KONSUMEN CERDAS MEMILIH TANAMAN SEBAGAI SUMBER MAKANAN Prof Fransiska Rungkat-Zakaria, PhD Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional Department of Food Science and Nutrition, Faculty of Agricultural Engineering, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia.
[email protected] ABSTRACT Plants can be devided into food plants and non food plants. Although plants are the source of nutrient and other bioactive compounds for all animals including human, many medicinal plants are not considered as food plants, i.e. some spices are considered food plants and medicinal plants but mostly are not normally consumed in large quantity. Food plants contain all nutrients in variable quantity such as protein, fat, carbohydrate, vitamins and minerals, and fibers, essential for human health and life. In addition, plants also carry ssubstantial non-nutrients phytochemicals important in maintaining human health such as phenolic acids, flavonoids, terpenoids, carotenoids, and chlorophyll. Some phytochemiclas compounds in plants such as phytic acids, alkaloids derivatives of flavonoids, polyphenols, fibers and trypsin inhibitors were considered as antinutrients due to their capacity of chelating minerals and vitamins and inhibiting protein digestion during intestinal food digestion thus lowering protein, vitamins and minerals bioavailability. due to their capacity in red blood cell haemolysis and producing adverse affects, some alkaloid compounds are considered toxic However, recent research results have shown that these non nutrient phytochemicals are bioactive compounds having antioxidant activity important in health maintenance and even reducing metabolic disease risk including diabetes, cancer and heart diseases. It is now clear that consuming the non nutrient bioactive compounds from plant foods are necessary in keeping normal metaboliism function in present human species. These bioactive compounds are beneficial when consumed as intact whole foods in normal quantity in the form of natural food. Purification of these bioactive compounds and its consumption may produce undesirable effect to the body. Plant foods can be contaminated with dangerous chemicals including pesticides, heavy metals, microbial toxins and emitions of industry and vehicle. TANAMAN PANGAN DAN REMPAH “Let food be your medicine and medicine be your food.”Hippocrates, ca. 460–ca. 370 BC Sumber zat gizi dan non gizi bagi hewan termasuk manusia adalah tanaman. Hewan memperoleh zat gizi dan non gizi bagi pertumbuhan dan hidupnya dari tanaman .Daya untuk meneruskan kelangsungan hidup terletak pada kemampuan hewan untuk memilih tanaman yang bermanfaat baginya dan menghindari tanaman yang membahayakan kesehatannya. Manusia purba disebut memiliki kemampuan yang sama dengan hewan, namun denga perkembangan otak dan emosi manusia, kemampuan instink manusia menjadi berkurang bahkan hilang samasekali. Sampai saat ini, hewan liar masih dapat memilih dengan baik tanaman yang akan
