KIMIA ANALITIK (Kode : B-10)
MAKALAH PENDAMPING
ISBN : 978-979-1533-85-0
KARTOGRAFI SUMBERDAYA AIR MENUJU PENGELOLAAN YANG OPTIMAL DI KABUPATEN BULELENG 1,
Made Vivi Oviantari * Jurusan Analis Kimia, FMIPA Undiksha, Singaraja, Indonesia (
[email protected]) * Keperluan korespondensi, tel : 0362-7026174, email:
[email protected]
1
Abstrak Pengelolaan sumberdaya air memerlukan data lengkap, rapi dan aktual, sehingga pengelola, pengambil kebijakan, peneliti maupun orang yang ingin mempelajari tentang sumberdaya air dapat menganalisa kondisi sumberdaya air tersebut secara keseluruhan yang dapat dilihat melalui data-data sekunder yang sudah ada. Tulisan ini untuk mengkaji ketersediaan database sumberdaya air di Kabupaten Buleleng; pengelolaan sumberdaya air di Kabupaten Buleleng saat ini; dan bagaimana optimalisasinya. Metode pendekatan yang digunakan adalah dengan studi pustaka, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai literatur dan dengan observasi melalui wawancara. Sejumlah materi yang dikaji antara lain: database sumberdaya air di Kabupaten Buleleng; pengelolaan sumberdaya air di Kabupaten Buleleng dan optimalisasi pengelolaannya melalui kartografi. Dari hasil kajian, database sumberdaya air di Kabupaten Buleleng sudah ada tetapi belum terintegrasi. Hal ini berdampak pada pengelolaan sumberdaya air yang belum optimal di Kabupaten Buleleng. Oleh karena itu kartografi merupakan salah satu produk yang dapat dijadikan sebagai landasan menuju pengelolaan sumberdaya air yang optimal di Kabupaten Buleleng. Kata-kata kunci
: kartografi, sumberdaya air, Kabupaten Buleleng daerah
PENDAHULUAN Air
merupakan
kebutuhan
vital
bagi
kelebihan
air
dan
beberapa
daerah
kekurangan air serta pada musim hujan ada yang
kehidupan manusia. Berdasarkan daur hidrologi,
kelebihan
volume air di bumi ini jumlahnya relatif konstan [1].
kekurangan air. Dari 1% air tawar tersebut, akan
Kurang lebih 70% dari luas muka bumi yang
semakin
luasnya 510 juta km2 terdiri dari massa air [2-3].
dimanfaatkan oleh manusia akibat peningkatan
Meskipun sumberdaya air di bumi secara geofisik
jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk
dikatakan melimpah, hanya sebagian kecil saja
akan berdampak pada peningkatan kebutuhan
yang bisa dimanfaatkan secara langsung. Lebih
akan
dari 97% air di muka bumi merupakan air laut yang
berkurang. Sehingga ada beberapa sumber air
tidak dapat digunakan oleh manusia secara
yang tetap dimanfaatkan, walaupun sudah tidak
langsung. Sementara dari 3% air tawar, 2%
sesuai dengan peruntukannya. Hal tersebut karena
tersimpan dalam bentuk es, sehingga ± 1% air
peningkatan jumlah penduduk akan berdampak
tawar yang bisa dimanfaatkan manusia yang
pada peningkatan pencemaran. Permasalahan
tersebar secara tidak merata menurut ruang dan
sumberdaya air juga terlihat dari sebagian besar
waktu karena adanya perbedaan curah hujan
sumber air yang debitnya sudah semakin mengecil
(presipitasi) tahunan [4]. Sehingga ada beberapa
serta konflik yang terjadi dalam pemanfaatan air.
air,
air
kecil
sementara
lagi
sementara
jumlah
musim
air
kemarau
yang
kuantitasnya
bisa
semakin
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..202
Permasalahan tersebut dapat dikurangi/dihindari
masyarakat hanya dibuat dalam bentuk tabel dan
apabila pengelolaan sumberdaya air dilakukan
diuraikan secara deskriptif. Selain itu data antar
secara optimal (sesuai peruntukkannya, merata
instansi masih bersifat berdiri sendiri, dalam arti
dan berkelanjutan).
