Minggu, 16 November 2014 Edisi
6
Dari meja redaksi….
Selamat hari Minggu... Tanpa terasa kita telah sampai di penghujung seluruh acara KIN. Hari ini kita bersama beribadah kepada Tuhan, mensyukuri bagaimana Tuhan telah bekerja dalam setiap pribadi peserta KIN 2014.
KKR Umum 2014
A jarl ah Merek a Berper ang dal am Kebenar an
K
Pdt. Dr. Stephen Tong
erohanian seseorang tidak mungkin damai, sejahtera, tenteram, stabil terus seperti air yang tenang. Kerohanian seseorang pasti ada gelombang, gangguan, dan serangan dari iblis. Orang rohani adalah orang yang sedang berperang. Sejak umur tujuhbelas tahun, saya mengetahui pelayanan saya adalah peperangan. Sampai kapan? Sampai mati. Tugas
KIN Flash
A
dari Tuhan adalah mengutus saya di ladang peperangan seumur hidup. Tidak ada kendurnya, tidak ada santainya. Harus tegas dan tekun, terus-menerus berperang dengan iblis. Saudara melihat saya lima hari ini sangat lelah dan sulit. Tapi lima hari itu hanya lima dari 365 hari. Kalau engkau mengikuti saya setiap hari, engkau akan tahu setiap hari sama tegang dan sibuknya.
God-centered life is the focus on the fifth day of KIN. Ev. Jimmy Pardede stresses the importance of having a right attitude in listening to the Word of God; such an attitude will result in bringing listeners unto obedience even if it leads to cross. Being able to understand and see the reality of sin in children’s lives, says Ev. Grace Toumeluk, is necessary if teachers are to bring them unto repentance. Ev. Mercy Matakupan implores all teachers to live holy lives and to continuously immerse themselves in the depth of God’s Word. Rev. Billy Kristanto highlights the importance of training children to appreciate God’s presence in worship. Furthermore, choosing appropriate music does matter in preparing one’s heart to worship God. KIN participants were given another rare opportunity to witness a public open-air evangelism conducted by STEMI. In a city in which majority of people are Moslems Rev. Stephen Tong electrifies ~6000 attendees by proclaiming the uniqueness of God’s redemption plan in Christ offered to all. “Mohammad did not die for Moslems! Shakyamuni did not die for Buddhists! In fact, all religion founders must die because of their sins. Only Christ died for all and his tomb is empty!” shouts Rev. Stephen Tong. Many KIN attendees were part of ~2500 people who came forward to answer the altar call given for those who are willing to recommit themselves to the lordship of Christ. Hundreds of people made a decision to be a full time servant of God. Praise God! Today is the sixth day of KIN. A combined Sunday worship, followed by a free public concert, brings KIN 2014 to its conclusion. What a blessing we have witnessed. What’s next? May all teachers attending this KIN return with a renewed understanding of their vocations. May they be anchored deeper in God’s Word. May God confirm their labors by raising a new generation of godly Christian generation. Pray for next year’s KIN for youth all over Indonesia. Until we meet again!
Kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada ratusan panitia yang dengan rela hati melayani 3.500 peserta KIN 2014 ini dengan kesungguhan tanpa pamrih. Mereka memberikan diri mereka, tenaga mereka, uang mereka, kepandaian, dan ketrampilan mereka, agar KIN 2014 ini dapat berjalan dengan baik. Biarlah apa yang telah mereka kerjakan boleh menjadi teladan bagi kita semua untuk kita mau bersusah payah menjadi berkat bagi banyak orang, karena begitu banyak orang membutuhkan Injil. Kami percaya Tuhan bekerja di tengah peserta KIN ini dan kita boleh betul-betul mendapat berkat diubah oleh Tuhan. Tentu kita bersyukur selama satu minggu ini kita diberi kekuatan oleh Tuhan. Kita boleh merasakan kekuatan yang ajaib Tuhan berikan kepada setiap kita. Mungkin tidak banyak orang yang mengalami acara yang sepadat Konvensi ini. Acara demi acara disusun tanpa rela memboroskan setiap anugerah yang Tuhan berikan. Dari pagi hingga malam acara disusun begitu padat. Dan di sini kita berharap semangat dan cara kerja seperti ini boleh diwariskan kepada setiap guru, baik Guru Sekolah Minggu maupun Guru Pendidikan Agama Kristen. Kiranya semangat Reformed Injili boleh menular pada Anda semua. Akhir kata, kiranya penyertaan Tuhan dan api Tuhan terus beserta dengan Anda semua sampai di ladang masing-masing. Soli Deo Gloria. Redaksi
SEKILAS Maka pilihlah dua hidup: santai-santai atau berperang bagi Kerajaan Tuhan. Saya harus cermat menggabungkan cinta kasih, keras, lembut, mengasihi, memperingati, mengajar, menghibur. Itu sebuah peperangan yang boleh memuliakan Tuhan. Jika engkau tidak melayani Tuhan, silakan mau hidup bagaimana. Tetapi kalau engkau memilih melayani Tuhan, maka layanilah dengan “api”! Istilah api adalah melayani dalam bahasa Yunani. Saya di hadapan Tuhan adalah budak tetapi di hadapan murid adalah guru. Di hadapan Tuhan saya taat, di hadapan murid saya mendidik. Engkau adalah guru yang menjadikan dan memimpin muridmu ke masa depan yang lebih indah. Guru harus sadar bahwa dirimu penting karena engkau adalah pedoman hidup anak-anak. Kalau guru menunjukkan jalan yang salah yaitu gang buntu, itu akan mematikan anak.
supaya tidak terlewat. Dia pesan seorang anak muda: Tolong bangunkan saya kalau sudah sampai, saya takut ketiduran. Karena kalau kelewatan, mungkin satu hari harus habis. Anak ini mendapatkan tugas penting. Dia mulai menghitung kota demi kota dan dia membangunkan ibu itu bahwa sudah sampai. Ibu itu kaget dan bersiap-siap turun. Sangat dingin dan bersalju. Ibu itu turun dan anak muda itu lega. Kereta api itu berjalan lagi. Sesudah kereta berjalan, ternyata diumumkan bahwa itu kota yang seharusnya ibu tua itu turun. Lalu tadi itu apa? Ternyata ada gangguan sehingga kereta berhenti sebentar dan itu bukan kota tapi padang belantara salju yang dingin. Anak muda itu menyesal dan memukul diri, ”Kenapa saya membunuh seorang ibu tua?” Saya bukan membantu dia tapi saya membunuh dia. Dari situ sampai
Moskow masih enam hari dan dia seperti orang gila di situ. Dia tidak bisa makan dan minum, tidak bisa tidur dan pulang. Waktu dia tutup mata, wajah ibu tua itu muncul dan berkata, “Sekarang saya kedinginan dan akan mati karena kamu.” Saya mati karena kamu memberitakan hal yang salah. Tiga puluh tahun lalu saya membaca ini dan sampai hari ini hati saya tidak tenang. Ketika saya berkhotbah di mimbar dan mengajar di kelas, apakah saya memberikan ajaran salah meskipun tidak sengaja karena teledor? Anak bisa binasa karena saya. Ini bukan ke Moskow tapi ke sorga atau neraka. Anakmu engkau pimpin ke mana? Kau mendidik dengan firman yang bagaimana? Meskipun capek, saya tidak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan supaya KIN ini menjadi berkat bagi Indonesia.
The children should have a part in public services. By enlisting their activities we shall incite them to attendance, for children love to go where they can use their powers. J. F. Cowan.
Satu kali ada seorang tua naik kereta api di Rusia yang luas dan menempuh perjalanan sebelas hari. Setiap berhenti di suatu kota, dia harus bertanya ini kota apa
Seputar KIN 2014
2
KIN
Peserta KIN 2014 tiba di Reformed Millennium Center Indonesia
Kunjungan ke Sophilia Fine Art Center
Makan malam di Lobi Katedral Mesias
Peserta mengantri suvenir
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
SEKILAS
KIN
PENTINGNYA PENDIDIKAN MORAL DALAM SEKOLAH Oleh Sutjipto Subeno
B
erita bahwa beberapa gadis SMU telah menjadi “anak ayam” di mana guru menjadi mucikarinya di sebuah SMU di Cirebon telah membuat heboh masyarakat Indonesia belakangan ini. Bahkan mereka melakukan tindakan yang amoral lagi. Dan, menurut banyak berita, banyak siswi SMU di berbagai kota besar, ternyata berprofesi ganda, bukan hanya sebagai siswi, tetapi juga pelacur kelas atas. Aspek kesucian hidup dan pergaulan sudah disisihkan ke tong sampah, sepertinya. Berbagai macam psikotropika dan narkotika juga begitu banyak beredar di kalangan anak sekolah. Lebih mengerikan, penjual dan pembeli juga adalah orangorang yang masih berstatus siswa. Mereka menjadi pengedar dan sekaligus juga pengguna. Kehidupan yang rusak seperti ini kerap kali disertai dengan berbagai pesta yang berujung pada tindakan amoral di kalangan remaja. Anak-anak remaja ini tidak lagi mempertimbangkan rasa takut untuk hidup rusak, merusak nama baik keluarga dan masyarakatnya. Berbagai tawuran anak sekolah juga telah membuat resah masyarakat di berbagai tempat di beberapa kota besar di Indonesia. Bahkan, kejadiankejadian sejenis sering kali sulit diatasi oleh pihak sekolah sendiri, sampaisampai melibatkan aparat kepolisian dan berujung dengan pemenjaraan, karena merupakan tindakan kriminal yang bisa merenggut nyawa. Sepertinya nyawa manusia tidak ada harganya, hidup itu begitu murah dan rendah nilainya. Daftar di atas masih bisa diperpanjang dengan berbagai lainnya, seperti pemerasan terhadap siswa lain, kecurangan ujian, dan berbagai tindakan
terus kasus siswa dalam yang
tidak mencerminkan moral siswa yang baik. Pertanyaan yang muncul adalah: Apakah hal seperti demikian lepas dari tanggung jawab sekolah sebagai institusi pendidikan? Menyekolahkan anak ternyata bukan merupakan tindakan yang tidak perlu dipikirkan. Memasukkan anak kita di sekolah dengan pergaulan yang rusak, guru yang tidak bermoral, sekolah yang tidak ketat terhadap kualitas moral dan teladan guru, akan beresiko besar terhadap anak kita. Pendidikan bukan memberikan informasi dan pengetahuan kognitif sebanyak-banyaknya kepada anak, tetapi paideia (Gerika) berarti bagaimana membesarkan seorang anak dengan benar. Di dalamnya terkandung aspek kognitif, tetapi juga aspek mental, moral, dan spiritual. Sekalipun para pakar, bahkan sampai banyak orang pada umumnya, sadar bahwa pendidikan bukan hanya pengetahuan, melainkan pembentukan manusia seutuhnya, tetapi di dalam praktiknya, banyak sekolah saat ini yang lebih banyak memperhatikan aspek kognitif saja, dan mengabaikan semua aspek lainnya. Gejala pengabaian aspek moral dalam sekolah terlihat semakin lama semakin marak. Jarang sekolah (baca: tidak ada) mengeluarkan ungkapan tentang pertanggungjawaban moral guru di dalam pendidikan. Banyak sekolah tidak peduli bagaimana sikap moral guru di luar sekolah, ada yang merokok (tetapi sekolah melarang siswa merokok), sampai yang memiliki simpanan wanita lain. Ada yang memberikan nilai buruk, kecuali jika siswa itu les privat dengan gurunya, sampai yang mengancam akan tidak meluluskan jika tidak menyetor sejumlah dana tertentu. Terkadang perilaku sedemikian memang sulit ditindak langsung secara hukum
karena memang sulit mendapatkan bukti autentik yang sah secara hukum. Tidak mungkin menangkap guru yang merokok, tetapi kita bisa menghukum siswa yang merokok. Berarti di sini terjadi suatu perbedaan standar moral yang diberlakukan di sekolah. Mengapa pendidikan moral begitu penting di dalam sekolah? Pertama, pendidikan moral yang buruk dalam sekolah, menjadikan pendidikan menghasilkan penjahat-penjahat canggih di masa depan. Seorang siswa yang pandai, dengan berbagai pengetahuan yang banyak, tetapi bermoral rusak, akan menjadi alat perusak masyarakat yang berbahaya sekali. Dr. Kartini Kartono, pakar pendidikan kita mengatakan, salah langkah dalam kegiatan mendidikmembentuk ini, pasti membuahkan tipe “manusia salah jadi” yang mengerikan dan berbahaya bagi kehidupan bersama di masa-masa mendatang (Kartini Kartono, Quo Vadis Pendidikan Indonesia, 1991). Kedua, manusia adalah makhluk yang bernilai moral. Pendidikan adalah mendidik hidup. Hidup bukan sekadar sebuah kebetulan, melainkan ada makna dan tujuan di dalamnya. Di situ seorang siswa belajar bukan untuk sekadar belajar pengetahuan kognitif, tetapi bagaimana implementasi ilmunya menjadikan hidupnya bermakna, baik secara individu maupun dalam masyarakat (Slamet Iman Santoso, Pembinaan Watak: Tugas Utama Pendidikan, 1979, hal.176ff.). Maka, tanpa kehidupan moral yang baik seluruh hidup menjadi tidak bermakna, ataupun bahkan menjadi sangat negatif. Untuk apa dia hidup dan eksis di dunia jika hanya menjadi perusak dan penghancur masyarakat, mendatangkan aib bagi keluarga, lingkungan, dan negara. Terkadang kita kasihan menghukum
Dr. Holmes was asked when the training of a child should begin. “A hundred years before it is born,” he replied. This is a strong way of putting the truth that the training of children should begin with the training of their grandparents. S. E. Wishard, D.D. Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
3
SEKILAS mati penjahat, tetapi langkah preventif dari sejak kecil tidak diperhatikan dengan baik. Ketiga, salah sekali jika beranggapan manusia itu pada dasarnya baik. Manusia justru bertendensi jahat dan berdosa. Untuk itulah perlu ada pendidikan. Sangat sulit membentuk manusia menjadi orang baik, tetapi begitu mudahnya seseorang untuk menjadi rusak. Jika seseorang anak dibiarkan begitu saja, ia akan berkencenderungan berbuat jahat ketimbang berbuat baik. Di sini kegagalan J.J. Rousseau di dalam filsafat pendidikannya yang liberal (J.J. Rousseau, Emile, 1762). Ketika manusia dibiarkan tanpa pendidikan baik, ia akan dengan cepat mengadopsi perilaku-perilaku jahat, malah memperkembangkan daya kreatif negatifnya, ketimbang dia berusaha mengadopsi perilaku-perilaku baik. Perlu perjuangan berat seseorang bisa mengadopsi perilaku baik dan mengembangkan daya kreatif yang positif dan bermoral tinggi. Unsur moral
cenderung diabaikan, sejauh itu tidak mengganggu diri (dan boleh mengganggu orang lain). Perlu upaya serius untuk seseorang anak dididik menjadi anak yang bermoral tinggi, yang hidupnya jujur, adil, mulia, suci, dan berintegritas. Ada banyak hal yang bisa dan perlu sekolah lakukan dalam pendidikan moral. Di antaranya, pertama, setiap institusi pendidikan perlu memperhatikan bukan hanya hebatnya pengetahuan atau gelar guru atau dosennya, tetapi juga perilaku moralnya. Perlu ada mekanisme pengujian kehidupan keseharian insan pendidikan, bukan hanya kekuatan intelektualnya saja. Kedua, perlu adanya penilaian kelakuan di sekolah. Seorang siswa lulus atau naik kelas, bukan hanya diukur oleh kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan sosial, moral, mental, dan spiritualnya. Dengan demikian, sekolah betul-betul menjalankan fungsi pedagogis yang benar. Ketiga, sekolah juga perlu secara berkala melibatkan orang tua di dalam pembinaan moral dan pengawasan
moral bagi anak-anak mereka. Sekolah harusnya bergandengan tangan dengan orang tua di dalam mendidik anak, sehingga pendidikan anak berjalan secara integratif. Hal-hal ini sangat banyak diabaikan, karena dianggap terlalu menyulitkan bagi pihak sekolah. Sekolah hanya sibuk mengukur kemampuan intelektual anak didiknya, dan berbangga diri jika anakanak didiknya berhasil dengan nilai intelektual yang tinggi dan mempunyai pengetahuan yang banyak. Kini, paradigma ini perlu dipertanyakan dan dikembalikan kepada panggilan pendidikan yang mendasar, yaitu membentuk seorang anak menjadi orang yang betul-betul dewasa secara moral, mental, spiritual, dan intelektual. Catatan: Penulis adalah seorang pengamat pendidikan, dosen, dan pendiri sekolah Kristen Logos.
