PERANCANGAN KAMPUNG WISATA BERWAWASAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERBATASAN Randy Pratama Salisnanda Mentor : Dr.Ing.Ir. Bambang Soemardiono Magister Jurusan Arsitektur Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya
[email protected]
ABSTRACT Development of border regions is related closely to the mission of national development, especially to ensure the integrity and territorial sovereignty, defense of national security and improving people's welfare in border region. Population residing in the border region in general live in a state of backwardness and poverty, both social, economic and social life culture.it is with this need for a design that boosts well-being of border communities in terms of social, economic and cultural. Tourist village with the concept of environmentally friendly architecture and improving the welfare of society by utilizing resources in maintaining the identity around traditional settlement areas as well as a tourist village that can be introduced to the entire Indonesian society as well as foreign tourists.Wearing analytical methods, the process includes the setting of the problem, the field data collection, literature, typology, programming analysis, synthesis, schematic design, conceptualization and realization of this design plan, with the development activities in the border area can be carried out directed, integrated, effective and efficient, providing design innovations about environmentally friendly tourist village to the border regions and communities based on local resources, the Indonesian community and foreign tourists. Key Words : Development in border area, Environmentally Friendly Concept, Tourism Village
ABSTRAK Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan erat dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional serta peningkatan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Penduduk yang berada pada wilayah perbatasan pada umumnya hidup dalam kondisi keterbelakang dan miskin, baik secara sosial, ekonomi maupun kultural.Dalam kehidupan sosialnya mereka memiliki karakteristik kelembagaan yang khas, dan berbeda dengan karakteristik kelembagaan masyarakat modern, maka dengan ini perlu adanya desain yang mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat perbatasan dalam hal sosial, ekonomi dan budaya. Kampung wisata dengan konsep arsitektur berwawasan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya sekitar dalam mempertahankan identitas kawasan sebagai permukiman tradisional sekaligus sebagai kampung wisata yang dapat diperkenalkan kepada seluruh masyarakat indonesia maupun turis mancanegara.Memakai metode analitis, meliputi penetapan masalah, pendataan lapangan, literatur, tipologi, analisis pemrograman, sintesis, skematik desain, penyusunan konsep dan pewujudan desain.Dengan adanya perencanaan ini kegiatan pembangunan di wilayah perbatasan dapat dilaksanakan secara terarah, terpadu, efektif dan efisien, memberikan inovasi desain tentang kampung wisata berwawasan lingkungan kepada masyarakat daerah perbatasan dan berbasis sumberdaya lokal, kepada masyarakat indonesia dan turis mancanegara. Kata Kunci : Konsep Berwawasan Lingkungan, Kampung Wisata, Pembangunan Kawasan Perbatasan 1
tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah yang ditandai dengan masih tingginya kemiskinan.Oleh karena itu, pembangunan wilayah perbatasan harus dilaksanakan melalui pendekatan kesejahteraan bersamaan dengan pendekatan pertahanan dan keamanan yang selalu memperhatikan aspek lingkungan. Pada tingkat kebijakan pemerintah provinsi Kalimantan Timur, menempatkan pembangunan wilayah perbatasan dalam rencana strategi daerah (RENSTRA Daerah) Propinsi Kalimantan Timur tahun 2003-2008 yang masuk dalam bidang pengembangan wilayah. Dalam rangka mewujudkan dan memacu pembangunan di kawasan perbatasan, pemerintah propinsi Kalimantan Timur telah menyusun rencana strategis (RENSTRA) Pembangunan Perbatasan Kalimantan Timur tahun 2004-2008 sebagai acuan pelaksanaan program pembangunan perbatasan selama periode 2004-2008.
