ANALISIS METODE Z SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN INDUSTRI BAJA DI BEI
Gunardiansya Satria perwira
Universitas Gunadarma –
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan baja di BEI dengan menggunakan metode Z score. Metode ini menggunaka laporan keuangan untuk di analisis dengan menggunakan variable dari Z score. Empat perusahaan yang dijadikan sampel adalah PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk, PT. Jaya Pari Steel Tbk, PT. Lionmesh Prima Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. Laporan keuangan yang diambil dari tahun 2004 sampai 2008. Hasil yang didapat adalah PT. Jaya Pari Steel Tbk dan PT. Lionmesh Prima Tbk diprediksi memiliki tingkat kebangkrutan rendah. Sedangkan PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk dan PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk diprediksi memiliki tingkat kebangkrutan tinggi.
Kata Kunci : Z score, kebangkrutan, Industri Baja, BEI
ABSTRACT
This research done to predict company bankcruptcy of steel in BEI by using method Z score. This method used financial statements for in analysis by using variable from Z score. Four companies taken as sample is PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk, Glorious PT. of Ray Steel Tbk, PT. Lionmesh Prima Tbk, PT. Prunes Alloy Steel Universal Tbk. Financial statements taken away from by the year 2004 to 2008. Result gotten is Glorious PT. of Ray Steel Tbk and PT. Lionmesh Prima Tbk is predicted to has level of low bankcruptcy. While PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk and PT. Prunes Alloy Steel Universal Tbk is predicted to has level of high bankcruptcy.
Keyword : Score z, bankcruptcy, Steel Industry, BEI
1. PENDAHULUAN
Sejak empat tahun terakhir impor baja cenderung meningkat seiring naiknya permintaan dalam negeri. Diperkirakan, sampai tahun 2008, total impor baja mencapai sekitar 1,5 juta ton dari kebutuhan sekitar enam juta ton per tahun. Sementara itu, menurut Indonesia Iron and Steel Industry Asociation (IISIA), mengatakan, hingga September 2008 produksi baja hampir sama dengan tahun 2007 yang mencapai 6,5 juta ton. Pada tahun 2006, IISIA mengatakan, produksi baja mencapai 5,3 juta ton. Di tahun 2009, kemungkinan produksi baja hanya mencapai dua juta ton saja jika pemerintah tidak segera memberikan merubah kebijakannya terkait baja. IISIA menambahkan, utilisasi industri baja tanah air tahun 2009 ini turun drastis sehingga hanya mencapai 20-40 persen saja. Padahal di awal 2008, bisa mencapai 80%. Penundaan harmonisasi tarif bea masuk termasuk produk baja yang dilakukan pemerintah saat ini tidak cukup. Asosiasi meminta pemerintah menaikan bea masuk impor baja 20 hingga 30%.
Untuk memprediksi apakah industri baja di Indonesia dapat tetap bertahan atau mengalami kebangkrutan, maka perlu dilakukan pengukuran atas kinerja perusahaan baja. Salah satunya dengan mengukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan setiap periodenya. Dengan berbagai metode yang telah ditemukan, analisa terhadap laporan keuangan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan yang sedang berjalan juga sebagai alat untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
Contoh analisis multivariate yang cukup terkenal adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business pada akhir 1960-an yang dikenal dengan Altman Z-score. model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda (Rasio Modal Kerja/Total Aktiva, Laba Ditahan/Total Aktiva, Earning Before Income and Tax/Total Aktiva, Nilai Pasar Modal/Nilai Buku Hutang, Penjualan/Total Aktiva) untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Dari nilai Z-nya, berdasarkan titik cut-off yang dilaporkan Altman. Suatu perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu klasifikasi perusahaan sehat, sehat tapi rawan kebangkrutan ataupun sebagai perusahaan yang diprediksikan bangkrut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya. Sedangkan kesulitan keuangan adalah adalah kesulitan likuiditas yang bias mengakibatkan kebangkrutan. Di Indonesia, studi tentang prediksi kebangkrutan akibat kesulitan keuangan masih jarang dilakukan, karena sulitnya mencari data. Keuangan perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan dipublikasikan. Analisis kesulitan keuangan akan sangat membantu membuat keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Ada beberapa jenis kebangkrutan yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
A. Economic failure Perusahaan tidak dapat menutup biaya total, termasuk biaya modal. Usaha yang mengalami economic Failure dapat meneruskan operasinya sepanjang kreditur berkeinginan untuk menyediakan tambahan modal dan pemilik dapat menerima tingkat pengembalian (return) di bawah tingkat bunga pasar.
