Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
KOMIK DIGITAL INTERAKTIF BERTEMA POLITIK DAN PEMILU : CORONATION Mukhlis Nur
Alvanov Zpalanzani, ST, MM
Program Studi Sarjana Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : media interaktif, komik, pemilu
Abstrak Pemilu sebagai salah satu elemen yang sangat krusial dalam sistem demokrasi yang membentuk sistem pemerintahaan Indonesia. Akan tetapi Salah satu masalah yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah menurunnya tingkat partisipasi masyarakat terutama di kalangan remaja dan pemilih pemula. Hal ini disebabkan oleh image negatif yang melekat kuat terhadap dunia politik termasuk pemilu akibat berbagai kasus yang belakangan ini terjadi di berbagai sektor pemerintahan. Untuk dapat menarik kembali perhatian dan ketertarikan remaja terhadap proses yang sangat penting ini, diperlukan media sosialisasi yang lebih sesuai dengan selera dan pemikiran mereka. Komik merupakan media yang sangat fleksibel dan sudah menjadi bagian dari keseharian remaja, karena itu, dengan mengadaptasikan informasi mengenai pemilu ke dalam bentuk komik dengan genre dan visual yang sesuai dengan selera mereka, ditambah dengan mengintegrasikan komik ke dalam media mobile game yang sedang populer, diharapkan dapat menarik perhatian remaja dan informasi dapat lebih mudah disampaikan.
Abstract Election is one of the most important and crucial element in democratic system which built Indonesia government system. But one of the most concerned problem we are facing right now is the drastic decrease of people’s participation rate especially among teenagers and first time participants. This was caused by negative image which firmly attached toward political worlds including election which triggered by recent political cases that happend in various sector of this country. To restore their attention and concern toward this important process, we need socialization media which more suitable and adapted to their taste and perspective. Comic is a very flexible media and has become teenager’s daily entertainment, therefore, by adaptating information about election into comic with genre and visual that suitable to their taste, furthermore by integrating comic into mobile game which is now popular among them, it is expected to be able to get their attention and interest while at the same time make them easier to accept the message and information.
1. Pendahuluan Kondisi dan situasi politik di Indonesia saat ini tidak berada dalam kondisi yang ideal. Begitu banyak kasus korupsi serta kasus politik yang terjadi negara ini dan sikap serta tindakan – tindakan yang negatif yang banyak diperlihatkan oleh para politikus dan petinggi negara kini semakin memperburuk gambaran dunia politik di mata masyarakat. Hal ini pada akhirnya berujung pada berkurangnya ketertarikan dan kepercayaan masyarakat terhadap dunia politik Indonesia dan para politikusnya. Hal tersebut juga berdampak pada partisipasi masyarakat dalam Pemilu yang merupakan salah satu dasar penting dari berjalannya sistem demokrasi di Indonesia. Banyaknya kontroversi dan beberapa kecurangan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah dan Pemilu itu sendiri. Hilangnya kepercayaan masyarakat tersebut mengakibatkan meningkatnya jumlah masyarakat yang tidak ikut memilih atau biasa disebut golput (golongan putih). Padahal Pemilu merupakan salah satu kewajiban sebagai warga negara dalam turut serta menentukan masa depan negara ini 5 tahun kedepan. Remaja adalah salah satu golongan yang paling terpengaruh oleh fenomena ini. Berdasarkan survei dari LSI (LSI, 2012) serta survei yang dilakukan penulis, golongan remaja termasuk yang banyak tidak memilih atau golput. Kebanyakan dari mereka tidak memilih karena alasan tidak lagi percaya pada para politikus, partai, dan calon – calon yang mengikuti pemilu. Hal ini didorong juga oleh pemberitaan berbagai media yang mengekspos secara ekstrim pada hal – hal negatif berkaitan dengan pemilu. Dengan pemberitaan yang monoton dan sudah tidak lagi terkesan netral, banyak remaja yang merasa tidak lagi tertarik dengan perkembangan dunia politik dan tidak tertarik untuk mengenal para calon – calon legislatif maupun presiden yang mengikuti Pemilu. Hal ini juga dikarenakan kondisi psikografis remaja terutama pada zaman ini yang sangat mudah terpengaruh oleh media. (Papalia, 2009)
Gambar 1. Hasil survei tingkat partisipasi remaja (50 responden). Diagram kanan menunjukkan persentase remaja yang memilik dan tidak memilih sedangkan diagram kiri merupakan survei kecenderungan sikap atau cara memilih dari mereka yang menyatakan akan memilih pada survei sebelumnya.