dimakannya, sebaliknya manusia mempunyai pilihan yang hanya terbatas pada kelompok tanaman yang secara ilmiah dan resmi dimasukkan ke dalam kelompok tanaman pangan. Tanaman pangan meliputi kelompok tanaman sumber karbohidrat seperti padi2an contohnya padi, sorgum, jewawut, ketan dll. Kelompok biji2an sumber karbohidrat adalah jagung, kacang hijau, kacang jogo dll. Kelompok umbi2an seperti singkong, talas, ubi jalar, kentang dan beberapa jenis buah seperti pisang dan sukun. Kelompok tanaman sayuran daun umumnya adalah tanaman pangan yang mempunyai daun hijau seperti kangkung, bayam, sawi. Kelompok pangan buah misalnya rambutan, nangka, pepaya, pisang, sukun. Kelompok pangan sumber protein umumnya adalah polong2an yang meliputi kacang kedele, kacang hijau, kacang tanah, kacang jogo, kacang bogor, dll. Kelompok pangan sumber lemak seperti kelapa, kacang tanah, kacang kedele, jagung dan buah sawit. Semua tanaman pangan mengandung vitamin, mineral, serat dan fitokimia yang bermanfaat bagi tubuh. Kandungan karbohidrat, protein dan lemak pangan hasil tanaman pangan membawa energi bagi kelanjutan kehidupan manusia dan dinyatakan dalam kalori. Tabel berikut ini memberikan informasi kandungan karbohidrat, protein, lemak dan energi bahan pangan hasil tanaman (Tabel 1). Tabel 1. Kandungam gizi makro karbohidrat, protein, lemak dan energi beberapa produk tanaman Pangan (100g)
Energy(kalori)
Protein(g) Fat(g) Carbo(g)
Rice Brown Boiled
182
3.4
1.4
40.7
Almonds
560
17
54
4
Terong
15
0.7
0
3
Toge rebus
10
1.6
0
0.8
Alpukat
220
4
20
2
Kacang merah panggang
74
5
0.3
12.7
Pisang
80
1
0.3
20
Buncis rebus
90
6.6
0.5
17
Wortel
25
0.7
0
5
Bunga kol rebus
10
1.5
0
0.8
Rice white boiled
119
2.6
0.1
28
Pangan (100g)
Energy(kalori)
Protein(g) Fat(g) Carbo(g)
Carrots boiled
20
0.6
0
4
Ketimun
10
0.6
0
2
Tepung jagung
350
0.6
0.7
92
Coconut
350
3
36
4
Terigu
340
11
1.2
75
Jeruk bali
20
0.5
0
5
Anggur hitam
50
0.5
0
13
madu
290
0
0
76
Mangga
60
0.5
0
15
Melon
22
0.5
0
5
13.4
2
0.6
0
Jeruk
50
1
0
11
Kacang tanah
570
24
50
9
Paprika hijau
15
1
0.4
2
Keripik kentang
250
4
11
37
Kentang rebus
82
1.4
0.1
19.7
Gula pasir
390
0
0
100
Jagung manis
124
4.1
2.3
22.8
Tomat segar
15
1
0
3
Jamur segar
Hasil seleksi alam terhadap tanaman menghasilkan kelompok tanaman pangan dan non-pangan, misalnya tanaman obat, yang telah digunakan secara tradisional sebagai tanaman penyembuh penyakit. Kelompok tanaman obat ini mencakup berbagai jenis rempah-rempah sehingga rempah-rempah menjadi bagian dari kelompok tanaman pangan dan tanaman obat. Perbedaan prinsipal antara tanaman pangan dan obat obat disajikan secara ringkas pada Tabel 2 berikut ini. Tanaman pangan merupakan sumber utama zat-zat gizi tetapi sedikit membawa senyawa bioaktif fitokimia yang bersifat sebagai obat. Senyawa bioaktif dalam tanaman pangan terdapat dalam konsentrasi yang sangat kecil, jauh lebih kecil dari kandungan yang terdapat pada tanaman obat dan tanaman non pangan lain. Oleh karena itu, jika tanaman pangan dikonsumsi dalam jumlah normal secara utuh, misalnya sampai 3-4 kg tanaman pangan per hari, maka jumlah komponen bioaktif yang juga bersifat sebagai obat masih cukup kecil dan bervariasi sehingga potensi menghasilkan efek negatif bagi kesehatan sangat kecil atau dapat diabaikan. Setiap jenis tanaman mengandung komponen bioaktif dengan jenis yang sangat banyak, sebagai contoh, karotenoid dalam tanaman terdapat lebih dari 700 jenis; flavonoid lebih dari 5000 jenis. Tabel 2. Perbedaan utama komponen tanaman pangan dan tanaman obat
.