laporannya berdasarkan lingkup kerjanya masing-
Pengelolaan lingkungan hidup memerlukan
masing saja.
data. Seperti filosofi yang diungkapkan Hadi
Dalam makalah ini dikemukakan beberapa
(2005): No Measurement-No Data; No Data-No
hal tentang pengelolaan air di Kabupaten Buleleng
Information; No Information-No Management; No
yang mencakup data base sumberdaya air di
Management-No Policy [5]. Jadi untuk mengelola
Kabupaten Buleleng; pengelolaan sumberdaya air
sumberdaya air yang merupakan bagian dari
di
lingkungan hidup dibutuhkan pendataan yang
permasalahan
lengkap, rapi, dan aktual. Sehingga pengelola,
optimalisasi
pengambil kebijakan, peneliti maupun orang yang
Kabupaten Buleleng dengan kartografi.
Kabupaten
Buleleng
sekaligus
membahas
dalam
pengelolaannya;
pengelolaan
sumberdaya
dan air
di
ingin mempelajari tentang sumberdaya air dapat menganalisa kondisi sumberdaya air tersebut secara keseluruhan dan tepat yang dapat dilihat melalui data-data sekunder yang sudah ada. Namun hal tersebut biasanya sangat sulit untuk dilakukan karena untuk mendapatkan data yang aktual sangat susah, dan tidak bisa diperoleh dari satu
instansi
saja,
karena
dikerjakan
menyebabkan
analisis
Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan studi pustaka, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai literatur dan dengan observasi melalui wawancara.
oleh
beberapa instansi serta tidak saling berkaitan. Hal tersebut
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap
sumberdaya air tidak mudah dilakukan secara menyeluruh dan dengan tepat. Untuk mengatasi
1. Data base Sumberdaya Air di Kabupaten Buleleng
hal tersebut, maka diperlukan adanya upaya untuk
Data base sumberdaya air di Kabupaten
memadukan data-data yang diambil oleh berbagai
Buleleng sudah ada, tetapi diperoleh di beberapa
instansi itu. Untuk memadukan data-data yang
instansi terkait. Seperti data lokasi dan nama mata
belum
adanya
air, sungai dan waduk ada pada Dinas Pekerjaan
penyelesaian
Umum (PU) Kabupaten Buleleng bidang cipta
masalah tersebut. Salah satu yang bisa dilakukan
karya maupun pengairan. Sementara data kualitas
adalah dengan merancang kartografi sumber air
air bisa dijumpai di Perusahaan Daerah Air Minum
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
(PDAM)
saling
teknologi
berkaitan
yang
diperlukan
mengakomodasi
dan
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kabupaten Buleleng merupakan salah satu
Buleleng. Data kualitas air dari PDAM bersumber
kabupaten yang juga membutuhkan pengelolaan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Data
air secara terpadu. Berdasarkan laporan-laporan
base dari masing-masing instansi tersebut tidak
maupun informasi dari instansi yang berkaitan
saling terkait, misalnya nama mata air yang ada
dengan sumberdaya air, bahwa selama ini belum
pada Dinas PU tidak sama dengan nama sumber
ada kartografi mengenai sumberdaya air secara
air yang dianalisis kualitasnya di Dinas Kesehatan.
menyeluruh.
