Tinjauan Pustaka
Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi
Suci Wulansari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI
Abstrak: Kondom perempuan merupakan alat kontrasepsi dengan proteksi ganda yaitu terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) khususnya HIV/ AIDS. Penggunaan kondom adalah cara akhir untuk pencegahan penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual. Sampai saat ini keberadaan kondom perempuan di Indonesia masih kurang populer. Hal tersebut karena kurangnya sosialisasi, ketersediaan dan harga yang relatif mahal. Kondom perempuan mempunyai berbagai keuntungan jika dibandingkan dengan pemakaian kondom laki-laki, juga merupakan salah satu bentuk pemberdayaan perempuan dalam kesehatan reproduksi, sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan dan IMS. Penelitian menunjukkan masih rendahnya pemakaian kondom laki-laki dalam hubungan seks yang berisiko. Dengan pemakaian secara benar dan konsisten, kondom perempuan merupakan meode pencegahan yang efektif tanpa menimbulkan risiko bagi kesehatan. Tulisan ini mencoba menyampaikan gambaran tentang kondom perempuan dan kaitannya sebagai upaya pemberdayaan perempuan dalam kesehatan reproduksi. Kata kunci: kondom perempuan, kesehatan peproduksi, pemberdayaan perempuan
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 4, April 2009
165
Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi
Female Condom, Woman Empowerment in Health Reproduction Suci Wulansari Health System and Policy Research and Development Centre, Ministry of Health RI
Abstract: Female condom is a contraceptive method with double protection for unwanted pregnancy and Sexual Transmitted Diseases (STD), especially HIV/AIDS. Using condom is the last step to prevent the transmission of HIV/AIDS by sexual intercourse. Female condom is less familiar in Indonesia, due to lack of socialization, availability, and relatively expensive price. Female condom has more benefit compared with male condom. The device is a form of woman empowerment in reproductive health in order to protect from unwanted pregnancy and or STD. Recent research showed that the use of male condom is still low in high risk sexual intercourse. If used correctly and consistently, female condom is as effective as other barrier methods and has no known adverse effects or risks to health. This paper describes female condom and its relation with woman empowerment. Keywords: female condom, health reproductive, women empowerment
Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir terjadi percepatan laju penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) khususnya HIV/ AIDS. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), hingga Desember tahun 2006 secara kumulatif ada 8 194 orang yang mengidap AIDS. Sampai sekarang, penularan HIV masih didominasi hubungan seks (heteroseksual) yang tidak aman. Kondisi ini semakin diperburuk dengan penularan HIV di kalangan pemakai narkoba suntik (penasun) yang mencapai 46 persen.1,2 Pencegahan IMS khususnya AIDS dapat dilakukan dengan formula A-B-C-D. A adalah abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful atau setia, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangan yang sah saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dilakukan, harus digunakan alat pencegahan yaitu dengan menggunakan kondom, serta D (don’t use drugs) karena penggunaan narkoba adalah salah satu pintu penularan HIVAIDS. Metode A-B-C-D dibuat berdasarkan penelitian empirik pada masyarakat, yaitu bahwa jika mampu menahan diri untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah, maka akan mampu melakukan abstinensia. Selanjutnya, harus setia dengan pasangannya masing-masing. Jika memang tidak mampu melakukan kedua hal itu, maka harus menggunakan kondom pada setiap berhubungan seksual untuk mencegah HIVAIDS. Penggunaan kondom merupakan cara akhir untuk pencegahan penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual.3
166
