KHASIAT EKSTRAK KULIT KAYU MAHONI ((Swietenia Swietenia macrophylla King.) SEBAGAI PENCEGAH HIPERKOLESTEROLEMIA PADA TIKUS PUTIH
RATNA MUSTIKA
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ABSTRAK RATNA MUSTIKA. Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus Putih. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan SYAMSUL FALAH. Kulit kayu mahoni selama ini dianggap sebagai limbah industri kayu, namun khasiatnya sebagai pencegah kenaikan kolesterol darah belum diketahui. Penelitian ini bertujuan menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah hiperkolesterolemia pada tikus. Sebanyak 35 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok (n=7), yaitu kelompok normal (N) diberi pakan standar, kelompok hiperkolesterolemia (HK) diberi pakan kolesterol (1,5%) dan PTU (0,5mg/KgBB), kelompok lovastatin (HK+lovastatin 0,2875 mg/KgBB), kelompok E1 (HK+ekstrak air mahoni 4,2 mg/KgBB), serta kelompok E2 (HK+ekstrak air mahoni 21mg/KgBB). Masa percobaan berlangsung selama 8 minggu. Konsentrasi kolesterol total darah dianalisis setiap 2 minggu dengan metode enzimatik kolesterol oksidase CHOD-PAP yang diukur dengan spektrofotometer pada λ=500 nm. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan kolesterol (0,86%) dan PTU (0,5 mg/KgBB) selama 8 minggu pada kelompok HK mampu menaikkan konsentrasi kolesterol sebesar 52,57%. Walaupun tidak didukung oleh analisis statistik yang signifikan (α=0.05), dosis E2 cenderung mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol sebesar 35,8% yang sebanding dengan lovastatin (33,78%).
ABSTRACT RATNA MUSTIKA. The Potency of Mahoni’s Bark (Swietenia macrophylla King.) as Hypercholesterolemic Prevention Agent in White Rats. Under the direction of SULISTIYANI and SYAMSUL FALAH. Mahoni’s bark has been thought as wood industrial waste, it’s potency as hypercholesterolemic prevention agent has not been reported. The aim of this study was to test the potency of mahoni’s bark extract as hypercholesterolemic prevention agent in rats. Thirty five male rats were divided into 5 groups (n=7) namely normal group (N) fed with standard rat chow, hypercholesterolemic group (HK) fed with cholesterol chow (1,5%) and PTU (0,5 mg/KgBW), lovastatin group (HK + lovastatin 0,2857 mg/KgBW), E1 group (HK+ mahoni’s water extract 4,2 mg/KgBW), and E2 group (HK + mahoni’s water extract 21mg/KgBW). Experiments were carried out for 8 consecutive weeks. The total blood cholesterol concentrations were analyzed every 2 weeks using enzymatic cholesterol oxidase methode CHOD-PAP and measured by spectrophotometer at λ=500 nm. The results showed that administration of cholesterol chow (0,86%) and PTU (0,5 mg/KgBW) for 8 weeks in HK group increased cholesterol concentration 52,57%. Although the data statistically was not significant (α= 0.05), there is a tendency that mahoni’s extract at the dose E2 cause 35,8% reduction of cholesterol concentration and this was comparable to the reduction in the lovastatin group (33,78%).
KHASIAT EKSTRAK KULIT KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) SEBAGAI PENCEGAH HIPERKOLESTEROLEMIA PADA TIKUS PUTIH
RATNA MUSTIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi : Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus Putih Nama : Ratna Mustika NIM : G84050931
Disetujui Komisi Pembimbing
drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D Ketua
Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si Anggota
Diketahui
Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc Ketua Departemen Biokimia
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana sains pada Departemen Biokimia. Karya Ilmiah ini berjudul Khasiat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King.) sebagai Pencegah Hiperkolesterolemia pada Tikus Putih yang sebagian besar didanai oleh program penelitian strategis unggulan IPB atas nama Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si dkk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009 di Laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing I dan Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan perhatiannya kepada penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua, saudara-saudaraku tercinta dan seluruh keluarga atas segala doa, perhatian, dukungan serta semangatnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Donna, Marsudi, Raiza, Tanti, Mela, Dini, Fitri, Puspa, serta teman-teman Biokimia atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Maret 2010
Ratna Mustika
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 4 April 1987 dari ayah Sukmawidjaya dan Ibu Lili Kholisoh, sebagai anak ke-4 dari enam bersaudara. Tahun 2005, penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 1 CibadakSukabumi dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sebagai mayor dan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) sebagai minor. Penulis pernah aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dengan kegiatan internal dan eksternal. Tahun 2005-2006 penulis aktif di Ikatan Keluarga Mahasiswa Sukabumi (IKAMASI) dan LDK Al-Hurriyyah, selanjutnya tahun 2007 hingga 2009 penulis aktif sebagai pengurus Lembaga Dakwah Fakultas SERUM-G. Tahun 2008-2009 penulis juga aktif di Himpunan Profesi Community of Research and Education in Biochemistry (CREB’s). Selama perkuliahan, penulis pernah Praktik Lapangan di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia dan menulis laporan ilmiah yang berjudul Penarikan Kembali Sisa Sukrosa dari Ampas Tebu dengan Enzim Selulase Trichoderma spp. Pada tahun 2007 penulis mendapatkan penghargaan juara II lomba penulisan karya ilmiah tingkat IPB yang berjudul Pemanfaatan Ampas Tahu dalam Minuman Probiotik serta mendapatkan dana program kreativitas mahasiswa bidang penelitian (PKMP) berjudul Pemanfaatan Ampas Tahu Tersandar dalam Formulasi Minuman Probiotik Ampas Tahu. Penulis juga aktif dari tahun 2006-2009 menjadi asisten di beberapa praktikum, diantaranya asisten Pendidikan Agama Islam, asisten praktikum Fisika Dasar, Genetika Dasar, Mikrobiologi Dasar, Biokimia Umum, Struktur dan Fungsi Subseluler, serta asisten praktikum Struktur dan Fungsi Biomolekul. Sebagai pengalaman profesi, penulis juga bekerja sebagai guru Kimia di lembaga bimbingan belajar Bintang Pelajar serta guru Bahasa Inggris dan Kimia di sekolah bisnis School of Universe –Smart Bogor.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Kolesterol .................................................................... Hewan Coba Hiperkolesterolemia .................................................... Lovastatin .......................................................................................... Pemanfaatan Mahoni (Swietenia macrophylla King.) ......................
1 3 4 5
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan .................................................................................. Metode...............................................................................................
6 6
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Hewan dan Konsumsi Pakan .................................................. Konsentrasi Kolesterol Total Darah .................................................. Hubungan Lama Waktu Induksi Hiperkolesterolemia dengan Kenaikan Konsentrasi kenaikan darah.. ............................................
13
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan .......................................................................................... Saran .................................................................................................
14 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
14
LAMPIRAN ..................................................................................................
17
8 10
DAFTAR GAMBAR 1
Halaman Kolesterol ............................................................................................... 2
2
Metabolisme Kolesterol .........................................................................
3
3
Tikus putih galur Sprague-Dawley ........................................................
3
4
Propil tiourasil (PTU).............................................................................
4
5
Lovastatin ...............................................................................................
5
6
Pohon mahoni (Swietenia macrophylla King.) ......................................
5
7
Bobot badan hewan coba masa adaptasi ................................................
9
8
Bobot badan hewan coba masa percobaan ............................................
10
9
Konsumsi pakan hewan selama percobaan ............................................
10
10 Konsentrasi kolesterol darah masa percobaan .......................................
11
11 Perubahan konsentrasi kolesterol darah .................................................
13
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tahapan penelitian.................................................................................... 18 2 Ekstraksi serbuk kulit kayu mahoni ..........................................................
19
3 Komposisi pakan kolesterol ......................................................................
19
4 Penentuan konsentrasi kolesterol metode CHOD-PAP ............................
20
5 Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kolesterol darah..................
20
6 Metode pengukuran konsentrasi kolesterol...............................................
20
7 Data bobot badan tikus masa adaptasi .....................................................
21
8 Data bobot badan tikus masa percobaan ...................................................
24
9 Data konsumsi pakan tikus masa percobaan ............................................
25
10Data kolesterol darah tikus masa percobaan .............................................
27
11Rekapitulasi data análisis statistik.............................................................
31
PENDAHULUAN Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyakit yang saat ini menjadi perhatian utama masyarakat dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Angka kejadian penyakit ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup, kurang aktivitas fisik, serta perubahan pola konsumsi masyarakat (terutama masyarakat kota) yang cenderung mengonsumsi makanan dengan kandungan tinggi lemak dan miskin serat (Tsujii & Kuzuya 2004). Beberapa jenis penyakit degeneratif di antaranya penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, dan kanker. Kejadian PJK merupakan penyebab kematian utama di negara-negara industri (Chang et al. 2001). Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 melaporkan dari 100 kematian di Indonesia, 25 diantaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (Purwanto 2003, diacu dalam Herpandi 2005). Data organisasi kesehatan dunia (WHO, world health organization) menunjukkan bahwa penyakit jantung adalah penyebab kematian tertinggi kedua di dunia yang mencapai 8 juta kasus pada tahun 2007 setelah kanker (WHO 2007). Penyakit kardiovaskuler berkaitan erat dengan tingginya konsentrasi kolesterol total darah di atas normal (hiperkolesterolemia) (Salahat et al. 2002; Herliana & Sitanggang 2009). Seseorang yang mempunyai konsentrasi kolesterol darah diatas 200 mg/dL sudah dianggap mengalami hiperkolesterolemia (Herliana & Sitanggang 2009). Banyak faktor yang dapat menyebabkan hiperkolesterolemia, salah satu faktor utama berasal dari makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi apabila dikonsumsi secara berlebihan (Murray et al. 2000; Getz & Reardon 2007). Faktor lainnya adalah keadaan genetik orang tersebut, kegemukan, faktor usia, serta keberadaan hormon estrogen pada wanita (Grundy 1991; Herliana & Sitanggang 2009). Penurunan konsentrasi kolesterol dalam darah dapat dilakukan dengan pengaturan diet dan konsumsi obat-obatan. Walaupun demikian, penderita biasanya merasa jenuh untuk melakukan diet. Selain itu, kendala untuk menggunakan obat komersial adalah harganya yang relatif mahal dan kekhawatiran adanya efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Oleh karena itu sangat penting menggalakkan penggunaan bahan alami dari
tanaman yang berkhasiat sebagai obat pencegah hiperkolesterolemia. Salah satu tumbuhan yang diyakini berkhasiat sebagai tumbuhan obat adalah mahoni (Swietenia macrophylla King.). Mahoni dipercaya memilki banyak khasiat terutama biji dan kulit kayunya. Falah et al. (2008) melaporkan kulit kayu mahoni mengandung katekin, epikatekin, dan swietemakrofilanin yang memiliki aktivitas antioksidan. Tan et al. (2009) melaporkan kandungan limonoid daun mahoni juga memiliki aktivitas antioksidan. Maiti et al. (2007) melaporkan ekstrak biji mahoni berpotensi sebagai obat antidiare. Wijayakusumah & Dalimartha (2005) menyatakan biji mahoni berguna untuk melancarkan peredaran darah dan mencegah tersumbatnya saluran darah. Selain itu biji mahoni juga dapat menurunkan kolesterol, mengurangi penimbunan lemak pada dinding saluran darah, dan mengurangi rasa sakit. Berdasarkan uji fitokimia, kulit kayu mahoni yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar serta limbah dalam industri kayu ternyata mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan saponin yang bersifat toksik terhadap Arthemia salina Leach. dengan nilai LC50 466.659 µg/ml (Suhesti et al. 2007). Beberapa penelitian melaporkan adanya senyawa polifenol (flavonoid dan tanin) memiliki pengaruh menurunkan dan menghambat penyerapan kolesterol (Awika & Rooney 2004; Park et al. 2002; Chang et al. 2001). Khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah terjadinya hiperkolesterolemia pada tikus putih. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak air kulit kayu mahoni memiliki khasiat mencegah terjadinya hiperkolesterolemia pada tikus putih. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemanfaatan limbah kulit kayu mahoni serta khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai obat herbal alternatif dalam mencegah terjadinya kenaikan konsentrasi kolesterol darah. TINJAUAN PUSTAKA Metabolisme Kolesterol Kolesterol (Gambar 1) merupakan salah satu senyawa sterol dan terdapat pada jaringan tubuh manusia dan hewan. Struktur
2 kolesterol merupakan turunan inti siklopentanoperhidrofenantrena yang mempunyai perpanjangan delapan atom karbon pada C-17, dan juga terdapat ikatan ganda pada C-5. Perpanjangan karbon ini diberi nomor 20-27 sebagai lanjutan nomor pada inti steroid (Lehninger et al. 2005). Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang berperan penting dalam tubuh. Kolesterol dalam jumlah normal mempunyai fungsi struktural yang penting dalam membran sel, juga berperan sebagai prekursor hormon steroid pada kelenjar adrenal, vitamin D, serta sebagai prekursor asam empedu dalam hati (Murray et al. 2000; Lehninger et al. 2005). Kolesterol total dalam tubuh dapat berasal dari makanan (eksogen) maupun kolesterol endogen yang disintesis oleh hati dan usus. Kolesterol ini kemudian siap ditansportasikan dan didistribusikan ke berbagai bagian tubuh yang memerlukan. Kelarutan kolesterol yang kecil dalam air menyebabkannya sulit larut dalam darah. Hal ini menimbulkan masalah untuk transportasi kolesterol ke bagian tubuh tertentu. Oleh karena itu, tubuh mengatasinya dengan cara melangsungkan transportasi yang membuat kolesterol sebagai bagian dari kompleks lipoprotein (Lehninger et al. 2005). Lipoprotein adalah kompleks yang terbentuk dari lipid darah (kolesterol dan trigliserida), fosfolipid, dan apoprotein. Jenis lipoprotein diantaranya kilomikron, lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein), lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein), lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein), dan lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dimetabolisme dengan cara yang berbeda (Kwiterovich 2000; Murray et al. 2000; Lehninger et al. 2005).
