perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh : USWAN FIRMANSYAH K4608027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Uswan Firmansyah
NIM
: K4608027
Jurusan/Program Studi
: POK / Pend. Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA SURAKARTA
Oleh : USWAN FIRMANSYAH K4608027
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
November 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
Drs. Budhi Satyawan, M.Pd
NIP. 19651128 199003 1 001
NIP. 19650909 199403 1 003
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Waluyo, S.Pd, M.Or.
Sekretaris
: Drs. Sarwono, M.S
Anggota I
: Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
Anggota II
: Drs. Budhi Satyawan, M.Pd.
.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Uswan Firmansyah. KETERAMPILAN BERMAIN BULUTANGKIS DITINJAU DARI UNSUR FISIK DOMINAN DALAM BULUTANGKIS PADA PEMAIN TUNGGAL ANAK PUTRA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA SURAKARTA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. (2) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. (3) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. (4) Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh pemain tunggal anak putra di klub PB PURNAMA Surakarta yang berjumlah 20 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu seluruh populasi yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan: : (1) Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.009 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan relatif sebesar -1.93% dan sumbangan efektif sebesar -1.48%. (2) Ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.000 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan relatif sebesar 26.28% dan sumbangan efektif sebesar 20.26%. (3) Ada hubungan yang signifikan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.000 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan relatif sebesar 75.64% dan sumbangan efektif sebesar 58.31% . (4) Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis, angka sig = 0.000 < taraf sig = 0.05 dan memberikan sumbangan sebesar 77.09%. Besarnya angka F antara power otot tungkai (X1), kelincahan (X2), dan daya tahan kardiovaskular (X3) dengan keterampilan bermain bulutangkis (Y) adalah 17.943.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Uswan Firmansyah. SKILL PLAYS BADMINTON BE SIGHTED FROM DOMINANT PHYSICAL ELEMENT IN BADMINTON ON UNIFIED SON CHILD SOLOIST PURNAMA SURAKARTA'S BADMINTON. Thesis, Surakarta : Faculty of Education and Teacher Training Sebelas Maret University. December 2012. To the effect this research is: (1) To know there is don't it relationships among power tungkai's muscle with skill plays badminton and if there is how big that relationship. (2) To know there is don't it relationships among mobility with skill plays badminton and if there is how big that relationship. (3) To know there is don't it relationships among kardiovaskular's resistance with skill plays badminton and if there is how big that relationship. (4) To know there is don't it relationships among power tungkai's muscle, mobility, and kardiovaskular's resistance with skill plays badminton and if there is how big that relationship. This research utilize descriptive method with studi korelasional. Population and this research sample is all son child soloist at PB PURNAMA Surakarta's club that total 20 person. Sample tech that is utilized is total sampling, which is exhaustive population which made by research sample. Base this observational result can be concluded: : (1) Available relationships that signifikan among power tungkai's muscle with skill plays badminton, sig's number = 0.009 < sig's level = 0.05 and gives relative contribution as big as -1.93% and effective contribution as big as -1.48% . (2) Available relationships that signifikan among mobility with skill plays badminton, sig's number = 0.000 < sig's level = 0.05 and gives relative contribution as big as 26.28% and effective contribution as big as 20.26% . (3) Available relationships that signifikan among kardiovaskular's resistance with skill plays badminton, sig's number = 0.000 < sig's level = 0.05 and gives relative contribution as big as 75.64% and effective contribution as big as 58.31% . (4) Available relationships that signifikan among power tungkai's muscle, kardiovaskular's mobility and resistance with skill plays badminton, sig's number = 0.000 < sig's level = 0.05 and gives contribution as big as 77.09% . Its outgrows numeral f among power tungkai's muscle (X 1), mobility (X2), and kardiovaskular's resistance (X3) with skill plays badminton (Y) is 17.943.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
# Bukanlah yang kuat, tetapi yang uletlah yang menjadikan mereka manusia besar # (Nunse)
# Rasa takut terhadap sesuatu, biasanya semakin merajalela bila kita menurutinya. Karena itu bersikaplah seolah-olah kita tidak merasa takut lagi, sehingga secara berangsur-angsur ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya # (Thoreau)
# Kemasyhuran seseorang tidak terletak pada kenyataan bahwa ia tidak pernah jatuh, Akan tetapi ia bangkit berdiri kembali setelah jatuh # (Kong Fu Tse)
# Orang yang bodoh sebenarnya telah mati sebelum mati. Tapi orang alim atau pandai mereka tetap hidup sepanjang masa, sekalipun sudah mati # (Wali Songo)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Dengan doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis persembahkan karya ini kepada :
Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tak henti-hentinya untuk ananda tercinta Adik-adikku Vio, Hafiz dan Lutfi yang terus memberi suport Sayangku terkasih yang selalu memberi semangat & menjadi semangatku Temen-temen yang selalu membantuku Ino, Sidoel, Mas Anton, Mas Joko, Mbak Reny, Rista, Erni, Yuli terima kasih atas semangat, perjuangan, dan kerjasamanya Temen-temenQ seperjuangan P
yang selalu kompak
Temen-temen PP Wulutamplek UNS Surakarta Pelatih & adik-adik PB PURNAMA Surakarta Almamater
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dimudahkan dan senantiasa diberi bantuan dalam penyusunan skripsi sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis berterimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi; 2. Drs. H. Mulyono, M. M., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 3. Waluyo, S.Pd. M.Or., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. Budhi Satyawan, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak arahan, mendukung dan memberikan semangat kepada penulis sehingga dapat melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi tanpa kesulitan yang berarti; 5. Sri Santoso Sabarini, S.Pd, M.Or., selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah dengan tulus memberikan ilmu dan memberikan motivasi tersendiri kepada penulis;
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Ketua Persatuan Bulutangkis PURNAMA Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian; 8. Yunita Ambar W, Andika Nugraha, Ari, dan Daka., para pelatih Persatuan Bulutangkis PURNAMA Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian; 9. Atlet-atlet putra usia 10-12 tahun Persatuan Bulutangkis PURNAMA Surakarta yang telah berkenan menjadi sampel dalam penelitian ini; 10. Rekan-rekan POK yang dengan tulus membantu peneliti; 11. Pihak-pihak lain yang membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN. ............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN. .........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK...................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO....................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN. ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR. .....................................................................................
x
DAFTAR ISI. ....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL. ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR. .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................... xvi
BAB
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ..........................................................................
4
D. Perumusan Masalah ...........................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ...............................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori........................................................................................
6
1. Keterampilan Bermain Bulutangkis..............................................
6
a. Karakteristik Permainan Bulutangkis ........................................
6
b. Bentuk Gerak Dasar Permainan Bulutangkis ............................
6
c. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis .......................................
10
d. Aspek-Aspek yang Harus Dikembangkan dalam Bulutangkis.
19
2. Unsur Fisik Dominan dalam Bulutangkis .....................................
24
a. Power Otot Tungkai .................................................................. xii
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kelincahan ................................................................................
28
c. Daya Tahan Kardiovaskular......................................................
31
B. Kerangka Berpikir..............................................................................
34
C. Hipotesis ............................................................................................
37
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 38 B. Rancangan Penelitian......................................................................... 38 C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 39 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 39 E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data.................................................................................... 45 B. Mencari Reliabilitas. .......................................................................... 45 C. Pengujian Prasyarat Analisis. ............................................................ 46 D. Hasil Analisis Data. ........................................................................... 48 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan. ........................................................................................... 55 B. Implkasi. ............................................................................................ 56 C. Saran. ................................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 58 LAMPIRAN. ..................................................................................................... 60
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.
Deskripsi Data Hasil Test ...........................................................................
45
2.
Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................................
45
3.
Range Kategori Reliabilitas ..............................................................................
46
4.
Hasil Uji Normalitas Data .................................................................................
46
5.
Hasil Uji Linieritas .............................................................................................
47
6.
Hasil Sumbangan Masing-Masing Prediktor ..................................................
50
7.
Prediksi Ambilan Konsumsi Oksigen Maksimal dengan Tes Lari Bolak-Balik 65
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Teknik Pegangan Raket Bulutangkis .......................................................
13
2.
Ilustrasi Keterkaitan diantara Kemampuan Biomotorik............................
30
3.
Skematis Kerangka Berpikir ....................................................................
36
4.
Grafik Korelasi antara Power Otot Tungkai dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis ...............................................................................
5.
Grafik Korelasi antara Kelincahan dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis................................................................................................
6.
48
49
Grafik Korelasi antara Daya Tahan Kardiovaskular dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis .................................................................................
50
7.
Vertical Jump Test ....................................................................................
62
8.
Skema Pelaksanaan Langkah Bulutangkis ...............................................
63
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Petunjuk Pelaksanaan Tes .........................................................................
61
2. Data sampel Penelitian ...............................................................................
66
3. Bagan Kompetisi keterampilan Bermain Bulutangkis ..............................
67
4. Daftar Peringkat Tes Kompetisi Keterampilan Bermain Bulutangkis .....
71
5. Data Hasil Tes Power Otot Tungkai...........................................................
72
6. Data Hasil Tes Kelincahan .........................................................................
73
7. Data Hasil Tes Daya Tahan Kardiovaskular .............................................
74
8. Rekapitulasi Data Tes ................................................................................
75
9. Uji Reliabilitas............................................................................................
76
10. Uji Normalitas. ...........................................................................................
78
11. Uji Linieritas...............................................................................................
81
12. Analisis Regresi. .........................................................................................
83
13. Menghitung Sumbangan Masing-masing Prediktor. ..................................
86
14. Tabel Kerja. ................................................................................................
87
15. Analisis Regresi Tiga Prediktor dengan Metode Skor Deviasi. .................
88
16. Dokumentasi Penelitian. .............................................................................
94
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga permainan yang popular dan digemari oleh masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak sampai tingkat orang tua, laki-laki maupun perempuan. Bulutangkis cepat menyebar di pelosok daerah-daerah dikarenakan dengan olahraga bulutangkis ini Negara Indonesia dapat dikenal di dunia Internasional yaitu dengan prestasi-prestasi yang dicapai oleh atlet-atlet Indonesia. Dengan memasyarakatnya bulutangkis tersebut maka usaha-usaha untuk menuju prestasi bulutangkis harus secara terus menerus digalakkan dan ditingkatkan guna mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diperoleh, agar membawa nama harum Negara Indonesia ditingkat dunia. Tentunya prestasi tinggi yang diraih oleh atlet-atlet Indonesia tersebut dapat diperoleh melalui perjuangan yang berat dan pembinaan-pembinaan yang baik serta terprogram dengan teratur baik dari segi teknik, taktik, mental dan unsur-unsur kondisi fisiknya. Harus diakui bahwa prestasi puncak olahraga disaat ini tidak hanya mengandalkan bakat alam semata, seolah-olah juara olahraga adalah sesatu yang dilahirkan. Anggapan semacam itu sudah harus ditinggalkan sebab sudah tidak sesuai dengan pembinaan olahraga modern. Pembinaan olahraga prestasi kini tidak hanya mengandalkan bakat saja tetapi juga pada proses atau pembinaan itu sendiri. Ungkapan bahwa juara tidak dilahirkan tetapi juara harus dibentuk dan diciptakan adalah sesuatu kenyataan, meskipun bakat tetap merupakan faktor yang dominan. Keberhasilan dalam usaha peningkatan prestasi sudah barang tentu disebabkan
umumnya faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi maksimal adalah faktor
penguasaan teknik yang sempurna, kondisi fisik dan kemampuan, fisik penguasaan masalah teknik, aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik dan memiliki kematangan juara yang mantap, sedangkan faktor eksogen meliputi : pelatih, keuangan, alat, perlengkapan, tempat, organisasi, lingkungan commit todan userprestasi pemerintah.
