Minggu, 09 Agt 2015 Edisi
6
Dari meja redaksi…. Selamat beribadah rekan semua ….
W
Allahku Allah Tritunggal
aktu lewat dengan cepat dan tidak mengampuni orang. Kita harus sigap menangkap setiap kesempatan. Apa itu waktu? Agustinus berkata: “Jika engkau bertanya kepadaku apa itu waktu, aku tidak tahu.” Tetapi kekekalan adalah sesuatu di mana waktu memberi suatu kontribusi untuk menjadikan sebagian di dalamnya. Bagaimana saya mengetahui selama saya berada dalam wadah waktu ada kekekalan? Makin pikir makin tidak mengerti. Tetapi orang selalu tidak sadar bahwa dia membuang banyak waktu, pusaka yang tidak kelihatan.
Tuhan menciptakan dua wadah dan menaruh manusia di dalamnya. Yang pertama: ruang.
KIN Flash
Dan wadah kedua: waktu. Orang Gerika memberi nama “kronos”. Kronos adalah satu proses statis. Ketika ada yang menarik kita masuk ke otak, itu namanya kesan. Apa yang membuat engkau ingat sesuatu? Apa yang mengubah waktu menjadi momen? Momen ada dalam waktu, tetapi momen bukan waktu. Waktu mengandung momen. Sejarah terbentuk dari kairos atau momen yang bersifat kualitatif. Yang bersifat kualitatif lebih berarti daripada yang bersifat kuantitatif. Waktu akan lewat, tetapi sejarah tidak bergeser dan menciptakan makna. Sejarah tidak terbentuk dari waktu yang bersifat kuantitatif, tetapi kumpulan dari momen yang bermakna
The day of harvest! In his morning devotion, Vic. Johanis Putratama Kamuri brings the youth to see how God’s will and ours may harmonize and that Christians can only live free within the confine of God’s law. Rev. Agus Marjanto focuses on the theme of the cross: its necessity; our duty to bear our cross daily; our heart attitude in bearing our cross. Vic. Jimmy Pardede explores the true meaning of Christian scholarship: to be in awe of God for His creation, to be able to separate God’s truth from falsehood, and to be blessings for the world. Taking his sermon from the book of Revelation, Rev. Rudy Gunawan invites the youth to be missional in their lives, bringing people towards the New Jerusalem. In his morning session, Rev. Stephen Tong explains the uniqueness of Christian theism. Only the Triune God can declare himself to be the self-existing love even before the creation. In the Triune God we find each Person to have the other Persons as the object of His love. Concluding his session, about 1100 youths responded to Rev. Tong’s altar calling to dedicate themselves to be full time ministers of God. The youths were given an opportunity to watch a concert performance playing excerpt works from, among others, Wolfgang Amadeus Mozart, Franz von Suppé, Ludwig v. Beethoven, and George Frideric Handel. The night was closed with an open-air gospel rally for youths attended by ~8000 people. Rev. Tong urges the youths to purse God’s power and His countenance, to fear the Lord, and to become blessings to others by becoming God’s faithful witnesses. We praise God for the ~3000 youths who answered the altar call for repentance and to dedicate themselves to be full time servants of God. Today is the last day of KIN. We pray for a new generation of God-fearing youth raised among you. The One who calls them is faithful. He will bring his plan for them to completion. Keep the fire burn on and Soli Deo Gloria! (mk/dt)
Tanpa terasa kita telah tiba di akhir seluruh acara KIN Pemuda 2015. Banyak pengalaman suka duka selama kita berada di KIN. Berapa banyak teman baru yang telah kalian dapatkan? Kiranya pertemuan ini bisa juga membangun jaringan sesama anak Tuhan untuk berjuang bersama bagi bangsa yang kita cintai ini. Negara kita membutuhkan pemimpin-pemimpin masa depan yang sungguhsungguh handal, takut akan Tuhan, setia melayani Tuhan, dan hidup dalam integritas yang penuh. Gereja juga membutuhkan hamba Tuhan yang akan melayani generasi mendatang. Hambahamba Tuhan yang mau sungguh-sungguh peka akan kehendak Tuhan, mau menggarap pelayanan dengan tanpa pamrih, dan rela dipakai Tuhan di mana pun ditempatkan. Mari kita kembali ke tempat kita masing-masing dengan panggilan yang semakin tegas, hati yang terbakar oleh api Tuhan. Kiranya hidup kita boleh memuliakan nama-Nya.
Tim Redaksi.
SEKILAS (menjadi bermakna karena menggeser waktu dan berkait dengan kekekalan). Segala peristiwa yang ada makna pasti berkait dengan kekekalan. Komputer menjadi wadah (container) yang bisa diisi banyak data, tetapi manusia yang bernilai adalah manusia yang bermemori momen-momen penting dalam peristiwa sejarah. Kita perlu belajar sejarah. Guru terbesar kita adalah Allah, kemudian Yesus Kristus, ketiga, Roh Kudus, dan keempat Kitab Suci, yaitu kitab dari para nabi dan para rasul. Selain itu, terdapat bapak gereja, guru kita, dan sejarah. Manusia bijaksana adalah manusia yang bisa belajar dari sejarah. Friedrich Hegel, profesor dari Karl Marx, pernah mengatakan bahwa sejarah mengajarkan manusia pengajaran penting, dan pengajaran yang paling penting adalah bahwa manusia tidak mau menerima pengajaran dari sejarah. Jika Martin Luther tidak ada, bahasa Jerman akan lain. Saya kagum pada pendeta zaman dulu yang ahli dalam bidang bahasa, musik, dan theologi. Banyak pendeta sekarang tidak mau mempelajari banyak hal. Orang yang ingin orang lain terus mendengar khotbahnya, tetapi tidak mau mendengar khotbah orang lain adalah orang yang egois. Mari kita belajar dari sejarah, bagaimana menciptakan momen yang penting. Kebaktian baik adalah kebaktian di mana pengkhotbah dapat mengubah kronos manusia menjadi kairos, sehingga orang itu dikaitkan pada rencana kekal Allah dan memiliki perubahan arah menuju yang bernilai kekal. Allah yang sejati adalah Allah “Aku adalah Aku”. Eksistensi yang melampaui proses kronos. Keberadaan, Sumber, Asal Usul dari segala yang ada, karena segala yang ada dicipta oleh yang Ada. Allah bukan keberadaan yang sementara,
tetapi dari kekal sampai kekal dan tidak boleh tidak ada. Gabungan berbagai keberadaan kontigen tidak bisa menjadi inkontigen, karena kontigen memiliki awal dan akhir. Kekekalan manusia adalah kekekalan yang dicipta dan Allah yang mencipta. Yang dicipta tidak bisa melampaui yang mencipta. Pertanyaan “Siapa mencipta Allah?” itu bodoh. Allah yang menciptakan segala sesuatu memiliki eksistensi yang inkontigen (tak berawal tak berakhir). Percaya Allah ada adalah kepercayaan yang mendasar. Paul Tillich: “Allah bukan keberadaan, tetapi dasar semua keberadaan.” Kalimat yang kedua saya terima, kalimat pertama saya tolak. Allah yang kekal sampai kekal telah menciptakan dua kategori yang dicipta: sementara berada dan dicipta berada selama-lamanya. Manusia dicipta oleh Tuhan menjadi ada dari tidak ada; dan memberikan “sesuatu” di dalamnya lalu dia berada untuk selama-lamanya. Tidak mungkin engkau mati lalu jadi tidak ada karena engkau manusia bukan binatang. Inilah perbedaan manusia dan binatang. Tetapi manusia yang kekal berbeda dari Allah yang kekal. Kekekalan manusia adalah kekekalan yang diberikan Tuhan dan dicipta, tetapi kekekalan Tuhan Allah adalah kekekalan yang tidak dicipta. Engkau punya kekekalan yang ada awal tapi tidak ada akhir; Allah tidak ada awal dan tidak ada akhir. Kebenaran itu kekal, tak berawal tak berakhir. Semua dalil aritmetika tidak perlu mula dan akhir karena bersifat kekal. Kalau engkau bisa percaya kebenaran itu kekal, mengapa tidak bisa percaya Allah kekal? Percaya ada Allah yang mencipta jauh lebih logis dari tidak percaya. Kalau tidak ada kasih Allah, dunia tidak begini. Allah dari kekal sudah ada dan kasih adanya. Sebelum Allah mencipta segala sesuatu Dia adalah kasih, dan kasih harus ada yang dikasihi. Allah
KIN
kasih adanya. Ini kalimat paling singkat, tepat untuk mengindentikkan Allah dan kasih, tapi risikonya besar. Sebelum semua dicipta hanya ada Allah, maka dia mengasihi siapa? Kasih harus ada objeknya. Di sini kita mengenal Allah Tritunggal. Allah terdiri dari tiga Pribadi. Adanya saling mengasihi di antara Pribadi-Pribadi Allah Tritunggal. Hal seperti ini tidak mungkin kita temukan dalam pemikiran agama lain. Penciptaan adalah ekstensi (perluasan) dari kasih Allah. Semua yang diingini Tuhan akan jadi dan Allah punya dekrit pertama untuk mencipta creatio ex-nihilo (dari tidak ada menjadi ada). Segala sesuatu dicipta Tuhan melalui ekstensi cinta kasih-Nya. Yang tidak berpribadi adalah binatang dan benda; yang berpribadi adalah manusia. Manusia diberi kebebasan dan kemungkinan untuk berontak atau taat pada Tuhan. Ketika manusia berdosa, Allah mulai bertindak menebus orang. Allah Bapa mencipta, Allah Anak menebus, dan Allah Roh Kudus mewahyukan semua karya Allah kepada kita. Bapa yang suci, Anak yang suci, Roh yang suci, kitab yang suci menghasilkan orang yang suci. Ada tuduhan orang Reformed tidak mementingkan Roh Kudus. Theologi Calvin adalah theologi Roh Kudus. Pekerjaan Roh Kudus paling besar bukan menyuruh kita berbahasa lidah, tetapi menurunkan firman dari sorga ke bumi. Tanpa pekerjaan Roh Kudus tidak ada orang bisa percaya kepada Tuhan Yesus. Tanpa diperanakkan oleh Roh Kudus, engkau tidak mungkin masuk ke dalam Kerajaan Allah. Engkau harus berani mengundang orang berdosa kembali pada Tuhan. Pada saat seorang hamba Tuhan sungguh taat dan melayani, maka Roh Kudus pasti akan menggerakkan orang untuk berespons kepada Tuhan. Amin.