Dalam kurun waktu dari tahun 1998 hingga 2012 saat ini, telah banyak upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk menarik kembali perhatian masyarakat untuk kembali turut berpartisipasi dalam pemilu dan lebih sadar akan kondisi dan situasi politik Indonesia. Salah satu media yang banyak digunakan adalah hingga saat ini adalah media komik. Salah satu contohnya adalah komik Sosialisasi Cara Mencontreng oleh detik.com, komik Komilu yang dikeluarkan oleh Partai Keadilan Sosial, dan lain – lain. Komik sendiri sudah sejak dulu digunakan oleh berbagai lembaga sebagai media sosialisasi, kampanye, hingga propaganda pemerintah (Graham, 2011) Komik dan kartun – kartun karikatur adalah salah satu media yang paling banyak digunakan untuk menyampaikan protes, kritik, serta opini tidak hanya pada pemerintah tapi juga agar masyarakat sadar akan topik tersebut. Media komik tersebut telah banyak berkontribusi dalam tidak sebagai media hiburan, tapi juga sebagai media pembelajaran dan informasi bagi masyarakat (McCloud, 2001). Akan tetapi, sejauh ini, sebagian besar komik – komik tersebut masih belum sepenuhnya berhasil mencapat golongan remaja. Hal ini dikarenakan sebagian komik tersebut ditujukan untuk kalangan dewasa, ataupun umum yang sayangnya kurang sesuai dengan pola pikir serta selera kalangan remaja saat ini. Kebanyakan komik tersebut sifatnya lebih “menertawakan” atau juga mengkritik kasus politik atau sikap politikus. Karena itu perlu adanya penyesuaian cara penyampaian serta penyajian topik, cerita, maupun visual komik yang lebih sesuai. Penyesuaian ini diperlukan dengan tujuan untuk menyampaikan topik serta informasi yang berkaitan dengan pemilu serta dunia politik Indonesia melalui cara yang lebih sesuai dengan pola pikir serta selera remaja saat ini agar remaja dapat lebih mudah menyerap pesan mengenai Pemilu dengan lebih mudah dan menyenangkan. Secara bersamaan, diharapkan pesan tersebut dapat membantu remaja dalam memandang dunia politik dengan lebih bijak, memilih dengan lebih cerdas, serta mengambil keputusan dengan lebih baik. Data dikumpulkan dari sumber primer maupun sekunder dengan menggunakan metode sebagai berikut : a.
Observasi : Dengan mengamati media dan produk sejenis serta mengamati target sasaran.
b. Wawancara : Mewawancarai beberapa pihak yang terkait dengan komik, terutama komik politik dan komik digital, beberapa pihak organisasi masyarakat yang banyak terkait dengan kegiatan Pemilu, serta target sasaran. c.