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Untuk dapat mencapai prestasi yang prima, seorang pemain bulutangkis memerlukan unsur-unsur kondisi fisik yang baik seperti : power otot tungkai, kelincahan, daya tahan kardiovaskular. Dengan memiliki power tungkai yang kuat, seorang pemain bulutangkis dapat melompat untuk melakukan pukulan smash, drop, dan lob lebih cepat dan akurat. Dengan memiliki kelincahan yang baik, maka seorang pemain bulutangkis dapat menguasai lapangan sehingga dapat menjangkau dan mengembalikan shuttlecock yang ditempatkan lawan tanpa menemui kesulitan yang berarti. Dengan memiliki daya tahan kardiovaskular yang baik, maka seorang pemain bulutangkis dapat bermain bulutangkis lebih lama sehingga tidak mudah mengalami kelelahan. Usaha-usaha untuk dapat meningkatkan prestasi bulutangkis sudah banyak ditempuh oleh pihak pemerintah maupun swasta, pelatih ataupun pembina. Penelitian dibidang keolahragaan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan prestasi olahraga. Penelitian dibidang keolahragaan sangat besar kegunaannya terhadap mutu prestasi meskipun perannya tidak secara langsung. Demikian juga penelitian pada cabang olahraga bulutangkis sangat diperlukan untuk memberi masukan bagi sistem pembinaan yang telah dilakukan pada masa kini. Hal ini besar manfaatnya untuk lebih memantapkan
sistem
pembinaan
bulutangkis
di
perkumpulan-perkumpulan
bulutangkis dan sekolah-sekolah. Perkembangan
prestasi
bulutangkis
di Indonesia tidak
terlepas
dari
perkembangan di daerah-daerah ini terbukti dengan munculnya klub-klub atau perkumpulan-perkumpulan bulutangkis di daerah-daerah. Salah satu klub yang muncul di Surakarta yaitu Persatuan Bulutangkis (PB) PURNAMA. Usaha untuk meningkatkan prestasi bulutangkis di PB. PURNAMA telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu peningkatan teknik, fisik, taktik dan mental, serta latihan secara rutin. Selain itu, PB. PURNAMA juga sering mengikuti kejuaraan namun hasilnya belum memuaskan, karena untuk wilayah Surakarta saja belum mampu menjuarai. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya masalah dalam pembinaan prestasi. Menghadapi permasalahan diatas, pengurus dan pelatih PB. PURNAMA perlu meninjau kembali masalah-masalah yang ada. Masalah-masalah yang dapat mempengaruhi pencapaian
commit to user
prestasi suatu klub bulutangkis yang perlu ditinjau diantaranya yaitu kualitas pelatih, 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 sarana dan prasarana yang dimiliki, dukungan pemerintah dan masyarakat, serta kualitas pemain itu sendiri. Sehubungan dengan kualitas pemain, kondisi fisik adalah masalah yang mendesak untuk dikaji, berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi di PB. PURNAMA terutama hal fisik yang perlu menjadi perhatian adalah
power otot
tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular karena faktor-faktor tersebut sangat mendukung dalam pencapaian prestasi yang baik. Oleh karena itu dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal dalam bulutangkis, diperlukan sistem pembinaan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri pemain secara optimal. Dalam upaya peningkatan prestasi dalam permainan bulutangkis di PB. PURNAMA, teknik keterampilan bulutangkis harus dilatihkan secara intensif. Kemampuan keterampilan bulutangkis tersebut harus ditingkatkan melalui latihan yang terprogram dengan memperhatikan unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan keterampilan bulutangkis di PB. PURNAMA tersebut. Pembinaan yang dilakukan harus mengembangkan unsur-unsur dari dalam diri pemain diperlukan dalam pencapaian prestasi bulutangkis. Unsur dari dalam diri pemain yang harus dikembangkan untuk mencapai prestasi dalam permainan bulutangkis yaitu faktor kemampuan, teknik, fisik, taktik, dan mental. Dalam memberikan latihan keterampilan bulutangkis, pelatih harus memperhatikan unsur fisik yang dominan dalam bulutangkis yaitu power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular yang dimiliki tiap pemainnya, agar dapat meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis, secara umum dibutuhkan latihan sesuai dengan kondisi dan perkembangan otot sebelumnya. Pembinaan di PB. PURNAMA dilakukan pada usia dini, ada pengelompokan umur berdasarkan PBSI yaitu kelompok umur yaitu usia dini (dibawah usia 10 tahun), anak (10-12 tahun), pemula (13-14 tahun), remaja (15-16 tahun). Pembinaan dan latihan yang didasarkan pada kelompok umur dapat menjadi pemain yang terampil dan mampu meraih prestasi yang tinggi oleh para pemain di PB. PURNAMA , untuk dapat memberikan latihan yang tepat pada unsurunsur yang menentukan pada keterampilan bermain bulutangkis tersebut, maka harus memperhatikan kondisi dan perkembangan otot yang dimiliki sebelumnya.
commit to user
Peranan masing-masing variabel terhadap kemampuan keterampilan bermain bulutangkis dapat dilihat dari hubungan dan besarnya kekuatan hubungan tiap variabel 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 tersebut terhadap keterampilan bermain bulutangkis. Oleh karena hubungan dan besarnya kekuatan masing-masing variabel belum diketahui, maka perlu diadakan penelitian lebih dahulu. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka akan
Fisik Dominan dalam Bulutangkis pada Pemain Tunggal Anak Putra Persatuan
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut : 1.
Tidak semua pemain bulutangkis di PB. PURNAMA Surakarta memiliki kondisi fisik yang baik.
2.
Pencapaian prestasi bulutangkis di PB. PURNAMA Surakarta yang belum optimal perlu mendapat perhatian serius dari pengurus dan pelatih.
3.
Pembinaan dan latihan keterampilan bermain bulutangkis di PB. PURNAMA Surakarta belum memperhitungkan unsur-unsur fisik yang berpengaruh atau unsur-unsur fisik yang memiliki hubungan dengan keterampilan bermain bulutangkis.
4.
Keterampilan bermain bulutangkis ditinjau dari power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular pada pemain tunggal anak putra PB. PURNAMA Surakarta perlu diketahui. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini maka permasalahan
perlu dibatasi, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis.
2.
Kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis.
3.
Daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis.
4.
Power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis. D. Perumusan Masalah
commit to user
Bertolak dari pembatasan masalah diatas, maka penelitian ini mengemukakan rumusan-rumusan masalah sebagai berikut : 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 1.
Adakah hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
2.
Adakah hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
3.
Adakah hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut?
4.
Adakah hubungan antara power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis? Bila ada seberapa besar hubungan tersebut? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui : 1.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
2.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
3.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut.
4.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara power otot tungkai, kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dan bila ada seberapa besar hubungan tersebut. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :
1.
Manfaat Teoritis: Dapat
dijadikan
informasi dalam
mengetahui keterampilan bermain
bulutangkis seorang atlet ditinjau dari kemampuan power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular atlet tersebut. 2.
Manfaat Praktis: a. Bagi Peneliti, peneliti menjadi tahutounsur commit user kondisi fisik yang mempengaruhi keterampilan bermain bulutangkis dan dapat mengetahui seberapa besar 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 sumbangan yang diberikan oleh power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular terhadap keterampilan bermain bulutangkis. b. Bagi pelatih club yang diteliti, penelitian ini dapat dijadikan informasi tentang unsur kondisi fisik yang mempengaruhi dalam meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis atlet-atletnya.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keterampilan Bermain Bulutangkis
a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang berkembang di Indonesia dan sangat memasyarakat. Permainan bulutangkis sering pula disebut dengan istilah badminton. Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang (single) atau dua orang melawan dua orang (double). Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis yaitu berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainannya sendiri. Apabila shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai dengan melakukan servis.
b.Bentuk Gerak Dasar Permainan Bulutangkis Ditinjau dari gerakan permainan bulutangkis banyak gerakan yang dilakukan seorang pemain bulutangkis. Subarjah (2001) menyatakan: Gerakan dalam permainan bulutangkis terdri beberapa macam yaitu gerakan memukul dengan raket, gerakan berdiri, gerakan melangkah, berlari, gerakan bergerser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lain sebagainya. Kesemua gerakan itu terangkai dalam suatu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk menyelesaikan tugas gerak (hlm.4)
commit to user
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, seluruh gerakan yang ada dalam permainan bulutangkis bersumber dari keterampilan dasar yaitu, gerak 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif. Gerakan lokomotor yang sering dijumpai dalam permainan bulutangkis misalnya gerakan menggeser, melangkah, berlari, memutar badan dan melompat. Gerakan non lokomotor misalnya terlihat dari sikap berdiri (stance) saat servis atau menerima servis, gerak melenting, menjangkau atau merubah berbagai posisi badan. Sedangkan gerak manipulatif misalnya gerakan memukul shuttlecock dengan raket dari berbagai posisi. Dari kesemua bentuk gerakan dalam permainan bulutangkis tersebut, terdapat beberapa gerak yang sifatnya sangat dominan, sehingga menjadi ciri utama dari permainan bulutangkis. Pola gerak yang dominan dalam permainan bulutangkis yaitu berbagai macam cara berdiri, melangkah berbagai arah, misalnya melangkah ke depan, melangkah ke belakang, melangkah ke samping kanan atau kiri, mundur, serong kiri dan serong kanan. Kemudian ada juga melompat yang dilakukan ketika melakukan pukulan-pukulan atas. Selanjutnya adalah gerakan memukul kok dengan menggunakan raket yang dilakukan dari atas kepala (overhead strokes), dari samping atau mendatar (side arm strokes), dan dari bawah (under hand strokes). Pola gerak yang terjadi dalam permainan bulutangkis tersebut pada umumnya disebut Pola Gerak Dominan (PGD) (Subarjah, 2001: 6). Pola gerak dasar dominan merupakan syarat dari terbentuknya keterampilan khas dalam suatu cabang olahraga. Jika seseorang tidak memiliki pola gerak dasar dominan yang diperlukan, tidak mungkin ia mampu menunjukkan kemampuannya yang baik dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Sebaliknya, pola gerak dominan khas olahraga tertentu akan dimiliki seseorang secara memadai, jika seseorang tersebut terlibat melakukannya. Oleh karena itu, kemampuan mengenal dan menganalisa pola gerak dominan sangat penting, sehingga dapat dikembangkan. Kemampuan seseorang mengenal dan menganalisa pola gerak dominan memiliki keuntungan. Menurut Subarjah (2001) pengembangan pola gerak dominan memiliki berbagai keuntungan yaitu: (1) Siswa akan berkembang potensi gerak dan kemampuannya, sehingga memiliki kesiapan untuk mendalami olahraga yang bersangkutan. Bahkan bukan hanya untuktosatu commit usercabang olahraga, karena biasanya beberapa cabang olahraga memiliki pola gerak dominan yang hampir sama. 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 (2) Dikaitkan dengan kondisi sekolah di Indonesia yang selalu kekurangan alat dan fasilitas pengembangan pola gerak dominan dari suatu cabang olahraga merupakan pilihan yang tepat. Artinya, setiap guru penjas tetap bisa mengajarkan semua pelajaran yang tercantum dalam kurikulum penjas tanpa tergantung pada alat (hlm.7) Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan mengenal pola gerak dominan sangat penting, sehingga seseorang dapat diketahui apakah kemampuan yang dimiliki sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari. Adapun pola gerak dominan yang perlu dikembangkan dalam permainan bulutangkis yaitu, pola gerak melangkah, melompat dan berlari, dengan arah depan, belakang, serong kiri, serong kanan, kemudian gerak memukul dari atas kepala, dari samping dan dari bawah. Pola gerak ini dapat dikembangkan dengan membiasakan pemain kepada kemampuan memukul bola dengan menggunakan raket. Berbagai macam gerak pukulan, meskipun tidak menggunakan raket yang sebenarnya bisa dikembangkan sesuai dengan jenis pukulan yang ada dalam permainan bulutangkis. Lebih lanjut Subarjah dalam permainan bulutangkis mencakup dua aspek yaitu tuntutan kondisi fisik (2001: 9).
