Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
KETEPATAN METODE Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN WIDODO CAHYO PUTRO
[email protected] Sugeng Praptoyo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the way to predict bankruptcy potency and to find out whether Altman Z-score method can reflect the real condition of automotive industries which are listed in Indonesia Stock Exchange.The research objects are 5 automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z-score is used in this research in order to predict bankruptcy potency. After the research process is done by using Altman Z-score it is found that this method is inaccurate in predicting bankruptcy potency of automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange as the objects in this research. The shown result is not match with the real fact. The company which has been predicted to undergo bankruptcy does not undergo bankruptcy in 2013. Keywords:
Altman Z-Score Method, Bankruptcy, Cut Off Point
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara memprediksi potensi kebangkrutan dan mengetahui apakah metode Altman Z-score dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah 5 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Metode dalam memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan metode Altman Z-score. Setelah melalui proses penelitian dengan metode Altman Z-Score dapat diketahui bahwa metode ini tidak tepat dalam memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek dalam penelitian ini. Hasil yang ditunjukan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan, faktanya tahun 2013 tidak mengalami kebangkrutan.
Kata kunci: Metode Altman Z-Score, Kebangkrutan, Titik cut off
Pendahuluan Dunia bisnis selalu mengalami perkembangan setiap tahun, dengan keadaan yang selalu berkembang perusahaan harus mempersiapkan perusahaan yang kuat dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan resiko selalu ada di setiap keputusan yang diambil untuk memajukan perusahaan. Perusahaan harus mampu menciptakan produk yang mampu menguasai pasar dan mampu bersaing dengan produk kompetitor agar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup (going concern). Perusahaan sering mengalami kegagalan dalam persaingan pasar yang mengakibatkan perusahaan tidak mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Kekalahan perusahaan dalam persaingan usaha disebabkan oleh berbagai hal Apabila tidak mampu bersaing dalam ketatnya persaingan, maka dapat menyebabkan financial distress. financial distress menjadi awal yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi hutangnya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal yang biasanya bisa dikenali lebih dulu kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
2 Tanda-tanda kebangkrutan perusahaan seharusnya bisa dikenali jika menajemen mempunyai suatu alat untuk memprediksi kebangkrutan sejak dini. Salah satu metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan adalah analisis diskriminan yang kemudian dikenal dengan metode Z-Score yang diperkenalkan oleh Edward L Altman. Hal menarik mengenai Z-score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan ukuran perusahaan. Analisis ini berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan dengan tingkat ketepatan dan ketepatan yang relatif dapat dipercaya. Berdasarkan Latar Belakang masalah dan penelitian-penelitian empiris, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana memprediksi potensi kebangkrutan Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-score? dan apakah mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan-perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara memprediksi potensi kebangkrutan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode Altman Z-score dan untuk mengetahui apakah sebagai alat untuk memprediksi potensi kebangkrutan mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada perusahaan-perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian. Tinjauan Teoritis Kebangkrutan Dan Kegagalan Istilah kegagalan (failure) di gunakan dalam berbagai konteks kegagalan ekonomi (economic failure) berarti biaya yang ditanggung suatu perusahaan melebihi pendapatannya. Definisi lainnya, tingkat hasil investasi (return of investment-ROI) internal lebih kecil dari biaya modal (cost of capital) perusahaan. Insovabilitas (insolvency) merujuk pada masalah financial tertentu. Sebuah perusahaan mengalami insolvabilitas secara teknis bila ia sudah terpaksa mengabaikan kewajiban-kewajiban financialnya meskipun nilai pembukuan asetnya masih melebihi total hutangnya artinya masih ada saldo modal bersih positif, perusahaan itu tak lagi memiliki likuiditas yang memadai untuk melunasi hutanghutangnya. Kondisi ini bisa sementara, bisa pula permanent. Istilah lain yang kerap digunakan adalah insolvabilitas dalam kebangkrutan Ini artinya pasiva perusahaan lebih besar dari pada aset, jika aset itu di hitung dengan benar. Ini juga berarti saldo modal bersihnya perusahaan itu negatif atau minus. Tanpa mempersoalkan likuiditas asetnya, perusahaan itu jelas tidak mampu memenuhi kewajiban financialnya yang telah jatuh tempo. Kebangkrutan adalah kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi hutangnya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal yang biasanya bisa dikenali lebih dulu kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu (Prihadi, 2011;332). Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan, atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditur untuk mengurangi atau menghapus utang. Menurut Munawir, (2010: 288) mengartikan kebangkrutan sebagai suatu situasi yang dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan. Dari pendapat diatas Biaya yang ditanggung perusahaan melebihi pendapatan yang diterima, ROI lebih kecil dari biaya modal artinya bahwa perusahaan dalam memperoleh laba terlalu kecil dibandingkan modal yang digunakan operasi perusahaan, masalah financial yang dihadapi perusahaan.Di sini perusahaan cenderung kekurangan/mengalami permasalahan keuangannya yaitu kekurangmampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
3 Secara garis besar kebangkrutan didefinisikan sebagai kesulitan yang sangat parah sehingga perusahaan sehingga perusahaan tidak mampu untuk menjalan operasi perusahaan dengan baik.Pengertian kebangkrutan dapat dilihat dari pendekatan aliran dan pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan aliran dimana perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup. Sedangkan dengan pendekatan stok, perusahaan akan bangkrut jika total kewajiban melebihi total aset. Jenis-Jenis Kebangkrutan Terdapat tiga jenis kebangkrutan menurut Sartono (2010:328), yaitu (1) perusahaan yang menghadapai technically insolvent terjadi jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo tetapi aset perusahaan nilainya lebih tinggi dari pada utangnya.(2) perusahaan yang menghadapai legally insolvent, jika nilai aset peusahaan lebih rendah dari pada nilai utang perusahaan. (3) perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya dan oleh pengendalian telah dinyatakan pailit. Manfaat Informasi Kebangkrutan Menurut Hanafi dan Halim (2009:273) informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi Pemberi Pinjaman, Investor, Pihak Pemerintah, Akuntan,dan pihak manajemen, Faktor Penyebab Kebangkrutan Menurut Munawir (2010:289) penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang bersifat umum: faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta tingkat campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berbeda. Disamping itu penggunaan tehnologi yang keliru akan mengakibatkan kerugian dan akhirnya mengakibatkan bangkrutnya perusahaan dan Faktor eksternal yang bersifat khusus adalah faktor-faktor luar yang berhubungan langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan (perubahan selera atau kejenuhan konsumen yang tidak terdeteksi oleh perusahaan mengakibatkan menurunnya penjualan dan akhirnya merugikan perusahaan), pemasok dan faktor pesaing. Faktor-faktor internal perusahaan adalah (a) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada dibitur/langganan. `(b) Manajemen yang tidak efisien meliputi hasil penjualan yang tidak memadai, kesalahan dalam menetapkan harga jual, pengelolaan utang-piutang yang kurang memadai, struktur biaya (produksi, administrasi, pemasaran dan financial) yang tinggi, tingkat investasi dalam aset tetap dan persediaan yang melampaui batas (overinvestment), kekurangan modal kerja, ketidak seimbangan dalam struktur permodalan, aset tidak diasuransikan atau asuransi dengan jumlah pertanggungan yang tidak cukup untuk menutup kemungkinan rugi yang terjadi, sistem dan prosedur akuntansi kurang memadai. Namun, adapula faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan yakni (Harahap, 2009: 319) Sistem perekonomian, Kekurangan modal, penyalahgunaan wewenang dan kecurangan. Indikator Perusahaan Yang Berpotensi Bangkrut Menurut Prihadi (2010:332) seorang analis keuangan mengetahui perusahaan yang kurang sehat dapat dikenali dari beberapa faktor antara lain: Memiliki laba yang tidak besar / cenderung rendah , Memiliki utang yang besar sehingga cukup membebani perusahaan, Memiliki arus kas yang kurang sehat. Analisis Diskriminan Z-Score Model Altman Z-score (1983, 1984) dalam buku Prihadi (2010:336)merupakan indikator untuk mengukur potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Dasar pemikiran
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
