Jumat, 07 Agt 2015 Edisi
4
Dari meja redaksi…. Selamat berjuang kembali…
Allah Pencipta: Penyebab Pertama Yang Hidup dan Berpribadi
B
ertrand Russell dari Inggris bertanya: “Kalau semua dicipta oleh Allah, siapa yang mencipta Allah?” Ini dijadikan alasan bagi dia untuk menjadi seorang atheis. Ia menganggap agama Kristen adalah agama yang self-defeating. Akibatnya, banyak orang intelektual atheis senang sekali dengan buku itu. Setelah saya baca, saya rasa dia tidak intelek. Dia hanya seorang pandai yang bodoh. Seorang cendekiawan yang bodoh, karena sudah punya presuposisi awal yang sudah salah, yaitu ia percaya Allah bisa dicipta. Kalau Allah bisa dicipta, ia pasti bukan Allah. Kalau Allah adalah Allah, pasti tidak bisa dicipta. Dari usia 26 tahun saya sudah menilai para filsuf,
KIN Flash
yang logikanya begitu kacau tanpa theologi.
Jika Allah bisa dicipta, maka pasti dia bukan Allah. Inilah presuposisi orang Kristen. Maka Allah haruslah Allah. Kalau orang berkata, “semua dicipta maka allah pun harus dicipta.” Di sini kita melihat kesalahan menggeneralisasi sesuatu yang tidak sama. Allah bukan ciptaan, tetapi Pencipta. Maka ciptaan berbeda dari Pencipta. Aristoteles dari sekitar 300 BC sudah membedakan antara semua penyebab dengan penyebab utama, yaitu Penyebab Pertama, yang menyebabkan segala sesuatu, tetapi
God continues to pour His grace! In the morning devotion, Rev. Hendra Wijaya invites the youth to follow Jeremiah to dedicate their ears to hear God’s Word and their eyes to see God’s plan. Rev. Billy Kristanto gives a fitting message over against world’s confusion of sexuality by unpacking true Biblical meaning of masculinity and femininity: masculinity implies the ability sacrifice for and to love others and femininity the willingness to honor others. Over against worldly worldviews—e.g. existentialism and pantheism—Vic. Jadi S. Lima expounds the biblical redemptive history, tracing our stories from creation, fall, and redemption. Vic. Maya Sianturi brings the youth to see the importance of applying Biblical worldview in our everyday lives. Taking an example from Moses, who refused to be called Pharaoh’s daughter and identified himself with God’s people, Vic. Eko Aria invites the youth to prioritize God’s eternal plan for His people. Rev. Budi Setiawan addresses the issue of same-sex marriage through biblical principles; the Word of God must dictate how we live our lives. In his morning session, Rev. Stephen Tong preaches the nature of Truth, that it is Personal, necessary, eternal, and who can be known only in Christ. In his evening session, drawing from the lesson of Joseph, Rev. Tong gives a much needed message to the youth of our age: the fear of the Lord keeps us pure in this sinful age. (mk/dt)
Kita telah memasuki hari keempat KIN Pemuda. Kita telah melewati separuh dari seluruh sesi kita. Kiranya stamina fisik kita masih bisa tetap terpelihara. Mungkin banyak di antara kalian yang tidak pernah mengikuti pembinaan padat seperti Konvensi Injil Nasional ini. Tetapi hal ini membuat kita lebih tertempa, bagaimana kita menjadi pemuda-pemudi yang betul-betul memiliki mental dan karakter baja, ditunjang dengan semangat belajar dan perjuangan yang tinggi. Kami sangat berharap melalui KIN ini, kita bisa melatih satu bentuk kehidupan yang betulbetul produktif, yang tidak mengenal lelah untuk mau belajar dan bertumbuh, yang mau dilatih, rela berkorban, dan mau melayani. Untuk ini, kita bisa belajar dari panitia KIN yang bekerja keras demi terselenggaranya KIN ini. Mereka adalah jemaat dan beberapa di antaranya berkedudukan tinggi di perusahaan. Tetapi mereka rela cuti bekerja untuk melayani kalian dari pagi hingga pagi lagi. Mereka hanya tidur beberapa jam setiap hari selama KIN agar KIN bisa terselenggara dengan baik. Kiranya kita bisa belajar dan meneladani mereka. Mari kembali kita belajar hari ini, sehingga bahan pembinaan yang baik tidak kita sia-siakan, sehingga kita terlewat dari anugerah Tuhan yang begitu limpah. Ciayooo… Tim Redaksi.