Gambar 1 Struktur kolesterol.
Metabolisme kolesterol mengikuti beberapa jalur dari metabolisme lipoprotein. Secara garis besar ada tiga jalur metabolisme lipoprotein (Gambar 2) yang terjadi di dalam tubuh, yaitu jalur metabolisme eksogen, endogen, dan jalur reverse cholesterol transport atau jalur transport balik kolesterol. Kedua jalur pertama lipoprotein berhubungan dengan metabolisme LDL dan trigliserida sedangkan jalur terakhir berhubungan dengan metabolisme HDL (Kwiterovich 2000). Khusus jalur metabolisme eksogen, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan berlemak masuk ke dalam usus dan dicerna. Selain itu, dalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hati yang disekresikan bersama empedu ke usus halus. Trigliserida dan kolesterol ini kemudian bersama fosfolipid dan apoprotein membentuk kilomikron (Lehninger et al. 2005). Jalur metabolisme endogen erat kaitannya dengan kemampuan hati untuk mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua produk ini disekresikan ke dalam sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein VLDL. Selama sirkulasi trigliserida di VLDL akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi IDL atau VLDL sisa. Partikel IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian lainnya akan dihidrolisis kembali oleh LPL menjadi LDL. Partikel LDL adalah lipoprotein yang banyak mengandung kolesterol. Sedangkan pada jalur balik kolesterol, HDL dilepaskan sebagai partikel kecil yang miskin kolesterol dan mengambil kelebihan kolesterol dalam jaringan untuk diangkut kembali ke hati (Kwiterovich 2000; Lehninger et al. 2005). Setelah kolesterol disintesis, senyawa ini meninggalkan hati atau diubah menjadi bentuk lain. Menurut Murray et al. (2000) terdapat empat kemungkinan perubahan kolesterol, pertama kolesterol diubah menjadi asam empedu dan bergerak dari empedu ke usus, lalu direabsorbsi ke hati. Kedua, kolesterol diubah menjadi asam empedu, bergerak ke usus, lalu diekskresikan ke dalam feses. Ketiga, kolesterol yang terbentuk masuk ke dalam membran tubuh dan diubah menjadi senyawa steroid lain, dan terakhir kolesterol tetap berada dalam plasma di pembuluh arteri yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang memicu penyakit aterosklerosis. Penelitian ini menggunakan konsentrasi kolesterol total darah sebagai parameter. Kolesterol total darah mencakup jumlah total kolesterol bebas maupun kolesterol ester dalam bentuk liprotein.
3
Gambar 2 Metabolisme kolesterol (Lehninger 2005). Hewan Coba Hiperkolesterolemia Penelitian medis, untuk aplikasi obat atau pengaruh senyawa toksik terhadap manusia memerlukan uji pada hewan coba sebelum diaplikasikan pada manusia. Jenis hewan coba dapat beragam tergantung kebutuhan. Jenis hewan coba antara lain tikus, mencit, ayam, kelinci, sapi, monyet, kambing, kucing, anjing, babi, marmot, kuda, ataupun beberapa jenis hewan lainnya. Hal penting yang harus dipenuhi adalah hewan tersebut memilki karakteristik genetik yang jelas dan memenuhi semua asumsi percobaan. Syarat tambahan lainnya hewan tersebut juga sedapat mungkin mudah diperoleh, mudah pemeliharananya, serta murah perawatannya. Selain itu, hewan coba harus bebas penyakit selama riwayat hidupnya (Altman & Dittmer 1971, diacu dalam Andrianto 2009). Hewan yang sering digunakan dalam penelitian metabolisme lipid diantaranya adalah monyet, kelinci, dan tikus. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan hewan yang baik digunakan dalam penelitian lipid karena metabolismenya mirip manusia. Namun penggunaan hewan ini dibatasi dengan ketat karena termasuk spesies yang dilindungi dan termasuk hewan langka (Masuda & Ross 1990). Devery et al. (1987) menyatakan tikus (Rattus novergicus) dan kelinci (Orytolagus cuniculus) merupakan hewan model yang paling sering digunakan untuk mempelajari kelainan metabolisme kolesterol pada manusia. Menurut Mahfouz & Kummerow (2000), tikus merupakan hewan yang resisten terhadap induksi hiperkolesterolemia secara eksogen dengan pemberian pakan kolesterol
dibandingkan kelinci. West & Fernandez (2004) menyatakan hal tersebut dikarenakan kolesterol pada tikus sebagian besar ditemukan dalam bentuk HDL. Selain itu, Devery et al. (1987) melaporkan aktivitas enzim kolesterol 7α-hidroksilase lebih tinggi pada tikus dibandingkan kelinci. Murray et al. (2000) menyatakan enzim ini dapat mempercepat proses katabolisme kolesterol hati menjadi asam empedu, sehingga mempercepat pengeluaran kolesterol dari tubuh. West & Fernandez (2004) menyatakan penggunaan kelinci sebagai hewan coba hiperkolesterolemia relatif mahal dan data yang diperoleh sulit diterjemahkan karena perubahan kenaikan dan penurunan konsentrasi kolesterol yang ekstrim ketika diberi perlakuan obat. Oleh karena itu tikus digunakan sebagai hewan coba metabolisme kolesterol dalam penelitian ini. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur SpragueDawley (Gambar 3). Pemilihan tikus jantan dalam penelitian dikarenakan untuk mengurangi galat penelitian akibat siklus hormonal.
Gambar 3 Tikus putih galur Sprague-Dawley.
4
Beberapa karakteristik tikus SpragueDawley adalah aktif pada malam hari, relatif jinak, tidak mempunyai kantung empedu, tidak dapat mengeluarkan isi perutnya (muntah), dan tidak berhenti tumbuh, meskipun kecepatannya menurun setelah berumur 100 hari. Zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tikus hampir sama dengan manusia, yaitu karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin (Muchtadi & Palupi 1993). Malole & Pramono (1989) melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol darah normal pada tikus berkisar antara 40130 mg/dL. Parameter lipid yang diamati dalam penelitian ini adalah konsentrasi kolesterol total darah. Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi diatas normal disebut hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia dapat dibuat pada tikus secara endogen maupun eksogen (Santillo et al. 1999; Murray et al. 2000, Getz & Reardon 2007). Kondisi hiperkolesterolemia secara eksogen dibuat dengan menambahkan lemak dan kolesterol dalam makanannya. Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley umur 2.5 bulan dengan rataan bobot badan 285.83 gram mengalami peningkatan konsentrasi kolesterol darah sebesar 181.40% setelah diberi diet kolesterol 12.5% selama 7 hari (Nofendri 2004). Santillo et al. (1999) melaporkan pemberian pakan 1,5% kolesterol selama 2 bulan pada tikus galur Wistar menaikkan konsentrasi kolesterol sebesar 341% dibandingkan kelompok normal. Tikus merupakan hewan yang relatif rentan terhadap induksi hiperkolesterolemia. Oleh karena itu, kondisi hiperkolesterolemia pada tikus juga dibuat secara endogen melalui pemberian preparat tiourasil (Murray et al. 2000). Preparat tiourasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah propil tiourasil (PTU) (Gambar 4), yaitu zat yang dapat merusak kelenjar tiroid sehingga meyebabkan kondisi hipotiroid. Grundy (1991) menyatakan reseptor LDL dipengaruhi oleh hormon tiroid dan estrogen. Salter et al. (1996) melaporkan pada kondisi hipotiroid terjadi penurunan sintesis dan ekspresi reseptor LDL di hati, sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab hiperkolesterolemia. Menurut Santillo (1999), kondisi hipotiroid dapat menyebabkan hiperkolesterolemia. Dosis maksimum pemberian PTU untuk orang dewasa dengan bobot badan 70 kg dalam sehari adalah 600 mg, dengan dosis maksimum untuk sekali makan sebesar 250
mg (Dhawan 1997). Efek samping obat ini pada manusia diantaranya ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada kecenderungan pendarahan, mual, muntah, dan hepatitis (Lacy et al. 2006). Dosis PTU yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0.5 mg/kgBB (Giri 2008; Rahayu 2007). Induksi hiperkolesterolemia pada penelitian ini menggunakan pakan kolesterol 1.5% dan dosis PTU sebesar 0.5 mg/Kg BB. Giri (2008) melaporkan pemberian pakan kolesterol 1.5% dan PTU 0,5 mg/KgBB pada tikus jantan berumur 8 bulan selama 13 minggu menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 44.48%.
Gambar 4 Propiltiourasil (PTU). Lovastatin Sampai saat ini diketahui ada 14 obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi hipekolesterolemia. Obat-obatan tersebut adalah klofibrat, bezafibrat, gemfibrozil, fenofibrat, siprofibrat, simfibrat, asam nikotinat (niasin), kolestiramin, kolestipol, lovastatin, simvastatin, fluvastatin, artovastatin dan pravastatin (Dalimartha 2005). Obat golongan fibrat efektif menurunkan trigliserida, namun kurang efektif untuk menurunkan LDL (lipoprotein dengan kandungan kolesterol tertinggi) sehingga obat ini kurang efektif. Asam nikotinat dosis tinggi menyebabkan efek samping kulit kemerahan dan rasa gatal, sehingga obat ini tidak dikembangkan lebih lanjut. Kolesteramin dan kolestipol bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus sehingga menurunkan penyerapan kolesterol, namun tidak menurunkan sintesis kolesterol endogen (Hitner & Nagle 1999; Dalimartha 2005). Obat yang saat ini umum digunakan adalah golongan statin terutama lovastatin (Gambar 5). Obat ini pada mulanya diketahui menurunkan aktivitas enzim HMG KoA reduktase (Dalimartha 2005; Katzung 2002; Hitner & Nagle 1999). HMG KoA reduktase merupakan enzim kunci biosintesis kolesterol (Lehninger et al. 2005; Chang et al. 2001).
105
Menurut Saimee (2003), mekanisme yang diajukan untuk bekerjanya lovastatin adalah lovastain akan aktif dalam bentuk asam dihidroksinya. Bentuk ini identik dengan struktur gugus hidroksi metilglutaril dari HMG KoA yang merupakan substrat enzim HMG KoA reduktase, sehingga lovastatin akan bertindak sebagai inhibitor kompetitif enzim HMG KoA reduktase yang menyebabkan terjadinya penghambatan biosintesis kolesterol. Mekanisme lain menurut West & Fernandez (2004) dan Katzung (2002), lovastatin dapat menginduksi peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Hsu et al. (2007) melaporkan lovastatin menghambat faktor transkripsi sterol regulatory elementbinding protein (SREBP) yang dapat menurunkan biosintesis kolesterol endogen, serta lovastatin mampu menginduksi ekspresi gen sitokrom P450 4F2 (CYP4F2) pada manusia. Menurut Murray et al. (2000), sitokrom P450 merupakan faktor penting yang mengaktifkan enzim 7α-hidroksilase. Enzim tersebut berperan sebagai enzim kunci dalam katabolisme kolesterol dihati menjadi asam empedu, sehingga lovastatin akan mempercepat pengeluaran kolesterol dari tubuh dan menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Lovastatin pertama kali diisolasi dari Penicilium citrinum ML-236B berupa senyawa 6-dimetillovastatin. Lovastatin juga dapat diisolasi dari berbagai cendawan genus Pleurotus seperti P. sapidus, P. erynggi, P. cornucopial dan P. ostreatus (Saimee 2003). Merck (2005) menyebutkan Lovastatin dapat diisolasi dari Aspergillus terreus. Lovastatin tersedia sebagai tablet 10 mg, 20 mg, dan 40 mg untuk dikonsumsi secara oral. Dosis aman lovastatin untuk orang dewasa dengan bobot 70 Kg adalah 1080 mg/hari namun tidak melebihi dosis 20 mg/hari, bagi orang yang sedang menerima terapi imunosupresif (Hitner & Nagle 1999). Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan dosis 20 mg/hari/70 KgBB yang sebanding dengan 0.2857 mg/KgBB.