Liputan KKR Anak - KIN2014
4
Peserta Memasuki Katedral Mesias
Peserta KIN mengikuti KKR di Aula Calvin
Peserta turun dari Bis
Peserta Berjalan memasuki Lobby Katedral Mesias Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
SEKILAS
Berbagi tentang …….
KIN
Seni Membentuk Karakter Kristen Catatan Khotbah Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong
Saran dalam Pembentukan Karakter Kristen Di dalam pembentukan karakter Kristen, Dr. Mary Setiawani mengemukakan 3 hal penting yakni penerimaan dan pengembangan anak, kasih dan disiplin, serta hasil belajar dan proses belajar. Cara kita memandang anak haruslah berangkat dari cara Tuhan memandangnya. Setiap anak unik di hadapan Tuhan. Setiap anak memiliki gen, lingkungan keluarga, serta keunikan pribadi yang berbeda-beda. Sebagaimana Tuhan telah menerima kita tanpa syarat, demikianlah seharusnya kita menerima setiap pribadi anak. Anak yang merasa diterima oleh orang tua dan gurunya lebih mudah dididik.
telah mengalami sekularisasi. Disiplin juga berarti pengendalian diri. Betapa kita membutuhkan pertolongan Tuhan untuk mengubah jiwa anak-anak. Disiplin harus dilakukan secara konsisten antara orang tua, kakek nenek, maupun pengasuh dalam standar yang sama dalam kondisi emosi seperti apapun. Disiplin juga mengandung faktor penghajaran, meskipun tidak semua anak perlu
Orang tua dan guru bertanggung jawab untuk mengembangkan anakanak dengan memperhatikan batasan pengembangan yang mempertimbangkan bakat dan kemampuan anak; potensi pengembangan yang takkan pernah habis; keyakinan dalam pengembangan yang memengaruhi keberhasilan; dan peran Tuhan dalam pengembangan yang tidak menutup kemungkinan bagi anakanak yang sepertinya tak mungkin untuk dikembangkan. Mengapa kasih orang tua tidak terkomunikasikan kepada anak? Kemungkinan karena kasih yang kurang tepat dari orang tuanya, misalnya kasih yang bersifat memiliki (possesive); kasih yang bersifat menggantikan di mana orangtua menghendaki anak-anak menggenapi cita-cita orang tua yang tidak kesampaian; kasih yang memutarbalikkan peranan di mana anak menjadi pemenuh kebutuhan emosional orang tuanya; dan kasih yang pilih kasih di mana anak merasa dianaktirikan karena dirinya kurang dibandingkan anak lain. Kasih Kristus adalah kasih yang tepat, yakni kasih yang menyerahkan nyawa-Nya karena kasih yang begitu besar. Anak-anak membutuhkan disiplin yang lahir dari kasih. Disiplin berarti pengarahan akan hal-hal yang benar dan salah berdasarkan Alkitab. Namun di zaman ini dasar benar dan salah
hajaran/pukulan. Tanpa disiplin, kasih menjadi kurang tepat. Proses belajar lebih penting daripada hasil belajar. Apakah kesuksesan anak terletak pada hasil belajar/prestasi, berdasarkan nilai, bakat, ataupun tingkah laku lahiriah, tanpa mempedulikan hal lain? Apa yang perlu dikejar? Menurut Rasul Paulus, kita harus mengejar mahkota yang kekal, bukan kesuksesan duniawi (Fil 3:14; 1 Kor 9:25). Proses belajar perlu diutamakan mengingat hal itu akan mementingkan apa yang terbaik dalam diri anak itu, juga akan melindungi dan memperhatikan etika Kristen di dalam prosesnya, serta akan mempertumbuhkan karakter Kristen yang belajar untuk mengerti dan menjalankan kehendak Tuhan.
teladan Allah adalah hal krusial dalam pendidikan. Pendidikan adalah pembentukan karakter, maka pendidik sendiri harus mempunyai karakter yang bertanggung jawab dan merupakan pribadi yang menghormati dirinya sebagai guru. Keunikan dan signifikansi pendidikan adalah bahwa kita mendidik manusia yang harus bertanggung jawab secara rohani di hadapan Tuhan yang berencana kekal bagi mereka. Setiap anak dengan karakteristiknya masing-masing, perlu diperlakukan secara individual, tidak dengan cara borongan. Sering kali soal komunikasi menjadi kesulitan tersendiri. Perlu diketahui bahwa ide dasar dan teladan utama seluruh komunikasi dalam komunitas adalah komunikasi di antara Oknum Allah Tritunggal. Bagaimana dengan kebebasan dan kreativitas individual? Hal itu harus dikatikan dengan pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta. Seorang pendidik wajib memiliki jiwa yang luas untuk dapat menerima, bergaul, bahkan bekerja sama dengan pribadi lain yang berbeda dengan dirinya. Manusia memahami kasih melalui cinta Kristus, yang telah berkorban dan melayani manusia berdosa. Sebagaimana kata Paulus, “Jadilah pengikutku,” maka hanya guru yang memiliki bentuk Kristus dalam dirinya yang bisa memberikan “cap” bentuk Kristus kepada muridnya, menjadikan murid mirip Kristus. Membangun karakter Kristus di dalam diri murid adalah tujuan pendidikan kita. Pendidikan akademik yang tidak diikuti dengan pendidikan karakter bukanlah pendidikan. Para murid dan guru harus menemukan bahwa karakter yang agung hanya bisa ditemukan dalam diri mereka yang dipenuhi oleh Roh Kudus, Firman, dan betul-betul menaati kehendak Tuhan.
Kristus dalam Pendidikan Pembentukan karakter pribadi berpeta
Tuhan Yesus mengajak orang untuk mengikut Dia dengan suatu arah yang jelas. Seorang guru harus memiliki mata yang dapat melihat potensi yang terdapat
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
5
SEKILAS dalam diri muridnya, dan berkeyakinan bahwa ia dapat mendidiknya sesuai kehendak Tuhan. Apakah patokan pendidikan? Kristus. Kristus adalah Teladan Guru segala zaman – watak, kepribadian, moral, dan etika-Nya. Kristus juga adalah Manusia ideal, Pribadi Kebenaran-Keadilan mutlak. Kristus telah memadukan keadilan dan kasih, begitu ketat menuntut kesucian ilahi sekaligus mengasihi hingga merendahkan diri-Nya. Kristus memiliki kelincahan pikiran dalam menanggapi semua perubahan situasi yang datang pada-Nya. Kristus adalah titik pertemuan kuasa dan Firman, semakin kita merenungkan dan meneladani-Nya, semakin kita sukses menjadi guru atau orang tua. Kristus pembangkit kuriositas dalam pengajaranNya dan stimulator kehausan belajar. Biarlah guru selalu menginspirasi murid sehingga mereka haus mendapatkan sesuatu. Guru harus peka terhadap pimpinan Tuhan serta memiliki motivasi yang jujur dan taat kepada Tuhan agar dapat dipakai Tuhan. Guru yang tidak mengasihi Tuhan terlebih dahulu, dan tidak dimurnikan motivasinya, akan dengan mudah tergelincir, kecewa, lalu mengundurkan diri sebagai guru. Guru wajib menjadi pecinta dan agen kebenaran. Kebenaran
yang telah menyatu dalam hidup guru itulah yang ditanamkan dalam hidup murid-muridnya. Guru harus mencintai murid yang dilayani, bahkan berkorban bagi mereka. Guru yang mengasihi muridnya akan mengenali sifat dan potensi muridnya; mengenali bahaya/jerat yang mungkin menimpa mereka; mengenali theologi antropologi untuk memahami potensi dan bahaya yang dihadapi manusia; serta mengenali kebutuhan murid yang bersifat paradoks. Pendidikan harus melihat apa yang diinginkan oleh Tuhan. Karakter terpenting yang harus diperjuangkan oleh murid adalah bagaimana mereka memuliakan Tuhan dan bagaimana menjadi berkat bagi orang lain. Itu sebabnya, seorang guru Kristen harus bisa memaparkan kesempurnaan, keindahan, dan kemuliaan Kristus untuk menjadi ide sasaran guru sekaligus muridnya. Konsep “manusia ideal” hanya terwujud dalam inkarnasi Oknum kedua Allah Tritunggal. Sebagai wakil Tuhan, baik orang tua maupun guru harus menjadi murid kebenaran yang sama-sama belajar kepada Yesus Kristus. Introspeksi dan penggalian diri merupakan tugas penting
KIN
dalam pembentukan karakter Kristen. Alangkah indahnya apabila anak-anak bisa menemukan dirinya sendiri dengan melihat apa yang Tuhan kerjakan dalam hidupnya; bisa menghargai dirinya; bisa mengenali dirinya; bisa memiliki percaya diri dalam melakukan sesuatu; bisa bertanggung jawab; bisa mengembangkan dirinya; bisa mencapai apa yang direncanakannya. Sebagai pendidik Kristen, di dalam menangani setiap orang guru perlu memahami empat prinsip yang ditegakkan oleh Theologi Reformed, yakni 1) bahwa manusia pernah diciptakan dengan potensi yang tertinggi di dalam peta teladan Allah; 2) manusia pernah jatuh ke posisi yang paling melarat dan binasa karena kejatuhan dalam dosa sehingga manusia akan binasa selama-lamanya, maka diperlukan penginjilan untuk melandasi pendidikan; 3) manusia pernah diberi penebusan oleh Yesus Kristus karena dosa tak mungkin diselesaikan dengan pendidikan; dan manusia akan disempurnakan dan dikuduskan untuk selama-lamanya dan tidak berdosa lagi di dalam sorga. Kiranya Tuhan menjadikan orang tua dan guru Kristen sesuai dengan kehendakNya.
Ku Mengerti yang Ku Nyanyikan...
Dia Menggantiku
T
Louis B. Eavey
idak ada seorang pun yang menyadari bahwa dirinya seperti domba yang tersesat sampai Roh Tuhan bekerja dalam hatinya. Kalimat pertama lagu ini dibuka dengan pernyataan “akulah domba sesat” dengan status yang “hilang dan tersesat”. Orang berdosa memiliki status hilang dan tersesat di dalam lagu ini. Hilang adalah satu gambaran kondisi di mana manusia berdosa hilang dari hadapan Allah, sedangkan tersesat adalah gambaran bagaimana manusia berdosa tidak mungkin kembali kepada Allah dengan caranya sendiri kecuali dengan cara yang disediakan Tuhan Allah sendiri. Yesus memikul beban kita yang berat. Yesaya 53 mengatakan kesalahan kitalah yang ditanggung-Nya. Yesus mati di atas salib adalah fakta. Keselamatan hanya terjadi melalui kematian Yesus Kristus
yang menanggung dosa. Penulis lagu ini menulis dengan jelas mahkotanya penuh duri dan salib yang harus dipikul. Penyaliban adalah hukuman paling hina yang dijatuhkan pada orang jahat di zaman Romawi. Namun Yesus Kristus bukanlah orang jahat tetapi orang benar yang rela menjadi korban mengganti orang berdosa. Kematian Yesus memberikan anugerah. Anugerah keselamatan dan pembenaran. Melalui Kristus kita dibenarkan di hadapan Allah. Di dalam lagu ini dengan jelas disampaikan doktrin substitusi (penggantian) dan doktrin pembenaran salib Kristus. Mari kita mengajarkan doktrin ini kepada anakanak agar iman mereka bertumbuh dengan benar. Pengulangan kalimat yang terjadi adalah sebuah penegasan sehingga anak-anak dapat mengingat karya Kristus di atas salib.