Komponen
Pangan
Zat gizi:
Sumber utama
protein,lemak,
Tanaman obat ----------------
karbohidrat,
vitamin, mineral, serat Komponen fungsional/bioaktif
Kadar rendah
Kadar tinggi
Non-gizi Rasa, textur, volume,
Penting
Kemungkinan toksik
Sangat kecil
tidak penting Besar
Resiko cidera kesehatan karena kmponen bioaktif non gizi dalam tanaman pangan masih jauh lebih kecil dibandingkan peranan tanaman pangan sebagai sumber energi dan nutrient. Disamping itu, komponen bioaktif atau fitokimia dalam tanaman pangan bersifat sebagai antioksidan dan stimulan lemah yang bermanfaat bagi penngkatan metabolisme tubuh sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit karena kesalahan metabolisme seperti diabetes, jantung dan kanker. Dalam satu jenis buah atau sayur, bisa terdapat lebih dari 900 jenis komponen bioaktif yang meliputi ratusan flavonoid dan puluhan karotenoid serta asam-asam fenolat dan terpenoid. Kompopnen bioaktif atau fitokimia tanaman umumnya mempunyai rasa yang pahit, sepat atau
asam. Beberapa jenis berasa manis seperti glikosida steviosida. Oleh karena itu, secara tradisional, tanaman obat dapat dibedakan dari tanaman pangan berdasarkan rasa dan bau. Sebagai contoh, tanaman jahe dikenal sebagai rempah-rempah dan sebagai tanaman obat. Rasa jahe yang kuat membuat sulit untuk mengkonsumsi jahe dalam jumlah yang banyak. Komponen bioaktif jahe adalah senyawa flavonoid yang terdiri dari gingerol dan shogaol, dan membuat jahe digunakan sebagai obat dalam jamu tradisional. Flavonoid gingerol dan shogaol merupakan senyawa yang memberikan ciri khas rasa dan bau jahe dan terdapat dalam konsentrasi tinggi. Secara ilmiah, jahe telah terbukti bersifat sebagai antioksidan kuat, dapat menurunkan inflamasi, mencegah kanker dan meningkatkan sistim imun (Zakaria dkk, 2001). KOMPONEN ANTINUTRISI DAN TOKSIK PADA TANAMAN PANGAN Fitokimia atau komponen bioaktif dalam tanaman pangan juga diketahui dapat bersifat toksik dan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan dalam tubuh. Perlu dicatat bahwa efek negatif komponen pangan ini diperoleh melalui pengujian dalam senyawa murni hasil isolasi dan dilakukan dalam jumlah atau dosis yang tinggi. Contoh dari beberapa jenis senyawa ini dapat dilihat pada Tabel 3. Pada dasarnya, semua komponen fiktokimia dalam tanaman pangan yang berjumlah ribuan jenisnya secara alamiah terdapat dalam dosis yang sangat kecil dan jika dikonsumsi dalam bentuk pangan utuh tanpa mengalami pemurnian atau ekstraksi memberikan dampak sinergis sebagai antioksidan atau sebagai komponen bioaktif pemicu berbagai reaksi metabolik yang bermanfaat (Tabel 4). Disamping itu, kebanyakan komponen toksik ini tidak stabil dan mudah terurai, misalnya sianoglikosida, yang mudah terurai menjadi HCN lalu menguap selama proses persiapan pemasakan. Dengan demikian, singkong yang telah di potong-potong, dicuci lalu dikukus telah bebas dari sianida yang mengalami peruraian selama proses penyiapan sajian. Singkong yang mengandung sianida, secara tradisional tidak dimakan karena terasa pahit dan digunakan untuk pengobatan kanker. Tabel 3. Beberapa contoh komponen bioaktif yang dapat menimbulkan reaksi negatif bagi tubuh Jenis fitokimia
Sumber
Reaksi
Oksalat
Rubarb, teh, kokoa, bayam, bit
Pengendapan kalsium
Glikoalkaloid solanin
Kentang
Inhibitor kolinesterase
Sianoglikosida
Kacang merah, singkong