Gambar 5 Lovastatin.
Pemanfaatan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Mahoni terbagi menjadi tiga spesies, yaitu Swietenia macrophylla King., Swietenia mahagony Jacq., dan Swietenia humilis Zucc. Ketiga spesies tersebut memilki ciri-ciri yang mirip satu sama lain, tetapi berbeda ukuran serta warna daun dan bijinya (Mayhew & Newton 1998). Penelitian ini memanfaatkan limbah kulit kayu mahoni spesies S. macrophylla King. Mahoni berdaun lebar (Gambar 6), merupakan istilah yang dikenal sebagai S. macrophylla King. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan kayu tropis yang dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 40-60 m dan merupakan tumbuhan asli dari wilayah tropis Amerika, termasuk Meksiko bagian selatan, Amerika Tengah, dan Bolivia (Tan et al. 2009). Tumbuhan ini tumbuh pada zona lembah, menyebar luas secara alami dan tumbuh pada daerah dengan ketinggian berkisar antara 100-1200 m di atas permukaan laut. Selain itu, mahoni juga memiliki kulit berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, selanjutnya berubah menjadi warna coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar antara 35-50 cm, tersusun bergantian, halus berpasangan 4-6 daun, lebarnya berkisar 9-18 cm. Bunganya kecil berwarna putih, panjangnya 10-20 cm, serta malainya bercabang (Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan 2000).
Gambar 6 Pohon mahoni (S. Macrophylla King.).
116
Penelitian mengenai kandungan senyawa fitokimia yang terdapat pada mahoni dilakukan terkait potensinya sebagai tanaman obat. Biji mahoni dilaporkan mengandung senyawa antiinflamasi, antimutagen, dan antitumor seperti swietenin swietenolida, swietemahonin, kayasin, dan andirobin (Maiti et al. 2007). Falah et al. (2008), melaporkan kulit kayu mahoni mengandung senyawa katekin, epikatekin, dan swietemakrofilanin yang memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian lain melaporkan kulit kayu mahoni mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan saponin yang bersifat toksik terhadap A. salina Leach. dengan nilai LC50 466.659 µg/ml (Suhesti et al. 2007). Komponen fitokimia pada kulit kayu mahoni yang utama adalah tanin. Menurut Heldt (2005), tanin merupakan senyawa fenol yang banyak terdapat pada kulit kayu tumbuhan berkayu. Senyawa flavonoid yaitu asam tanat dan rutin efektif mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah masing-masing 20.63% dan 35.24% terhadap tikus putih yang diinduksi hiperkolesterolemia selama 6 minggu (Park et al. 2002). Dalimartha (2005) menyatakan bahwa kandungan tanin dalam tumbuhan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Epikatekin menurunkan penyerapan kolesterol dengan mekanisme meningkatnya sterol yang dikeluarkan dari feses. Menurut Park et al. (2002) dan Dalimartha (2005) adanya saponin dari turunan glikosida dapat menurunkan kolesterol dengan mekanisme penghambatan penyerapan kolesterol di dalam saluran pencernaan. Chang et al. (2001) melaporkan dua senyawa turunan tanin yaitu proantrosianidin A-2 dan 1, 2, 3, 6-tetra- Ogalolil-β-D-glukosa efektif sebagai penghambat enzim HMG-KoA reduktase. Kemampuan ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah terjadinya hiperkolesterolemia mengacu pada pembuktian empiris biji mahoni yang biasa digunakan masyarakat. Secara tradisional, serbuk biji mahoni dikonsumsi seperti teh sebanyak 2 gram (setengah sendok teh) untuk satu kali seduhan dan dosis yang digunakan masyarakat adalah 5 gram (2-3 kali seduhan per hari) (Wijayakusuma & Dalimartha 2005) Dosis ekstrak yang akan diuji dalam penelitian mengacu pada dosis yang ekuivalen dengan dosis pemakaian tradisional oleh masyarakat yaitu 5 gram per hari. Bila diasumsikan rataan bobot badan sebesar 70 kg dan perolehan kembali senyawa hasil
ekstraksi rebusan air sebesar 6%, maka dosis tersebut setara dengan 4.2 mg/KgBB per hari. Darusman et al. (2008) dalam laporan penelitiannya melakukan penentuan dosis pencekokan oral ekstrak jati belanda terstandar pada tikus sebesar 1/10 kali, 1 kali, dan 5 kali dari dosis yang yang dianjurkan sebagai desain penelitian pengujian toksisitas subkronik. Mengacu pada desain penelitian tersebut, dalam penelitian ini digunakan dosis 5 kali dari dosis empiris yang dianjurkan yaitu sebesar 21 mg/KgBB per hari.
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Tikus putih jantan galur SpragueDawley yang diperoleh dari Badan POM yang berumur 2 bulan dengan bobot badan 100-150 gram. Bahan yang dipakai adalah ekstrak kulit kayu mahoni, pakan tikus standar dengan komposisi protein 18%, lemak 4-6%, dan abu 7-9%. Pakan kolesterol dengan komposisi pakan standar, kuning telur, minyak curah, dan lemak kambing dengan kandungan total kolesterol 1.5%. Bahan lain yang digunakan adalah standar kolesterol, akuades, kloroform, H2SO4 pekat, asam asetat anhidrida, PTU, lovastatin, kit enzim kolesterol (Randox), serta alkohol 70%. Peralatan yang digunakan adalah oven, mikropipet, neraca analitik, microfuge Beckman, sentrifus klinis, vorteks, spektrofotometer, sonde oral, alat suntik plastik, kandang tikus, alat-alat gelas, hot plate dan peralatan ekstraksi. Metode Penelitian Ekstraksi Serbuk kulit kayu mahoni (40-80 mesh) ditimbang sebanyak 450 gram dan ditambahkan akuades sebanyak 2600 mL. Campuran diaduk kemudian dipanaskan pada suhu 1000C selama 4 jam. Setelah itu, campuran disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap vakum putar pada suhu 600C hingga diperoleh ekstrak kasar kering. Rendemen atau hasil perolehan kembali senyawa hasil ekstraksi rebusan air sebesar 6.64%. Ekstrak kulit kayu mahoni yang digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh Mardisadora (2010). Hasil ekstrak kulit kayu mahoni kemudian dilarutkan dalam akuades dan dibuat larutan stok dengan konsentrasi 8.4 % g/ml (% b/v) yang selanjutnya digunakan sebagai dosis cekok.
12 7
Pemeliharaan Hewan dan Rancangan Percobaan Sebanyak 35 ekor tikus diperlakukan pada kandang terpisah dengan satu kandang untuk tiap ekor tikus. Kandang terbuat dari plastik berisi sekam kayu, yang dilengkapi dengan wadah pakan dan minum. Kandang berada dalam ruang tertutup dengan ventilasi dan penerangan yang cukup. Lampu dinyalakan pada siang hari dan dimatikan pada malam hari agar tidak merubah siklus hidup hewan coba. Tikus diadaptasikan selama 10 minggu untuk menyeragamkan cara hidup dan makannya. Selama masa adaptasi, tikus diberi makan dan minum secara ad-libitum dan bobot badan ditimbang satu kali dalam satu minggu. Memasuki masa percobaan tikus kemudian dibagi menjadi lima kelompok secara acak (rancangan acak lengkap, RAL) Jumlah tikus tiap kelompok adalah tujuh ekor. Kelompok I adalah kelompok normal (N), kelompok II adalah kelompok kontrol hiperkolesterolemia (HK). kelompok III adalah kelompok lovastatin (Lovas), kelompok IV adalah kelompok Ekstrak I (E1) dan kelompok V adalah kelompok ekstrak 2 (E2). Selama percobaan, kelompok N diberi pakan standar sebanyak 20 gram/ekor/hari dan dicekok akuades. Selain itu, kelompok HK, Lovas, E1 dan E2 selama percobaan diberi pakan kolesterol 1.5% sebanyak 20 gram/ekor/hari dan dicekok PTU 0.5 mg/KgBB. Tikus pada kelompok Lovas selain diberi pakan kolesterol dan PTU juga dicekok lovastatin (0.2857 mg/KgBB), sedangkan tikus pada kelompok E1 dan E2 selain diberi pakan kolesterol dan PTU juga dicekok ekstrak air kulit mahoni dengan dosis 4.2 mg/KgBB untuk kelompok E1 dan dosis 21 mg/KgBB untuk kelompok E2. Masa percobaan berlangsung selama 8 minggu. Induksi hiperkolesterolemia (pemberian pakan kolesterol dan PTU) pada kelompok HK, Lovas, E1, dan E2 dilakukan setiap hari selama masa percobaan. Ekstrak dicekokkan pada kelompok E1 dan E2 setiap hari selama masa percobaan untuk menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni dalam mencegah terjadinya hiperkolesterolemia. Selain itu, sebagai pembanding, lovastatin juga dicekokkan pada kelompok Lovas setiap hari selama masa percobaan sebagai kontrol positif obat pencegah hiperkolesterolemia. Selama masa percobaan, jumlah pakan yang dikonsumsi oleh tikus ditimbang setiap
hari, sedangkan minum diberikan secara adlibitum dan bobot badan ditimbang satu kali satu minggu. Pengambilan darah dilakukan pada minggu ke-0, 2, 4, 6, dan 8 masa percobaan. Penyiapan Pakan Kolesterol (Momuat et al. 2001) Pakan kolesterol dibuat dengan komposisi kolesterol 1.5% dari kuning telur, lemak kambing 5%, minyak goreng curah 6%, dan pakan standar sampai 100%. Kolesterol pada pakan kolesterol diperoleh dari tepung kuning telur ayam negeri. Tepung kolesterol dibuat dari kuning telur yang dikeringkan dengan menggunakan metode Momuat et al. (2001) yang dimodifikasi. Telur ayam direbus selama 30 menit atau sampai matang, kemudian kuning telur dipisahkan dari putih telurnya. Kuning telur yang sudah matang dihaluskan dalam loyang dan dikeringkan selama 24 jam pada suhu 65oC. Kuning telur yang sudah dikeringkan kemudian dihaluskan dengan blender. Tepung kuning telur kemudian diukur konsentrasi kolesterolnya dengan metode Liebermann-Buchard. Selanjutnya tepung kuning telur diaduk sampai tercampur rata dengan bahan yang lain (lemak kambing dan minyak curah). Setelah itu dijadikan bentuk pelet seperti bentuk pakan standar menggunakan mesin pencetak pelet. Total telur yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 90 Kg yang menghasilkan 10.975 Kg tepung kuning telur (Lampiran 3). Analisis Konsentrasi Kolesterol Kuning Telur Metode Liebermann-Buchard (Cook 1958) Kolesterol tepung kuning telur yang digunakan diukur konsentrasinya dengan menggunakan metode Liebermann-Buchard. Tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran alkohol : eter (3:1). Kemudian dimasukkan ± 0.02 g tepung kuning telur, diaduk sampai semuanya bercampur dengan alkohol dan eter. Tabung kemudian ditutup rapat dan didiamkan selama lima belas menit. Selanjutnya tabung disentrifugasi pada 5000 rpm dengan jari-jari rotor 18 cm selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh dipindahkan kedalam gelas piala ukuran 50 mL lalu diuapkan pada hot plate sampai supernatan kering. Residu yang tersisa dibubuhi kloroform 2-2.5 mL dan dikocok agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Gelas piala dibilas lagi
138
dengan 2-2.5 mL kloroform, kemudian ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 mL dengan kloroform. Standar kolesterol dibuat dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250 µg/ml sebanyak masing-masing 5 mL. Blanko dibuat dengan memasukkan 5 mL kloroform ke dalam tabung sentrifus. Masing-masing tabung kemudian ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrida dan 0.1 mL asam sulfat pekat, lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan diruang gelap selama 15 menit sampai terbentuk warna hijau kebiruan dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi kolesterol kuning telur dengan metode LiebermanBuchard yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 41.62 mg/g tepung kuning telur (Lampiran 3). Pengambilan Darah dan Pengukuran Konsentrasi Kolesterol Darah Total (Richmond 1973) Sebelum diambil darahnya, tikus dipuasakan ± 16 jam. Darah diambil dengan menyayat ujung ekor tikus. Sebelumnya, ekor tikus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% Darah kemudian ditampung dalam tabung Eppendorf sebanyak ± 1 mL per tikus. Darah diinkubasi dalam suhu ruangan selama 30 menit diikuti dengan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dengan jari-jari rotor 12 cm selama 10 menit. Serum digunakan untuk penentuan konsentrasi kolesterol total. Konsentrasi kolesterol total darah diukur dengan metode enzimatik cholesterol oxidase phenol amino phenazone (CHODPAP) menggunakan kit diagnostik komersial (Randox). Prinsip pengukuran kolesterol dengan metode ini melibatkan enzim yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi kolesterol dan reaksi berikutnya menghasilkan perubahan warna yang dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Indikator warna kolorimetri quinoneimin terbentuk dari reaksi antara hidrogen peroksida dan fenol yang dikatalisis oleh enzim peroksidase. Sebanyak 10 µL serum darah dicampur dengan 1 mL kit pereaksi. Larutan dikocok dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang sampai terbentuk warna merah muda. Standar dibuat dengan cara yang sama, dengan konsentrasi standar kolesterol 25, 50, 100, 200, dan 250 mg/dL. Blanko dibuat dari 1 mL kit pereaksi tanpa penambahan apapun. Absorban diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