SEKILAS sendiri-Nya tidak disebabkan oleh apa pun. Kemudian di abad 13, Thomas Aquinas memakai apa yang dirumuskan oleh Aristoteles ini di dalam buku theologinya, yaitu Summa Theologica. Di sini Aquinas mencoba membicarakan tentang kebenaran rasional. Kebenaran yang sejati bukanlah kebenaran yang dijadikan objek studi, tetapi Kebenaran itu harus menjadi subjek yang mengajar kita, dan Ia merupakan Pribadi. Allah adalah Kebenaran yang Berpribadi dan Hidup yang menjadi Subjek bagi hidup kita. Ia tidak bergantung penerimaan atau penolakan manusia, disanjung atau tidak disanjung manusia. Allah yang sejati hanya satu, yaitu Allah pada diri-Nya sendiri. Semua ilah-ilah pada filsafat, dalam pikiran manusia, hanyalah bayang-bayang yang semu. Hanya melihat Yesus Kristus barulah kita mengenal Allah yang di sorga. Ini ditegaskan oleh Cornelius Van Til, bahwa ilah yang diperdebatkan di kelaskelas filsafat hanyalah semu, seperti melihat bulan di kaca, bukan bulan yang di angkasa. Tuhanku adalah Tuhan yang nyata dan sungguh, Tuhan yang hidup. Allah menyatakan kebenaran-Nya dengan firman-Nya. Orang beriman kepada apa yang Allah katakan. Alkitab menyatakan bahwa Abraham adalah Bapa orang beriman. Di sini kita melihat bahwa Allah mulai membicarakan kebenaran Allah melalui wahyu-Nya, di dalam firman. Allah menyatakan firman begitu penting dan merupakan dasar hidup. Kita harus fokus kepada firman, jangan main handphone atau main kuku. Kita harus memperhatikan, harus mendengar firman. Kita harus mendengar bahwa Allah itu esa, dan harus mengasihi-Nya dengan segenap hati dan segenap jiwa kita. Mendengar firman Tuhan merupakan hal penting. Agama Kristen adalah agama mendengar. Kebudayaan Yahudi adalah kebudayaan mendengar. Kebudayaan Yunani adalah kebudayaan melihat. Melihat menemukan ilmu; mendengar menemukan iman. Maka gereja adalah agama yang berkhotbah. Orang yang tidak mementingkan mendengar tidak akan bertumbuh. Tetapi sekarang banyak orang Kristen yang tidak ingin mendengar, tetapi berbicara dan Tuhan yang disuruh mendengar. Ketika Musa turun gunung, ia mendengar
2
suara yang kacau. Yosua menjawab bahwa itu suara perang. Tetapi Musa tahu itu bukan suara perang. Itu suara tidak benar. Di sini kepekaan Musa berbeda dengan Yosua. Musa melihat itu suara praise and worship yang salah. Penyembahan yang menggebu-gebu tetapi kepada allah yang salah, yang disebut YHWH malah adalah lembu. Orang bukan menyembah Tuhan dan mencari kerajaan Allah, tetapi malah mencari kelancaran dan kemakmuran. Doa pada allah tetapi allahnya adalah materi. Pakai musik dan lagu kacau, pelampiasan nafsu yang tidak lagi seperti sedang menyembah Allah, tetapi pemuasan emosi pribadi. Begitu Musa turun melihat mereka menyembah lembu, Musa menghancurkan kedua loh batu yang dituliskan oleh Allah sendiri. Kemarahan Musa sesuai dengan kemarahan Tuhan, maka Tuhan tidak marah ketika dia memecahkan kedua loh batu. Banyak orang mengatakan bahwa menjadi hamba Tuhan harus sabar, tetapi kemarahan seorang hamba Tuhan jika sesuai dengan waktu
Allah yang sejati hanya satu, yaitu Allah pada dirinya. Semua ilah-ilah pada filsafat, dalam pikiran manusia, hanyalah bayang-bayang yang semu. dan kemarahan Tuhan, Tuhan tidak marah tetapi malah dipakai menjadi hamba yang berkuasa. Ketika Tuhan Yesus marah dan mengusir pedagang di bait Allah, Tuhan tidak marah malah sesuai dengan emosi Tuhan. Jangan sembarangan mengutip lalu marahmarah. Kepekaan Musa menjadi teladan orang yang melayani Tuhan. Jika kuantitas tidak sebaik kualitas, maka semakin besar gereja semakin mempermalukan Tuhan. Ketika Musa melihat semak belukar yang terbakar, ia mendekat dan itulah pertama kali ia mendengar istilah “suci” muncul dan ia harus melepaskan kasutnya. Di situ ia mau mendengar. Lalu Tuhan perintah dia untuk menghadap Firaun dan meminta orang Israel keluar dari Mesir untuk menyembah Allah. Musa langsung menolak. Ia takut menghadap Firaun. Ia tidak mau susah, seperti banyak pemuda saat ini. Ia mengeluarkan banyak alasan dan Tuhan mematahkan setiap alasan.
KIN
Kehendak Tuhan tidak akan dibatalkan hanya karena kita menolak. Dia yang memimpin dan memerintah. Kehendak Tuhan yang menentukan panggilan kita, bukan keinginan untuk sukses atau tidak suksesnya pelayanan kita. Siapa yang menyuruhku, itulah permintaan Musa. Musa ingin tahu siapa yang mengutus dia. Allah menjawab Musa: “Aku adalah Aku. Aku yang mengutus engkau” untuk membebaskan orang Israel dari perbelengguan Mesir. Ini adalah pengertian akan Allah yang paling mendalam dinyatakan oleh Alkitab. Pernyataan seperti ini tidak ada di dalam konsep filsafat atau agama mana pun di dalam sejarah. Allah adalah Alfa dan Omega, yang ada pada diri-Nya sendiri dan tidak bergantung pada apa pun dan siapa pun. Kalau Allah ada pada diri sendiri, apakah mungkin ada ciptaan yang juga ada pada diri sendiri. Apakah kita percaya ada yang merupakan awal? Saya tanya: Mulai kapankah 2 + 2 = 4? Apakah mulai dari ayah kita? Atau 2 + 2 = 4 tidak perlu ada permulaan, karena ada pada dirinya sendiri. Maka ada hal yang tidak perlu ada permulaan. Maka ada eksistensi kontigen dan