4 Edward L Altman menggunakan analisa diskriminan bermula dari keterbatasan analisa rasio yaitu metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Altman (1983, 1984) menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Lima jenis Rasio tersebut yaitu, Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendeknya dengan melihat aset lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan), Rasio Profitabilitas adalah Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu, Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini, Rasio Solvabilitas adalah Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca dan Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aset-aset pada tingkat kegiatan tertentu. Z-score dibuat oleh Profesor Edward L Altman, ia melahirkan suatu metode yang dapat memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut dengan berdasarkan data-data keuangan perusahaan. Analisis Kebangkrutan Z-Score, adalah suatu alat yang digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan. Beberapa langkah yang merupakan proses dasar dalam Analisis Diskriminan antara lain (Sartono, 2010:374) (1) Memilah variabel-variabel menjadi Variabel terikat (Dependent) dan Variabel bebas (Independent), (2) Menentukan metode untuk membuat fungsi diskriminan, (3) Menguji signifikansi Fungsi Diskriminan yang terbentuk, (4) Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan, (5) Melakukan interpretasi fungsi diskriminan, (6) Melakukan uji validasi fungsi diskriminan. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kinerja keuangan dari suatu perusahaan.Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan (univariate), yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan analisis-analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik analisis statistik, yaitu analisis diskriminan yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori. (Dermawan, 2011 : 277) Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Apakah dalam keadaan yang sehat, dalam keadaan yang meragukan, ataukah dalam keadaan yang kritis (kesulitan keuangan), serta kinerjanya yang mencerminkan prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Macam-Macam Altman Z-Score Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan ke beberapa Negara.Altman (1968, 1984) melakukan survey model-model yang dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brasil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Prancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan untuk semua Negara, ataukah mempunyai kekhususan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
5 1) Z-score Original (Zo) Model ini disebut juga Z-score original, yang ditemukan Altman dan dirumuskan pada tahun (1968). Model ini hanya diterapkan bagi perusahaan manufaktur yang telah go publik dimana sahamnya diperjual-belikan secara bebas di Bursa Efek. Fungsi yang ditemukan Altman pertama kali atau biasa disebut Z-Score original (Zo) : X1 = 1,2 X1 ( Working Capital / Total Aset ) X2 = 1,4 X2 ( Laba ditahan / Total Aset ) X3 = 3,3 X3 ( EBIT / Total Aset ) X4 = 0,6 X4 (Nilai Pasar Modal Saham / Nilai Buku Utang ) X5 = 1 X5 ( Penjualan / Total Aset ) Rumus Altman Z-Score Zo = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1X5 Menentukan nilai-nilai dari variabel Z-Score, kemudian dihitung dengan rumus : = Aset Lancar – Liabilitas Lancar Rasio Likuiditas X1 Total Aset Rasio Profitabilitas X2 = Laba ditahan (Saldo Laba) Total Aset Rasio Leverage X3 = EBIT Total Aset Rasio Solvabilitas X4 = Nilai Pasar Modal Saham Nilai Buku Utang Rasio Aktivitas X5 = Penjualan Total Aset Titik Cut off Kriteria Klasifikasi Jika Z > 2,99 : Tidak Mengalami kebangkrutan Jika Z diantara 1,81 – 2,99 : Rawan Mengalami kebangkrutan Jika Z < 1,81 : Mengalami kebangkrutan Sumber : Munawir (2010:311)
Karena keterbatasan Z-Score original yakni salah satu permasalahannya adalah tidak dapat digunakan untuk perusahaan privat dan non Manufacturing.Di beberapa Negara berkembang khususnya Indonesia, perusahaan semacam ini tergolong banyak. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan cara ini model tersebut bisa dipakai baik untuk perusahaan privat maupun go publik yang non manufacturing. Persamaan yang diperoleh dari pengembangan tersebut adalah 2) Z-score untuk perusahaan baik privat maupun go publik (ZA) Model ini merupakan hasil pengembangan yang dilakukan Altman dari model ZScore original dimana model ini dapat digunakan untuk perusahaan privat maupun Go Public pada tahun (1983,1984). Fungsi yang ditemukan Altman pengembangan dari Z-Score original yang dapat digunakan untuk perusahaan baik privat maupun go publik (ZA) X1 = 1,2 X1 ( Working Capital / Total Aset ) X2 = 1,4 X2 ( Laba ditahan / Total Aset ) X3 = 3,3 X3 ( EBIT / Total Aset ) X4 = 0,6 X4 (Nilai Buku Modal Saham / Nilai Buku Utang ) X5 = 1 X5 ( Penjualan / Total Aset ) Rumus Altman Z-Score ZA = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Menentukan nilai-nilai dari variabel Z-Score, kemudian dihitung dengan rumus :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
6
Rasio Likuiditas X1
=
Rasio Profitabilitas X2
=
Rasio Leverage X3
=
Rasio Solvabilitas X4
=
Rasio Aktivitas X5
=
Titik Cut off Kriteria Jika Z > 2,9 Jika Z diantara 1,2 – 2,99 Jika Z < 1,2
Aset Lancar – Liabilitas Lancar Total Aset Laba ditahan (Saldo Laba) Total Aset EBIT Total Aset Nilai Buku Modal Saham Nilai Buku Utang Penjualan Total Aset
Klasifikasi : Tidak mengalami Kebangkrutan : Rawan mengalami Kebangkrutan : Mengalami kebangkrutan
Sumber : Munawir (2010:311)