ACARA ISTIMEWA KIN PEMUDA 2015
M
enjelang akhir KIN Pemuda 2015, ada dua acara istimewa, yaitu: CONCERT MUSIK KIN PEMUDA 2015 di Katedral Mesias dan KKR PEMUDA 2015 yang dilangsungkan di Parkir Barat PRJ Jakarta. CONCERT dilangsungkan sekitar 90 menit di Katedral Mesias menampilkan karya-karya W.A. Mozart, L. van Beethoven, J.S. Bach, dan G.F. Handel. Karya seperti cuplikan Oratorio Messiah dari Handel, movement ke-4 dari Simfoni 7 dari Beethoven, juga beberapa lagu yang sangat terkenal, seperti Morning Mood dari Grieg, Light Cavalry Overture
2
dari Franz Suppe. Dan 12 anak remaja yang memainkan Concerto for 4 violin in B minor dari A. Vivaldi. Di-conduct oleh Dr. Stephen Tong dan Dr. Billy Kristanto, concert ini diharap menjadi suatu kesan sumbangsih musik yang agung dari Kekristenan bagi setiap peserta KIN Pemuda. KKR PEMUDA dilangsungkan pukul 18.30 di PRJ Kemayoran. Dihadiri sekitar 8.000 jemaat, yang mayoritas pemuda, Pdt. Stephen Tong berkhotbah dengan begitu keras, menyoroti kehidupan manusia berdosa. Seluruh peserta mendengar khotbah yang
begitu tajam tetapi sangat menyentuh. “Untuk apa intelektual kalau moralitas rusak, untuk apa kekayaan kalau harus binasa?” serunya. Hal ini begitu kontras dengan Yohanes Pembaptis yang dari kecil sudah mempersembahkan seluruh hidupnya untuk pekerjaan Tuhan. Ia tidak pernah merasakan keluarga, tidak merasakan hidup mewah, ia hanya taat menjalankan kehendak Tuhan. Di dalam Altar Calling pak Tong menantang para pemuda untuk mau menyerahkan hidupnya seperti Yohanes Pembaptis untuk dipakai Tuhan seumur hidup mereka. Sekitar 1.000 orang meresponi Altar Calling malam ini.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
26 Juni 2015 dikenal sebagai hari di mana negara Amerika Serikat (AS), melalui keputusan Mahkamah Agung, telah melegalkan pernikahan sesama jenis (same-sex marriage) di setiap negara bagiannya. Bagi para pendukungnya, ini adalah suatu kemenangan historis. Tetapi orang Kristen yang masih setia kepada firman Tuhan harus menangisi keadaan zaman ini. Sebenarnya AS bukanlah negara pertama, melainkan negara ke-21, yang melegalisasikan pernikahan sesama jenis secara keseluruhan.1 Tetapi apa yang terjadi di AS ini lebih mengikat perhatian dunia karena AS sering kali dianggap sebagai pelopor dari kekristenan, khususnya kaum injili, harapan dari dunia modern. Dua puluh tiga tahun sebelumnya, di dalam seminar di Seminari di Singapura (1992), Pdt. Dr. Stephen Tong sudah memperingatkan bahwa “Jangan heran apabila suatu hari kelak kita menemukan negara Amerika – yang mempunyai hikmat pengetahuan tinggi – akan jatuh ke dalam tangan orangorang yang menyebut diri demokrat tetapi memberikan toleransi terhadap perdagangan narkotik, homoseksual, aborsi, dan lain-lain.”2 Tidak sedikit orang Kristen yang simpatik dan bahkan mendukung pernikahan sesama jenis ini. Ada berbagai alasan yang mereka tawarkan. Di dalam artikel ini kita akan membahas beberapa argumen yang biasanya diajukan dan bagaimana kita, sebagai orang Kristen, menanggapinya. 1. Argumen dari alam (natural argument) Para pendukung praktik homoseksual membantah bahwa hal ini disebabkan oleh karena kelainan jiwa dan adalah suatu dosa. Bukankah di dalam dunia binatang juga ada binatang yang menunjukkan kecenderungan perilaku homoseksual? Maka dari itu, American Psychological Association (APA), sejak 1975, memutuskan untuk tidak lagi mengatribusikan gangguan kejiwaan
KIN
di dalam analisis mereka terhadap kaum LGBT.3 Dengan anggapan bahwa manusia adalah satu jenis binatang, maka kecenderungan dan praktik homoseksual juga dianggap sebagai suatu hal yang alami (natural). Bagaimana kita menanggapi hal ini?
bahwa manusia, sebagai satu jenis binatang, dapat juga melakukan halhal ini. Ini membuktikan bahwa mereka pun percaya manusia bukan hanya satu jenis dari binatang dan, oleh karenanya, dituntut dengan standar moral yang lebih tinggi daripada binatang.
Pertama-tama, kita harus menegaskan bahwa semua fakta adalah fakta yang ditafsirkan. Maka ketika kita melihat ada binatang yang menunjukkan kecenderungan homoseksual, ini harus dimengerti sebagai suatu penafsiran manusia terhadap perilaku binatang yang tidak mutlak benar dan dapat bersalah. Kedua, kita harus menolak presuposisi bahwa manusia tidak lebih dari binatang. Memang Alkitab menyatakan kemiripan penciptaan manusia (Kej. 2:7) dan binatang (Kej. 2:19); baik manusia maupun binatang dibentuk oleh Allah dari debu/tanah. Tetapi Alkitab juga menunjukkan bagaimana manusia berbeda daripada binatang, karena hanya manusialah yang diciptakan berdasarkan gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26, 27) dan hanya manusialah yang menerima hembusan nafas hidup dari Tuhan (Kej. 2:7). Manusia inilah yang ditempatkan Allah di antara Allah dan alam – lebih rendah dari Allah dan lebih tinggi dari alam – dan memungkinkan manusia menerima mandat dari Tuhan untuk menjadi wakil Allah di dalam memerintah dan berkuasa atas seluruh ciptaan (Kej. 1:28; Mzm. 8:7-9). Sehingga kalaupun binatang melakukan hubungan seksual sesama jenis, tidak berarti bahwa manusia juga dapat melakukan hal yang sama karena sebagai gambar dan rupa Allah, manusia harus mencoba untuk serupa dengan Allah di atasnya, bukan serupa dengan binatang di bawahnya.
2. Argumen theologis (theological argument) Para pendukung praktik homoseksual berpendapat bahwa praktik homoseksualitas hanya dilarang secara eksplisit di dalam Alkitab Perjanjian Lama: Imamat. 18:22 dan Imamat. 20:13.4 Tetapi Perjanjian Baru tidak pernah secara eksplisit melarang praktik homoseksualitas ini. Mereka berpendapat bahwa kata Yunani arsenokoitai di dalam 1 Korintus 6:9 dan 1 Timotius 1:10 telah salah diterjemahkan.5 Tetapi faktanya, kata aresenokoitai ini tidak ditemukan di dalam literatur Yunani lainnya selain di dalam tulisan Paulus ini. Maka mereka berpendapat, adalah suatu hal yang terlalu gegabah untuk menerjemahkan arsenokoitai di dalam pengertian praktik homoseksualitas.6 Tidak ada referensi di luar Perjanjian Baru yang dapat menvalidasi terjemahan ini. Terlebih lagi, mereka juga berpendapat bahwa yang Paulus kritik di dalam Roma 1:26-27 bukanlah pelaku hubungan sesama jenis secara umum, tetapi pada praktik homoseksualitas di dalam budaya Greco-Roman di mana praktik homoseksualitas dipaksakan kepada anak-anak muda di bawah umur dan budak-budak. Berbeda dengan praktik homoseksualitas di dunia modern ini, di mana dua orang dewasa sesama jenis sama-sama bersepakat untuk menjalin hubungan kasih mereka.
Terlebih lagi, kita harus dapat melihat bahwa mereka yang menganggap manusia sejenis binatang tidak benarbenar percaya atas hal ini. Kita juga melihat bahwa binatang melakukan kanibalisme, inses, dan lain sebagainya. Tapi akan sulit ditemukan satu orang di antara mereka yang akan mengatakan
Dengan alasan ini – bahwa praktik homoseksualitas hanya dilarang secara ekplisit di dalam Perjanjian Lama dan tidak pernah dilarang di dalam Perjanjian Baru – maka mereka berpendapat bahwa hubungan sesama jenis ini tidaklah bertentangan dengan ajaran Kristen. Bukankah orang Kristen
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Bersambung ke hal.13
3
SEKILAS
KIN
Christ in Gethsemane oleh Heinrich Hofmann
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibr. 10:25). Ibadah yang sejati adalah tanda seseorang mengalami keselamatan yang dari Tuhan. Kita memang bukan diselamatkan karena ketekunan kita beribadah, namun orang yang sungguhsungguh telah menerima keselamatan yang dari Tuhan akan mengerti apa artinya penebusan yang sudah dikerjakan melalui darah Yesus. Penulis surat Ibrani mengatakan, “oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri” (10:19-20). Perhatikan kata-kata “ke dalam tempat kudus”. Apakah kita memiliki gairah untuk kekudusan? Jika tidak, kita boleh memikirkan ulang apakah kita memang telah mengalami keselamatan yang sejati dari Tuhan. Kita akan mengerti betapa mahalnya darah Yesus ketika kita tahu bahwa kita tidak dapat memasuki tempat kudus Allah. Bagi umat Israel, tempat kudus ini menyatakan kehadiran Allah yang paling penuh, sehingga Imam Besar yang memasukinya harus terlebih dahulu menyucikan dirinya sendiri. Tidak ada kebahagiaan yang sejati di luar kehadiran Allah. Neraka adalah tempat kontradiktif di mana Allah tidak hadir, atau Allah hadir dalam kepenuhan murka-Nya. Namun selama kita masih hidup kita diberi kesempatan untuk mengalami hadirat Allah yang memberkati kita di dalam Yesus, Imam Besar yang sesungguhnya yang tidak pernah berbuat dosa. Kita yang telah mengalami keselamatan yang sejati “menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (10:22). Ibadah adalah suatu pernyataan bahwa kita
4
tidak lagi hidup dikuasai oleh hati nurani yang jahat melainkan oleh yang sudah dibersihkan. Hati nurani yang baik tidak dapat dipisahkan dengan persembahan tubuh kita bagi Tuhan. Dalam surat Roma, Paulus mengatakan itulah ibadah kita yang sejati (Rm. 12:1). Darah Yesus telah membasuh kita sehingga tubuh yang dikuduskan dapat dipergunakan oleh Tuhan. Orang yang menyerahkan tubuhnya untuk perbuatan dosa tidak mungkin beribadah dengan benar kepada Tuhan. Di tengah-tengah perjalanan hidup kita mengikut Tuhan, kita bisa jatuh dalam pencobaan karena kita kurang teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita. Penulis surat Ibrani mengatakan bahwa dasar kesetiaan kita adalah kesetiaan Allah (10:23). Ibadah membutuhkan ketekunan, dan ketekunan itu bukan didapat dari kekuatan kita sendiri, melainkan sebagai respons terhadap
Ibadah membutuhkan ketekunan, dan ketekunan itu bukan didapat dari kekuatan kita sendiri, melainkan sebagai respons terhadap ketekunan dan kesetiaan Tuhan. ketekunan dan kesetiaan Tuhan. Kita setia karena Tuhan telah terlebih dahulu setia kepada kita. Ibadah adalah iman kepada kesetiaan Tuhan. Kita bukan setia beribadah kemudian mengharapkan berkat tertentu dari Tuhan karena kesetiaan kita itu. Tidak! Sebaliknya, kita menanggapi kesetiaan Tuhan kepada kita dengan kesetiaan kita dalam beribadah kepada-Nya. Dan jika hal itu masih kurang menguatkan kita juga, Allah bahkan mengaruniakan kepada kita saudara-saudara seiman agar kita “saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (10:24). Ini berarti ibadah bukan hanya tanggung jawab pribadi melainkan juga memiliki dimensi komunal/persekutuan. Kita tidak dapat
beribadah seorang diri, karena itu bukanlah ibadah. Orang-orang Israel beribadah bersama sebagai satu umat di hadapan Allah. Individualisme atau sikap yang terus-menerus menyendiri tidak mungkin membawa kepada ibadah yang sejati. Ya, ketika kita berurusan dengan orang lain, bahkan juga dengan sesama orang Kristen, bisa terjadi gesekan dan ketegangan. Namun, kita tetap tidak dapat menjauhi umat Allah karena menjauhi anggota-anggota tubuh Kristus berarti menjauhi Kristus sendiri; Kristus bukan tanpa anggota tubuh-Nya. Di dalam ibadah yang sejati ada aspek persekutuan bersama dengan orang percaya. Tidak ada hubungan vertikal dengan Tuhan yang tidak mencakup hubungan horizontal dengan umat Tuhan. Orang yang hidup menyendiri tidak mengalami dorongan dalam kasih dan juga tidak mendorong saudaranya dalam kasih. Hidupnya akan miskin kasih. Akibatnya, kasih Tuhan pun akan lambat laun menjadi abstrak dan tidak dapat lagi dipahami dengan benar. Karena itu, kemudian penulis Ibrani menasihatkan agar kita tidak menjauhkan diri dari pertemuanpertemuan ibadah. Karena orang yang membiasakan hal itu akan terjauhkan dari kehidupan Kristen yang saling menasihati. Saling berarti kita bertanggung jawab untuk menasihati saudara kita dan harus belajar dengan rendah hati menerima nasihat dari sesama saudara kita. Ibadah pasti berkaitan dengan kerendahan hati. Ketika kita beribadah kita merendahkan diri mengakui kebesaran, kekudusan, kemuliaan, kedaulatan Allah. Secara horizontal, kita saling merendahkan diri untuk saling menerima nasihat. Alkitab mengatakan bahwa orang bebal tidak dapat menerima nasihat, namun orang bijak dibedakan karena ia dengan rendah hati menerima nasihat. Kita tidak bisa hanya rendah hati menerima nasihat Tuhan tapi tidak menerima nasihat saudara seiman kita. Itu bukan kerendahan hati yang sejati. Selain
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Bersambung ke hal.6
SEKILAS
KIN
Oleh Deborah Megan (mahasiswi)
S
tephen Tong, siapa yang tidak mengenal nama ini? Seorang pendeta yang disiplin, tegas, dan menyerahkan seluruh miliknya untuk pekerjaan Tuhan. Sedari muda ia sudah menyerahkan dirinya menjadi hamba Tuhan dan hingga saat ini masih melayani Tuhan dengan semangat muda yang sama. Tanpa mengenal lelah, ia selalu berusaha menginjili semua orang yang ia jumpai baik di daerah terpencil maupun di kota besar, kepada orang kaya maupun orang miskin, kaum intelek maupun pekerja kasar tanpa memandang bulu. Khotbah beliau juga berdasarkan pada kebenaran Alkitab, bukan berdasarkan apa yang ingin orang-orang dengarkan sehingga melalui beliau, banyak orang yang ditegur, bertobat, dan kembali pada Tuhan. Banyak orang yang mengagumi dan salut dengan semangat serta
kesungguhan yang Pak Tong miliki, tidak hanya orang-orang Kristen saja yang mendengar khotbahnya, orangorang lain yang tidak percaya pada Allah Tritunggal pun mendengarkan khotbah beliau. Pak Tong yang kukenal memang terkadang terkesan kaku dan dingin karena beliau sangat disiplin dan tegas. Pak Tong yang kukenal memang terkadang marah saat berkhotbah dan menegur dengan keras. Itu semua karena ia mengasihi kita, ia tidak mau kita semakin jatuh ke dalam dosa dan semakin jauh dari Tuhan. Mungkin ada hal yang beliau lakukan tidak mengenakkan kita, tetapi Tuhan memakai hamba-Nya untuk menegur kita sekali lagi sehingga kita dapat kembali ke jalan yang benar. Teguranteguran yang beliau sampaikan kepada
kita sama seperti nasihat seorang kakek kepada cucu yang disayanginya. Setiap kali saya melihat beliau, saya dapat merasakan ketulusan dan kehangatan beliau. Setiap kali saya bertemu dengan Pak Tong, sapaan saya dibalas dengan senyum yang melegakan hati. Pak Tong yang kukenal adalah sosok teladan bagi kita para pemuda untuk mempersembahkan seluruh harta, tenaga, dan hidup kita hanya bagi kemuliaan Tuhan. Pak Tong yang kukenal adalah seorang pendeta yang begitu mengasihi jiwa dan rindu untuk memberitakan Injil kepada seluruh umat manusia. Pak Tong yang kukenal adalah seorang Hamba Tuhan yang terus mengingatkan kita untuk kembali kepada jalan yang benar, kepada Tuhan pencipta kita.