6
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
Akulah domba sesat hilang dan terjerat Dipikul-Nya bebanku yang b’rat dosaku diangkat, dosaku diangkat Mahkota-Nya penuh duri, salib-Nya penuh hina Kristus Tuhan yang selamatkanku, Dia tanggung dosaku, Dia tanggung dosaku. Dia mati menggantiku, ku beroleh anugerah Tuhan membenarkan diriku, karna k’matianNya, karna k’matian-Nya
SEKILAS
KIN
MENGENAL TOKOH
Stephen Tong (1940 - ) Seorang Theolog - Filsuf yang Juga Penginjil Anak
M
emberitakan Injil kepada anak-anak? Bukankah mereka belum tahu apa-apa? Bukankah itu terlalu dini? Bukankah sangat sulit memberitakan Injil kepada anak-anak yang memiliki pemikiran yang masih begitu sederhana dan kosa kata begitu terbatas? Dan lebih lagi, motivasi yang sering tak terucap, bukankah memberitakan Injil kepada anak-anak hanya menghabiskan anggaran gereja. Anak-anak tidak bisa memberikan persembahan yang besar bagi gereja, sebaliknya justru menghabiskan anggaran besar di sekolah minggu dan merepotkan gereja. Maka tidak banyak orang memikirkan dan melatih diri untuk menjadi penginjil anak-anak dan tidak banyak gereja yang mendorong dan mendanai penginjilan anak-anak secara massal. Terlebih lagi, sungguh sangat langka seorang theolog, filsuf, pemikir, dan dosen filsafat, menjadi seorang yang begitu dicintai anak-anak, dan memenangkan jiwa beribu-ribu anak-anak di dalam berbagai Kebaktian Kebangunan Rohani Anak-Anak. Inilah Pdt. Dr. Stephen Tong. Stephen Tong dari sejak muda telah dipakai begitu luar biasa memimpin kebaktian yang dihadiri ratusan hingga ribuan anak-anak di mana mereka bisa dengan begitu tenang mendengarkannya berkhotbah dan pada akhirnya begitu banyak di antara mereka yang menangis bertobat dan mau berhenti berbuat dosa untuk kembali kepada Tuhan. Stephen Tong, dilahirkan di Xiamen, China, pada tahun 1940, anak Tong Pai Hu, seorang pengusaha yang dihormati sekali oleh pemerintah dan Tan Tjien Nio (Dorcas Tanjowati). Ia anak ke-6 dari 8 saudara (tujuh pria dan satu
wanita). Ayahnya meninggal di saat ia berusia 3 tahun dan kekayaannya habis di zaman penjajahan Jepang. Di usia 9 tahun, ibunya yang kini janda, membawa anak-anak pulang kembali ke Indonesia. Ibunya adalah seorang Kristen yang sangat saleh dan sangat cinta Tuhan. Ia mendidik anak-anaknya takut akan Tuhan, ia membawa satu per satu anakanaknya di hadapan Tuhan dalam doa. Di usia 15 tahun, Stephen dipengaruhi oleh paham Komunisme dari Karl Marx, Dialektika Materialisme dari Hegel, Existensialisme dari Kierkegaard, dan berbagai aliran filsafat yang cenderung Atheis. Hampir saja ia kehilangan imannya. Tetapi di dalam sebuah Kebaktian Kebangunan Rohani yang dipimpin oleh Pdt. Andrew Gih, dalam retreat pemuda di Seminari Alkitab Asia Tenggara, ia bertobat kembali kepada Tuhan dan menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Ia menjadi begitu giat memberitakan Injil, baik kepada orang dewasa maupun pada anak-anak. Ia membeli traktat dengan uang yang diperolehnya dari mengajar di sekolah, lalu naik kereta api hanya untuk supaya bisa membagikan traktat itu kepada para penumpang dan memberitakan Injil kepada mereka. Ia dibakar oleh api Injil. Ia rindu banyak orang boleh kembali kepada Tuhan, tidak terbelenggu oleh dosa lagi. Pada tahun 1960 ia mulai masuk sekolah theologi di Seminari Alkitab Asia Tenggara untuk mendapatkan pengajaran yang benar untuk menjadi seorang pemberita Injil. Ia adalah seorang yang sangat bersemangat belajar. Ia mau mempelajari dengan serius berbagai bidang, seperti berbagai pikiran filsafat, musik, arsitektural, seni, bahkan ia mengerti tentang arloji yang sangat bermutu, keramik, dan berbagai karya budaya
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
Tiongkok, berbagai peralatan sound-system yang sangat bermutu, dan banyak lainnya, selain dari yang paling utama tentunya, yaitu Alkitab dan Theologi Reformed. Beliau melihat Theologi Reformed yang dijiwai dengan semangat penginjilan menjadi kekuatan Kekristenan yang tidak bisa dibanding dengan pemikiran apapun yang ada di dalam dunia ini. Dengan berbagai pengetahuannya, ia lebih piawai memberitakan Injil. Seluruh dirinya, pikirannya, theologinya, dan ketrampilannya diarahkan untuk memenangkan jiwa. Ia menggunakan kemampuan yang Tuhan berikan untuk memenangkan jiwa bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI) didirikan sebagai badan untuk mengelola pelayanan penginjilan Stephen Tong di tahun 1979. Badan yang didirikan ini menjadi begitu sibuk menunjukkan betapa giatnya aktivitas penginjilan Stephen Tong. Ia memberitakan Injil ke seluruh dunia, ke berbagai kota di dunia. Dari sejak kecil, Stephen diberikan kemampuan yang luar biasa. Ia seorang yang bertalenta luar biasa. Secara khusus ia begitu pandai bercerita. Jika ibunya sibuk, cerita Stephen menjadi penenang bagi seluruh saudaranya yang lain. Semua saudaranya akan terkesima jika ia bercerita, sehingga mereka tidak mengganggu ibunya yang sedang bekerja. Setelah ia dibakar oleh api Injil, ia menggunakan talentanya untuk membagikan Injil kepada anak-anak. Mulai dari penginjilan kepada anak-anak secara pribadi, sampai pada penginjilan massal. Bukan sekadar memberitakan Injil ke anak-anak, Stephen sebagai seorang pencinta musik, ia menggubah beberapa lagu-lagu untuk anak-anak, yang begitu
7
SEKILAS sederhana tetapi penuh makna, seperti lagu “Korban Hidup” Tuhan ku berserah Jadi korban hidup Roh-Mu dan darah-Mu Bakar sucikan t’rus B’rikan ku firman-Mu Curahkan hati-Mu Pakailah hidupku Mengabarkan Injil-Mu Lagu ini mengajak anak-anak untuk sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Tuhan dan mau dipakai menjadi pembawa berita Injil. Ia juga begitu terampil mengajar anak-anak menyanyi. Anak-anak suka dengan lagu-lagu yang diajarkannya. Ia rindu melalui lagu-lagu anak-anak lebih mengerti dan menghayati hidup Kristen yang benar. Hatinya terus dibakar dengan kerinduan anakanak sejak kecil boleh mengenal Tuhan, mendapatkan cinta dan penebusan darah Tuhan Yesus, dan anak-anak itu boleh dijauhkan dari dosa dan hidup bagi Tuhan. Selain musik, Stephen juga begitu piawainya menggambar. Tangannya begitu terampil di atas kertas. Ia bisa menggambar sebuah mobil dengan begitu cepat dan akurat. Begitu indah dan cepat sketsa-sketsanya tentang rumah, mobil, gedung, dan lain-lain. Ketika ia menggambar, anak-anak terkesima melihat gambar-gambar yang dibuatnya. Itu membuat anak-anak begitu mudah ditarik konsentrasinya untuk melihat dan mengerti berita Injil. Ketika Stephen Tong mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII), ia mendorong semua rekan kerjanya, para hamba Tuhan, para pengurus, aktivis, bahkan seluruh jemaat untuk bergiat memberitakan Injil. Berbagai kegiatan penginjilan mengisi kesibukan gereja. Ia mengajak para rekan kerja dan juga pengurus untuk ikut ke dalam berbagai kegiatan penginjilan yang dia adakan, dan tentunya melatih mereka berani berkorban untuk memberitakan Injil. Jemaat dilatih berani membayar harga, berani hidup hemat, dan mengeluarkan uang mereka pribadi untuk kegiatan memberitakan Injil. Teladan yang ia telah berikan sangat berdampak kepada jemaat. Stephen Tong begitu ketat di dalam theologi penginjilan seturut firman Tuhan. Dengan tegas ia memproklamasikan
bahwa setiap orang sudah berbuat dosa, memberontak kepada Allah. Setiap orang tidak memiliki jalan keluar dari dosanya, karena tidak mungkin perbuatan baik manusia bisa menyelesaikan dosa yang telah dilakukannya. Seorang pembunuh tidak bisa lepas dari pengadilan dan tuntutan hukum seberapa banyak pun perbuatan baik yang ia lakukan kemudian. Tidak ada perbuatan baik yang sesuai dengan tuntutan Tuhan, karena perbuatan baik manusia hanya diukur dari kepentingan manusia, bukan kepentingan Tuhan Allah. Maka, Yesus Kristus adalah Juruselamat satusatunya bagi umat manusia. Yesus adalah satu-satunya pengharapan bagi dosa manusia dan bisa diperdamaikan kembali dengan Allah. Hidup baru berarti kita boleh menaati Tuhan dan mengerjakan pekerjaan yang telah Tuhan rencanakan dan kehendaki. Dan akhirnya, Tuhan akan mengundang kita untuk hidup kekal di dalam sorga. Injil Yesus Kristus satusatunya jalan keluar bagi dosa manusia. Inilah Injil yang Alkitabiah. Berbagai kebangunan rohani massal untuk umum, pemuda, remaja, dan anak-anak secara bergantian diadakan untuk terus menyadarkan jemaat betapa perlunya banyak orang yang membutuhkan Injil. Gereja Reformed Injili Indonesia yang beliau dirikan menjadi pusat penginjilan untuk memenangkan banyak orang yang selama ini hidup di dalam dosa. Semangat ini tidak sia-sia. Gerakan penginjilan meluas ke hampir semua cabang GRII, dimana Pdt. Stephen Tong menjadi nakhoda kapal dan panglima perang yang begitu berani berjuang melawan semua upaya setan yang mau membelenggu manusia di dalam dosa. Ia dengan begitu gigih menggarap rencana Tuhan untuk membawa kembali umat Tuhan ke pangkuan Tuhan, dan mengerjakan keinginan Tuhan. Semangat yang Stephen Tong kerjakan tidak menjadi sia-sia. Begitu banyak rekanrekan kerja dan juga jemaat mulai berjuang mau memberitakan Injil dan menjadi satu gerakan yang berkembang. Mulai tahun 2004 diadakan KKR Regional. Di mulai dari KKR Siswa yang diadakan di Jakarta Utara, gerakan ini meluas ke seluruh dunia. Para hamba Tuhan dan banyak aktivis yang diperlengkapi pergi ke seluruh Indonesia, dari kota-kota besar hingga ke ujung gunung atau ke tengah hutan. Di mana ada sekolah, di
KIN
situ kita berharap ada siswa-siswi yang bisa diinjili dan dimenangkan kembali kepada Tuhan. Lebih dari 800 penginjil (hamba Tuhan dan para kaum awam) pergi memberitakan Injil kepada lebih dari 1,5 juta siswa di seluruh Indonesia. Semangat yang Stephen Tong teladankan telah menular dan menggerakan banyak orang yang rela mengorbankan diri, mengorbankan uangnya, mengorbankan tenaganya untuk pergi memberitakan Injil. Sementara ia sendiri memimpin KKR besar bagi orang dewasa dan juga anak-anak yang dihadiri ribuan orang. Sampai tua, semangat penginjilan Stephen Tong kepada anak-anak tetap tidak pernah pudar. Di usia tua dia masih begitu giat memberitakan Injil. Api Injil yang telah membakarnya tidak pernah pudar. Sekalipun usia sudah lewat 70 tahun, bukan usia muda, bukan usia tanggung, tetapi sudah menjadi begitu tua, tetapi cerita dan khotbahnya begitu menarik dan menyentuh hati anakanak kecil sampai remaja dengan begitu kuatnya, sehingga mereka betul-betul boleh bertobat. Kita masih bisa menyaksikan hati, semangat, keketatan isi dan theologi penginjilan Pdt. Dr. Stephen Tong di dalam KIN 2014 ini. Kiranya apa yang bisa kita pelajari ini bukan hanya menyentuh satu dua orang, tetapi bisa menyentuh setiap peserta. Kiranya 3.500 peserta bisa disentuh dan diubah oleh Tuhan untuk diperlengkapi dengan semangat penginjilan. Para peserta yang usianya tidak setua Pdt. Dr. Stephen Tong seharusnya masih mempunyai semangat yang lebih kuat dan lebih tinggi untuk memberitakan Injil. Kita bisa melihat bagaimana teladannya, hatinya, caranya, semangatnya menginjili anak-anak SD, SMP, dan SMU di dalam acara KIN 2014 ini. Sungguh firman yang diberitakan. Anak-anak tidak ditarik oleh berbagai daya tarik lain yang bukan Injil. Anak-anak boleh dengan begitu tenang mendengar khotbahnya. Inilah teladan seorang yang sudah berusia di atas 70 tahun, yang terus memberitakan Injil, kembalilah kita semua ke daerah kita masing-masing memenangkan ribuan siswa kembali kepada Tuhan, melepaskan diri dari dosa, dan kembali hidup bagi Tuhan. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Kita perlu mendidik anak-anak berpikir optimis, positif dan berpengharapan
8
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
SEKILAS
Lampu Merah dalam Pendidikan Anak
KIN
Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong di GRII Pusat Jakarta (MRII 82)
Amsal 22:6 – “didiklah seorang anak mereka kembali kepada Tuhan dan ke menurut jalan yang patut baginya dalam masyarakat. maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu.” Saya berharap anak laki dan anak-anak 2 Timotius 3:15 – “ingatlah juga bahawa dari kecil engkau sudah mengenal kitab suci yang dapat memberikan hikmat kepadamu akan menuntun engkau kepada keselamatanmu oleh iman kepada Kristus Yesus.” Satu ketika di Seminari di Malang, ada seekor ayam yang menginjak tempat yang baru disemen. Mahasiswa kemudian mengusir ayam itu. Ayam itu lari tetapi meninggalkan bekas yang tidak bisa diperbaiki lagi, karena tukang batunya sudah pulang. Ayam itu adalah ayam cacat yang kakinya tidak sama besar, sehingga tapak yang tersisa di semen itu juga berbeda besarnya. Tidak lama kemudian ayam itu dipotong dan tidak ada lagi, tetapi jejak yang ditinggalkan di halaman semen itu masih tertinggal berpuluh-puluh tahun. Setiap kali melihat jejak ayam itu, saya mengingat bagaimana ayam cacat itu berjalan. Sebelum engkau menjadi kaku, sebelum anakmu wataknya mengeras, apa yang telah engkau tinggalkan sebagai jejakmu di dalam hidupmu. Sering orang berkata: “Anak kecil belum tahu apa-apa, jadi jangan terlalu keras, nanti ketika besar ia akan mengerti sendiri.” Benarkah? Benarkah kita tidak boleh marah kepada anak kecil yang berguling-guling di lantai sambil menangis atau berteriak untuk minta apa saja yang ia mau. Saya rasa itu tidak benar. Ketika anak masih kecil, ia perlu dididik, perlu dibimbing, perlu ada wibawa yang memiliki cinta kasih untuk membentuk dia. Prinsip Alkitab mengatakan, ajarlah seorang anak akan jalan yang benar. Dari kecil ia harus dididik seturut Kitab Suci, agar sampai tua ia tidak meninggalkan jalan yang benar itu. Ketika kita melihat anak bertumbuh semakin besar, kita seharusnya sadar dan waspada bahwa satu hari kita tidak mungkin lagi mencengkeram mereka dan tidak mungkin menggenggam mereka di dalam tangan kita lagi. Kita harus menyerahkan