Dengan meningkatnya insiden penularan IMS dan terutama HIV/AIDS, pemerintah, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan berbagai pihak menghimbau peningkatan penggunaan kondom yang dianggap bermakna dalam upaya preventif. Hasil survei Depkes tahun 2004/2005 memperlihatkan konsistensi pemakaian kondom pada hubungan seks komersial dalam satu minggu terakhir masih rendah, misalnya di Jakarta 20 persen, di Kalimantan Barat 16 persen. Bila tidak dicegah dengan kegiatan yang nyata dan efektif, diperkirakan pada tahun 2020 ada 500 000 orang yang terinfeksi HIV.2 Kini kondom perempuan muncul sebagai alternatif. Kebutuhan kondom perempuan didasarkan pada kenyataan bahwa pemakaian kondom laki-laki sangat rendah dalam hubungan seks yang berisiko. Hal tersebut diperburuk fakta bahwa laki-laki yang sering berganti pasangan enggan menggunakan kondom dengan alasan tidak nyaman, sehingga meningkatkan risiko pasangannya tertular HIV. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kondom perempuan. Walaupun bukan alat kontrasepsi baru tetapi selama ini sosialisasinya di Indonesia belum terlalu berhasil, sehingga masih banyak perempuan yang tidak tahu dan tidak tertarik, padahal secara fungsional lebih menguntungkan perempuan. Sejarah Kondom perempuan telah tersedia di Eropa sejak tahun 1992, sedangkan di Amerika Serikat, US Food and Drug (FDA) baru menyetujui pemasaran dan distribusinya sejak tahun 1993. Saat ini kondom perempuan telah tersedia di berbagai
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 4, April 2009
Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi negara, termasuk Indonesia. Kondom perempuan, sebagaimana kondom laki-laki, mempunyai fungsi proteksi ganda yaitu sebagai pelindung dari kehamilan yang tidak diinginkan dan menghindarkan penularan infeksi.4-7 Lebih dari 70 negara telah melakukan intervensi penggunaan kondom perempuan, melalui pilot project sampai akhirnya menjadi program nasional. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui penerimaan dan keberlangsungan penggunaan kondom perempuan. Walaupun awalnya penerimaan kurang karena dianggap sebagai alat baru, hampir semua pengguna baik laki-laki maupun perempuan selanjutnya memberikan respon positif dan memutuskan untuk menggunakannya secara kontinyu.4,8 Bentuk dan Pemakaian Kondom perempuan berbentuk kantung, tabung silinder, yang tergantung longgar saat terpasang di vagina, dengan bahan yang tipis, transparan, panjang 17 cm, diameter 6-7.cm. Bersifat elastis dan fleksibel, sehingga mudah mengikuti kontur vagina. Terdapat dua cincin di kedua ujungnya, di bagian dalam berfungsi saat memasukkan ke dalam vagina, dan bagian ujung luar yang berfungsi menahan bagian luar. Terdapat lubrikan di sisi dalam dan luar kondom. Pada ujung bagian dalam terdapat busa/spons yang berfungsi menyerap sperma. Biasanya berwarna cerah seperti merah jambu atau bening. Ada beberapa jenis kondom perempuan yang mengandung spermatisida. 2,7 Sebenarnya penggunaannya tidak sulit, tetapi untuk memerlukan beberapa kali latihan/praktik. Penting adanya motivasi dan konseling meyakinkan pengguna pemula agar tidak langsung menolak penggunaannya sebelum mencoba. Penelitian menunjukkan bahwa kondom perempuan minimal memerlukan tiga kali percobaan sebelum pemakai percaya diri menggunakannya. Pengguna diharapkan mencoba untuk memasang dan melepaskannya dulu dengan berbagai posisi tubuh sehingga menemukan posisi yang paling nyaman, dan dilakukan sebelum saat berhubungan yang sesungguhnya. Konselor harus meyakinkan bahwa semakin lama dan sering menggunakan, proses akan menjadi lebih mudah.5,7 Bagi sebagian orang yang mempunyai kesulitan/enggan menggunakan kondom laki-laki secara konsisten dan benar, kondom perempuan bisa menjadi alternatif dengan beberapa keuntungan. Metode ini dilakukan oleh pihak perempuan, dapat dipasang sampai 5 jam sebelum saat berhubungan seksual serta tidak harus segera dilepas setelah selesai berhubungan, sehingga diharapkan tidak mengganggu kenyamanan hubungan seksual. Hal tersebut karena kondom bersifat tidak konstriktif atau berkerut, dan juga terasa hangat (sesuai suhu tubuh), karena bersifat konduktor.2,5,7 Beberapa laporan menyebutkan adanya peningkatan sensitivitas jika dibandingkan penggunaan kondom laki-laki. Dapat digunakan dengan menambahkan lubrikan berbasis air ataupun minyak, dengan kualitas bahan dasar poliuretan yang lebih kuat daripada latex pada kondom laki-laki, dan Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 4, April 2009