Inhibitor transport elektron
Fitohemaglutinin
Kacang merah, polong2an
Aglutinasi eritrosit
Alergen
Protein seledri, tomat, stroberi, Alergi pepaya
Kafein
Kopi
Kontraksi otot polos
Kumarin
Kulit Jeruk
Karsinogen
Safrol
Merica hitam
Karsinogen
Asam fitat
Bekatul biji2an
Anti nutrisi
Serat
Bekatul biji2an, buah, sayuran
Anti nutrisi
Asam fitat merupakan senyawa yang dapat mengkelat mineral seperti Fe, Ca dan Zn. Dilain pihak, asam fitat juga merupakan antioksidan yang kuat dan kemampuannya mengikat Fe dan Zn pada kolon merupakan sifat penting dalam mekanisme pencegahan kanker kolon yang terjadi melalui reaksi oksidasi yang menghasilkan radikal bebas. Serat juga diketahu dapat menurunkan bioavailabilitas mineral dan beberapa jenis zat gizi seperti protein dan lemak. Sama seperti asam fitat, serat juga sekarang ini bahkan telah menjadi zat gizi karena peranan positif dalam pencegahan penyakit kronis karena memelihara kesehatan saluran pencernaan. Dalam pencegahan penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes dan jantung, serat berperan sebagai prebiotik yang menghidupkan probiotik dan menghasilkan asam-asam organik yang menyehatkan kolon dan kesehatan tubuh pada umumnya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tanaman pangan dalam bentuk alami bukan bentuk ekstrak murni merupakan sumber zat-zat gizi yang esensial serta senyawa antioksidan dan stimulator metabolik yang manfaatnya melampaui beberapa senyawa yang mungkin menyebakan gangguan metabolik. Senyawa protein pada beberapa jenis tanaman pangan telah dilaporkan dapat menyebabkan reaksi alergi. Namun potensi protein alergen dalam tanaman pangan ini sama beratnya dengan potensi protein dari semua bahan pangan. Kejadian alergi oleh protein tanaman masih lebih rendah dari kejadian alergi oleh protein pangan hewani seperti susu, telur, ikan dan kerang. TANAMAN PANGAN UNTUK DIET SEHAT Seperti terlihat pada Tabel 4, jenis dan fungsi biologis komponen bioaktif dalam tanaman pangan amat beragam. Banyak sekali hasil-hasil penelitian yang melaporkan manfaat tanaman pangan bagi kesehatan, jauh lebih banyka dibandingkan dengan laporan tentang sifat toksik atau antinutrisi. Tim WHO semenjak tahun 1987 sampai sekarang, telah mempelajari hubungan antara pangan, nutrisi dan penyakit kanker serta penyakit degeneratif lainnya seperti diabetes dan jantung. Dari hampir sejuta artikel yang diulas secara berlanjut selama 30 tahun, mereka menyimpulkan bahwa pangan asal tanaman atau nabati merupakan pangan yang paling sesuai dengan kapasitas genetika manusia sekarang. Kesimpulan ini diumumkan antara lain setelah mempelajari ribuan artikel tentang manfaat komponen bioaktif tanaman pangan serta serat yang dikandungnya. Beberapa contoh hasil penelitian manfaat tanaman pangan disajikan pada Tabel 4. Inhibitor protease yang bersifat antinutrisi karena dapat menurunkan daya cerna protein dalam saluran pencernaan ternyata bersifat sebagai antikanker karena menghambat perkembangan anggiogenesis sel kanker. Saponin pada kacang2an juga dapat menghambat perkembangan sel kanker antara karena kemampuannya melakukan aglutinasi sel. Salah satu rekomendasi yang dikeluarkan oleh tim WHO pada tahun 2008 adalah mengkonsumsi tanaman pangan dalam bentuk seutuh mungkin, artinya dikonsumsi dalam bentuk alami tanpa mengalami pengolahan yang berlebihan seperti perubahan bentuk, pemurnian dan ekstraksi. Mengkonsumsi rempahrempah, buah, sayuran, serealia dan kacang2an dalam bentuk utuh berarti mengkonsumsi bukan dalam bentuk produk hasil ekstraksi atau pemurnian. Contoh pangan yang mengalami pemurnian adalah pengolahan jagung menjadi tepung maizena. Pada proses pengolahan jagung menjadi maizena, pati jagung diekstrak dari biji jagung sehingga diperoleh hanya pati jagung murni. Komponen lain dalam jagung seperti serta, vitamin, mineral,