instansi-instansi
Dinas Kesehatan melakukan analisis rutin untuk
mengenai sumber air yang dimanfaatkan oleh
beberapa sumber air berdasarkan informasi dari
Laporan
dari
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..203
puskesmas-puskesmas yang tersebar di seluruh
permasalahan yang sama yaitu debit air yang
Kabupaten Buleleng. Selain itu berdasarkan juga
semakin mengecil. Selain itu juga terdapat fakta
pada pemintaan analisis dari masyarakat. Hal ini
bahwa
menyebabkan pemetaan terhadap sumberdaya air
dimanfaatkan sehingga terbuang atau langsung
dilihat
mengalir ke laut. Berdasarkan data yang diperoleh
dari
kesesuaian
peruntukanya
sulit
ada
beberapa
sumber
air
tidak
terlihat bahwa sebanyak 743,8 L/detik air dari mata
dilakukan. Berdasarkan data yang didapatkan dari
air yang ada di Kabupaten Buleleng terbuang
beberapa instansi dapat dilaporkan Kabupaten
tanpa
Buleleng terdiri dari 9 kecamatan yaitu, Kecamatan
tersebut dapat disebabkan karena debit airnya
Gerokgak, Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada,
yang kecil, kualitas air yang kurang baik atau tidak
Buleleng, Sawan dan
adanya
Kubutambahan. Sumber-
sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
dapat
dimanfaatkan.
teknologi
yang
Terbuangnya
memadai
air
untuk
memanfaatkannya.
9 kecamatan tersebut berdasarkan data yang
Data kualitas air dapat diperoleh dari Dinas
diperoleh dari Dinas PU, Dinas Kesehatan dan
Kesehatan Kabupaten Buleleng. Berdasarkan data
PDAM Kabupaten Buleleng ada yang berasal dari
tersebut terlihat ada beberapa parameter kualitas
mata air, sungai, danau dan air sumur gali. Hanya
air
untuk data air sumur gali tidak dibahas di sini.
parameter tersebut, ada beberapa parameter kunci
yang
dianalisis.
Berdasarkan
beberapa
Kabupaten Buleleng mempunyai 2 danau
yang tidak dianalisis, sehingga status kualitas air
yaitu Danau Buyan dan Danau Tamblingan serta 2
yang diperoleh hanya dilihat dari tercemar atau
waduk
tidaknya parameter tertentu, jika dibandingkan
yaitu Waduk Gerokgak dan Embung
Tembok.
Sementara
sungai
yang
dimiliki
dengan peraturan yang berlaku. Data tersebut
Kabupaten Buleleng sebanyak 89 sungai/tukad
tentunya sulit untuk membuatnya ke dalam peta,
yang debitnya berada pada rentangan 3,10-23.000
karena untuk membandingkan kualitas air sumber
L/detik. Untuk mata air tersebar pada 9 kecamatan
air satu dengan lainnya sulit dilakukan. Selain itu,
yaitu Kecamatan Gerokgak mempunyai 88 mata
status kualitas air pada data juga dilihat dari sisi
air dengan debit berada pada rentangan 0,1–25
bakteriologi. Berdasarkan data tersebut dapat
L/detik. Kecamatan Seririt mempunyai 25 mata air
dinyatakan bahwa 33,4% dari 314 air yang
dengan debit berada pada rentangan 0,4–150
dianalisis berstatus berresiko jika dilihat dari sisi
L/detik. Pada rentangan 0,4–100 L/detik dengan
bakteriologi.
31 mata air terdapat di Kecamatan Busungbiu. Terdapat 55 mata air di Kecamatan Banjar dengan debit terdapat pada rentangan 0,1–10 L/detik. Dari 29 mata air yang terdapat pada Kecamatan Sukasada berada pada rentangan 0,4–75 L/detik. Kecamatan Buleleng memiliki 57 mata air
2. Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Buleleng Pendapat dari beberapa tim ahli yang membidangi air di Kabupaten Buleleng tentang pengelolaan
sumberdaya
air
di
Kabupaten
dengan rentangan debit berada pada 0,5-100
Buleleng diperoleh dari 9 sampel yang dapat
L/detik. Kecamatan
diakses. Berdasarkan hasil wawancara dapat
Sawan dengan rentangan air.
dinyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya air
Sementara Kecamatan Kubutambahan dari 28
belum optimal, jika dilihat dari kuantitas (merata),
mata air debitnya berada pada rentangan 0,4–80
kualitas dan kelanjutannya menurut 8 sampel
L/detik. Semua sumber air tersebut mempunyai
akses yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
debit
0,2–60
L/detik
memiliki
45
mata
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..204
(Nyoman Artana/Kepala Laboratorium Air, Made
seringnya terjadi konflik pemanfaatan air antara
Sugiasa, Gede Atmika dan Ketut Artana), begitu
petani (untuk irigasi) dan PDAM (untuk air baku)
juga dengan beberapa orang di Dinas Pekerjaan
menyebabkan
Umum khususnya bidang Cipta Karya (Kasubdis
menjadi lebih sulit.
Cipta Karya: Ketut Yasa dan Jono) dan bidang
Pemantauan
pengelolaan
sumberdaya
terhadap
sumber
air
air
di
pengairan (Gede Urasaka) serta Ir Putu Suardika,
Kabupaten Buleleng juga tidak merata. Ada
MP yang merupakan ketua MEE dan Ketua HKTI
sumber air yang sudah dianalisis kualitas airnya
Buleleng,
pengelolaan
secara rutin dan ada juga yang tidak pernah
sumberdaya air jika dilihat dari kuantitas, kualitas
dianalisis sama sekali oleh dinas-dinas yang
dan kelanjutannya belum optimal.
berkepentingan. Walaupun ada juga mahasiswa
dinyatakan
bahwa
Menurut Budihardjo, 2002 pendayagunaan sumberdaya air yang optimal adalah dengan meningkatkan
kualitas
pelayanan
masyarakat
secara adil, merata dan berkelanjutan bertumpu
pada
kemandirian
dan
yang
swadaya
masyarakat [6]. Sementara pendayagunaan air di Kabupaten Buleleng bagian yang paling barat Kabupaten
Buleleng
(Sumber
Klampok)
dan
bagian paling timurnya (Tembok) relatif masih kekurangan air. Kesediaan sumber-sumber air di Kabupaten Buleleng memang tidak merata, karena topografi dari wilayahnya. Sehingga dibutuhkan pengelolaan yang baik supaya merata. Secara umum pengelolaan sumber air di Kabupaten Buleleng sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan pada masa sebelumnya, tetapi karena permintaan masyarakat untuk meningkat sehingga
sementara terjadilah
pengelolaan
pengadaan air
kuantitas
air
menurun
kekurang-optimalan
sumberdaya
air
di
dalam
Kabupaten
Buleleng. Pengelolaan yang tidak optimal dapat dilihat dari kenyataan bahwa ada wilayah yang kekurangan air (wilayah Tejakula), tetapi di sisi lain ada wilayah yang kelebihan air sehingga terbuang percuma ke laut seperti misalnya di wilayah Kelurahan Banyuasri. Hal ini menandakan bahwa distribusi air tidak merata di wilayah Kabupaten Buleleng. Banyaknya outlet-outlet air dari bawah tanah
yang
muncul
di
pantai
dan
tidak
dimanfaatkan secara optimal menjadi indikasi kurang optimalnya pengelolaan air. Selain itu
pernah menganalisis sumber air yang dianggap belum
pernah
dianalisis
oleh
dinas
yang
berkepentingan, tetapi belum pernah dilaporkan ke dinas-dinas yang terkait. Hal ini dikarenakan belum adanya
sistem
untuk
melakukan
hal
itu.
Pengelolaan air juga belum optimal dilihat dari kelanjutan kuantitas persediaan air. Hal ini dapat dilihat pada data yang sudah terkumpul bahwa banyak sumber air yang debit airnya mengecil bahkan
menjadi
kering.