perempuan saya boleh terbentuk menjadi baik sebelum mereka dewasa. Maka kita perlu memikirkan beberapa hal yang menjadi “lampu merah” bagi pendidikan Kristen. Ketika kita melihat bibit-bibit yang merusak yang sudah terlihat ada di dalam diri anak-anak, jangan diabaikan begitu saja. Bibit racun yang kecil ini bisa bertumbuh, bertunas, berbuah, dan berdaun menjadi keracunan begitu besar. Anak yang tidak dididik dengan kebenaran Alkitab akan menjadi perusak masyarakat yang menakutkan. Orang yang kini menjadi penjahat, perampok, penjudi, beberapa puluh tahun sebelumnya adalah anak kecil yang lucu sekali. Tetapi mereka tidak mendapatkan pendidikan yang memimpin mereka berjalan dalam prinsip Alkitab yang menuntut mereka. Beberapa hal perlu kita perhatikan di dalam mendidik anak:
Pertama, lampu merah kepura-puraan. Kebenaran, kesejatian, ketulusan, dan kesungguhan merupakan dasar semua etika dan watak yang agung. Jikalau seseorang tidak mempunyai kesungguhan meskipun ia kelihatan lembut, percuma semua kelembutannya. Orang yang tidak mempunyai kesungguhan, meski kelihatan rendah hati, kerendahan hatinya tidak benar. Percuma juga cinta kasih tidak di dalam kebenaran, ataupun percuma kerajinan tanpa ketulusan. Itu sebab Tuhan Yesus memberi teguran begitu keras kepada orang Farisi: “Celakalah! Engkau munafik, purapura! Engkau tidak benar!” Kebenaran, kesejatian, dan keikhlasan menjadi satu pokok yang paling penting di dalam membentuk etika Kristen. Saya percaya Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
kita tidak perlu punya banyak kawan, tetapi memerlukan kawan yang berhati sungguh-sungguh. Kesejatian harus menjadi hal yang penting di dalam ukuran kita mendidik anak kita, sehingga dari kecil mereka dididik tidak purapura, tidak munafik, tidak memakai topeng hidup yang membedakan luar dan dalam. Begitu banyak orang, khususnya kebudayaan yang besar di Timur biasa memakai topeng yang bagus, tetapi di dalam kesehariannya rusak luar biasa. Kita di Timur mewarisi agama kuno dan kebudayaan tua, tetapi semua itu hasil dari manusia yang sudah berdosa. Kita tidak mudah melepaskannya. Segala noda ini diwariskan juga daripada nenek moyang kita hingga ke diri kita. Mari kita belajar kesungguhan. Keluarga yang suka menerima tamu adalah keluarga yang sangat bahagia karena kita bisa memaparkan apa yang ada dalam keluarga kita. Kehidupan keluarga kita merupakan fakta yang bisa disorot, sehingga tidak bisa melarikan diri dan semua cacat bisa terlihat oleh orang lain. Keluarga yang tidak mau menerima tamu dan tidak suka diketahui orang lain adalah keluarga yang sulit membereskan diri dari berbagai kepalsuan di dalamnya. Maka, pertama-tama kita melihat bahwa kesejatian harus mempunyai tempat yang penting di dalam ukuran kita mendidik anak kita masing-masing, sehingga dengan demikian anak kita menjadi anak yang jujur, yang sungguh-sungguh, mempunyai motivasi yang benar dan ikhlas dalam segala sesuatu. Kedua, lampu merah keegoisan. Jangan biarkan anak egois, hidup hanya mementingkan diri sendiri, tidak memikirkan untung rugi orang lain. Saya sangat senang melihat anak-anak yang memiliki hati yang luas, yang mau berbagi, mau melihat keadaan yang lebih luas, melihat keuntungan dan kebahagiaan orang lain, karena saya melihat anak ini adalah anak yang diberkati oleh Tuhan. Alkitab dengan jelas mengatakan: “Berilah kepada orang lain, maka engkau akan diberi oleh Tuhan Allah.” Bagi Alkitab, siapa yang tidak memberi, kepadanya juga tidak akan diberi. Orang yang pelit, hanya mementingkan diri sendiri, tidak memikirkan orang lain,
9
SEKILAS akan sulit mendapat berkat dari Tuhan. Terkadang saya sengaja meminta anak membagikan kepada temannya sesuatu yang saya beri kepadanya. Lalu saya
lihat reaksinya bagaimana. Kita harus mendidik dan membiasakan anak-anak rela mengorbankan diri dan rela berbagi dengan orang lain. Hidup sejati adalah hidup yang berbagi dengan orang lain. Sukacita kita tidak mungkin sempurna jika tidak pernah dibagikan kepada orang lain. Berkat dan bahagia tidak mungkin mempunyai sifat kekekalan jika hanya untuk diri sendiri. Bahaya hidup terkurung di dalam diri yang menjadi pusat; sebaliknya indah bila bisa belajar memancar keluar sehingga hidup bisa berbagi dengan orang lain. Barang siapa hanya mementingkan diri sendiri, orang itu sedang menyempitkan jalan di depannya. Barang siapa terlalu menghitung untung rugi diri sendiri dan tidak peduli orang lain tidak mungkin diberkati oleh Tuhan. “Mengalir ke bawah, tajam di atas.” Dulu saya tidak mengerti apa yang dimaksud. Mengalir ke bawah berarti berkat Allah turun dari atas ke bawah, dan bagian atasnya tajam. Tidak ada alat yang mengisi sesuatu bawahnya tajam bagai kerucut terbalik. Kerucut atasnya luas, bawahnya tajam, jika dipakai untuk mengisi sesuatu. Tetapi jika mau dituang isinya, maka posisinya dibalik menjadi kerucut dengan tajam di atas. Dengan di atas tajam, berarti tidak ada lagi yang tersisa di atas, semua mengalir ke bawah. Ada orang ingin rumahnya membawa keuntungan dengan ingin depannya kecil belakangnya lebar, dengan demikian berkat yang masuk tidak bisa keluar. Itu semua omong kosong. Bagaimana kalau yang masuk bukan keuntungan tetapi setan. Setan banyak masuk dan tidak bisa keluar. Mari kita berjanji jika engkau diberi oleh Tuhan, engkau mau membagikan itu dengan orang lain juga. Tuhan mempercayakan berkat-Nya kepadamu untuk engkau bisa menjadi berkat bagi orang lain. Baiklah kita mendidik anak-anak kita dari kecil supaya mereka memiliki hati yang lapang dan mau berbagi dengan orang lain. Ketiga, lampu merah kemalasan. Kita harus waspada jika anak kita mulai malas
10
dan tidak rajin. Tuhan tidak pernah memberkati orang malas. Orang malas yang sendiri tidak mau membanting tulang, tetapi hanya mau menikmati hasil orang lain. Orang seperti ini tidak mungkin bahagia, meskipun dia boleh menerima segala sesuatu secara mudah atau mendapat uang banyak. Ada syair yang indah berkata: “Jika aku seorang kaya raya, tidak pernah bekerja mendapat segala sesuatu; aku tidak pernah mungkin bisa mengetahui manisnya roti yang dibeli dengan uang yang saya peroleh melalui membanting tulang.” Kita mungkin makan roti yang enak, tetapi manisnya lain dari manisnya ketika saya sudah membanting tulang untuk mendapatkannya. Itu sebabnya, orang yang mendapat warisan besar jangan sombong; dan orang yang bekerja berat janganlah minder. Di situlah terletak keadilan yang melampaui keadilan yang kelihatan, karena Tuhan memberikan kenikmatan yang luar biasa. Lalu syair itu melanjutkan: “Jika aku kaya raya, begitu kayanya sampai tidak pernah mengetahui istriku menikah dengan saya atau dengan uang saya.” Jika engkau mempunyai sesuatu kesungguhan di mana bukan ditambah dengan uang untuk mendapatkan cinta. Cinta bukan karena uang, tetapi karena engkau, keluarga itu menjadi berkat bagi banyak orang. Saya mengenal seorang tokoh bisnis besar yang sangat kaya. Ketika anaknya sekolah di Amerika Serikat jatuh cinta dengan seorang gadis. Ia sengaja menjadi seorang yang begitu sederhana, terlihat begitu miskin. Dia tidak pernah memamerkan kekayaannya. Wanita itu juga mencintai dia dan sungguh-sungguh mau hidup dengan dia, dengan tulus dan sungguhsungguh mau bekerja berat. Menjelang menikah ia membawa calon istrinya pulang ke Manila dan sangat terkejut. Dia mengatakan sengaja menjadi orang sederhana untuk mengetahui gadis yang sungguh-sungguh cinta kepada dia dan bukan uangnya. Kebahagiaan tidak terletak kepada kekayaan dunia ini, tetapi kita harus membiarkan Alkitab mengajar mereka membiasakan diri rajin mengerjakan apa yang harus dikerjakan. Khususnya, orang-orang yang agak kaya tidak boleh malas. Engkau harus memilih guru-guru yang ketat. Jangan karena kaya, guru-guru hanya mau uangmu dan tidak peduli bagaimana mendidik disiplin anakmu. Juga jangan membela anak. Jangan karena kita memiliki kedudukan atau jabatan dalam masyarakat kita mempunyai kelonggaran sehingga anak kita boleh tidak disiplin. Satu kali di sebuah kota besar di Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
Indonesia, seorang anak komandan dihukum oleh gurunya. Gurunya tidak peduli dia anak siapa. Anak itu berteriakteriak dan mengadu. Ayahnya marah dan mendatangi guru itu. Dia menunjukkan bahwa ia adalah komandan dan marah kepada guru yang menghukum anaknya. Guru itu menjawab: “Saya menghukum anak Anda seperti saya menghukum semua anak-anak yang lain juga berdasarkan prinsip keadilan dalam sekolah ini. Saya tahu engkau komandan. Tetapi engkau komandan di kantormu, dan saya komandan di kelas ini. Kalau tidak senang dengan sekolah ini, silakan bawa anakmu pulang dan pindah ke sekolah lain.” Komandan itu pulang tidak bisa berbuat apa-apa. Guru itu mengatakan kebenaran. Satu kali di Amerika Serikat seorang anak pembesar dari Asia menabrak mati seseorang. Maka anak itu ditangkap dan diadili. Ketika diadili, utusan duta besar datang dan meminta kepada jaksa untuk meringankan hukuman, karena anak ini adalah anak menteri. Dijawab oleh jaksa itu dengan kalimat yang sangat menakutkan: “Jangan kira anak menteri negara Anda boleh sembarangan menabrak mati seseorang di negara ini. Terus terang saya katakan kepadamu bahwa apa yang engkau katakan itu telah menjadi penghinaan terhadap hukum negara ini. Tahukah Anda di negara ini, jika presiden sekalipun menabrak orang akan diadili.” Hal seperti ini mengajarkan kepada kita bahwa jangan memakai hak istimewa karena kita memiliki kedudukan lebih tinggi, atau kekayaan lebih banyak, atau punya kualitas tertentu lebih dari orang lain. Akibatnya, anak kita malas dan tidak memiliki rasa tanggung jawab. Kita harus mendidik mereka dari kecil tidak boleh melarikan diri dari fakta dan kewajiban, tetapi dididik memiliki keberanian untuk menghadapi fakta dan berani menghadapi kesulitan. Itu menjadikan anak itu dewasa. Kita perlu mendidik anak-anak dari kecil mempunyai watak yang agung. Keempat, lampu merah ketamakan. Kita harus mewaspadai jika anak-anak kita mulai menunjukkan gejala ketamakan.
Barangsiapa terlalu menghitung untung rugi diri sendiri dan tidak peduli orang lain tidak mungkin diberkati Tuhan
SEKILAS Ketamakan di Abad Pertengahan dipandang sebagai satu dari tujuh dosa yang membawa kematian kekal. Tamak berarti tidak pernah puas. Tidak pernah puas pada diri, tidak puas mendapat sesuatu yang tidak wajar, ingin mendapat hak milik orang lain. Saya bukan bermaksud kalau puas berarti tidak perlu berjuang. Perjuangan adalah hak yang Tuhan berikan kepada manusia. Perjuangan merupakan kewajiban ketika kita hidup di dalam dunia. Alkitab tidak melawan kita memiliki sesuatu; Alkitab juga tidak melawan kita berjuang untuk memperkembangkan usaha kita; tetapi Alkitab melawan kita mempunyai ketamakan atas kepunyaan orang lain. Alkitab melarang kita mencuri milik orang lain, menginginkan milik orang lain. Itulah sebabnya, kalau ada gejala seperti ini terlihat pada anak-anak kita, kita harus perhatikan.
strateginya. Kemudian ibu itu menutup pintu dan menanyakan mana tangan yang dipakai untuk mencuri dan memukul tangan itu begitu keras dengan kayu, sampai luka-luka dan baru satu minggu sembuh. Ibunya mengajar dengan keras: “Dengan tangan yang dicipta oleh Tuhan engkau telah berbuat jahat dan dipakai setan. Mulai hari ini, saya tidak mau melihat lagi engkau mencuri.” Begitu banyak orang tua yang terlalu longgar mendidik anak-anaknya, sehingga banyak hal-hal kecil yang akhirnya bertumbuh menjadi bahaya yang besar.
Saya melihat ada ayah memukul keras anaknya hanya karena anaknya mencuri satu bidak lawannya ketika main catur. Ini kenakalan kecil tetapi ayah itu melihat jauh ke depan bahwa itu adalah tindakan yang tidak adil. Sifat ketamakan ialah mau mendapatkan keuntungan tanpa tanggung jawab. Orang ingin mendapat keuntungan melalui penipuan atau dengan cara yang tidak bermoral. Sikap ini berkembang menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab. Jika anak kita mencuri barang, kita harus perhatikan karena akan merusak dia seumur hidup.
Ketika kecil saya menyanyi satu lagu yang bagi saya aneh. Tetapi makin dewasa nyanyian itu makin menjadi semakin baik. Lagu berkata: “butir-butir kecil dari pasir, akhirnya menjadi gunung yang besar, tetesan-tetesan air yg kecil akhirnya menjadi lautan yg besar.” Demikianlah tumpukan dosa. Mulai dari hal kecil akan menjadi tombak besar yang menusuk hati kita ketika tua. Kalau kita tidak perhatikan, perkembangan ketamakan dari kecil akan merugikan diri kita di saat dewasa.
Seorang ibu mengajak anaknya cepatcepat mengambil semua sabun, shampoo, korek api di hotel di mana mereka menginap. Ayahnya peka dan merasa kurang suka dan bertanya kepada saya. Memang bagi saya itu boleh saja diambil karena memang diberikan kepada kita, tetapi tidak baik kita didik anak yang masih kecil untuk cepat-cepat mengambil semua itu sebelum dibereskan oleh pelayan, karena nanti anak itu tidak bisa membedakan mana yang boleh mana tidak, dan cenderung mengambil apa saja di segala tempat. Di Cebu ada pedagang yang sukses sekali. Dia anak bungsu yang diserahi menjadi direktur jendral dan semua saudaranya setuju, karena ia selain punya kemampuan, yang terutama dia jujur. Ia jujur karena mendapat pelajaran mahal ketika masih kecil. Pada waktu kecil ia mencuri barang di supermarket. Begitu pandainya ia punya cara, sehingga bisa mencuri tanpa ketahuan. Tetapi kakaknya tahu dan melaporkan ke ibunya. Ibunya menanyakan hal itu kepada dia. Dia dengan bangga menceritakan bagaimana
Kita perlu mendidik anak-anak dari kecil mempunyai watak yang agung.