antioksidan dan komponen bioaktif yang secara alamiah terdapat dalam jagung tidak lagi berada pada tepung maizena, sehingga tepung maizena menjadi pangan murni tanpa zat gizi, serta dan komponen bioaktif dan hanya menjadi pembawa kalori dan mempunyai index glisemik yang dua kali lebih besar dari pati yangmasih terdapat dalam jagung. Tabel 4. Komponen bioaktif berbagai jenis tanaman pangan serta manfaatnya bagi kesehatan Komponen
Jenis
Fungsi
Sumber
Thioallyl
CH2=CH-CH2-X
Hypolipidemic
Bawang putih
X=struktur organik
Antitrombotik Anti kanker
Protese inhibitor
Kunitz
Anti kanker
Kedele, kacangkacangan
Chlorophyllins
Khlorofol tanaman
Antikanker
KhlorofIl tanaman
Lignans
Antikanker Estrogen
Kedele, gandum . Beras coklat
PEITC
Antikanker
(Phenethyl
(kubis2an)
isothiocyanate) Curcumin I, III Karotenoid
Cruciferous
Diferuroilmetan
Antikanker
Kunyit
Anti penyakit
Sayuran, buah-
degeneratif
buahan, teh
Antioxidan
Komponen
Jenis
Fungsi
Sumber
Gingerols,
Antioxidan, anti
Jahe
shogaol
ateroskelosis, Pencernaan, Anti kanker
Ubiquinones,
Antioxidan
ubiquinols
Flavonoids
Imunomodulator (AIDS)
Quercetin, galangin,Rutin,
Antioxidan, anti kanker
diosmin
Minyak jagung, kacangkacangan Tanaman Teh
katekin Fenol sederhana
Khlorogenat,elagat,protokatecuat,
Antioxidan, anti kanker
Tanaman
ferulat
Isotiosianat
sulfofran
antikanker
brokoli
Actoxikavikol
Fenil propanoid
Anti kanker
Languas
asetat Aurapten
galanga D-limonen
Anti kanker
Sitrus
Resveratrol
Trihidroxistilben
Anti kanker
Anggur merah
Laktoferin
Protein
Anti kanker
Susu
Fitosterol
B-sitosterol, kampesterol
Anti kanker
Sayruan, biji-
(AURA)
Hipokholesterol Saponin
Glikosida
Anti kanker
bijian
Kedele
Fitoestrogen,
isoflavon
Antioxidan, Anti kanker
lignan
Kedele, sorgum,
Momordisin
Anti kanker
paria
Cucurbitasin
Anti cacing
Labu
Berdasarkan hasil ulasan dan rekomendasi tim WHO (2007), berbagai institusi dunia membuat rekomendasi untuk mencegah berbagai jenis penyakit degeneratif. Misalnya, American Institute for Cancer Research menyarankan suplementasi untuk penderita penyakit kanker seperti berikut ini: -
Supplementation of the diets of cancer patients undergoing active treatments with individual or combined antioxidants above their Recommended Dietary Allowances (RDA) or Adequate Intakes (AI) cannot be recommended as safe or effective.
-
Use of high levels of antioxidants as the sole treatment protocol is not advisable because they might be deleterious to normal cells via a prooxidant effect or may possibly confer an advantage to cancer cells.
-
Evidence is not sufficiently strong to warrant routine use of vitamin E supplementation in patients receiving chemotherapy or radiation therapy. Oversupplementation is not recommended during traditional therapies.
-
Cancer patients should follow a reasonable diet that provides vitamin C at the RDA or no more than double that amount.