Dari analisis diatas kita bisa menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi kebangkrutan mulai berkurang investasinya untuk aset lancar (X1). Karena X2 adalah indikator profabilitas kumulatif yang relatif terhadap penjangnya waktu, maka ini menandakan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan untuk bangkrut. Variabel (X3) mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Variabel (X4) melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemantapan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan. Variabel terakhir, yakni X5 menunjukan rasio perputaran modal (aset turnover) yang menunjukan besar kecilnya kemampuan menajemen untuk menjual aset-aset perusahaan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dan Gambaran Objek Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggunakan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada masa sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya dengan berbentuk kata-kata (Sugiyono. 2011:224). Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penerimaan fakta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Pemilihan objek Penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan memenuhi kriteria dari proses pemilihan objek penelitian di atas maka objek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) perusahaan yang telah memenuhi kriteria ditentukan oleh peneliti. Adapun nama perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian ini yaitu : PT. Indo Kordsa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Indospring Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk dan PT. Nipress Tbk Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan otomotif yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam rangka mendapatkan data dan informasi untuk melakukan penelitian dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: Studi Lapangan Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan cara dokumentasi, yang merupakan cara pengumpulan data dengan jalan melihat,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
7 mempelajari dan mengutip catatan dari laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan posisi keuangan periode 2010-2012 dan Laporan laba-rugi komprehensif periode 2010-2012 Satuan Kajian Analisis Satuan kajian analisis yang digunakan untuk pembahasan ini adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”. Satuan Kajian Analisisyang dipakai penulis untuk pembahasaan ini adalah: Analisis Z-Score dan rasio-rasio keuangannya. Yaitu suatu alat yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggabungkan rasio keuangan. Rumus Z-Score yang digunakan adalah: Model Altman Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Dimana rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan aktivitas perusahaan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis kuantitatif yaitu analisis yang akan menguraikan secara rasional tentang proses yang terjadi setelah dilakukan analisis dan pembahasan yang sesuai dengan permasalahan (Syamsudin, 2007 : 148) . Pada metode ini alat pengujiannya adalah dengan menggunakan analisis Z-Score model Altman. Langkahlangkah teknik analisisnya adalah dengan Menentukan nilai-nilai dari variabel Z-Score, lalu menghitung nilai Z-score dari rata-rata rasio yang dihasilkan oleh objek yang digunakan, kemudian menentukan titik cut off yang digunakan untuk mengklasifikasikan apakah perusahaan mengalami kebangkrutan atau tidak mengalami kebangkrutan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Riwayat Singkat Perusahaan Perusahaan otomotif yang dipilih sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut: 1. PT. INDO KORDSA Tbk 2. PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk 3. PT. INDOSPRING Tbk 4. PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk 5. PT. NIPRESS Tbk Dasar pemilihan objek penelitian tersebut adalah objek yang dipilih adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012, Perusahaan Industri otomotif yang menerbitkan laporan keuangan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2010 sampai 2012, Perusahaan Industri otomotif dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan perusahaan industri ottomotif yang memiliki Market Cap. yang kecil pada periode 2010 sampai tahun 2012. Analisis Z-Score Menurut Prihadi (2010:336) Analisis Z-score yang dihitung dari rata-rata rasio yang dihasilkan, kemudian Altman menemukan formula untuk perusahaan go public maupun privat sebagai berikut: Zi = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
8 Ditentukan cut off untuk mengklasifikasikan tingkat kebangkrutan perusahaan adalah : Kriteria Klasifikasi Jika Z > 2,9 : Tidak mengalami Kebangkrutan Jika Z diantara 1,2 – 2,99 : Rawan mengalami Kebangkrutan Jika Z < 1,2 : Mengalami kebangkrutan Sumber : Munawir (2010:311)
Pembahasan Hasil Perhitungan Rasio
Tabel 1 Hasil Perhitungan Rasio Perusahaan
PT. Indo Kordsa Tbk
PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
PT. Indospring Tbk
PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk
PT. Nipress Tbk
Tahun
X1
X2