1) Tuntutan Kondisi Fisik Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu. Namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu permainan menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga anaerobik dan aerobik sangat dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik. Tidak dipungkiri bahwa permainan bulutangkis memerlukan kecepatan dan mobilitas bergerak yang dikombinasikan dengan agilitas yang biasanya dimanfaatkan untukk menutup lapangan atau untuk mengejar shuttlecock ke segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan.
commit to user
Power juga dibutuhkan, terutama untuk melakukan pukulan terutama pukulan smash. Demikian pula flexibilitas atau kelentukan dibutuhkan dalam 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 permainan bulutangkis terutama untuk mengambil bola yang jauh yang memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu melakukan gerakan split. Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti kekuatan, keseimbangan
reaksi,
koordinasi
juga
dibutuhkan
dalam
permainan
bulutangkis.
2) Keterampilan Dasar Menurut Subardjah (2001) berdasarkan
pada beberapa dominan
tangkis yaitu
keterampilan manipulatif, (hlm.4).
Keterampilan manipulatif hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Keterampilan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket yang merupakan keterampilan dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting. Keterampilan lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota badan, dalam proses perpindahan atau titik berat badan dari suatu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor meliputi: a) Langkah-langkah pengambilan bola atau penempatan posisi dalam pola tertentu seperti gerakan dari belakang ke depan net, dari samping kiri menyilang ke kanan, atau kombinasi dari pergerakan tersebut dengan titik sentral adalah lapangan tengah. b) Gerakan melompat sebagai kombinasi dari langkah untuk mengambil posisi memukul shuttlecock, gerak dasar lokomotor juga berupa melompat yang biasanya dilakukan pada waktu pemain memukul shuttlecock tinggi untuk kepentingan penyerangan, misalnya smash silang. Gerakan dasar non lokomotor merupakan gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda dalam posisi kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang enak bagi pemain. Maksudnya,
commit to user
gerakan itu tetap labil, meskipun pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang tumpu. Permainan di depan net 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai. Karakteristik gerak dasar permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh seorang pelatih. Hal ini karena tugas pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang, maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang olahraga termasuk permainan bulutangkis.
c. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya dibutuhkan keterampilan yang baik. Menguasai teknik dasar bulutangkis merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung keterampilan bermain bulutangkis. Berkaitan dengan teknik dasar bulutangkis Tohar
pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan (1992: 95).
Menurut
Purnama
(2010)
menyatakan: Untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik, maka seorang atlet harus menguasai teknik dasar bermain bulutangkis dengan benar. Teknik dasar yang dimaksud bukan hanya pada penguasaan teknik memukul, tetapi juga melibatkan teknik-teknik yang berkaitan dengan permainan bulutangkis (hlm.13). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bulutangkis merupakan suatu proses gerakan secara terkoordinasi yang meliputi cara memukul bola dan gerakan-gerakan khusus yang mendukung gerakan memukul bola. Sumarno & Muhtar (2010) mengklasifikasikan teknik dasar bulutangkis menjadi empat macam yaitu: "(1) Teknik memegang raket (grips), (2) Teknik mengatur kerja kaki (footwork), (3) Teknik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Teknik menguasai pola-pola pukulan"(hlm.2.2). Menurut Subardjah
commit to user
bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 beberapa bagian yaitu (1) cara memegang raket (grips), (2) stance (sikap berdiri), (3) Footwork (gerakan kaki) dan, (4) pukulan (strokes (2001: 25). Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, teknik dasar permainan bulutangkis terdiri empat macam yaitu: teknik memegang raket (grips), teknik mengatur kerja kaki (footwork), teknik menguasai pukulan (strokes), dan teknik pola-pola pukulan. Kualitas permainan atau penampilan pemain bergantung pada penguasaan macam-macam teknik dasar bulutangkis dengan didukung kemampuan fisik yang memadai, taktik dan mental yang baik.
1) Teknik Memegang Raket Teknik pegangan raket merupakan unsur yang penting dan harus dikenalkan bagi pemain pemula. Hal ini karena, teknik pegangan raket ini akan membentuk tipe permainan seseorang. Sumarno & Muhtar menyatakan -tama yang perlu diperhatikan bagi pemain yang baru mulai bermain bulutangkis adalah cara memegang raket. Kesalahan di dalam cara memegang raket ini sangat sulit untuk diperbaiki. Selain itu cara memegang (2010: 2.3). Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain terutama bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket atau grips yang dapat digunakan. Menurut Sugiarto (2002) bahwa, -macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan gebuk kasur, pegangan forehand (forehand grip), pegangan backhand (backhand grip) dan pegangan campuran atau kombinasi (combination grip)"(hlm.32). Teknik pengangan gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara Amerika (American grip). Teknik pelaksanaan pegangan gebuk kasur adalah letakkan raket di lantai. Ambil dan peganglah pada bagian ujung pegangan raket dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang luas (sejajar permukaan kepala raket). Pegangan gebuk kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan semes dan untuk mengambil bola di atas jaring (net) dengan menekan bola ke bawah secara tajam. Sebaliknya tipe pegangan ini kurang efektif dalam permainan di depan
commit to user
net, karena kurang memiliki keleluasan gerak. Sumarno & Muhtar menyatakan, "Grip ini (American grip) kurang efektif untuk melakukan 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 pukulan backhand dan untuk permainan netting yang di samping net atau di bawah net"(2010 : 2.4). Teknik pegangan forehand dilakukan dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dinding kepala raket). Yang perlu diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah letak ujung ibu jari tidak melebihi dan tidak kurang dari jari telunjuk. Menurut Sugiarto (2002 : 25) teknik pegangan forehand memiliki beberapa
lepas. (2) Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di sebelah kanan badan (forehand). (3) Tidak perlu memutar pegangan yang disebabkan kesalahan menempatkan posisi kepala raket . Tetapi pegangan forehand
backhand, (2)
Teknik pegangan backhand merupakan jenis pegangan lanjutan dari pegangan forehand, yaitu dari pegangan forehand grip dapat beralih ke backhand grip dengan memutar raket seperempat putaran ke kiri, namun posisi ibu jari tidak seperti pada forehand grip, melainkan agak dekat dengan daun raket, atau dengan jalan menempelkan penampang ibu jari pada permukaan tangkai raket yang terlebar. Menurut Sugiarto keuntungan pegangan backhand bola yang datangnya di sebelah kiri badan. Sebaliknya kelemahan dari teknik ini, pemain akan kesukaran dalam mengembalikan bola, terutama semes (2002: 34). Teknik pegangan campuran atau combination grip sering pula disebut pegangan jabat tangan. Pegangan campuran atau combination grip adalah suatu cara memegang raket dengan mengubah cara pegangan raket sesuai dengan datangnya bola dan jenis pukulan. Pegangan campuran ini merupakan kombinasi antara pegangan gebuk kasur dan teknik pegangan forehand. Teknik pegangan kombinasi hampir sama seperti pegangan forehand, yaitu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat berjabat tangan. Teknik pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan
commit to user
yang paling efektif, karena pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya bola. Dengan teknik pegangan kombinasi atlet akan memiliki 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 pukulan yang lengkap dan sulit dianalisis kelemahannya. Berikut ini disajikan gambar macam-macam teknik pegangan raket sebagai berikut:
Pegangan Forehand
Pegangan Geblek Kasur
Pegangan Backhand
Pegangan Kombinasi
Gambar 1. Teknik Pegangan Raket Bulutangkis (Tohar, 1992) 2) Kerja Kaki (Footwork) Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis.
footwork yang baik adalah
supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari (2011: 48). Menurut Subardjah (2001
Footwork adalah
gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi
badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan (hlm.32). Untuk memperoleh
footwork yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Sedangkan Aristanto (1990) menyatakan:
to user Hal-hal yang harus commit diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu: (1) menentukan saat yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan(hlm.26). Prinsip dasar footwork
bagi pemain yang menggunakan pegangan
kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul kok yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul kok di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.
3) Teknik Memukul Bola Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992) menyatakan "Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan"(hlm.67). Seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Menurut Sumarno & Muhtar (2010) bahwa, "Macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah service, lob, drive, smash, dropshot dan netting"(hlm.2.29). Menurut Tohar (1992) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis service, (2) Pukulan lob, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive, (6) Pengembalian service (hlm.67). Menurut Sugiarto
-macam pukulan dalam permainan
bulutangkis terutama adalah servis, lob, smes, dropshot, drive dan netting (2002: 39) Teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi, servis, lob, drive, dropshot, smash, netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand. Jenis-jenis pukulan tersebut diuraikan sebagai berikut: commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 a) Pukulan Servis Servis dalam permainan bulutangkis merupakan pukulan pembuka atau sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar (1992)
menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan bulutangk
(hlm.67).
Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang dapat memperoleh nilai. Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka dalam pelaksanaannya harus sesuai peraturan yang berlaku. Sugiarto (2002) menyatakan aturan-aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah: (1) Bola maksimum berada sebatas pinggang. (2) Mulai dari pegangan, kepala raket harus condong ke bawah. (3) Kaki tidak menyentuh garis. (4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai. (5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat(hlm.31). Teknik servis dalam permainan bulutangkis dapat dilakukan dengan beberapa macam. Sugiarto mengemukakan, "jenis-jenis pukulan servis yaitu (a) servis pendek/short service , (b) servis tinggi/ high service, dan (c) servis drive/ drive service "(2002: 40-50). Servis pendek merupakan pukulan service dengan mangarahkan shuttlecock dengan sasaran bidang yang sah yang sedekat mungkin dengan net. Servis pendek hanya memerlukan sedikit tenaga, seolah-olah bola hanya didorong saja menggunakan perpindahan berat badan dari belakang ke depan, sedangkan gerak pergelangan lengan hanya dipakai untuk menentukan arah saja. Servis lob atau servis tinggi merupakan servis yang dilakukan dengan arah bola panjang dan tinggi ke belakang lapangan lawan agar bola jatuh sedekat mungkin dengan garis batas
commit to user
belakang. Servis ini biasanya menggunakan teknik pukulan forehand dari bawah. 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Servis datar atau servis drive ini
merupakan
servis yang
mengutamakan kecepatan laju bola, dan jalannya bola mendatar. Tohar menyatakan,
"Servis
drive
adalah
pukulan
servis
dengan
cara
menerbangkan shuttlecock secara keras, cepat mendatar dan setipis mungkin melewati net serta sejajar dengan lantai"(1992: 73).