eksistensi inkontigen. Jadi ada hal-hal yang kontigen, yaitu ada awal dan ada akhir, seperti kelahiran dan kematian seseorang. Tetapi ada hal-hal yang inkontigen, yaitu yang tidak perlu harus ada awal dan atau akhir. Allah tidak perlu harus ada awal atau akhir. Ketika saya hidup yang bersifat kontigen, saya bisa diteruskan oleh anak saya, lalu cucu saya, sehingga menjadi inkontigen yang bergantung kontigen. Tetapi ada inkontigensi yang tidak bergantung pada kontigensi, yaitu Allah. Allah tidak bergantung kepada semua keberadaan kontigen apa pun. Yang kekal tidak membutuhkan awal dan akhir, merupakan keberadaan inkontigen dan menjadi penyebab semua eksistensi kontigen. Allah tidak mungkin berada karena kita percaya. Ketika kita percaya baru Allah ada? Itu mustahil. Juga Allah tidak mungkin menjadi tidak ada karena kita tidak percaya. Allah bersifat kekal, dan yang kekal itu absolut. Maka yang kekal menjadi penyebab yang kontigen. Dengan demikian kita bisa mengenal Allah yang sejati. Amin.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
Roh Kudus Sang Penghibur
KIN
oleh Charles Spurgeon
A
llah Roh Kudus adalah penghibur yang sangat pengasih. Saya sedang depresi, dan perlu penghiburan. Sebagian orang mendengar kesulitan saya, dan mereka melangkah masuk, duduk, dan menasihati untuk menghibur saya; tetapi ia tidak mengasihi saya, ia orang asing, ia tidak mengenal saya sama sekali, ia hanya datang untuk mencoba kemampuannya; dan apa konsekuensinya? Mereka tidak menghilangkan kesedihanku; karena ia tidak memiliki kasih untuk aku. Tetapi ketika seseorang mengasihiku seperti mengasihi dirinya dan tulus kepada aku, maka perkataannya bagaikan alunan musik; mereka akan seperti madu; ia mengetahui kata sandi dari pintu hatiku, dan aku akan dengan saksama mendengarkan setiap perkataannya; aku menangkap intonasi dari setiap suku kata yang dilontarkannya, karena itu seperti lantunan harpa sorga. Oh, ada suara dalam kasih, ia mengucapkan bahasanya sendiri, itu adalah peribahasa dan aksen yang tidak dapat ditiru, bijaksana yang tidak dapat diimitasi, itulah kasih yang menggapai hati yang berduka. Dan bukankah Roh Kudus penghibur yang pengasih? Tidak tahukah engkau, hai
setia. Oh, lebih tajam daripada taring ular, seorang teman yang tidak setia! Oh, lebih pahit dari pahitnya empedu, memiliki seorang teman yang berpaling di saat kesusahan! Oh, terkutuk di antara yang terkutuk, memiliki seorang yang mengasihi di dalam kelimpahan, tetapi mencampakkan di saat hari kegelapan! Sungguh menyedihkan! Tetapi tidak untuk Roh Allah. Ia terus mengasihi hingga akhir – pengasih yang setia. Anak-anak Allah, engkau dalam masalah! Sesaat yang lalu engkau menjumpai-Nya sebagai penghibur yang pengasih dan manis; sementara yang lain hanyalah wadah rusak, tetapi mengapa engkau tidak memercayaiNya sekarang? Menjauh dengan ketakutanmu walaupun Ia penghibur yang setia. “Ah! Tetapi aku telah berdosa.” Memang demikian, tapi dosa tidak dapat memisahkan engkau dari kasih-Nya, Ia tetap mengasihi engkau. Jangan dipikirkan, Oh anak Allah yang malang, bekas daripada dosa lamamu telah merusak kecantikanmu, karena menganggap kasih-Nya berkurang karena dosamu. Tidak! Ia mengasihi engkau saat dosamu terlebih dahulu diketahui, Ia mengasihimu dengan pengetahuan mengenai keseluruhan dosa yang akan engkau perbuat; dan
masalahnya, dan mencoba, menyelesaikannya, tetapi saat engkau mempersiapkan persenjataanmu untuk menghancurkan masalah tersebut, engkau mendapati bahwa masalah itu sudah bergeser ke posisi yang berbeda. Engkau coba memulainya lagi, tetapi masalah itu bergeser kembali, sehingga engkau bingung menghadapinya. Engkau bagaikan Hercules yang memenggal kepala Hydra yang terus bertumbuh, sehingga putus asa dengan pekerjaanmu. Tetapi Roh Kudus tidak pernah menyerah untuk menghibur mereka yang diinginkanNya. Ia mencoba untuk menghibur kita, tetapi kita melarikan diri dari sentuhan manis-Nya; Ia memberikan ramuan manis untuk menyembuhkan, tetapi kita tidak meminumnya; Ia memberikan sebagian porsi keagungan-Nya untuk mengenyahkan semua kesulitan, tetapi kita menyingkirkannya. Ia tetap mencari kita; walaupun kita mengatakan kita tidak akan terhibur, tetapi Ia menyanggupinya dan saat Ia mengatakan hal tersebut, Ia pasti akan melakukannya; Ia tidak akan lelah dengan semua dosa kita, tidak dengan semua keluhan kita. Oh penghibur yang bijaksana, Sang Allah Roh Kudus! Ayub memiliki
”Alangkah ajaibnya bila seseorang dapat percaya kepada Tuhan, dan alangkah bahagianya bila ia dapat mengerti apa yang ia percaya.” Pdt. Dr. Stephen Tong orang kudus, seberapa besar kasih Roh Kudus kepadamu? Dapatkah engkau mengukur kasih daripada Roh Kudus? Pergi, ukurlah langit dengan bentangan tanganmu; Pergi, ukurlah berat daripada pegunungan dengan timbangan; Pergi, ambil air lautan dan beritahu setiap tetesannya; Pergi, hitunglah butiran pasir di pantai; setelah engkau menyelesaikannya, engkau dapat mengatakan seberapa besar kasih-Nya. Sungguh Ia adalah pribadi yang menghibur, karena ia mengasihi engkau. Percayalah kepada Dia di dalam hatimu, hai orang Kristen sehingga ia dapat melegakan engkau di dalam bebanmu. Ia penghibur yang setia. Kasih kadang terbukti tidak