500 nm. Persamaan kurva standar rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini pada adalah y=0.0836x – 0.06 dengan R2 sebesar 0.98 (Lampiran 10). Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya 2000) Rancangan acak lengkap digunakan pada rancangan penelitian ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05 Model rancangan tersebut menurut Mattjik & Sumertajaya (2000) adalah: Yij = µ+ τi + εij Keterangan : Yij = Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Pengaruh rataan umum τi = Pengaruh rataan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5 εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5, 6,7 Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan pada selang kepercayaan 90%, taraf α =0.1. Semua data dianalisis dengan program SPSS 11.5 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Konsumsi Pakan Kondisi hewan coba yang sehat merupakan faktor penting dalam penelitian dan merupakan syarat untuk memenuhi asumsi percobaan. Bobot badan dan konsumsi pakan merupakan parameter yang mudah diukur dan diamati untuk memantau kondisi kesehatan hewan coba selama percobaan berlangsung. Lu (1991) menyatakan kenaikan bobot badan dan kecenderungan kenaikan konsumsi pakan hewan coba menunjukkan hewan coba dalam kondisi sehat. Masa Adaptasi Selama masa adaptasi semua tikus mengalami kenaikan bobot badan. Bobot badan rata-rata tikus pada awal adaptasi sebesar 106.74 ± 7.05 gram, sedangkan pada akhir adaptasi diperoleh bobot badan rata-rata tikus sebesar 348.54 ± 28.61 gram (Gambar 7). Persentase kenaikan bobot badan sebesar 228.30 % ini berbeda secara statistik (p<0.05). Kenaikan bobot badan yang terjadi pada masa adaptasi berkaitan dengan konsumsi pakan standar rata-rata yang cenderung meningkat, walaupun peningkatannya tidak stabil. Selain itu, diduga usia tikus yang masih muda menyebabkan cepatnya pertumbuhan atau kenaikan bobot badan tikus. Kenaikan bobot badan dan
149
Bobot Badan (gram)
kecenderungan peningkatan konsumsi pakan yang terjadi pada setiap individu tikus, menurut Lu (1991) menunjukkan tikus dalam keadaan sehat, kalorinya tercukupi, tidak ada gangguan pertumbuhan serta tidak adanya zat toksikan dalam pakan. Kondisi tikus yang sehat ini menjadi penting karena dapat memperkecil galat percobaan ketika memasuki masa percobaan. 400 300
N
200
HK
100
Lovas E1
0 -10 -8
-6
-4
-2
0
E2
Minggu ke-
Gambar 7 Bobot badan tikus pada masa adaptasi. Masa Percobaan Bobot badan hewan pada awal percobaan (minggu ke-0) rata-rata 348.54±28.61 gram. Analisis terhadap bobot tubuh hewan tiap kelompok, menghasilkan rerata bobot tubuh tiap kelompok berkisar antara 338.71-358.37 gram. Rerata bobot badan tikus diakhir masa percobaan (minggu ke-8) sebesar 413.19 ± 26.05 gram (Gambar 8). Kenaikan bobot badan tikus selama masa percobaan pada masing-masing kelompok masih terus meningkat secara signifikan (p<0.05). Walaupun demikian perbedaan bobot badan antarkelompok tidak berbeda (p= 0.079), sehingga pengaruh bobot badan terhadap konsentrasi kolesterol darah dapat diabaikan. Pengaruh bobot badan terhadap konsentrasi kolesterol darah disebabkan oleh tiga mekanisme. Pertama, menurut Kesaniemi (1983) peningkatan bobot badan akan menyebabkan hati meningkatkan produksi lipoprotein yang mengandung apo-B (apoprotein-B) yang kemudian meningkatkan konsentrasi VLDL yang berakhir sebagai LDL. Kedua menurut Grundy (1991) dan Murray et al. (2000), peningkatan jumlah sel berarti akan meningkatkan sintesis kolesterol endogen secara keseluruhan, karena setiap sel memiliki kemampuan dalam mensintesis kolestrol yang pada akhirnya akan menekan sintesis reseptor LDL. Ketiga, menurut Getz & Reardon (2007), peningkatan bobot badan berkaitan erat dengan banyaknya pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa yang selanjutnya meningkatkan produksi VLDL.
Selama masa percobaan, konsumsi pakan empat kelompok hiperkolesterolemia yang diberi pakan kolesterol (HK, Lovas, E1, dan E2) lebih rendah (11.39 gram) dibandingkan kelompok N (17.86 gram). Secara statistik perbedaan konsumsi pakan antara kelompok N dan empat kelompok hiperkolesterolemia signifikan (p<0.05), sedangkan jumlah konsumsi pakan empat kelompok hiperkolesterolemia tidak signifikan (p>0.05). Jumlah pakan kolesterol yang dikonsumsi tikus pada keempat kelompok hiperkolesterolemia lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Rahayu (2007) yang melaporkan konsumsi pakan rata-rata kelompok yang diberi pakan kolesterol sebesar 14 gram selama 14 minggu masa percobaan. Walaupun demikian rata-rata pakan yang dikonsumsi oleh semua tikus pada masing-masing kelompok konsisten dengan yang dilaporkan oleh Malole & Pramono (1989) yaitu berkisar antara 10-20 gram/ekor/hari. Terdapat hal menarik yang terjadi pada empat kelompok hiperkolesterolemia pada penelitian ini. Tikus pada keempat kelompok Hiperkolesterolemia mengkonsumsi pakan yang lebih rendah daripada kelompok N (Gambar 9), Namun bobot badan tikus pada semua kelompok hiperkolesterolemia lebih tinggi dibandingkan kelompok N walaupun tidak signifikan (Gambar 8). Hal ini menunjukkan adanya kecukupan kalori pada semua kelompok hiperkolesterolemia walaupun konsumsinya pakannya rendah. Kecukupan kalori yang dimaksud terlihat dari bobot badannya yang senantiasa naik pada setiap minggu masa percobaan. Tepung kuning telur, lemak kambing, dan minyak goreng curah yang digunakan dalam penelitian sebagai komposisi pakan kolesterol banyak mengandung asam lemak jenuh. Menurut Murray et al. (2000) asam lemak jenuh merupakan prekursor trigliserida yang akan disimpan dalam jaringan adiposa sehingga bobot badan tikus menjadi besar. Selain itu, menurut Getz & Reardon (2007) pakan yang mengandung banyak lemak berpengaruh terhadap kenaikan bobot badan. Darusman et al. (2008) melaporkan tingginya lemak dalam pakan merupakan faktor penghambat terhadap rangsangan nafsu makan dengan cara menghambat intermeal interval. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diduga tingginya lemak dalam komposisi pakan kolesterol menyebabkan rendahnya konsumsi pakan keempat kelompok hiperkolesterolemia selama masa percobaan.
Bobot Badan (gram)
15 10
500 400 N
300
HK
200
Lovas
100
E1
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
E2
Minggu Ke-
Gambar 8 Bobot badan masa percobaan.
Konsumsi Pakan (gram)
Rataan konsumsi pakan keempat kelompok hiperkolesterolemia sebesar 11.39 gram dari rancangan 20 gram per ekor/hari (hampir setengahnya dari rancangan). Konsumsi pakan kolesterol yang rendah otomatis menyebabkan asupan kolesterol 1.5% yang direncanakan juga hanya setengahnya atau sebanding dengan 0.86% asupan kolesterol. Rendahnya konsumsi pakan kolesterol (asupan kolesterol) ini kemudian menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya terjadi kenaikan kolesterol total darah selama percobaan. Menurut Santillo et al. (1999) dan Getz & Reardon (2007), tingginya konsumsi pakan terutama pakan tinggi kolesterol akan menaikkan konsentrasi kolesterol total darah. 20 N
15
HK
10
lovas 5
E1
0
E2 1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu Ke-
Gambar 9 Konsumsi pakan tikus pada masa percobaan. Konsentrasi Kolesterol Total Darah Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara in vivo adanya khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah hiperkolesterolemia pada tikus putih. Khasiat ekstrak kulit kayu mahoni terhadap hiperkolesterolemia ini dapat dilihat dari profil kolesterol darah selama percobaan. Konsentrasi rata-rata kolesterol total darah tikus pada minggu ke-0 untuk semua tikus berkisar antara 42.6 mg/dL hingga 89.7 mg/dL dengan rataan populasi 35 ekor tikus
sebesar 65.06±9.49 mg/dL. Kondisi konsentrasi kolesterol darah pada tiap kelompok di awal percobaan ini tidak berbeda (p=0.711). Konsentrasi rata-rata konsentrasi kolesterol sebelum percobaan pada penelitian tidak jauh berbeda dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Herpandi (2005) sebesar 62.65 mg/dL pada populasi 30 ekor tikus dengan galur yang sama. Namun lebih kecil dibandingkan penelitian yang dilakukan Nurwahyunani (2006) pada tikus Wistar sebesar 69.26 mg/dL. Walaupun demikian semuanya sesuai dengan yang dilaporkan Malole & Pramono (1989) bahwa konsentrasi kolesterol darah tikus normal berkisar antara 40-130 mg/dL. Konsentrasi Kolesterol Darah Total Kelompok Normal Rataan konsentrasi kolesterol darah kelompok normal pada awal percobaan sebesar 63.77±6.76 mg/dL (Gambar 10), sedangkan pada minggu ke-6 dan ke-8 (akhir percobaan) sebesar 74.64±12.27 mg/dL dan 76.49±8.23 mg/dL (cenderung stabil dan homogen). Setelah diuji, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan dapat dikatakan konsentrasi kolesterol darah selama percobaan cenderung stabil. Konsentrasi kolesterol darah kelompok N diakhir percobaan lebih besar jika dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Rahayu (2007) dan Santillo et al. (1999). Rahayu (2007) melaporkan tikus kelompok N dengan galur yang sama (Sprague-Dawley) selama 14 minggu masa percobaan rataan konsentrasi kolesterol darahnya sebesar 71.7±13.10 mg/dL. Selain itu, konsentrasi kolesterol darah yang dilaporkan Santillo et al. (1999) tikus galur berbeda (Wistar) dengan waktu percobaan yang sama (2 bulan) sebesar 63±8 mg/dL. Namun tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan hasil penelitian Tebib et al. (1994) dengan galur tikus dan waktu percobaan yang sama sebesar 77.52 mg/dL. Walaupun demikian, rataan semua konsentrasi kolesterol sesuai dengan Malole & Pramono (1989). Konsentrasi Kolesterol Total Darah Kelompok Kontrol Hiperkolesterolemia (HK) Rataan konsentrasi kolesterol darah kelompok HK pada awal percobaan sebesar 63.26 ±7.33 mg/dL (Gambar 10), sedangkan pada akhir percobaan sebesar 95.34±15.24 mg/dL. Persentase kenaikan konsentrasi kolesterol tersebut sebesar 52.57% dan
16 11
konsentrasi kolesterol (mg/dl)
signifikan secara statistik (p=0.003) (Gambar 11). Jika dibandingkan dengan kelompok N kenaikan konsentrasi kolesterol pada kelompok HK juga signifikan (p<0.05). Artinya ada pengaruh pakan kolesterol dan PTU yang diberikan pada kelompok HK selama percobaan. Persentase kenaikan kolesterol tersebut lebih rendah dibandingkan yang dilaporkan Rahayu (2007) sebesar 65.68% selama 14 minggu pada tikus jantan galur yang sama, komposisi pakan kolesterol 1.05%, dan dosis PTU yang sama. Diduga lamanya waktu induksi hiperkolesterolemia dan tingginya komposisi kolesterol pada pakan kolesterol mempengaruhi besarnya kenaikan konsentrasi kolesterol darah. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Giri (2007) yang hanya menaikkan kolesterol darah sebesar 44.48% selama 13 minggu pada tikus jantan galur yang sama, komposisi pakan 1.5% kolesterol, dan dosis PTU yang sama. Diduga tikus dengan usia 8 bulan yang digunakan oleh Giri (2007) relatif terlalu tua sehingga sudah terjadi gangguan metabolisme kolesterol. Santillo et al. (1999) menyatakan bahwa kondisi hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh pemberian pakan kolesterol atau PTU. Tikus galur Wistar selama 2 bulan diberi pakan kolesterol 1.5 % mampu menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 225% sedangkan induksi hiperkolesterolemia dengan PTU 0.1% (b/v) menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 34.92%. Berdasarkan penelitian tersebut, pemberian pakan kolesterol berperan lebih besar dalam mencapai kondisi hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan laporan Nofendri (2004) dengan capaian kenaikan kolesterol 181.40 % dengan komposisi pakan kolesterol 12.5 %, galur tikus yang sama, selama 7 hari tanpa pemberian PTU. 120 100 80
N
60
HK
40
Lovas
20
E1
0
E2
0
2
4
6
8
Minggu ke-
Gambar 10 Konsentrasi kolesterol masa percobaan.
