.4%MoM (-14.5%YoY). Pertumbuhan yang tinggi di ekspor dan penurunan di impor membawa penurunan deficit sektor migas di bulan tersebut.
Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi
TINJAUAN EKONOMI Kembali surplus Neraca perdagangan menunjukkan surplus sebesar USD187mn di bulan Dec14, mengalami perbaikan dibandingkan deficit sebesar USD425mn di bulan Nov14, dimungkinkan oleh peningkatan surplus sektor non migas dan penurunan deficit sektor migas. Surplus non migas meningkat menjadi USD1,223mn di bulan Dec14 dari USD941mn di bulan Nov14, sementara deficit migas menurun menjadi USD1,036mn di bulan Dec14 dari USD1,366mn di bulan Nov14. Ekspor non migas tumbuh sebesar 6.6%MoM (-9.5%YoY) di bulan Dec14, seiring kenaikan ekspor mesin dan karet (masing-masing sebesar +7.5%MoM dan 9.9%MoM). Sementara itu, impor juga tumbuh, namun dengan laju yang lebih rendah yaitu 4.5%MoM (-3.8%YoY). Hal
Dari total impor, impor barang konsumsi mencatat peningkatan tertinggi yaitu 11.3%MoM (-3.1%YoY), diikuti oleh impor bahan baku sebesar by 3.3%MoM (-6.4%YoY). Sementara itu, impor barang modal turun sebesar 3.5%MoM (-9.5%YoY), yang dapat mengindikasikan pelemahan aktivitas investasi. Impor bahan baku mengambil proporsi tertinggi yaitu 76.8% terhadap total impor di Dec14. Secara kumulatif di sepanjang tahun, deficit neraca berjalan membaik dari USD 4,071mn di FY13 menjadi USD1,886mn di FY14, dimungkinkan oleh peningkatan surplus sektor non migas. Surplus sektor non migas meningkat sebesar 35%YoY menjadi USD11,242mn di FY14 dipicu oleh penurunan impor seiring pelemahan Rupiah dan kebijakan moneter ketat yang diberlakukan oleh Bank Indonesia. Rupiah (rerata) terdepresiasi sebesar 14%YoY di FY14 dibandingkan di FY13. Sementara itu, deficit neraca berjalan untuk sektor migas memburuk menjadi USD13,128mn di FY14 dari USD12,378mn d iFY13 seiring konsumsi BBM yang tetap tinggi dipicu oleh adanya subsidi BBM oleh pemerintah.
Indonesia trade data Nov-14
Dec -14
mom%
Dec -13
yoy%
FY13
FY14
13,616
14,621
7.4%
16,968
-13.8%
182,552
176,293
-3.4
11,509 2,107 14,042 10,569 3,473
12,268 2,353 14,435 11,045 3,390
6.6%
13,563
-9.5%
149,919
145,961
-2.6
11.7%
3,405
-30.9%
32,633
30,332
-7.1
2.8%
15,450
-6.6%
186,623
178,179
-4.5
4.5%
11,484
-3.8%
141,612
134,719
-4.9
-2.4%
3,966
-14.5%
45,011
43,460
-3.4
-425
187
NM
1,518
NM
-4,071
-1,886
NM
941
1,223
30.0%
2,079
121.0%
8,306
11,242
35%
Oil&gas balanc e -1,366 Source: Central Bureau of Statistics (BPS)
-1,036
NM
-561
NM
-12,378
-13,128
NM
Exports (US$mn) Non-oil&gas Exports (US$mn) Oil&gas-Exports (US$mn) Imports (US$mn) Non-oil&gas Imports (US$mn) Oil&gas-Imports (US$mn) Trade balanc e (US$mn) Non oil and gas
yoy%
Fund Manager Summary | Januari 2015 – 2