b) Pukulan Lob Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992)
lob adalah suatu pukulan dalam permainan
bulu tangkis yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis (hlm.78). Sasaran pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang. Agar dapat mencapai sasaran di daerah belakang lapangan lawan, maka pukulan ini dilakukan dengan keras dan panjang. Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Sugiarto (2002) menyatakan, "Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan"(hlm.54). Sedangkan Sumarno & Muhtar (2010 akan dicapai lob dapat dibagi menjadi 2 yaitu: lob serang (attack clear) dan lob tangkisan (high defensive clear (hlm.2.33). Hal senada dikemukakan Dinata & Tarigan (2004) bahwa : Pukulan lob berbentuk lob serang atau berupa lob bertahan. Lob serang ditandai dengan lambungan kok yang tidak terlalu tinggi, tetapi jatuh digaris belakang. Sedangkan lob bertahan dilakukan dengan cara melambungkan kok setinggi-tingginya, supaya pemain bisa memperbaiki posisi badannya dan bersiap-siap untuk menerima serangan lawan dalam permainan (hlm.15). c) Pukulan Drop (Dropshot) Pukulan dropshot merupakan pukulan yang diarahkan di dekat net pada lapangan permainan lawan. Tohar (1992 commit to user drop adalah pukulan yang dilakukan dengan cara menyeberangkan 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 shuttlecock ke daerah pihak lawan dengan menjatuhkan shuttlecock (hlm.83). Menurut Sugiarto bahwa, Dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan menempatkan bola secepatnya dan sedekat-dekatnya dengan jaring pada lapangan (2002 : 71). Dropshoot pada prinsipnya merupakan teknik memukul shuttlecock agar jatuh
secepat mungkin dekat net. Pukulan yang cepat dan
ditempatkan sedekat mungkin di depan net akan sulit dikembalikan oleh lawan. Sugiarto (2002
Dropshot dibedakan menjadi dua
yaitu: (1) dopshot dari atas (Overhead dropshot) terdiri atas drop penuh dan drop potong, (2) dop dari bawah (underhand dropshot (hlm.59-62)
d) Pukulan Drive Pukulan drive adalah pukulan yang biasa digunakan untuk menekan lawan atau untuk memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan bola-bola yang melambung sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan menyerang dengan pukulan atas. Pukulan drive merupakan jenis pukulan yang dilakukan dengan keras dan mendatar yang arah lambungan bolanya sejajar dengan lantai atau net. Tohar (1992) menyatakan, "Pukulan drive adalah pukulan yang dilakukan dengan menerbangkan shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya menyusur di atas net dan penerbangannya sejajar dengan lantai"(hlm.104). Pukulan drive merupakan pukulan yang laju bolanya cepat, sehingga pukulan ini termasuk jenis pukulan serangan yang dapat digunakan untuk mempercepat tempo permainan. Sumarno & Muhtar (2010)
menyatakan,
"Manfaat
drive adalah
mempercepat
permainan dengan meluncurkan bola datar di atas net
tempo
). Pukulan
drive
rut
Sugiarto (2002
drive adalah mempercepat tempo
permainan dengan meluncurkan bola serendah-rendahnya di depan jaring. Selain
itu
pukulan
drive
berfungsi
commit to user
untuk
mengacaukan
posisi
(hlm.64). Dilihat dari lintasan bola, pukulan drive dapat dibedakan 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 menjadi dua macam yaitu (1) Drive lurus atau silang ke belakang (arah pojok lapangan), (2) Drive ke muka jaring (drive dropshot). e) Pukulan Smash Smash merupakan pukulan overhead yang keras dengan kecepatan tinggi arahnya menukik ke bawah di bidang lapangan lawan. Menurut Sumarno & Muhtar (2010
smash adalah pukulan yang
dilakukan paling cepat dan sekeras-kerasnya, ke arah bawah lapangan lawan
). Menurut Tohar
smash adalah suatu
pukulan yang keras dan curam ke bawah mengarah ke bidang lapangan pihak lawan"(1992: 92). Smash merupakan teknik serangan yang paling efektif dalam permainan bulutangkis. Setiap pemain harus benar-benar menguasai teknik smash dengan baik, karena smash merupakan bentuk serangan yang paling mematikan. Menurut Sugiarto ada beberapa jenis pukulan smash yang dapat dilakukan, sesuai dengan kemauan atlet dan situasi di full smash), (2) smes potong, (3) smes seputar kepala (around the head smash), (4) backhand smash, (5)
(2002: 61-67).
f) Netting Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam perminan netting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Prinsip-prinsip dalam melakukan permainan netting, menurut Sumarno & Muhtar (2010) yaitu, "(1) shuttlecock harus diambil di atas atau setinggi mungkin. (2) Lambungan shuttlecock harus serendah mungkin dengan net, dan (3) Jatuhnya shuttlecock harus sedekat mungkin dengan net"(hlm.2.43). Dalam permainan net bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan
commit to user
akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 untuk mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola terutama untuk menerobosnya. Sugiarto bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net, maka (2002: 68).
4) Pola Pola Pukulan Penguasaan
pola-pola
pukulan
penting
untuk
mengembangkan
permainan dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. Pemain perlu mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulangulang dan teratur. Sugiarto (2002 pukulan
adalah
pukulan
yang
dilakukan
secara
berurutan
dan
berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis (hlm.99) Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula. Sugiarto (2002) menyatakan bahwa pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)((hlm.82-97)
Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut, pemain dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan.
commit to user
d. Aspek-Aspek yang Harus Dikembangkan dalam Bulutangkis 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Dewasa ini permainan bulutangkis telah terjadi revolusi dari tipe permainan lama menjadi tipe permainan modern. Perubahan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan dunia modern yang sangat memperhatikan kecepatan dan akurasi. Perubahan tipe permainan ini berpengaruh pada pandangan dasar dari jiwa dan tipe atau karakteristik permainan bulutangkis. Sebagai konsekuensinya, hal ini berpengaruh terhadap pandangan orang tentang aspek-aspek yang perlu diutamakan pengembangannya untuk mencapai prestasi bulutangkis secara maksimal.
Aristanto
(1990:4)
menyatakan
aspek-aspek
yang
harus
dikembangakan agar mencapai prestasi yang tinggi dalam permainan bulutangkis sebagai berikut: 1) Aspek Fisik Kondisi fisik merupakan faktor penting untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bompa
Phisical preparation has to be considered as one
of the most, and in some cases, the most important ingredient in training reqiued to achieve high performance. The main objectives are to increase the develop biomotor abilities to the highest (1990: 52). Pendapat tersebut menunjukkan, persiapan fisik harus dipertimbangkan sebagai suatu faktor utama dan terpenting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan guna mencapai prestasi yang tertinggi. Tujuan utama latihan fisik adalah untuk meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi. Suhendro (1999)
prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga, sebab seorang atlet tidak dapat melangkah sampai ke puncak
prestasi bila tidak didukung oleh kondisi fisik yang
(hlm.41). Kemampuan fisik yang baik sangat penting dan merupakan faktor utama untuk meraih prestasi yang tinggi. Kondisi fisik yang baik akan sangat membantu dalam penguasaan teknik, taktik dan mental. Sudjarwo (1995) bahwa:
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Mempelajari teknik dalam cabang olaharga tertentu tidak mungkin dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang menunjang gerakan teknik tersebut. Taktik yang telah direncanakan dalam pertandingan tidak akan terlaksana tanpa didukung kemampuan teknik yang memadai. Dan secara mental seorang atlet yang memiliki kemampuan teknik akan lebih mantap dan optimis dalam pertandingan(hlm.41-42) Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan fisik yang baik memiliki keterkaitan antara penguasaan teknik, taktik dan mental. Dengan memiliki kemampuan fisik baik akan mudah dalam menguasai suatu teknik cabang olahraga, mampu menjalankan taktik dan strategi permainan dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan optimis dalam pertandingan. Oleh karena itu, komponen-komponen kondisi fisik harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal untuk meraih prestasi yang tinggi. Komponen-komponen kondisi fisik menurut Purnama (2010) otot local, daya tahan cardiovascular, kekuatan, power, kecepatan, fleksibilitas dan komposisi tubuh (hlm.1).
2) Aspek Teknik Pengembangan teknik hanya dapat dilakukan melalui latihan-latihan yang sistematis, terencana dan selalu ditingkatkan. Latihan teknik dilakukan secara berulang-berulang bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik yang dikehendaki. Pada hakikatnya pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan yang cermat, efisien dan efektif. Mengulang-ulang gerakan merupakan salah satu cara untuk menguasai suatu teknik cabang olahraga. Setiap pengulangan gerakan teknik hendaknya dimulai dari gerakan yang mudah meningkat ke yang lebih sulit atau kompleks dan
dapat dimulai dari bagian menuju keseluruhan atau sebaliknya.
Berdasarkan jenisnya penguasaan teknik menurut Sudjarwo (1995) dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (1) Teknik dasar, ialah penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari gerakan dasar dari proses gerak, bersifat sederhana dan mudah to user diberikan bagi mereka yang baru dilakukan. Teknikcommit ini biasanya belajar keterampilan olahraga tingkat pemula. 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 (2) Teknik menengah, ialah penguasaan teknik yang sudah menuntut kemampuan fisik yang meningkat, misalnya kekuatan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan sebagainya. (3) Teknik tinggi merupakan penguasaan tingkat akhir dari pengembangan tingkat dasar dan tingkat menengah yang menuntut gerakan dengan tempo tinggi, ketepatan dan kecermatan. Penguasaan teknik tinggi memerlukan kualitas kemampuan fisik seperti kecepatan, koordinasi, keseimbangan dan daya ledak (power) guna menunjang gerakan-gerakan yang sulit, simultan bahkan dalam posisi dan kondisi yang sulit pula (hlm.43). Penguasaan teknik yang baik sangat penting dalam usaha pencapaian prestasi olahraga. Oleh karena itu, penguasaan teknik perlu dibina secara cermat dan teratur dengan frekuensi pengulangan yang sebanyak mungkin, sehingga dapat dikuasai dengan baik. Adisasmita dan Syarifuddin (1996) menyatakan: Untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: (1) Menganalisis gerak teknik. Hasil penganalisisan yang tepat dipakai sebagai patokan pembinaan, sehingga hanya gerakan-gerakan yang tepat dan benar serta berfungsi saja yang dipilih untuk latihan kecapakan teknik untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. (2) Menghasilkan hal-hal yang dapat merintangi atau menghambat efisiensi teknik (hlm.106). Melalui penganalisaan dan penilaian yang seksama dapat diketahui elemen-elemen penting yang berfungsi dengan baik dalam usaha pembentukan kecakapan teknik. Untuk melatih teknik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Sudjarwo (1995) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melatih teknik sebagai berikut: (1) Informasi teori dan instruksi pelaksanaan harus tegas dan jelas. Teori teknik gerakan harus diberikan dengan jelas, diterangkan dengan contoh atau peragaan yang tepat, selanjutnya dicoba untuk dilakukan oleh atlet. (2) Contoh gerakan teknik dapat dilakukan dengan suatu demonstrasi yang dilakukan oleh pelatih atau model yang ditunjuk untuk memberikan peragaan secara tepat. Untuk menunjukkan gerakan yang tepat dapat pula melalui media seperti film, slide, gambargambar atau media lainnya. (3) Instruksi pelaksanaan harus cermat sebelum dilakukan gerakan ulang (drill), sebab apabila gerakan teknik terlanjur salah dilakukan commitkebiasaan to user yang salah, sehingga sulit untuk seterusnya akan menjadi ditingkatkan. 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 (4) Koreksi dan perbaikan harus selalu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan teknik. (5) Pemberian motivasi atau dorongan yang positif perlu diberikan, demikian pula umpan balik dan evaluasi sangat diperlukan (hlm.4546). Petunjuk cara melatih teknik tersebut sangat penting untuk diperhatikan seorang pelatih. Pelaksanaan latihan teknik yang baik akan memudahkan atlet untuk menguasai teknik yang dipelajari. Dengan menguasai teknik yang baik akan memberi peluang yang besar untuk meraih prestasi yang maksimal.