Kelima, lampu merah kesenangan melalui menganiaya. Ada orang-orang yang mendapatkan kenikmatan dan kesenangan melalui menganiaya binatang, bendabenda, atau bahkan orang lain. Orangorang seperti ini berusaha mendapatkan kebahagiaan mereka melalui penyiksaan orang lain. Ia senang sekali kalau orang disiksa. Wang Ming Tao adalah seorang hamba Tuhan yang terkenal dan disiksa dua puluh enam tahun di dalam penjara oleh orang-orang Komunis. Dia pernah mengajar agar kita berhati-hati dengan anak-anak kita. Kalau anak kita membunuh binatang tidak salah, apalagi jika itu tidak bersifat hama. Tetapi tidak boleh membunuhnya dengan menyiksa perlahan-lahan. Misalnya seorang anak membunuh seekor semut dengan cara mencabuti kakinya satu per satu. Allah mencipta binatang boleh dipekerjakan, dibunuh, dan dimakan, tetapi tidak boleh disiksa. Albert Schweitzer, sekalipun kita tidak menyetujui pikiran theologinya, namun kita perlu menghargai etikanya. Ia mengajarkan “menghargai kehidupan”. Seekor anjing tidak boleh dipukul berlebihan, seekor semut jangan disiksa dengan dicabuti kakinya satu-satu, seekor Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
kecoa yang kita jijik padanya jangan dipencet perlahan-lahan. Kebiasaan seperti ini kelihatan kecil namun akan menjadi kebiasaan yang sangat buruk, yang kalau dibiasakan dilakukan anak kecil, kelak akan bahagia jika ia besar dan dia lakukan ke orang dewasa. Ada orang-orang yang akhirnya menjadi begitu gila karena terbiasa menyiksa orang lain. Seorang bekas presiden Uganda, Idi Amin, yang begitu benci kepada lawan politiknya, ketika ia berhasil membunuhnya, ia memerintahkan untuk mengambil jantungnya dan dimasak menjadi sop untuk ia makan. Orang yang jiwanya sudah tidak memiliki perikemanusiaan seperti ini adalah orang yang hatinya sudah rusak. Ini dimulai dengan ketika kecil ia tidak menghargai jiwa orang lain dan senang ketika melihat orang disiksa. Membangun kebahagiaan diri melalui penderitaan orang lain adalah tindakan bukan seorang agung (gentleman). Alkitab mengajar kita untuk bersukacita dengan orang yang bersukacita dan bersedih dengan orang yang bersedih hati. Kita harus tertawa dengan orang yang tertawa dan menangis dengan orang yang menangis. Mana lebih mudah, tertawa bersama orang tertawa atau menangis dengan orang menangis? Kelihatannya sebagian besar orang akan beranggapan lebih mudah untuk tertawa bersama orang yang tertawa, ketimbang menangis bersama orang menangis. Tetapi ketika toko sebelahmu tertawa menjual tiga mobil dalam satu hari, sementara engkau menjual satu mobil dalam tiga bulan, apakah engkau bisa tertawa bersama dia? Tentu tidak mudah. Tetapi kita perlu pupuk sikap seperti ini sejak kecil. Di dalam hati saya memupuk diri agar tidak iri dan juga tidak menghina orang lain. Saya harus bisa menghadapi orang paling kaya sama seperti menghadapi orang yang sangat sederhana. Di Malang, saya begitu akrab dengan para tukang beca, tetapi juga dengan para pejabat. Manusia harus dipersamakan. Jika kita memiliki hati yang tidak iri terhadap orang yang lebih sukses dari kita, dan sebaliknya bisa bersyukur kepada Tuhan dan mendoakan agar dia bisa menjalankan tanggung jawabnya di hadapan Tuhan, maka ia akan mengalami sukacita di hatinya. Jikalau kita melihat orang yang kurang dari kita, seharusnya kita tidak mengejek atau menghina dia, melainkan mendoakan dia agar bisa berkembang, berjuang untuk lebih baik dan bisa sukses.
11
SEKILAS Saya pernah berkhotbah kepada orang yang sangat kaya, tetapi juga pernah berkhotbah kepada para pengungsi yang begitu miskin dan tidak memiliki apa-apa, juga pernah khotbah kepada profesorprofesor dan kepada orang yang tidak berpendidikan. Saya berkhotbah dengan orang yang maju di kota, dan juga kepada mereka yang tinggal di pedalaman. Kita perlu memiliki hati yang lapang, tidak goyang ekor ketika melihat orang kaya atau orang yang berkedudukan tinggi. Mari kita belajar seperti Tuhan Yesus, ketika dia menjadi manusia menjadi teladan bagi kita semua. Keenam, lampu merah trauma atau ketakutan hidup. Kita harus waspada adanya ketakutan atau trauma yang mewarnai jiwa anak-anak, sehingga mereka tidak memiliki kelapangan, keberanian, ketegasan untuk menghadapi segala sesuatu yang timpa kepada mereka. Ia sudah sering ketakutan dari kecil. Anak-anak jangan ditakut-takuti, jangan dibuat hatinya kecil. Di Manila ada orang yang sangat kaya, sehingga anak-anaknya hanya boleh pergi jika dikawal. Ia sangat kuatir anaknya diculik. Anaknya tidak boleh ikut acara apapun. Akhirnya, di usia 10 tahun anak itu seperti autisme, menutup diri dan tidak mempunyai kelapangan diri, tidak punya keberanian diri bergaul dengan orang lain. Anak ini terlalu ditakuti akan berbagai bahaya. Ia tidak berani keluar rumah dan ia hanya memikirkan segala hal yang negatif. Seumur hidup dia tidak memiliki iman kepercayaan dan konfidensi diri. Ketika kita mengajar anak berjalan, pada awalnya memang kita pegang, tetapi sampai kakinya sudah cukup kuat, kita harus berani melepas dia. Ketika tangan kita lepas, mata kita tidak lepas dari dia. Maka, ketika ia akan jatuh atau akan mengalami bahaya, kita bisa segera menolong. Dengan ini, kita mendidik anak kita memiliki konfidensi (keyakinan). Ini penting sekali. Saya melihat ada orang yang berpotensi besar tetapi tidak bisa sukses karena ketakutan. Potensi membutuhkan keberanian untuk menggarap. Potensi tidak jalan akibat trauma ketakutan. Maka kita harus mendidik anak-anak untuk melihat segala kemungkinan ketimbang melihat ketidakmungkinan. Dua orang mencari seorang dokter, duaduanya bergejala sama, dan keduanya saling tidak mengenal satu terhadap yang lain. Tetapi dokter itu mengenal keduanya. Dokter ini heran, keduanya sakit sama, tetapi lain sikap hidupnya. Si A masuk dengan tangan kanan yang sudah putus. Dia berkata: “Dokter, saya
12
tidak enak badan, semua tidak enak dari kepala sampai kaki.” Ditanya oleh dokter: “Apa yang kamu harapkan?” Ia jawab: “Saya tidak tahu, pokoknya semua tidak enak.” Ketika diperiksa dia tidak apa-apa. Dokter itu tanya apa yang terjadi dengan tangannya. Ia menjawab: “Jangan tanya dok, saya bisa menangis seperti lautan. Ini akibat perang Korea, kena peluru. Siapa mau nikah sama saya kalau sudah begini. Saya rasa hidup ini tidak berarti. Saya tidak tahu hidup bagaimana, tetapi bunuh diri juga takut.” Dokter ini tidak bisa membantu apa-apa, diberi obat lalu didoakan. Tiga hari kemudian, B datang, kondisinya mirip seperti A. Ketika dokter tanya, dia menjawab: “Dok, sebenarnya tidak terlalu parah, hanya sedikit pusing. Obat apa ya yang mungkin baik menolong saya.” Dokter beri obat dan dia senang. Dia lalu tanya tentang tangannya, dan ia menjawab: “Oh ini ya, ada yang hilang ya dok. Ini kena peluru ketika perang Korea. Akhirnya terpaksa diamputasi.” Dokter tanya apakah ia sedih. “Ya dilihat jadi aneh, tapi heran dok, setelah kehilangan tangan ini, saya mulai lagi belajar menulis, mencuci, memakai kancing dan bisa. Bahkan saya bisa masak dan naik sepeda. Akhirnya saya mencoba memberanikan diri melamar seorang gadis yang cantik sekali. Dengan jujur saya katakan kepada dia apa yang saya alami. Ternyata dia mau menikah sama saya.” Orang ini pikirannya sangat optimis. Kita perlu mendidik anak-anak kita berpikir optimis, berpikir positif, berpikir pengharapan, berpikir kemungkinan, dan tidak negatif atau murung. Murung-isme, putusasa-isme, pesimisme semua tidak benar. Iman menyanyi ketika malam gelap. Iman menyanyi ketika awan gelap menudung, saat matahari tak muncul, ketika kita harus menghadapi salib yang berat. Biarlah kita didik anak kita seperti ini. Ketujuh, lampu merah ketidaktekunan. Sikap mengerjakan sesuatu dengan tidak tekun, cepat rasa gagal, mengerjakan sesuatu tanpa konsentrasi penuh, tidak sabar. Orang seperti ini tidak mempunyai kesuksesan besar. Didiklah anak agar mereka memiliki ketekunan, karena ini adalah hal yang penting sekali. Begitu banyak orang yang memiliki bakat, karunia atau talenta besar, akhirnya menjadi gagal total karena mereka tidak tekun. Seorang mahasiswa theologi bertanya kepada saya: “Pak Stephen Tong, saya ingin pindah gereja.” Saya tanya mengapa. Ia jawab: “Saya sudah melayani 3 tahun di gereja ini. Pokoknya saya harus pindah Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
sekarang, khotbah saya sudah habis. Jadi saya harus pindah ke gereja lain supaya khotbah lama saya bisa saya pakai lagi.” Lalu saya bilang: “Wah, kalau gitu kamu akan pindah setiap 2-3 tahun, karena selalu kehabisan khotbah. Kamu akan jadi pendeta keliling dunia nanti.” Saya sudah melayani Tuhan bertahun-tahun dan sudah mengajar sekolah theologi berpuluh tahun dan tidak kehabisan khotbah. Ketekunan, perlu ditanamkan di hati seseorang. Begitu banyak pemuda yang mulukmuluk, berapi-api, bersemangat tinggi, tetapi tidak tahan ujian waktu. Waktu adalah penguji yang paling tekun. Waktu adalah saksi yang paling jujur. Waktu juga adalah hakim yang tanpa kompromi. Di hadapan waktu yang panjang, semua orang harus menyatakan sifat asasimu sendiri. Jangan hanya besar di depan; jangan hanya muluk-muluk di awal; tetapi Tuhan ingin engkau berjalan sampai akhir. Peribahasa Tionghoa berkata: “Jalan yang jauh, menyatakan tenaga kuda yang sesungguhnya.” Hari yang lama, waktu yang panjang, menyatakan hati manusia yang sesungguhnya. Tuhan memberkati kita ketika kita memiliki prinsip-prinsip yang begitu tangguh dari Alkitab, lalu memiliki apa yang ditunjukkan oleh Alkitab. Didiklah anak-anak kecil itu sejak mereka masih kecil, sehingga ketika mereka besar mereka tidak menyimpang. Semua apa yang kita pelajari sepertinya tidak ada hubungan dengan Alkitab. Tetapi saya tegaskan, bahwa semua pelajaran psikologi atau pedagogi yang tidak kembali ke Alkitab tidak mungkin memiliki kesuksesan yang sungguh. Semua yang saya katakan sebagai “lampu merah” adalah hal-hal yang melawan sifat Ilahi. Ketika kita mengatakan bahwa kesejatian itu sifat Allah; rajin, tekun, dan bertanggung jawab adalah sifat Allah. Kita mengatakan kebenaran, kesucian, dan menyatakan cinta kasih. Karena manusia dicipta menurut peta teladan Allah, maka pendidikan mempunyai suatu sasaran, mendidik anak supaya mereka menjadi seperti Allah. Menyatakan Allah, merefleksikan keindahan, dan kemuliaan Allah di dalam dunia yang penuh dengan dosa ini. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk mendidik anak-anak kita. Amin.
SEKILAS
KIN
PERGUMULAN SEPUTAR PENDIDIKAN... (Tanya Jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong dalam Seminar Quo Vadis)
T: Bagaimana saya sebagai guru primary menanamkan iman Kristen kepada anakanak TK/SD? J: Dengan sikapmu, dengan ibadahmu, dengan hidup kesucianmu, memberikan satu image, mereka mengetahui ada guru yang baik, guru yang beribadah, yang berdoa, yang beriman kepada Tuhan. Ketika saya umur 8 tahun, saya kagum sekali kepada seorang guru. Ia hidupnya suci, rohani, terlihat dekat sekali dengan Tuhan. Begitu hormatnya saya kepada dia, saya ingin sekali muka saya seperti dia, padahal dia perempuan. Maka guru bisa mempunyai tempat yang khusus di dalam murid, jika hidupmu suci, tingkah lakumu menjadi teladan, lalu sesudah itu, akan mudah bagimu untuk mengabarkan Injil, mengasihi mereka, dan meminta mereka ke gereja. Guru-guru jangan lupa bahwa pendidikan adalah satu hak istimewa yang bisa diberikan kepada engkau. T: Boleh marah kepada anak-anak tidak? J: Kalau tidak boleh marah, maka kita menuduh Tuhan sudah berdosa. Tuhan marah kepada orang Israel; Yesus marah kepada orang yang berjualan di Bait Allah. Marah boleh, asal marah yang suci. Kalau anak kurang ajar, engkau harus marah terhadapnya. Namun, marah ada batasnya. Jangan engkau marah sampai memukul atau menyiksa orang lain. Marah jangan sampai lupa mengendalikan nafsumu, atau sampai tidak bisa mengontrol emosi. Marah yang benar harus bisa memberikan pengertian. Marah yang suci sangat bernilai karena akan menjadi pembangunan yang menggugah orang yang tidak sadar. Marah yang benar sangatlah penting. Roh kudus marah, Tuhan Yesus marah, Allah Bapa juga marah, itu namanya sanctification of emotion, emosi yang dikuduskan. T: Pak Stephen Tong, tadi dikatakan bahwa sekolah harus diawasi oleh gereja dan pemimpinnya harus mengerti theologi. Pertanyaan saya, bagaimana dengan bangsa Indonesia? Dan bagaimana peran
gereja terhadap bangsa Indonesia ini? J: Kalau gereja mendirikan sekolah Kristen, maka gereja bertanggung jawab untuk mengawasi sekolah tersebut agar menjalankan kehidupan Kristen; kalau sekolah itu didirikan oleh negara, maka jika ada orang Kristen yang menjadi pejabat negara, ia harus menerapkan prinsip kebebasan beragama dan hak beragama setiap warga negara untuk menerapkan prinsip-prinsip Kristen yang baik bagi pembangunan bangsa. Siapa yang bertanggung jawab akan sekolah Kristen? Jikalau sekolah itu didirikan oleh gereja, maka gereja yang bertanggung jawab; dan kalau didirikan oleh pribadi, maka pribadi yang bertanggung jawab. Masalahnya kalau itu didirikan oleh pribadi dan setelah pribadi itu meninggal, siapa yang akan meneruskan? Kalau gereja, lalu orang-orang yang ada di dalamnya tidak terlalu mengerti theologi, akan banyak kesulitan juga. Namun, dari semua itu, saya tetap melihat lebih baik gereja yang mendirikan sekolah, gereja yang memiliki sekolah dan gereja yang mengawasi sekolah, karena ini jauh lebih stabil ketimbang didirikan dan dimiliki oleh pribadi. T: Mengapa anak zaman sekarang susah diatur? J: Apakah engkau kira pada zaman Anda, Anda mudah diatur? Sejak zaman dahulu orang susah diatur, tetapi karena sekarang engkau menjadi guru, engkau ingin anak-anakmu mudah diatur. Guru yang malas berharap agar anak-anak yang susah diatur itu bisa menjadi baik sendiri. Itu mustahil. Justru anak-anak yang terkadang sulit diatur itu punya potensi besar. Itu semua hanya menuntut bagaimana engkau sebagai guru harus belajar memiliki kuasa lebih besar untuk bisa memimpin mereka menjadi anakanak yang baik. Untuk memotong kertas menggunakan pisau biasa. akan menjadi sulit untuk kayu, apalagi memotong
kita bisa Tetapi itu memotong besi. Dan
untuk memotong kaca dibutuhkan pisau berlian. Maka guru yang bisa menangani anak yang nakal adalah guru yang lebih nakal tadinya tetapi sudah menjadi baik. Guru ini tahu nakalnya anak itu seperti apa, sehingga ketika anak ini melihat dengan matanya yang tajam, guru ini juga bisa melihat dan menyatakan bahwa dia tahu anak itu mau apa, sehingga anak itu sungkan karena tahu gurunya tahu persis apa yang dia pikirkan. Guru-guru harus memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk menaklukkan anak-anak yang juga cerdas ini. Ketika saya mendapatkan pertanyaan, saya selalu mencoba mencari jawaban: 1) pengertianmu sampai mana; 2) mengapa engkau menanyakan hal itu; 3) motivasimu apa menanyakan hal itu; 4) kesulitanmu apa; lalu dari situ saya mulai menjawab. Inilah yang harus dimiliki guru. Seorang guru yang tidak lebih mengerti dari muridnya, lalu menuntut muridnya untuk mengerti dia, adalah hal yang tidak adil. Guru pernah menjadi murid dan murid belum pernah menjadi guru. Guru harus mengerti murid adalah hal logis, tetapi murid harus mengerti guru itu tidak adil. Jadi anak tidak mengerti guru itu lumrah. Jadi engkau sebagai guru perlu menuntut diri untuk memiliki kebutuhan lebih tinggi, lebih tajam, lebih mengerti, lalu mengarahkan dia. Di sebuah sekolah theologi ada rektor yang mengatakan: “Anak sekarang susah, tidak bisa mengerti orang tua susah payah.” Saya menjawab bahwa itu lumrah dan kitalah yang harus mengerti mereka. Dia lalu berkata: “kamu pun tidak mengerti saya.” Bagi saya dosen ini susah dimengerti. Bagaimana dosen selalu minta dimengerti. Kita tidak dipanggil untuk dimengerti, tetapi untuk mengerti. Banyak orang maunya enak dan tidak banyak kesulitan mengerti orang lain. Tidak bisa demikian. Kita harus banyak mengalami kesulitan dan mengerti orang lain, barulah kita bisa menjadi pemimpin orang lain.