Ini
berarti
bahwa
berkurangnya luas daerah tangkapan air akibat dari terjadinya alih fungsi lahan, berkembangnya permukiman maupun akibat dari perubahan iklim secara global. Berdasarkan hasil wawancara ada juga yang menyatakan bahwa pengelolaan air di Kabupaten
Buleleng sudah optimal (Kasubdis
tambang : Ir. N. Suarjana) jika dilihat dari pemanfaatan
air
permukaan,
sumur
dangkal
maupun sumur dalam, dari segi kualitas (sumur pantau) relatif baik dan kuantitas (pengisian Cekungan Air Tanah pada akifer relatif cepat) masih memadai. Tetapi walaupun masih dianggap optimal tetap dirasa perlu dilakukan konservasi hutan di daerah hulu. Berdasarkan data base yang tersusun dapat dilihat bahwa permasalahan sumber air yang dihadapi di Kabupaten Buleleng adalah kuantitas air yang semakin lama semakin mengecil, baik untuk mata air, sungai maupun danau. Hal ini disebabkan
karena
jumlah
penduduk
yang
semakin meningkat, mengakibatkan kebutuhan
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..205
akan pangan, sandang maupun papan juga
ada wilayah yang kekurangan air dan ada wilayah
meningkat.
kebutuhan
yang potensi airnya terbuang. Berdasarkan data
tersebut, mengakibatkan banyaknya alih fungsi
yang diperoleh terlihat bahwa sebanyak 743,8
lahan (dari persawahan menjadi perumahan) atau
L/detik air dari mata air yang ada di Kabupaten
deforestasi (dari hutan menjadi perkebunan), dsb.
Buleleng
Dengan
Alih fungsi
peningkatan
lahan
yang
banyak
terbuang-buang
tanpa
dapat
terjadi
dimanfaatkan. Terbuangnya air tersebut dapat
misalnya dari hutan menjadi lahan untuk tanaman
disebabkan karena debit airnya yang kecil, kualitas
produksi, seperti strawberi, kol, sawi, banyak
air yang kurang baik atau tidak adanya teknologi
terjadi di wilayah hulu, dimana untuk jenis tanaman
yang memadai untuk memanfaatkannya.
produksi tersebut memiliki perakaran dangkal.
3. Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya air di
Sehingga tidak bisa dijadikan tanaman yang akarnya
dimanfaatkan
untuk
menyimpan
air.
Kabupaten Buleleng dengan Kartografi Pengelolaan sumberdaya air pada dasarnya
Seperti yang diungkapkan Arief, 1994 bahwa hutan
berupa
merupakan gudang penyimpanan air dan tempat
pengendalian [6]. Berdasarkan hasil wawancara
menyerapnya air hujan maupun embun yang pada
dengan orang yang bekerja di bidangi air di
akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai
Kabupaten Buleleng, hal yang bisa dilakukan
yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan
secara teknis untuk mengoptimalkan pengelolaan
secara teratur menurut irama alam [7]. Sedangkan
sumberdaya air di Kabupaten Buleleng adalah
alih fungsi lahan dari hutan atau lahan subur
dengan membangun terminal air (dengan bantuan
pertanian menjadi perumahan banyak terjadi di
mobil tangki, kerjasama PDAM & Pemda); yang
wilayah hilir Pulau Bali.
sulit dilayani secara topografi dapat dilakukan
Deforestasi
terjadi
karena
pemanfaatan,
perlindungan
dan
peningkatan
dengan sistem pompa. Selain itu sumber air yang
kebutuhan papan (baik untuk ruang tempat tinggal
outletnya ada di pantai perlu dimanfaatkan; daerah
maupun untuk bahan-bahan pembuatan rumah itu
yang tidak memiliki daerah tangkapan air, namun
sendiri), untuk meubel atau furniture, barang-
curah hujannya relatif tinggi, sebaiknya tetap
barang kerajinan, kayu api, kertas atau apapun
memanfaatkan air yang bersumber dari hujan
yang memanfaatkan kayu sebagai bahan baku.
dengan
Debit air yang makin lama makin mengecil jelas
menampungnya;
disebabkan karena tingginya deforestasi dan tidak
dilakukan dengan kaporitisasi.
dilakukannya usaha konservasi hutan, penanaman
membuat
Pengendalian
waduk
buatan
untuk
perbaikan
kualitas
dapat
dalam
pengelolaan
kembali/reboisasi. Sehingga pohon-pohon yang
sumberdaya air dapat dilakukan dengan cara
perakarannya dimanfaatkan untuk menyimpan air
membuat sumur resapan atau biopori. Hal ini
semakin sedikit. Peningkatan jumlah penduduk,
dapat direalisasikan dengan membuat perda yang
tentunya juga semakin meningkatkan aktivitas
berisi aturan mengenai pembuatan biopori di
manusia sehingga jumlah limbah yang dihasilkan
masing-masing
juga semakin meningkat sehingga memungkinkan
digandengkan pada saat mencari Ijin Mendirikan
kualitas air semakin lama semakin menurun.
Bangunan
(IMB).
bangunan
Selain
yang
itu
dapat
pengendalian
Selain permasalahan debit yang semakin
sumberdaya air dapat dilakukan dengan menjaga
lama semakin mengecil, permasalahan kedua
daerah tangkapan air agar tetap ditanami tanaman
adalah kurangnya dana dan teknologi yang bisa
dengan
dimanfaatkan untuk pendistribusian air, sehingga
melalui inspeksi sanitasi dan pemantauan kualitas
perakaran
dalam.
Perbaikan
sarana
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..206
air secara berkala juga perlu dilakukan untuk
orang yang memanfaatkannya. Sehingga dapat
pengendalian kualitas air. Pembatasan eksploitasi
diketahui apakah pemanfaatan sumber air tersebut
sumber daya air sudah dilakukan melalui perda
sudah
No. 5 tahun 2003, namun perlu dipertegas lagi
kuantitasnya sudah mencukupi untuk sejumlah
melalui sidak yang dilakukan secara rutin setiap 2
orang yang terdapat di dalamnya. Dari kartografi
minggu atau setiap bulan. Pengelolaan terhadap
tersebut juga dapat diketahui sumber air mana
sumberdaya
harus
dengan
peruntukannya
dan
holistik
antara
Dinas
saja yang perlu dianalisa oleh para ahli untuk
Lingkungan
Hidup,
Dinas
mengetahui kualitas air pada sumber air di lokasi
Pekerjaan Umum dan Dinas Kesehatan. Peran
tertentu; bagaimana menjaga kuantitas (debit) air;
serta masyarakat juga sangat penting dalam
bagaimana perilaku masyarakat sekitarnya untuk
pengelolaan sumberdaya air. Civitas akademika
menjaga
kampus
seharusnya pengelolaan sumber air ke depan
Kehutanan,
air
sesuai
Kantor
tentunya
juga
dapat
memberikan
kontribusi dalam pengelolaan sumberdaya air.
sumber
air
tersebut;
bagaimana
supaya dapat dimanfaatkan secara merata, sesuai
Salah satu pengelolaan sumberdaya air
dengan peruntukannya dan berkelanjutan dan
yang holistik dapat dilakukan melalui sinkronisasi
masih banyak lagi informasi yang dapat diberikan
data maupun informasi yang berkaitan dengan
melalui kartografi tersebut. Melalui kartografi ini,
pengelolaan sumberdaya air. Diagram sinkronisasi
civitas akademika kampus dapat berkontribusi
data tersaji pada Lampiran 1. Selain itu untuk
secara tepat melalui tri dharma perguruan tinggi
optimalisasi pengelolaan air diperlukan adanya
terhadap
kebijakan
optimal.
pemerintah
untuk
pengelolaan
pengelolaan
sumberdaya
air
yang
sumberdaya air yang tidak diotonomikan di tingkat kabupaten.