Studi literatur : Dengan melakukan studi pada sumber – sumber literatur yang berkaitan dengan media komik dan persoalan Pemilu
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 2
Nama Penulis ke-1
2. Proses Studi Kreatif Konsep dasar serta tujuan dari karya ini adalah mencoba membangun ketertarikan dan menarik perhatian remaja terhadap Pemilu sekaligus memberikan informasi dan pemahaman terhadap remaja agar dapat memilih dengan lebih kritis dan cerdas. Ketertarikan tersebut diharapkan dapat dibangun dengan memberikan sebuah cara pandang baru terhadap informasi serta hal – hal yang berkaitan dengan politik dan Pemilu yang lebih menarik dan lebih mudah dipahami serta disukai oleh kalangan remaja. Salah satunya adalah dengan menggunakan cara penyampaian pesan yang diterapkan pada komik yang saat ini sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan sehari – hari kalangan remaja terutama di perkotaan. Dan berdasarkan dari data komik – komik Best-seller di Gramedia, saat ini komik populer banyak di dominasi oleh komik – komik Jepang. Terutama yang bergenre shounen atau remaja laki – laki. Berdasarkan hal tersebut, pada rancangan komik ini, akan digunakan pendekatan gaya visual dan penceritaan dari komik Jepang atau manga yang memang saat ini sudah sangat familiar bagi remaja. Dan untuk memberikan kedekatan serta unsur interaktifitas dan kebebasan bagi remaja, komik ini akan dibuat dalam bentuk sebuah game komik interaktif dengan memanfaatkan teknologi Android yang saat ini sedang berkembang dan populer di kalangan remaja. Komik digital interaktif ini merupakan penggabungan media Komik, Game,dan internet yang bertemakan pemilu dan politik di indonesia. Permainan ini akan ditampilkan dalam bentuk Social network game yang menggunakan Konektivitas GPS yang ada pada smartphone. Konsep dasar karya ini bertujuan menyampaikan dan menceritakan tentang politik dan pemilu di indonesia kepada remaja usia 14-24 dengan pendekatan berbeda yang dikemas dalam bentuk yang menyenangkan dan fantasy. Poin utama yang menjadi inti pesan game adalah politik dan pemilu bisa di Pelajari dari sisi yang menarik. Hal ini didasari oleh pemikiran pemilu itu penting untuk rakyat indonesia apalagi remaja dan remaja masih menggangap hal tersebut sesuatu yang tidak menarik dan tidak menyenangkan. Komik ini memiliki cerita yang sengaja di adaptasi dari keadaan Indonesia saat ini menurut para remaja dan diolah menjadi bentuk fantasy yang mengkisahkan Indonesia pada tahun 2034 telah menjadi salah satu negara adidaya berkat kemajuan teknologi yang telah dimulai sejak revolusi teknologi 20 tahun yang lalu. Akan tetapi, kondisi politik dan dalam negerinya tidaklah sebaik kelihatannya. Perseteruan antar partai dan golongan, perebutan kekuasaan. Komik digital interaktif ini akan di munculkan menjadi dua sistem permainan yang berbeda dan saling berhubungan. Visual Comic game dan Social Network game, kedua game ini akan saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam visual comic game pemain akan diberikan cerita dari dunia Coronation itu sendiri, seperti permasalahan dan konflik didalamnya. Player akan diberikan kuasa untuk memilih jalan cerita yang diinginkan sesuai dengar pemikiran player, pemilihan jalan cerita juga akan mempengaruhi poin yang player dapatkan, di tengah game juga akan bermunculan trivia-trivia yang dapat mempengaruhi dan petunjuk pemilihan cerita oleh player dan juga berbagai informasi – informasi mengenai Pemilu. cara ini akan memberikan remaja lebih bijak dalam memilih jalan yang dia pilih. Dari poin yang didapat akan menjadi poin player di social network game. didalam social network game ini player akan berperan sebagai seorang yang memiliki power dan bisa memilih untuk bergabung pada kelompok tertentu atau justru tidak memilih. Keadaan dalam game ini akan berpengaruh terhadap chapter komik selanjutnya, jadi para player punya andil terhadap universe Coronation. Tetapi komik juga akan mempengaruhi cerita dan event yang akan terjadi di social network game.