-
Patients should not take large amounts of b-carotene.
-
Evidence is not sufficient at this time for either broad or precise recommendations about selenium.
-
The lack of information on antioxidant interactions raises concern about making recommendations for the indiscriminate use of combinations of antioxidants.
-
Information is not sufficient to make a recommendation about soy foods or soy products. Supplements containing soy isoflavones are not recommended because the levels of the isoflavones contained are in most cases much higher than can be obtained from the diet.
-
Cancer patients and healthy people can consume the recommended AI for polyunsaturated fatty acids.
-
Recommendations for vitamin D3 cannot be made for cancer patients.
-
A daily multivitamin containing supplements at levels of the DRI can be used safely as part of a program of healthy nutrition including 5–10 servings of fruits and vegetables daily.
Downloaded from jn.nutrition.org by on September 12, 2007 Dengan prinsip yang sama, American Heart Association (AHA) mengeluarkan rekomendasi diet untuk anak-anak dan remaja sebagai usaha untuk mencegah penyakit jantung. Rekomendasi ini berlaku juga untuk pencegahan penyakit diabetes. Rekomendasi ini menekankan kalori untuk diperhatikan agar tidak terjadi
obesitas pada usia muda yang merupakan salah satu penyebab penyakit jantung dikala dewasa. Perhatian juga diharapkan pada konsumsi bijia2an dan kacang2an yang disarankan untuk dikonsumsi secara utuh yaitu tanpa penyosohan, yang berarti dikonsumsi bersama bekatulnya. Konsumsi biji2an bersama bekatul menurunkan index glisemik karbohidrat biji2an. Tabel 5. Estimasi kalori dan rekomendasi sajian untuk biji2an, buah, sayuran dan protein oleh American Heart Association (AHA) berdasarkan umur dan jenis kelamin. Bijia2an dan polong2an yang disarankan adalah dalam bentuk utuh.
Recommendation
1 year
2 to 3 years
Calories*†
900 calories
1,000 calories
Female Male Fat
Milk and dairy‡ Lean meat and beans Female
30 to 40 percent of calories 2 cups§ 1.5 oz
30 to 35 percent of calories 2 cups 2 oz
Male Fruits||
1 cup
1 cup
4 to 8 years
9 to 13 years
1,200 calories 1,400 calories 25 to 35 percent of calories 2 cups
1,600 calories 1,800 calories 25 to 35 percent of calories 3 cups 5 oz
14 to 18 years
1,800 calories 2,200 calories 25 to 35 percent of calories 3 cups
3 oz
5 oz
4 oz
6 oz
1.5 cups
1.5 cups
Female
1.5 cups
Male
2 cups
Vegetables||
3/4 cup
1 cup
Female
1 cup
2 cups
2.5 cups
Male
1.5 cups
2.5 cups
3 cups
Female
4 oz
5 oz
6 oz
Male
5 oz
6 oz
7 oz
Grains¶
2 oz
3 oz
*-Calorie estimates are based on a sedentary lifestyle. Persons with increased physical activity will require additional calories zero to 200 additional calories per day for persons who are moderately physically active; 200 to 400 additional calories per day for persons who are very physically active). †-Calorie recommendations for children two years and older adapted from Dietary Guidelines for Americans (2005) (http://www.healthierus.gov/dietaryguidelines). ‡-Refers to fat-free milk (except for children younger than two year). Substituting 1 cup of 1 percent, 2 percent, or whole milk uses 19, 39, or 63 discretionary calories, respectively, and adds 2.6, 5.1, or 9.0 g of total fat, of
which 1.3, 2.6, or 4.6 g are saturated fat. §-Refers to 2 percent milk for children one year of age. Substituting whole milk uses 48 discretionary calories per 2 cups. The American Academy of Pediatrics recommends that low-fat or reduced-fat milk not be started before two years of age. ||-Serving sizes are 1/4 cup for children one year of age, 1/3 cup for children two or three years of age, and 1/2 cup for children four years and older. A variety of vegetables should be selected. ¶-One half of all grains should be whole grains. Reprinted with permission from American Heart Association. Dietary recommendations for children and adolescents: a guide for practitioners. Consensus statement from the American Heart Association. Circulation 2005;112:2063.