Oleh Mitra Kumara (pekerja) Pertama kali aku mendengar Pdt. Dr. Stephen Tong berkhotbah, aku berpikir, “Wah khotbahnya sulit dimengerti!” Sejak itu aku malas mendengar Pak Tong dan aku memilih beribadah ke gereja lain. Sampai suatu saat aku dengar gereja Pak Tong pindah ke dekat rumahku di Jakarta Barat. Adikku saat itu sudah mulai beribadah di salah satu cabangnya di luar Jakarta dan mulai aktif di cabang itu. Ia membujuk aku untuk pergi ke gereja Pak Tong, maka sesekali aku sempatkan waktu untuk beribadah di sana. Memang khotbahnya di mimbar cukup tajam, tetapi waktu itu aku berpikir, di gerejaku pun ada pendetapendeta yang berkhotbah cukup tajam juga. Hingga pada satu waktu ketika aku pindah ke Singapura dan pilihan gereja Indonesia terbaik pada saat itu adalah gereja Pak Tong, maka mulailah aku beribadah di sana. Di sanalah aku mulai mengenal Pak Tong dan makin kagum akan teladan hidupnya. Ada dua hal yang
membangkitkan kekagumanku akan Pak Tong. Pertama, ketajaman khotbah-khotbah dan ajaran-ajarannya. Pak Tong banyak mengutip filsuffilsuf dunia dan pemikiran-pemikiran tertinggi dari berbagai budaya. Terlebih lagi, menunjukkan bahwa bijaksana Alkitab lebih tinggi dari pada pemikiranpemikiran tersebut. Kedua, Pak Tong juga sering membagikan kisah-kisah perjalanan hidupnya dan di sana ia menunjukkan bahwa kuasa dan anugerah Tuhan telah mendahului perjalanannya. Tuhan hadir dalam segala kesulitankesulitan lapangan di mana Pak Tong pergi melayani. Pernah suatu kali, ia berkhotbah di lapangan terbuka di tengah guyuran hujan, namun ia tidak berhenti dan ribuan orang tetap tinggal mendengar seluruh isi khotbah dan bahkan ratusan orang maju ke depan menerima Yesus menjadi Juruselamat mereka.
Akan tetapi, kekuatan terunggul dalam khotbah Pak Tong adalah khotbah eksposisi. Di cabang-cabang gereja yang dilayaninya, setiap minggunya ia mengupas ayat demi ayat dalam Alkitab. Ia mengupas 21 pasal kitab Injil Yohanes selama kurang lebih 3,5 tahun, padahal satu tahun ada 52 minggu dan bagi pendeta lain pengupasan satu kitab Yohanes mungkin diselesaikan hanya dalam waktu setengah tahun. Ini karena dalam satu khotbah Pak Tong mampu mengupas di bawah lima ayat sedalam-dalamnya. Bahkan beberapa ayat penting mungkin diulas selama 2-3 minggu kebaktian. Hal semacam inilah yang memperkaya jemaat akan kelimpahan, kedalaman, dan keluasan isi firman Tuhan bagi kehidupan orang percaya. Selain itu, di luar mimbar, Pak Tong adalah seorang Renaissance Man, karena ia mampu mengerjakan banyak hal yang berbeda-beda. Misalnya, kesukaannya akan seni telah melahirkan
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
5
SEKILAS Aula Simfonia Jakarta dan Jakarta Oratorio Society (JOS). Sejak usia muda, Pak Tong gemar akan musikmusik klasik yang terindah dan tersulit. Tetapi ia tidak saja menjadi pendengar musik, melainkan juga mempelajari sejarah di balik penciptaan musik-musik indah ini, mulai dari komposernya, sampai analisis melodi dan liriknya. Ia bahkan melatih diri menjadi conductor orkestra dan saat ini sudah mementaskan beberapa simfoni yang terindah bagi yang penduduk Jakarta dan sekitarnya. Bukan itu saja, Pak Tong juga adalah seorang yang mahir dalam menggambar. Banyak sketsa-sketsa baik ia guratkan, bahkan menghasilkan karya-karya arsitektur bermutu. Gedung gerejanya di Kemayoran, Jakarta adalah hasil desainnya. Pak Tong tidak saja memperhatikan segi estetika bangunan itu, tetapi juga segi fungsi sehingga hampir tidak ada ruang di gedung itu yang tidak mempunyai potensi manfaat. Bahkan di dalam anugerah Tuhan, Aula Simfonia Jakarta sudah berhasil diakui sebagai salah satu ruang konser dengan akustik terbaik di dunia. Belum lagi kesukaan Pak Tong akan karya-karya seni terindah telah mendorongnya membeli beratus-ratus karya seni, dari lukisan, patung, vas dari budaya Tiongkok yang sudah ribuan tahun lamanya, dan sebagainya. Lukisan-lukisan Barat ternama pun telah dibuatkan replikanya oleh pelukis replika terbaik, supaya bangsa Indonesia di Sambungan dari hal.4 Ibadah....
itu, penulis Ibrani juga mengajarkan bahwa dalam ibadah yang benar ada kesadaran dan kepekaan yang jelas, bahwa kita sedang menantikan hari Tuhan yang mendekat. Ibadah sangat penting dalam kehidupan seorang Kristen karena tanpa ibadah orang akan cenderung lupa bahwa dia sedang menuju hari kematian dan bahwa dia harus mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan dalam hidup ini di hadapan Tuhan. Orang yang jarang beribadah lambat laun akan dibutakan dengan hidup hanya dalam realitas dunia yang kelihatan saja. Ia tidak sadar bahwa Tuhan sedang mengawasi hidupnya. Ia tidak peduli bahwa Tuhan akan datang kembali. Ia hanya hidup untuk di sini dan sekarang.
6
Asia berkesempatan mengenal karya gores yang indah-indah dari seluruh dunia. Semua ini dilakukannya agar bangsa Indonesia juga dididik mengenal karya seni tingkat dunia. Selain kontribusinya bagi gereja dan masyarakat, Pak Tong juga mempunyai karakter dan gaya hidup yang bisa menjadi panutan bagi kita semua. Ia tidak membiarkan setiap detik hidupnya tidak diisi dengan kegiatan untuk Tuhannya. Kalau perlu, waktu tidur, waktu makan, dan bahkan waktu buang air pun ia korbankan demi mengerjakan pekerjaan Tuhan. Pak Tong hampir sering tidur hanya 2-4 jam saja karena terlalu banyak hal yang perlu ia pikirkan, rencanakan, dan putuskan. Di waktu luangnya, ia senang mempelajari hal-hal baru. Ia senang mengisi waktu luangnya untuk mempelajari sejarah, tokoh terkenal, atau teknologi terbaru. Apa yang dipelajarinya pun sering ia bagikan di dalam khotbah-khotbahnya. Pak Tong juga selalu berusaha hidup sehemat mungkin. Semua perjalanan keliling dunia ia usahakan mencari alat transportasi paling murah. Ia memilih melakukan perjalanan melelahkan selama belasan jam di pesawat dari Indonesia ke Amerika Serikat dengan tiket ekonomi, walau jemaatnya ada yang rela mendukung dengan tiket kelas bisnis yang lebih nyaman untuk seorang di usia senja seperti Pak Tong. Tetapi hemat bukan berarti pelit. Hidup yang tanpa fokus dan arah adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Tidak ada gunanya kita mempunyai perlengkapan atau perbekalan sebanyak apa pun karena kita tidak tahu ke mana kita berjalan. Orang yang bertekun dalam pertemuanpertemuan ibadah akan dihindarkan dari kekacauan seperti itu karena dalam ibadah ia berjumpa dengan Pribadi Tuhan yang kembali mengarahkan seluruh hidupnya. Kita yang percaya tahu bahwa menjauhkan diri dari pertemuanpertemuan ibadah itu adalah perbuatan dosa. Dengan tegas dan keras penulis Ibrani memperingatkan bahwa “jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu”
KIN
Jika naik sampan yang lebih murah menyebabkan waktu perjalanan tiga sampai lima kali lebih lama daripada naik pesawat terbang yang lebih mahal, ia akan memilih pesawat terbang karena dengan begitu akan lebih banyak orang yang bisa mendapat kesempatan mendengar Injil. Pak Tong juga sangat sopan dan bermurah hati. Ia pernah mendukung studi hamba Tuhan yang kurang mampu menyelesaikan studinya dengan uangnya sendiri. Ada seseorang yang pernah melihat beliau membeli banyak barang dari pedagang asongan sewaktu tur karena mengerti kesulitan perekonomian orang semacam itu. Walau ada pantangan makan karena kesehatannya di usia senja ini, ia sering tidak menolak makanan yang disuguhkan siapa pun karena ingin menghargai dan menghormati sang pemberi. Pak Tong tidak segan-segan untuk bercakap-cakap dengan anak dari tukang masak di gereja dan ia juga mengenal tukang bangunan yang sering memperbaiki kerusakan-kerusakan di gereja. Hal-hal semacam inilah yang menambah kekagumanku akan Pak Tong. Bukan hanya dari karya-karyanya, tapi juga dari teladan hidupnya. Bersyukur kepada Tuhan bahwa di era pascamodern ini kita masih punya panutan seseorang yang seumur hidup menjalani hidup yang menyerupai Kristus. Puji kepada Tuhan!