3) Aspek Taktik Taktik merupakan bagian yang sangat penting dalam pembinaan olahraga. Taktik sangat berperan terutama dalam olahraga permainan. Hal ini sesuai pendapat Sudjarwo (1995 diperlukan
terutama
untuk
penampilan
dalam
olahraga
yang
(hlm.61) Sedangkan yang dimaksud dengan taktik menurut Suhendro (1999 dan akan dilaksanakan dalam permainan oleh perorangan, kelompok maupun (hlm.363). Taktik merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan permainan atau pertandingan. Usaha untuk menyusun taktik permainan yang berhasil harus didukung unsur lainnya seperti tingkat kemampuan fisik atlet, tingkat penguasaan teknik dan lain sebagainya. Adisasmita dan
Syarifuddin (1996) menyatakan faktor-faktor pendukung
taktik yaitu: (1) Kemampuan fisik. Kemampuan fisik yang baik tidak akan menyebabkan menurunnya tempo bertanding, sehingga tetap mampu melaksanakan taktik dengan segala macam variasinya. (2) Kemampuan teknik. Kecakapan teknik sangat membantu lancarnya tugas-tugas taktik. Dengan memiliki kemahiran teknik maka konsentrasi hanya tertuju kepada taktik saja. (3) Team work. Kerjasama menentukan berhasilnya suatu team. Team work menentukan pengertian-pengertian satu sama lain dalam melaksanakan taktik. (4) Distribusi energi. Pengaturan distribusi energi selama pertandingan commit harus sesuai dan tepat. Hal to iniuser untuk menghindari menurunya tempo karena kehabisan tenaga sebelum atau selesai bertanding atau tempo bertanding rendah karena tidak menggunakan tenega semestinya. 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 (5) Penguasaan pola-pola pertandingan. Pola pertandingan sebaiknya jangan statis, pola pertandingan hendaknya mempunyai variasi-variasi. Hal ini perlu agar tidak dapat diterka lawan. Di samping itu, dengan adanya variasi dapat digunakan untuk merubah taktik apabila usaha yang terdahulu gagal (hlm.119). Taktik dalam bertanding akan sangat bermanfaat atau berjalan dengan lancar jika didukung kemampuan fisik yang prima, penguasaan teknik yang baik, memiliki kerjasama yang kompak, distribusi energi yang baik serta penguasaan pola-pola pertandingan. Bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, oleh karena itu harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap atlet.
4) Aspek Psikis/Mental Aspek mental merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembinaan olahraga prestasi. Kemampuan fisik, penguasaan teknik yang baik serta taktik yang efektif, jika tidak didukung mental yang baik akan berpengaruh dalam usaha mencapai prestasi yang tinggi. Suhendro (1999)
mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan taktik atlet dalam penampilan (hlm.63) Mental merupakan kondisi psikologis yang penting dalam kegiatan olaharga. Mental berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan pemantap bagi atlet untuk mempraktekkan kemampuan fisik dan skill dalam mencapai pretasi yang tinggi. Atlet yang memiliki mental baik akan mampu mengatasi segala kesulitan seperti kegagalan, gangguan emosi, putus asa dan lain sebagainya dengan penuh kesabaran, pengertian dan latihan yang teratur. Noer -faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kondisi mental, dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu: (1) faktor-faktor yang berasal dari dalam atlet (faktor intern), (2) faktor-faktor yang berasal dari luar (1995: 357). Melatih atau menangani mental atlet adalah sangat penting dalam pembinaan olahraga prestasi. Jika kondisi mental atlet dalam kondisi yang
commit to user
tidak stabil harus segera dibenahi. Faktor-faktor yang mempengaruh mental atlet baik faktor internal maupun faktor eksternal harus segera dipecahkan 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 sebelum melangsungkan pertandingan. Faktor internal antara lain yaitu faktor fisiologis atlet dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal antara lain yaitu penonton, lawan yang bukan tandingannya, kehadiran/ketidakhadiran pelatih, beban tugas yang terlalu berat. 2. Unsur Fisik Dominan dalam Bulutangkis Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik. Tidak dipungkiri bahwa permainan bulutangkis memerlukan kecepatan dan mobilitas
bergerak
yang dikombinasikan
dengan agilitas
yang
biasanya
dimanfaatkan untuk menutup lapangan atau untuk mengejar shuttlecock ke segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan. Power juga dibutuhkan, terutama untuk melakukan pukulan terutama pukulan smash. Demikian pula flexibilitas atau kelentukan dibutuhkan dalam permainan bulutangkis terutama untuk mengambil bola yang jauh yang memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu melakukan gerakan split. Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti kekuatan, keseimbangan reaksi, koordinasi juga dibutuhkan dalam permainan bulutangkis. Menurut Subarjah (2012 : 3) menyatakan bahwa
Dalam permainan
bulutangkis, komponen-komponen kondisi fisik yang menonjol adalah kecepatan gerak, kelincahan (agilitas), daya ledak otot atau power otot, dan daya tahan umum (kemampuan aerobik) . Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa unsur fisik yang dominan dalam bulutangkis antara lain yaitu sebagai berikut :
a. Power Otot Tungkai 1). Pengertian Power Otot Tungkai Power adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk
commit to user
mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 utuh
: 37). Menurut Pyke & Watson (1987) yang dikutip oleh
Ismaryati (2008) menyatakan bahwa Power atau daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosif
). Power menyangkut kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat mungkin. Yang dimaksud power otot tungkai dalam penelitian ini yaitu kemampuan dari otot tungkai untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi. Daya ledak atau explosif power merupakan komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktifitas yang berat, karena dapat menentukan seberapa kuat orang dapat memukul, melompat, melempar, dan berlari dengan cepat. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Suharno bahwa, daya ledak itu sangat diperlukan dalam pencapaian mutu prestasi yang maksimal dalam olahraga (1992 : 39). Menurut Harsono (1988) menyatakan bahwa: power itu penting terutama untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus mengerahkan tenaga yang eksplosif, seperti dalam nomor lempar dalam atletik, cabang olahraga yang ada unsur akselerasi (percepatan) seperti balap sepeda, renang, mendayung, selain itu power juga perlu untuk memukul seperti dalam cabang olahraga tinju, karate, bola voli, dan bulutangkis (hlm.200) 2). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Power Otot Power dipengaruhi oleh dua komponen yaitu kekuatan dan kecepatan, baik kecepatan rangsangan saraf maupun kecepatan kontraksi otot. Faktorfaktor yang mempengaruhi besar kecilnya power menurut Suharno antara lain sebagai berikut: 1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih. 2) Kekuatan dan kecepatan otot. 3) Koordinasi gerak. 4) Banyak sedikitnya zat kimia otot (ATP) (1992 : 38). Pendapat para pakar tersebut dapat diambil pengertian bahwa power merupakan kemampuan dari sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan maksimal dan kecepatan yang tinggi. Untuk meningkatkan kemampuan daya ledak diperlukan peningkatan
commit to user
kekuatan dan kecepatan secara bersamaan. Apabila seseorang dilatih kecepatan, kemudian dilatih secara khusus maka kemampuan daya ledaknya 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 akan meningkat. Meningkatnya kekuatan otot secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap daya ledak otot. Otot yang mempunyai kekuatan otot yang baik akan mempunyai daya ledak yang baik pula. Demikian sebaliknya, daya ledak yang besar hampir dipastikan mempunyai kekuatan yang besar pula. 3). Latihan Power Otot Tungkai Power
dapat ditingkatkan dengan
melatih
kedua komponen
kebugaran jasmani, bentuk gabungan antara kekuatan dan kecepatan. Ada satu bentuk latihan atau teknik latihan yang harus dilakukan bila ingin meningkatkan power otot tungkai yaitu latihan plyometrik. Plyometrik adalah suatu bentuk latihan lanjutan (teknik latihan lanjutan) dan hanya diberikan oleh pelatih pada atlet-atlet yang telah memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi. Latihan-latihan plyometrik untuk tungkai biasanya melibatkan latihan lompat, loncat, lari angkat lutut, loncat satu kaki dengan gerakan yang cepat (bounding,
jumping,
skipping
and
hopping).
Gerakan-gerakan
ini
menggunakan berat badan sendiri dalam seri kontraksi otot yang dinamis. Plyometrik untuk tubuh bagian atas (upper body) adalah latihan melempar dan menerima bola medisin atau obyek latihan yang dibuat lebih berat dan latihan-latihan yang menggunakan berat badan sendiri sebagai tahanan (clap press up-push up sambil tepuk tangan). Latihan plyometrik didasari oleh prinsip latihan berikut: makin besar beban sebuah/sekelompok otot atau makin besar peregangannya sebelum kontraksi otot itu terjadi, maka kontraksi yang terjadi akan lebih berkekuatan. Kontraksi otot harus terjadi segera setelah otot diregang agar dapat memanfaatkan keuntungannya. Pembebanan dalam otot menghasilkan kemampuan elastis yang menjadi bawaan benang-benang otot. Persamaan dari sifat elastis otot ini adalah elastisitas pita karet, makin panjang tarikan yang dilakukan pada pita karet tersebut makin besar tenaga yang dilemparkan oleh pita karet tersebut. 4). Tes untuk Mengukur Power Otot commit to Tungkai user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Tes yang bertujuan untuk mengukur power seharusnya melibatkan komponen gaya, jarak, dan waktu. Tetapi banyak tes power yang sekarang digunakan
tidak
melibatkan
komponen
gaya,
jarak,
dan
waktu.
Kenyataannya hanya mengukur jarak sebagai hasil kerja. Misalnya: Vertical Jump Test, Standing Broad atau Long Jump, Vertical Arm-Pull (distance). Menurut Johnson & Nelson (1986) dan Thomas & Nelson (1990) yang dikutip oleh Ismaryati (2008) menyatakan bahwa Pengukuran yang hanya mengukur
jarak
sebagai
hasil
kerja
disebut
sebagai
Athletic
Power (hlm.59). Athletic Power tidak tepat digunakan untuk mengukur power apabila pengukuran tersebut bertujuan untuk penelitian. Bila bertujuan untuk penelitian, pengukuran power menggunakan Work Power ( Johnson & Nelson, 1986, Thomas & Nelson, 1990). Dalam pengukuran Work Power, usaha-usaha khusus biasanya dilakukan untuk meminimalkan gerakan-gerakan yang tidak berguna, agar supaya hasil yang maksimum dapat dikeluarkan oleh kelompok otot tertentu yang diukur. Vertical Arm-Pull Test (Work), Vertical Power Jump Test, dan Margaria-Kalamen Power Test merupakan tes-tes yang bertujuan untuk mengukur Work Power. Agar supaya data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, selain memperhatikan bentuk tes power juga harus dibedakan jenis power yang akan diukur. Menurut Bompa (1990) yang dikutip oleh Ismaryati (2008) asiklik
membedakan power menjadi dua, yaitu power siklik dan
). Pembedaan jenis ini dilihat dari segi kesesuaian jenis
gerakan atau keterampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga, power tersebut dapat dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang lebih dominan power asikliknya adalah melempar, menolak, dan melompat pada atletik, unsur-unsur gerakan senam, beladiri, loncat indah, dan permainan. Sedangkan olahraga seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda, dan yang sejenis lebih dominan power sikliknya.
b. Kelincahan
commit to user
1). Pengertian Kelincahan 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang sangat diperlukan untuk semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Disamping itu kelincahan merupakan prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga, terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerak. Lebih lanjut, kelincahan sangat penting untuk jenis olahraga yang membutuhkan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan-perubahan situasi dalam pertandingan. Menurut Harsono (1988 suatu kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesad
(hlm.172). Sedangkan menurut Suharno
(1992: 32). Jadi seseorang yang mampu mengubah satu posisi ke posisi lain yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik berarti kelincahannya tinggi. Dari beberapa pendapat diatas dapat dirangkum bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara cepat dalam mengubah posisi dan arah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengkoordinasikan unsur-unsur fisik yang lain. Kelincahan sangat penting fungsinya untuk peningkatan prestasi maksimal dalam cabang olahraga. Suharno (1992) menyatakan: Kegunaan langsung dari kelincahan adalah untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda, mempermudah penguasaan teknik tinggi, dan menghasilkan gerakan-gerakan yang efektif dan efesien dan ekonomis serta untuk mempermudah dalam menyesuaikan diri terhadap lawan dan lingkungan (hlm.32).