Konsentrasi Kolesterol Total Darah Kelompok Lovastatin (Lovas) Lovastatin merupakan obat komersial yang umum digunakan untuk menurunkan atau mencegah kenaikan kolesterol darah. Lovastatin dalam penelitian ini digunakan sebagai kontrol positif obat pencegah hiperkolesterolemia yang dibandingkan dengan ekstrak air kulit kayu mahoni. Tikus kelompok Lovas pada awal percobaan memilki rata-rata konsentrasi kolesterol darah sebesar 69.83±15.21 mg/dL dan di akhir percobaan sebesar 90.67±9.56 mg/dL. Kenaikan konsentrasi kolesterol darah sebesar 34.81% ini signifikan (p<0.005). Kenaikan konsentrasi kolesterol darah kelompok Lovas lebih rendah dibandingkan kelompok HK namun tidak signifikan. Walaupun tidak signifikan, terlihat adanya kecenderungan lovastatin untuk mencegah kenaikan kolesterol darah. Mekanisme kerja lovastatin yang dipahami dengan baik sampai saat ini adalah bahwa lovastatin berfungsi sebagai inhibitor kompetitif enzim kunci dalam sintesis kolesterol endogen, yaitu enzim HMG-KoA reduktase yang mengkatalisis HMG KoA menjadi mevalonat (Gianturco et. al 1993). Namun Lehninger et al. (2005) menyatakan kolesterol eksogen tidak akan terpengaruh oleh mekanisme tersebut. Artinya konsentrasi kolesterol plasma darah tetap akan naik karena disebabkan asupan pakan kolesterol yang pada penelitian tetap diberikan dari awal sampai akhir percobaan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2007) dan Darusman et al. (2008). Berdasarkan laporan penelitian Gianturco et al. (1993) dan Darusman et al. (2008) serta Rahayu (2007) dapat diduga bahwa lovastatin tidak bekerja secara efektif ketika pakan tinggi kolesterol tetap diberikan seperti yang terjadi dalam penelitian ini. Namun, Hsu et al. (2007) menyatakan mekanisme lain dari lovastatin dalam mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah, yang memungkinkan adanya kecenderungan penurunan kolesterol darah walaupun tetap mengkonsumsi pakan tinggi kolesterol. Mekanisme regulasi kerja lovastatin yang lain dalam jangka panjang mampu mempengaruhi ekspresi gen sitokrom P450 sebagai salah satu faktor yang mengaktifkan enzim kolesterol 7αhidroksilase, yaitu enzim kunci dalam lintas katabolisme kolesterol menjadi asam empedu. Katabolisme kolesterol menjadi asam empedu akan menurunkan konsentrasi kolesterol
17 12
darah. Katzung (2002) menyatakan lovastatin dapat menginduksi sintesis reseptor LDL yang menurunkan jumlah LDL yang beredar di darah. Pernyataan ini diperkuat oleh Hsu et al. (2007) yang juga menyatakan adanya hambatan terhadap faktor trasnkripsi SREBP yang mengakibatkan penghambatan biosintesis kolesterol serta meningkatkan ekspresi gen yang membentuk reseptor LDL. Konsentrasi Kolesterol Total Darah Kelompok Esktrak (E1 dan E2) Profil konsentrasi kolesterol darah kelompok ekstrak menjadi parameter penting yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dalam menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah terjadinya hiperkolesterolemia pada tikus. Ekstrak kulit kayu mahoni yang digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh Mardisadora (2010). Tikus kelompok E1 di awal percobaan memiliki rataan konsentrasi kolesterol darah sebesar 64.03±11.61 mg/dL dan di akhir percobaan sebesar 102.59±13.54 mg/dL, hasil analisis perubahan konsentrasi kolesterol tersebut sebesar 65.24% dan signifikan (p=0.002). Hasil analisis menunjukkan kelompok E1 mengalami hiperkolesterolemia. Selain itu, dibandingkan kelompok HK, tidak ditemukan adanya kecenderungan dosis E1 (4.2 mg/KgBB) dalam mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah. Belum terbuktinya khasiat ekstrak kulit kayu mahoni pada kelompok E1 terhadap penghambatan kenaikan konsentrasi kolesterol darah diduga salah satunya disebabkan oleh dosis ekstrak yang terlalu kecil (4.2 mg/KgBB). Lestari & Muchtadi 1997, diacu dalam Rahayu (2007) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun jati belanda dengan dosis 1 g/KgBB/hari dapat menghambat peningkatan kolesterol darah tikus hiperkolesterolemia. Bagchi et al. (1999), diacu dalam Fki et al. (2005) melaporkan ekstrak kaya flavonoid dari biji anggur dengan dosis 50 dan 100 mg/KgBB dapat menurunkan konsentrasi kolesterol pada hamster hiperkolesterolemia masing-masing 25 dan 23%. Selain itu, pada penelitian Park et al. (2002) dosis asam tanat dan rutin yang digunakan dalam mencegah hiperkolesterolemia masing-masing 1 gram/kgBB. Rataan konsentrasi kolesterol total kelompok E2 yaitu kelompok yang dicekok oleh ekstrak mahoni dengan lima kali dosis tradisional pada awal dan akhir percobaan masing-masing sebesar 64.41±3 dan 86.23 ±
11.43 mg/dL. Hasil analisis peningkatan konsentrasi kolesterol sebesar 33.75 % ini signifikan. Berbeda dengan kelompok E1, tikus pada kelompok E2 memiliki konsentrasi kolesterol darah lebih rendah dibandingkan kelompok HK (p>0.5). Walaupun tidak signifikan, pada kelompok E2 terlihat adanya kecenderungan ekstrak kulit kayu mahoni dalam mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah (35.8%). Kemampuan ekstrak kulit kayu mahoni dalam mencegah kenaikkan konsentrasi kolesterol darah diduga karena adanya senyawa-senyawa fitokimia yang terkandung dalam ekstrak kulit kayu mahoni. Kulit kayu mahoni mengandung senyawa-senyawa fitokimia golongan fenol (flavonoid, tanin, katekin, epikatekin, dan swietemakrofilanin), terpenoid, alkaloid, dan saponin yang terkandung dalam ekstrak mahoni. Flavonoid dilaporkan mempunyai kontribusi untuk menurunkan resiko penyakit jantung koroner terkait dengan kemampuannya untuk menurunkan kolesterol dan trigliserida pada serum darah tikus (Monforte et al. 1995). Selain itu beberapa senyawa flavonoid (asam tanat dan rutin) mampu menghambat kenaikan kolesterol total darah masing-masing 35.23 % dan 20.63% terhadap tikus putih hiperkolestrolemia selama 6 minggu (Park et al. 2002). Tanin di dalam tubuh berkhasiat mengendapkan mukosa protein yang ada pada permukaan usus halus, sehingga dapat mengurangi efektifitas penyerapan kolesterol dan lemak (Dalimartha 2005; Suharmiyati & Maryani 2003). Tanin juga terbukti dapat menghambat sintesis kolesterol endogen. Chang et al. (2001) melaporkan dua senyawa turunan tanin yang diisolasi dari tanaman tradisional China terbukti dapat menghambat enzim HMG-KoA reduktase yaitu, proantrosianidin A-2 (prosianidin) dan 1,2,3,6-tetra-O-galolil-β-Dglukosa (galotanin) dengan daya hambat masing-masing 62.1% dan 52.5%. Selain mencegah penyerapan kolesterol, adanya tanin juga menyebabkan terjadinya penghambatan penyerapan lemak yang nantinya akan disimpan di jaringan adiposa hal ini juga terlihat dari bobot badan tikus kelompok E2 yang relatif paling rendah (376.73 ±4.58 gram) dibandingan kelompok lain yang diberi pakan kolesterol walaupun tidak signifikan. Chan (1999) melaporkan selain tanin katekin yang terdapat dalam ekstrak teh hijau juga dapat meningkatkan
18 13
hidrolisis trigliserida dalam tubuh menjadi asam lemak bebas untuk proses oksidasi. Hal ini dibuktikan dengan tingginya asam lemak bebas dalam karkas hamster yang ditelitinya. Menurut Kesaniemi (1983), bobot badan memiliki korelasi positif dengan konsentrasi kolesterol darah Selain itu adanya saponin dari turunan glikosida yang terkandung dalam ekstrak mahoni dapat menurunkan kolesterol. Penurunan ini disebabkan adanya mekanisme penghambatan penyerapan kolesterol di dalam saluran pencernaan dan menghambat penyakit kanker (Park et al. 2002); Dalimartha 2005). Keragaman profil konsentrasi kolesterol yang tinggi antarkelompok juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak signifikannya (p=0.116) profil konsentrasi kolesterol darah antarkelompok tikus (Lampiran 10). Oleh karena itu, penambahan jumlah ulangan (jumlah tikus) antarkelompok pada penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengatasi masalah ini, sehingga khasiat ekstrak air kulit kayu mahoni sebagai pencegah hiperkolesterolemia pada tikus putih dapat terbukti secara statistik.
Persentase perubahan kolesterol (%)
80
65,24a 52,57a
60 34,81a
33,75a
40
20
0 HK
Lovas
E1
E2
Kelompok
Gambar 11 Perubahan konsentrasi kolesterol darah. Hubungan Lama Waktu Induksi Hiperkolesterolemia dengan Kenaikan Konsentrasi Kolesterol Darah Profil konsentrasi kolesterol darah tikus selama delapan minggu masa percobaan ditunjukkan oleh Gambar 10. Kenaikan kolesterol darah secara signifikan (p<0.05) untuk setiap kelompok (kecuali kelompok N) diperoleh pada minggu ke-4, 6, dan 8. Konsentrasi kolesterol tertinggi selama masa percobaan dicapai oleh kelompok E1 pada minggu ke-6 sebesar 108.71± 10.43 mg/dL sedangkan kelompok HK sebagai kelompok
kontrol hiperkolesterolemia selama masa percobaan mencapai konsentrasi kolesterol tertinggi pada minggu ke-8 sebesar 95.34 ±15.24 mg/dL. Terdapat hal menarik dalam penelitian ini pada minggu ke-2 masa percobaan, yaitu profil kolesterol darah pada empat kelompok hiperkolesterolmia belum mengalami kenaikan, walaupun selama waktu 2 minggu keempat kelompok tersebut sudah diberi pakan kolesterol dan dicekok PTU. Namun hal ini diterangkan oleh Murray et al. (2000), yaitu kolesterol makanan membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengimbangi kolesterol di dalam plasma dan beberapa minggu untuk mengimbangi kolesterol di dalam jaringan. Oleh karena itu, diduga dalam waktu dua minggu pakan kolesterol belum mampu untuk meningkatkan kolesterol darah (plasma). Walaupun demikian, hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilaporkan Nofendri (2004) yaitu pemberian pakan kolesterol 12,5% selama 7 hari dapat menaikkan konsentrasi kolesterol darah sebesar 181,40%. Diduga tingginya pakan kolesterol yang diberikan dapat menyebabkan cepat terjadinya kondisi hiperkolesterolemia dalam waktu yang relatif singkat. Faktor lain yang menyebabkan belum terjadi kenaikan konsentrasi kolesterol darah pada minggu ke-2 adalah dugaan belum berfungsinya PTU sebagai pemicu hiperkolesterolemia secara endogen. Menurut Murray et al. (2000), tikus, anjing, dan kucing merupakan hewan yang resisten terhadap induksi makanan yang mengandung kolesterol, oleh karena itu tiroidektomi atau penambahan preparat tiourasil (dalam penelitian ini digunakan PTU) akan memicu meningkatnya konsentrasi kolesterol darah. Propil tiourasil (PTU) yang dicekokkan pada kelompok hiperkolesterolemia berfungsi sebagai zat antitiroid yang berfungsi merusak kelenjar tiroid. Kerusakan kelenjar tiroid ini menimbulkan kondisi hipotiroid berupa penurunan sintesis dan ekspresi reseptor LDL dihati, sehingga LDL banyak beredar di plasma dan menjadi penyebab hiperkolesterolemia (Santillo et al. 1999; Salter et al. 1996). Belum berfungsinya PTU pada dua minggu pertama ini diduga dosis PTU 0.5 mg/KgBB belum mampu untuk merusak kelenjar tiroid. Profil konsentrasi kolesterol darah keempat kelompok hiperkolesterolemia pada minggu ke-4, 6, dan 8 mengalami kenaikan secara signifikan (p<0.05). Hal ini diduga pada minggu ke-4 sudah mulai terjadi
19 14
keseimbangan kolesterol plasma dan jaringan serta mulai menumpuknya kolesterol dihati. Menurut Grundy (1991), menumpuknya kolesterol dan lemak dihati akan mempercepat atau memicu produksi VLDL yang selanjutnya dimetabolisme menjadi IDL lalu LDL yang kaya kolesterol. Namun disisi lain terjadi hambatan balik yang menurunkan sintesis reseptor LDL di hati maupun di selsel (jaringan) tertentu yang mensintesis reseptor LDL. Selain itu, PTU yang diberikan pada keempat kelompok hiperkolesterolemia diduga sudah berfungsi atau sudah mampu merusak kelenjar tiroid. Faktor-faktor tersebut menyebabkan banyaknya kolesterol yang beredar di darah, sehingga konsentrasi kolesterol darah berada di atas normal yang menyebabkan terjadinya kondisi hiperkolesterolemia.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak air kulit kayu mahoni dengan dosis 21 mg/KgBB cenderung mencegah kenaikan konsentrasi kolesterol darah tikus sebesar 35,8% yang sebanding dengan lovastatin (33,78%) dengan dosis 0,2857 mg/KgBB. Namun, khasiat pencegahan hiperkolesterolemia ekstrak air kulit kayu mahoni tersebut belum terbukti secara statistik. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji khasiat ekstrak kulit kayu mahoni sebagai pencegah hiperkolesterolemia. Saran yang diajukan antara lain menurunkan jumlah lemak dalam komposisi pakan kolesterol, agar jumlah kolesterol yang dikonsumsi oleh hewan coba sesuai dengan rancangan. Selain itu, besarnya keragaman konsentrasi kolesterol darah dalam penelitian ini dapat diatasi dengan memperbesar jumlah ulangan (hewan coba) dalam setiap kelompoknya. Saran lain yang diajukan adalah meningkatkan dosis ekstrak kulit mahoni yang dicekokkan.
DAFTAR PUSTAKA Andrianto D. 2009. Induksi kolesterol pada kelinci untuk model penelitian hiperlipidemia dan aterosklerosis [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Awika JM, Rooney LW. 2004. Sorghum phytochemicals and their potential impact on human health. Phytochem 65: 11991221. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Bogor: B2TP. Chan PT et al. 1999. Jasmine green tea epicatechins are hypolipidemic in hamster (Mesocricetur auratus) fed a high fat diet. J Nutr 129: 1094-1101. Chang JJ et al. 2001. The in vitro inhibitory effect of tannin derivatives on 3-hydroxy3-methylglutaryl-coenzyme a reductase on vero cells. Pharmacol 62: 224-228. Cook RP. 1958. Cholesterol: Chemistry, Biochemistry, and Phatology. New York: Academic-Pr. Dalimartha S. 2005. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan kolesterol. Surabaya: Penebar Swadaya. Darusman LK, Iswantini D, Rahminiwati M, Sulistiyani, Gandasasmita Y. 2008. Fitofarmaka sebagai pencegah penyakit jantung koroner: khasiat penurun kolesterol darah dan antiaterosklerosis dari formula berbasis ekstrak daun jati belanda [laporan akhir penelitian RAPID]. Bogor: LPPM-IPB. Devery RAM et al. 1987. A comparative study of rate limiting enzyme of cholesterol synthesis, esterification, and catabolism in the rat and rabbit. Biochem Mol Biol 87: 547-550. Dhawan BN, Srimal LC. 1997. Laboratory Manual for Pharmalogical Evaluation of Natural Products. UNIDO. Falah S, Suzuki T, Katayama T. 2008. Chemical constituents from swietenia macrophylla bark and their antioxidant activity. J Biol Sci 11: 2007-2012. Fki I, Bouaziz M, Sahnoun Z, Sayad S. 2005. Hypocholesterolemic effect of phenolicrich extract of chemlali olive cultivar in rats fed a cholesterol-rich diet. J Bioorg Med Chem 13: 5362-5370.
15 20
Getz GS, Reardon CA. 2007. Nutrition and cardiovascular disease. Atheros Thromb 27: 2499-2509.
Lacy CF, Amstrong LL, Goldman MP, Lance LL. 2006. Drug Information Handbook. New York: AphA Lexi-Comp’s.
Gianturco SH, Bradley WA, Nozaki S, Vega GL, Grundy SM. 1993. Effect of lovastatin on the level, structure, and atherogenicity of VLDL in patients with moderate hypertriglyceridemia. Atheros Thromb 13: 472-481.
Lehninger AL, Nelson DL, Cox MM. 2005. Principles of Biochemistry. New York: Worth Publishers.
Giri LN. 2008. Potensi antioksidan daun salam: kajian in vivo pada tikus hiperkolesterolemia dan hiperglikemia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Grundy SM. 1991. Multifactorial ethiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart disease. Atheros Thromb 11:1619-1635. Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry Third Edition. California: Elsevier-Pr. Herliana E, Sitanggang M. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Kolesterol Tinggi. Jakarta: Agro Media. Herpandi. 2005. Aktivitas hipokolesterolemik pada tikus hiperkolesterolemia [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hitner H, Nagle B. 1999. Basic Pharmacology 4th Edition. Columbus: Mc Graw-Hill-Pr. Hsu MH, Savas O, Griffin KJ, Johnson EF. Regulation of human cytochrome P450 4F2 by sterol regulatory element-binding protein and lovastatin. J Biol Chem 282: 5225-5236. Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Ed Ke-8. Jakarta: Salemba Medika. Kesaniemi. 1983. Increased low density lipoprotein production associated with obesity. J Clin invest. 76: 586-595. Kwiterovich PO Jr. 2000. The metabolic pathway of high-density lipoprotein, lowdensity lipoprotein, and triglycerides. Am J Cardiol 86: 5-10.
Lu F. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko. Nugroho, penerjemah. Jakarta: UI-Pr. Terjemahan dari: Toxicology: Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment. Maiti A, Dewanjee S, Mandal SC. 2007. In vivo evaluation of antidiarrhoeal activity of the seed of Swietenia macrophylla King. (Meliaceae). J Pharmacol Res 6: 711-716. Mahfouz MM, Kummerow FA. 2000. Cholesterol-rich diet have different effect on lipid peroxidation, cholesterol oxide, and antioxidant enzyme in rat and rabbit. J Nutr Biochem 11: 293-302. Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: PAU IPB. Mardisadora O. 2010. Identifikasi dan potensi antioksidan ekstrak kulit batang mahoni. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Masuda J, Ross R. 1990. Atherogenesis during low level hypercholesterolemia in the nonhuman primate. Arterios 10: 164177. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan Jilid 1 Edisi ke-2 dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor: IPB-Pr. Mayhew JE, Newton AC. 1998. The Silviculture of Mahogany. New York: CABI Publishing. Merck. 2005. Tablets Mevacor (Lovastatin). USA: Merck. Momuat LI, Sulistiyani, Khomsan A, Sajuthi D. 2001. Minyak sawit mempercepat regresi aterosklerosis aorta pada kelinci hiperkolesterolemia [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
16 21
Monforte MT et al. 1995. Biological effect of hesperidina citrus flavonoid (note II): Hypolipidemic activity on experimental hypercholesterolemia in rat. J Pharmachol 9: 595-599. Muchtadi D, Palupi NS. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Murray KM, Daryl KG, Peter AM, Victor WR. 2000. Biokimia Harper. Andry Hartono, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Harper’s Biochemistry. Nofendri. 2004. Pengaruh pemberian beta glukan dari Saccharomyces cereviseae terhadap kadar LDL dan HDL darah tikus putih [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Nurwahyunani A. Efek ekstrak daun sambung nyawa terhadap kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL darah tikus diabetik akibat induksi streptozotocin [skripsi]. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Park SY et al. 2002. Effect of rutin and tannic acid supplements on cholesterol metabolism in rats. J Nutr 22: 283-295. Rahayu YS. 2007. Khasiat ekstrak ramuan daun jati belanda terhadap konsentrasi kolesterol hati tikus yang hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, institut Pertanuan Bogor. Richmond W. 1973. Preparation and properties of a cholesterol oxidase from Nocardia sp. and its application to the enzymatic assay of total cholesterol in serum. Clin Chem. 19: 1950-1956. Saimee SM. 2003. Screening of lovastatin production by filamentous fungi. J Biomed 7: 29-33. Salahat MA, Farah HS, Al Degs Y. 2002. Importance of HDL cholesterol as predictor of coronary heart disease in jordan population: the role of HDLsubfraction in reverse cholesterol
transport. Pakistan J of Biol Sci 5: 11891191. Salter AM, David AW. 1996. Effect of dietary fat on cholesterol metabolism: regulation of plasma LDL concentrations. J Nutr 9: 241-257. Santillo M et al. 1999. Dietary and hypothyroid hypercholesterolemia induces hepatic apolipoprotein E expression in the rat: direct role cholesterol. Fed of Eur Biochem Soc 463: 83-86. Suharmiati, Maryani H. 2003. Khasiat dan Manfaat jati Belanda si Pelangsing tubuh dan Peluruh Kolesterol. Depok : Agromedia Pustaka. Suhesti TS, Dhadhang WK, Nuryanti. 2007. Penjaringan senyawa antikanker pada kulit batang kayu mahoni (Swietenia mahogani Jacg) dan uji aktivitasnya terhadap larva udang Arthemia salina Leach. J ilmiah Keperawatan 3: 155-162. Tan SK, Osman H, Wong KC, Boey PM. 2009. New Phragmalin-type limonoids from Swietenia macrophylla King. Food Chem 115: 1279-1285. Tebib K, Besancon P, Rouanet JM. 1994. Dietary grape seed tannins affect lipoproteins, lipoprotein lipases and tissue lipids in rats fed hypercholesterolemic diets. Food Chem 49: 403–405. Tsujii S, Kuzuya H. 2004. The significance of lifestyle as a risk factor for the metabolic syndrome. Nippon Rinsho 62: 1042-1052. West KL, Fernandez ML. 2004. Guinea pigs as model to study the hypocholesterol effect of drugs. J Cardio Drugs Rev 22: 55-70. Wijayakusuma H, Dalimartha S. 2005. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. World Health Organization. 2008. The Atlas of Heart Disease and Stroke. Geneva: WHO. World Health Organization. 2007. World Health Statistics. Geneva: WHO.
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan pakan kolesterol Adaptasi hewan coba N=35 Pembuatan ekstrak dan dosis cekok
Pengelompokan hewan coba
Normal N=7
HK N=7
Lovas N=7
E1 N=7
Pengambilan darah (minggu ke-0, 2, 4, 6, dan 8)
Pengukuran dan analisis kolesterol darah
Analisis data statistik
E2 N=7
19
Lampiran 2 Ekstraksi serbuk kulit kayu mahoni Serbuk kulit batang mahoni Ekstraksi dengan air
Residu
Filtrat Penguapan pelarut dengan penguap vakum putar Ekstrak air kulit kayu mahoni
Lampiran 3 Komposisi pakan kolesterol 90 kg telur 10,975 Kg tepung kuning telur Diketahui kolesterol kuning telur hasil uji Lieberman-Buchard 41,62 mg/g = 0,04162 gram, maka dalam 30 Kg persentase kuning telur 1,5% kolesterol. Kolesterol yang dibutuhkan : 1,5 g 100 g x 30.000 g pakan = 450 g Tepung kuning telur dibutuhkan : 450 g x 1 Kg kuning telur = 10,81 Kg 0,04162 g Komposisi pakan kolesterol : Tepung kuning telur = 10,81 Kg Lemak kambing = 1,5 Kg Minyak Curah = 1,8 Kg Pakan Standar = 15,89 Kg Total 30 Kg +
20
Lampiran 4 Penentuan kolesterol metode CHOD-PAP Komposisi Konsentrasi 4-Aminoantipirin 0,3 mmol/L Fenol 6mmol/L Peroksidase ≥ 0,5 U/mL Kolesterol esterase ≥ 0,15U/mL Kolesterol oksidase ≥ 0,1U/mL Buffer pipes 80 mmol/L pH= 6,8 Standar 200 mg/dL Konsentrasi kolesterol dapat diukur dengan metode CHOD-PAP dan mengikuti reaksi sebagai berikut : kolesterol esterase
Ester kolesterol + H2O Kolesterol + O2
Kolesterol oksidase
2H2O2 + fenol + 4-Aminoantipirin
kolesterol + asam lemak kolestin + H2O2 peroksidase
Quinoneimin + 4H2O
Lampiran 5 Pembuatan kurva standar untuk pengukuran kolesterol darah Konsentrasi stok standar kolesterol sebesar 200 mg/dL. Pembuatan kurva standar dibuat 5 titik dengan konsentrasi 25 mg/dL, 50 mg/dL, 100 mg/dL, 150 mg/dL, dan 200 mg/dL (tanpa pengenceran). Pengenceran konsentrasi stok ini menggunakan akuades. Seri 0 25 50 100 150 200 konsentrasi (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) (mg/dL) Standar 10 10 10 10 10 kolesterol(µL) Reagen(µL) 1000 1000 1000 1000 1000 Dicampurkan, lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25oC atau 5 menit pada suhu 37oC, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Dilakukan duplo. Lampiran 6 Metode pengukuran konsentrasi kolesterol Blanko (µL) Standar (µL) Sampel (µL) Akuades 10 Standar 10 Sampel 10 Reagen 1000 1000 1000 Dicampurkan,lalu diinkubasi selama10 menit pada 20-25 oC atau 5 menit pada 37oC,kemudian diukur pada panjang gelombang 500 nm. Kadar kolesterol diperoleh dengan cara dikonversi ke kurva standar.
Lampiran 7 Bobot badan (BB) masa adaptasi Kelompok Normal No tikus Minggu Ke2 4 14 19 20 25 36 rata2 SD
BB (Gram) -10 106 110 90 114 98 106 108 104.57 9.12
-9 156 184 166 192 164 176 178 173.71 13.26
-8 176 206 192 222 188 200 202 198.00 15.81
Kelompok Hiperkolesterolemia No tikus MingguKe-10 -9 11 106 172 15 90 132 17 114 190 26 108 176 28 112 178 33 114 174 35 98 172 rata2 106.00 170.57 SD 9.02 18.10
-7 194 220 214 242 210 222 226 218.29 19.06
-8 194 158 214 200 194 196 202 194.00 17.32
-6 216 266 248 284 238 264 250 252.29 26.88
-7 218 184 240 226 218 214 222 217.43 17.00
-5 232 286 268 296 252 282 264 268.57 27.55
-4 246 306 282 322 270 308 298 290.29 32.22
BB (gram) -6 -5 254 276 214 226 278 292 244 256 254 278 244 260 270 294 251.14 268.86 20.72 23.74
-3 260 332 308 350 292 344 304 312.86 38.74
-4 296 252 308 288 302 274 326 292.29 24.04
-2 267 346 320 368 296 348 333 325.43 41.48
-3 332 280 334 314 336 292 356 320.57 26.80
-1 276 354 326 364 312 358 346 333.71 31.44
-2 348 286 338 323 353 309 370 332.43 28.58
0 292 356 332 368 320 370 354 341.71 28.53
-1 352 298 352 330 368 328 368 342.29 25.26
0 356 300 362 350 392 334 380 353.43 30.33 21
18
Lanjutan lampiran 7 Bobot badan masa adaptasi Kelompok Lovastatin No tikus Minggu Ke-10 6 108 10 108 23 104 24 94 30 104 31 108 32 106 rata2 104.57 SD 5.00 Kelompok E1 No tikus MingguKe5 9 12 13 16 18 29 rata2 SD
BB (gram) -9 162 164 168 144 174 178 152 163.14 11.94
-8 194 194 192 158 202 204 182 189.43 15.61
-7 214 218 216 180 230 230 210 214.00 16.85
-6 256 260 252 210 266 260 252 250.86 18.69
-5 278 282 270 206 290 284 274 269.14 28.61
-4 298 308 292 236 298 306 292 290.00 24.60
-3 322 338 318 262 346 338 308 318.86 28.38
-2 338 346 323 269 369 352 300 328.14 34.09
-1 334 362 324 280 376 366 324 338.00 33.11
0 342 370 324 292 386 368 334 345.14 32.18
BB (gram) 114 102 110 116 102 104 96 106.29 7.25
180 148 178 178 170 186 158 171.14 13.56
206 172 212 206 202 208 176 197.43 16.32
226 198 234 232 226 234 206 222.29 14.44
264 224 276 272 264 268 234 257.43 20.09
274 242 298 298 282 290 258 277.43 21.09
290 260 320 314 308 304 276 296.00 21.76
318 288 356 344 344 328 306 326.29 24.01
326 290 372 348 360 338 316 335.71 27.80
342 292 384 352 366 350 324 344.29 29.70
350 290 390 350 372 352 332 348.00 31.58
22
19
Lanjutan lampiran 7 Bobot masa adaptasi Kelompok E2 No tikus Minggu Ke-10 1 116 7 112 8 110 21 114 22 110 27 108 34 116 rata2 112.29 SD 3.15
BB (gram) -9 188 190 184 168 160 172 186 178.29 11.57
-8 222 216 210 188 182 198 214 204.29 15.16
-7 244 234 234 210 200 216 250 226.86 18.51
-6 282 264 268 240 228 250 294 260.86 23.23
-5 300 282 290 254 244 268 314 278.86 25.06
-4 324 306 306 274 258 288 340 299.43 28.37
-3 350 326 334 302 282 316 374 326.29 30.43
-2 362 340 350 319 290 330 386 339.57 30.93
-1 364 344 358 326 300 344 398 347.71 30.76
0 366 358 364 336 314 343 400 354.43 27.14
22
24
Lampiran 8 Bobot badan (BB) masa percobaan
Kelompok Normal No tikus Minggu Ke2 4 14 19 20 25 36 rata2 SD
1 360 339 353 322 373 356 342.14 27.94
2 294 367 349 348 326 392 362 348.33 31.40
BB (gram) 3 4 5 303 310 311 371 378 379 347 352 351 349 357 354 322 331 335 399 406 408 365 374 377 350.78 358.20 359.22 32.00 31.72 32.09
6 313 83 365 377 343 408 381 367.00 30.75
7 316 386 357 369 348 420 397 370.41 34.22
8 323 391 362 374 355 435 398 376.73 35.78
6 423 345 432 421 483 431 445 425.50 41.50
7 432 358 459 425 429 431 448 425.94 32.45
8 441 354 458 435 507 453 463 444.41 46.39
Kelompok Hiperkolesterolemia No tikus Minggu Ke11 15 17 26 28 33 35 rata2 SD
1 374 315 373 356 406 377 390 370.19 29.02
2 397 322 393 379 437 407 402 390.86 35.16
3 400 327 404 396 451 414 403 399.22 37.00
BB (gram) 4 408 338 422 411 476 426 407 412.61 40.70
5 413 346 426 415 481 431 426 419.76 39.70
Kelompok Lovastatin No tikus Minggu Ke1 6 357 10 380 23 339 24 306 30 407 31 380 32 347 rata2 359.19 SD 33.01
2 373 396 354 324 436 400 367 378.48 36.05
3 380 415 363 333 457 412 383 391.92 40.40
BB (gram) 4 390 435 372 342 467 429 397 404.45 42.25
5 381 437 374 358 487 434 392 408.98 45.51
6 379 441 379 364 504 435 396 413.71 49.47
7 377 434 370 366 511 380 397 405.14 52.30
8 381 448 379 371 529 446 410 423.47 56.14
25
Lanjutan lampiran 8 Bobot badan (BB) masa percobaan Kelompok E1 No tikus Minggu Ke5 9 12 13 16 18 29 rata2 SD
1 369 298 403 372 386 358 337 360.62 34.47
2 396 308 428 396 405 373 354 380.19 39.58
3 410 327 440 406 417 387 362 392.78 37.83
BB (gram) 4 425 341 457 417 430 402 375 406.90 38.35
5 431 339 454 428 428 404 376 408.45 39.33
6 442 343 454 428 427 400 399 413.07 36.80
7 445 341 446 428 431 411 384 412.33 38.02
8 461 343 468 441 438 415 392 422.78 43.55
2 382 362 332 341 292 340 415 352.05 39.37
3 393 373 351 359 311 361 407 364.98 31.20
BB (gram) 4 409 382 367 372 377 339 421 381.02 27.43
5 401 375 376 368 326 377 428 378.73 31.15
6 413 367 391 373 366 385 427 388.57 23.42
7 414 376 399 420 345 394 428 396.57 28.62
8 424 386 411 388 350 397 434 398.57 27.99
Konsumsi Pakan (gram) 3 4 5 15.70 17.10 14.59 19.65 20.09 16.32 16.57 19.61 15.26 19.27 18.96 17.04 15.58 17.25 14.28 18.30 19.39 18.01 18.56 19.45 18.26 17.66 18.84 16.25 1.69 1.18 1.60
6 18.28 19.10 17.92 18.95 18.25 18.28 21.69 18.92 1.29
7 15.71 16.66 17.69 19.29 16.52 20.69 19.88 18.06 1.90
8 14.04 15.34 15.71 15.02 13.77 17.54 18.90 15.76 1.85
Kelompok E2 No tikus Minggu Ke1 7 8 21 22 27 34 rata2 SD
1 372 360 351 335 303 333 408 351.62 33.13
Lampiran 9 Konsumsi pakan masa percobaan
Kelompok Normal No tikus Minggu Ke2 4 14 19 20 25 36 rata2 SD
1 10.7 20.33 20.09 17.78 16.02 20.29 20.11 17.90 3.58
2 17.93 20.09 18.42 16.48 16.87 17.61 20.18 18.23 1.45
26
Lanjutan lampiran 9 Konsumsi pakan masa percobaan Kelompok Hiperkolesterolemia
No tikus Minggu Ke11 15 17 26 28 33 35 rata2 SD
1 15.17 11.7 14.18 13.15 20.19 15.03 10.82 14.32 3.06
2 13.21 12.18 12.71 13.46 16.90 12.65 11.57 13.24 1.73
Konsumsi pakan (gram) 3 4 5 15.40 15.21 10.31 10.91 12.01 10.32 11.98 12.30 12.32 10.96 13.80 9.05 12.34 16.16 12.05 11.43 14.64 8.68 13.35 16.01 13.47 12.34 14.30 10.88 1.59 1.67 1.78
6 9.14 11.14 14.67 8.88 13.50 7.92 11.85 11.01 2.51
7 10.03 9.87 11.05 9.50 14.82 10.35 13.21 11.26 2.00
8 10.01 9.79 12.08 10.47 13.25 10.90 16.03 11.79 2.23
2 14.08 12.28 12.59 10.00 13.98 12.62 13.10 12.67 1.37