B. Business Failure Istilah ini digunakan oleh Dun & Bradstreet yang merupakan penyusun utama failure statistic, untuk mendefinisikan usaha yang menghentikan operasinya dengan akibat kerugian bagi kreditur. Dengan demikian suatu usaha dapat diklasifikasikan sebagai gagal meskipun tidak mengalami kebangkrutan secara normal. Juga suatu usaha dapat menghentikan/menutup usahanya tetapi tidak dianggap sebagai gagal.
C. Technical Insolvency Sebuah perusahaan dapat dinilai bangkrut apabila tidak memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo. Technical insolvency mungkin menunjukan kekurangan likuiditas yang sifatnya sementara, dimana suatu waktu perusahaan dapat mengumpulkan uang untuk memenuhi kewajibannya dan tetap hidup. Di lain pihak, apabila technical insolvency ini merupakan gejala awal dari economic failure, maka hal ini merupakan tanda kea rah bencana keuangan (Financial Disaster).
D. Insolvency in Bankrupcy Sebuah perusahaan dikatakan insolvency bankruptcy bilamana nilai buku dari total kewajiban melebihi nilai pasar dari asset perusahaan. Hal ini merupakan suatu keadaan yang lebih serius bila dibandingkan dengan technical insolvency. Sebab pada umumnya hal ini merupakan pertanda dari economic failure yang mengarah ke likuidasi suatu usaha. Perlu dicatat bahwa perusahaan yang mengalami insolvency in bankruptcy tidak perlu melalui legal bankruptcy.
E. Legal Bankrupcy Istilah kebangkrutan digunakan untk setiap perusahaan yang gagal. Perusahaan tidak dapat dikatakan bangkrut secara hukum, kecuali diajukan secara resmi dengan UndangUndang.
2.2 Prediksi Kebangkrutan
A. Analisis Univariate Pendekatan tunggal (univariate) bisa dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Ada 4 variabel yang menunjukkan perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dengan tidak bangkrut, yaitu : z Tingkat rate of return: Perusahaan bangkrut cenderung mempunyai tingkat return yang lebih rendah dibanding return perusahaan sejenis yang tidak bangkrut z Penggunaan hutang: Perusahaan yang bangkrut cenderung menggunakan hutang yang lebih tinggi z Perlindungan terhadap biaya tetap (fixed payment coverage): Perusahaan yang bangkrut cenderung mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil z Fluktuasi return saham: Perusahaan yang bangkrut cenderung mempunyai rata-rata return yang lebih rendah dan mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi
B. Analisis Multivariate Analisis univariate memiliki kelemahan adanya konflik antara variabel-variabel yang dijadikan prediksi. Untuk mengatasi masalah itu model multivariate perlu dikembangkan. Altman (1968, 1983) menemukan bahwa ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan (Z-score).
2.3 Analisis Kebangkrutan Z-score Analisa Kebangkrutan Z, adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan, maka berdasarkan analisa ini apabila nilai Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,81 berisiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,81 sampai dengan 2,99 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, bila di atas nilai 2,99 atau Z > 2,99 aman dari kebangkrutan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian Perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah perusahaan baja yang telah go public minimal selama 5 (lima) tahun dari tahun 2004. Hal ini untuk memenuhi kelima syarat dari variabel yang termasuk dalam metode Z-score. Karena yang digunakan adalah metode Z-score untuk perusahaan yang telah go public, maka dibutuhkan nilai dari saham suatu perusahaan. Dengan adanya nilai saham, maka bisa dicari Market Value of Equity to Book Value of Debt sebagai variable X4. Keempat perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain : 1. PT. JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. 2. PT. JAYA PARI STEEL Tbk. 3. PT. LIONMESH PRIMA Tbk. 4. PT. PRIMA ALLOY STEEL UNIVERSAL Tbk. Keempat perusahaan tersebut memenuhi kriteria dari metode Z-score untuk perusahaan yang telah go public. Keempat perusahaan tersebut juga telah beroperasi minimal 5 tahun dari tahun 2004 dan memiliki saham yang tercatat di BEI.