SUMBER BACAAN Erniati, Fransiska R. Zakaria, Bambang Pontjo Priosoeryanto2012. Efek Konsumsi Minuman Bubuk Kakao (Theobroma cacao L.) Bebas Lemak Terhadap Sifat Antioksidatif Limfosit Subyek Perempuan. Jurnal Teknologi & Industri Pangan. Dept. ITP. Bogor. Hal 81-85. Fay, M. P., Freedman, L. S., Clifford, C. K. & Midthune, D. N. (1997) Effects of different types and amounts of fat on the development of mammary tumors in rodents: a review. Cancer Res. 57: 3979–3988. Germain, E., Chajes, V., Cognault, S., L’Huillary, C. & Bougnoux, P. (1998) Enhancement of doxorubicin cytotoxicity by polyunsaturated fatty acids in the human breast tumor cell line MDA-MB-231: relationship to lipid peroxidation.Int. J. Cancer 75: 578–583. Hardman, W. E., Moyer, M. P. & Cameron, I. L. (1999) Fish oil supplementation enhanced CPT-11 irinotecan efficacy against MCF7 breast carcinoma xenografts and ameliorated intestinal side-effects. Br. J. Cancer 81: 441–448. Klein, V., Chajes, V., Germain, E., Schulgen, G., Pinault, M., Malvy, D.,Lefrancq, T., Fignon, A., Le Floch, O., Lhuillery, C. & Bougnoux, P. (2000) Low alpha-linolenic acid content of adipose breast tissue is associated with an increased risk of breast cancer. Eur. J. Cancer 36: 335–340. Messina, M. J., Persky, V. M., Setchell, K. D. R. & Barnes, S. (1994) Soy intake and cancer risk: a review of the in vitro and in vivo data. Nutr. Cancer 21: 113–131. Messina, M. J. & Loprinzi, C. L. (2001) Soy for breast cancer survivors: a critical review of the literature. J. Nutr. 131: 3095S–3108S. Simopoulos, A. P. (2001) The Mediterranean diets: what is so special about the diet of Greece? The scientific evidence. J. Nutr. 131: 3065S–3073S.
World Cancer Research Fund. American Institute for Cancer Research. (1997) Food, Nutrition and the Prevention of Cancer: A Global Perspective. American Institute for Cancer Research, Washington, DC World Cancer Research Fund / American Institute for Cancer Research. 2007. Food, nutrition, physical activity, and the prevention of cancer: a global perspective. Washington, DC World Health Organization. 2008. 2008-2013 Action Plan for the Global Strategy for the Prevention and Control Noncommunicable Diseases. WHO Press, Geneva, Switzerland
Zakaria-Rungkat Fransiska , Yusda Salimi and Bambang Ponco. 2013. Half polished sorghum has lower human glycemic index and higher antioxidant activity on erythocyte and prevented colon cancer development in rats induced with aom carcinogen. Abstract. 7th World Congress on Diabetes & Obesity, Riga, Latvia. October
Zakaria-Rungkat, F., Nurahman, Prangdimurti, E., Tejasari. 2003. Antioxidant and Immunoenhancement Activities of Ginger (Zingiber officinale Roscoe) Extracts and Compounds in In Vitro and In Vivo Mouse and Human System. Nutraceuticals and Foods.8; 96-104 Zakaria-Rungkat F. 2002. Possibility of Allergic Risks Induced by Genetically Modified Foods. Proceeding of Ecology and Health Safety Aspects of Genetically Modified Products. .Eds: Umboh, MIJ et al. Lemlit, UNIMA, Manado, Indonesia,