Ia tidak kurang mengasihi engkau sekarang. Datang kepada-Nya dengan iman seadanya; katakan pada-Nya kalau engkau telah mendukakan-Nya, dan Ia akan melupakan kesalahanmu, lalu menerima engkau kembali; kecupan kasih-Nya akan diberikan kepadamu, dan tangan kasih-Nya akan menguatkan engkau. Ia setia, percayalah pada-Nya; Ia tidak akan pernah membohongi engkau, percayalah pada-Nya, Ia tidak akan meninggalkan engkau. Ia penghibur yang tidak membebani. Engkau cepat atau lambat akan menjumpai orang yang gundahgulana. Engkau bertanya, “Apakah masalahmu?” Engkau diceritai
penghibur, tetapi ia jujur sewaktu dia berkata, “Penghibur yang sialan engkau semua.” Bukankah mereka senior yang dihormati? Tidakkah mereka mengerti kesusahannya? Jika mereka tidak bisa menghiburnya, siapakah yang mampu? Tetapi mereka tidak dapat menemukan penyebabnya. Mereka pikir ia bukan anak Allah yang sebenarnya dan mencoba membenarkan dirinya. Mereka salah mendiagnosis. Terkadang, saat kita menjenguk seseorang kita salah mengerti penyakitnya, kita ingin menghibur mereka pada titik ini, sementara mereka tidak memerlukan penghiburan seperti ini, dan lebih baik mereka dibiarkan sendiri daripada
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Bersambung ke hal.4
3
SEKILAS
KIN
WHY HAVE YOU CHOSEN ME Pernahkah saudara mengagumi kebesaran kasih Tuhan dalam hidupmu? Pernahkah engkau merenungkan mengapa Tuhan menyelamatkan kita dan mengapa kita dipilih-Nya untuk diselamatkan? Pernahkah engkau bersyukur atas kasih Tuhan? Sudahkah engkau menyerahkan hidupmu kepada-Nya?
J
udul lagu ini dimulai dengan sebuah pertanyaan retorik kepada Tuhan ‘Mengapa Engkau memilih saya?’ Bukan dengan nada marah, bukan karena penyesalan atas pemilihan Allah, tetapi karena si penulis sulit mengerti dan merasa bahwa sebenarnya tidak ada apa pun dalam dirinya yang berhak menjadi alasan Tuhan memilihnya untuk diselamatkan dari kematian
Sambungan dari hal.3 Roh Kudus....
diganggu oleh penghibur yang tidak bijaksana ini. Tetapi betapa bijaksananya Roh Kudus! Ia mengambil jiwa tersebut dan membaringkannya, lalu membedahnya; dan menemukan akar daripada masalahnya, Ia melihat di mana letak permasalahannya, lalu memotong dan menarik keluar masalahnya, atau mengobati tempat yang sakit, ia tidak pernah salah. Oh begitu bijaksananya Roh Kudus yang mulia! Aku berpaling dari semua penghibur, karena hanya pekerjaanMulah yang memberikan penghiburan paling bijaksana. Perhatikanlah betapa amannya Roh Kudus sang penghibur. Ada seorang anak muda yang sangat melankolis. Ia melangkahkan kakinya ke dalam rumah Allah dan mendengar pengkhotbah yang berkuasa dan firman dianugerahkan sehingga menyadarkannya akan dosa. Saat ia kembali ke rumah, seisi rumahnya mendapatkan ada sesuatu
4
kekal. Dalam Efesus 1:4 dikatakan “sebab di dalam Dia (Yesus) Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Jadi jelas bahwa pilihan Tuhan bukan didasarkan atas kebaikan manusia tetapi atas kemurahan Allah. Penulis teks ini sadar bahwa Tuhan memilihnya dari antara jutaan manusia, di mana Tuhan memilihnya bukan karena kebaikannya sebab Tuhan tahu segala kesalahannya. Sebaliknya dia menerima anugerah pengampunan dan keselamatan di dalam Yesus Kristus yang mengampuninya. Dan yang justru sangat luar biasa di dalam lagu ini adalah respons penulis yang begitu tulus, begitu sungguh untuk menyerahkan hidup bagi Tuhan. Oh Tuhan, ajarku untuk mengerti kehendakMu, aku mau berjuang menaatimu; kuserahkan hidupku dan untuk-Mu yang lain dengannya, “Oh, John sedang mengamuk, ia gila.” Kata mereka, lalu ibunya berkata “Kirim dia ke kota untuk seminggu, biarkan dia pergi ke pesta atau teater.” Lalu ibunya bertanya, “John, apakah engkau mendapatkan penghiburan di sana?” Jawab John, “Ah, tidak; itu semua membuat aku tambah buruk, beberapa saat aku di sana, aku berpikir neraka akan terbuka dan menelanku. “, lalu tanya ibunya, “Apakah engkau mendapatkan kelegaan dalam hingar-bingar dunia?” Jawab John, “Tidak, aku pikir hanya membuang waktu saja.” Lihatlah! Inilah penghiburan yang sia-sia, tetapi inilah penghiburan dunia. Iblis datang kepada jiwa manusia sebagai penghibur yang palsu, dan ia akan berkata kepada jiwa. “Apa gunanya semua tindakan mengenai pertobatan ini? Engkau tidak lebih buruk daripada orang lain.” Dan ia akan mencoba untuk membuat jiwamu percaya bahwa apa yang dikatakan tersebut adalah jaminan yang sejati dari pada Roh Kudus; sehingga ia menipu banyak orang dengan penghiburan yang palsu. Tetapi
hidupku, dan berjalan di sisimu setiap saat. Sebuah komitmen yang luar biasa akibat kesadaran cinta Tuhan yang begitu besar ia alami. Sebuah ungkapan hati dan kesungguhan penyerahan hidup karena mengerti karya Tuhan yang begitu besar bagi hidupnya. Ia mau hidup bersandar sepenuhnya kepada Tuhan karena melihat keindahan dan kemurahan Tuhan yang berlimpah. Mungkinkah pengertian, pengalaman, dan tekad penulis juga boleh menjadi pengertian, pengalaman, dan tekad kita? Berbahagialah mereka yang sudah bertemu Tuhan, pujian ini menyentuh hati dan mendorong untuk hidup lebih sungguh bagi Dia, Tuhan yang mengasihi kita di dalam Yesus Kristus. Lagu: Why Have You Chosen Me? Buku Acara KIN No. 15