(10:26). Apakah ini berarti orang Kristen yang sejati dapat kehilangan keselamatannya? Bukan. Tetapi ayat ini menyatakan bahwa mereka yang sungguh-sungguh telah menerima keselamatan dari Tuhan tidak akan sengaja berbuat dosa seperti itu. Mereka yang sengaja berbuat dosa seperti itu namun tetap yakin bahwa mereka diselamatkan sesungguhnya sedang menipu diri mereka sendiri. Jika kita memang sungguh-sungguh diselamatkan, kita akan beribadah dengan tekun di hadapan Tuhan karena salah satu tanda seseorang mengalami keselamatan sejati yang dari Tuhan adalah hidup beribadah yang setia.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Pdt. Billy Kristanto
SEKILAS
KIN
The Crucifixion oleh Matthias Grünewald
S
emua manusia sudah berdosa, akibat dosa mati secara jasmani, rohani, dan ada hukuman kekal (kematian kedua), tidak ada jalan keselamatan, baik dari sains dan teknologi, maupun dari agama dan kepercayaan, keselamatan hanya dari Allah di dalam Kristus.
Semua Manusia Sudah Berdosa Kita melihat bahwa hidup di dalam dunia yang sudah berdosa ada berbagai kesulitan, kesedihan, kesengsaraan, dan kematian. Semua manusia pernah menangis. Ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang sudah berdosa di hadapan Allah, sehingga dalam kehidupan banyak masalah dan kesulitan (Kej. 3:12-19). Memang kita melihat banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan sains dan teknologi yang berkembang secara cepat. Tetapi ada yang tetap tidak bisa diatasi, yaitu adanya dosa. Dengan berkembangnya sains dan teknologi, dosa juga ikut berkembang. Dosa ada di mana-mana, karena memang semua orang di dunia sudah berdosa. Alkitab menyatakan kebenaran ini. Ini bukan hasil penyelidikan manusia, tetapi kebenaran dari Allah sendiri. Allah yang berfirman bahwa “karena semua manusia sudah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). Pengertian Dosa Dosa pada dasarnya bukanlah sesuatu yang bersifat pasif, seperti: kelemahan, kesalahan, atau ketidaksempurnaan. Tetapi dosa merupakan suatu permusuhan yang aktif terhadap Tuhan dan secara aktif melanggar hukum atau perintah Tuhan (1Yoh. 3:4), sehingga menyebabkan kesalahan, kelemahan. Dosa ini diakibatkan dari manusia sendiri dengan kebebasannya menolak untuk tunduk kepada Allah yang berotoritas. Dengan kebebasan sendiri, manusia memilih petunjuk Iblis, sehingga manusia tidak setia kepada
Tuhan, melanggar hukum dan perjanjian dengan Allah. Pengertian ini dapat kita lihat dari Adam dan Hawa yang dengan kebebasannya secara aktif memilih untuk mengikuti apa yang mereka mau dan cocok dengan pendapat iblis, melawan Tuhan yang berotoritas yang seharusnya mereka percayai dan sandari sepenuhnya (Kej. 2-3). Kematian adalah Akibat Dosa Upah dosa ialah maut (Rm. 6:23). Manusia yang berdosa ini dikatakan telah mati (Ef. 2:1). Dikatakan bahwa kondisi manusia yang menerima surat Efesus itu dulu sudah mati, padahal mereka yang dulu sudah mati itu sedang dikirimi surat oleh Rasul Paulus. Ini berarti mereka masih hidup secara fisik. Hal ini membuat kita memperhatikan bahwa arti mati di sini bukan mati tubuh atau fisik. Alkitab mengajarkan tiga macam kematian, yaitu: kematian tubuh atau fisik, kematian rohani, dan kematian kedua - perpisahan kekal atau penghukuman selama-lamanya. Kematian Tubuh Tatkala mereka
melanggar
firman
Pdt. Ir. Amin Tjung M.Div., M.Th.
Tuhan, tatkala mereka memakan buah yang dilarang untuk dimakan itu, mereka berdosa. Alkitab mengatakan mereka pasti mati. Tetapi apakah mereka mati secara fisik, secara langsung? Tidak. Waktu Sokrates meminum racun itu, apakah dia langsung mati? Tidak. Tetapi dia berada di dalam proses menuju kematian. Dia sedang dying, sekarat, dalam proses kematian. Tatkala Adam dan Hawa memakan buah dari pohon itu, apakah mereka langsung mati? Tidak. Mereka berada dalam proses menuju kematian. Jadi mati adalah upah dosa, meskipun kematian fisik itu tidak langsung, tetapi dalam proses. Alkitab tidak memberitahukan dan tidak mengajarkan bahwa kematian itu natural, tetapi Alkitab memberitahukan dan mengajarkan bahwa manusia mati karena upah dari dosa. Allah menciptakan manusia berbeda dengan menciptakan binatang, tumbuhtumbuhan, dan alam semesta dan isinya. Yang lain hanya diciptakan berdasarkan firman-Nya dan menurut jenisnya saja, tetapi manusia diciptakan menurut gambar dan rupa dari Allah Tritunggal,
Pdt. Ir. Amin Tjung M.Div., M.Th. -alm. (Kotabumi, 24 Okt 1965 – Singapura, 22 Juli 2007) adalah seorang hamba Tuhan GRII yang sangat menjadi panutan. Insinyur komputer yang menyerahkan diri melayani Tuhan ini adalah seorang yang begitu tekun belajar dan begitu rajin mendorong orang untuk percaya Kristus dan belajar mendalam. Sejak 2000, sakit kanker menggerogoti tubuhnya, namun ia semakin giat melayani dan memberitakan Injil Kristus ke banyak orang, khususnya yang juga sakit kanker seperti beliau. Allah dan Injil begitu hidup dalam dirinya. Hidupnya menjadi berkat bagi banyak orang.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
7
SEKILAS oleh sebab itu tidak mungkin membawa benih kehancuran dan kematian. Jadi manusia secara natural tidak akan mati, tetapi kematian adalah akibat dosa. Selain itu, kematian bukanlah suatu hal yang natural, apalagi menyenangkan, tetapi hal yang menakutkan dan menggentarkan, karena ini adalah hukuman, penghakiman dan kutukan dari Allah atas dosa manusia (Rm. 1:32; 5:16; Gal. 3:13). Manusia tidak seharusnya mati. Manusia mati akibat pelanggarannya terhadap perintah Tuhan. Tatkala manusia melanggar perintah Tuhan, memang tidak langsung mati; ini akibat dari anugerah umumNya. Selain itu, tidak semua manusia mati. Ada yang tidak mati, tetapi diangkat ke sorga, seperti Henokh (Kej. 5:24) dan Elia (2Raj. 2:11). Ketika Tuhan Yesus datang kembali, yang belum mati tidak akan mati, tetapi akan diangkat untuk menyongsong Tuhan (1Tes. 4:17). Jadi pengamatan manusia yang mengatakan kematian itu natural adalah salah, karena hal itu tidak
menghakimi. Manusia putus hubungan dengan Allah. Manusia mati secara rohani. Alkitab mengatakan dengan jelas manusia bukan mencari Allah, tidak ada seorang pun yang mencari Allah (Rm. 3:10-12). Manusia melarikan diri dari Allah. Tatkala Allah mencari manusia, manusia bersembunyi, lari dari hadapan-Nya (Kej. 3:9-10). Tetapi karena ada seed of religion, ada benih agama, manusia harus mencari. Dan manusia mencoba beribadah pada “allah’ yang sesuai dengan keinginannya. Allah yang benarlah yang mencari manusia. Yang dicari oleh manusia bukanlah Allah yang benar, karena manusia terbatas, tidak mungkin mengenal Allah yang benar. Ludwig A. Feuerbach (1804-1872) berkata bahwa theologi itu sebenarnya antropologi. Theologi itu, ketuhanan itu, sebenarnya refleksi dari manusia. ‘Allah’ itu manusia. Maksudnya bagaimana? Saya sebagai pribadi itu terbatas, misalnya tidak bisa memenuhi segala sesuatu sendiri, tetapi ada manusia lain
KIN
harus beribadah kepada-Nya. Allahlah yang mencari manusia, bukan manusia yang mencari Allah. Roma 1:25 mengatakan: manusia itu mengganti Allah yang seharusnya disembah selama-lamanya dengan creature, makhluk ciptaan. Manusia cenderung melarikan diri dari Allah. Manusia secara rohani dikatakan mati. Kematian Kedua Pemisahan kekal dari Allah disebut Alkitab sebagai kematian yang kedua (Why. 2:11; 20:6, 14; 21:8). Itu adalah kematian yang menakutkan, penghukuman di neraka selamalamanya. Perhatikan orang yang di neraka itu berkata, “Aku meminta kepadamu, Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini” (Luk. 16:27-28). Tidak ada orang di neraka yang bisa tolong-
Apakah yang sudah kita mengerti tentang apa yang dikerjakan Tuhan Yesus? Apakah yang sudah kita berikan kepada Yesus, yang telah memberikan nyawa-Nya, menebus, mensubstitusikan kita? sesuai dengan firman Allah. Tetapi jelas Alkitab menyatakan bahwa kematian fisik terjadi akibat dosa, meskipun tidak langsung mati atau mungkin tidak mati kalau dikehendaki Allah, atau Tuhan Yesus datang kembali. Kematian Rohani Kematian yang pasti langsung terjadi setelah Adam dan Hawa berbuat dosa adalah kematian rohani. Ini yang dikatakan Kitab Kolose: ‘Kamu dahulu mati karena pelanggaran’ (Kol. 2:13, bandingkan Ef. 2:1). Apa artinya mati secara rohani? Artinya adalah putus atau terlepas hubungannya dengan Tuhan. Sebelumnya Adam datang kepada Tuhan, bersekutu dengan Tuhan. Hal itu begitu indah. Tetapi tatkala Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, segala sesuatu berubah. Ketika Tuhan datang kepada mereka, mereka bersembunyi. Mengapa? Saat itu bagi mereka, Allah bukan lagi Allah yang mengasihi dan mereka ingin bersekutu dengan-Nya, Allah dilihat sebagai hakim yang akan
8
yang bercocok-tanam, menjadi nelayan, membangun rumah, membuka bank, dan sebagainya. Maka saya memang terbatas, tetapi manusia tidak terbatas. Tetapi melalui agama manusia berkata: manusia itu terbatas, tetapi Allah tak terbatas. Manusia ingin banyak tahu dan ingin menjadi mahatahu, tetapi tidak bisa, maka ada Allah yang Mahatahu. Manusia hadir, mencoba dengan pesawat, terbang cepat ke mana-mana. Mungkin pagi hari dia bisa di Jakarta, berangkat, mampir sebentar di Hong Kong untuk sarapan pagi, bekerja sebentar, lalu sore ke Beijing, tidur di sana. Dalam sekejap mata dia seperti mahahadir. Dia ingin hadir di mana-mana tetapi tidak bisa. Bagi Feuerbach, manusia menciptakan Allah menurut gambar dan rupa manusia. Dia membalik kebenaran dari Kejadian 1:26-27. Ini ada benarnya untuk agama ciptaan manusia. Tetapi salah dan tidak sesuai sama sekali dengan Alkitab. Agama yang sejati adalah Allah yang menciptakan manusia, dan manusia