2). Bentuk Latihan Kelincahan Kelincahan seseorang dalam aktivitas olahraga tergantung pada kemampuan mengkoordinasi sistem gerak tubuh dengan respon terhadap commit to user situasi dan kondisi yang dihadapi serta mampu mengendalikan gerakan 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 yang
tiba-tiba.
Menurut
Harsono
(1988
mengembangkan kelincahan itu sesuai dengan batasan yang ada di dalamnya adalah bentuk-bentuk yang mengharuskan seseorang untuk (hlm.172). Dalam
melakukan aktivitas
tersebut juga tidak
boleh kehilangan
keseimbangan dan harus sadar akan posisi tubuhnya. Macam bentuk latihan untuk mengembangkan kelincahan tersebut antara lain yaitu shuttle run, lari zig-zag,dogging run, LSU Agility Obstacle Course dan lari maju mundur. Dalam latihan untuk mengembangkan kelincahan unsur-unsur kecepatan, kelentukan dan perubahan arah harus ada dalam latihan. Menurut Suharno (1992 : 33) faktor-faktor baik tidaknya kelincahan adalah : (1). Kecepatan reaksi, (2). Kemampuan berorientasi terhadap problem yang dihadapi, (3). Kemampuan mengatur keseimbangan, (4). Kelentukan sendi-sendi, (5). Kemampuan mengerem gerakan motorik. Jadi kelincahan sebenarnya adalah kombinasi dari kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, keseimbangan, dan kelentukan. 3). Karakteristik Kelincahan Karakteristik kelincahan sangat unik, kelincahan memainkan peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik. Menurut Jensen dan Fisher Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari komponen power
koordinasi, ).
kekuatan,
kelentukan,
Komponen-komponen
tersebut
waktu
reaksi
dan
saling
berinteraksi.
Keterkaitan diantara komponen-komponen kelincahan oleh Bompa (1993 : 6) yang dikutip oleh Ismaryati (2008 : 42) diilustrasikan pada gambar 2. STRENGTH
MUSCULAR ENDURANCE
ENDURANCE
SPEED
COORDINATION
commit to user
SPEED ENDURANCE
AGILITY
31
FLEXIBILITY
MOBILITY
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
POWER
MAXIMUM STRENGTH
AEROBIC ENDURANCE
ANAEROBIC ENDURANCE
MAXIMUM SPEED
FULL RANGE OF FLEXIBILITY
PERFECT COORDINATION
Gambar 2 : Ilustrasi Keterkaitan diantara Kemampuan Biomotorik (Bompa, 1993) Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa kelincahan merupakan gabungan dari koordinasi, kecepatan, kelentukan dan power. Sementara itu koordinasi merupakan kemampuan biomotor yang kompleks, yang merupakan interaksi antara kekuatan, dayatahan, kecepatan, dan kelentukan. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi jga berpengaruh pada kualitas kelincahan seseorang.
c. Daya Tahan Kardiovaskular 1). Pengertian Daya Tahan Kardiovaskular Menurut Harsono (1988
tahan adalah keadaan atau kondisi
tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan
yang
berlebihan
setelah
menyelesaikan
pekerjaan
(hlm.155). Yang dimaksud dengan daya tahan dalam uraian di bawah ini adalah daya tahan sirkulatori-respitori (circulatory-respiratory endurance, atau ada yang menyebut cardiovascular endurance; circulatory adalah hal yang berhubungan dengan peredaran darah; respiratory dengan pernapasan; cardio yang berarti jantung). Daya tahan kardiovaskular adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus. Oleh karena batasan daya tahan adalah (seperti diuraikan di atas) kemampuan
-latihan
untuk mengembangkan daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut, yaitu bahwa latihan-latihan yang kita pilih haruslah berlangsung untuk waktu yang lama, misalnya lari jarak jauh, renang jarak jauh, croos country commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 atau lari lintas alam, fartlek, interval training, atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh kita untuk bekerja untuk waktu yang lama.
2). Pengukuran Daya Tahan Kardiovaskular Daya tahan, pada banyak kegiatan fisik seperti sepak bola, bulutangkis, bola basket, lari jarak jauh, renang, bersepeda dan sebagainya, dibatasi oleh kapasitas sistem sirkulasi (jantung, pembuluh darah, dan darah) dan sistem respirasi (paru) untuk menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja dan mengangkut limbah dari otot-otot tersebut. Kegiatan semacam ini dikategorikan sebagai daya tahan kardiorespiratori, daya tahan kardiovaskular dan daya tahan aerobik. Oksigen diangkut dari atmosfer ke sel-sel tubuh dengan sistem parujantung. Selama melakukan olahraga, sistem ini berfungsi mendukung metabolisme aerobik. Dengan meningkatnya aktivitas olahraga, semakin banyak oksigen yang dialirkan ke otot yang aktif. Sistem paru-jantung terdiri dari empat komponen yaitu paru, jantung, pembuluh darah, dan darah. Komponen tersebut tersusun dalam suatu system pembuluh tertutup dan organ-organ yang menyediakan sirkulasi darah secara tetap kepada paru dan kepada seluruh jaringan tubuh lainnya. Faktor-faktor utama yang membatasi sebagian terbesar bentuk latihan yang bersifat aerobik adalah kapasitas jantung, paru, dan sirkulasi untuk menyampaikan oksigen ke otot yang sedang bekerja (aktif). Oleh karena itu sebagai seorang guru olahraga atau pelatih yang bermaksud hendak mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan olahraga yang bersifat aerobik harus menilai kemampuan maksimal fungsi jantung, paru, dan sirkulasi murid atau atletnya. Kemampuan maksimal fungsi parujantung merupakan penilaian yang baik untuk mengukur kemampuan seseorang untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal. Konsumsi oksigen maksimal disingkat VO2 max, artinya VO2 menunjukan volume oksigen yang dikonsumsi, biasanya dinyatakan dalam liter atau mililiteran, dan tanda titik di atas V merupakan tanda yang
commit to user
menyatakan bahwa volume oksigen tersebut dinyatakan dalam satuan 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 waktu, biasanya per menit. Jadi kalau ada pernyataan VO 2 max = 3L/menit, artinya seseorang dapat mengkonsumsi oksigen maksimal 3 liter per menit.
3). Faktor-Faktor yang Menentukan Konsumsi Oksigen Maksimal Menurut Ismaryati (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan konsumsi oksigen maksimal yaitu antara lain : (1).Jantung, paru, dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik sehingga oksigen yang dihisap ke dalam paru selanjutnya dibawa sampai ke darah, (2).Proses penyampaian oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel-sel darah merah harus normal yakni fungsi jantung harus normal, dan konsentrasi hemoglobin harus normal, serta pembuluh darah harus mampu mengalihkan darah dari jaringan-jaringan yang tidak aktif ke otot yang sedang aktif yang membutuhkan oksigen lebih besar, (3).Jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya. Dengan kata lain harus mempunyai metabolisme yang normal, demikian juga dengan fungsi mitokhondrianya (hlm.73). 4). Pengukuran Konsumsi Oksigen Maksimal Prosedur yang paling penting dalam pengukuran konsumsi oksigen maksimal adalah kriteria untuk menetukan bahwa seseorang telah mencapai tingkat konsumsi oksigen maksimalnya. Pencapaian konsumsi oksigen maksimal ini ditandai oleh tidak terjadinya peningkatan konsumsi oksigen maksimal (plateau) yang disebabkan oleh meningkatnya beban kerja. Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan konsumsi oksigen maksimal adalah adanya data-data tes khusus, seperti postur tubuh, massa otot yang digunakan, intensitas, durasi, efisiensi mekanis dalam melakukan tes, dan motivasi. Postur harus tegak baik pada saat dilakukan tes dengan posisi duduk atau berdiri, karena mulai konsumsi oksigen maksimal dicapai pada posisi ini. Karena meningkatnya aktivitas otot rangka menyebabkan meningkatnya sebagian terbesar konsumsi oksigen selama latihan, maka konsumsi oksigen maksimal dapat dicapai dengan aktivitas yang melibatkan otot-otot besar.
to user Macam-macam tescommit yang dapat digunakan untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal adalah tes laboratorium dengan menggunakan treadmill 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 atau dengan ergocycle. Walaupun mempunyai tingkat ketepatan yang tinggi, namun kedua tes ini memerlukan alat yang mahal dan prosedur yang sangat rumit sehingga tidak praktis untuk digunakan. Tes yang lain adalah Lari Multi Tahap atau Multistage Fitness Test. Kelebihan tes ini dari dua tes terdahulu adalah mempunyai tingkat ketepatan yang tinggi, tidak memerlukan peralatan yang mahal, prosedurnya sederhana, mudah pelaksanaanya, dan mudah didalam penafsiran hasil tes.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: 1. Hubungan antara Power Otot Tungkai dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Dalam
permainan
bulutangkis,
banyak
faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan, salah satu yang sangat mendukung adalah power otot tungkai saat melakukan loncatan smash. Agar loncatan smash menjadi tinggi dan hasil pukulan smash menjadi tajam tentu dibutuhkan power otot tungkai yang maksimal. Power adalah kekuatan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Berdasarkan pernyataan di atas disebutkan dua unsur penting dalam power yaitu : 1). Kekuatan otot dan, 2). Kecepatan dalam mengerahkan tenaga maksimal. Dalam melakukan loncatan smash (smash jumping) membutuhkan tenaga yang besar, selain itu juga dibutuhkan koordinasi yang baik antara anggota badan yang terlibat. Pada saat kelelahan seorang pemain tentu akan sulit untuk melakukan loncatan smash (smash jumping) ini. Oleh karena itu latihan harus dilaksanakan dengan berpedoman pada kaidah-kaidah dalam latihan power. Power otot tungkai dapat ditingkatkan melalui latihan-latihan yang mengarah pada hasil lompatan. Bentuk latihan tersebut salah satunya adalah pliometrik. Pliometrik adalah macam latihan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif. Dengan demikian seorang pemain bulutangkis harus memiliki power otot tungkai yang baik, sebab dengan power ototcommit tungkaitoyang user baik, seorang pemain bulutangkis
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 dapat melakukan loncatan smash (smash jumping) berulang kali tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
2. Hubungan antara Kelincahan dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Dalam setiap gerakan untuk menjemput shuttlecock yang cepat dan arahnya berubah-ubah, maka seorang pemain bulutangkis harus dapat bergerak dengan cepat karena terlambat sedikit saja akan sulit untuk mengembalikan pukulan dengan baik. Dalam permainan bulutangkis gerakan kaki mempunyai peranan sangat penting, karena permainan ini adalah permainan yang cepat dimana shuttlecock tidak boleh jatuh ke lantai. Tingkat permainan ini dapat dicapai dengan baik apabila pemain tersebut dapat menguasai gerakan kaki secara lincah. Secara praktis sukses atau gagalnya setiap pukulan tergantung pada tata gerak kaki yang diterapkan. Apabila seorang pemain tidak cepat dalam menempatkan posisi kakinya sesuai dengan pukulan yang akan dilakukan, ia tidak akan dapat melakukan pukulan dengan hasil yang baik, karena pada dasarnya kelincahan gerakan kaki merupakan satu pendukung yang penting bagi hal-hal lain untuk meningkatkan mutu permainan. Pelaksanaan kelincahan gerakan kaki yang serasi (harmonis) memungkinkan pemain : 1). Memperoleh tenaga tambahan dalam memukul, karena posisi badan pemain terhadap shuttlecock sudah teratur dengan tepat, 2). Melakukan pukulan dengan lebih baik dan enak, 3). Menjamin timing yang lebih baik sehingga pukulan tidak terpaksa dilakukan dengan tergesa-gesa, 4). Memungkinkan pemindahan berat badan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu seorang pemain bulutangkis harus memiliki kelincahan yang baik, sebab dengan kelincahan yang baik tersebut, pemain dapat menguasai daerah lapangan sehingga sangat membantu untuk bergerak kesana kemari menjangkau dan mengembalikan bola yang ditempatkan lawan tanpa menemui kesulitan berarti.