X3
X4
X5
2012 2011 2010 2012 2011 2010 2012 2011 2010 2012 2011 2010 2012 2011 2010
0,199 0,326 0,365 0,364 0,415 0,403 0,297 0,406 0,211 0,034 0,051 0,144 0,054 0,044 0,008
0,039 0,452 0,495 0,105 0,009 -0,064 0,243 0,269 0,243 0,026 -0,038 -0,054 0,083 0,050 0,013
0,114 0,073 0,141 0,066 0,073 0,106 0,127 0,167 0,155 0,017 0,012 0,005 0,104 0,094 0,070
2,162 0,49 0,792 0,283 0,271 0,241 0,596 0,443 0,068 0,197 0,171 0,179 0,064 0,071 0,105
0,757 1,144 1,209 0,399 0,400 0,394 0,887 1,083 1,334 0,537 0,568 0,621 1,336 1,296 1,187
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Indo Kordsa Tbk Tabel 2 Hasil Analisis Rasio TAHUN 2012 2011 2010 Rata-Rata
X1 0,199 0,326 0,365 0,296
X2 0,039 0,452 0,365 0,329
X3 0,114 0,073 0,141 0,109
X4 2,162 0,49 0,792 1,148
X5 0,757 1,144 1,209 1,037
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Rasio X1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan penurunan rasio dimana pada tahun 2010 memiliki rasio sebesar 0,365 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,326 kemudian di tahun 2012 nilainya kembali merosot menjadi sebesar 0,199 dengan rata-rata rasio sebesar 0,296. Hal ini dikarenakan tidak stabilnya nilai aset lancar sedangkan nilai liabilitas lancarnya terus mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai 2012.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
9 Rasio X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang mengalami penurunan. Pada tahun 2010 perusahaan memiliki nilai rasio sebesar 0,495, kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 0,452, namun di tahun 2012 nilainya mengalami penurunan signifiksn menjadi sebesar 0,039, dengan rata-rata rasio dari tahun 2010-2012 adalah sebesar 0,328. Rasio X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,141 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,073 penurunan tersebut disebabkan oleh penjualan yang lebih kecil dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 0,114. maka diperoleh rata-rata sebesar 0,109. Rasio X4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,792 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,49 dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 2,162, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 1,148. Hal ini terjadi akibat penjualan yang tidak stabil sedangkan total aset terus mengalami kenaikan. Rasio X5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang menurun. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 1,209 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,144 dan pada 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0,757. Hal ini terjadi akibat penjualan yang terus menurun, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 1,037. Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Multi Prima Sejahtera Tbk Tabel 3 Hasil Analisis Rasio TAHUN X1 X2 X3 X4 2012 0,364 0,105 0,066 0,283 2011 0,415 0,009 0,073 0,271 2010 0,403 -0,064 0,106 0,241 Rata-Rata 0,394 0,016 0,082 0,265
X5 0,399 0,400 0,394 0,397
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Rasio X1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif dimana pada tahun 2010 memliki rasio sebesar 0,403 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,415 kemudian di tahun 2012 nilainya merosot menjadi sebesar 0,364 dengan rata-rata 0,394. Hal ini dikarenakan terus menurunnya nilai Aset lancar dari tahun 2010 sampai 2012, meskipun liabilitas lancarnya juga terus berkurang. Rasio X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan dimana Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan negatif yakni sebesar -0,064 hal ini terjadi karena perusahaan yang terus membukukan kerugian sepanjang tahun, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan rasio menjadi negatif. Kemudian menjadi positif karena mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,009 dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 0,105 sehingga rata-rata yang dihasilkan adalah 0,016. Rasio X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,106 mengalami penurunan pada tahun 2011 mnjadi 0,073 dan terus menurun pada tahun 2012 menjadi 0,066. Penurunanpenurunan tersebut disebabkan oleh penjualan yang lebih kecil dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,241 terus mengalami kenaikan berturutturut 2011 sebesar 0,271 dan tahun 2012 sebesar 0,283 sehingga diperoleh rata-rata rasio sebesar 0,265. Hal ini menunjukan bahwa permodalan perusahaan tidak lagi bergantung
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
10 pada liabilitas dari pihak luar melainkan dari perdagangan saham yang dimiliki perusahaan. Rasio X5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,394 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,400 dan pada 2012 mengalami penurunan menjadi 0,399 hal ini terjadi akibat penjualan yang tidak stabil, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,397. Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Indospring Tbk Tabel 4 Hasil Analisis rasio TAHUN X1 X2 X3 2012 0,297 0,243 0,127 2011 0,406 0,269 0,167 2010 0,211 0,243 0,155 Rata-Rata 0,305 0,252 0,150