Kebenaran, kesejatian, dan ketulusan adalah pokok penting dalam membentuk etika Kristen Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
13
SEKILAS
KIN
Hujan Berkat Melalui KIN Panda Nababan (Jakarta) Saya mendatangkan dari kampung halaman saya dari Siborong Borong dan sekitarnya, ada 12 orang. Dan mereka mengaku mendapat hal yang baru dan pemahaman yang baru, baik terhadap Alkitab dan juga cara mendidik anak-anak. Dan pertemuan ini sangat bermanfaat. Harapan saya, tidak hanya bertumpu kepada mereka-mereka yang hadir dalam KIN ini, saya pikir keterlibatan dari keluarga, masyarakat, juga harus intensif juga untuk memahami Firman. Kristin Hildahui (Manado) Saya utusan dari sekolah minggu pusat Gereja Gerakan Pentakosta. Pertama-pertama saya mau mengucapkan dulu kepada seluruh panitia yang sudah bekerja keras, luar biasa professional, dengan sapa, senyumnya, dan salam yang luar biasa. Itu sungguh kami diberkati luar biasa dan juga kepada Gereja Reformed Injili Indonesia dan Pdt. Stephen Tong. Saya banyak dibangun dan dikuatkan, juga mendapat lebih banyak ilmu dan pelajaran yang baik untuk saya, berharap bisa menjadi berkat bagi guru-guru sekolah minggu yang lain. Imbaistup Mince Josephine Pinaap (Papua kab Puncak Jaya) Luar biasa, Puji Tuhan. Berkat yang saya dapatkan, materi dan kesaksian-kesaksian menguatkan saya dan apa yang disampaikan itu sebagian hal saya alami di tempat saya waktu mengajar di sekolah minggu. Asaslamate Lambanua (Nias, pelayanan Sekolah Kalam Kudus Wakatambone) Saya baru menyadari bahwa pentingnya tugas seorang guru itu. Guru itu tidaklah sembarangan, karena tugasnya sangat berat dan tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi seorang guru yang baik adalah seorang guru yang benar-benar mengandalkan Tuhan dan memiliki pengenalan Tuhan secara pribadi. Pdt. Nice Tuege Pinaria Emteol (GMIM) Saya sangat terdorong untuk hadir dalam KIN ini, karena saya yakin ada banyak kekayaan lewat pelajaran di sini yang akan kami bagikan bagi pelayanan anak-anak ke depan. Anci Densi Sengko (GMIM Betel, Winangun) Materi tentang bagaimana cara menginjili anak-anak dan bagaimana kami harus lebih lagi fokus dalam pelayanan anakanak sekolah minggu. Itu yang kami dapat. Melkiano (NTT) Ketika saya bertemu dengan Pdt. Stephen Tong. Saya mendapat banyak sekali pelajaran berharga yang dimuat di majalahmajalah ataupun yang saya dapat langsung dari sini. Sehingga saya pulang ke daerah saya ingin memberikan dorongan kepada Guru-guru Sekolah Minggu dan murid-murid. Murnarita Kaia (Palu, guru SMPN 2 Lorepiore) Saya di sini banyak diubahkan, diberi banyak didikan bahwa menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia dan Tuhan sangat memperhitungkan. Saya belajar bagaimana menjadi guru yang baik, jadi teladan bagi anak-anak, sehingga saya bisa mengubah pendidikan dan wawasan anak didik saya, supaya
14
mereka menjadi anak-anak Kristen yang mau mengubah dunia secara khusus di Indonesia dan Napu tempat saya tinggal. Marcelino Melikianus Rawar (Kab. Biak Nungfor, Papua) Saya bersyukur kepada Tuhan, bukan kehebatan saya, tapi inilah kuasa Roh Kudus yang bekerja, sehingga Tuhan memanggil saya untuk bertemu dengan Pdt. Stephen Tong. Saya mendapat ilmu yang akan saya bawa pulang. Olive Ambanaga (Napu, Poso, Sulawesi Tengah, jemaat Eklesia Wuasa) Berterima kasih dengan kegiatan KIN ini, kami mendapatkan pengetahuan yang begitu banyak, yang luar biasa, yang kami tidak sangka akan kami dapatkan seperti ini. Yemima Yohana Marandou (Biak Selatan, Papua) Saya bersyukur karena ketika saya menerima formulir KIN, saya berterima kasih kepada Tuhan. Ini adalah kesempatan yang diberikan kepada kami, Guru Sekolah Minggu. Saya tertarik dengan khotbah-khotbahnya Bapak Pdt Stephen Tong. Saya ingin sekali apa yang telah Bapak Stephen Tong lakukan, saya bawa pulang untuk membangun jemaat saya. Erna Rampalino (Poso) Yang saya dapatkan adalah bagaimana kami harus mendidik anak-anak, bagaimana harus memperlakukan anak-anak dan siapa kami guru yang pantas melayani Tuhan lewat pelayanan kami di sekolah minggu. Heinces (Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan) Kami pertama-tama bersyukur kepada Tuhan Yesus, Dia senantiasa mau memakai anak-Nya di dunia ini. Kami juga bersyukur Tuhan memakai Bapak Pdt Stephen Tong di tempat ini, yang mau meluangkan begitu besar tenaganya, dana yang digunakan untuk memanggil semua guru-guru agama dan guru-guru sekolah minggu yang ada di seluruh Indonesia ini. Maje Silangelo (GMIM Bitung, Manado) Yang saya dapatkan adalah ternyata hal-hal kecil yang menurut kita sepele justru berdampak besar bagi anak-anak kami di sekolah minggu. Andang Kristanto (Yayasan PSAK, Semarang) Sungguh luar biasa, kami mendapatkan sesuatu yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya di tempat lain. Kami mendapat motivasi yang luar biasa dari para pembicara khususnya dari Bapak Pdt. Stephen Tong yang luar biasa untuk kami sampaikan kepada anak-anak didik kami di Semarang. Jemi Kalalosanger (SMAN 5, Surakarta) Saya senang bisa ikut KIN ini untuk boleh melihat dan mendapatkan banyak hal sebab saya mengalami kesulitan sebagai guru di sekolah, dan beberapa materi di KIN ini memberikan kepada saya pemahaman dan motivasi untuk menjadi guru yang lebih baik lagi sebab materi-materi dan pembicara-pembicara yang disediakan oleh panitia itu luar biasa, sehingga jika tidak mengikuti dengan baik, kita akan rugi.
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
SEKILAS Pelegia Teti Melviana Siahaan (Guru SD Inpres Pandoi, Kab. Biak Nungfor, Papua) Saya merasa bangga, karena tidak semua orang dapat mengikuti KIN ini. Dari Sabang sampai Merauke, orang yang terpilih inilah yang akan melanjutkan tugas-tugas sebagai guru agama dan sekolah minggu. Harapan saya, memohon agar kiranya guru-guru agama khususnya di daerah saya di Nungfor, semakin banyak orang masuk dalam pendidikan agama karena saya tahu sebagai guru agama dipandang sebelah mata dibanding dengan guru-guru bidang studi lain. Lintang Pangao (Manado) Kesan-kesan saya sangat baik dan luar biasa. Saya bertemu dengan orang-orang di sini. Saya bisa menyaksikan langsung Bapak Pdt Stephen Tong berkhotbah dengan sangat luar biasa, mudah-mudahan bisa mengubah saya supaya saya bisa giat lagi melayani Tuhan, karena selama ini kita menjalankan tugas karena kebetulan saya guru sekolah minggu. Tetapi bukan itu tujuannya, kita dipercaya mendidik anak-anak itu misi Tuhan bukan kita. Jadi, saya sangat bersuka cita dan kesannya mendalam sekali. Puji Tuhan saya bisa dapat hadir di sini. Pdt. Nelson (Gembala Sidang Gereja Kebangunan Kalam Allah Indonesia, Kutai, Kalimantan Timur) Saya pribadi sangat diberkati karena satu-satunya gereja di Indonesia yang berani mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk mengumpulkan Hamba-Hamba Tuhan dari Sabang sampai Merauke, kemudian semangat daripada guru sekolah minggu, guru agama itu dikobarkan untuk bagaimana bertanggung jawab untuk mendidik anak di dalam kasih, di dalam pengenalan Allah yang benar. Pdt. Usmani Diana Elena (Kusuri Tobelo Barat, Maluku Utara - guru SMK dan SMP Kusuri) Kesan saya ini adalah sesuatu yang gebrakan pembaruan yang membongkar kehidupan kita sebagai pelayan. Pelayan dalam wahana pendidikan sebagai guru, juga sebagai Pendeta melayani jemaat. Dan Gereja Reformed Injili Indonesia ini membangun gebrakan yang baru, sebetulnya suatu sukacita bagi denominasi gereja semua. Ini sebetulnya syukur yang begitu dalam bagi semua perangkat pelayan dan jemaat di gereja ini. tidak ada apaapa yang dapat kami berikan, kami hanya berdoa supaya gereja ini dipakai Tuhan lebih ajaib di bumi Indonesia ini. Bartemeus Keamba (GKI Nabire) Tuhan memberikan kepada kami untuk harus bertanggung jawab dalam hal ini. Kami dari Papua, cukup jauh untuk datang ke Jakarta, tetapi karena itu rencana Tuhan, bukan karena kemampuan kami, bukan kelebihan kami, kami datang ke Jakarta, karena Tuhan membawa kami ke Jakarta untuk mengikuti KIN 2014 maka di sini banyak suku, bahasa, dan gereja denominasi yg ikut KIN ini. Ini akan kami bawa ke gereja masing-masing, supaya kita bisa mengajar generasi muda, supaya bisa melayani Tuhan. Petrus Kutimalo (Kanikodo, Sumba Barat Daya, NTT) Luar biasa, karena dari seluruh pelosok datang ke sini. Kalau bagi saya, berjalannya acara ini, kita sebagai Hamba Tuhan bisa lebih melihat lagi bagaimana cara Bapak Stephen Tong melakukan
KIN
hal ini. Marilah kita dukung doa supaya di masa-masa tua beliau ini, Tuhan terus menyertai dia selagi dia melakukan hal yang luar biasa untuk Indonesia ini. Astute Sriutami (Malang) Saya sangat terkesan dengan KIN ini karena acaranya sangat menyenangkan dan bagi saya sangat bermanfaat bagi saya sebagai guru, menambah wawasan yang begitu dalam tentang Alkitab. Kebetulan saya dari SMP dan SMA Kristen Setia Budhi yang memang berada dalam naungan GRII Malang. Jadi, sinkron sekali dengan visi misi dari yayasan. Robert Simon Lumalesil (Ambon) Kesan saya selama di KIN ini, kami mendapat materi-materi yang tidak kami dapat dari tempat lain. Di sini kami lihat bahwa ada hal-hal yang memang keliatan hal sepele, tetapi di situlah menandakan yang kecil itu sungguh berarti dan berharga sehingga kami bisa menerapkan nanti kepada anak-anak yang kami layani di sekolah minggu. Johan Pan (Gereja GKA Elyon, Surabaya) Saya melihat banyak orang dengan antusias dari banyak daerah untuk datang sesuatu yang tidak mudah untuk dilaksanakan bisa mengumpulkan sekian banyak orang dan mereka semua dengan antusias mengikuti. Ini sesuatu hal yang baik untuk kemajuan Kristen di Indonesia. Pdt. Yosep Dimara (Nungfo) Kami sangat bangga dan bersyukur kepada Tuhan karena lewat event ini kami tertolong untuk bisa membantu anak-anak yang telah kami didik di kampung melalui materi-materi yang telah disampaikan. Ini sangat luar biasa. Desman Josafat Bois (dosen STT Reformed , Toba Samosir) Mengikuti acara KIN adalah yang kedua kali. Setiap kali mengikuti KIN, selalu mendapat hal-hal baru yang bisa saya terapkan dalam pelayanan saya di daerah. Pdt Akila (Sintang, perbatasan Kalimantan Barat) Sungguh berterima kasih karena bisa mendapat menghadiri KIN, dan juga kepada Bapak Stephen Tong yang luar biasa Tuhan pakai di usia yang ke-74 tahun, masih punya beban dan hati untuk anak-anak tercinta kita. Pdt. Lasni Suprianti (Bengkulu) Lewat acara ini, saya sudah banyak sekali mendapat perkara indah mulai dari Pak Stephen Tong sampai kepada pembicarapembicara yang lain. Mika Numberi (Kab Serui, Papua) Momen-momen seperti ini adalah momen-momen yang sangat berbahagia sekali dan sangat memberikan kami motivasi untuk terus membina anak kita ke depan. Karena ketika kita tidak bisa membina anak-anak di usia dini maka kelak mereka akan diadopsi dengan ajaran-ajaran dari yang lain. Karena di Papua, banyak sekali anak-anak di Papua tidak mampu sekolah, tidak mampu dibina dengan baik akhirnya mereka terjerumus dengan masuk ke pesantren sejak usia dini. Ini yang jadi beban untuk kami.