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Nama Coronation diambil dari kata Corona yang berarti mahkota, dan Nation yang berarti negara. Sehingga Coronation secara harfiah berarti “negara mahkota”. Konsep pemilihan judul ini diambil dari konsep cerita yang melibatkan mahkota di dalamnya, serta interpretasi dari kondisi politik di Indonesia saat ini dimana para politikus dan petinggi negara saling berebut dan berlomba – lomba untuk mendapatkan kekuasaan tertinggi serta membuat dan memakai “mahkota” kekuasaan yang semegah mungkin untuk menunjukkan posisi dan kekuatannya di negara ini. Kondisi dimana begitu banyaknya orang yang ingin berkuasa dan banyaknya orang yang memakai “mahkota” di negara ini lah yang menjadi inspirasi serta arti dari “negara mahkota” atau Coronation. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Coronation sendiri menceritakan tentang Indonesia di tahun 2034 dimana Indonesia telah berkembang menjadi negara adidaya berkat sebuah teknologi sumber energi baru yang dikembangkan oleh seorang ilmuwan 20 tahun lalu. Dengan teknologi yang disebut dengan Crown system tersebut, Indonesia mengembangkan berbagai teknologi mulai dari kehidupan sehari – hari hingga militer yang membuat negara tersebut disegani. Akan tetapi, kondisi politik dan dalam negerinya tidaklah sebaik kelihatannya. Perseteruan antar partai dan golongan, perebutan kekuasaan, korupsi seserta berbagai kasus - kasus kecurangan dalam dunia politk dan ekonominya membuat kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin besar dalam masyarakatnya. Hal ini juga mendorong tumbuhnya berbagai masalah serta kelompok - kelompok yang berusaha memanfaatkan kekacauan tersebut untuk kepentingan mereka masing - masing. Dan Crown system menjadi pusat dari kekacauan tersebut. Kekuatan yang dimiliki oleh benda tersebut membuat berbagai pihak berlomba – lomba untuk menciptakan Crown yang terkuat milik mereka sendiri untuk mempertahankan kekuasaan dan posisinya serta menghancurkan lawan politiknya. Kondisi yang kacau tersebut pada akhirnya mengubah sistem Pemilu saat itu dan melahirkan Coronation sebagai usaha terakhir untuk meminimalisir kekacauan tersebut. Coronation adalah sebuah sistem Pemilu baru untuk memilih orang yang akan menduduki kekuasaan tertinggi yaitu Presiden. Dalam proses Coronation, para kandidat dari berbagai partai, golongan, maupun independent akan bertarung satu sama lain dengan menggunakan Crown system milik mereka untuk memperebutkan posisi tertinggi di Indonesia. Topik – topik dan peristiwa yang dibahas dan terjadi di dalam cerita di komik ini merupakan adaptasi serta analogi dari berbagai topik, peristiwa, serta fenomena yang terjadi baik di dunia politik maupun masyarakat yang berkaitan dengan proses Pemilu. Berikut ini adalah detail dari cerita Coronation. Judul : Coronation : Crownless King Genre : fantasi - aksi Setting : Indonesia 2034 Karakter : Saga Dharmayudha (karakter utama) Yulia Oktavia (narator) Premis : Masa depan negara tidak hanya ditentukan oleh seorang pemimpin, tapi juga setiap tindakan yang dilakukan rakyatnya demi negara. Logline : Demi memperbaiki keadaan Indonesia yang kacau, Saga dan Yulia berpartisipasi dalam ajang Pemilu yang kini diadakan dalam bentuk Battle-Royal dengan menggunakan teknologi Crown System demi memperebutkan posisi pemimpin negara ini. Sinopsis : Saga, seorang pemuda yang 10 tahun lalu dianggap mati dalam tragedy „Langit Merah‟ di Jakarta, muncul di hadapan Yulia, seorang gadis dengan mimpi untuk memperbaiki kondisi politik Indonesia yang kacau dan penuh kecurangan. Demi mewujudkan ideology mereka, keduanya berpartisipasi dalam ajang pemilu yang kini diadakan dalam bentuk pertempuran antar kader dengan menggunakan teknologi Crown System dan kini disebut sebagai Coronation. Dalam ajang perebutan posisi tertinggi di negara tersebut, keduanya harus bertarung dan berhadapan dengan berbagai macam orang, partai, lembaga, serta organisasi yang dengan cara mereka masing – masing berusaha mencapai tujuan serta mewujudkan ideologi mereka masing – masing. Dan Saga serta Yulia pun harus berhadapan dengan masa lalu dan perbedaan prinsip serta ideologi diantara mereka sendiri.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 4