3. Hubungan antara Daya Tahan Kardiovaskular dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Daya tahan kardiovaskular merupakan kemampuan fungsional paru jantung
commit to user
mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu lama. Seseorang yang memiliki daya tahan paru jantung baik, tidak akan cepat kelelahan setelah melakukan 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 serangkaian kerja. Dalam permainan bulutangkis kemampuan daya tahan aerobik yang baik atau VO2 Max yang tinggi sangat diprioritaskan, apabila kedua pemain bulutangkis dalam kemampuan yang hampir sama, maka kalah atau menang ditentukan oleh kondisi fisiknya dan mental seorang pemain. Permainan bulutangkis sarat dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak yang kompleks. Pemain harus melakukan gerakan-gerakan seperti lari cepat, berhenti dengan tiba-tiba dan segera bergerak lagi, gerak meloncat, menjangkau, memutar badan dengan cepat, melakukan langkah lebar tanpa pernah kehilangan keseimbangan tubuh. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan berulang-ulang dan dalam tempo lama, selama pertandingan berlangsung. Akibat proses gerakan tersebut aka kerja jantung, paru-paru, sistem peredaran darah, pernapasan, kerja otot, dan persendian tubuh. Oleh karena itu seorang pemain bulutangkis harus memiliki daya tahan kardiovaskular yang baik, sebab dengan daya tahan kardiovaskular yang baik tersebut, seorang pemain bulutangkis tidak mudah mengalami kelelahan yang berarti setelah melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang tersebut.
4. Hubungan antara Power Otot Tungkai, Kelincahan dan Daya Tahan Kardiovaskular dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Kemampuan fisik salah satu komponen yang paling dominan dalam pencapaian prestasi olahraga bulutangkis. Seorang pemain bulutangkis sangat membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, kecepatan, agilitas, power, dan koordinasi gerak yang baik. Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan agar mampu bergerak dan bereaksi untuk menjelajahi setiap sudut lapangan selama pertandingan. Syarat fisik untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik adalah : 1). Dapat berlari atau melangkah dengan cepat kesana kemari, 2). Dapat mempertahankan irama lari cepat atau melenting selama pertandingan, 3). Lincah, 4). Tangannya harus kuat untuk menyemes, 5). Dapat menyemes beberapa puluh kali dengan kekuatan yang maksimum tanpa kelelahan, 6). Dapat meloncat untuk menyemes, dan 7). Seluruh otot tubuh harus kuat terutama otot-otot kaki. Dengan demikian power otot tungkai,
commit to user
kelincahan, dan daya tahan kardiovaskular dalam penelitian ini sangat berpengaruh terhadap keterampilan seseorang dalam bermain bulutangkis. 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Power Otot Tungkai Kelincahan
Keterampilan Bermain Bulutangkis
Daya Tahan Kardiovaskular
Power Otot Tungkai, Kelincahan, dan Daya Tahan Kardiovaskular Gambar 3. Skematis Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis. 2. Ada hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis. 3. Ada hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis. 4. Ada hubungan antara power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan di GOR RAHMA, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta 2. Waktu Penelitian Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 September 2012 sampai tanggal 6 Oktober 2012 untuk pengambilan data keterampilan bermain bulutangkis. Untuk pengambilan data power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dilaksanakan pada tanggal 9 dan 16 Oktober 2012 (test & re-test).
B. Rancangan Penelitian 1. Metode Deskriptif Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan studi korelasional. Studi korelasional pada dasarnya merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan
antara
variabel-variabel
itu
ditentukan
dengan
menggunakan koefisien korelasi, yang dihitung melalui teknik analisis statistik. Dalam penelitian ini akan dideskripsikan mengenai keterampilan bermain bulutangkis ditinjau dari unsur fisik dominan dalam bulutangkis pada pemain tunggal anak putra persatuan bulutangkis Purnama Surakarta.
2. Rancangan Penelitian Test-
(Sugiyono, 2009
: 130). Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam penelitian ini instrumennya sama, respondennya sama, tetapi waktu penelitiannya yang berbeda.
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
C. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek penelitian yang digunakan adalah pemain tunggal anak putra yang berumur 10-12 tahun di Persatuan Bulutangkis Purnama Surakarta tahun 2012 yang berjumlah 20 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan pengukuran. Macam tes yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keterampilan Bermain Bulutangkis Pengumpulan data keterampilan bermain bulutangkis dilakukan dengan mempertandingkan semua sampel dengan sistem setengah kompetisi yaitu semua sampel saling bertemu dengan penilaian apabila menang straight game mendapatkan nilai 3, menang rubber game mendapatkan nilai 2, kalah rubber game mendapatkan nilai 1, dan kalah straight game mendapatkan nilai 0. 2.
Power Otot Tungkai Pengumpulan data power otot tungkai dilakukan dengan Vertical Jump Test. (Ismaryati,2008: 67)
3. Kelincahan Pengumpulan data kelincahan dilakukan dengan Langkah Bulutangkis. (Purnama,2012: 16 - 17) 4. Daya Tahan Kardiovaskular Pengumpulan data daya tahan kardiovaskular dilakukan dengan Multistage Fitness Test. (Ismaryati,2008: 80)
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan studi korelasi. Dan dalam penghitungannya dibantu dengan penggunaan program PASW (Predictive Analystics Software) statistics
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
17.0. Adapun langkah-langkah pengolahan data menggunakan program PASW statistics 17.0 :
1. Uji Reliabilitas Menurut Riduwan, Rusyana dan Enas (2011 : 194) menyatakan
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data reliabilitas dalam PASW dapat dilakukan analisis dengan cara sebagai berikut : 1) Klik menu Analisyze, pilih Scale, pilih Reliability Analysis 2) Setelah itu akan muncul kotak dialog Reliability Analysis 3) Pindahkan semua variabel ke kotak Items. Pada Model pilih Splithalf 4) Masih pada kotak Reliability Analysis, klik Stasistics, sehingga tampil kotak dialog Statistics. Pada kotak dialog Descriptives for pilih Scale if item deleted 5) Klik Continue 6) Klik OK
2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas
adalah sebuah pengujian yang dilakukan untuk mengecek apakah data yang sedang diteliti berasal dari populasi yang mempunyai sebaran i berikut : Pertama: Siapkan data yang akan diuji. Kedua: Buat desain variabelnya pada posisi Variable View dan ketikkan data seperti contoh dibawah ini : Name
Type
Penjual
numer
Widt
Decim
h
al
8
0
Label
Value
Missi
Colu
Alig
Measu
s
ng
mn
n
re
Non
Non
commit to user Penjual
41
8
R
Scal
role
Inp
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
an
ic
an
e
e
e
ut
Ketiga: Memasukkan data Keempat: Menganalisis data di PASW dengan cara sebagai berikut: 1) Klik Analisyse 2) Pilih Non Parametric Test 3) Pilih Legacy Dialogs 4) Pilih 1 sampel KS 5) Akan muncul kotak dialog. Pindahkan variabel yang akan diuji ke kolom Test Variabel List. 6) Pada pilihan Test Distribution, berikan cek pada pilihan Normal 7) Klik OK. Kelima: Membuat hipotesis H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal Keenam: Menentukan besarnya taraf signifikasi, yaitu sebesar 0,05. Ketujuh: Menentukan kriteria uji hipotesis Jika Asymp sig < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Asymp sig > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak Kedelapan: Membuat keputusan Kesembilan: Membuat kesimpulan
b. Uji Linieritas Untuk uji linieritas dalam PASW dapat dilakukan analisis dengan cara sebagai berikut : 1) Klik Analyse 2) Klik Compare Means, pilih Means 3) Pindahkan variabel Y ke kolom Dependent 4) Pindahkan variabel X ke kolom Independent 5) Klik Options.
commit to user 6) Pada pilihan Statistics for First Layer, berikan cek pada Test for linearity 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
7) Tekan Continue 8) Klik OK untuk memulai proses
c. Analisis Regresi Untuk analisis regresi dalam PASW dapat dilakukan analisis dengan cara sebagai berikut : 1) Klik Analyse 2) Klik Regression, pilih Linier 3) Pindahkan variabel Y ke kolom Dependent 4) Pindahkan variabel X ke kolom Independent 5) Isi kolom Method dengan perintah Enter 6) Klik Option. Pada pilihan Stepping Method Criteria, masukan angka 0,05 pada kolom Entry 7) Berikan cek pada include constant in equation 8) Pada pilihan Missing Values, berikan cek pada Exclude cases listwise 9) Tekan Continue 10) Pilih Statistics. Pada pilihan Regression Coefficient, pilih Estimate, Model Fit dan Descriptive. Kosongkan pilihan Residual. 11) Tekan Continue 12) Klik Plots untuk membuat grafik, lalu pilih Produce all partial plots. 13) Tekan Continue 14) Klik OK untuk memulai proses penghitungan
3.
Mencari sumbangan variabel tiap-tiap prediktor Yaitu mencari seberapa besar sumbangan variabel tiap-tiap prediktor terhadap variabel kriterium. Menggunakan rumus : (a) Sumbangan Relatif a1 x1 y to user 1. Prediktor X1 = SR %commit = JK reg 43
x 100 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
a2 x2 y 2. Prediktor X2 = SR % =
x 100 % JK reg
a3 x3 y 3. Prediktor X3 = SR % =
x 100 % JK reg
(b) Sumbangan Efektif 1. SE % X1 = SR % X1 . R2 2. SE % X2 = SR % X2 . R2 3. SE % X3 = SR % X3 . R2 Keterangan : SR % = Sumbangan relatif dalam persen SE % = Sumbangan efektif dalam persen JKreg = Jumlah kuadrat regresi Y x 1y
= Kriterium = Jumlah produk skor deviasi antara prediktor 1 dengan kriterium.
x 2y
= Jumlah produk skor deviasi antara prediktor 2 dengan kriterium.
x 3y
= Jumlah produk skor deviasi antara prediktor 3 dengan kriterium.
a1
= Bilangan koefisien prediktor 1.
a2
= Bilangan koefisien prediktor 2.
a3
= Bilangan koefisien prediktor 3.
R
= Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor.
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengumpulan data dari masingmasing variable penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas yaitu : power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular serta satu variabel terikat yaitu keterampilan bermain bulutangkis. Data yang diperoleh dari tiap-tiap kelompok tersebut kemudian dikelompokkan dan dianalisis menggunakan program PASW Statistic 17.0, seperti terlihat pada lampiran. Adapun rangkuman deskripsi data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai, Kelincahan, Daya Tahan Kardiovaskular dan Keterampilan bermain Bulutangkis Variabel
N
Mean
SD
Max
Min
Power otot Tungkai
20
39.65
6.675
51
29
Kelincahan
20
6.9495
0.54363
5.85
7.63
Daya Tahan Kardiovaskular
20
41.390
6.6535
51.1
27.6
20
28.30
16.846
54
0
Keterampilan Bermain Bulutangkis
B. Mencari Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas dari masingmasing variabel. Adapun hasil uji reliabilitas data power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dalam penelitian ini sebagai berikut : Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Reliabilitas
Kategori
Power Otot Tungkai
0.947
Very Good
Kelincahan
0.939
Very Good
Daya Tahan Kardiovaskular
0.979
Excellent
Untuk mengkategorikan hasil uji reliabilitas tersebut menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi reliabilitas dari Strand & Wilson (1993) yang
commit to user
dikutip Mulyono B (2010:49) sebagai berikut : 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas Kategori
Reliabilitas
Excellent
0.95
0.99
Very Good
0.90
0.94
Acceptable
0.80
0.89
Poor
0.70
0.79
Questionable
0.60
0.69
C. Pengujian Prasyarat Analisis 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan program PASW Statistic 17.0. Adapun hasil uji normalitas yang digunakan pada hasil tes power otot tungkai (X 1), kelincahan (X2), daya tahan kardiovaskular (X 3) dan keterampilan bermain bulutangkis (Y), dalam penelitian sebagai berikut :
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Variabel
N
M
SD
Asymp.