Children are the lambs of the flock. Christ said to the church, “Feed my lambs.” The lambs belong to the sheep and the sheep to the shepherd. Rev. J. J. Barnhardt.
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
15
SEKILAS
Teori Pendidikan John Calvin
KIN
The Educational Theory of John Calvin Analisa oleh: Eva Morrison
1. Teori Nilai Bagi Calvin, pengetahuan terbagi atas dua bagian, yaitu Pengetahuan akan Allah dan akan manusia.1 Pengetahuan akan Allah diperoleh dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan tugas pendidikan bagian ini ada pada gereja.2 Sasaran pendidikan Kristen adalah mengajar seorang untuk dapat hidup berpegang pada kebajikan dan nilai-nilai Kristiani. Di arena pengetahuan akan diri, Calvin menunjukkan perhatian yang sangat besar pada pembelajaran para humanis pada zamannya. Ia adalah murid seorang humanis terkenal, Cortier, dan sangat menghargai metode pengajaran dan pembelajaran dari Cortier.3 Pada faktanya, kemanusiaan bagi Calvin jauh lebih penting ketimbang hukum dan medis.4 Calvin sangat berbeda dari para Reformator lainnya, seperti Luther dan Zwingli, khususnya di dalam memberikan perhatian besar pada seni liberal sebagai suatu sarana untuk memperkembangkan kemanusiaan manusia.5 2. Teori Pengetahuan Bagi Calvin, dasar pengetahuan berasal dari Allah. Nyatanya, Calvin percaya bahwa pengetahuan tentang diri sendiri pun hanya bisa diperoleh melalui merenungkan wajah Allah.6 Karena Allah adalah dasar pengetahuan, dan kemampuan mengenal Allah adalah hal batiniah,7 maka kelihatannya Calvin tidak mau terlalu membedakan antara pengetahuan dan kepercayaan. Bagi Calvin, dalam bukunya Institutes, orang yang tak beriman membawa kematian bagi seluruh Firman Allah.8 Setiap kesalahan pengertian terhadap kebenaran selalu merupakan akibat langsung dari dosa (berpaling dari Allah), atau dari tidak mengenal Allah sama sekali. Kebenaran akan pengetahuan-diri dan pengetahuan akan Allah hanya bisa tiba pada kita melalui kepercayaan kita akan Allah.9 3. Teori Natur Manusia Dasar Theologi Reformed dari Calvin melihat manusia sepenuhnya sebagai makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh dan berdosa. Pengampunan dosa hanya bisa diperoleh melalui pengorbanan dan kematian Kristus, Anak Allah, dan totalitas kepercayaan akan kemampuan Kristus
16
untuk mengampuni dosa kita. Bertolak belakang dengan pengertian populer, doktrin pemilihan Calvin menafsirkan kematian Kristus sebagai pengorbanan bagi semua manusia. Jaminan pemilihan bagi Calvin adalah dibuktikan melalui iman di dalam Kristus.10 Akibatnya, iman di dalam Kristus memungkinkan pengetahuan akan diri dan pengertian serta penghargaan terhadap dunia. 4. Teori Pembelajaran Pelatihan pendidikan Calvin sendiri sangatlah berdasarkan pada pemikiran
John Calvin 10 July 1509 – 27 May 1564 humanisme. Ia sangat menekankan pelatihan akan seni liberal, bahkan melampaui belajar hukum dan medis. Calvin meletakkan posisi sangat penting bagi pendidikan, yang harus dimulai sejak usia dini, agar tidak menjadikan gereja sebagai padang gurun bagi anakanak kita. Ia menata ulang SekolahSekolah Dasar yang ada di Jenewa, menekankan sikap disiplin, kemurnian, dan keseriusan. Kurikulumnya sangat mirip dengan pemikiran Renaissance. Kurikulum ini meliputi juga pelatihan tata bahasa dan kosa kata bahasa Latin, yang juga setara dengan pendidikan fisik. Mazmur dinyanyikan dalam bahasa Perancis setiap hari satu jam lamanya. Calvin menghendaki dengan keras tuntutan bahwa pimpinan sekolah harus memiliki kepribadian yang murah hati, lepas dari segala bentuk kekasaran dan kekejaman (un esprit debonnaire). Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
5. Teori Transmisi (Pengalihan) Calvin telah mengerjakan teori pemerintahan. Ia memisahkan gereja ke dalam empat jabatan: pendeta; doktor atau pengajar; majelis atau penatua; dan diaken. Pengajar (guru) secara khusus bertugas di sekolah-sekolah dan pelayan bertugas di Sekolah Minggu. Ia melihat bahwa fungsi utama gereja adalah untuk mengajar. Pengetahuan yang mendalam tentang suatu topik didapatkan melalui pengulangan, seperti nyanyian Mazmur yang dilakukan setiap hari. Calvin juga sangat memperhatikan pengajaran dan khotbah eksposisi yang menyatu dengan proses belajar mengajar. 6. Teori Masyarakat Calvin meletakkan masyarakat sepenuhnya di bawah kedaulatan Allah. Bagi Calvin, Allah seharusnya menjadi presiden dan hakim di semua pemilihan kita. Namun Calvin tidak menafsirkan negara sebagai Kerajaan Allah, melainkan lebih merupakan suatu kesempatan bagi pemerintahan yang baik dan tempat menolong sesama manusia. Ia percaya bahwa negara seharusnya mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk gereja. Di dalam pemerintahan yang ia tegakkan di Jenewa, para Master (magistrates) harus menafsirkan hukum Calvin menerima hukum pemerintahan Romawi bagi wilayah sekuler. Ia mendorong para Master untuk memiliki doa mingguan agar mereka dapat tetap rendah hati dan hidup benar. Calvin mendorong negara boleh diperintah oleh orang awam yang sungguh-sungguh memegang pengajaran gereja (theokrasi), bukan negara yang diperintah oleh para pendeta (hierokrasi). 7. Teori Kesempatan Selama di Jenewa, Calvin menetapkan pemerintahan yang rakyatnya diminta untuk memelihara sekolah di mana mereka bertanggung jawab mengirim anak-anaknya, termasuk anak-anak orang miskin, yang akan diberi bebas uang sekolah.Tidak terlalu jelas apakah para anak perempuan ikut mendapatkan beasiswa atau tidak, tetapi ada sekolahsekolah untuk anak-anak perempuan di Jenewa. Tentu, hak untuk mendapatkan Bersambung ke hal.18
SEKILAS
KIN
INTEGRASI PEMBELAJARAN, IMAN, DAN PRAKTIK (INTEGRATION LEARNING, FAITH, AND PRACTICE – ilfp) Oleh Anita Purnomosari (Bulletin Logos)
K
ata-kata itu sering kali kita dengar belakangan ini, namun sering kali kita sukar untuk membayangkan bagaimanakah bentuk dari Integration Learning, Faith, and Practice (ILFP) – Integrasi Pembelajaran, Iman, dan Praktik tersebut. Jika kita melihat katakata yang ada pada ILFP, maka ada tiga komponen yang akan diintegrasikan, yaitu komponen Learning (belajar), Faith (iman), dan Practice (praktik) sehari-hari. Bagaimanakah kita mengintegrasikannya? Apakah matematika akan ditarik ke dalam iman atau iman ke dalam matematika? Lalu bagaimana dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)? Apakah juga demikan? Lalu bagaimana dengan pelajaran kesenian, seperti menggambar, menyanyi, dan lain-lain? Rasanya sangat sulit kita membayangkan hal ini bukan? Apakah Anda juga merasakan kesulitannya? Nah, jika Anda mengatakan bahwa Anda bingung melihat integrasi antara matematika dan iman, IPA dan iman, seni dan iman, maka itu berarti Anda baru mengintegrasikan antara Bagian Pembelajaran dan Iman. Jadi bukan integrasi Pembelajaran dengan Iman. Kalimat ini, kami percaya, membuat Anda semakin bingung bukan. Di dalam artikel ini, kami akan mencoba menggambarkan bagaimana sebenarnya ILFP itu akan kita ajarkan kepada anakanak didik kita. Di dalam setiap pengajaran, kita harus senantiasa memulai dari Penciptaan. Tuhan menciptakan dunia ini enam hari lamanya. Pada hari ketiga, Tuhan menciptakan tumbuhan. Ada tumbuhan besar yang dapat menimbulkan suasana teduh, ada pula tumbuhan yang sangat kecil seperti rumput. Ada tumbuhan yang berbunga, ada tumbuhan yang berbuah. Ada tumbuhan yang memiliki daun bergerigi, seperti hati atau panjang menjurai seperti daun kelapa. Bunga yang dihasilkan oleh setiap tumbuhan berbagai bentuk dan warna. Demikian pula buahnya.
Haruskah Tuhan menciptakan tumbuhan itu bervariasi bentuknya dan berwarnawarni? Bisakah Tuhan menciptakan tumbuhan ini semuanya sama besar, sama bentuk, dan tanpa warna? Bukankah tujuannya hanya untuk menjadi tempat berteduh dan bahan makanan binatang dan manusia saja? Pernahkah kita membayangkan, bahwa seluruh tumbuhan yang ada ini sama besarnya, bentuknya semua sama, misalnya semaksemak, dedaunan, bunga dan buah semuanya memiliki warna yang sama dengan bumi, yaitu abu-abu kehitaman? Pasti mengerikan bukan? Dan yang pasti, di Kejadian 1 ayat 12, tidak akan tertuliskan: Allah melihat bahwa semuanya baik. Dari sinilah, kita mengajak setiap siswa untuk melihat, bahwa Tuhan adalah Tuhan yang berjiwa seni. Tuhan memiliki keindahan dan keserasian yang luar biasa. Seandainya Tuhan tidak memiliki jiwa seni, maka kita bisa membayangkan betapa gelapnya dunia ciptaan-Nya. Kita harus menjelaskan semua ini di dalam mata pelajaran seni. Bahwa manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar Allah, adalah manusia yang juga memiliki jiwa seni. Kita memulai dengan menggali apa yang telah Tuhan berikan kepada kita di dalam firman-Nya. Kemudian kita mengajak para siswa untuk kembali melihat warna-warna yang ada pada bunga. Kita tunjukkan kepada siswa sekelompok bunga yang berwarna merah, bunga yang berwarna putih, bunga yang berwarna ungu, dan seterusnya. Lalu kita jelaskan bahwa kelompok bunga yang satu memiliki warna yang berbeda dengan kelompok bunga yang lain. Manusia kemudian menamai warna kelompok yang satu itu merah, kelompok kedua itu putih, dan seterusnya. Dari sini pula, manusia kemudian mencoba untuk mencontoh dengan membuat baju berwarna merah, dinding rumah berwarna putih, dan seterusnya.
diberikan di sekolah pada umumnya. Kita tidak mengajarkan: “Anak-anak, ini warna merah. Coba cari di kelas ini, apakah ada yang berwarna merah? Coba cari di halaman sekolah, apakah ada bunga yang berwarna merah?” Sebaiknya kita tidak menggunakan cara ini, karena seolaholah warna merah hanya sekadar sebuah realitas yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan sebagai Penciptanya. Selain warna, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, kita juga perlu mengajak anak untuk melihat bentuk dari tumbuhan yang ada. Ada daun yang lonjong, ada yang berbentuk hati, ada yang berbentuk seperti tangan. Dari daun-daun yang ada, kita lalu menunjukkan, bahwa daun memiliki struktur yang berbeda daripada bunga. Daun tidak mudah jatuh, sedangkan bunga lebih mudah jatuh. Sisi kiri dan sisi kanan daun tampak sama atau hampir sama. Sedangkan kelopak bunga, biasanya atau hampir semuanya memiliki jumlah kelopak yang ganjil. Dari sini, kita mengajarkan kepada anak-anak didik kita, bahwa ada suatu sifat yang kemudian oleh manusia disebut dengan sifat simetri. Kemudian kita ajak anak-anak untuk melihat sisi simetri dari tubuh manusia. Sifat simetri ini kemudian dikembangkan oleh manusia untuk membuat pintu yang simetri, dan seterusnya.
Sangat berbeda dengan pengajaran tentang seni dan warna seperti yang biasa
Lalu bagaimanakah kita mengajarkan bentuk-bentuk seperti segitiga, segiempat, dan seterusnya? Untuk hal ini, kita akan menggunakan metode yang tetap sama. Yaitu dengan berangkat dari titik Penciptaan. Tuhan menciptakan bumi, bulan, dan segala sesuatu yang berada di dalamnya. Kemudian kami akan menunjukkan beberapa benda seperti batu, buah apel, kerang, dan ciptaan lain yang memiliki bentuk serupa. Setelah itu kita akan mengajak setiap anak didik untuk melihat kesamaan apa yang dapat mereka lihat dari sekumpulan benda tersebut. Kita akan mengarahkan anakanak untuk mengerti kalau bentuk dari benda-benda tersebut sama. Manusia kemudian menamakan bentuk tersebut dengan bentuk bulat atau bola. Dari
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
17
SEKILAS bentuk ini, apabila kita potong, maka akan tampak bentuk lingkaran. Dari lingkaran, kemudian, kita bisa menggambar boneka-boneka yang lucu. Dari sini manusia kemudian mengembangkan lagi, mencontoh ciptaan Tuhan, benda-benda yang berbentuk bulat. Seperti cermin, lampu, dan seterusnya. Hal-hal yang berkaitan dengan natur daripada bentuk dan warna perlu kita tekankan kepada anak untuk bidang natural science (IPA). Sedangkan sifatsifat daripada bentuk akan difokuskan
untuk bidang matematika dan geometri. Kemudian segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kata-kata sukar (vocabulary) mengenai bentuk dan warna akan kita ulas di bidang bahasa. Sedangkan bagaimana kita membuat komposisi warna dan bentuk yang harmonis, akan kita ajarkan kepada siswa-siswa di bidang seni (kerajinan tangan dan juga menggambar). Inilah yang kita harap dan perlu kerjakan dalam menggarap ILFP (Integrated Learning, Faith, and Practice) di dalam
Untuk Keberangkatan Bus Ke Bandara Untuk Penerbangan pada Tanggal 16 Pk. 21.00 s/d Tanggal 17 Pk. 22.00 akan dibagi menjadi beberapa Kloter JAM PENERBANGAN
BERANGKAT DARI RMCI
KLOTER 1
16 Nov 21.45 s/d 17 Nov
00.05
16 Nov 18.45
KLOTER 2
17 Nov 01.30 s/d 17 Nov
02.00
16 Nov 22.15
KLOTER 3
17 Nov 04.30 s/d 17 Nov
07.20
17 Nov 01.15
KLOTER 4
17 Nov 08.00 s/d 17 Nov
10.45
17 Nov 04.15
KLOTER 5
17 Nov 11.00 s/d 17 Nov
13.45
17 Nov 07.15
KLOTER 6
17 Nov 14.00 s/d 17 Nov
17.45
17 Nov 10.15
KLOTER 7
17 Nov 18.00 s/d 17 Nov
22.00
17 Nov 13.15
Go, then, ye happy children, And love Him more and more! He holds a cup of blessing, And in it He will pour All joy and pleasure for you; And from this day of flowers Ye all may work for Jesus And bless this world of ours. Oh, may the King of children Be crowned of all His own; On this sweet day of beauty Be every heart His throne! Rev. Dwight Willis. 18
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
KIN
pendidikan Kristen. Dari cara-cara demikian, kami berharap, para siswa bisa senantiasa mengerti dan memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan Tuhan dengan begitu baik dan sempurna, namun telah dirusak oleh dosa akibat Kejatuhan. Kita sebagai manusia akan belajar untuk menyelidiki, mengerti, dan menebus setiap ciptaan Tuhan melalui setiap bidang studi yang kita pelajari. Dan akhirnya kita berharap, ketika setiap siswa semakin mengerti ciptaan Tuhan, mereka akan semakin dapat memuliakan Tuhan.