I. PENDAHULUAN Pembangunan wilayah perbatasan antar negara di Kalimantan Timur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan wilayah propinsi Kalimantan Timur dan pembangunan nasional. Isu pembangunan wilayah perbatasan saat ini telah menjadi salah satu isu yang cukup penting pada tingkat nasional, sehingga menjadi salah satu agenda nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional 2004-2009) yang menetapkan arah dan pengembangan wilayah perbatasan negara sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan erat dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional serta peningkatan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan.Selama ini kebijakan pembangunan cenderung melihat wilayah perbatasan sebagai halaman belakang sehingga kurang mendapat perhatian, sehingga terjadi kesenjangan pembangunan yang cukup lebar dengan kawasan pantai baik secara fisik, sosial maupun ekonomi. Akibat yang lebih memperhatinkan adalah timbulnya persengketaan wilayah perbatasan Kalimantan Timur dengan Malaysia terhadap P. Sipadan dan P. Ligitan serta Karang Unarang di blok Ambalat. Dengan paradigma baru saat ini, kebijakan pembangunan sudah berorientasi kedepan sehingga daerah perbatasan tampil menjadi halaman muka yang dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktifitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pada tingkat daerah permasalahan pokok yang menjadi isu utama adalah
II. KEADAAN MASYARAKAT DESA LABANG KALIMANTAN TIMUR Penduduk yang berada pada wilayah perbatasan pada umumnya hidup dalam kondisi keterbelakang dan miskin, baik secara sosial, ekonomi maupun kultural.Dalam kehidupan sosialnya mereka memiliki karakteristik kelembagaan yang khas, dan berbeda dengan karakteristik kelembagaan masyarakat modern.Salah satu cirinya adalah solidaritas internal kelompok (ingroup) yang sangat kuat, jumlah warga yang relatif kecil, spirit kebersamaan dan kepatuhan terhadap tetua begitu kuat, dan kecurigaan (keengganan dan atau resistansi) terhadap pengaruh dari luar. 2
Dalam komunitas ini masyarakat memiliki spirit kebersamaan dan solidaritas pada tingkat tertentu, maka hal ini dapat dijadikan sebagi acuan bagaimana desain arsitektur yang cocok untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan tersebut, dengan melihat pertimbangan sosial, ekonomi, kultural/budaya, dan berwawasan lingkungan. Masalah lainnya yang akan muncul dan menjadi perhatian utama adalah bagaimana mewujudkan kesesuaian dalam desain antara pola kampung modern bagi masyarakat tradisional dengan mengadaptasi unsur-unsur arsitektur tradisional dan unsur arsitektur adat lain (malaysia/melayu) yang sudah mulai melekat pada masyarakat daerah perbatasan, dari informasi sementara, kebudayaan yang berada di wilayah perbatasan tersebut sudah mulai bergeser, yang tadinya adalah kebudayaan suku dayak, menjadi kebudayaan campuran dayak dan melayu, hal ini dikarenakan banyaknya imigran-imigran gelap/illegal yang masuk maupun keluar indonesia untuk mencari mata pencaharian, pembauran ini mengakibakan adanya pencampuran kebudayaan.
Kondisi Rumah Tinggal Eksisting Desa (Kampung) Labang masih banyak mengadaptasi bentuk rumah adat tradisional Dayak (rumah panjang), seluruh rumah yang berada pada kampung ini masih menggunakan struktur rumah panggung, dengan menaikkan level lantai rumah dari tanah, elemen-elemen pembentuk ruang menggunakan materialmaterial kayu yang terdapat di lingkungan sekitar, dan atap yang menggunakan material seng dan sirap. Disekitar kampung terdapat beberapa macam wisata alam yang dapat dinikmati oleh pengunjung yang berkunjung kesana diantaranya adalah, wisata alam hutan (rainforest) ataupun arung jeram (wisata air sungai).