penghiburan Roh Kudus itu aman, dan engkau dapat beristirahat di dalamnya. Biarkanlah Ia berkata-kata, dan ada faktanya; biarkanlah Ia memberikan secangkir kelegaan, dan engkau dapat meminumnya hingga habis, karena di dalamnya tidak ada yang berbahaya, tidak ada yang beracun, semua itu aman. Bahkan, Roh Kudus adalah penghibur yang aktif: ia tidak menghibur dengan perkataan tetapi melalui tindakan. Roh Kudus, bersama dengan Yesus, memberikan kita janji, Ia memberikan kita anugerah, dan Ia begitu menghibur kita. Ia penghibur yang berhasil. Ia juga penghibur yang selalu ada, sehingga engkau tidak perlu mencariNya. Allahmu selalu dekat, dan di saat engkau memerlukan penghiburan dalam kesulitanmu, lihatlah, firman itu ada di dekatmu, itu berada di mulutmu, dan di hatimu; Ia selalu ada di dalam waktu yang susah. Sumber: http://www.eternallifeministries.org/chs_ comfort.htm
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
KIN
Mengenal:
Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Th.
S
etiap kali kita bersentuhan dengan Literatur dari Gerakan Reformed Injili, kita sulit melewatkan satu sosok ini, Pdt. Sutjipto Subeno atau suka dipanggil dengan Pak Cip. Penerbit Momentum yang hari ini penuh dengan buku-buku bermutu dan terseleksi baik sehingga pembacanya dapat membacanya dengan tenang merupakan salah satu hasil respons Pak Cip terhadap beban yang diberikan Tuhan kepadanya. Selama lebih dari 20 tahun Momentum telah mensuplai orang Kristen di Indonesia dengan buku-buku bermutu dan beberapa tahun belakangan ini dengan ribuan buku impor dengan harga terjangkau. Momentum telah menjadi pengimpor buku Theologi Reformed terbesar seAsia Tenggara. Pdt. Sutjipto Subeno S.Th., M.Div. M.Th., dilahirkan di Jakarta 13 Juli 1959. Di masa kecil Pak Cip dibawa pindah ke Surabaya oleh keluarganya, dan mulai sekolah di Sekolah Kristen Petra Surabaya. Setelah SMP kelas 1 di Surabaya, kelas 2 beliau dibawa kembali ke Jakarta, dan inilah satu tahun beliau sekolah di sekolah non Kristen. Kelas 3 beliau dipindahkan ke SMPK II Pembangunan BPK Penabur. Terus lanjut di SMAK I Pintu Air BPK Penabur, hingga lulus di tahun 1977. Beliau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan pada tahun 1989, ketika sedang kuliah di Fakultas Teknik Elektro Universitas Trisakti Jakarta yang dimasukinya pada tahun 1978.
Saat itu, Pdt. Dr. Stephen Tong sedang melangsungkan KKR di Gereja Kristus Ketapang. Hanya hadir di hari ke-4 (hari terakhir), setelah setengah dipaksa oleh teman, itulah saat Pak Cip mengenal pak Tong. Pak Tong mulai dengan mengajar lagu “Ke Mana Saja” [Red. Buku Acara Pujian No. 8] lalu melakukan panggilan. Dengan bercucuran air mata dia menyerahkan diri melayani Tuhan. Tetapi baru memenuhi panggilan ini pada tahun 1985 dengan masuk ke Sekolah Alkitab Asia Tenggara (SAAT), di mana beliau mulai mengenal Theologi Reformed dari Pak Tong. Di tengahtengah pergumulan yang berat, beliau diajak bergabung Gerakan Reformed Injili Indonesia oleh Pdt. Stephen Tong, dan sekaligus memindahkan seluruh studi ke STT Reformed Indonesia, di Warung Buncit Jakarta pada tahun 1990. Menyelesaikan studi Sarjana Theologinya di STT Reformed Indonesia di Jakarta tahun 1995 dan tahun 1996 menyeleselaikan gelar Master of Divinity-nya di sekolah yang sama. Tahun 2012 beliau mendapatkan gelar Magister Theologi dari STT Reformed Injili Internasional di Jakarta. Sekarang beliau sedang di dalam studi Doktoralnya di STT Reformed Injili Internasional yang bekerja sama dengan Westminster Theological Seminary di Philadelphia, USA. Setelah pelayanan di Malang dan Madura, sejak tahun 1990 beliau bergabung dengan Kantor Nasional
Lembaga Reformed Injili Indonesia di Jakarta. Beliau melayani di bidang literatur yang meliputi penerjemahan dan penerbitan buku-buku theologi. Selain itu beliau juga mengelola Literatur Kristen Momentum di Jl. Tanah Abang III/1 (sejak tahun 1993) dan di Jl. Cideng Timur 5A-5B (sejak tahun 1995). Beliau ditahbiskan sebagai pendeta pada Mei 1996 dan mulai Juni 1996 menjadi Gembala Sidang GRII Andhika di Surabaya. Selain sebagai gembala sidang, saat ini beliau juga sebagai Direktur Operasional dari Penerbitan dan jaringan Toko Buku Momentum dan Direktur International Reformed Evangelical Correspondence Study (IRECS), sebuah Sekolah Theologi Korespondensi untuk awam berbahasa Indonesia dengan jangkauan secara internasional. Selain itu beliau adalah dosen terbang di STRI Jakarta dan STT Reformed Injili Indonesia di Jakarta. Beliau adalah co-founder dari Sekolah Kristen Logos di Surabaya, yang dimulai tahun 2005. Beliau juga banyak melayani khotbah dan seminar di berbagai gereja, persekutuan kampus, dan persekutuan kantor, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; seperti Medan, Batam, Singapura, Australia, dan Eropa (Jerman dan Belanda), dan USA. Beliau menikah dengan Vik. Susiana J. Subeno dan dikaruniai dua orang anak bernama Samantha Subeno (1994) dan Sebastian Subeno (1998).