Taraf Sig.
Sig. Power Otot Tungkai
20
39.65
6.675
0.986
0.05
Kelincahan
20
6.9495
0.54363
0.436
0.05
Tahan
20
41.390
6.6535
0.647
0.05
Bermain
20
28.30
16.846
0.916
0.05
Daya Kardiovaskular Keterampilan Bulutangkis
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada tiap-tiap variabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai asymp. sig. hitung dari tiaptiap variabel lebih besar dari taraf signifikansi 0.05. Dengan demikian hipotesis nol masing-masing variabel diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data hasil tes power otot tungkai (X 1), kelincahan (X2), daya tahan
commit to user
kardiovaskular (X3) dan keterampilan bermain bulutangkis (Y) tersebut termasuk data beristribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
2.
Uji Linieritas Uji linieritas hubungan antara masing-masing prediktor yaitu : power otot tungkai (X 1), kelincahan (X2), daya tahan kardiovaskular (X3) dengan kriterium yaitu : keterampilan bermain bulutangkis (Y). Pengolahan data dilakukan melalui program PASW 17.0. Adapun hasil rangkuman uji linieritas tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Linieritas Hubungan antara Prediktor dengan Kriterium Variabel
F
Sig. Hitung
Taraf Sig.
Simpulan
X1 Y
0.749
0.690
0.05
Model linier diterima
X2 Y
14.911
0.065
0.05
Model linier diterima
X3 Y
0.789
0.679
0.05
Model linier diterima
Berdasarkan rangkuman hasil linieritas tersebut dapat diketahui bahwa signifikansi hitung linieritas yang diperoleh dari tiap variabel lebih besar dari taraf signifikansi 0.05. Dengan demikian hipotesis nol linieritas ketiga variabel tersebut dapat diterima. Yang berarti bahwa baik korelasi antara X1 Y, X2 Y dan X3 Y berbentuk linier.
D. Hasil Analisis Data 1.
Hasil Analisis Regresi Hasil analisis korelasi masing-masing prediktor dengan kriterium penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui PASW 17.0 menunjukkan angka signifikansi (sig) sebesar 0.009 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan anatara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis. Besar hubungan antara variabel power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah 0.521. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara power otot tungkai dengan
commit toadalah user searah. Artinya, jika power otot keterampilan bermain bulutangkis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 tungkai meningkat maka keterampilan bermain bulutangkis juga akan meningkat.
Gambar 4 . Grafik Korelasi antara Power Otot Tungkai dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis b. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui PASW 17.0 menunjukkan angka signifikansi (sig) sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan anatara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis.
Besar hubungan antara variabel kelincahan dengan
keterampilan bermain bulutangkis adalah -0.788. Korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah tidak searah. Tetapi dalam tes kelincahan waktu yang paling rendah itu lebih baik daripada waktu yang lebih tinggi. Artinya, jika waktu kelincahan lebih rendah maka keterampilan bermain bulutangkis juga akan meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Gambar 5 . Grafik Korelasi antara Kelincahan dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis c. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui PASW 17.0 menunjukkan angka signifikansi (sig) sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis. Besar hubungan antara variabel daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah 0.867. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah searah. Artinya, jika daya tahan kardiovaskular meningkat maka keterampilan bermain bulutangkis juga akan meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Gambar 6 . Grafik Korelasi antara Daya Tahan Kardiovaskular dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis d. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui PASW 17.0 menunjukkan Uji anova menghasilkan angka F sebesar 17.943 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis.
2.
Sumbangan Masing-Masing Prediktor Dari hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh sumbangan relatif dan sumbanan efektif masing-masing prediktor dengan kriterium disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 6. Rangkuman Hasil Sumbangan Masing-Masing Prediktor Prediktor
commit to user
SR
SE
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 Power Otot Tungkai
-1.93%
-1.48%
Kelincahan
26.28%
20.26%
Daya Tahan Kardiovaskular
75.64%
58.31%
3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah awal untuk menguji persyaratan yang dikemukakan pada rumusan hipotesis bisa diterima atau tidak. Hipotesis yang diajukan bisa diterima jika data yang terkumpul bisa mendukung pernyataan hipotesis. Sebaliknya hipotesis ditolak jika data yang terkumpul tidak mendukung pernyataan hipotesis. Adapun hasil pengujian hipotesis sebagai berikut : a. Hubungan antara Power Otot Tungkai dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis diperoleh angka signifikansi (sig) sebesar 0.009. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditetukan yaitu 0.05. Hal ini menunjukan bahwa, keterampilan bermain bulutangkis dipengaruhi oleh power otot tungkai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai memiliki hubungan yang signifikan dengan keterampilan bermain bulutangkis. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis dapat diterima kebenarannya.
b. Hubungan antara Kelincahan dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Berdasarkan
analisis
yang telah dilakukan
terhadap data
kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis diperoleh angka signifikansi (sig) sebesar 0.000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0.05. Hal ini menunjukan bahwa,
commit todipengaruhi user keterampilan bermain bulutangkis oleh kelincahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelincahan memiliki hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 signifikan dengan keterampilan bermain bulutangkis. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis dapat diterima kebenarannya. c. Hubungan
antara
Daya
Tahan
Kardiovaskular
dengan
Keterampilan Bermain Bulutangkis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis diperoleh angka signifikansi (sig) sebesar 0.000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0.05. Hal ini menunjukan bahwa, keterampilan
bermain
bulutangkis
dipengaruhi
oleh
daya
tahan
kardiovaskular. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tahan kardiovaskular memiliki hubungan yang signifikan dengan keterampilan bermain bulutangkis. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dapat diterima kebenarannya.
d. Hubungan antara Power Otot Tungkai, Kelincahan dan Daya Tahan Kardiovaskular dengan Keterampilan Bermain Bulutangkis Uji anova menghasilkan angka F sebesar 17.943 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0.05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis.
Hal
ini
berarti,
keterampilan
bermain
bulutangkis
dipengaruhi oleh power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis dapat diterima kebenarannya.
4.
Pembahasan Hasil Analisis Data Pembahasan hasil analisis data ini memberikan penafsiran lebih lanjut
commit to user
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan kesimpulan analisis yang dapat dipaparkan lebih lanjut secara rinci sebagai berikut : a. Sumbangan Power Otot Tungkai terhadap Keterampilan Bermain Bulutangkis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis diperoleh prosentase sumbangan relatif sebesar -1.93% dan sumbangan efektif -1.48%. Hal ini membuktikan bahwa dari ketiga variabel yang diteliti, variabel power otot tungkai
memberikan
sumbangan
yang
paling
rendah
terhadap
keterampilan bermain bulutangkis.
b. Sumbangan
Kelincahan
terhadap
Keterampilan
Bermain
Bulutangkis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data kelincahan dengan
keterampilan
bermain
bulutangkis
diperoleh
prosentase
sumbangan relatif sebesar 26.28% dan sumbangan efektif 20.26%. Hal ini membuktikan bahwa dari ketiga variabel yang diteliti, variabel kelincahan memberikan sumbangan yang sedang terhadap keterampilan bermain bulutangkis.
c. Sumbangan Daya Tahan Kardiovaskular terhadap Keterampilan Bermain Bulutangkis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis diperoleh prosentase sumbangan relatif sebesar 75.64% dan sumbangan efektif 58.31%. Hal ini membuktikan bahwa dari ketiga variabel yang diteliti,
variabel daya tahan kardiovaskular memberikan sumbangan yang paling besar terhadap keterampilan bermain bulutangkis.
d. Sumbangan Power Otot Tungkai, Kelincahan dan Daya Tahan Kardiovaskular terhadap Keterampilan Bermain Bulutangkis
commit to user
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 bermain bulutangkis. Dapat diketahui bahwa ketiga variabel tersebut memberikan sumbangan terhadap keterampilan bermain bulutangkis sebesar 77.09%. Hal ini membuktikan bahwa variabel power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular memberikan peranan yang cukup besar terhadap keterampilan bermain bulutangkis. Kekurangan sumbangan yang diberikan terhadap keterampilan bermain bulutangkis dikarenakan masih banyak variabel bebas lain diluar dari ketiga variabel ini yang juga memberikan sumbangan terhadap keterampilan bermain bulutangkis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis regresi yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1.
Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis pada pemain tunggal anak putra PB PURNAMA Surakarta. Adapun besarnya hubungan antara variabel power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah 0.521. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara power otot tungkai dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah searah. Artinya, jika power otot tungkai meningkat maka keterampilan bermain bulutangkis juga akan meningkat.
2.
Ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis pada pemain tunggal anak putra PB PURNAMA Surakarta. Adapun besarnya hubungan antara variabel kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah -0.788. Korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan antara kelincahan dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah tidak searah. Tetapi dalam tes kelincahan waktu yang paling rendah itu lebih baik daripada waktu yang lebih tinggi. Artinya, jika waktu kelincahan lebih rendah maka keterampilan bermain bulutangkis juga akan meningkat.
3.
Ada hubungan yang signifikan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis pada pemain tunggal anak putra PB PURNAMA Surakarta. Adapun besarnya hubungan antara variabel daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah 0.867. Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis adalah searah. Artinya, jika daya tahan kardiovaskular meningkat maka keterampilan bermain bulutangkis juga akan meningkat.
4.
Ada hubungan yang signifikan antara power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular dengan keterampilan bermain bulutangkis pada pemain
commit to user tunggal anak putra PB PURNAMA Surakarta. Adapun dari hasil uji anova menghasilkan angka F sebesar 17.943 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0.05. Hal ini berarti, keterampilan bermain bulutangkis dipengaruhi oleh power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular
dengan keterampilan bermain
bulutangkis dapat diterima
kebenarannya. B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa unsur kondisi fisik power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular ketiganya memberi sumbangan yang cukup besar terhadap keterampilan bermain bulutangkis. Namun besarnya sumbangan yang diberikan dari masing-masing unsur kondisi fisik tersebut berbeda. Hal ini dikarenakan masih banyak variabel bebas lain diluar dari ketiga variabel ini yang juga memberikan sumbangan terhadap keterampilan bermain bulutangkis. Implikasi yang diberikan bahwa unsur kondisi fisik daya tahan kardiovaskular dalam penelitian ini memberikan sumbangan yang paling besar daripada kelincahan maupun power otot tungkai terhadap keterampilan bermain bulutangkis. Sehingga hal ini dapat menjadi pemikiran bagi para pembina olahraga bulutangkis dalam memberikan latihan fisik kepada atlet-atletnya hendaknya frekuensi latihan yang diberikan sesuai dengan besarnya sumbangan yang diberikan oleh unsur-unsur kondisi fisik tersebut. C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka disarankan hal-hal berikut : 1.
Upaya membina dan meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis hendaknya melalui pembinaan fisik yang mengarah pada latihan power otot tungkai, kelincahan dan daya tahan kardiovaskular.
2.
Supaya dalam latihan kondisi fisik lebih efektif dan efisien maka latihan yang dilakukan hendaknya sesuai dengan besarnya sumbangan yang diberikan oleh unsur kondisi fisik tersebut.
3.
commit to user
Supaya diadakan penelitian lanjutan yang meniliti variabel bebas lainnya yang ada kaitannya dengan keterampilan bermain bulutangkis.