Deflasi di Jan15, namun suku bunga BI dipertahankan sebesar 7.75%. Deflasi sebesar 0.24%MoM dilaporkan di bulan Jan14, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 6.96% (dari 8.36%YoY di Dec14). Deflasi di Jan15 terutama dipicu oleh penurunan harga BBM sebesar 18.4% yang mendorong deflasi di sektor transportasi (-4.04%MoM). Sektor ini memberikan kontribusi tertinggi terhadap deflasi di bulan Jan15 (-0.78pp terhadap total deflasi bulanan). Penyumbang deflasi bulan Jan15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah bahan makanan (+0.60%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.65%MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.80%MoM), sandang (+0.85%MoM), kesehatan (+0.66%MoM), pendidikan (+0.26%MoM) dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-4.04%MoM). Sementara itu, inflasi inti meningkat secara moderat menjadi 4.99%YoY di Jan14 (dari 4.93%YoY di bulan sebelumnya) antara lain disebabkan oleh pelemahan rupiah dan kenaikan harga emas. BI mempertahankan suku bunga BI nya di bulan Jan15 menjadi 7.75%. Pelemahan Rupiah, penurunan harga minyak The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY turun menjadi 111.92 di bulan Jan15 dari 112.80 di bulan Dec14. Rupiah terdepresiasi sebesar 2.3%MoM menjadi Rp12,672/USD di bulan Jan15. Harga minyak Brent turun menjadi USD52.99/barrel di bulan Jan15 dari USD57.33/barrel di bulan sebelumnya. Cadangan devisa meningkat menjadi USD114.25bn di akhir Jan15 dibandingkan dengan USD111.9bn di akhir Dec14. Berita penting lainnya
● Data penjualan bulanan: penjualan otomotif dan semen
melemah Di bulan Dec14, penjualan mobil tercatat sebanyak 78,802 unit (13.7%MoM, -19.3%YoY), membawa penjualan FY14 sebesar 1,208,019 units atau menurun sebesar 1.8%YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebesar 556,380 unit (-4.5%MoM; -0.9%YoY), sehingga membawa penjualan kumulatif FY14 sebesar 7,867,195 unit (+1.6%YoY). Penjualan semen tumbuh sebesar 5,372mn tons in Dec14 (-7.3%MoM or +1.5%YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 60.133mn ton di FY14 (+2.6% YoY).
● Asumsi makro di RAPBN-P 2015 telah ditetapkan DPR telah menyetujui perubahan asumsi makro pada RAPBN-P 2015 sebagai berikut: pertumbuhan PDB sebesar 5.7%, inflasi sebesar 5%, nilai tukar sebesar Rp12,500/USD, harga minyak mentah sebesar USD 60/barrel, produksi minyak harian sebesar 825k dan yield obligasi pemerintah 3 bulan sebesar 6.2% ● Deficit neraca berjalan lebih kecil dari 3% PDB di tahun 2015 Gubernur Bank Indonesia memproyeksikan deficit neraca berjalan lebih kecil dari 3% PDB untuk FY15 (dari 3.3% yang diperkirakan di FY14). Selanjutnya dia memperkirakan deficit neraca berjalan di 1Q15 akan berada di bawah level 2% dan sekitar 3.3-3.5% di triwulan berikutnya di sepanjang tahun.. ● Konflik antara KPK dan Polri Presiden Jokowi menunjuk Komisaris Jendral Polisi Budi Gunawan sebagai kandidat tunggal untuk menduduki posisi Kapolri. Menjelang
pengangkatan, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka untuk kasus dugaan penerima gratifikasi, yang memicu konflik yang terus menerus antara KPK dan Polri.