Sekolah Kristen LOGOS Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
MOMENTUM
5
SEKILAS Sambungan dari hal.8 George Whitefield....
kehidupan dan lingkungan masa mudanya di kampus: “Saya seorang yang garang, yang membenci nasihat, dan yang selalu dengan sengaja lari dari semua kemungkinan di mana saya harus menerimanya.” “Saya sering menggunakan uang yang diberikan oleh ibu saya dengan tidak pantas. Untuk bersenang-senang, berjudi kartu, dan terutama percintaan.” George mengungkapkan bagaimana gambaran lingkungan kawan-kawan sepermainannya ketika muda, “Saya sangat terbiasa bergaul dengan sekelompok pemuda yang sensual, tidak terurus, dan tidak peduli Tuhan, yang jikalau bukan karena Tuhan yang melalui anugerah-Nya, tanpa jasa dan yang cuma-cuma telah mengantarkan saya keluar dari tangan-tangan mereka, saya sudah dapat dipastikan berada di kursi para pencemooh saat ini! Dan menjadikan dosa sebagai kelakar
oleh John Wesley-lah yang menarik hati dan jiwanya. Kelompok ini melatih diri untuk mengikuti serangkaian disiplin yang dibentuk di dalam metode-metode tertentu, sehingga kelompok ini biasa dipanggil sebagai kelompok Metodis. Kelompok ini biasa diperbincangkan, dan lebih sering dicemooh karena mereka menetapkan hati mereka untuk hidup menyangkal diri dan sepenuhnya mendedikasikan diri bagi kemuliaan Tuhan. Hal ini tercermin melalui gaya hidup mereka yang sederhana dan tidak meniru gaya hidup pemuda pada umumnya. Whitefield sering melihat kelompok ini dicemooh di depan publik, terutama John dan Charles bersaudara. Dengan penuh semangat Whitefield selalu membela mereka ketika Ia mendapati Wesley bersaudara didamprat. Ia menetapkan hati untuk menjadikan kakak-beradik ini sebagai teladan dan panutan. Ditarik oleh rasa persaudaraan yang kuat, Whitefield dengan sangat
KIN
melalui iman dan hidup yang dibentuk di dalam disiplin yang ketat inilah yang menjadi bekal besar bagi hidup dan pelayanan George muda hingga ia tutup usia. 650.000 orang yang mendengarkan khotbahnya selama satu bulan hanyalah sebagian kecil dari jutaan orang yang pernah mendengarkan Injil melalui mulutnya, yang pada masa itu tidak ada alat pengeras suara seperti saat ini. Lebih dari 18.000 kebaktian yang dipimpinnya selama 36 tahun melayani Tuhan, dan diperkirakan memiliki 10.000.000 pendengar selama berkeliling di wilayah Britania raya, Amerika Utara, serta sebagian wilayah Eropa Utara. Dipukuli oleh gerombolan perusuh, tiga kali mendapat surat ancaman pembunuhan, satu kali dilempari batu hingga hampir tewas tidak mengurungkan niatnya untuk berkhotbah 40-50 jam dalam seminggu. Tercatat hanya 13 kali ia menempuh perjalanan panjang yang berbahaya
“Lord Jesus, I am weary in Thy work, but not of Thy work. If I have not yet finished my course, let me go and speak for thee once more in the fields, seal the truth, and come home to die.” – George Whitefield sehari-hari.” Whitefield melanjutkan, “Dengan terus berada bersama-sama mereka, pikiran saya tentang agama malah semakin hari makin serupa dengan mereka. Saya pergi ke dalam kebaktian yang saya anggap hanya sebagai selingan, lalu pergi. Saya menikmati pembicaraan mereka yang cabul. Saya mulai berpikir seperti mereka, dan mempertanyakan kenapa Tuhan memberikan suatu gairah birahi tanpa mengizinkan kita untuk memuaskannya? Segera saja saya menjadi orang yang mahir di dalam sekolah iblis! Saya terpengaruh untuk hidup secara amoral,dan segera berada di dalam jalan menuju kebusukan yang sama busuknya seperti mereka.”
intens berkeinginan untuk bergaul karib dengan mereka, tetapi sifat inferiornya yang sangat kental sering menghalangi dia untuk berkarib lebih jauh. Charles yang sering melihat George berjalan sendiri suatu pagi mengajaknya untuk makan bersama. Tidak lama persahabatan dan kehidupan rohani kelompok yang sangat kuat mulai terbangun.