X4 0,596 0,443 0,068 0,366
X5 0,887 1,083 1,334 1,101
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Rasio X1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan kenaikan dan penurunan. Dimana pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,211 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,406 dan untuk tahun 2012 nilai rasionya mengalami penurunan menjadi 0,297, sehingga didapatkan rata-rata Variabel X1 yang dihasilkan dari tahun 20102012 adalah 0,305. Penurunan terjadi karena liabilitas lancar mengalami kenaikan signifikan. Rasio X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 perusahaan memiliki nilai rasio sebesar 0,243, kemudian di tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0,269, namun di tahun 2012 nilainya menurun menjadi sebesar 0,243, penurunan ini terjadi karena laba ditahan dan total aset mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dengan rata-rata rasio dari tahun 2010-2012 adalah sebesar 0,252 Rasio X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,155 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,167dan mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 0,127.maka diperoleh rata-rata sebesar 0,150. Penurunan tersebut disebabkan oleh penjualan yang lebih kecil dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan kenaikan dari tahun ketahun. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,068 terus mengalami kenaikan berturut-turut tahun 2011 menjadi sebesar 0,443 dan tahun 2012sebesar 0,596 sehingga diperoleh rata-rata rasio sebesar 0,366. Hal ini menunjukan bahwa permodalan perusahaan tidak lagi bergantung pada liabilitas dari pihak luar melainkan dari perdagangan saham yang dimiliki perusahaan. Rasio X5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 1,334 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,083 dan pada 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0,887, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,397.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
11 Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Tabel 5 Hasil Analisis Rasio TAHUN 2012 2011 2010 Rata-Rata
X1 0,034 0,051 0,144 0,077
X2 0,026 -0,038 -0,054 -0,021
X3 0,017 0,012 0,005 0,011
X4 0,197 0,171 0,179 0,183
X5 0,537 0,568 0,621 0,575
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Rasio X1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan penurunan rasio dimana pada tahun 2010 memliki rasio sebesar 0,144 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,051 kemudian di tahun 2012 nilainya kembali merosot menjadi sebesar 0,034 dengan rata-rata rasio sebesar 0,077. Hal ini dikarenakan terus menurunya nilai aset lancar sedangkan nilai liabilitas lancarnya terus mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai 2012. Rasio X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan dimana pada tahun 2010 dan 2011 nilai rasio yang dihasilkan negatif yakni sebesar -0,054, mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,038. Hal ini terjadi karena perusahaan yang terus membukukan kerugian sepanjang tahun, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan rasio menjadi negatif dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan yang merubah nilai rasio menjadi positif yakni sebesar 0,026 sehingga rata-rata yang dihasilkan juga memiliki nilai negatif yakni sebesar -0,021. Rasio X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,005 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,012 dan paad 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 0,017. Hal ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih besar dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan nilai rasio yang fluktuatif. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,179 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,171 dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 0,197. Maka diperoleh rata-rata sebesar 0,183. Perubahan nilai rasio dari tahun 2010-2012 tersebut tidak terlalu signifikan. Rasio X5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami penurunan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,621 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,568 dan pada 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 0,537, sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,575. Hal ini terjadi akibat penjualan yang tidak stabil sedangkan total aset terus mengalami kenaikan. Penjelasan Hasil Analisis Rasio PT. Nipress Tbk Tabel 6 Hasil Analisis Rasio TAHUN X1 X2 X3 2012 0,054 0,083 0,104 2011 0,044 0,050 0,094 2010 0,008 0,013 0,070 Rata-rata 0,036 0,048 0,089
X4 0,064 0,071 0,105 0,080
X5 1,336 1,296 1,187 1,273
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Rasio X1 ( rasio modal kerja terhadap total aset ) menunjukan kenaikan setiap tahunnya terutama dari tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2010 sebesar 0,008 menjadi 0,044 pada tahun 2011 hal ini terjadi karena
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