3.2 Metode Z-score Formula yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode Z-score untuk perusahaan yang telah go public, Prediksi kebangkrutan dinyatakan dengan persamaan : Zi =1,2 X1 +1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5 X1 = (aktiva lancar-hutang lancar) / Total aktiva X2 = laba ditahan / total aktiva X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva X4 = Modal Saham Ditempatkan / nilai buku total hutang X5 = Penjualan / Total aktiva nilai Zi Perusahaan Z-score < 1,81 kemungkinan bangkrut tinggi nilai Zi Perusahaan Z-score > 2,99 kemungkinan bangkrut rendah Nilai Zi Perusahaan 1,81 < Z-score < 2,99 berada dalam kondisi yang ambigu/abu-abu (meragukan) kemungkinan bangkrutnya.
4. PEMBAHASAN
4.1 PT. JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk. Nilai Z-score 4 2.99
2.99
2.99
2.99
1.81
1.81
1.81
-1.03
-1.77
-1.76
2006
2007
2008
2.99
Z S
2 1.81
C
1.81
O R
-2
-3.98 -3.89
-4 2004
2005
Tahun
Cut-off
Cut-off
Z-score
Nilai Z score dari PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. selama lima tahun dari 2004 sampai 2008 selalu berada dalam kategori perusahaan yang diprediksikan mengalami kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan keadaan sesungguhnya dari perusahaan. PT. Jakarta Kyoei Steel Works
Tbk. mengalami penurunan penjualan dan harus merumahkan sebagian karyawannya karena perusahaan mengalami penurunan penjualan. Sehingga kinerja perusahaan di awal 2009 mengalami penurunan. Faktor penyebab penurunan penjualan disebabkan harga baja di pasar lebih murah dari harga baja PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. yang masih menggunakan bahan baku pembuatan baja ketika masih tinggi nilainya. Sehingga perusahaan masuk dalam kategori rawan kebangkrutan.
4.2 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk Nilai Z-score
Z s
3 2.99
2.99
2.99
2.99
2.99
c o
2
r e 0
1.81
1.81
1.90 1.65 2004
2005
Cut-off
1.81 1.51 2006 Tahun Cut-off
1.81 1.50 2007
1.81 0.90 2008
Z-score
Nilai Z score dari PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. pada tahun 2004 masuk ke dalam kategori grey area dan di tahun 2005 sampai 2008 masuk dalam kategori rawan kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan kondisi perusahaan sesungguhnya. Karena kinerja PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Penyebabnya sama dengan kebanyakan perusahaan baja di Indonesia yang tidak bisa menyesuaikan harga baja produksi perusahaan dengan harga baja di pasaran. Penyebabnya adalah harga bahan baku yang mahal ketika proses produksi dilakukan. Sehingga penjualan perusahaan ikut menurun yang mengakibatkan laba juga menurun. Bahkan di akhir tahun 2008 terjadi pemogokan karyawan yang mengindikasikan kinerja perusahaan tidak sehat dan PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. mempunyai masalah dengan modal saham mereka. Sehingga sesuai dengan prediksi Z score.
4.3 PT. Jaya Pari Steel Tbk
Nilai Z-score
Z
8.59
9
S C R O e
5.18 4 2
4.68 4.77
3.99 2.99
2.99
2.99
2.99
2.99
1.81
1.81
1.81
1.81
1.81
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun Cut-off
Cut-off
Z-score
Nilai Z score PT. Jaya Pari Steel Tbk. selama tahun 2004 sampai 2008 berada dalam kategori perusahaan sehat atau kecil kemungkinan mengalami kebangkrutan. Walaupun industri baja akhir-akhir ini mengalami kesulitan, tetapi kinerja dari PT. Jaya Pari Steel Tbk. termasuk stabil. Penjualan perusahaan juga tidak mengalami penurunan dan tidak terjadi masalah internal dalam tubuh perusahaan. Hal ini sesuai dengan nilai dari Z score yang memprediksi perusahaan dalam keadaan sehat atau kecil kemungkinan mengalami kebangkrutan.
4.4 PT. Lionmesh Prima Tbk
Nilai Z-score
Z s
4.06 4
c
3
o
2
3.57
3.86
4.96 3.43
2.99 2.99
2.99
2.99
2.99
r
1.81 1.81
1.81
1.81
1.81
e
2004 2005
2006
2007
2008
Tahun Cut-off
Cut-off
Z-score
Nilai Z score PT. Lionmesh prima Tbk. dari 2004 sampai 2008 selalu berada di atas nilai cut off 2,99. Sehingga perusahan termasuk dalam kategori kecil kemungkinan mengalami kebangkrutan atau dalam keadaan sehat. Hal ini sesuai dengan kondisi perusahaan sesungguhnya. Kinerja PT. Lionmesh prima Tbk. selama lima tahun cenderung stabil dan tidak terjadi masalah internal dalam perusahaan. Sehingga sesuai dengan prediksi dari Z score.