Tetapi di tengah semua ini, hati nurani serta kesadarannya membuat ia tidak bahagia; Ia berharap, jikalau mungkin kehidupan rohani yang baik boleh digabung dengan kesenangan dunia yang ada. Tetapi dorongan dari ingatan akan Alkitab yang ia baca setiap hari terus membuat jiwanya gelisah. Whitefield pun mengasingkan diri. Hanya kelompok persekutuan mahasiswa yang dipimpin
“Kenapa jiwa saya tidak mendapatkan ketenangan? Kenapa saya tidak berani memercayakan dan bergembira atas pengampunan yang Tuhan berikan?” Pada usianya yang keduapuluh, George muda berdoa di dalam kamarnya, “Aku haus, aku haus akan iman terhadap pengampunan Tuhan yang penuh kasih. Tuhan, saya percaya; tolong saya yang tidak percaya ini.” Jaminan keselamatan
6
Pada masa ini kesehatan Whitefield sangat dipengaruhi oleh pendisiplinan diri yang ia buat. Tidak jarang hidupnya berada di dalam bahaya kematian oleh karena kesehatan yang menurun. “Saya mencari keselamatan melalui usaha diri sendiri,” ujar Whitefield.
mengarungi Samudera Atlantik, karena untuk perjalanan yang ke-14 ia tidak lagi kembali ke Inggris. Perjalanan ke14 menjadi sebuah perjalanan di mana Whitefield mengarungi kematian dan kembali kepada Tuhan. George Whitefield meninggal pada 30 September 1770 di dalam pastoran Gereja Old South Presbyterian, Newburyport, Massachusetts. Seorang Calvinis ini dimakamkan di dalam pemakaman gereja, tepat di bawah mimbar gereja, sesuai dengan permintaannya. George Whitefield, Suara yang Membangunkan Dunia. Suaranya tidak pernah mati. Melalui hidup, dan terutama melalui perjalanan iman yang berani, Whitefield terus berteriak untuk membangunkan setiap jiwa yang rohaninya mulai mati. Hingga hari ini, Suara yang Membangunkan Dunia masih boleh terus diperdengarkan, kepada banyak generasi baru, kepada pemuda di KIN 2015, kepada kita semua untuk dibangunkan Tuhan sekali lagi.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Refleksi Hari ke-3
SEKILAS
KIN
Pdt. Lay Hendra Wijaya, S.E., M.Th. Sebagai pemuda, Yeremia menerima panggilan Tuhan dan memiliki suatu ketetapan hati yang teguh untuk taat kepada Tuhan di saat kesulitan besar yang dihadapi bangsa Israel karena hidup mereka yang berubah setia kepada Tuhan. Ia menetapkan hatinya untuk menyimak firman Tuhan sehingga ia dengan peka mengerti apa yang Tuhan inginkan. Yeremia juga menetapkan hatinya untuk melihat apa yang penting sehingga mata rohaninya melihat apa yang menjadi visi dan rencana Tuhan. Sebagai pemuda, apakah ketetapan hatimu? Pdt. Billy Kristanto, Ph.D., Th.D. Konteks budaya Patriachal, mencuatnya egalitarian dan feminisme, serta merebaknya isu LGBT telah menimbulkan cara pandang kontradiktif antara gender yang diekspresikan dengan liar dan sex yang dianggap sebagai bawaan dari lahir. Hal ini merusak ordo yang Tuhan ciptakan dan menimbulkan permasalahan dalam relasi manusia. Kekristenan menjawab dengan kembali kepada ordo penciptaan. Tuhan menciptakan perbedaan antara pria dan wanita, maskulin dan feminim serta peranan yang dinamis sebagai aku, engkau, dan dia di dalam suatu keragaman yang indah. Konsep Tritunggal yang relasional memberikan kita pengertian yang akurat tetapi juga berlimpah. Vik. Jadi S. Lima, S.Th., M.A., M.Th. Mengenal diri dengan mengenal Allah. Allah adalah pribadi yang memperkenalkan diri-Nya melalui Alkitab. Drama Alkitab dimulai dengan penciptaan yang indah, tetapi menjadi tidak lagi indah karena kejatuhan dalam dosa. Tetapi Tuhan tidak tinggal diam, Ia mengerjakan karya keselamatan dengan memilih nabi hingga suatu bangsa (Israel). Meskipun dibuang karena tidak setia, dari bangsa ini lahirlah pengharapan yaitu Yesus Kristus sang Juruselamat. Kristus hadir menentang spirit zaman dari dunia berdosa, dan membawa kita untuk bebas dari dosa dan kembali kepada diri kita yang sejati. Dunia yang otonom dari Tuhan hanya bisa kita lawan dengan menerima sang Juruselamat dan melakukan kehendak-Nya. Vik. Maya Sianturi, Dra., M.Th. Sejak di Taman Eden, meskipun Tuhan memberikan realitas yang begitu indah dan sempurna, manusia lebih memilih pseudo-reality dari si iblis. Hingga zaman ini yang terus membombardir kita dengan tawaran pseudo-reality yang membodohi kita, dan parahnya manusia lebih memilih realitas yang palsu ini. Di saat kita memiliki realitas yang palsu, kita sedang menilai Allah sebagai pendusta. Melalui Salib Kristus, sebagai orang Kristen kita dituntut untuk memiliki cara pandang yang mengembalikan kita pada realitas yang sesungguhnya, realitas sebagai manusia berdosa yang memerlukan Kristus setiap saat. Vik. Eko Aria, M.Div. Awal 40 tahun hidup Musa yang terlihat begitu glamour pasti dianggap sebagai fase kehidupan yang sangat penting bagi kita yang hidup di zaman ini. Bertolak belakang dengan Alkitab yang justru mencatatkan fase kehidupan ini dengan begitu singkat, dan lebih menekankan fase kehidupan Musa dalam menjalankan kehendak Tuhan. Zaman yang begitu narsis ini merusak pengertian akan mana yang penting dan tidak. Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk kembali menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini adalah menggenapkan rencana Tuhan. Pdt. Budy Setiawan, S.Th. Metafora dalam Alkitab dipakai untuk menuntun imajinasi kita dan memberikan banyak pembelajaran mengenai realitas yang Alkitab nyatakan. Realitas dari Alkitab inilah yang berhak dan harus menuntun realitas yang kita mengerti dan yang dialami dalam keseharian kita. Begitu juga dengan merebaknya isu homoseksualitas, mereka mencoba memutarbalikkan pengertian Alkitab mengenai kasih demi realitas berdosa yang ingin mereka bangun. Tetapi sebagai orang Kristen sejati kita harus setia menaati, mengikuti, dan menjadikan Dia Tuhan atas seluruh aspek hidup kita. Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
7
SEKILAS
KIN
george whitefield (1714 - 1770)
The Voice That Woke The World “I love those that thunder out the word. The Christian world is in a deep sleep. Nothing but a loud voice can awaken them out of it.” – George Whitefield.
