Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan • Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) • Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan dan penambahan fasilitas rumah tinggal dan fasilitas umum) • Pelayanan Terhadap Wisatawan Yang Berkunjung (Homestay/Resort Wisata) • Image Pada Kawasan Yang Akan Dihasilkan Tanpa Merusak Budaya Asal Setempat • Penyelesaian Pada Kawasan Perbatasan
(site-plan) Pada Konsep Desain Site-plan, kriteria-kriteria desain yang dipakai adalah : 1. Rancangan yang menyatu dengan alam 2. Penggunaan Konsep Eco-tourism 3. Optimalisasi lahan 4. Pembagian zoning yang jelas antar pengguna lahan (antara wisatawan dan masyarakat penduduk lokal Kampung Labang
Batas wilayah malaysia
Zona Pos Perbatasan NKRI Zona Pengembangan Sarana Transportasi Udara (Bandara Perintis) Zona Pengembangan Kampung Wisata Labang
(site-plan)
Pola penataan site-plan kampung adalah memanjang mengikuti sungai, jarak antar rumahpun bervariasi mulai dari 3- 5 meter bahkan juga ada yang berjarak sampai dengan 10 meter. Akses jalan pedestrian dibuat mengikuti bentuk lahan Bentuk rumah bersusun memanjang disekitar sungai dengan jarak yang tidak beraturan bahkan ada yang bertumpuk satu dengan yang lain, sehingga terkesan sempit dan padat
(site-plan) Fasilitas sekolah yang terlalu jauh dan tidak memiliki akses yang baik, menuju ke lokasi tersebut harus mendaki kurang lebih 25m ke bagian atas kawasan, sehingga perlu ada perhatian atas sirkulasi jalan mendaki agar mudah dicapai
Desa terlihat terpisah dengan adanya jarak yang lumayan jauh sehingga pada sisi bagian ini diperlukan adanya konektor yang dapat menghubungkan daerah sisi kanan dan kiri kampung, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu urban place berpua dermaga yang diikuti oleh fasilitas-fasilitas pendampingnya
Bangsal dengan kapasitas seadanya yang digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan acaraacara adat, dianggap terlalu kecil untuk dpat menampung aktifitas suku-suku dayak yang ada di kampung tersebut sehingga perlu diberikan perhatian terhadap bangunan ini
Dermaga Eksisting berada diwilayah belakang dari wajah kampung, bentuknya pun tidak jelas karena tidak ada wadah perahu untuk bersandar, perahu-perahu hanya diikatkan pada pohonpohon terdekat
(site-plan)
Saat diujikan terhadap site yang berada disekitar sungai, dengan bentuk yang memanjang, maka aturan konsep ecoturisme yang mengelilingi sumber beradaptasi menjadi bentuk yang mengikuti site
hal ini sesuai dengan konsep type terbuka (enclave) pada kampung wisata sehingga terstruktur dengan optimalisasi lahan, mempunyai view yang baik sehingga mampu menembus pasar internasional dalam hal parawisata.
Konsep Design Makro (site-plan) Zona Komersial berupa resort dan homestay untuk wisatawan yang datang
Zona Konservasi Rumah Penduduk dan pengembangan industri berbasis masyarakat Zona Transisi Berupa Agro wisata dan pengembangan teknologi ramah lingkungan (tenaga surya, mikro hydro dan biogas)
Zona Pengembangan Sebagai Pusat kegiatan kampung wisata atraksi dan sebagainya mempunyai potensi sebagai point of view (pintu masuk utama menuju desa
Pada bagian depan kompleks desa rumah adat telah berganti fungsi menjadi toko-toko souvenir dan terdapat ruang penerima yang besar melaksanakan beberapa kegiatan atraksi desa sebelum pengunjung mengelilingi keseluruhan desa
Parkir untuk kendaraan Wisatawan dan didepannya terdapat cafe dan resto yang bentuknya mengadaptasi dari rumah adat suku sasak
Plasa Penerima untuk memberikan atraksi kepada pengunjung dan penjelasan mengenai asal usul desa sebelum berkeliling desa
Fasilitas umum selalu berada disisi terluar kampung dan selalu berhadapan dengan rumah adat
Pintu masuk utama menuju desa dan diberikan beberapa icon bangunan desa yaitu lumbung padi dan replika atap dari bangunan suku sasak
Keterangan Rumah warga Pedestrian Fasilitas Umum
Penataan yang khas pada pada susunan rumah yaitu, rumah-rumah yang dibangun tidak pernah saling berhadapan (mirror dari rumah didepannya) rumah selalu memanjang di satu sisi dan sisi dihadapannya selalu diberikan fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, pendopo, dan lumbung padi.
Setiap 2 sampai 3 rumah selalu disisipkan toko untuk menjual berbagai macam kerajinan tangan masyarakat sehingga setiap pengunjung yang lewat selalu bisa mampir untuk membeli di toko tersebut tanpa harus kembali lagi kedepan komplek desa.
Yang perlu diperhatikan dalam penataan massa menurut studi kasus desa sade : Pembagian zoning rumah tinggal adat dan fasilitas umum pada rumah adat di dusun sade dapa diterapkan pada kampung Labang, sehingga kawasan kampung lebih tertata dan mempunyai zoning yang jelas Melihat telah berubahnya beberapa fungsi rumah menjadi toko pada Desa Sade, maka perlu diperhatikan dalam mendesain site untuk masalah penjualan kerajinan dan souvenir hendaknya di akomodir di dalam satu zona sehingga area konservasi masih dapat terjaga. Memberikan beberapa space berupa plasa untuk para pengunjung agar dapat melihat atraksi dan menerima penjelasan singkat tentang sejarah desa tersebut
Pola Tata Ruang Desa Nias Desa Bawömataluo (Sumber : Waterson ,1990) Keterangan : 1. Batu desa 2. Pasar desa 3. Rumah Utama 4. Bale 5. Megalith 6. Jalan Utama untuk Prosesi Upacara Adat 7. Tangga batu 8. Tempat mandi raja 9. Tempat mandi pria dan wanita 10. Rumah – rumah 11. Jalan Lingkungan