12 perbedaan nilai aset lancar dan liabilitas lancar yang cukup besar antara tahun 2010 dan 2011. Sedangkan untuk tahun 2012 juga mengalami kenaikan dari tahun 2011 yakni sebesar 0,010 menjadi 0,054.Rata-rata Rasio X1 yang dihasilkan dari tahun 2010-2012 adalah 0,036. Rasio X2 ( rasio laba ditahan terhadap total aset ) menunjukan nilai rasio yang dihasilkan mengalami kenaikan namun kenaikan yang terjadi tidak terlalu signifikan yakni pada Tahun 2010 sebesar 0,013, 2011 sebesar 0,050, dan tahun 2012 sebesar 0,083 sehingga didapatkan rata-rata sebesar 0,048. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu memperbaiki alokasi aset yang dimiliki secara efisien dari tahun-ketahun untuk memaksimalkan laba perusahaan sehingga berimbas pada saldo laba perusahaan yang akan di investasikan. Rasio X3 ( rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 0,070 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 0,094 dan paad 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 0,104. Hal ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih besar dari pada beban pokok penjualan dan beban usaha. Rasio X4 ( rasio nilai buku modal saham terhadap nilai buku hutang ) menunjukan nilai yang menurun. Pada tahun 2010 nilai rasionya sebesar 0,105 terus mengalami penurunan berturut-turut 2011 sebesar 0,071 dan tahun 2012 sebesar 0,064, sehingga diperoleh rata-rata rasio sebesar 0,080. Hal ini menunjukan bahwa permodalan perusahaan tidak lagi bergantung pada liabilitas dari pihak luar melainkan dari perdagangan saham yang dimiliki perusahaan. Rasio X5 ( rasio penjualan terhadap total aset ) mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai rasio yang dihasilkan adalah sebesar 1,187 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 1,296 dan pada 2012 kembali mengalami kenaikan menjadi 1,336 sehingga didapatkan rata-rata sebesar 1,273. Hal ini menunjukan bahwa penjualan yang terus mengalami kenaikan. Analisis Perhitungan Z-Score Analisis Z-Score PT. INDO KORDSA Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang di dapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 2,345. Zi =0,717 (0,296) + 0,847 (0,328)+ 3,107 (0,109) + 0,420 (1,148) + 0,998 (1,037) = 2,345 Klasifikasi cut off : Rawan Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score diprediksikan rawan mengalami Kebangkrutan dimana nilai Z-Score > 1,2. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan terus mengalami penurunan, Jika posisi ini dibiarkan dan perusahaan tidak melakukan langkah-langkah strategis maka akan berdampak buruk bagi perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis Z-Score PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 1,058. Zi =0,717 (0,394) + 0,847 (0,016)+ 3,107 (0,082)+ 0,420 (0,265) + 0,998 (0,397) = 1,058 Klasifikasi cut off : Mengalami Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score perusahaan diprediksikan mengalami Kebangkrutan dimana nilai Z-Score > 1,2. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score < 1,2. Perusahaan harus melakukan perbaikan-perbaikan untuk menigkatkan kembali kinerjanya agar perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
13 tidak mengalami kebangkrutan yang semakin parah yang bisa berakibat perusahaan dilikuidasi. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkah-langkah untuk mnyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Analisis Z-Score PT. INDOSPRING Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 2,15. Zi =0,717 (0,305) + 0,847 (0,252)+ 3,107 (0,15)+ 0,420 (0,366) + 0,998 (1,101) = 2,15 Klasifikasi cut off : Rawan Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score perusahaan diprediksikan rawan mengalami Kebangkrutan dimana nilai Z-Score > 1,2. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan terus mengalami fluktuasi, jika perusahaan mampu menigkatkan kembali kinerjanya maka dapat dipastikan perusahaan akan mampu mengatasi masalah keuangannya meskipun posisi perusahaan masih berada pada kondisi rawan mengalami kebangkrutan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja perusahaan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Analisis Z-Score PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 0,722. Zi =0,717 (0,077) + 0,847 (-0,021)+ 3,107 (0,011)+ 0,420 (0,183) + 0,998 (0,575) = 0,722 Klasifikasi cut off : Mengalami Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score diprediksikan mengalami Kebangkrutan. Dapat dilihat bahwa nilai Z-Score < 1,2. Perusahaan harus melakukan perbaikan-perbaikan untuk menigkatkan kembali kinerjanya agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan yang semakin parah yang bisa berakibat perusahaan dilikuidasi. Dan dilihat dari hasil analisis ZScore tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan harus melakukan langkahlangkah untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Analisis Z-Score PT. NIPRESS Tbk Hasil rata-rata nilai Z-score yang didapat dari tahun 2010 sampai 2012 perusahaan memiliki Nilai Z-Score sebesar 1,647. Zi =0,717 (0,036) + 0,847 (0,048)+ 3,107 (0,089)+ 0,420 (0,08) + 0,998 (1,273) = 1,647 Klasifikasi cut off : Rawan Kebangkrutan Ini menunjukan nilai Z-Score perusahaan diprediksikan rawan mengalami Kebangkrutan. Namun dapat dilihat bahwa nilai Z-Score perusahaan terus mengalami yang kenaikan, Jika posisi ini terus ditingkatkan, kemungkinan akan berdampak lebih baik bagi perkembangan perusahaan. Dan dilihat dari hasil analisis Z-Score tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan mampu mengatasi masalah keuangan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