menolong, tidak ada yang bisa saling menemani dan saling menghiburkan. Alkitab mengatakan, di situ hanya ada: kesakitan, penderitaan, ratapan, dan kertak gigi, tanpa penghiburan sama sekali selama-lamanya (Luk. 16:24, 28; Mat. 25:30). Hukuman Allah itu bersifat permanen. Orang boleh saja berkata bahwa mati itu selesai. Tetapi itu tidak bisa. Mereka tahu sesudah mati, itu belum selesai. Manusia harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Alkitab menyatakan bahwa manusia ditetapkan mati satu kali, setelah itu dihakimi (Ibr. 9:27). Jadi setelah mati, ada penghakiman dari Allah. Setiap manusia telah berdosa kepada Allah. Allah adalah Allah yang Mahabesar, sehingga setiap kita melanggar perintah-Nya, itu adalah dosa yang besar dan layak masuk neraka. Selain itu, Allah adalah Allah yang adil dan tidak mungkin bisa
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS disuap. Allah juga adalah Allah yang Mahahadir dan Mahatahu, jadi tidak mungkin manusia dapat bersembunyi dan berdebat. Di samping itu, ada yang sering disalahmengertikan, Allah adalah Allah yang kekal. Apa artinya kekal? Kekal artinya melampaui waktu, tidak di dalam waktu. Allah yang kekal adalah Allah yang tidak berubah. Maka tatkala manusia dihukum, hukumannya bersifat kekal, bersifat permanen. Dunia sering kali menjadikan hal yang menakutkan ini sebagai bahan guyonan supaya tidak terlihat menakutkan; Ini tipuan iblis. Tetapi Allah memberitahukan kita melalui Alkitab, bahwa hukuman itu bersifat kekal, kematian kedua itulah hukuman selama-lamanya. Jalan Keluar Sains dan Teknologi Semua takut terhadap kematian, tetapi yang menjadi masalah adalah setelah mati tidak selesai, ada penghukuman kekal. Kalau begitu, bagaimana manusia melepaskan diri, bagaimana manusia lolos dari penghukuman kekal itu? Di zaman modern menuju postmodern ini, mereka mengatakan bahwa jalan keluarnya adalah sains dan teknologi. Dulu manusia sakit kusta dianggap karena dikutuk, ternyata sekarang bisa diobati. Dulu orang bisa salah-mengerti tentang tata surya dan menyatakan geosentris, bumi menjadi pusat. Tetapi terjadi perubahan setelah Kopernikus, Galileo Galilei, dan Johannes Kepler membuktikan heliosentris, bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata surya. Selain itu, ada kemajuan dalam sains, misalnya melalui Isaac Newton, karena melalui penjelasan fisika orang dapat melihat alam semesta dengan jelas, dapat mengerti, misalnya mengapa benda yang dilempar ke atas tidak melayang, tetapi jatuh lagi, yaitu karena ada gravitasi. Segala sesuatu mulai bisa dihitung. Apabila kita naik pesawat, bisa ditentukan akan tiba di tujuan pukul berapa. Semua karena kemajuan teknologi. Manusia menjadikan dirinya sebagai jawaban bagi permasalahnya. Apakah kemajuan sains memberikan jawaban? Ternyata tidak. Meskipun membantu kemajuan atau kenikmatan hidup, tetapi dengan kemajuan sains manusia semakin berbuat dosa dengan cara yang canggih dan hebat. Kemajuan teknologi membuat pembunuhan terjadi
secara lebih luar biasa, kekejamannya pun lebih luar biasa. Sains dan teknologi tidak memberikan jalan keluar untuk mengatasi dosa. Sains tidak bisa mengatasi masalah kematian fisik. Sains dan teknologi juga tidak bisa menjangkau hal setelah kematian. Sains dan teknologi tidak memberikan jalan keluar. Jalan Keluar dari Agama atau Kepercayaan Bagaimana agama atau kepercayaan memberikan jawaban atas hal ini? Agama-agama non-wahyu tidak memberikan jawaban yang jelas.Agamaagama tertentu mencoba menentukan jalan mereka melalui pencerahan yang mereka dapat. Mereka memberikan jalan keluar dengan kelahiran kembali
KIN
yang tidak ada cacatnya? Seperti pohon ara buahnya ara, pohon apel buahnya apel, pohon semangka buahnya semangka, maka pohon dosa pun buahnya dosa. Manusia adalah makhluk yang berdosa, yang mati. Manusia tidak mungkin melakukan yang baik, hanya dosa, sehingga tidak bisa membayar di hadapan Allah. Kita terus berhutang kepada Allah, maka kita harus dihukum kekal. Jalan Keluar dari Allah Allah sendiri yang memberikan jalan keluar atas dosa dan kematian, yaitu dengan sistem penggantian atau substitusi. Setelah manusia berdosa, dijalankan sistem penggantian dengan darah yang dicucurkan, binatang yang mati dibunuh. Tetapi sistem korban
Agnus Dei Francisco de Zurbarán. - ada terus kesempatan. Padahal ini bertentangan dengan konsep bahwa Allah itu kekal dan hukuman-Nya adalah kekal pula. Selain itu, kita melihat bahwa semua itu adalah cara manusia untuk mendapatkan keselamatan, bukan cara Allah. Sesungguhnya manusia bersalah kepada Allah, jadi bukan manusia yang menentukan pengampunan, melainkan Allah. Agama lain yang digolongkan sebagai agama wahyu menetapkan pelaksanaan syariat tertentu dengan menjalankan amal ibadah mereka (sembahyang, puasa, amal) sebagai jawaban. Tetapi sesungguhnya, sembahyang apa yang tidak ada cacatnya, perbuatan baik apa
orang Israel tidak mencapai puncaknya, hanya merupakan satu simbol atau bayang-bayang yang akan datang. Kalau kita bandingkan dengan Ibrani 10:1-5, binatang tidak mungkin menggantikan manusia karena ada perbedaan kualitas. Yang bisa menggantikan manusia haruslah manusia juga. Maka dikatakan, tidak ada cara lain, Allah Bapa menentukan Tuhan Yesus Kristus menjadi jalan pendamaian, yakni harus mati menebus dosa, harus mati untuk membayar hutang dosa dengan memakukan surat dakwaan, surat hutang itu di kayu salib (Rm. 3:25; Kol. 2:14-15). Mengapa Kristus yang tidak bersalah
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
9
SEKILAS dihukum, dijadikan berdosa, dan kita yang bersalah di dalam Dia dibenarkan? Kalau demikian, apakah ada keadilan Allah? Ada. Yang salah tetap dihukum, tetapi Allah menggunakan sistem substitusi atau sistem penggantian. Dan sistem penggantian adalah satusatunya cara yang Allah tentukan. Kalau begitu, apakah Kristus Yesus dipaksa? Tidak. Dia rela. Dia mau. “Aku datang untuk menjalankan kehendak-Mu, Aku datang untuk memberikan nyawa-Ku bagi tebusan untuk banyak orang.” (Ibr. 10:7; Mat. 20:28). Dia tahu apa yang dilakukan-Nya. Ia jalankan itu di dalam kerelaan, jadi tidak ada pemaksaan. Apakah satu orang bisa menggantikan seluruh dunia? Ya, karena beda secara kualitas. Tuhan Yesus adalah manusia sejati dan Allah yang sejati. Kita percaya Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, untuk membayar harga, menebus kita, membeli kita ulang. Apa pantas? Ya, karena Dia Allah, kualitasnya lain. Kristus adalah Allah yang sejati, maka Dia bisa menggantikan semua manusia yang berdosa. Hal ini Dia lakukan melalui kematian-Nya di kayu salib. Seumur hidup-Nya, Dia dikatakan sebagai “the man of sorrow”, manusia yang menderita. Serigala punya lubang, burung punya sarang, tetapi Dia, Anak Manusia, tidak ada tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Luk. 9:58). Dia Pencipta alam semesta, tapi tatkala Dia datang pada alam ciptaan-Nya, dunia, bahkan umat pilihan-Nya, yaitu bangsa Israel menolak Dia (Yoh. 1:10-11). Dia mengalami sengsara, dan puncaknya adalah di kayu salib. Penderitaan-Nya bisa menggantikan. Lukas mencatat bahwa pada malam Dia menyerahkan diri setelah berdoa di Taman Getsemani, keringat-Nya seperti titik-titik darah (Luk. 22:44). Dia yang tidak berdosa dijadikan berdosa karena kerelaan-Nya, supaya kita dibenarkan (2Kor. 5:21). Yesus berseru dengan suara nyaring, “Allah-Ku, AllahKu, mengapa Kau meninggalkan Aku?”
Kita tidak bisa mengerti mengapa Allah bisa meninggalkan Allah. Mengapa Allah dalam persekutuan yang kekal itu mengalami suatu perpisahan? Tetapi yang kita mengerti adalah melalui perpisahan itu, kita yang tadinya berpisah dari Allah, boleh dipersekutukan lagi di dalam Kristus.
Ecce Homo “Behold the Man” oleh Domenica Feti. Pada bagian bawah tertulis Ego pro te haec passus sum Tu vero quid fecisti pro me yang berarti “Nyawa-Ku Kuberikan bagimu, apa yang kauberi pada-Ku?” Perpisahan itu menggambarkan penghakiman, penghukuman yang kekal. Kita memang seharusnya dihukum kekal, permanen. Tetapi Kristus menggantikan kita, supaya kita bisa dilepaskan dari penghukuman Allah. Murka Allah ditimpakan kepada Kristus untuk memuaskan hati Allah. Alkitab mencatat dalam kata propisiasi, dalam Roma 3:25 tadi, Kristus ditentukan menjadi jalan pendamaian. Kata propisiasi berbeda dengan kata rekonsiliasi yang berarti pendamaian. Propisiasi itu menggambarkan Allah yang murka. Murka-Nya tidak bisa dihentikan dan menuntut semua manusia dihukum
KIN
selama-lamanya. Hanya satu saja yang dapat memuaskan, yaitu Kristus, korban yang bisa menghentikan murka Allah sekaligus membuat Allah tidak lagi menghukum karena Dia puas. Kristus satu-satunya jalan, tidak ada yang lain. Melalui kematian di kayu salib, Dia merobek tirai pemisah. Dia menebus. Dia membayar hutang dosa kita. Kita yang terjual di bawah kuasa dosa, kita yang berhutang di hadapan Allah, Kristus membeli kita ulang dengan membayarkan diri-Nya sebagai pengganti. Dialah yang memberikan kita hidup, yang menjadikan kita hidup, memberi kita hidup yang kekal, hidup yang digabungkan dengan Allah kembali, bersekutu atau berelasi dengan Allah, union with Christ, disatukan dengan Kristus. Dan ini tidak bisa dipisahkan. Seorang pelukis membuat lukisan mengenai penderitaan Kristus. Tatkala pada hari Jumat Agung lukisan tersebut dipamerkan, seorang anak muda, Zinzendorf, menatapnya lama sekali dan membaca satu kalimat yang tertulis di bagian bawah lukisan tersebut: “Nyawa-Ku Kuberikan bagimu, apa yang kauberi pada-Ku?” Anak muda itu terus merenungkan kata-kata tersebut, dan pada hari itu juga ia menyerahkan dirinya menjadi seorang misionaris, karena dia mengerti kasih Allah baginya. Apakah yang sudah kita mengerti tentang apa yang dikerjakan Tuhan Yesus? Apakah yang sudah kita berikan kepada Yesus, yang telah memberikan nyawa-Nya, menebus, mensubstitusikan kita? Harusnya kita yang menerima penderitaan, perpisahan, dan hukuman kekal dari Allah Bapa, tetapi Dia menggantikan kita. Apakah Saudara sudah menerima keselamatan dari-Nya? Apa yang kauberikan kepada Dia? Apakah Saudara percaya dan memercayakan diri kepada Dia sepenuhnya?