tidak menyebabkan reaksi alergi. Walaupun belum ada studi khusus tentang keefektifannya terhadap pecegahan penularan HIV, data yang ada menunjukkan setidak-tidaknya mempunyai keefektifan yang sama dengan kondom laki-laki.4 Kondom perempuan dapat digunakan oleh perempuan yang peduli akan kesehatan reproduksi dan ingin melindungi diri dan pasangannya dari IMS, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, saat menstruasi, baru melahirkan, pasca histerektomi, peri dan pasca menopause, alergi lateks (untuk kondom dari poliuretan), alergi nonoxynol-9 spermisid, dan jika yang bersangkutan atau pasangannya menderita HIV (+).2,5 Perbandingan Kondom Laki-laki dan Kondom Perempuan Keduanya merupakan alat protektif ganda terhadap kehamilan dan penularan IMS. Kondom laki-laki juga dianggap terbukti melindungi penularan HIV/AIDS. Walaupun belum ada penelitian klinis terhadap efektivitas kondom perempuan terhadap pencegahan penularan HIV/ AIDS, penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kondom perempuan tidak dapat ditembus virus HIV dan IMS. Kondom perempuan pada dan laki-laki mempunyai panjang yang sama, hanya agak lebar.5,7 Tabel 1. menunjukkan perbedaan antara kedua jenis kondom tersebut. Pada tabel menunjukkan berbagai keuntungan penggunaan kondom perempuan dibandingkan kondom laki-laki. Saat ini telah diproduksi kondom perempuan baru yang terbuat dari lateks, yang disebut Female Condom (FC)2, dan selanjutnya kondom lama yang terbuat dari poliuretan disebut sebagai FC 1. Bahan dasar sama dengan kondom laki-laki, mempunyai kesamaan sifat dalam hal daya tahan dan jenis lubrikan yang digunakan dengan kondom laki-laki. Berdasarkan telaah WHO, FC 2 dinyatakan secara fungsional setara dengan FC1. FC 2 diproduksi antara lain untuk mengatasi tingginya harga FC1, walaupun tetap masih cukup tinggi dibandingkan dengan kondom laki-laki.9 Kedua jenis kondom (laki-laki dan perempuan) tidak boleh dipakai dalam waktu bersamaan, karena akan bergesekan dan justru bisa menimbulkan kerusakan pada kondom. Penggunaan kondom perempuan dilaporkan tidak mengurangi kenyamanan, karena ada spons penyerap sperma yang memberi sensasi bagi laki-laki, dan cincin luar yang memberi sensasi untuk perempuan. Hanya saja untuk dapat memasang kondom perempuan secara tepat, perempuan harus mengenal kondisi alat kelaminnya.2,5 Pemakaian Ulang Fakta bahwa harga kondom perempuan jauh lebih tinggi dari pada kondom laki-laki dan keterbatasan distribusi sampai saat ini menyebabkan kondom perempuan masih dianggap relatif mahal. Penelitian menunjukkan terjadinya pemakaian ulang kondom perempuan, bahkan dengan pasangan yang berbeda. Oleh karena itu WHO bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) 167
Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi Tabel 1. Perbedaan Antara Kondom Perempuan dan Kondom Laki-laki.
Cara pemasangan Bahan pembuat Lokasi Penggunaan lubrikan
Saat pemasangan Pelepasan Posisi Daya tahan
Frekuensi pemakaian
Kondom Perempuan
Kondom Laki-laki
Dimasukkan ke dalam vagina Awalnya Poliuretan, saat ini sudah banyak yang terbuat dari Latex Menggantung longgar di dalam vagina - Bisa, termasuk spermisid - Dapat menggunakan lubrikan berbahan dasar minyak ataupun air - Digunakan di bagian dalam kondom Dapat dilakukan sebelum memulai koitus, tidak terpengaruh kondisi penis Tidak harus segera setelah ejakulasi Menutupi/melindungi bagian interna dan eksterna genitalia perempuan dan basis penis. Kondom poliuretan tidak rentan terhadap memburuknya temperatur dan kelembaban, dan bisa bertahan 5 tahun sejak tanggal produksi.