TINJAUAN PASAR SAHAM A good start for the year Ekonomi AS tumbuh sebesar 2.6% di kuartal empat 2014, jauh di bawah angka prediksi median dan di bawah 5% pada kuartal sebelumnya. Ekonomis memperkirakan pertumbuhan AS di 2015 dapat mencapai 3%. Pasar saham AS anjlok seiring dengan kekhawatiran akan melemahnya harga minyak mentah dan menguatnya Dollar AS akan membebani pendapatan perusahaan, sementara pasar saham Eropa menguat. Presiden ECB, Mario Draghi, meluncurkan program tambahan dari program quantitative easing yang sudah ada di Januari, dengan bank sentral melakukan pembelian surat hutang sebesar 60 milyar euro dalam sebulan hingga September 2016 untuk melawan tekanan deflasi. Sementara itu, Rusia secara tak diduga menurunkan suku bunga-nya dari 17% menjadi 15% seiring dengan tekanan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 5 tahun terakhir, yang menyebabkan ruble kembali terdepresiasi. Setelah kemenangan partai anti-austerity, surat hutang negara dan pasar saham Yunani anjlok, sementara yield surat hutang Jerman turun ke level terendah karena investor berganti investasi ke aset yang lebih aman. Di Cina, investigasi yang semakin ketat terhadap margin trading mendorong koreksi pada pasar saham, sementara regulator terus memeriksa margin lending yang turut mendongkrak Shanghai Composite Index naik 47% sejak akhir Agustus. Selain itu, angka PMI Cina juga mengindikasikan perlambatan ekonomi yang turun ke level 50.1 di Desember dari 50.3 di bulan sebelumnya. Kinerja indeks global selama Januari: Global indices performance during January: Dow Jones (-3.69%), Nasdaq (-2.13%), DJ Euro Stoxx 50 6.52%), Deutsche DAX (9.06%), Nikkei 225 (1.28%), KOSPI (1.76%), Sensex (6.12%), Straits Times (0.77%), Shanghai (0.75%), Hang Seng (3.82%), SET (5.58%). Di tengah kegaduhan politik, IHSG tetap mencapai poin tertinggi di 23 Januari pada level 5325 sebelum kemudian melemah di akhir bulan ke 5289, atau naik sebesar 1.2% MoM. Tetapi dengan melemahnya Rupiah 2.3% MoM, dalam mata uang dollar AS pasar saham turun 1.5% MoM. Dari segi politik, Presiden Jokowi mengajukkan Jendral Budi Gunawan sebagai kandidat solo sebagai Kepala Polisi. Setelah dinominasikan, KPK menyatakan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus korupsi, yang memicu pertikaian politik antara KPK dan kepolisian RI. Pada 16 Januari, aksi jual terjadi pada IHSG di menit terakhir perdagangan bursa ketika Presiden Jokowi mengumumkan perusahaan semen BUMN telah menurunkan harga semen sebesar Rp 3000/sak bersamaan dengan pengumuman turunnya harga BBM (yang disesuaikan ke harga pasar setiap 2 minggu). Aktivitas pasar rata-rata $517 juta di Januari, tidak jauh berubah dari Desember. Investor asing hanya melakukan pembelian bersih sedikit selama Januari, dengan total arus masuk $19juta. Kinerja bulanan positif didominasi sektor Property and Construction (+7.00%), Consumer (+5.48%), Misc Industry (+4.24%). Sementara sektor yang tertinggal dari indeks adalah Plantation (-4.47%), Basic Industry (-4.24%), Infrastructure and telecommunication (-3.96%), Financials (+0.51%).
Fund Manager Summary | Januari 2015 – 3
JCI Januari 2015
Yield curve changes Januari 2015
Source: Bloomberg,BNP Paribas
TINJAUAN PASAR OBLIGASI Kepemilikan Asing atas SUN > 40% Pasar obligasi menguat di bulan pertama tahun 2015 disebabkan oleh turunnya inflasi dan surplusnya neraca perdagangan Indonesia. Dari sisi global, inflasi di Amerika Serikat yang terus berada di level rendah telah mendorong investor global untuk menambah investasi di negara berkembang termasuk Indonesia. Menjelang akhir bulan, kepemilika asing atas obligasi telah melebihi 40%, level tertinggi hingga saat ini. Waalupun harga obligasi menguat, Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke level Rp 12.672/USD, dibandingkan Rp 12.388/USD pada saat akhir bulan Desember. Neraca perdagangan bulan Desember menunjukan surplus USD 187 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar surplus USD 173 juta. Ekspor bulan Desember mengalami penurunan lebih rendah dari konsensus (-13,83% YoY, konsensus -16,05% YoY) sedangkan impor ikut mengalami penurunan (-6,61% YoY, konsensus 9,51% YoY). Data inflasi mengalami penurunan terutama disebabkan oleh penurunan harga bahan bakar premium. Data inflasi bulan Januari berada di level 6,96% YoY (-0,24% MoM), lebih rendah dari konsensus yang sebesar 7,46% YoY (0,21% MoM). Inflasi inti mencapai 4,99% YoY, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 4,70% YoY. Pada tanggal 15 Januari, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 7,75%. Sementara itu, cadangan devisa bergerak naik ke level USD 111,86 miliar di bulan Desember (November: USD 111,14 miliar). Di pasar perdana, Kementerian keuangan telah menerbitkan Rp 38,87 triliun dari lelang, dimana sebesar Rp 9,07 triliun berasal dari penerbitan obligasi syariah. Di lelang obligasi pertama bulan ini, permintaan masuk di level defensif sehingga Pemerintah memutuskan untuk tidak meningkatkan jumlah penerbitan. Pada lelang pertama, terdapat permintaan sebesar Rp 22,88 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 12,00 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 1 triliun (Rp 6,63 triliun) SPN 3 bulan, Rp 4,00 triliun (Rp 5,52 triliun) SPN 1 tahun, Rp 3,45 triliun (Rp 6,70 triliun) FR70 bertenor 10 tahun, dan Rp 3,55 triliun (Rp 4,04 triliun) FR68 bertenor 20 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 6,00% (6,00%), 6,92% (7,01%), 8,03% (8,06%), dan 8,44% (8,51%) secara berurutan. Pada lelang kedua, terdapat peningkatan minat, terlihat dari jumlah permintaan yang meningkat menjadi Rp 54,76 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 17,30 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 3,00 triliun (Rp 17,03 triliun) SPN 1 tahun, Rp 6,85 triliun (Rp 16,80 triliun) FR70 bertenor 10 tahun, dan Rp 7,45 triliun (Rp 20,48 triliun) FR68 bertenor 20 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields)
6,44% (6,46%), 7,48% (7,52%), dan 7,93% (7,97%) secara berurutan. Pada tanggal 9 Januari, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) menerbitkan global medium term notes (MTN) berdenominasi USD yang terdiri dari USD 2 miliar seri ROI-25 bertenor 10 tahun dengan imbal hasil 4,20% dan USD 2 miliar seri ROI-45 bertenor 30 tahun dengan imbal hasil 5,20%. Jumlah permintaan yang masuk untuk global MTN tersebut mencapai USD 19,30 miliar. Di pasar sekunder, permintaan melonjak terutama untuk obligasi seri benchmark. Beberapa obligasi non-benchmark dan obligasi sharia telah menjadi lebih aktif diperdagangkan bulan ini, disebabkan karena mereka masih menawarkan imbal hasil yang lebih baik dari obligasi seri benchmark. Penguatan harga terjadi umumny setelah lelang pemerintah karena permintaan yang masuk di lelang memberikan indikasi kuatnya permintaan akan obligasi. Kepemilikan asing naik menjadi Rp 500,83 triliun (+Rp 39,48 triliun, +8,56% MoM), setara dengan 40,25% (+2,12%-pt) dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 768,98, mencerminkan return bulanan positif 6,59% di bulan Januari 2015. Kurva imbal hasil mengalami kenaikan di akhir bulan dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, dan 20 tahun ditutup secara berurutan di 6,80% (-83bps), 6,99% (-76bps), dan 7,40% (-86bp) secara berurutan. PROSPEK Dari sisi ekonomi, Indonesia terus mengalami perbaikan. Rendahnya harga minyak dunia telah menghapuskan kekhawatiran akan tingginya inflasi. Sebagian besar ekonom percaya bahwa inflasi tahun ini akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pemerintah saat ini masih berdiskusi dengan Dewan Perwakilan Rakyat terkait revisi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara. Sebagian besar percaya revisi anggaran yang baru memiliki kebijakan fiskal yang lebih baik dikarenakan biaya subsidi anggara yang akan lebih rendah. Kami percaya investor asing akan terus berminat pada obligasi Indonesia mengingat Indonesia saat ini berpotensi untuk dinaikan peringkat kreditnya. Namun penguatan harga yang terjadi di bulan Januari telah membuat valuasi obligasi menjadi cukup mahal dan kami perkirakan akan terjadi sedikit koreksi.