Diambil dari Majalah Momentum 51 Tahun 2003
”’Eli, Eli, lama sabakhtani?’; Allah meninggalkan Kristus. Kalimat yang paling tuntas, sulit, dan kejam ini justru menjadi titik kembalinya relasi antara Allah dan manusia. Jikalau Kristus tidak pernah ke situ, maka tempat itu akan menjadi tempat bagi Anda dan saya.” -Pdt. Dr. Stephen Tong
10
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
S
ebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (2Tes. 3:10-11)
kerja. Maka, bekerja harus lebih dari sekedar mencari uang atau mencari nafkah. Bahkan bekerja dengan cara korupsi, penindasan atau pemerasan, penipuan dan sejenisnya, sekalipun akan memberikan nafkah yang besar bagi keluarga, tetap tidak bisa disebut sebagai kerja. Maka kerja menurut iman Kristen bukan mencari nafkah.
A. Apa itu Etos Kerja? Etos adalah suatu karakteristik dari semangat satu atau sekelompok orang. Maka yang disebut etos adalah gabungan dari filosofi dasar, pemikiran, dan tindakan dari orang atau kelompok tersebut. Etos kerja adalah dasar pemikiran, semangat, cara kerja seseorang atau sekelompok orang di dalam ia bekerja. Ada banyak motivasi atau landasan mengapa seseorang bekerja. Hal itu akan memengaruhi bagaimana ia bekerja, apa yang menarik dan memberi semangat kerja baginya, dan apa pula yang akan melemahkan atau merusak cara kerjanya.
2. Aktualisasi diri. Semangat humanistik yang dipacu oleh pemikiran psikolog humanis Abraham Maslow, menyadarkan adanya unsur dan kepentingan aktualisasi diri di dalam kehidupan manusia. Manusia akan kehilangan nilai hidupnya ketika tidak bisa mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat. Ia harus menunjukkan siapa dirinya dan membuat orang melihat dirinya. Salah satu hal utama yang membawa aktualisasi diri manusia adalah bekerja. Motivator-motivator masa kini banyak menggunakan asumsi ini di dalam membangun etos kerja seseorang. Tanpa Tuhan, seseorang membutuhkan pengakuan dari manusia. Maka upaya kerja menjadi salah satu cara seseorang mendapat pengakuan dari manusia. Ada usaha dan motivasi yang lebih baik daripada sekadar mencari nafkah. Namun, di balik hal positif yang bisa didapat, sebenarnya kerja bukan sekadar aktualisasi diri, karena manusia akan kecewa, ketika dia sudah bekerja keras dan tidak memenuhi harapan dari pimpinannya. Ia tidak tahu bagaimana bisa menyenangkan semua orang, karena hal seperti itu jelas mustahil. Sering kali juga etos yang dibangun dengan landasan ini membuat kita bekerja menurut apa yang lagi tren, dianggap hebat, dan diperhatikan masyarakat. Ia tidak mengembangkan talentanya, tetapi mengikuti keinginan orang lain. Dan yang paling bermasalah, etos kerja yang dibangun adalah etos kerja egoistik. Ia hanya bekerja untuk dihargai. Dan sering kali ia akan tidak suka kalau ada orang lain lebih dihargai daripada dirinya. Sifat egoistik ini
B. Mengapa Bekerja? 1. Mencari nafkah Berdasarkan ayat yang kita baca di atas, sering diasumsikan bahwa tujuan, landasan, dan motivasi kerja yang paling umum dan paling rendah dari hidup manusia adalah mencari nafkah. Memang mencari nafkah bukanlah hal yang sepenuhnya salah, karena itu adalah tugas dan naluri hidup manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Namun, ini bukanlah motivasi utama dan bahkan bukan sebuah definisi kerja yang benar dan baik. Jika kita mendefinisikan bekerja berarti mencari nafkah atau mencari uang, maka kita harus menyetujui kerja para perampok atau para pelacur. Mereka bekerja keras, berkeringat, penuh persiapan, pemikiran, kerjasama, dan keterampilan yang sangat luar biasa demi untuk mendapatkan nafkah mereka. Tetapi manusia normal tentu tidak akan memasukkan perampokan atau pelacuran sebagai salah satu bidang
KIN
akhirnya bisa merusak seluruh kerjanya bahkan dirinya. 3. Menggenapkan kehendak Allah. Dari sejak di taman Eden, manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk bekerja. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej. 2:15 ITB). Kerja bukanlah akibat dosa. Kerja adalah natur manusia, seturut rencana Allah ketika mencipta manusia. Tuhan mencipta manusia untuk bisa bekerja menggenapkan mandat yang Ia telah siapkan. Seperti yang dimengerti Paulus, karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10 ITB). Tuhan ingin kita mengerjakan pekerjaan baik yang sudah Tuhan siapkan, bukan bekerja untuk mencari nafkah atau mengaktualisasi diri menurut kehendak kita sendiri. Maka, etos kerja yang benar hanya mungkin dimiliki dan dilakukan oleh orang percaya. Bekerja yang sejati adalah karena kita ingin menggenapkan mandat atau kehendak Allah. Untuk tujuan inilah Allah menyelamatkan umat pilihan-Nya (Ef. 2:8-10). C. Kerja dan Kehendak Allah? Apakah keistimewaan dan keunggulan etos kerja Kristen ketika kita menggarapnya di dalam kehidupan kita? Memperkembangkan etos kerja Kristen membawa kita kepada banyak keunggulan yang telah Tuhan siapkan. 1. Kembali ke Natur Asli Manusia. Manusia dicipta oleh Tuhan agar bisa menggenapkan rencana Allah, baik secara kolektif maupun individual. Jadi ketika manusia tidak mau melakukan hal itu, manusia sedang menyangkali naturnya sendiri. Manusia tidak dicipta untuk menganggur. Manusia dicipta untuk hidup produktif. Maka berkalikali Tuhan Yesus maupun Paulus menekankan bagaimana hidup harus
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
11
SEKILAS “berbuah”. Pohon bukan sekadar gemuk, tetapi harus berbuah. Pohon yang gemuk berdaun lebat, subur, dan begitu ranum, namun tidak berbuah, dikutuk mati oleh Tuhan Yesus (Mrk. 11:12-14). Kegagalan dunia kerja saat ini adalah orientasi kerja bukan kepada panggilan Allah terhadap diri seseorang, tetapi panggilan uang bagi diri seseorang. Tanpa sadar manusia sudah menjadi budak Mamon, ketika manusia meninggalkan kedaulatan Allah. Manusia menyangkali naturnya sendiri, yang seharusnya ada di atas Mamon dan dunia materi. Dengan bekerja keras menggenapkan mandat Tuhan, maka kita telah menjadi manusia seperti yang Tuhan rindukan dan idamkan ketika Ia mencipta manusia. Dan itulah yang akan sangat dihargai oleh Tuhan. 2. Kembali ke Natur Kerja yang asli. Kerja adalah mengaplikasikan talenta yang Tuhan beri, untuk kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan dunia ini seperti yang Tuhan kehendaki, dan pada akhirnya semua itu membawa kemuliaan bagi Tuhan yang memberikan mandat atau tugas itu. Jika kita mengerjakan hal yang salah, tidak cocok dengan talenta, merugikan atau mencelakakan orang lain, maka kita mempermalukan Allah yang telah mencipta dan memberi mandat kepada kita. Seperti ketika kita menugaskan seorang pegawai untuk bekerja, lalu dia bekerja tidak beres, merugikan atau mencelakakan orang lain, kerjanya sembarangan dan tidak memenuhi kualitas yang kita tugaskan, maka pegawai itu akan mempermalukan perusahaan dan pimpinannya. Kita bukan sekadar bekerja untuk diri kita, karena kita adalah ciptaan Allah yang menerima mandat Allah. Inilah pengertian kerja yang benar. 3. Pencapaian aktualisasi hidup sejati. Manusia dicipta untuk menggenapkan tujuan yang Allah tetapkan. Sukses adalah kemampuan mencapai titik akhir dan penggenapan tugas yang diberikan. Salah satu kegagalan manusia yang paling bodoh adalah penetapan sukses menurut diri sendiri (self-deterministic
success). Alangkah aneh dan mustahil bila kita menentukan sukses kita sendiri. Bayangkan seorang anak SD yang memikirkan bagaimana dia menetapkan kriteria dan kesuksesannya sendiri sebagai seorang anak SD. Dia menetapkan apa itu sukses bagi dirinya, yaitu harus lulus SD. Lalu menetapkan bagaimana kriteria lulus SD, yaitu menyelesaikan ujian SD. Kemudian ia sendiri yang membuat soal ujian, dan mengerjakan jawabannya. Lalu ia memeriksa hasil ujiannya dan menetapkan apakah dirinya sukses atau gagal. Sungguh suatu hal yang menggelikan. Tetapi itulah yang kita kerjakan tanpa Tuhan. Tidak ada kesuksesan yang pernah manusia capai dengan menetapkan sendiri kriteria dan hasil kesuksesannya. Hanya Tuhan yang memberi tugas dan menetapkan kita berhasil menyelesaikan tugas tersebut dengan baik atau tidak. Hal ini yang dilukiskan oleh Tuhan Yesus melalui perumpamaan talenta. Allah akan menuntut semua hasil yang baik sesuai kehendak-Nya. Kita sukses bukan karena punya uang banyak. Kita sukses bukan karena punya gelar Doktor. Kita juga bukan sukses karena berhasil mencapai jabatan tertinggi di perusahaan. Kita sukses apabila semua yang kita kerjakan sesuai dengan kriteria dan tuntutan Allah. Biarlah setelah selesai kita bekerja, Allah akan mengatakan: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat. 25:21, 23). Inilah aktualisasi hidup yang sejati. 4. Puncak ultimat seluruh nilai hidup manusia. Aktualisasi hidup, berarti pencapaian nilai dan harkat hidup yang tertinggi. Di sinilah kita belajar hidup yang sungguh-sungguh bernilai. Apa yang kita perjuangkan, dilihat oleh Tuhan dan dinilai oleh Tuhan. Di hadapan Tuhan, kita betul-betul belajar bertanggung jawab kerja. Paulus memberikan anjuran: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah
KIN
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23). Hal ini membuat seorang yang beriman dan mengerti etos kerjanya, akan bersungguh-sungguh menggarap hidupnya. Ia tidak akan sembarangan dengan hidup, talenta, termasuk waktu dan kesempatan yang ia miliki. Seluruh perjuangannya bukan untuk bersaing dengan orang lain, atau mau menyombongkan diri, tetapi seluruh perjuangannya adalah untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhannya. Etos kerja Kristen memiliki semangat kerja keras dan efisiensi tinggi demi mencapai hasil yang terbaik agar bisa menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang dan memuliakan Allah di sorga. Di sinilah seluruh nilai hidup manusia dibangun dan dituntaskan. Paulus mengatakan: “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kis. 20:24). D. Aplikasi Etos Kerja Kristen. Seluruh aplikasi etos kerja Kristen dapat diringkas menjadi 4 prinsip penting: 1) Bekerja keras; 2) Kualitas maksimal; 3) Hemat; 4) Menjadi berkat. Terapan ini didasarkan pada bagaimana kita membangun satu jiwa kerja yang mau menggenapi rencana Allah bagi hidup kita. Kita rela belajar atau bekerja keras karena kita tidak mau meloloskan setiap detik dan potensi hidup kita secara sia-sia. Kita mau mengejar kualitas yang maksimal sesuai apa yang Tuhan beri karena kita tidak mau melakukan sesuatu sembarangan. Dan kita tidak boleh memboroskan apalagi foya-foya dengan apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Semua itu harus kembali dipakai untuk pekerjaan dan kemuliaan Tuhan, menjadi berkat bagi banyak orang, baik di dalam gereja maupun dalam masyarakat. Dengan jiwa sedemikian, maka kita akan senantiasa diberkati dan dipimpin Tuhan di dalam seluruh pekerjaan kita. Soli Deo Gloria.