14 4.2.3 Hasil Prediksi Kebangkrutan TABEL 7 Hasil Klasifikasi Prediksi Kebangkrutan No
Perusahaan
Nilai Z-Score
Titik Cut off Nilai Zi diantara 1,2 - 2,99
1
PT. INDO KORDSA Tbk
2,345
2
PT. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk
1,058
Z < 1,2
3
PT. INDOSPRING Tbk
2,15
Nilai Zi diantara 1,2 - 2,99
4
PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk
0,722
Z < 1,2
5
PT. NIPRESS Tbk
1,647
Nilai Zi diantara 1,2 - 2,99
Hasil Prediksi Z-Score Berpotensi Rawan Kebangkrutan Berpotensi Mengalami Kebangkrutan Berpotensi Rawan Kebangkrutan Berpotensi Mengalami Kebangkrutan Berpotensi Rawan Kebangkrutan
Fakta Tahun 2013 Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut Tidak Bangkrut
Sumber : Data Diolah oleh Penulis
Uraian Hasil Prediksi Kebangkrutan Dari hasil perhitungan Z-Score dapat diketahui perusahaan yang berpotensi rawan kebangkrutan adalah PT.Indo Kordsa Tbk yang memiliki nilai Z-Score sebesar 2,345, PT. Indospring Tbk yang memiliki nilai Z-Score sebesar 2,15 dan PT. Nipress Tbk yang memiliki nilai Z-Score sebesar 1,647. Nilai yang dihasilkan perusahaan-perusahaan tersebut termasuk dalam kriteria Z > 1,2 Tapi Z < 2,99. Dan faktanya di tahun 2013 perusahaan-perusahaan tersebut tidak mengalami kebangkrutan dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan adalah PT. Multi Prima Sejahtera Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 1,058 dan PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk memiliki nilai Z-Score sebesar 0,722. Nilai yang dihasilkan perusahaan-perusahaan tersebut tersebut masuk dalam kriteria Z > 1,2. Tapi faktanya di tahun 2013 perusahaan tidak mengalami kebangkrutan dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan tidak ada perusahaan yang tidak berpotensi mengalami kebangkrutan. Jadi kesimpulannya adalah analisis Z-Score model Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pada perusahaan industri otomotif yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat diketahui tidak tepat dalam memprediksi kebangkrutan, karena faktanya perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan pada tahun 2013 tidak bangkrut dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simpulan dan Saran Simpulan Berikut kesimpulan dan saran yang dikemukakan berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini : Tahapan dalam memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan metode Altman Z-Score adalah dengan menghitung rasio-rasio yang digunakan yaitu rasio modal kerja terhadap total aset, rasio laba ditahan terhadap total aset, rasio EBIT terhadap total aset, rasio nilai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
15 pasar modal saham terhadap nilai buku utang dan rasio penjualan terhadap total aset terlebih dahulu, kemudian menghitung nilai Z-Score masing-masing perusahaan berdasarkan persamaan Z-Score. Terakhir adalah Menentukan titik cut off berdasarkan kriteria nilai Z-Score yang dihasilkan masing-masing perusahaan. Dari hasil perhitungan ZScore model Altman pada perusahaan industri otomotif yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode ini tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya dimana perusahaan yang diprediksi mengalami kebangkrutan faktanya pada tahun 2013 tidak mengalami kebangkrutan dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran Dari hasil penelitian ini analisis Z-Score model Altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan pada perusahaan industri otomotif yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat diketahui tidak tepat dalam memprediksi kebangkrutan, oleh karena itu diperlukan alat-alat lain untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam memprediksi kebangkrutan seharusnya tidak hanya melakukan penilaian dari sisi kinerja perusahaan saja, namun juga perlu diperhatikan berbagai faktor lain yang mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. DAFTAR PUSTAKA Dermawan, S. 2011. Pengantar Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta. Hanafi, M. M dan A. Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Harahap, S. S. 2009. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ketiga belas. Liberty. Yogyakarta. Prihadi, T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: “Teori Dan Aplikasi” . PPM Manajemen. Jakarta. Sartono, A. 2010. Manajemen Keuangan : Teori Dan Aplikasi. BPFE.Yogyakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Syamsuddin, L.2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.