Diselubungkan menutupi penis Latex, ada sebagian kecil dari poliuretan
Direkomendasikan sebagai produk sekali pakai, penggunaan ulang melalui prosedur khusus.
mengadakan penelitian terhadap masalah pemakaian ulang kondom perempuan.6,10 Pada Juni tahun 2000, WHO dan USAID mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi keamanan pemakaian ulang kondom perempuan dan mempertimbangkan penerapannya di lapangan. Disimpulkan bahwa tidak direkomendasikan pemakaian ulang kondom perempuan. Pertemuan juga mengakui pentingnya menyediakan petunjuk tentang prosedur pemakaian ulang kondom perempuan sebagai strategi penurunan risiko, berdasar fakta bahwa memang dijumpai pemakaian ulang. Disusun draf protokol prosedur persiapan pemakaian ulang kondom perempuan, yang meliputi disinfeksi menggunakan pemutih sebelum dicuci 7 tahap. Protokol tersebut masih memerlukan evaluasi keefektifan dan keamanannya, yang meliputi dampaknya terhadap keutuhan fisik kondom perempuan, jumlah minimal di-sinfektan yang diperlukan untuk menonaktifkan mikroorganisme penginfeksi, serta dampak proses tersebut pada jaringan tubuh.6 Protokol ini hanya berdasar kepada cara terbaik yang bisa dilakukan, dan belum dilakukan penelitian secara luas mengenai keamanan dan efikasi penggunaannya pada manusia. Pada tahun 2002, diselenggarakan pertemuan untuk membahas lebih lanjut tentang pemakaian ulang kondom perempuan. Hasilnya adalah bahwa WHO tetap merekomendasikan penggunaan kondom yang baru setiap kali koitus. Telah dilakukan pengujian terhadap protokol pemakaian ulang kondom perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan prosedur yang meliputi tujuh langkah, tidak didapatkan kerusakan pada fisik kondom. Penelitian mikrobiologi juga menunjukkan bahwa proses desinfeksi yang relatif sederhana mampu menginaktifkan organisme penyebab IMS termasuk HIV.
168
Menempel pada penis - Bisa, termasuk spermisid - Hanya bisa menggunakan lubrikan berbahan air - Digunakan di bagian luar kondom Harus dipasang saat kondisi penis ereksi Harus segera dilepas sesaat setelah ejakulasi Menutupi /melindungi sebagian besar penis dan melindungi bagian interna genitalia perempuan Kondom dari latex dapat rusak jika penyimpanan tidak benar. Kondom poliuretan tidak rentan terhadap memburuknya temperatur dan kelembaban. Direkomendasikan sekali pakai.
Pemeriksaan dengan kolposkopi (perempuan) dan magnificient (laki-laki) pada pasangan yang melakukan koitus lima kali dengan kondom perempuan yang sama (setelah proses disinfeksi) tidak menunjukkan jumlah lesi urogenital/ gejala klinis yang lebih banyak daripada pasangan yang selalu menggunakan kondom baru setiap kali koitus, setelah koitus lima kali. Keputusan tentang kegunaan, risiko, dan manfaat dari protokol pemakaian ulang kondom perempuan harus dipertimbangkan sesuai kondisi tiap negara atau secara lokal. WHO tetap merekomendasikan pemakaian kondom laki-laki/ perempuan baru setiap kali koitus, bagi pasangan yang menghindari kehamilan dan atau IMS. WHO tidak merekomendasikan dan menganjurkan penggunaan ulang kondom, tetapi tetap menyediakan protokol dan petunjuk pelaksanaan yang diharapkan dapat diuji kelayakan dan efikasinya secara lokal. Selain itu, WHO juga mendukung penelitian lanjut penggunaan ulang kondom perempuan dan diseminasi informasi yang relevan.6,10 Cost Effectiveness Penelitian menunjukkan bahwa kondom perempuan tidak hanya mempunyai cost effectiveness yang tinggi, tetapi juga cost saving addition untuk program pencegahan, khususnya ketika target spesifiknya adalah kelompok yeng mempunyai perilaku berisiko. Cost effectiveness akan meningkat jika diterapkan pada sasaran dengan kondisi tertentu, yaitu pekerja seksual, laki-laki atau perempuan yang sering berganti pasangan di daerah dengan prevalensi IMS dan atau HIV/ AIDS tinggi, kelompok yang sudah terbiasa dengan penggunaan kondom laki-laki atau justru yang tidak bisa menggunakan kondom laki-laki secara konsisten. Penggunaan kondom perempuan ternyata meningkatkan upaya Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 4, April 2009
Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi perlindungan seksual tanpa perlu meningkatkan jumlah pengguna kondom laki-laki. Adanya penambahan pilihan jenis kontrasepsi juga meningkatkan prevalensi pengguna kontrasepsi. Dengan penggunaan secara konsisten dan benar, perkiraan angka kejadian kehamilan dalam satu tahun sebesar 5%. Lebih tinggi dari penggunaan kondom laki-laki (3%), tapi lebih rendah dari diafragma dan spermisid (6%).5 Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi Kesehatan repoduksi mendapat perhatian khusus secara global sejak isu tersebut diangkat dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo, Mesir, tahun 1994. Terjadi perubahan paradigma dalam masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi. Disepakati salah satu kunci pendekatan dalam program kesehatan reproduksi adalah pemberdayaan perempuan. Perubahan paradigma ini juga berpengaruh besar terhadap hak dan peran perempuan sebagai subyek dalam pelaksanaan Keluarga Berencana (KB), termasuk pemilihan penggunaan alat kontrasepsi.11 Perempuan selama ini seringkali seolah-olah tidak berdaya dan menjadi obyek dalam masalah seksual. Kondom perempuan merupakan salah satu bentuk pemberdayaan perempuan dalam kesehatan reproduksi untuk melindungi dirinya sendiri. WHO dan United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) pada tahun 1997 telah menyatakan bahwa kondom perempuan menunjukkan kontribusi dalam pemberdayaan perempuan, khususnya jika didukung dengan peningkatan informasi dan edukasi.5,11 Bila dalam penggunaan kondom selama ini laki-laki yang menjadi penentu, maka dengan kondom perempuan, para istri bisa mengontrol keamanan hubungan seks. Perempuan dapat memegang kendali penuh atas keputusannya memakai alat kontrasepsi, dan merasa aman karena tidak tergantung pada pasangannya.2 Banyak pengguna yang melaporkan bahwa pengenalan penggunaan kondom perempuan pada partner seksual mereka juga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka tentang kesehatan reproduksi, khususnya tentang pentingnya perilaku seksual yang aman. Hal tersebut berefek pada peningkatkan penggunaan kondom, baik kondom perempuan maupun laki-laki.4,5 Uji coba penggunaan kondom perempuan di berbagai negara menunjukkan hasil yang positif. Berbagai penelitian dan pilot project di beberapa daerah dan negara menunjukkan tingkat penerimaan pemakaian kondom perempuan menunjukkan hasil cukup baik pada laki-laki maupun perempuan dalam berbagai tingkat sosial dan ekonomi yang berbeda-beda, walaupun memerlukan waktu.8 Di Zimbabwe, uji coba yang didukung WHO berlangsung selama dua tahun (1992-1993), dilakukan pada PSK dan ibu rumah tangga peserta program KB, untuk mengeMaj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 4, April 2009
tahui apakah kondom perempuan disukai atau tidak disukai. Hasilnya, perempuan menyukai kondom, selanjutnya sejumlah elemen masyarakat menggalang dukungan agar pemerintah menjamin ketersediaan dan keterjangkauan kondom perempuan di tengah masyarakat, yang ditanggapi pemerintah dengan penyuluhan peranan kondom mencegah infeksi HIV pada masyarakat baik melalui media massa dan pemasaran sosial serta pembagian gratis di klinik pemerintah. Di Zimbabwe terjadi penurunan prevalensi HIV dari 26 persen, menjadi 20 persen dari populasi seksual aktif.2,3 Telah diupayakan uji coba dan sosialisasi penggunaan kondom perempuan di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Papua, Jakarta, dan Semarang sebagai daerah awal uji coba. Menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Nafsiah Mboi, di Papua “lebih dari 43 persen kasus terinfeksi HIV terjadi pada perempuan dan bukan hanya penjaja seks tetapi juga ibu rumah tangga. Sejak tahun 19962004 ternyata tidak ada perubahan perilaku pemakaian kondom karena laki-laki pada umumnya enggan menggunakan kondom. Oleh karena itu, perempuan harus mengambil keputusan untuk melindungi dirinya dengan menggunakan kondom perempuan, apalagi jika pasangannya memiliki perilaku seks berisiko dengan sering berganti pasangan.” Respon masyarakat di daerah uji coba relatif positif, sehingga diharapkan selanjutnya dapat dikembangkan di daerah lain.12 Keberlanjutan penggunaan kondom perempuan tergantung juga pada program dan strategi untuk mempromosikannya sebagai suatu metode baru. Melibatkan lakilaki dalam upaya promosi dan edukasi penting dilakukan karena bagaimana pun juga di banyak negara laki-laki sering dianggap dominan dalam membuat keputusan dalam keluarga termasuk penentuan penggunaan kontrasepsi/pelindung. Penelitian menunjukkan bahwa jika laki-laki sudah terbiasa menggunakan kondom perempuan biasanya akan sama atau bahkan lebih menyukainya. Salah satu masalah yang timbul selama ini saat pendekatan pada perempuan adalah cara penggunaannya yang mengharuskan seorang perempuan betul-betul mengenal dan menyentuh organ reproduksinya, karena sebagian tidak terbiasa bahkan tabu akan hal tersebut.4,5,8 Penutup Kondom perempuan cukup efektif mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan penularan penyakit seksual. Penelitian menunjukkan bahwa penerimaan penggunaan cukup baik. Kendala yang ada adalah keterbatasan distribusi dan harga yang relatif mahal apalagi jika dibandingkan dengan kondom laki-laki, serta kurangnya sosialisasi sehingga banyak masyarakat belum mengetahui dan bisa menerima adanya kondom perempuan. Selain perlunya alat untuk melindungi penularan penyakit menular seksual, yang sangat penting sebenarnya adalah perubahan perilaku. Perilaku seks bebas berganti-ganti 169
Kondom Perempuan, Pemberdayaan Perempuan dalam Kesehatan Reproduksi pasangan (promiscuity) tidak dibenarkan dari berbagai sisi, baik kesehatan, agama, hukum, maupun norma masyarakat secara umum. Penggunaan alat pelindung pada pelaku seks bebas dan promiscuity merupakan upaya akhir yang bisa dilakukan untuk mencegah akibat lebih jauh yang masih banyak terjadi di masyarakat selama ini. Promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan peningkatan moralitas masih menjadi upaya utama yang diharapkan dapat merubah perilaku tidak benar sehingga dapat mencapai kesehatan reproduksi yang lebih baik. Agar promosi kondom perempuan lebih diterima, diperlukan adanya penyesuaian antara penyampaian promosi dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan penduduk setempat serta didukung dengan ketersediaan dan kemudahan untuk memperolehnya. Selain itu perlu diadakan penelitian untuk mengkaji efektifitas dan kendala pemakaian kondom perempuan di Indonesia, sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk penyusunan strategi dan kebijakan dalam kesehatan reproduksi. Daftar Pustaka 1.
2.
3.
170
Idris F. Sirkumsisi dan aktifkan lagi kampanye penggunaan kondom: Elemen penting untuk cegah penularan HIV-AIDS. Accessed 11 Maret 2008. Available from: http://idi.aids-ina.org/. Kondom perempuan, senjata menangkal HIV. Accessed 11 Maret 2008. Available from: http://www.menegpp.go.id/menegpp. php?cat=detail&id=media&dat=557. Vaudika DP, Hiryani, Mellita F, Pratiwi PD, Gihonia, Jatnika VV. Kampanye penggunaan kondom di Indonesia, Accessed 8 April
2008. Available from:http://isukesehatan.wordpress.com/2008/ 05/26/kampanye-penggunaan-kondom-di-indonesia/. 4. Female Condom. Accessed 12 Maret 2008. Available from:http:/ /www.global-campaign.org/female-condom.htm. 5. World Health Organization. The female condom: A guide for planning and programming. Department of Reproductive Health & Research WHO. Geneva: WHO Press; 2000. 6. World Health Organization. The safety and feasibility of female condom reuse: Report of a WHO Consultation. 28-29 January 2002. Geneva: WHO Press. 2002. 7. What are female condoms? Accessed 6 Maret 2008. Available from: http://www.infoforhealth.org/globalhandbook/book/fph_ chapter14/index.shtml. 8. Warren, Mitchell, Philpott, Anne. Expanding safer sex options: introducing the female condom into national programmes. Accessed 12 Agustus 2008. Available from: http://goliath. ecnext.com/coms2/gi_0199-298857/Expanding-safer-sex-options-introducing.html. 9. World Health Organization. Female Condom, Tehnical review committee summary report on FC2. Department of reproductive health and research. Geneva.2007. 10. World Health Organization. WHO Information update: Considerations regarding reuse of the female condom, Juli 2002, Accessed 6 Maret 2008 Available from: http://www.who.int/reproductive-health/stis/docs/reuse_FC2.pdf. 11. Depkes RI, BKKBN, Depsos RI. Depdiknas RI, Kementrian pemberdayaan perempuan. Kebijakan dan strategi nasional kesehatan reproduksi di Indonesia, Jakarta, 2005. 12. Uji coba kondom di Papua. Kompas, 12 Oktober 2006.p.A.
HQ
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 4, April 2009