”Pimpinan Tuhan tanpa kebenaran itu omong kosong, pimpinan Roh Kudus tanpa sesuai dengan Kitab Suci itu bohong. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran.” -Pdt. Dr. Stephen Tong 12
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS Sambungan dari hal.3 Pengharapan Bagi...
sudah tidak lagi tunduk kepada hukum Taurat?7 Mengapa menggunakan hukum Taurat untuk mengikat seorang Kristen? Kita dapat menanggapi hal ini sebagai berikut. Pertama-tama, pandangan yang mengatakan bahwa Paulus bukan sedang mengkritik praktik homoseksualitas secara umum, tetapi hanya praktik di dalam budaya GrecoRoman, juga tidak memiliki dasar yang kuat. Praktik homoseksualitas antara dua orang perempuan adalah suatu hal yang tidak lumrah terjadi di budaya Greco-Roman. Tapi yang menarik adalah Paulus juga menyebutkan hal ini di dalam Roma 1:26 (“Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab istri-istri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar”). Hal ini justru membuktikan bahwa Paulus sedang tidak berbicara mengenai praktik homoseksualitas di dalam budaya Greco-Roman, tetapi praktik homoseksualitas secara umum. Kedua, memang benar kata arsenokoitai adalah suatu kata yang diciptakan oleh Paulus dan sebenarnya terdiri dari dua kata: arsenos, yang berarti laki-laki, dan koitēs, yang berarti ranjang/ranjang pelaminan. Di sini, jelas Paulus sedang menggunakan terjemahan Septuaginta (LXX) atas Imamat 18:22 dan 20:13.8 Maka Paulus yang menggunakan Perjanjian Lama justru membuktikan bahwa hukum moral Perjanjian Lama masih berlangsung bagi orang Kristen. Lagipula, Tuhan Yesus pun mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya.9 Tradisi Kristen mengerti bahwa tuntutan moral Hukum Taurat masih terus berlangsung sedangkan upacara keagamaan (misalnya sunat, korban, peraturan mengenai makanan) yang akhirnya digenapkan oleh apa yang Kristus sudah lakukan di atas kayu salib. Maka di sini dapat disimpulkan sekali lagi bahwa terjemahan 1 Korintus 6:9 dan 1 Timotius 1:10 dapat dipertahankan dan, lebih dari itu, ada suatu kesinambungan hukum moral di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sanggahan-sanggahan di atas tidak berarti kita mengesampingkan fakta bahwa memang ada orangorang yang bergumul dengan dosa
homoseksualitas. Kejatuhan Adam telah menjadikan semua aspek kehidupan manusia dicemari oleh dosa pula, suatu ajaran Reformed yang kita kenal dengan doktrin “Kerusakan Total” (Total Depravity). Sebagian dari mereka mungkin menganggap bahwa kecenderungan homoseksualitas adalah suatu bawaan sejak lahir, sehingga mereka tidak mungkin dapat berubah. Kalaupun ini adalah benar bahwa homoseksualitas adalah masalah genetik dan bukan masalah pilihan hidup – sesuatu yang sebenarnya masih belum dapat dikonfirmasikan oleh ilmu pengetahuan – ini tidak berarti otomatis orang tersebut harus menaklukkan dirinya kepada kondisi yang disebabkan oleh kejatuhan dosa Adam ini. Setelah mengecam hubungan homoseksualitas, bahwa mereka yang melakukan hal ini tidak akan mendapatkan bagian di dalam Kerajaan Allah (1Kor. 6:9-10), Paulus menulis kepada mereka bahwa “beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan
Kalaupun ini adalah benar bahwa homoseksualitas adalah masalah genetik dan bukan masalah pilihan hidup,... ini tidak berarti otomatis orang tersebut harus menaklukkan dirinya kepada kondisi yang disebabkan oleh kejatuhan dosa Adam ini. Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (1Kor. 6:11). Bahkan ada beberapa dari jemaat di gereja Paulus ini yang dahulu mempraktikkan homoseksualitas. Tetapi ketika mereka memberikan hidup mereka kepada Tuhan, mereka memberikan dirinya untuk disucikan, dikuduskan, dan dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kasih Kristus membawa mereka mampu menyalibkan kedagingan mereka dan membawa mereka dekat kepada-Nya sehingga mereka, yang dahulu hidup di dalam dosa homoseksualitas, sekarang dipanggil sebagai umat kudus Allah. Ini adalah ajakan bagi mereka yang saat ini mungkin sedang bergumul dengan dosa ini. Kuasa penebusan Allah lebih besar dari kuasa apa pun yang mencoba untuk mengekang saudara di dalam dosa ini. Tapi pengharapan atas pelepasan Tuhan ini hanya dapat diterima ketika kita menyadari dosadosa kita. Selama kita mencoba
KIN
membenarkan dosa-dosa yang kita lakukan, maka pengampunan Allah dan kuasa perubahan tersebut jauh dari kita. Justru Allah akan menyerahkan kita kepada keinginan kita untuk terus berdosa. Ini juga adalah suatu ajakan bagi kita semua untuk tidak hanya menjatuhkan penghakiman bagi mereka yang mungkin masih bergumul di dalam dosa ini, tetapi terus mendoakan mereka dengan suatu pengharapan bahwa mereka dapat menyerahkan hidup mereka ke dalam tangan Tuhan yang menciptakan dan menebus mereka. Endnotes 1. http://time.com/3937766/us-supreme-courtcountr ies-same-sex-gay-marr iage-legal/ (diakses 5 Agustus, 2015). Negara yang hanya melegalkan pernikahan sesama jenis secara sebagian saja, misalnya Meksiko, tidak dihitung di sini. 2. Disadur dari Stephen Tong, “Dosa dan Kebudayaan,” di Hati Yang Terbakar,oleh Stephen Tong, ed. The Boen Giok, Irwan Tjulianto, dan Franklin Noya (Surabaya: Momentum, 2007), 2:290. Peringatan ini penting, mengingat bahwa pada saat itu belum ada satu negara pun yang menyetujui pernikahan sesama jenis dan gerakan mendukung pernikahan sesama jenis ini belum terlalu besar. 3. http://www.apa.org/topics/lgbt/orientation.pdf (diakses 5 Agustus, 2015). 4. Im. 18:22, “Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian”. (LAI). Im. 20:13, “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” 5. LAI menerjemahkan arsenokoitai di dalam 1Kor. 6:9 dan 1Tim. 1:10 sebagai “pemburit” sedangkan ESV menerjemahkan malakoi arsenokoitai sebagai “practice homosexuality.” 6. Misalnya, untuk 1 Kor. 6:9 beberapa terjemahan Inggris tidak menggunakan secara eksplisit kata “homoseksual”: “Do you not know that the unrighteous will not inherit the kingdom of God? Do not be deceived; neither the immoral, nor idolaters, nor adulterers, nor sexual perverts” (Revised Standard Version/RSV) atau “Or know ye not that the unrighteous shall not inherit the kingdom of God? Be not deceived: neither fornicators, nor idolaters, nor adulterers, nor effeminate, nor abusers of themselves with men” (American Standard Version/ASB). 7. Mereka sering kali menggunakan ayat-ayat seperti Gal. 3:23-25 (“Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.”) dan Roma 7:4 (“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.”) 8. Misalnya, Im. 18:22 (LXX): “καὶ μετὰ ἄρσενος οὐ κοιμηθήσῃ κοίτην γυναικός βδέλυγμα γάρ ἐστιν” 9. Mat. 5:17, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
13
SEKILAS Sambungan dari hal.16 Clive Staples...
William Kirkpatrick. Kirkpatrick, yang adalah seorang atheis, menantang Jack untuk berpikir dengan kemampuannya sendiri dan meninggalkan ide-ide konvensional mengenai agama dan kepercayaan. Akhirnya Clive Staples Lewis, pada usia 15 tahun, mengakui dirinya sebagai seorang atheis. Hidup di Oxford Tahun 1916, Jack diterima di University College, Oxford University. Oxford, bersama-sama dengan Cambridge University, telah menjadi pusat pembelajaran paling bergengsi sejak Abad Pertengahan. Tak lama setelah ia masuk di Oxford, Jack memilih untuk menjadi tentara relawan dalam Perang Dunia I, melayani British Army dan dikirim untuk ikut berperang di utara Perancis. Ia kehilangan beberapa teman dan juga turut mengalami luka-luka di medan perang. Pada akhir Perang Dunia I, Jack kembali ke Oxford, melanjutkan studinya dengan semangat penuh. Tahun 1925, setelah menyelesaikan bidang Literatur Yunani dan Latin, Filsafat dan Sejarah, juga Literatur Inggris, Jack dipilih untuk mengisi kursi pengajar bahasa Inggris di Magdalen College, Oxford. Ia bekerja di Oxford selama 29 tahun sebelum akhirnya menjadi Profesor Literatur Abad Pertengahan dan Renaisans di sana pada tahun 1955. Hal yang paling menarik dari hidup Jack di Oxford adalah persahabatannya; pertemuan rutin Inklings. Inklings adalah kelompok Jack bersama dengan teman-teman dan kolega-koleganya, termasuk kakaknya, Warren Lewis, dan J.R.R. Tolkien (penulis seri Lord of The Rings). Mereka sering mengadakan pertemuan untuk saling membaca dan mendiskusikan buku-buku yang mereka tulis, atau sesederhana untuk ngobrol satu dengan yang lain. Inklings, bukankah nama yang sangat cocok untuk sekelompok penulis yang saling bersahabat? Nantinya melalui perbincangan dengan teman-temannya inilah Jack menemukan imannya kembali kepada Yesus Kristus pada usia 33 tahun. C.S. Lewis Sang Penulis Di samping pekerjaannya
14
sebagai
pengajar di Universitas, Jack mulai menerbitkan buku hasil tulisannya. Buku yang pertama ia terbitkan salah satunya adalah The Pilgrim’s Regress (1933), tulisan mengenai perjalanan rohaninya sendiri. Karya lain yang membawanya memenangkan pujian dan penghargaan adalah The Allegory of Love (1936), yang sampai hari ini masih dipandang sebagai sebuah masterpiece. Melalui karya ini, Jack diakui bukan hanya sebagai penulis dari buku-buku bertema religius, melainkan juga sebagai penulis buku-buku akademik dan novel-novel. The Chronicles of Narnia Ketika Jack memutuskan untuk mengalihkan konsentrasinya kepada penulisan buku anak-anak, penerbit dan beberapa rekannya mencoba untuk mencegahnya; bukankah itu akan merusak reputasinya sebagai penulis yang karya-karya yang intelektual dan bermutu tinggi? Bersyukurlah bahwa Jack pada saat itu tidak mendengarkan mereka. Seri Chronicles of Narnia yang pertama, The Lion, the Witch, and the Wardrobe pun diterbitkan. Jack kemudian segera menggarap 6 buku lagi untuk menyelesaikan seluruh seri Narnia. Pada awalnya seri ini tidak dapat diterima dengan baik dan menuai banyak kritik dari para kritikus literatur, namun buku-buku ini menjadi sangat populer karena banyak dibicarakan di tengah masyarakat. Sampai hari ini, seri Narnia sudah terjual lebih dari 100.000.000 kopi di dalam berbagai bahasa, dan merupakan salah satu literatur anak-anak yang paling dikenal dan dicintai. Tahun-Tahun Terakhir Setelah menyelesaikan seri Narnia, Jack kemudian menggarap tema-tema religius dan biografi. Namun di dalam masa-masa akhir ini, ia melimpahkan hampir seluruh perhatiannya kepada masalah kesehatan istrinya, Joy Gresham, yang dinikahinya tahun 1956 dan yang akhirnya meninggal oleh kanker pada 1960. Setelah kematian Joy, kesehatan Jack sendiri pun merosot drastis. Ia mengundurkan diri dari posisi mengajarnya pada tahun 1963, dan pada tahun yang sama, tanggal 22 November, Clive Staples ‘Jack’ Lewis meninggal dunia. Kematiannya tidak terlalu mendapat perhatian publik karena di hari yang sama Presiden John F. Kennedy dibunuh, sehingga