KESIMPULAN
Kajian mengenai optimalisasi pengelolaan sumberdaya
air
di
diharapkan
dapat
Kabupaten
ini
Buleleng sudah ada tapi belum terintegrasi. Hal ini
usaha
berdampak pada pengelolaan sumberdaya air
pemetaan atau kartografi sumber-sumber air yang
yang belum optimal di Kabupaten Buleleng. Oleh
dapat dimanfaatkan yang ada di Kabupaten
karena itu kartografi merupakan salah satu produk
Buleleng dengan berbasis pada teknologi informasi
yang dapat dijadikan sebagai landasan menuju
dan komunikasi (TIK). Sehingga nantinya hasil dari
pengelolaan sumberdaya air yang optimal di
pemetaan atau kartografi sumberdaya air ini dapat
Kabupaten Buleleng.
dilanjuti
Buleleng
Data base sumberdaya air di Kabupaten
dengan
menjadi dasar untuk usaha pendataan informasi mengenai sumberdaya air secara menyeluruh di Kabupaten Buleleng, sehingga diharapkan dapat menjadi landasan untuk analisis pengelolaan air secara optimal.
informasi yang bisa diperoleh. Dengan kartografi nantinya dapat ditampilkan informasi mengenai sumber
Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak sehingga karya tulis ini bisa terselesaikan : 1. I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc.
Dengan kartografi tersebut sangat banyak
lokasi
UCAPAN TERIMA KASIH
air
yang
berpotensi
untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat, pemanfaatannya,
atas masukannya. 2. Dr. I Made Gunamantha, S.T., M.MT atas dorongan dan masukannya. 3. Semua ahli di bidang air di Kabupaten Buleleng yang bersedia menjadi sampel dalam kajian ini.
kuantitas (debit), dan kualitasnya, serta jumlah Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..207
DAFTAR RUJUKAN [1] Chapter in a Book: Isnugroho, H., “Sistem Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Suatu Wilayah, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002, 90. [2] Chapter in a Book: Nontji, A., Laut Nusantara, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1986, 1. [3] Chapter in a Book: Wibisono, M.S., Pengantar Ilmu Kelautan, Penerbit Grasindo, Jakarta, 2005, 4.
[4] Chapter in a Book: Fauzi, A. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan (Teori dan Aplikasi). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2004. [5] Chapter in a Book: Hadi, A. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2005, xv. [6]
Chapter in a Book: Budihardjo, S. Sumberdaya Air Dalam Era Otonomi Daerah. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002, 3.
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..208
LAMPIRAN
Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Air
PEMETAAN
PDAM
Kantor LH
Dinas PU
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
KAMPUS
Gambar 1. Diagram Sinkronisasi Pendataan Sumberdaya Air Keterangan gambar:
= Koordinasi yang bersifat holistik antar instansi
Sebelum mencari data tentang sumberdaya air, maka perlu adanya kesepakan mengenai nama sumber air di lokasi tertentu, diantara dinas terkait. Data hasil penelitian terhadap sumberdaya air di suatu lokasi (nama sumber air disesuaikan dengan kesepakatan) dalam bentuk skripsi, tugas akhir maupun laporan penelitian lainnya yang bersumber dari civitas kampus akan dilaporkan ke dinas terkait. Termasuk Seperti misalnya penelitian yang menghasilkan data tentang kualitas air perpipaan, mesti dilaporkan ke Dinas Kesehatan maupun PDAM, kualitas air non perpipaan mesti dilaporkan ke Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan, data hasil penelitian tentang kuantitas air mesti dilaporkan ke Dinas Pekerjaan Umum dan PDAM maupun data tentang kondisi sosial budaya, biofisik di sekitar sumber air mesti dilaporkan ke Dinas Kehutanan. Data-data yang bersumber dari kampus maupun data yang sudah dimiliki oleh dinas-dinas terkait selanjutnya mesti dievaluasi, dirangkum untuk kemudian dipetakan. Pemetaan ini di tingkat kabupaten dapat dilakukan oleh bapedda kabupaten. Sementara di tingkat propinsi pemetaan dapat dilakukan oleh BPDAS. Pemetaan ini merupakan salah satu upaya dalam rangka mengoptimalkan khususnya sumberdaya air di Kabupaten Buleleng.
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..209