T
idak diragukan lagi, George Whitefield merupakan salah satu tokoh penginjilan terbesar pada abad ke-18 yang pernah berkhotbah kepada kurang lebih 650.000 orang dalam satu bulan. Pada masa di mana menyeberangi Samudera Atlantik merupakan perjalanan yang paling berbahaya dan bahkan tak jarang mematikan itu, Whitefield melakukan perjalanan misi sebanyak tujuh kali semasa hidupnya menyeberangi Samudera Atlantik untuk berkhotbah dan mengadakan rangkaian Kebaktian Kebangunan Rohani. Whitefield merupakan salah satu figur kunci di dalam Kebangunan Rohani Besar yang terjadi pada abad ke-18, kebangunan spiritual Kristen yang menyapu wilayah Inggris, Skotlandia, Wales, sebagian Irlandia, Belanda, Jerman, Perancis, terutama seluruh koloni Inggris di wilayah Amerika Utara. Banyak ahli sejarah menyatakan bahwa natur dan luasnya pengaruh daripada kebangunan rohani pada abad tersebut memiliki besaran yang serupa dengan zaman Gereja mula-mula dan abad Reformasi. Kondisi Inggris pada awal tahun 1700an mengalami keterpurukan yang buruk, baik dari sisi moral masyarakat maupun spiritualitas keagamaan. Perzinahan, perselingkuhan, perjudian, pembicaraan kotor, kemabukan, dan sebagainya sudah menjadi bagian hidup sehari-hari yang lumrah di dalam masyarakat. Hal-hal tesebut hanyalah sebuah bagian kecil dari gaya hidup orang-orang pada masa itu, mulai dari
rakyat jelata hingga kalangan ningrat. Tanpa pengecualian, gereja-gereja yang sudah lama berdiri sedang mati di dalam formalitas yang ada. Banyak mimbar yang sudah senyap dan pelitanya sudah gelap karena hanya sebulan sekali mimbar bersuara. Jikalaupun ada khotbah yang disampaikan, khotbahkhotbah tersebut tidak lebih jauh daripada pesan moral secara umum dan sama sekali tidak ada gairah untuk membangkitkan jiwa setiap orang. Pada akhirnya, baik yang menyampaikan maupun yang mendengarkan samasama dimatikan di dalam kebaktian. Mayoritas masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan keagamaan yang sesungguhnya, dan para rohaniwan juga tenggelam di dalam kehidupan dunia yang berkedok agama. “Mere heathen morality, and not Jesus Christ is preached in most of our churches.” – George Whitefield. “I have lived to see that fatal crisis, when religion hath lost its hold on the minds of the people” – George Whitefield. Sangat sulit membayangkan zaman di mana situasi keamanan yang tidak kondusif untuk memberitakan firman, sekaligus kondisi para pendengar yang tidak reseptif lagi karena sudah terbiasa dengan label-label kekristenan. Namun secara tiba-tiba di Inggris Tuhan memunculkan seorang pengkhotbah muda, yaitu George Whitefield. Whitefield berkhotbah di mimbar kota London pada usia 22 tahun dengan sebuah kekuatan dan daya tarik yang luar biasa sehingga, pada akhirnya, gereja-gereja tidak dapat lagi menahan
gelombang masyarakat yang datang untuk mendengarkan Whitefield. Sebelumnya, si bungsu dari tujuh bersaudara ini lahir di dalam sebuah penginapan di kota Gloucester, Inggris pada bulan Desember 1714. Putra keenam dari Thomas dan Elizabeth Whitefield ini harus kehilangan ayahnya tidak lama setelah ia lahir. Ibunya sempat menikah kembali, tetapi berujung pada perceraian. George muda menemukan ketertarikan yang besar terhadap dunia teater dan drama. Tetapi kelak Ia menolak dunia tersebut, Ia menganggapnya pesaing yang palsu bagi gereja. Menurutnya, orang-orang seharusnya lebih ditarik kepada gereja, bukan panggung hiburan. Karena melihat kondisi perekonomian keluarga yang sulit, pada usia 15 tahun Whitefield membujuk ibunya supaya ia boleh membantu ibunya dan berhenti mengejar jenjang pendidikan. Setelah seorang rekan membujuk Elizabeth agar menyuruh Whitefield melanjutkan pendidikannya, pada 1732 Whitefield mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan pada jenjang universitas di Pembroke College, Oxford. Bekerja sebagai pembantu bagi muridmurid yang lebih mampu sebagai ganti dari biaya sekolah di Oxford, di sinilah Whitefield pertama kali bertemu dengan Wesley bersaudara. Ia bergabung dengan sebuah klub persekutuan mahasiswa yang didirikan oleh Wesley bersaudara di dalam kampus. Di dalam salah satu catatan jurnal pribadinya, George muda mengisahkan bagaimana Bersambung ke hal.6
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong, Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana, Howard Louis, Lydiawati Shu; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan
8
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa