Keterbacaan Buku Teks Bahasa Indonesia SMP dan SMA Kurikulum 2013 Terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014
Rohana Fadilah* Maria Mintowati*
Abstract Text book is one of important instruments in successful learning. Ministry of Education and Culture published standard textbook. Readability’s textbook must compatible with student’s capability and psychology. Fry’s graph is the best readability measuring tool for textbook. Aim of this research is to descibe readability’s Indonesian textbooks of Junior and Senior High School curriculum 2013 published by Ministry of Education and Cultural 2014. The kind of this research is literature study. The data collection used documentation technique. The result of this reseach is (1) the readability of Indonesian textbook for seventh grader is not suitable for target student because 20 of 33 texts is not suitable for seventh grader student based on Fry’s graph, (2) the readability of Indonesian textbook for eighth grader is suitable for target student because 17 of 22 texts is suitable for eighth grader student based on Fry’s graph, (3) the readability of Indonesian textbook for tenth grader is not suitable for target student because 18 of 23 texts is not suitable for tenth grader student based on Fry’s graph, (4) the readability of Indonesian textbook for eleventh grader first semester is not suitable for target student because 9 of 10 texts is not suitable for eleventh grader student based on Fry’s graph, and (5) the readability of Indonesian textbook for eleventh grader second semester curriculum 2013 is not suitable for target student because 14 of 22 texts is not suitable for seventh grader student based on Fry’s graph. Keywords: readability, text book, fry’s graph, curriculum 2013, Ministry of Education and Culture.
Menurut Kamidjan (2004:57), ada
PENDAHULUAN Tahun
Ajaran
2014/2015
banyak
teknik
untuk
mengukur
merupakan tahun kedua pelaksanaan
keterbacaan suatu teks bacaan. Dari
Kurikulum
sekian
2013.
Pemikiran
banyak
teknik
mengukur
Kurikulum 2013 terkait dengan sosok
keterbacaan, Grafik Fry paling sesuai
manusia Indonesia masa depan yaitu
dipergunakan
mampu mengembangkan kemampuan
keterbacaan
menalar, mengkomunikasikan, dan
menunjukkan tingkatan kelas, mudah
mencipta (Yani, 2014:77). Menurut
digunakan,
Harjasujana dan Mulyati (1997:105),
penyesuaian untuk teks berbahasa
sebagai seorang pendidik bidang studi
Indonesia. Harjasujana dan Mulyati
apapun, dituntut memilihkan bahan
(1997:123) menghasilkan penelitian
bacaan dan buku teks yang layak
berupa penyesuaian Grafik Fry untuk
untuk
teks bahasa Indonesia.
peserta
dibimbingnya.
didik Hal
yang tersebut
merupakan hal yang tidak
untuk buku
sudah
mengukur teks
karena
memiliki
Penelitian ini bertujuan untuk
bisa
mendeskripsikan keterbacaan buku
diabaikan terutama bagi pendidik
teks bahasa Indonesia SMP dan SMA
bahasa
teks
Kurikulum 2013 terbitan Kementerian
sangat
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
penting sebagai sarana mencerdaskan
Buku teks bahasa Indonesia SMP
generasi
Dalam
yang diteliti adalah buku teks bahasa
penyusunan buku teks yang tergesa-
Indonesia untuk kelas 7 dan 8
gesa, pemilihan materi dan teks
sedangkan buku teks bahasa Indonesia
bacaan tidak dipersiapkan secara
SMA yang diteliti adalah buku teks
matang. Teks bacaan yang baik harus
bahasa Indonesia untuk kelas 10, 11
sesuai
semester 1, dan 11 semester 2.
Indonesia.
memunyai
Buku
peranan
penerus
dengan
yang
bangsa.
jenjang
pembaca
sasaran dan tidak menyulitkan peserta
Hall-Quest (dalam Husen dkk,
didik. Teks bacaan yang baik penting
1998:178) menyatakan bahwa buku
keberadaannya agar
maksud dan
teks adalah rekaman pikiran rasial
tujuan pembelajaran tercapai (Suladi
yang disusun untuk maksud-maksud
dkk, 2000:3).
dan tujuan instruksional. Menurut Bacon (dalam Husen dkk, 1998:178), 23
buku teks adalah buku yang dirancang
sarana pengajaran yaitu CD, buku
untuk penggunaan di kelas dengan
puisi, dan lain sebagainya. Ketujuh,
cermat disusun dan disiapkan oleh
buku teks ditulis untuk menunjang
para pakar dalam bidang tersebut dan
suatu program pembelajaran tertentu.
dilengkapi sarana pengajaran yang
Buku
sesuai. Hall-Quest berfokus pada
menunjang pembelajaran kebahasaan
tujuan
dan
instruksional
sedangkan Bacon
buku
teks
berfokus
pada
teks
bahasa
kesastraan
Indonesia
dalam
bahasa
Indonesia dengan porsi ideal.
kelengkapan dan pembuat buku teks.
Dari beberapa pengertian buku teks
Tarigan dan Tarigan (2009:12—13)
di atas dapat disimpulkan sesuai
menyimpulkan beberapa hal terkait
penelitian ini bahwa buku teks ialah
buku teks berdasar pada pendapat para
buku standar dalam bidang studi
pakar. Pertama, buku teks ditujukan
tertentu bagi peserta didik jenjang
untuk peserta didik pada tingkatan
tertentu, yang disusun oleh para pakar
kelas tertentu seperti kelas 7 SMP.
dalam bidang itu untuk maksud dan
Kedua, buku teks berkaitan dengan
tujuan instruksional dan dilengkapi
bidang
sarana-sarana pengajaran yang serasi
studi
tertentu
contohnya
bahasa Indonesia. Ketiga, buku teks
sehingga
merupakan buku standar. Standar
keberhasilan
ialah
pembelajaran.
baku,
menjadi
acuan,
berkualitas, dan disahkan oleh badan
Menurut
dapat
menunjang
suatu
Husen
program
dkk
(1998,
yang berwenang. Keempat, buku teks
219:220), bahan yang terkandung di
disusun dan ditulis oleh para pakar di
dalam buku teks harus memenuhi
bidangnya
masing-masing.
beberapa kriteria yaitu tersusun logis
Contohnya Gorys Keraf dalam tata
dan sistematis, menyediakan latihan
bahasa. Kelima, buku teks ditulis
yang
berdasar tujuan instruksional tertentu.
kemampuan
Buku teks bahasa Indonesia kelas 7
merangsang aktivitas peserta didik,
SMP
tujuan
dan mengandung kekinian (up to
bahasa
date).
ditulis
instruksional Indonesia.
berdasarkan di
bidang
Keenam, buku teks
biasanya juga dilengkapi dengan
bervariasi,
Dari segi
sesuai
dengan
peserta
metode
didik,
buku
teks
haruslah memperkaya kegiatan kelas, 24
meningkatkan kemampuan peserta
lain,
didik melalui latihan bervariasi dan
merangsang aktivitas pribadi peserta
memotivasi, mengarahkan melalui
didik, (7) menghindari konsep-konsep
instruksi yang jelas dan mudah
yang samar dan tidak biasa agar tidak
dipahami, dan memenuhi segi-segi
membingungkan
perbedaan individual (Husen dkk,
memunyai sudut pandang yang jelas
1998:219).
dan tegas sehingga dapat menjadi
(6)
menstimulasi
pembacanya,
atau
(8)
Yang berkaitan dengan peserta
sudut pandang para pemakainya yang
didik, buku teks dituntut agar menarik,
setia, (9) memberi pemantapan dan
atraktif, menambah keyakinan peserta
penekanan pada nilai-nilai anak dan
didik untuk berhasil, memotivasi,
orang dewasa, dan (10) menghargai
memuat kosakata yang sesuai jenjang
perbedaan-perbedaan
peserta didik, merangsang penilaian
peserta didik.
pribadi
para
pribadi peserta didik, dan memenuhi
Berdasarkan penulisan buku teks,
syarat keterjangkauan (Husen dkk,
ada tiga jenis buku teks. Pertama,
1998:220).
buku teks tunggal. Buku teks tunggal
Husen dkk menetapkan kriteria
ialah buku teks yang terdiri atas satu
buku teks yang baik berdasarkan
buku saja seperti buku sintaksis oleh
bahan, metode, dan kaitannya dengan
M. Ramlan. Kedua, buku teks berjilid.
peserta didik. Sama halnya dengan
Buku teks berjilid ialah buku teks
Husen dkk, Greene dan Petty (dalam
untuk satu kelas tertentu atau satu
Tarigan
2009:21)
jenjang sekolah tertentu seperti Tata
berpendapat bahwa buku teks yang
Bahasa Baru Indonesia jilid 1 dan 2
baik ialah (1)menarik minat peserta
oleh
didik atau pemakainya, (2)memberi
Ketiga, buku teks berseri. Buku teks
motivasi
didik,
berseri ialah buku teks berjilid yang
(3)memuat ilustrasi yang menarik
mencakup beberapa jenjang sekolah
bagi
pemakainya,
seperti seri buku Terampil Berbahasa
aspek-aspek
Indonesia yaitu SD 9 jilid, SMP 6 jilid,
sesuai
dan SMA 6 jilid (Husen dkk,
dan
Tarigan,
kepada
peserta
para
(4)mempertimbangkan linguistik
sehingga
kemampuan
peserta
didik,
(5)
berhubungan erat dengan pelajaran
Sutan
1998:193).
Takdir
Alisjahbana.
Penelitian
ini
menggunakan jenis buku teks berjilid. 25
Buku teks “Bahasa Indonesia Wahana
teks. Teks bacaan yang sukar juga
Pengetahuan” untuk SMP ada dua
menyebabkan peserta didik frustasi
jilid yaitu kelas 7 dan kelas 8.
dan tidak berminat karena informasi
Kemdikbud belum menerbitkan buku
yang dicari tidak didapat. Di sisi lain,
teks tersebut untuk kelas 9. Buku teks
teks bacaan yang terlalu mudah
“Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan
membuat
Akademik” untuk SMA ada tiga jilid
tertantang
yaitu kelas 10, 11 semester 1, dan 11
mencerminkan kemampuan peserta
Semester
belum
didik yang sesungguhnya. Dalman
menerbitkan buku teks tersebut untuk
(2014:25—26) menunjukkan ada 3
kelas 12.
aspek keterbacaan yaitu kemudahan,
2.
Kemdikbud
Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:106),
secara
etimologis
keterbacaan merupakan alih bahasa dari
readability.
merupakan
sehingga
kemenarikan,
dan
Kemudahan
berkaitan
tidak tidak
keterpahaman. dengan
tipografi tulisan, seperti ukuran dan jenis huruf yang digunakan serta lebar spasi antarbaris. Kemudahan dalam
dibentuk oleh bentuk dasar readable,
membaca teks bacaan yang terkait
artinya dapat dibaca atau terbaca.
dengan keterbacaan dapat diukur
Konfiks
bentuk
melalui tingkat kesalahan membaca
keterbacaan mengandung arti hal yang
yang berkorelasi dengan kejelasan
berkenaan dengan apa yang disebut
tulisan dan keterampilan membaca.
dalam
Jadi,
Kemenarikan berhubungan dengan
mempersoalkan
minat pembaca, kepadatan ide dalam
ke-an
bentuk
keterbacaan
ini
kesulitan
turunan
didik
yang
tingkat
kata
Readability
peserta
pada
dasarnya.
atau
tingkat
teks bacaan, dan penilaian estetika
kemudahan suatu teks bacaan bagi
gaya tulisan. Keterpahaman adalah
peringkat
tingkat
pembaca
tertentu.
keterbacaan
yang
Keterbacaan suatu teks bacaan berkait
berhubungan
erat dengan struktur kalimat yang
kata dan kalimat, seperti panjang-
membangun teks bacaan dalam teks
pendek dan frekuensi penggunaan
itu. Jika suatu teks bacaan dibentuk
kata atau kalimat, jumlah kata sulit,
dengan kalimat yang tidak apik,
bangun kalimat, dan susunan paragraf.
pembaca akan kesulitan memahami isi
Dengan demikian, secara teoretis,
dengan
karakteristik
26
teknis, dan praktis, keterpahaman
kata atau kalimat dan jumlah kata sulit
digunakan sebagai landasan studi
sesuai pendapat yang dikemukakan
keterbacaan. Grafik Fry mendukung
Dalman.
keterbacaan
berdasarkan
Dalman.
Dari semua pendapat tersebut,
Grafik Fry menghitung jumlah suku
pengertian keterbacaan yang paling
kata dan jumlah kalimat dalam
sesuai dengan penelitian ini adalah
penggalan 100 kata dari suatu teks
ukuran tentang kesesuaian suatu teks
bacaan di dalam buku teks.
bacaan bagi peserta didik sasaran
Dari grafik Fry, diketahui bahwa jumlah
suku
sedangkan
kata
jumlah
dipandang dari aspek kesukaran atau
yang banyak
kemudahan teks bacaan. Indikator
kalimat
kesukaran
yang
dan
kemudahan
teks
sedikit mengindikasikan banyaknya
bacaan
kalimat panjang. Kalimat panjang
penggunaan kalimat panjang dan kata
akan menyulitkan dan mengurangi
panjang dalam teks bacaan. Terdapat
minat peserta didik karena kalimat
beberapa alat ukur keterbacaan berupa
panjang memiliki beberapa ide atau
tes,
gagasan. Selain itu, jumlah suku kata
keterbacaan. Namun, semua alat ukur
yang banyak dalam penggalan 100
tersebut
kata
bacaan
Pertama, penilaian subjektif adalah
yang
bentuk penilaian yang dilakukan
digunakan dalam teks bacaan adalah
setelah peserta didik membaca sebuah
kata panjang. Kata panjang juga
teks bacaan atau bacaan. Penilaian
disebut dengan kata sulit. Parera
dilakukan setelah pembaca menjawab
(dalam Suladi dkk, 2000:12—13)
soal subjektif. Hasil penilaian itu
berpendapat
untuk
dari
menunjukkan
suatu bahwa
bahwa
teks kata
kata
yang
berdasarkan
penilaian,
dan
memunyai
menentukan
frekuensi
formula
kelemahan.
peserta
didik
tergolong sulit adalah kata yang
kesulitan atau tidak. Jika peserta didik
tersusun tiga suku kata atau lebih.
gagal maka teks bacaan itu tidak
Kalimat panjang dan kata panjang
sesuai untuk peserta didik. Penilaian
berhubungan
dilakukan
dengan
aspek
serentak
dalam
kelas.
kemenarikan yaitu kepadatan ide
Kegagalan dan keberhasilan peserta
dalam
didik
teks
bacaan
dan
aspek
keterpahaman yaitu panjang-pendek
dalam
penilaian
subjektif
dipengaruhi banyak faktor seperti 27
kesiapan fisik dan mental dan kondisi
k
lingkungan sekitar. Reading Ease
A (2)
(RE) merupakan model keterbacaan
keterangan:
dengan sampel 100 kata dalam sebuah
IF = Indeks Fog
teks
k = jumlah kalimat
bacaan.
Yang
menjadi
pertimbangan kesukaran baca ialah
A = jumlah kata
kalimat panjang, kata panjang, dan
S = jumlah kata yang sulit
jumlah suku kata. kalimat panjang
Jika IF kurang dari 8 maka tingkat
terdiri atas 5 kata atau lebih. Kata
keterbacaan teks bacaan sangat tinggi.
panjang terdiri atas 4 suku kata atau
Jika IF antara 8 dan 9 maka tingkat
lebih. Teks bacaan diambil sampel
keterbacaan teks bacaan tinggi. Jika IF
dengan penggalan 100 kata. Rumus
antara 10 dan 11 maka tingkat
yang digunakan ialah:
keterbacaan teks bacaan sedang. Jika
RE = 206825-846 WL-1015 SL (1)
IF lebih dari 11 maka tingkat keterbacaan
teks
bacaan
rendah.
Keterangan:
Penggunaan rumus dari Indeks Fog ini
WL = word length (kata panjang)
hanya
SL = sentences length (kalimat
mengetahui tingkat keterbacaan teks
panjang)
dapat
digunakan
untuk
bacaan secara umum tetapi tidak dapat
Jika hasil hitung >10% maka tingkat keterbacaan teks bacaan itu tinggi. Kelemahan RE ialah hasil pengukuran bersifat universal dan digunakan untuk kelas rendah SDi (Kamidjan, 2004:66—68). Indeks Fog (IF) digunakan untuk mengukur keterbacaan suatu teks Grafik 2. Grafik Fry
bacaan berdasarkan jumlah kata, jumlah kata sulit dan jumlah kalimat
digunakan
dalam suatu teks bacaan. Rumus IF
tingkatan kelas teks bacaan tersebut.
adalah sebagai berikut:
Berikut ini adalah Grafik Raygor.
IF = 0,4
untuk
mengetahui
A + 100 S 28
hingga
tanda
baca
titik
(.).
Penghitungan seratus pada kalimat terakhir dapat sampai pada permulaan atau
pertengahan
kalimat.
(2)Hitunglah jumlah kalimat dari penggalan teks bacaan seratus kata! Satuan kalimat yang dihitung sampai pada
persepuluh kalimat
dengan
Grafik Raygor meletakkan jumlah
menggunakan bilangan desimal (0,1).
kalimat pada sisi vertikal dengan nilai
(3)Hitunglah jumlah suku kata dari
terendah di sebelah atas sedangkan
penggalan teks bacaan seratus kata!
jumlah kata panjang atau sulit, yakni
Sederetan angka dihitung satu kata
kata yang dibentuk oleh enam buah
dan setiap angka dihitung satu suku
huruf atau lebih, terletak pada sisi
kata. Contoh kata 2004 dengan suku
horisontal dengan nilai terendah di
kata 2, 0, 0, 4. Untuk mengukur
sebelah kiri. Grafik Raygor tidak
tingkat
dapat digunakan untuk teks bahasa
bahasa Indonesia, jumlah suku kata
Indonesia karena kosakata bahasa
yang didapat dikalikan dengan 0,6.
Inggris (sebagai bahan penelitian
Contoh penerapan: 250 (jumlah suku
Raygor)
kata) x 0,6 = 150. 150 menjadi jumlah
lebih
pendek
daripada
kosakata bahasa Indonesia.
digunakan
teks
bacaan
suku kata yang digunakan dalam
Alat ukur keterbacaan yang paling tepat
keterbacaan
mudah,
dan 0,6 dari jumlah suku kata pada
tingkatan
Grafik Fry! Titik pertemuan kedua
kelas, dan sesuai dengan teks bahasa
nilai tersebut menunjukkan tingkatan
Indonesia adalah Grafik Fry. Cara
kelas yang sesuai dengan teks bacaan
menggunakan
yang diteliti.
universal,
karena
Grafik Fry. (5)Terapkan jumlah kata
menunjukkan
Grafik
Fry
ialah:
(1)Pilihlah teks bacaan standar dan
Dijelaskan
oleh
Fry
(dalam
menghitungnya hingga seratus kata!
Harjasujana dan Mulyati, 1997:113)
Seratus kata tersebut tidak harus
bahwa formula keterbacaan yang
dalam
penuh.
dikembangkannya itu dan formula
Kalimat penuh adalah kalimat utuh
Spache berkorelasi 0,90 atau 90%
keadaan
kalimat
29
sedangkan dengan formula Dale-
ialah sebagai berikut: (1)menyeleksi
Chall berkorelasi 0,94 atau 94%. Hal
teks bacaan yang baik. Teks bacaan
tersebut menandakan bahwa korelasi
dengan banyak gambar, tabel, dan
tinggi menunjukkan adanya keajegan
rumus tidak digunakan untuk data
rumus dan ketepercayaan penggunaan
penelitian karena tidak representatif,
alat ukur yang diciptakannya.
lalu (2)membuat daftar judul teks bacaan berdasarkan teks bacaan yang telah
METODE Penelitian
ini
diseleksi,
dan
kemudian
menggunakan
(3)memenggal sampai kata keseratus
pendekatan deskriptif kuantitatif dan
dalam teks bacaan yang telah didata
berjenis penelitian pustaka. Sumber
dalam
data dalam penelitian ini adalah
(Harjasujana dan Mulyati, 1997:116).
Bahasa
Wahana
Hasil dari pengumpulan data ini ialah
Pengetahuan SMP/MTs Kelas VII
penggalan 100 kata dari teks bacaan
Edisi Revisi 2014 oleh Fairul Zabadi
yang diteliti. Penggalan 100 kata dari
dkk, Bahasa Indonesia: Wahana
teks bacaan tersebut akan digunakan
Pengetahuan SMP/MTs Kelas VIII
dalam
oleh Fairul Zabadi dan Sutejo, Bahasa
penganalisisan data dalam penelitian
Indonesia:
ini sebagai berikut:
Indonesia:
Ekspresi
Diri
dan
Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2014 oleh Maryanto dkk, Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 oleh Maryanto dkk, dan Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri
dan
SMA/MA/SMK/MAK
Akademik Kelas
XI
Semester 2 oleh Maryanto dkk. Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan ialah teknik dokumentasi. Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan dalam pengumpulan data
kegiatan
analisis
sebelumnya,
data.
Teknik
1) Menghitung jumlah kalimat dari penggalan teks bacaan 100 kata tersebut. Satuan kalimat yang dihitung sampai pada persepuluh kalimat dengan menggunakan bilangan desimal (0,1). 2) Menghitung jumlah suku kata dari penggalan teks bacaan 100 kata. Untuk mengukur tingkat keterbacaan teks bacaan Bahasa Indonesia, jumlah suku kata yang didapat dikalikan dengan 0,6. Hasilnya baru dapat digunakan untuk pengukuran pada Grafik Fry. 3) Menerapkan jumlah kalimat dan jumlah suku kata pada Grafik Fry sehingga menemukan tingkatan 30
kelas yang sesuai dengan teks bacaan tersebut. 4) Mendata seluruh tingkatan kelas yang sesuai dengan teks bacaan tersebut dalam satu buku teks. 5) Menghitung jumlah teks bacaan yang sesuai untuk peserta didik sasaran dan teks bacaan yang tidak sesuai untuk peserta didik sasaran. Ketidaksesuaian tersebut berdasar pada teks bacaan invalid, keterbacaan yang terlalu rendah (sesuai dengan tingkatan kelas di bawah peserta didik sasaran), dan keterbacaan yang terlalu tinggi (sesuai dengan tingkatan kelas di atas peserta didik sasaran) (Kamidjan, 2004:86—87). Dari hasil analisis data ini, diketahui kesesuaian buku teks terhadap peserta didik sasaran. Apabila jumlah teks bacaan yang sesuai untuk peserta didik sasaran lebih banyak dari teks bacaan yang tidak sesuai untuk peserta didik sasaran maka buku teks tersebut sesuai untuk dipergunakan oleh peserta didik sasaran. Apabila jumlah teks bacaan yang sesuai untuk peserta didik sasaran lebih sedikit dari teks bacaan yang tidak sesuai untuk peserta didik sasaran maka buku teks tersebut tidak sesuai untuk dipergunakan oleh peserta didik sasaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Grafik Fry menghitung jumlah suku kata dan jumlah kalimat dalam penggalan 100 kata dari suatu teks bacaan di dalam buku teks. Dari grafik Fry, diketahui bahwa jumlah suku
kata yang banyak sedangkan jumlah kalimat yang sedikit mengindikasikan frekuensi penggunaan kalimat panjang yang sering. Kalimat panjang akan menyulitkan dan mengurangi minat peserta didik karena kalimat panjang memiliki beberapa ide atau gagasan. Selain itu, jumlah suku kata yang banyak dalam penggalan 100 kata dari suatu teks bacaan menunjukkan bahwa kata yang digunakan dalam teks bacaan adalah kata panjang. Kata panjang juga disebut dengan kata sulit. Parera (dalam Suladi, 2000:12—13) berpendapat bahwa kata yang tergolong sulit adalah kata yang tersusun tiga suku kata atau lebih. Kalimat panjang dan kata panjang/sulit mempengaruhi aspek keterbacaan suatu teks bacaan. Kepadatan ide dalam teks bacaan, panjang-pendek kata atau kalimat, dan jumlah kata sulit menyebabkan teks bacaan kurang terbaca oleh peserta didik. Grafik Fry menunjukkan jumlah kalimat panjang dan kata panjang yang ideal dalam suatu teks bagi suatu tingkatan kelas tertentu Beberapa teks bacaan diulas sebagai contoh penghitungan grafik Fry dalam penelitian ini. Teks pertama dalam buku teks kelas 7 adalah teks yang berjudul “Cinta Lingkungan”. Teks yang berbentuk teks laporan hasil observasi ini terdapat pada halaman 5 hingga halaman 6. Teks “Cinta Lingkungan” kemudian dipenggal hingga seratus kata. Kata keseratus jatuh pada kata “terjaga”, kata keenam pada kalimat kesembilan. Setelah dihitung, didapat 31
jumlah kalimat 5,5 dan jumlah suku kata 248. Jumlah suku kata kemudian dikalikan dengan angka 0,6 menjadi 148,8 dan dibulatkan menjadi 149. Angka 5,5 dan 149 inilah yang kemudian diplotkan ke dalam Grafik Fry. Berdasarkan grafik Fry di atas, diperoleh hasil bahwa teks bacaan yang berjudul “Cinta Lingkungan” terletak pada wilayah kelas 7 dan dapat dipergunakan untuk kelas 6 (71) dan kelas 8 (7+1). Penggunaan kata dan frasa dalam teks ini sudah baik dan tingkat kesulitannya sesuai untuk kelas 7 yang merupakan masa transisi dari sekolah dasar. Misalnya, penggunaan kata timbal balik, saling pengaruh, komodo, matoa, kayu cendana, dan lain-lain. Kata dan frasa tersebut tidak menggunakan nama ilmiahnya sehingga lebih mudah dipahami peserta didik. Kalimat yang digunakan dalam teks bervariasi yaitu kalimat majemuk dan tunggal. Kalimat majemuk setaralah yang paling banyak digunakan. Kalimat tunggal lebih mudah dipahami karena hanya mengandung satu ide/gagasan. Topik yang diangkat dalam “Cinta Lingkungan” adalah ekosistem yang harus dilindungi di Indonesia. Berdasarkan Grafik Fry, jumlah kalimat dan jumlah suku kata teks “Cinta Lingkungan” sesuai bagi peserta didik kelas 7. “Dewi Sri: Dewi Kesuburan” pada halaman 21 hingga halaman 22 buku teks bahasa Indonesia kelas 7 kurikulum 2013. Teks tersebut berjenis cerita rakyat. Teks “Dewi Sri:
Dewi Kesuburan” diambil sampel hingga kata keseratus. Kata keseratus jatuh pada kata kelima kalimat kedelapan. Setelah itu dihitung jumlah kalimat dan jumlah suku kata. Jumlah suku kata dikalikan 0,6. Hasilnya adalah 7,6 dan 151,2. Kedua nilai tersebut diterapkan pada Grafik Fry.
Grafik 4. Keterbacaan Teks “Dewi Sri: Dewi Kesuburan”
Grafik Fry menunjukkan bahwa teks tersebut sesuai dengan pembaca dengan peringkat kelas 7, 8, dan 9. Kata dan frasa yang dipergunakan dalam teks mudah dipahami oleh peserta didik kelas 7. Kata mitos dijelaskan melalui klausa di belakangnya yaitu cerita yang berkaitan dengan kepercayaan. Selain itu, nama burung sriti yang kurang akrab bagi peserta didik diberi padanan kata walet sehingga peserta didik paham bahwa nama lain dari walet adalah sriti. Kalimat dalam teks bacaan ini didominasi kalimat majemuk bertingkat sedangkan kalimat tunggal sedikit. Topik yang diangkat ialah mitos Dewi Sri serta manfaatnya dalam adat istiadat dan 32
pelestarian lingkungan dikenal di seluruh daerah di Indonesia meskipun berbeda versi. Teks selanjutnya dalam buku teks revisi kelas 7 adalah “Biota Laut” yang terdapat pada halaman 26. Jenis teks ini adalah teks laporan hasil observasi. Penggalan kata keseratus sampai pada kata “ikan”, kata kesebelas dalam kalimat keenam pada teks ini. Jumlah kalimat adalah 5,5. Jumlah suku kata yang diplotkan ke dalam Grafik Fry adalah 141, hasil dari perkalian jumlah suku kata asli dikalikan dengan 0,6. Kedua angka ini menghasilkan titik temu yang berada pada wilayah kelas 7. Teks bacaan ini dapat digunakan untuk kelas 6, 7, dan 8. Kata dan frasa dalam teks tersebut kurang dapat dipahami terutama jenis-jenis ikan seperti ikan kuda gusumi, oci putih, lolosi ekor kuning, dan goropa. Nama-nama ikan tersebut cukup asing berbeda dengan tuna, hiu, pari, dan lainlain. Banyak tempat yang dibahas dalam teks yang cukup terkenal seperti Taman Nasional Bunaken, Raja Ampat, dan beberapa tempat lain. Penyebutan tempat-tempat yang bervariasi tersebut membuat peserta didik dari berbagai daerah mampu memahami isi dari teks “Biota Laut”. Kalimat majemuk dan kalimat tunggal kurang berimbang jumlahnya. Kalimat majemuk yang dipergunakan memiliki banyak anak kalimat sehingga gagasan dalam kalimat sangat kompleks. Topik yang diangkat cukup sederhana yaitu
mengenai Biota Laut, anggotanya dan daerah-daerahnya di Indonesia. Teks selanjutnya adalah teks deskripsi. Teks ini berjudul “Tari Saman”. Kemudian teks yang terdapat pada halaman 43 hingga 44 buku teks kelas 7 tersebut dipenggal hingga seratus kata. Setelah proses penghitungan kalimat dan suku kata, diperoleh angka 8,1 dan 249. Angka 249 ini belum dapat digunakan dalam grafik Fry karena harus dikalikan dengan 0,6. Hal tersebut ditujukan untuk teks bacaan berbahasa Indonesia karena Grafik Fry adalah alat hitung untuk teks bacaan yang menggunakan bahasa Inggris. Jumlah suku kata yang digunakan adalah 149,4, hasil dari 249 dikali 0,6. Ditarik garis lurus dari angka 8,1 dan 149 dalam grafik Fry hingga didapat titik pertemuan kedua garis. Kata dan frasa yang dipergunakan dalam “Tari Saman” diambil dari bahasa daerah di Aceh seperti regnum, redet, saur, lingang, bulang teleng, dan lain-lain. Nama-nama tersebut dijelaskan dalam teks sehingga peserta didik mampu mengimajinasikan kata tersebut dan akhirnya mampu memahami kata dan frasa yang berasal tanah Gayo tersebut. Kalimat yang paling banyak dipergunakan adalah kalimat tunggal. Dengan demikian, peserta didik dapat memahami teks karena kalimat tunggal terdiri atas satu gagasan. Topik yang diangkat ialah tari Saman dan istilah-istilah dalam tari Saman. “Politisi Blusukan Banjir” pada halaman 110 adalah teks ketujuh 33
belas. Teks tersebut berjenis anekdot. Teks “Politisi Blusukan Banjir” diambil sampel hingga kata keseratus. Kata keseratus jatuh pada kata keenam kalimat kesepuluh. Setelah itu dihitung jumlah kalimat dan jumlah suku kata. Jumlah suku kata dikalikan 0,6. Hasilnya adalah 9,7 dan 149,4. Kedua nilai tersebut diterapkan pada Grafik Fry. Grafik Fry menunjukkan bahwa teks tersebut sesuai dengan pembaca dengan peringkat kelas 6, 7, dan 8. Topik yang dikemukakan adalah banyaknya pejabat yang melakukan pencitraan dengan membantu korban bencana. Kalimat dan kata yang digunakan adalah kalimat-kalimat panjang. “Langkah Pelestarian Hewan Langka” adalah teks prosedur kompleks. Teks bacaan dipenggal hingga kata keseratus. Penggalan kata tersebut dihitung jumlah kalimat dan suku kata. Jumlah suku kata dikalikan dengan 0,6 untuk teks bacaan berbahasa Indonesia. Hasil yang didapat adalah jumlah kalimat 6,1 dan jumlah suku kata 171. Kedua nilai ini diterapkan untuk mengetahui keterbacaan teks melalui Grafik Fry. Sesuai hasil hitung grafik Fry, teks bacaan “Langkah Pelestarian Hewan Langka” termasuk ke dalam bacaan kelas 12, 13, dan 14. “Langkah Pelestarian Hewan Langka” terlalu sulit berdasarkan perhitungan Grafik Fry sehingga tidak sesuai tingkatan peserta didik kelas 10. Kalimat yang dipergunakan terlalu panjang. Jumlah kata perkalimat +/- 30 kata. Kata dan frasa terlalu bertele-tele dan tidak
langsung menuju sasaran. Contohnya ialah Meskipun pemerintah melarang transaksi spesies hewan langka, dalam praktiknya populasi hewan yang dilindungi makin berkurang. Hal tersebut membuat peserta didik malas untuk membaca karena gagasan yang ingin didapat menjadi kacau. Padahal topik yang diangkat sangat sesuai dan menarik untuk peserta didik kelas 10 yaitu fakta kelangkaan hewan dan cara melestarikan hewan langka. Berikut ini hasil penghitungan melalui grafik Fry pada kelima buku teks yang diteliti: Tabel 6. Keterbacaan Teks Bacaan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas 7
No. Judul Teks
Toleransi Keterbacaa Kelas n Kelas
Renda Atas h
1.
Cinta Lingkungan 7
6
8
2.
Dewi Sri: Dewi Kesuburan
8
7
9
3.
Biota Laut
8
7
9
4.
Tari Saman
7
6
8
5.
Tari Gambyong
7
6
8
6.
Tari Kecak 9
8
10
4
3
5
10
12
7.
Boneka Sigalegale
8.
Beringharjo, Pasar 11 Tradisional
34
Terlengkap di Yogyakarta
9.
Remaja dan Pendidikan Karakter
24. Chairil Anwar
11
Peningkatan Minat Baca dan 10. 10 Pemberantasan Buta Aksara Teknologi Tepat 11. Guna Berdayakan 11 Ekonomi Keluarga Mandiri Pangan dari Pekarangan 12. Dan Teknologi Tepat Guna
10
13. Tsunami
9
10
8
Sriti, Pesawat 25. Tanpa Awak, 11 12 Ciptaan Indonesia
8
27.
Rumah Kecil di Bukit Sunyi
14
13
15
28.
Ikan Hias yang Digemari
5
4
6
Cerita Rakyat 29. Populer di Indonesia
8
7
9
9
11 7
6
8
8
Dampak 30. Kemacetan Lalu Lintas 10
9
11
10
12
8
10
9
10
11
12
8
15. Gempa Bumi
7
6
8
32.
16. Kupu-Kupu Ibu
7
6
8
17.
Bawang Merah 14 dan Bawang Putih
13
18.
Kisah Seekor Keledai
9 6
Teknologi Proses 14 Sampah
13
21. Manfaat Sampah 11
10
Sisi Negatif dan Positif Ponsel
11
10
5
4
22.
23. Lebai Malang
12
6
6
20.
10
Kisah Semut dan 7 Lalat
Teka-Teki 31. Kematian Michael 10 Jackson
19. Candi Prambanan 7
9
26.
Laskar Pelangi: 14. Novel Bernuansa 7 Alam
10
7
Perbaiki Das, Atasi Bencana
11
Kisah Burung 33. Merak dan Kupu- 9 15 Kupu 11
Teks bacaan yang sesuai untuk peserta didik kelas 7 ialah Cinta 8 Lingkungan, Dewi Sri: Dewi Kesuburan, Biota Laut, Tari Saman, 15 Tari Gambyong, Laskar Pelangi: Novel Bernuansa Alam, Gempa Bumi, 12 Kupu-Kupu Ibu, Candi Prambanan, Chairil Anwar, Kisah Semut dan 12 Lalat, Cerita Rakyat Populer di Indonesia, dan Dampak Kemacetan 6 Lalu Lintas. Teks bacaan yang tidak sesuai karena tingkat keterbacaannya 35
di bawah peserta didik sasaran yaitu kelas 6, 7, 8, dan 9 ialah Boneka Sigale-gale, Lebai Malang, dan Ikan Hias yang Digemari. Teks bacaan yang tingkat keterbacaannya di atas peserta didik sasaran yaitu kelas 13 dan 14 ialah Kisah Burung Merak dan Kupu-Kupu, Perbaiki Das, Atasi Bencana, Teka-Teki Kematian Michael Jackson, Rumah Kecil di Bukit Sunyi, Sriti, Pesawat Tanpa Awak, Ciptaan Indonesia, Sisi Negatif dan Positif Ponsel, Manfaat Sampah, Teknologi Proses Sampah, Kisah Seekor Keledai, Bawang Merah dan Bawang Putih, Tsunami, Mandiri Pangan dari Pekarangan Dan Teknologi Tepat Guna, Teknologi Tepat Guna Berdayakan Ekonomi Keluarga, Peningkatan Minat Baca dan Pemberantasan Buta Aksara, Remaja dan Pendidikan Karakter, Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta, dan Tari Kecak.
4.
Anjing yang Nakal
7
6
8
5.
Kelinci Sang Penakluk
7
6
8
6.
Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia
9
8
10
Gadis Pemulung Berprestasi Dunia
7
6
8
Meraih Prestasi pada Usia Senja
8
7
9
Susi Susanti: Legenda Bulu Tangkis Putri 7 Indonesia dan Dunia
6
8
10 .
Pencangkokan 8 Tanaman
7
9
Tabel 7. Keterbacaan Teks Bacaan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas 8
11 .
Cara Menanam Buah Naga 7 yang Baik dan Benar
6
8
7
6
8
No.
Judul Teks
7.
8.
9.
Toleransi Keterbacaa Kelas n Kelas 12 Rendah Atas .
1.
Kupu-Kupu 6 Berhati Mulia
2.
Jiji Jerapah 7 dan Kus Tikus
6
8
3.
Anjing Terkecil
5
7
6
5
7
Keong Emas
13 .
Pembibitan Mawar dengan Teknik Stek
7
6
8
14 .
LayangLayang
9
8
10
36
15 .
Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?
11
Stek, Layang-Layang, Perlukah Batasan Umur Pengguna Facebook 10 12 akan Dihapus?, Sang Pemimpi, Laskar Pelangi, Nasihat untuk Anakku, dan Emak dan Sepotong Roti. Teks yang tidak sesuai untuk peserta didik kelas 8 tetapi sesuai untuk peseta didik kelas 6, ialah Kupu-Kupu 6 8 Berhati Mulia dan Anjing Terkecil. Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah? merupakan teks yang tidak sesuai untuk peserta didik kelas 8 karena tingkat keterbacaan Invalid invalid teks adalah kelas 11. Dua teks yang tergolong invalid karena jumlah suku kata melebihi jumlah suku kata Invalid invalid maksimal gafik Fry yaitu Sanksi yang cocok bagi Pelajar Nakal, dan Pelajar Nakal Perlu Diberi Sanksi.
16 .
Perlukah Batasan Umur Pengguna 7 Facebook akan Dihapus?
17 .
Sanksi yang cocok bagi Pelajar Nakal
Invalid
18 .
Pelajar Nakal Perlu Diberi Sanksi
Invalid
19 .
Sang Pemimpi
20 .
Laskar Pelangi
8
7
9
Tabel 8. Keterbacaan Teks Bacaan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas 10
21 .
Nasihat untuk 8 Anakku
7
9
No.
Judul Teks
22 .
Emak dan 7 Sepotong Roti
6
8
1.
Makhluk di Bumi Ini
8
7
9
2.
Sistem Peredaran 6 Darah Manusia
5
7
3.
Harimau
6
5
7
4.
Karbon
8
7
9
5.
Komodo
7
6
8
6.
Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang?
Invalid
invalid invalid
7
6
Teks bacaan yang sesuai untuk peserta didik sasaran ialah Jiji Jerapah dan Kus Tikus, Anjing yang Nakal, Kelinci Sang Penakluk, Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia, Gadis Pemulung Berprestasi Dunia, Meraih Prestasi pada Usia Senja, Susi Susanti: Legenda Bulu Tangkis Putri Indonesia dan Dunia, Pencangkokan Tanaman, Cara Menanam Buah Naga yang Baik dan Benar, Keong Emas, Pembibitan Mawar dengan Teknik
8
Keterbacaa Toleransi Kelas n Kelas Rendah Atas
37
7.
Cara Menggunakan Kartu ATM
8.
Cara Mengurus Surat Izin 6 Mengemudi (SIM)
9.
Tata Cara Pemilihan Ketua RT dan Wakil Ketua RT
8
12
7
5
11
Ekonomi Indonesia Akan Melampaui 11 Jerman dan Inggris
10
11.
Manfaat Jamu Tradisional
10
12.
Integrasi Asean dalam 14 Plurilingualism e
10.
11
13
13.
Untung Rugi Perdagangan Bebas
14.
Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi
11
10
15.
KUHP dalam Anekdot
9
8
13
12
9 16.
Anekdot Hukum Peradilan
7
6
8
17.
Politisi Blusukan Banjir
7
6
8
18.
Puntung Rokok 6
5
7
Negosiasi dan Cara Invalid Melakukannya
invalid invalid
20.
Ekspor Kain Sarung ke Negeri Yaman
13
12
14
21.
Langkah Pelestarian 13 Hewan Langka
12
14
22.
Program Akselerasi Sangat Diperlukan
11
10
12
23.
Betulkah Program Akselerasi Dibutuhkan?
8
7
9
7
13 19.
12
12
15
14
Teks bacaan yang sesuai untuk peserta didik kelas 10 adalah Ekonomi Indonesia Akan Melampaui Jerman dan Inggris, Manfaat Jamu 12 Tradisional, Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi, KUHP dalam Anekdot, dan Program Akselerasi Sangat Diperlukan. Teks 10bacaan yang tidak sesuai untuk peserta didik sasaran karena tingkat ketebacaannya lebih sesuai untuk peserta didik kelas 6, 7, dan 9 ialah Makhluk di Bumi Ini, Sistem 38
Peredaran Darah Manusia, Harimau, Karbon, Komodo, Anekdot Hukum Peradilan, Politisi Blusukan Banjir, Puntung Rokok,, Betulkah Program Akselerasi Dibutuhkan?Cara Menggunakan Kartu ATM, Cara Mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM). Teks yang keterbacaannya tidak sesuai dengan kelas 10 karena lebih cocok digunakan untuk kelas 12, 13, dan 14 yaitu Tata Cara Pemilihan Ketua RT dan Wakil Ketua RT, Integrasi Asean dalam Plurilingualisme, Untung Rugi Perdagangan Bebas, Ekspor Kain Sarung ke Negeri Yaman, dan Langkah Pelestarian Hewan Langka Ada dua teks yang tergolong invalid yaitu Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang?, dan Negosiasi dan Cara Melakukannya, Tabel 9. Keterbacaan Teks Bacaan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas 11 Semester 1
yang Bahagi a 4.
Paing
7
6
8
5.
Banun
8
7
9
6.
Meraih Impian
9
8
10
7.