Konsumsi pakan (gram) 3 4 5 10.40 13.36 8.63 11.26 12.47 9.67 11.20 12.45 9.70 9.06 11.65 9.48 14.82 12.86 15.30 10.81 11.36 8.66 9.84 11.84 8.57 11.06 12.28 10.00 1.83 0.71 2.39
6 8.68 9.74 9.41 9.29 12.04 10.60 9.84 9.94 1.09
7 9.48 9.69 11.29 8.64 16.07 9.18 10.35 10.67 2.53
8 8.75 9.96 10.76 9.76 13.80 8.88 10.76 10.38 1.70
2 14.32 11.76 16.15 12.88 13.04 10.09 12.54 12.97 1.91
Konsumsi pakan (gram) 3 4 5 11.22 13.85 10.81 10.19 12.10 8.58 10.50 12.41 8.95 11.33 12.98 9.64 10.12 11.85 7.62 10.30 11.11 8.19 9.85 11.48 7.09 10.50 12.25 8.70 0.56 0.93 1.26
6 8.86 7.58 9.97 11.41 8.35 8.51 9.94 9.23 1.29
7 12.05 9.92 9.82 11.18 11.50 9.27 10.42 10.59 1.01
8 10.90 10.06 10.12 9.94 10.47 7.45 10.67 9.94 1.15
Kelompok Lovastatin No tikus Minggu Ke6 10 23 24 30 31 32 rata2 SD
1 9.82 10.17 12.23 10.36 20.09 13.64 12.33 12.66 3.56
Kelompok E1 No tikus Minggu Ke5 9 12 13 16 18 29 rata2 SD
1 15.36 12.26 20.15 12.75 20.09 10.30 13.75 14.95 3.85
27
Lanjutan lampiran 9 Konsumsi pakan masa percobaan Kelompok E2 No tikus 1 7 8 21 22 27 34 rata2 SD
1 13.14 12.27 5.42 16.07 3.83 11.80 10.64 10.45 4.34
2 11.29 9.44 9.93 11.18 8.37 9.82 10.62 10.09 1.03
Konsumsi pakan (gram) 3 4 5 10.33 9.95 7.36 10.27 11.92 9.78 9.77 11.09 9.92 9.88 10.87 8.14 8.63 11.96 8.16 10.22 10.81 7.93 11.41 12.10 9.06 10.07 11.24 8.62 0.83 0.79 0.98
Lampiran 10 Data kolesterol darah tikus masa percobaan Kelompok Normal No tikus Minggu Ke 2 4 14 19 20 25 36 rata2 SD
0 54.7 73.7 62.7 67.7 68.7 56.7 62.2 64.03 14.92
Konsentrasi kolesterol (mg/dl) 2 4 6 44.9 48.9 62.8 61.2 46.4 59.6 53.9 40.8 84.3 32.8 70.9 62.8 48.1 80.9 84.3 59.1 51.4 81.1 35.5 62.7 87.6 50.00 57.43 74.64 16.44 14.53 12.27
Kelompok Hiperkolesterolemia No tikus Konsentrasi kolesterol (mg/dl) Minggu ke0 2 4 6 11 62.7 58.1 64 69.8 15 75.7 74.4 80.9 81.1 17 58.2 57 69.6 76.4 26 53.6 35.5 97.2 92.4 28 59.2 51.8 78.4 84.9 33 64.7 54.1 68.4 72 35 68.7 55.5 75.9 89.2 rata2 63.26 55.20 76.34 80.83 SD 7.33 11.41 10.96 8.56
8 73.9 92.7 75.7 70.9 77 78.7 66.5 76.49 8.23
8 75.2 100.2 76.1 108.5 107.6 110.6 89.2 95.34 15.24
6 6.51 12.47 8.27 8.91 8.35 10.00 9.38 9.13 1.84
7 9.46 11.54 10.35 9.42 9.27 9.08 9.84 9.85 0.85
8 9.12 8.84 9.51 8.88 9.55 9.27 10.42 9.37 0.54
28
Lanjutan lampiran 10 Data kolesterol darah tikus masa percobaan Kelompok Lovastatin No tikus Konsentrasi kolesterol (mg/dl) Minggu Ke0 2 4 6 6 71.7 87 105.3 102.6 10 89.7 67.6 97.8 98.9 23 63.2 78.1 90.3 88.1 24 42.6 53.3 48.3 61.7 30 71.2 67.6 69 79 58.6 90.9 88.1 31 83.7 32 66.7 60.2 79 76.3 rata2 69.83 67.49 82.94 84.96 SD 15.21 11.74 19.36 14.00
8 105.8 96.7 88.8 80.1 78.3 90.5 94.5 90.67 9.56
Kelompok E1 No tikus Minggu Ke0 5 60.7 9 81.2 29 63.2 12 72.7 13 50.6 16 70.2 18 49.6 rata2 64.03 SD 11.61
Konsentrasi kolesterol (mg/dl) 2 4 6 58.1 84 122.5 83.9 107.2 104.2 73.3 89.7 96.2 50.7 72.1 119.9 38.1 62.1 105.9 59.1 67.7 97.8 53.3 76.5 114.5 59.50 79.90 108.71 15.07 15.25 10.43
8 123.3 101 94 114.6 101.5 81.4 102.3 102.59 13.54
Kelompok E2 No tikus Minggu Ke0 1 66.7 7 61.7 8 67.2 21 63.2 27 69.2 22 62.7 34 60.2 rata2 64.41 SD 3.30
Konsentrasi kolesterol (mg/dl) 2 4 6 80.2 88.4 105.3 54.4 72.7 61.2 51.2 53.9 75.7 42.3 60.2 61.2 67.6 78.4 95.6 72.3 69 73 54.4 85.3 87 60.34 72.56 79.86 13.35 12.66 16.87
8 101 74.8 80.5 72.6 100.6 84.9 89.2 86.23 11.43
29
Lanjutan lampiran 10 Data kolesterol darah tikus masa percobaan Contoh perhitungan : Tabel 1 Kurva standar kolesterol darah (15 Agustus 2009) [] (mg/mL) 0.250 0.500 1.000 1.500 2.000
A1 0.053 0.111 0.182 0.297 0.396
A2 0.057 0.106 0.182 0.262 0.426
A rata2 0.055 0.109 0.182 0.280 0.411
Kurva standar kolesterol darah
A
y = 0.088x - 0.057 R² = 0.970
0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 0.250
0.500 1.000 1.500 [kolesterol]
2.000
Tabel 2 Kurva standar kolesterol darah (25 Agustus 2009) []mg/mL 0.250 0.500 1.000 1.500 2.000
A1 0.048 0.110 0.211 0.284 0.364
A2 0.048 0.099 0.215 0.257 0.323
A rata2 0.048 0.105 0.213 0.271 0.344
0.400
kurva kolesterol darah
A
y = 0.075x - 0.031 R² = 0.990
0.300 0.200 0.100 0.000 0.250
0.500 1.000 [kolesterol]
1.500
2.000
Tabel 3 Kurva standar kolesterol darah (8 September 2009) []mg/mL 0.250 0.500 1.000 1.500 2.000
A1 0.049 0.080 0.175 0.236 0.327
A2 0.046 0.083 0.184 0.250 0.325
Arata2 0.048 0.082 0.180 0.243 0.326
Kurva kolesterol darah
A 0.400
y = 0.071x - 0.040 R² = 0.984
0.300 0.200 0.100 0.000 0.250
0.500
1.000 1.500 [kolesterol]
2.000
30
Lanjutan lampiran 10 Data kolesterol tikus masa percobaan Tabel 4 Kurva standar kolesterol darah (30 September 2009) []mg/mL 0.250 0.500 1.000 1.500 2.000
A1 0.034 0.055 0.172 0.268 0.353
A2 0.036 0.081 0.206 0.265 0.354
Arata2 0.035 0.068 0.189 0.267 0.354
A 0.400
Kurva kolesterol standar y = 0.083x - 0.068 R² = 0.980
0.300 0.200 0.100 0.000
0.250
0.500 1.000 1.500 [kolesterlol]
2.000
Tabel 5 Kurva standar kolesterol (10 Oktober 2009) []mg/mL 0.250 0.500 1.000 1.500 2.000
A1 0.044 0.103 0.168 0.218 0.475
A2 0.038 0.102 0.129 0.230 0.504
Arata2 0.041 0.103 0.149 0.224 0.490
A 0.600
Kurva kolesterol darah y = 0.101x - 0.104 R² = 0.851
0.400 0.200 0.000 0.250
0.500
1.000
-0.200 [kolesterol]
Tabel 6 Perubahan konsentrasi kolesterol minggu 0-8 masa percobaan kelompok HK Lovas E1 E2
∆ kenaikan kolesterol (mg/dl) 32.09± 17.10a 20.84±13.55a 38.56±18.72a 21.81±10.08a
Kelompok HK Lovas E1 E2
∆ kenaikan kolesterol (%) 52.57±31.49a 34.81±29.25a 65.24±38.29a 33.75±15.01a
1.500
2.000
31
Lampiran 11 Rekapitulasi data statistik
•
Hasil analisis statistik bobot badan tikus awal percobaan
ANOVA Bobot badan tikus minggu ke-0 percobaan Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
818,971
4
204,743
Within Groups
27019,714
30
900,657
Total
27838,686
34
F
Sig. ,227
,921
BB minggu ke-0 percobaan Duncan Subset for alpha = .1 KELOMPOK N
N
1 7
341,7143a
Lovas
7
345,1429
E1
7
348,0000
a a
a
HK
7
353,4286
E2
7
354,4286
a
Sig.
,487
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
•
Hasil analisis analisis statistik bobot badan tikus akhir percobaan
ANOVA BB akhir percobaan Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
18684,571
4
4671,143
Within Groups
60248,000
30
2008,267
Total
78932,571
34
BB Duncan Subset for alpha = .1 KELOMPOK N
N
1
2 a
7
381,1429
7
403,1429a
E1
7
a
426,2857
426,2857
Lovas
7
428,2857
a
428,2857
HK
7
E2
Sig.
403,1429b b b
448,2857b ,080
,094
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
F 2,326
Sig. ,079
32
Lanjutan lampiran 11 Rekapitulasi data statistik
•
Hasil analisis konsumsi pakan masa percobaan
ANOVA Konsumsi pakan masa percobaan
Between Groups
Sum of Squares 287,916
df 4
Mean Square 71,979 4,065
Within Groups
142,286
35
Total
430,202
39
F 17,706
Sig. ,000
KONSUMSI Duncan Subset for alpha = .1 KELOMPOK E2
N
1
2
3
a
7
10,1388
E1
7
11,3413
Lovas
7
11,5788
HK
7
N
7
a
11,3413
b
a
11,5788
b b
12,5075
17,8275c
Sig. ,186 ,283 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
•
1,000
Hasil analisis konsentrasi kolesterol minggu ke-0 percobaan
ANOVA KOLMING0 Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
203,915
4
50,979
Within Groups
2857,989
30
95,266
Total
3061,904
34
Konsentrasi kolesterol minggu ke-0 Duncan Subset for alpha = .1 KELOMPOK HK
N
1 7
63,2571a
N
7
63,7714
E1
7
64,0286
a a
a
E2
7
64,4143
Lovas
7
69,8286
Sig.
a
,271
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000
F
Sig. ,535
,711
33
Lanjutan lampiran 11 Rekapitukasi data statistik •
Hasil analisis konsentrasi kolesterol minggu ke-8 percobaan
ANOVA Konsentrasi kolesterol darah minggu ke-8 Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
2687,379
4
671,845
Within Groups
4232,223
30
141,074
Total
6919,602
34
F 4,762
Konsentrasi kolesterol minggu ke-8 Duncan Subset for alpha = .1 KELOMPOK N
N
1
2
3
7
76,4857a
E2
7
86,2286
Lovas
7
90,6714
Hk
7
95,3429b
E1
7
Sig.
a
b
86,2286
b
95,3429c c
102,5857 ,135
,185
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
,263
Sig. ,004
Lanjutan lampiran 11 Rekapitulasi data statistik • Uji t-test konsentrasi kolesterol awal dan akhir K Paired Differences Std. Error 95% Confidence Interval Mean of the Difference
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
N
-10,8714
15,33816
5,79728
Lower -25,0569
Upper 3,3140
-1,875
6
,110
Hk
-32,0857
17,09819
6,46251
-47,8989
-16,2725
-4,965
6
,003
Lovas
-20,8429
13,55198
5,12217
-33,3763
-8,3094
-4,069
6
,007
E1
-38,5571
18,71727
7,07446
-55,8677
-21,2466
-5,450
6
,002
E2
-21,8143
10,01756
3,78628
-31,0790
-12,5496
-5,761
6
,001
Kk
•
Uji stastistik perbedaan konsentrasi kolesterol antara 4 keompok hiperkolesterolemia ANOVA
4 kelompok hiperkolesterolemia Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
1520,481
3
506,827
Within Groups
5560,151
24
231,673
Total
7080,633
27
F 2,188
Sig. ,116
Duncan Subset for alpha = .1 VAR00006 Lovas
N
1
2
7
20,8429a
E2
7
21,8143
HK
7
32,0857
E1
7
a a
b
32,0857
38,5571b
Sig.
,204 ,434 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,000.
34