Keadaan Sosial Ekonomi Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah bertani ladang dan beternak berbagai jenis binatang peliharaan, seperti ayam, sapi dan babi dalam jumlah kecil.Namun hampir kesemuanya dilakukan hanya untuk dikonsumsi sendiri atau dibarter dengan pedagang yang kebetulan lewat di daerah mereka.Mata pencaharian lainnya adalah industri perahu panjang (Long Boat) biasanya perahu ini dibuat di kolong rumah mereka dalam waktu 30 – 40 hari
Gambar 1 Peta Lokasi Desa Labang Kecamatan Lumbis Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. Sumber : geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/09/.../IDB12-250K.pdf16/12/2010 20:00
3
Gambar 2Kondisi Rumah Eksisting Warga Desa Labang Sumber : Dokumentasi Pribadi
dengan nilai jual per perahunya adalah 7 – 8 juta rupiah. Bisnis ini dirasa cukup membawa keuntungan dikarenakan transportasi utama masyarakat adalah menggunakan perahu (transportasi sungai) selain industri perahu para pemuda dan orang dewasa lainnya banyak meninggalkan kampung untuk mencari pekerjaan ke Malaysia bagian Timur (Serawak). Kepergian mereka biasanya untuk jangka waktu 1-2 tahun, bahkan ada yang sampai lebih dari 3 tahun dan kemudian pulang membawa barang-barang keperluan sehari-hari, namun diantaranya menetap dan berkeluarga disana (menikah dengan orang Malaysia), berangkat menuju Malaysia sangat mudah sekali bagi warga desa Labang, mereka hanya perlu mengurus pass di kantor imigrasi setempat dan kemudian langsung melakukan lintasbatas dengan membayar seadanya kepada pos pengamanan perbatasan disana, walaupun akses untuk melintas batas tergolong mudah, tetapi masih banyak yang melakukan lintas-batas tanpa menggunakan pass karena prosesnya yang dianggap masyarakat terlalu berbelit dan memakan waktu. Sehingga masyarakat lebih banyak melakukan lintas-batas secara illegal. Perjalanan ke malaysia hanya ditempuh dalam 15-30 menit perjalanan dengan berjalan kaki. Makanan pokok masyarakat adalah sagu ubi kayu yang disebut “Iloi” sebagai pengganti beras.Ubi kayu ini mengandung racun yang sangat tinggi apabila salah dalam memprosesnya menjadi makanan, ubi ini hanya bisa dimakan setelah diproses menjadi sagu.Akan tetapi beras juga cukup tersedia, tetapi kegunaannya khusus bagi anak-anak atau tamu yang berkunjung ke daerah ini, dan yang lainnya dijual untuk mendapatkan uang.Salah satu jalan mendapatkan uang adalah bekerja
sebagai buruh kasar perkebunan Malaysia.
perkebunan-
Fasilitas fasilitas yang terdapat di desa labang 1.
Balai Desa (Bangsal) Bangsal adalah merupakan tempat berkumpul warga desa apabila terjadi hajatan ataupun suatu peristiwa adat.
Gambar 3 Bangsal desayang digunakan untuk acara adat suku dayak Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi
2.
Pelayanan Kesehatan (Posyandu) Bangunan Kesehatan ini dibangun oleh pemerintah setempat pada tahun 2009 dan belum pernah berfungsi secara maksimal, hal ini dikarenakan sulitnya tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter untuk beroperasi disana, sehingga masyarakat masih percaya terhadap mantri setempat untuk berobat.
3.
Gambar 4Posyandu yang tidak terpakai (terbengkalai) Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi
Fasilitas Pendidikan (Sekolah) Sekolah pada Desa Labang ini terletak di dataran tinggi sebelum rumah adat.Akses pencapaian ke sekolah ini harus mendaki kira-kira sekitar 12m dengan 4
di
dari pemerintah setempat untuk membuatkan akses berupa jembatan kayu dan jalan pedestrian dari semen sehingga akses dari rumah tinggal ke tetangga, dan dari rumah tinggal ke bangsal menjadi mudah, hanya akses-akses menuju ke sekolah dan ke rumah adat saja yang masih buruk. (jalan setapak berlumpur dan ditumbuhi tanaman-tanaman liar)
akses jalan setapak yang sulit dilalui oleh anak-anak. Sekolah ini dibangun bersamaan dengan gedung Posyandu pada tahun 2009, masalah yang dihadapi juga sama dengan masalah diatas, yaitu kurangnya tenaga kerja di bidang pendidikan khususnya guru dan pengajar, pengajar pada sekolah ini hanya pastur gereja setempat. Sekolah ini hanya memfasilitasi taman kanak-kanak dan SD, SMP dan SMA tidak ada.