5. KESIMPULAN A. Dari hasil perhitungan menggunakan metode Z-score untuk memprediksi kebangkrutan dari perusahaan baja yang ada di BEI, didapat hasil 2 perusahaan baja yaitu
PT. Jaya Pari Steel Tbk. dan PT. LIONMESH PRIMA Tbk. termasuk
kategori perusahaan yang kemungkinan bangkrut rendah. Karena nilai Z-score kedua perusahaan selama lima tahun selalu diatas nilai 2,99. Untuk PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. pada tahun 2004 berada dalam kondisi grey area atau rawan kebangkrutan, tetapi untuk tahun 2005 sampai 2008 nilai Z-score nya berada di bawah 1,81
sehingga perusahaan diprediksi kemungkinan bangkrut tinggi.
Sedangkan untuk PT. Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. Nialai Z-score nya dari tahun 2004 sampai 2008 berada di bawah angka 1,81 sehingga perusahaan diprediksi kemungkinan bangkrut tinggi.
B. Implemantasi nilai Z score dengan keadaan perusahaan sesungguhnya sangat penting. Karena prediksi dari Z score harus dibandingkan dengan keadaan yang sesungguhnya dari masing-masing perusahaan baja di BEI. Sehingga prediksi dengan menggunakan metode Z score dapat dipercaya hasilnya. Untuk PT. Jaya Pari Steel Tbk. dan PT. LIONMESH PRIMA Tbk. yang diprediksi kemungkinan bangkrut rendah memiliki kinerja perusahaan selama lima tahun yang cenderung stabil. Hal ini dibuktikan dengan penjualan produk baja yang tidak mengalami penurunan dan tidak adanya masalah internal dalam perusahaan. Sehingga perusahaan dalam keadaan sehat. Sedangkan untuk PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. dan PT. Jaya Pari Steel Tbk. yang diprediksi kemungkinan bangkrut tinggi memiki kinerja perusahaan selama lima tahun yang cenderung menurun. Hal ini dibuktikan dengan penurunan produk baja dari kedua perusahaaan tersebut serta adanya masalah internal pada kedua perusahaan tersebut. Untuk PT. Jaya Pari Steel Tbk. yang harus merumahkan sebagian karyawannya akibat penurunan permintaan produk baja perusahaan tersebut. Untuk PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk. terjadi pemogokan karyawan dan permaslahan pada modal saham perusahaan. Kondisi tersebut mengindikasikan perusahaan dalam kondisi tidak sehat dan besar kemungkinan mengalami kebangkrutan. Hal ini berarti sesuai dengan prediksi dari Z score.
Daftar Pustaka
Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Altman, Edward I, 1968. Financial Ratio, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. The Journal of Finance. XXIII(4): 589-609. Journal. 37(6): 1603-1618..
Darsono Prawironegoro. 2007. Manajemen Keuangan. DIADIT MEDIA. Jakarta Timur. Foster G (1986), Financial Statement Analysis, 2nd ediation, USA: Prentice Hall Int. Inc.
Griffin, John M. and Michael L. Lemmon, 2002. Book-to-Market Equity, Distress Risk, and Stock Returns. Journal of Finance. LVII(5): 2317-2336.
Hadad, Muliaman D., Wimboh Santoso, dan Ita Rulina, 2003. Indikator Kepailitan di Indonesia: An Additional Eraly Warning Tools pada Stabilitas Sistem Keuangan.
Hall, Steven C., 2002. Predicting Financial Distress. Journal of Financial Service Professionals. May. p. 12-15.
Kahl, Matthias, 2002. Economic Distress, Financial Distress, and Dynamic Liquidation. Journal of Finance. LVII(1): 135-145.
Kahya, Emel and Panayiotis Theodossiou, 1999. Predicting Corporate Financial Distress: a Time-Series CUSUM Methodology. Review of Quantitative Finance and Accounting. 13: 323-345.
Payamta dan Machfoed,M. 1999. “Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta”. Kelola, No. 20/VIII/1999
Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi 4. BPFE. Yogyakarta
Zaki Bardawin. 2002. Intermidiate Accounting. BPFE. Yogyakarta