Sambungan dari hal.16 John Calvin...
pendidikan ini hanya bagi penduduk Jenewa. Calvin juga sangat mendorong, melalui donasi pribadi-pribadi, untuk mendirikan Akademi Jenewa. Akademi ini merupakan institusi pendidikan ternama bagi pendidikan tinggi di Eropa dan menghasilkan bentuk format universitas di Amerika Serikat. 8. Teori Kesepakatan (Konsensus) Di dalam Kekristenan, satu-satunya kerangka yang Calvin tahu adalah ia percaya pada pembentukan konsensus. Ia sering kali bertukar pikiran dengan para Reformator lainnya, dengan sangat hati-hati mencari dukungan firman Tuhan. Ia bernegosiasi dan berkompromi. Menjelang akhir hidupnya, Calvin mengusulkan suatu badan yang mandiri dan universal untuk mempersatukan Kekristenan. Ia bahkan rela membiarkan Paus hadir dan berbicara di badan tersebut, menyediakan diri untuk taat dan menuruti setiap keputusan dari badan tersebut. Namun, Calvin tidak berhasil mendirikan badan konsensus tersebut dengan para pemikir yang berlawanan dengan imannya. Referensi 1. Calvin, John, Institutes for the Christian Religion: Book First, Chapter I, Section 1. 2. Tillich, Paul, History of Christian Thought, (New York: Harper and Row, 1968) p. 272. 3. Reid, W. Stanford, John Calvin: His Influence on the Western World, (Michigan: Zondervan, 1982) p.15. 4. Ibid., p.16. 5. Ibid., p. 15. 6. Institutes, Chapter I, Section 2. 7. Ibid., Ch. 2, Sec. 1. 8. Ibid., Ch. 6, Sec. 4. 9. Ibid., Ch. 1, Sec.2. 10. His Influence, p. 204-205.
SEKILAS
KIN
Liputan Seputar KIN 2014 Hari Kelima
“… Makin capek, makin mengejar, kenapa? Karena tugas belum selesai …” – Pdt. Dr. Stephen Tong –
H
ari kelima adalah hari yang paling berat bagi panitia KIN 2014. Kenapa? Pertama, karena pada hari ini akan dilangsungkan KKR Umum di Lapangan Parkir Barat Pekan Raya Jakarta (PRJ). KKR Umum ini diselenggarakan secara paralel dengan rangkaian acara KIN 2014. Ribuan orang menjadi target panitia untuk dihadirkan di lapangan parkir tersebut. Kedua, panitia mempersiapkan dan membagikan berbagai keperluan berkenaan dengan peserta. Mulai dari tiket pesawat bagi kepulangan peserta, sertifikat atas nama masing-masing peserta sebanyak sekitar 3.000an, hingga goody bag yang berisi beberapa buku dan souvenir yang dapat dipakai peserta sebagai bahan ajar ketika kembali ke daerah masing-masing. Jujur saja, rangkaian acara yang begitu besar ini, yang melibatkan hingga belasan ribu orang, siapa yang dapat mengerjakannya? Panitia? Tidak. Para panitia hanyalah manusia yang sedang melihat cara Tuhan bekerja dan beranugerah kepada umatNya. Hari kelima dibuka dengan pujian “Suci, Suci, Suci” yang begitu indah, kemudian renungan pagi dibawakan oleh Ev. Jimmy Pardede. Beliau membukakan pernyataan Alkitab di dalam konteks Israel pada Perjanjian Lama. Konteks Perjanjian Lama kental akan budaya mendengar Firman Tuhan, konteks tersebut yang dipakai oleh Tuhan Yesus ketika menyampaikan perumpamaan tentang penabur. Adalah percuma jikalau kita sering mendengar firman Tuhan tetapi tidak pernah menyimpannya di dalam hati serta mengekspresikannya di dalam hidup kita. Ev. Grace Toumeluk membawa pengantar singkat sebelum masuk kepada khotbah Pdt. Dr. Stephen
Tong. Beliau memaparkan perihal dosa Simeon dan Lewi yang berkedok kerohanian demi membalas dendam kepada bangsa kafir, dan bagaimana Allah mendidik mereka. Sesi Pleno terakhir yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Stephen Tong hari ini membicarakan perihal kebahayaan dari kesalahan arah di dalam pendidikan. Beliau menyatakan, kalau kita salah memberikan pengajaran, meskipun tidak sengaja, tetapi oleh karena keteledoran dan kesalahpahaman kita, maka kita sebagai guru bisa sampai membinasakan orang. Beliau menutup sesi tersebut dengan menyerukan bahwa setiap pelayanan merupakan peperangan. “Jangan main-main, engkau sedang melawan setan,” demikian seruan beliau. Setelah istirahat siang, para peserta memasuki sesi yang dibawakan oleh Ev. Mercy Matakupan. Beliau membahas mengenai cara menyampaikan Injil kepada anak-anak sekolah minggu. Jangan tertipu dengan tema yang berbicara mengenai “cara” yang ada pada beliau. Justru beliau memberikan kritik terhadap pragmatisme dan membawa para peserta melihat substansi terutama yang membuat seorang guru dapat membawa Injil dengan baik kepada anak-anak. Substansi tersebut adalah kondisi kerohanian kita di hadapan Tuhan. “Persiapan yang terutama adalah kerohanian kita di hadapan Tuhan,” seru Ev. Mercy. Sesi terakhir menuju KKR Umum 2014 di PRJ dipaparkan oleh Pdt. Dr. Billy Kristanto. Musik di dalam gereja tidak pernah bisa lepas dari kerohanian jemaat, tukas beliau. Jangan sampai kegiatan keagamaan kita hanya menjadi aktivitas yang kehilangan substansi kerohaniannya. Sampailah kita pada penghujung hari ini, kita memasuki KKR Umum 2014. Pada kali ini Pdt. Dr. Stephen Tong memberikan kesempatan wawancara
kepada beberapa orang. Yang pertama adalah Bapak Timothy Siddik, Ketua Pelaksana Kebaktian Pembaruan Iman Nasional (KPIN) di 100 kota seluruh Indonesia. Selanjutnya adalah Ev. Ivan Raharjo mengisahkan bagaimana panggilan Tuhan sampai di tengahtengah kehidupan ekonomi yang sudah sangat mapan, dan bagaimana ia belajar mempercayakan masa depan keluarganya kepada Tuhan. Berikutnya adalah Ev. Dr. David Tong yang mengisahkan bagaimana hidup sebagai anak hamba Tuhan dengan tuntutan yang banyak, keraguan iman, dan panggilan antara dunia ilmu dan menjadi hamba Tuhan. Bu Lingkan Mangundap bercerita tentang beban beliau terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, dan Pdt. Tumpal Hutahaean mengisahkan bagaimana hidup menjadi hamba Tuhan yang harus memimpin keluarga, beliau menyatakan rasa syukur karena keluarga yang begitu mendukung pelayanan beliau. Memasuki khotbah, Pdt. Dr. Stephen Tong memaparkan kerangka Theologi Reformed perihal penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan penyempurnaan di dalam bahasa orang awam. Manusia menjadi seorang yang terhormat saat manusia bisa mengikuti klasifikasi yang Tuhan sudah tetapkan. Kemuliaan manusia muncul ketika ia kembali kepada Allah di dalam Kristus yang menebus manusia dari kejatuhannya dan yang memimpin mereka kepada kesempurnaan gambar dan rupa Allah. Bersyukur atas berlangsungnya KIN 2014, KKR Anak, KKR Remaja, dan KKR Umum. Tidakkah kita gentar melihat apa yang sudah Tuhan kerjakan di belakang kita dan yang akan Ia kerjakan di depan kita? Kiranya nama Tuhan terus dipermuliakan dan dimasyhurkan, sampai kepada ujung-ujung Indonesia, dan dunia. Amin. (nt)
Do not others expect from children more perfect conduct than they themselves exhibit? If a gracious child should lose his temper or act wrongly in some trifling thing through forgetfulness, straightway he is condemned as a little hypocrite by those who are a long way from being perfect themselves. Jesus says, “Take heed that ye despise not one of these little ones.” Spurgeon. Guru adalah tiang dan dasar pendidikan
19
Refleksi Hari ke-5
SEKILAS
KIN
Renungan Pagi: Guru yang Mendengar (Matius 13:13-23) oleh Ev. Jimmy Pardede Bagaimana mendengar yang baik? Allah memerintahkan Israel untuk terus mendengar. Tuhan melatih umat-Nya bagaimana mendengar dan berespons ketika Allah menyatakan firman. Ketika Tuhan berfirman, mereka menolak, Tuhan membuang mereka. Yesus memberikan perumpamaan penabur. Firman diberikan tapi tidak berbuah. Yesus memberi peringatan keras pada orang zaman-Nya. Ada 3 macam pengikut Yesus: 1) para murid; 2) orang sakit dan kerasukan setan; 3) orang yang mencatat kesalahan Yesus (orang Farisi). Mungkin kita suka dengar khotbah bagus, tetapi sakit hati dan tersinggung ketika ditegur dosa kita. Mungkin kita senang mendengar dan menerima firman, tetapi tidak tahan menghadapi tekanan hidup. Firman dianggap terlalu ideal. Ada juga yang menerima khotbah dengan sukacita, tetapi dia silau oleh gemilangnya dunia. Golongan keempat adalah orang yang mendengar, taat, dan hidupnya berlimpah. Biarlah kita bersyukur dan jangan kembali menjadi jahat. Biar kita menjadi tanah yang subur, memelihara firman.
Renungan Singkat di Pleno Pagi: Guru yang Tegas, Adil, dan Kasih (Kejadian 49:5-7) oleh Ev. Grace Toumeluk Yakub sebelum meninggal, memberikan nubuat Tuhan kepada 12 anaknya. Tentang dosa Simeon dan Lewi (Kej. 34:1-9), ada 3 poin penting: (1) Yakub tidak kompromi terhadap dosa. Simeon dan Lewi menggunakan sunat sebagai tanda perjanjian untuk membalas dendam. Memakai hal rohani untuk melakukan hal jahat. Yakub menegur dosa mereka. (2) Keadilan Allah. Simeon tidak mendapatkan porsi tanah perjanjiannya sendiri (ayat 7b) dan hanya berbagian di tanah Yehuda. Lewi juga tidak dapat porsi tanahnya. Ada konsekuensi dari dosa kita. Tuhan mendisiplin kita dan kita juga jangan lupa mendisiplin anak kita. (3) Kasih Allah. Disiplin Allah menyatakan kasih yang besar kepada Simeon dan Lewi. Surat Ibrani mencatat: “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya.” Meskipun Allah mengizinkan kita mendapatkan konsekuensi dosa kita di dunia ini tapi Tuhan berkuasa mengubah itu menjadi berkat. Marilah kita belajar ketiga hal ini. Pleno Siang: --- Ev. Mercy Matakupan Seberapa serius kita mempersiapkan materi firman Tuhan? Guru jangan sibuk dengan bahan, tetapi tidak membuka Alkitab. Guru harus mengerti dan hargai panggilannya (Yak. 3:1). Yang lebih penting adalah kualitas baru diikuti kuantitas. Banyak guru tidak mau kerja dan hanya mau tampil jadi “penggembira”. Tidak boleh banyak orang menjadi guru itu artinya: pujian sekaligus peringatan; penghormatan sekaligus penghakiman; menggetarkan dan menggentarkan hati. Firman Tuhan tidak boleh diganti dengan hadiah, doorprize, dan permainan yang hanya mengisi kesenangan. Mintalah kekuatan dari Tuhan untuk mempertahankan kemurnian Injil, berita kekal satu-satunya. Persiapan guru: (1) Persiapan Kerohanian. Wibawa dan kekudusan guru itu penting (2Tim. 2:21) dan Tuhan mau pakai alat yang bersih dan kudus. (2) Persiapan Materi. Ini bisa melelahkan jika tidak niat. Doa dan baca firman, bandingkan perikop, konteks, dan gali ayat dengan pertanyaan. Kita tidak boleh bocor tapi harus luber dan limpah sehingga bahan tidak habis-habis. (3) Tujuan Cerita. Anak-anak harus melihat Tuhan yang besar bukan tokoh-tokoh Alkitab seperti Daud, Musa, Yosua, dan tokoh-tokoh lain. Pleno Sore: Musik dan Ibadah oleh Pdt. Billy Kristanto Salah satu aspek terpenting dalam kehidupan Kristen adalah ibadah sebagai respons atas keselamatan yang kita terima dari Tuhan. Sebagai guru, kita perlu mengajarkan kepada anak didik kita sikap ibadah yang benar, yang menghormati Tuhan. Menyanyi harus dari hati. Pengajaran yang berkuasa disaksikan melalui keteladanan. Nyanyian yang baik seharusnya memberi pengertian yang benar. Paulus mengatakan bahwa ia akan menyanyi dan memuji dengan roh dan akal budi (1Kor. 14:15). Prinsip mengajar anak-anak (Kol. 3:21, Ef. 6:4) para ayah sebagai pendidik jangan membangkitkan amarah (memprovokasi) hati anak-anaknya. Prinsip memilih lagu yang baik untuk anak: (a) harus berisi ajaran Alkitab yang jelas sehingga anak semakin mengerti firman; (b) berkaitan dan meneguhkan pemberitaan firman Tuhan hari itu; (c) mendorong anak untuk semakin mengenal dan mengasihi Tuhan Yesus; (d) mendorong anak untuk memiliki hubungan semakin dekat dengan Tuhan; (e) mendorong anak menjadi saksi dan melayani Tuhan; (f ) mendorong anak untuk menyerahkan diri dipakai Tuhan dan melayani. TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Ev. Edward Oei M.C.S., Ev. Dr. David Tong, Ev.Elsa Pardosi, Johan M., Lukas Y.; Rubrik: Iwan Darwins, Mitra Kumara, Nikki Tirta, Soekarmini; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P.
Sekilas KIN dapat di download di http://kin.stemi.ws/sekilaskin
20
Guru adalah tiang dan dasar pendidikan