Nama Penulis ke-1
Chapter 1 (Part I) Decision Topik : a. Mengenai kerusuhan dalam kampanye b. Penggalian informasi dari media untuk mengetahui kebenaran suatu berita, isu, dan informasi. c. Generasi muda aktivis partai yang sebenarnya punya visi dan tujuan yang baik, tapi terjebak dalam sistem dan kekuatan partai sehingga tidak dapat berbuat banyak dan menyerah pada sistem dan keadaan. Premis : Kepercayaan adalah harta yang sangat berharga, karena itu pastikan terlebih dahulu sebelum memberikan kecepercayaan tersebut pada orang lain. Sinopsis : Yulia Oktavia, seorang gadis yang juga merupakan staf penting di suatu kantor cabang partai Dikasthis, dalam kerusuhan yang terjadi dalam salah satu pawai kampanye kader partainya, terjadi kesalahan yang mengakibatkan penembakan terhadap warga yang dianggap sebagai provokator dalam kejadian tersebut. Dalam keraguannya akan tindakan partainya dalam kerusuhan tersebut dan kader yang sangat ia kagumi dan percaya, Ivan, Yulia bertemu dengan Saga Dharmayudha, seorang pria misterius dengan bekas luka di sekujur tubuhnya yang membuka mata Yulia akan kebenaran yang selama ini ia tolak dan hindari.
Gambar 2. Bagan alur cerita dan pemilihan alur pada chapter 1. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
Komik ini akan memanfaatkan beberapa kelebihan komik digital interaktif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fitur yang akan diaplikasikan dalam komik ini adalah interaktifitas melalui pemilihan alur cerita dan hasil serta proses dalam game, variasi cara narasi dalam komik, dan pemberian musik. Dalam komik Coronation ini, pembaca memiliki beberapa kesempatan untuk menentukan alur cerita yang berbeda – beda. Penentuan alur tersebut tidak hanya terbatas pada pilihan – pilihan di beberapa titik cerita, tapi juga melalui hasil dan proses dalam game, akumulasi poin, perolehan achievement sepanjang cerita, dan lain – lain. Dengan variasi tersebut, pembaca diharuskan untuk benar – benar teliti dengan segala informasi yang diberikan sepanjang cerita untuk benar – benar dapat memperoleh jalan cerita yang diinginkan.. Berikut ini adalah hasil desain akhir untuk komik Coronation ini.
Gambar 3. Desain logo Coronation dan sketsa animasi untuk logo tersebut. Bentuk dasar logo ini diambil dari bentuk mahkota sesuai dengan judulnya, dan lambang pancasila yang kehilangan empat simbol di dalamnya yang melambangkan kondisi negara saat itu yang melupakan nilai – nilai tersebut.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 6
Nama Penulis ke-1
Gambar 4. Desain akhir untuk karakter utama dalam Coronation, Saga Dharmayudha. Sedangkan gambar di sebelah kanan adalah salah satu dari lima bentuk Throne miliknya yang bentuknya diambil berdasarkan lima sila dalam Pancasila. Desain di atas merupakan bentuk kedua berupa pedang - cambuk yang diambil berdasarkan simbol rantai dalam Pancasila sekaligus memiliki makna yang berdasarkan sila „kemanusiaan yang adil dan beradab‟.
Gambar 5. Desain akhir untuk karakter utama kedua dalam komik ini, Yulia Oktavia. Dalam komik ini, Yulia berperan sebagai pendamping Saga dan sebagai narator dalam komik ini karena komik ini nantinya akan diceritakan melalui sudut pandang Yulia.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7
Gambar 6. Desain akhir untuk karakter antagonis pertama yang muncul di chapter 1, Ivan. Dalam komik ini ia diceritakan sebagai seorang Kader partai Dikasthis yang mati – matian berusaha mempertahankan posisi dan kedudukannya dengan menggunakan segala cara. Gambar di kanan adalah Crown System dan Throne miliknya, Crown of Thousand Needles dan Echidna.
Gambar 7. Desain logo empat partai utama yang akan muncul dalam Coronation, dari kiri ke kanan; Dikasthis, Exousia, Ouranos, Agios. Desain logo ini dibuat berdasarkan karakteristik dan peran partai – partai tersebut di dalam cerita.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 8
Nama Penulis ke-1
Gambar 8. Preview hasil akhir komik Coronation.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 9
4. Penutup / Kesimpulan Dengan kondisi serta image dunia politik Indonesia saat ini, memang sulit untuk dapat mengembalikan ketertarikan remaja terhadap Pemilu dengan media – media dan cara – cara sosialisasi dan kampanye pada umumnya. Khususnya pada remaja yang dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini mulai mengurangi rasa kepedulian terhadap negara ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor kesan negatif akan dunia politik yang mengekspos mereka melalui berbagai media. Semua faktor tersebut membuat cara sosialisasi yang biasa digunakan tidak lagi efektif. Karena itu dibutuhkan cara baru yang cocok dengan remaja Indonesia saat ini. Salah satu solusi yang ditemukan adalah dengan menggunakan cara dan media yang memang mereka sukai dan menjadi bagian dari keseharian remaja yang mereka anggap menyenangkan. Komik adalah salah satunya. Komik bagi sebagian besar remaja saat ini sudah menjadi salah satu hiburan umum seperti halnya televisi, internet, dan game. Akan tetapi, media saja tidak cukup. Dengan menyesuaikan cara penyampaian dan penyajian baik isi maupun visualnya dengan selera remaja, mereka dapat memandang media sosialisasi tersebut sebagai media hiburan dan dapat menerima informasi dan pesan dari media tersebut dengan lebih baik dan terbuka. Dalam komik Coronation ini, diimplementasikan gaya visual dan penceritaan komik Jepang atau manga yang memang sangat familiar dan populer di kalangan remaja. Cara penyampaian informasi dan pesan mengenai Pemilu dalam komik ini dilakukan dengan mengadaptasikannya ke dalam cerita fantasi science-fiction. Hal ini dilakukan untuk menjauhkan kesan kaku dan formal yang melekat dalam image politik dan media – media sosialisasi politik dan lebih menonjolkan unsur fun yang disukai remaja (Caputo, 2002). Pemanfaatan teknologi dan tren mobile gadget serta mobile game yang digemari remaja juga merupakan bagian dari strategi komunikasi yang diterapkan dalam media komik, atau lebih tepatnya komik digital interaktif ini. Dengan memanfaatkan kebebasan dan interaktifitas dalam menentukan alur cerita yang diterapkan dalam komik digital interaktif ini, pemain diharapkan dapat memahami bahwa setiap tindakan yang mereka pilih dapat mempengaruhi kondisi sekitarnya, begitu pula yang terjadi dalam proses Pemilu. Sistem yang diterapkan dalam komik digital interaktif ini mencoba menyadarkan pada pembaca bahwa memilih bukanlah hal yang mudah dan dapat dilakukan dengan asal – asalan tanpa memahami situasi yang sedang terjadi.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* Program Studi Sarjana Desain Komunikasi Visual FSRD ITB. Proses pelaksanaan Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* ini disupervisi oleh pembimbing Alvanov Zpalanzani, ST, MM.
Daftar Pustaka Caputo, Tony C. 2002. Visual Storytelling : The Art and Technique. New York : Watson-Guptill Graham, Richard L. 2011. Government Issue : Comic for The People, 1940 – 2000s. New York : Abrams. McCloud, Scott. 2001. Understanding Comic. (Indonesia) Jakarta: KPG Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. 2009. Human Development (11st Edition). New York : McGraw-Hill. Lembaga Survei Indonesia (LSI). 2012. Tabel Hasil Survei Memilih Mantap, Memilih Dengan Tidak Mantap, Belum Memilih (%). http://www.lsi.or.id. 19 Mei 2012
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1| 10