Nelson Mandel a: Sang Pemaaf 11 Perunt uh Aparth eid
10
12
Soekar no: Bapak Bangsa Indone sia
8
7
9
John F. Kenne dy: Jangan Tanyak an Apa 7 yang Negeri mu Berika n Padam u
6
8
Khalil Gibran
8
10
8.
9.
Toleransi Judul Keterbaca Kelas No. Teks an Kelas Renda Atas h 1.
Juru Masak
7
6
8
2.
Sulaim an Pergi ke Tanjun g Cina
7
6
8
Perihal Orang Miskin
7
3.
1 0. 6
9
8
39
Teks bacaan yang sesuai untuk pembaca sasaran yaitu kelas 11 adalah Nelson Mandela: Sang Pemaaf Peruntuh Apartheid sedangkan teks bacaan yang tidak sesuai untuk peserta didik kelas 11 adalah Juru Masak, Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina, Perihal Orang Miskin yang Bahagia, Paing, Banun, Meraih Impian, Soekarno: Bapak Bangsa Indonesia, John F. Kennedy: Jangan Tanyakan Apa yang Negerimu Berikan Padamu, dan Khalil Gibran. Seluruh teks bacaan yang tidak sesuai karena teks bacaan tersebut tingkat keterbacaannya terletak pada kelas 7, 8, dan 9. Tabel 10. Keterbacaan Teks Bacaan pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas 11 Semester 2 No.
Judul Teks
7.
Lumpur Lapindo
11
10
12
8.
Faktor Penyebab Perubahan Sosial
13
12
14
Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis
8
7
9
Belajar Ikhlas dari 8 “Hafalan Shalat Delisa”
7
9
“Mengapa Kau Culik Anak 10 Kami?” Pertanyaan itu Belum Terjawab
9
11
Gara-gara Kemben, Film “Gending Sriwijaya” Diprotes Budayawan
11
13
Teater Gandrik Ubah Kisah 10 Pahlawan Super Jadi Kritik Sosial
9
11
Negeri Menara:
9
11
9.
10 .
11 .
Toleransi Kelas Keterbacaan Kelas Rendah Atas
1.
Siklus Hidrologi
9
8
1012 .
2.
Banjir
9
8
10
3.
Kekeringan
14
13
15
4.
Penyebab Tanah Longsor
11
10
5.
Erosi
14
12 13 . 15
6.
Ratusan Warga di 9 Malang Berebut Air Bersih
13
8
10 14 .
12
5
10
40
Mimpi Beda, Rasa Sama 15 .
Sangkuriang
16 .
Tangkuban Perahu
17 .
Bermula dari 11 Gatot Kaca
10
18 .
Penyebab Rupiah Melemah
9
8
19 .
Dik
10
9
20 .
Siswa SMAN 10 Malang 9 Ciptakan Reaktor Multifungsi
8
21 .
Rupiah akan 13 Bertahan
12
22 .
Cepat Lelah Saat Bekerja, Apa Sih 14 Penyebabny a?
13
6
5
7
6
Sama, dan Bermula dari Gatot Kaca. Teks yang tidak sesuai untuk peserta didik kelas 11 karena seharsnya digunakan untuk kelas 6, 7, 8, dan 9 7 adalah Siklus Hidrologi, Banjir, Ratusan Warga di Malang Berebut 8 Air Bersih, Dongeng Utopia Masyarakat Borjuis, Belajar Ikhlas dari “Hafalan Shalat Delisa”, 12 Sangkuriang, Tangkuban Perahu, Penyebab Rupiah Melemah, dan Siswa SMAN 10 Malang Ciptakan 10 Reaktor Multifungsi. Teks yang memunyai keterbacaan untuk kelas 13 dan 11 14 adalah Kekeringan, Erosi, Faktor Penyebab Perubahan Sosial, Rupiah akan Bertahan, dan Cepat Lelah Saat Bekerja, Apa Sih Penyebabnya?. 10
PENUTUP
Teks yang sesuai untuk peserta didik kelas 11 adalah Penyebab Tanah Longsor, Lumpur Lapindo, “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” Pertanyaan itu Belum Terjawab, Gara-gara Kemben, Film “Gending Sriwijaya” Diprotes Budayawan, Teater Gandrik Ubah Kisah Pahlawan Super Jadi Kritik Sosial, Negeri 5 Menara: Mimpi Beda, Rasa
Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui 14 keterbacaan teks-teks bacaan di dalam 5 buku teks bahasa Indonesia SMP Kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 15 menggunakan alat ukur keterbacaan Grafik Fry, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) keterbacaan buku teks bahasa Indonesia kelas 7 Kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 tidak sesuai untuk peserta didik sasaran karena 20 dari 33 teks tidak sesuai untuk peserta didik kelas 7 berdasarkan grafik Fry, (2) keterbacaan buku teks bahasa Indonesia kelas 8 Kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 sesuai dengan 41
peserta didik sasaran karena 17 dari 22 teks sesuai untuk peserta didik kelas 8 berdasarkan grafik Fry, (3) keterbacaan buku teks bahasa Indonesia kelas 10 Kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 tidak sesuai dengan peserta didik sasaran karena 18 dari 23 teks tidak sesuai untuk peserta didik kelas 10 berdasarkan grafik Fry, (4) keterbacaan buku teks bahasa Indonesia kelas 11 Semester 1 Kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 tidak sesuai dengan peserta didik sasaran karena 9 dari 10 teks tidak sesuai untuk peserta didik kelas 11 berdasarkan grafik Fry, dan (5) keterbacaan buku teks bahasa Indonesia kelas 11 Semester 2 Kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 tidak sesuai dengan peserta didik sasaran karena 14 dari 22 teks tidak sesuai untuk peserta didik kelas 11 berdasarkan grafik Fry. DAFTAR PUSTAKA Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Harjasujana, Slamet Akhmad dan Yeti Mulyati. 1997. Membaca 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Husen, Akhlan, M. Subana, dan Deny Iskandar. 1998. Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kamidjan. 2004. Keterampilan Membaca. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Fakultas Bahasa dan Seni. Maryanto, dkk. 2014a. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Maryanto, dkk. 2014b. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Maryanto, dkk. 2014c. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Suladi, Wiwiek Dwi Astuti, dan K. Biskoyo. 2000. Keterbacaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran SLTP. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pedidikan Nasional. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Yani, Ahmad. 2014. Mindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta. Zabadi, Fairul dan Sutejo. 2014. Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VII. Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Zabadi, Fairul dkk. 2014. Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 42