Gambar 5Gedung Sekolah TK dan SD Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi
6.
Fasilitas Dermaga Setiap desa yang berdekatan dengan sungai biasa memiliki dermaga, sedangkan Dermaga Desa Labang ini tidak jelas dimana, tidak ada signage atau penanda yang jelas, penanda Desa Labang ini sebenarnya ada di depan tetapi tidak terlihat karena tertutup pohon. Pada daerah ini negara tetangga (Malaysia) juga sering memberikan bantuan sembako secara Cuma-Cuma kepada masyarakat sekitar.
4.
Fasilitas Tempat Ibadah (Geereja) Mayoritas penduduk beragama Kristen Katolik, maka terdapat satu bangunan peribadatan yaitu Gereja, mempunyai bentuk yang unik dan view yang baik, dikarenakan letaknya berada pada tikungan jalan pedestrian masyarakat. Material yang digunakan pun khas yaitu kayu dan menggunakan struktur panggung.
Gambar 6Gereja Warga Desa Labang Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi
5.
Fasilitas Jalan dan Saluran Fasilitas saluran dan jalan Desa Labang sudah baik dikarenakan bantuan 5
Gambar 7Kondisi Jalan dan Saluran Desa Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi
Gambar 8 Kondisi Dermaga Desa Sumber : Foto Dokumentasi Pribadi
III. RENCANA PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA BERAWAWASAN LINGKUNGAN
5.
Pengembangan ekowisata di dalam kawasanhutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem.Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based). The Ecotourism Society (Eplerwood,1999) menyebutkan adadelapan prinsip, yaitu: 1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. 2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. 3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. 4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam
6.
7.
8.
Ekowisata Berbasis Masyarakat Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh.(Laporan tentang Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan 6
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.
Menurut Frick H H, FX Bambang B Su uskiyanto(11998) dalam m buku Dassar-dasar Eko-arsitektuur Prinsip-pprinsip perencanaan ek kologis tentu saja harrus meninjaau tapak daan memperrhatikan battasan-batasaan yang ad da dalam biidang sosial, politik, ek konomi, daan penggunnaan ruang ssebagai beriikut : a) Sedappat mungkiin diupayak kan agar dan strukttur maasyarakat pengggunaan ruanng tidak meengalami perubbahan b) Persyyaratan m mutlak kegiatan k ekonoomi, teruutama pem mbagian kerja dan pertuukaran kerja, tidak akan diganggu c) Pengggunaan ruaang /lahan sebagai tempaat pertaniaan, pedesaaan, dan perkootaan yang m memiliki hu ubungan timbaal-balik akann dipertahan nkan d) Adat istiadat, ttingkah lak ku, dan gaya hidup massyarakat tid dak akan diubaah
Destinaasi Pariiwisata Departemen Kebudaayaan dan Pariwisataa dan WWF WFIndonessia Januari 2009) Ekoowisata berbasis masyarakkat merupaakan usahha ekow wisata yanng menitikkberatkan peeran aktif komunitas.H k Hal tersebutt didasarkkan kepadaa kenyataan bahwa masyarakatt memiliki pengetahuan tentang alam sertaa budaya yang y menjaadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarrik wisata, sehingga pelibatan masyarakkat Pola ekowissata berbassis menjadi mutlak.P masyaraakat menggakui hak masyarakkat lokal daalam menggelola kegiaatan wisata di kawasann yang meereka miliki secara addat ataupunn sebagai peengelola. Ekoowisata berrbasis masyyarakat dappat mencipttakan kessempatan kerja baagi masyaraakat setem mpat, dan menguranngi kemiskiinan, di mana penghasilan ekowisaata adalah dari jasaa-jasa wisaata untuk turis: feee pemanndu; ongkkos transporrtasi; homeestay; menjuual kerajinaan, dll. Ekowisata meembawa daampak posiitif terhadapp pelestarrian lingkkungan dan budaya asli setem mpat yang pada p akhirnya m an diharappkan akan mampu menumbuhk jati dirii dan rasa bangga anttar penduduuk setempaat yang tum mbuh akibatt peningkatan kegiatann ekowisataa.
7