Fund Manager Summary | Januari 2015 – 4
KEY ECONOMIC DATA 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Economic measures Tota l GDP growth% Domes ti c dema nd Pri va te cons umpti on Govt cons . Inves tment Cha nge i n s tock Sta ti s ti c di s pera ncy Exports Imports
5.7 5.8 4.3 6.6 10.9 33.5 (197.5) 16.6 17.8
5.5 3.6 3.9 9.6 2.6 (13.4) (290.2) 9.4 8.6
6.3 6.0 4.9 3.9 9.3 (100.8) 233.7 8.5 9.1
6.0 7.5 5.9 10.4 11.9 (993.0) (50.1) 9.5 10.0
4.6 5.4 6.2 15.7 3.3 (195.2) (91.8) (9.7) (15.0)
6.2 5.3 4.1 0.3 8.5 (70.7) 526.8 15.3 17.3
6.5 5.5 4.7 3.2 8.3 (1,594.7) (68.0) 13.6 13.3
6.3 6.1 5.3 1.3 9.7 457.6 414.4 2.0 6.7
5.8 5.1 5.3 4.9 4.7 6.7 (101.5) 5.3 1.2
GDP Rea l GDP – Rptn Rea l GDP – USDbn Nomi na l GDP – Rptn Nomi na l GDP - USDbn Popul a ti on -mn GDP Perca pi ta USD
1,751 180 2,774 286 220 1,291
1,847 202 3,339 364 223 1,623
1,964 215 3,951 432 226 1,898
2,082 215 4,949 511 229 2,211
2,179 210 5,606 539 231 2,300
2,314 255 6,447 710 238 2,986
2,465 281 7,419 846 244 3,422
2,619 279 8,229 877 247 3,477
2,770 266 9,084 871 250 3,320
10.40 17.11
13.33 6.60
6.40 6.59
9.75 11.06
4.90 2.78
5.12 6.96
5.38 3.79
4.28 4.30
6.97 8.38
9,711 9,830 12.75 9.18 16.2 3.5
9,167 9,020 9.75 11.83 15.9 6.2
9,136 9,419 8.00 8.60 14.0 6.0
9,678 10,950 9.25 8.67 15.3 6.1
10,399 9,400 6.50 7.15 14.4 7.9
9,085 8,991 6.50 6.50 13.2 6.7
8,780 9,068 6.00 6.58 12.8 6.8
9,380 9,670 5.75 5.77 12.1 6.4
10,452 12,189 7.50 6.48 12.4 4.9
85 24 57 27 28 17 0.6 8.3 34.7
101 19 61 7 40 43 2.6 4.9 42.6
114 13 74 22 40 1.6 6.9 56.9
137 20 129 74 8 (79) 0.0 9.3 51.6
117 (15) 97 (25) 20 138 2.0 4.9 66.1
183 (4) 187 (3) (4) 146 (3.3) 18.4 99.4
696 24.3 1,134 17.5 61.3
792 13.9 1,299 14.5 61.0
1,002 26.5 1,524 17.4 65.7
1,308 30.5 1,775 16.5 73.7
(25.0) (0.9)
(29.1) (0.9)
(49.8) (1.3)
105.9 11.2 16.7
106.4 10.3 16.3
109.9 9.1 16.6
Prices CPI - a vera ge CPI yea r-end Currency and Interest rate Rp/USD - Avera ge Rp/USD - yea r-end BI-ra te yea r-end BI-ra te a vera ge Lendi ng ra te Sprea d External factor Exports - USDbn yoy% Imports - USDbn yoy% Tra de ba l a nce - USDbn yoy% Current a ccount% of GDP FDI - USDbn Interna ti ona l res erve - USDbn Banking sector Loa n tota l - Rptn yoy% Depos i t tota l - Rptn yoy% Loa n to depos i t ra ti o% Fiscal Balance Publ i c defi ci t - Rptn Government ba l a nce% of GDP Other La bour force Unempl oyment ra te Poverty ra te Source: CEIC, BPS, BI, MoF, IMF
158 35 136 40 22 13 0.7 13.8 96.2
203 29 177 31 26 18 0.2 19.2 110.1
190 (7) 192 8 (2) (106) (2.7) 19.4 112.8
1,438 10.0 1,973 11.1 72.9
1,766 22.8 2,339 18.5 75.5
2,200 24.6 2,785 19.1 79.0
2,708 23.1 3,225 15.8 84.0
3,293 21.6 3,664 13.6 89.9
(4.1) (0.1)
(88.6) (1.6)
(46.9) (0.7)
(84.3) (2.1)
(153.3) (1.9)
(209.5) (2.2)
111.9 8.4 15.4
113.8 7.9 14.2
116.6 7.1 13.3
117.4 6.6 12.5
118.1 6.1 11.7
122.6 5.8 11.5
Fund Manager Summary | Januari 2015 – 5
DISCLAIMER Dokumen ini dibuat dan dipersiapkan oleh PT. BNP Paribas Investment Partners* yang merupakan bagian dari BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**. Dokumen ini dibuat hanya untuk memberikan informasi dan bukan merupakan: 1. Suatu bentuk penawaran untuk membeli atau permintaan untuk menjual atau dijadikan dasar dari atau yang dapat dijadikan pedoman sehubungan dengan suatu perjanjian atau komitmen apapun atau 2. Suatu nasehat investasi. Dokumen ini merupakan referensi untuk instrumen keuangan tertentu (‘’Instrumen Keuangan’’) yang disahkan dan diatur dalam yuridiksi dimana Instrumen Keuangan tersebut dibentuk. Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan tersebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya, sebagaimana telah tersedia, dari Instrumen Keuangan tersebut yang relevan apabila tindakan tersebut perlu diambil, khususnya, di Amerika Serikat, bagi warga negara Amerika Serikat (dimana ketentuan tersebut diatur di dalam Peraturan huruf S Pasar Modal Amerika Serikat tahun 1933). Sebelum melakukan suatu pembelian di dalam suatu negara dimana Instrumen keuangan tersebut terdaftar, investor wajib memeriksa seluruh kendala atau larangan yang mungkin ada dalam kaitannya dengan pembelian, kepemilikan atau penjualan Instrumen Keuangan tersebut. Investor yang mempertimbangkan untuk membeli Instrumen Keuangan tersebut wajib membaca dengan seksama di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya dan memahami laporan keuangan terbaru dari Instrumen Keuangan tersebut. Prospektus, dokumen penawaran atau informasi lainnya dari Instrumen Keuangan tersebut yang tersedia di kantor lokal BNPP IP, jika ada, atau dari pihak marketing dari Instrumen Keuangan tersebut. Pendapat yang termuat dalam dokumen ini merupakan pendapat dari PT. BNP Paribas Investment Partners untuk waktu tertentu dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PT. BNP Paribas Investment Partners tidak berkewajiban untuk memperbarui atau mengubah informasi atau pendapat yang disebutkan dalam dokumen ini. Investor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pajak mereka sehubungan dengan nasehat-nasehat hukum, akuntansi, domisili dan peIDRajakan sebelum melakukan investasi ke dalam Instrumen Keuangan tersebut sehubungan dengan pengambilan keputusan yang independen atas kesesuaian dan relevansi dari investasi tersebut, jika diperbolehkan untuk melakukan transaksi. Mohon diperhatikan bahwa berbagai jenis investasi, apabila ada dalam dokumen ini, melibatkan berbagai tingkatan risiko dan tidak terdapat jaminan bahwa investasi tertentu cocok, sesuai atau menguntungkan bagi investor atau calon investor dari investasi portofolio ini. Dengan memperhitungkan risiko ekonomi dan risiko pasar, tidak ada jaminan bahwa Instrumen Keuangan ini akan mencapai tujuan investasinya. Imbal hasil dapat dipengaruhi oleh, antara lainnya, strategi atau tujuan investasi dari Instrumen Keuangan ini dan juga kondisi pasar dan kondisi ekonomi, termasuk kondisi tingkat suku bunga, periode pasar dan kondisi pasar secara umum. Perbedaan strategi yang diterapkan ke dalam Produk Investasi ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gambaran hasil dalam dokumen ini. Kinerja masa lalu bukan suatu pedoman untuk kinerja masa datang dan nilai investasi dalam Instrumen Keuangan dapat menurun atau meningkat. Investor mungkin tidak mendapatkan kembali nilai nominal atas investasi awal. Data Kinerja, sebagaimana berlaku, tercermin dalam dokumen ini, tanpa memperhitungkan biaya komisi, atau biaya lainnya yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan kembali dan perhitungan pajak. INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG. * PT. BNP Paribas Investment Partners (alamat: World Trade Center Building, Lantai 5, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 INDONESIA). ** “ BNP Paribas Investment Partners” adalah merek dagang global dari BNP Paribas grup aset manajemen. Badan hukum aset manajemen tersendiri dalam BNP Paribas Investment Partners yang disebutkan dalam dokumen ini, (apabila ada) hanya untuk informasi dan dapat tidak memiliki kegiatan usaha dalam yuridiksi anda. Untuk informasi lebih lanjut, mohon dapat menghubungi BNP Paribas Investment Partners lokal yang terdaftar..