KIN
seluruh perhatian media justru terarah kepada Kennedy. Sang penulis, yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh intelektual Kristen terbesar di abad ke20, meninggal dalam kesederhanaan dan keheningan. Siapa Sebenarnya Aslan? Walaupun Jack menulis The Chronicles of Narnia bagi anak-anak, ia juga mau membuat cerita-cerita ini tetap menarik bagi pembaca dewasa, juga untuk membawa sebuah pesan yang lebih besar daripada cerita itu sendiri; Maka kisah Narnia dapat dibaca dan dinikmati di dalam level yang berbeda, yakni sebagai sebuah kisah Kekristenan seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Aslan sang Singa yang agung dan anggun itu merepresentasikan Yesus Kristus, yang mati menggantikan hukuman dosa manusia dan bangkit mengalahkan kematian sebelum akhirnya Ia naik ke surga. Pada tahun 1954, di dalam suratnya pada seorang gadis kecil yang bertanya mengenai siapakah Aslan, ia menjawab: “Mari kita membayangkan bahwa betul-betul ada tempat seperti Narnia, dan Yesus Kristus, yang datang ke dalam dunia kita menjadi manusia, datang ke Narnia sebagai Singa, lalu bayangkanlah apa yang akan terjadi…” Clive Staples Lewis, seorang raksasa iman, seorang raksasa intelektual, sekaligus seorang berhati begitu lembut sehingga ia, yang berpendidikan begitu tinggi, mampu berbicara dengan bahasa yang paling sederhana, bahasa anakanak. Ia diingat dan dikasihi sampai hari ini karena legacy yang ia wariskan kepada generasi-generasi setelahnya; warisan iman, warisan Injil, warisan kebenaran, warisan pergumulan di hadapan Allah. Semuanya ini merupakan warisan yang bernilai kekal. Pertanyaannya sekarang, apakah yang kita warisi dari generasi sebelum kita? Dan apakah yang akan kita wariskan bagi generasi setelah kita? “Aslan,” said Lucy,“you’re bigger”. “That is because you are older, little one,” answered he. “Not because you are?” “I am not. But every year you grow, you will find me bigger”. - C.S. Lewis, The Chronicles of Narnia; Prince Caspian
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Refleksi Hari ke-5
SEKILAS
KIN
Vik. Johanis Putratama Kamuri, S.Th., M.Th. Pemuda mendambakan kebebasan dengan berusaha menerobos batas-batas yang sudah Tuhan tetapkan, yang akhirnya malah terikat dengan konsekuensinya, perhambaan oleh dosa. Neraka adalah monumen dari kebebasan macam ini. Kebebasan yang sejati seharusnya menjadikan kita manusia sejati bukan hamba dosa. Kristus adalah Penguasa dan Tuhan kita, berarti Dia satu-satunya yang berhak menentukan batas-batas tanpa menghilangkan kebebasan manusia. Terlebih lagi, Dia yang tak terbatas, memberikan teladan, merelakan diriNya dibatasi, agar di dalam Dia kita beroleh kebebasan yang sejati. Pdt. Ir. Agus Marjanto, M.Th. Allah Bapa dapat dipermuliakan jika dan hanya jika Allah Anak melalui jalan salib. Tanpa salib, Tuhan tidak bisa dipermuliakan. Begitu pula dengan kita, sebagai pengikut Kristus, kita harus menanggung salib kita sendiri. Salib kita adalah hidup yang dikosongkan agar kehendak Allah jadi di dalam dan melalui kita. Bukan hanya memiliki sifat past saja, tetapi juga masa kini, yang berarti kita harus menanggungnya setiap hari. Sebagai respons, sikap hati kita perlu menyadari lemahnya diri dan kuatnya musuh, memiliki satu arah hati kepada Tuhan, punya suatu kelembutan hati, dan bersukacita akan salib yang sudah diberikan Tuhan. Vik. Jimmy Pardede, S.E., M.Th. Alasan kita menjalankan study sering kali karena kita ingin dikagumi, agar mendapatkan pekerjaan yang memadai, atau mengikuti sistem yang sudah ada. Tetapi sebagai orang Kristen kita harus memiliki alasan yang jelas dari Alkitab. Kita menjalankan studi karena: Pertama, studi adalah cara untuk kita menikmati kemuliaan Tuhan karena dunia ini menceritakan akan Tuhan. Kedua, studi agar komunitas hidup sekitar kita mendapat berkat karena studi kita, sebagai orang Kristen kita tidak boleh hidup egois, tetapi dengan cinta kasih Tuhan menolong satu dengan yang lainnya. Jalanilah studimu dengan bertanggung jawab kepada Tuhan. Pdt. Rudie Gunawan, S.Th., M.Th. Sebagai Umat Allah, kita dipanggil untuk memiliki kehidupan yang sepenuhnya baru. Kita harus memiliki pola pikir dan mentalitas yang baru yang membangun cara pandang yang sesuai Alkitab, lalu juga membangun relasi Kristen yang bersinergi sebagai satu tubuh Kristus, menyatakan ajakan untuk mendengar khotbah mimbar yang berlimpah dan mencintai Taurat Tuhan, mengangkat isu moral etika yang terjadi di sekitar kita berada, mengikuti pergerakan sejarah ke mana pun Tuhan akan pimpin. Sebagai pemuda Kristen, kualitas seperti apa yang akan kautunjukkan?
JADWAL KEBERANGKATAN ke BANDARA dan STASIUN Minggu, 9 Agustus 2015 Bandara
Kereta Api
Berangkat dari RMCI
Jadwal Flight
12.45
14:15 - 15:45
14:45
17:05 - 19:25
13:15
16:00 - 17:00
16.15 17.45
20:45 - 23:30
20.15 21.15
Senin, 10 Agustus 2015
00:05 - 01:45 (10 Agustus 2015)
St. Gambir
St. Pasar Senen
15:00 - 17:00
Gumarang
18:15 - 20:45
Sawung Galih Malam, Majapahit, Senja Utama Jogja Bogowonto, Senja Utama Solo
Bandara
Berangkat dari RMCI/SPRI
Jadwal Flight
1:15
4:00 - 5:45
5:45
9:20 - 12:00
13:45
18:45 - 19:30
21:15
01:30 - 01:45 (11 Agustus 2015)
3:15 9:45
17:45
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
6:00 - 9:10
14:45-18:30
21:00 - 22:00
15
SEKILAS
Clive Staples Lewis
KIN
(1898 - 1963)
The Beloved Author of The Most Beloved Stories “It isn’t Narnia, you know,” sobbed Lucy. “It’s you. We shan’t meet you there. And how can we live, never meeting you?” “But you shall meet me, dear one,” said Aslan. “Are -are you there too, Sir?” said Edmund. “I am,” said Aslan.“But there I have another name. You must learn to know me by that name. This was the very reason why you were brought to Narnia, that by knowing me here for a little, you may know me better there.” - C.S. Lewis - The Chronicles of Narnia; The Voyage of the Dawn Treader *** yatanya perjalanan hidup seorang Jack, begitu ia senang dipanggil, tidak selancar jemari tangannya menuliskan cerita-cerita memikat itu.
N
Clive Staples Lewis dilahirkan 29 November 1898 di Irlandia dalam keluarga Kristen yang juga membesarkannya secara Kristen. Hidup mereka cukup baik pada masa itu, ia tinggal di rumah yang dinamai Little Lea (ya, mereka memberi nama pada tempat tinggal mereka!) bersama ayah, ibu dan kakaknya, Warren Lewis. Little Lea mempunyai taman yang luas, juga perpustakaan yang penuh sesak dengan buku, di mana Warren dan Jack dapat belajar dengan leluasa. Buku yang paling disukai oleh Jack kecil adalah Treasure Island oleh Robert Louis Stevenson dan The Secret Garden oleh Frances Hudgson Burnett. Lihatlah, ia mencintai cerita sejak ia begitu kecil. Sebuah Kehilangan yang Menyakitkan Suatu malam, Jack kecil terbangun karena kepala dan giginya terasa sakit, ia menangis. Setelah beberapa waktu
menangis, ia bingung, “Mengapa ibu tak kunjung datang melihatku?” Ia terus menangis, “Cepatlah datang, Bu.” Tetapi ibunya tak datang. Yang terdengar hanya bunyi langkah dan bisikan orangorang dewasa, pintu-pintu dibukatutup. Kemudian ayahnya datang, ia menangis. “Jack,” katanya lembut, “Ibumu mengidap kanker. Ia akan dioperasi malam ini, semoga operasi ini dapat menyembuhkannya.”
dingin, ia sangat merindukan Little Lea, rumahnya di Belfast, Irlandia. Mengalami berbagai gejolak di dalam studinya, bersekolah di Inggris pada akhirnya terbukti mampu membawa manfaat bagi Jack yang memang brilian. Jack mencintai puisi, terutama karya-karya Virgil dan Homer. Ia juga mengembangkan kemampuannya berbahasa, ia akhirnya menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia.
Ia tidak juga sembuh. Flora August Hamilton Lewis semakin lemah dan terus dikarantina, Warren dan Jack tak diperbolehkan menemuinya. Jack kecil berdoa untuk kesembuhan ibunya; Saat itu ia tidak tahu siapa Tuhan, ia tak hormat ataupun takut pada-Nya, baginya Tuhan adalah seperti seorang pesulap yang serba bisa, maka ia sangat mengharapkan terjadinya mujizat. Namun mujizat itu tidak terjadi. Flora Lewis meninggal tahun 1908. Pukulan keras oleh kematian yang pertama di dalam hidup Clive Staples Lewis. Pukulan ini meninggalkan luka mendalam tersendiri di dalam hatinya. Ia baru bocah berumur 10 tahun! Jack kehilangan rasa aman, ia kehilangan jangkar dalam hidupnya; Kehadiran ibunyalah yang selama ini membuat hidupnya dilingkupi dengan kebahagiaan. Ketika dewasa ia mengatakan, “sejak hari itu, tetap ada kesenangan dan tawa dalam hidupku, tetapi tidak pernah ada lagi rasa aman yang sama.”
Di dalam masa remajanya ini, ketika ia mulai membaca berbagai tulisan dan buku-buku, Jack mulai berpikir mengenai kehidupan dan mengenai Tuhan. “Hidup,” kata Jack pada seorang teman saat itu, “isinya hanyalah semester, liburan, semester, liburan, sampai masa sekolah kita selesai, lalu bekerja, bekerja, dan bekerja, sampai kita mati!”
Meninggalkan Kekristenan Tidak sampai sebulan setelah kematian Flora Lewis, Warren dan Jack dikirim ke sekolah berasrama di Inggris. Jack remaja membenci sekolahnya; Ia membenci peraturannya yang ketat, ia membenci kepala sekolahnya yang
Pada masa-masa yang sama, C.S. Lewis remaja sangat tertarik dan dipengaruhi oleh mitologi-mitologi sampai ia melihat kepercayaan dan agama sebagai suatu nonsense. Ia menjauhi Kekristenan. Ia juga belajar di bawah seorang guru,
Di sekolahnya, Jack memiliki seorang ibu asrama yang atheis, yang sangat memengaruhi pemikirannya. Ibu asrama ini sering mengajak Jack dan temantemannya berdiskusi, memperlakukan mereka seperti orang-orang terpelajar. “Sedikit demi sedikit,” kata Jack di kemudian hari, “ia menumpulkan semua sudut tajam di dalam kepercayaan saya… Saya mulai menggantikan ‘Aku percaya’ dengan ‘Aku terkadang merasa…’, saya menjadi percaya bahwa tidak ada hal di dunia ini yang perlu ditaati, selain hal-hal yang membuat saya nyaman dan tertarik.”
Bersambung ke hal.14
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong, Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana, Howard Louis, Lydiawati Shu; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan
16
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa