ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN (Studi Pada Industri Farmasi di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)
Atika Harish Nurfitriani Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165 Malang
[email protected]
Dosen Pembimbing Dr. Himmiyatul Amanah J.J., SE., MM Abstract: This study aims to determine the level of corporate bankruptcy using model analysis Altman Z-Score on pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2012-2014. The study population was all of the Pharmaceutical Industry with a sample of eight pharmaceuticals companies in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in accordance with predetermined criteria, namely PT Darya Varis Laboratories Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Merck Indonesia Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk. The analysis technique used is discriminant analysis using variables of the Altman Z-Score. The results of this study indicate that the Altman Z-Score model can be implemented to detect the possibility of bankruptcy in the pharmaceutical company in Indonesia Stock Exchange (IDX). Altman Z-Score model and discriminant analysis do not have the same results in predicting bankruptcy in eight pharmaceutical companies because there is a miss classification in one company out of eight companies. The results of the Z-Score using discriminant analysis is able to classify a pharmaceutical company in two groups, that are healthy and gristle to bankruptcy. Keywords: pharmaceutical company, Bankruptcy Prediction, Altman Z-score model Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan analisis model Altman Z-Score pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Populasi penelitian ini adalah semua Industri Farmasi dengan sampel delapan perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu PT Darya Varis Laboratoria Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Merck Indonesia Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan dengan menggunakan variabel dari Altman Z-Score. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut dapat diimplemtasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan farmasi di Bursa efek Indonesia. Model Z-Score Altman dan analisis diskriminan mempunyai hasil tidak sama dalam memprediksi kebangkrutan pada delapan
perusahaan farmasi karena terdapat miss classification sebanyak satu perusahaan. Hasil Z-Score dari analisis diskriminan mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada dua kelompok, yaitu sehat dan rawan bangkrut. Kata kunci: Perusahaan farmasi, Prediksi Kebangkrutan, Model Altman Z-score PENDAHULUAN Sektor industri merupakan sektor penting bagi suatu negara khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Bukan hanya sebagai penyumbang pajak terbesar, sektor industri juga merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, sehingga membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Industri farmasi merupakan salah satu industri yang menjanjikan di Indonesia karena Indonesia memiliki peluang besar menjadi pasar untuk industri farmasi. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah populasi penduduk terbanyak. Besarnya populasi penduduk tentunya menjadikan pangsa pasar obat di Indonesia sangat potensial. Masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan akan selalu membutuhkan obat karena obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang fungsinya sebagai penyembuh berbagai penyakit yang dialami oleh masyarakat. Hal itu akan membuat industri semakin berkembang didukung dengan besarnya populasi penduduk Indonesia dan masyarakat yang semakin sadar dengan pentingnya kesehatan. Selain itu dengan diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dijalankan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dan adanya kebijakan pemerintah dalam mendorong peningkatan belanja kesehatan yang mengacu pada Pasal 171 (1) UU 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan akan membuat para produsen obat berlomba-lomba untuk meningkatkan hasil produksinya (katadata.co.id). Indonesia dinilai memiliki peluang besar menjadi pasar untuk industri farmasi meski industri dalam negeri masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Sampai saat ini Indonesia belum mendirikan sendiri pabrik bahan baku obat-obatan farmasi, jadi untuk mendapat pasokan bahan pokok untuk industri bahan baku farmasi masih harus mengimpor. Ketergantungan yang teramat tinggi pada bahan baku impor menjadikan industri farmasi Indonesia sangat rawan, apalagi dengan kurs rupiah yang tidak stabil. Sehingga jika harga dollar naik, biaya produksi pun akan naik dan mengakibatkan industri farmasi gulung tikar. Hal ini jugalah yang menyebabkan harga obat yang mahal karena komponen harga obat antara lain bahan baku, biaya pengolahan, biaya kemasan, biaya distribusi, biaya pemasaran serta biaya administrasi naik. Industri farmasi memperoleh 90% bahan baku impor karena tidak didukung produksi dalam negeri. Ketergantungan yang tinggi pada bahan baku impor menjadikan industri farmasi indonesia sangat rawan, apalagi, dengan kurs rupiah terhadap dollar yang tidak stabil, apabila rupiah anjlok perusahaan akan ikut goyah. Untuk itu sebaiknya para pelaku bisnis farmasi mulai mengembangkan produk yang
berbahan baku lokal (www.finance.detik.com) Untuk dapat bertahan di dunia bisnis perusahaan harus selalu tanggap terhadap sekitarnya terlebih lagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang seakan tiada henti dilanda goncangan, memaksa perusahaan untuk selalu melakukan deteksi secara dini terhadap perubahan perusahaan terutama perubahan-perubahan yang menjurus pada kondisi yang kurang menguntungkan. Perusahaan harus cermat untuk mengantisipasi kesalahan kecil yang akan berdampak buruk bagi perusahaan. Bagi perusahaan farmasi yang tidak mampu mempersiapkan diri untuk menhadapi keadaan tersebut maka usahanya akan semakin mengecil dan mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya akan jatuh bangkrut. Daya saing perusahaan juga sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Salah satu aspek penting mengenai kinerja adalah aspek keuangan. Apabila kinerja kuangan buruk hal itu akan menghambat kinerja perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi. Untuk itu dibutuhkan suatu deteksi dini terhadap perusahaan agar perusahaan dapat mengantisipasi kesalahan dan mengetahui kondisi perusahaan. Prediksi kebangkrutan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Metode Altman (Z-Score) digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Model ZScore merupakan salah satu model analisis multivariate yang diciptakan Edward I. Altman berdasarkan hasil penelitiannya pada tahun 1968, yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan dengan tingkat ketepatan dan
keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Penelitian Altman pada awalnya mengumpulkan 22 rasio perusahaan yang mungkin bisa berguna untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. 22 rasio tersebut kemudian diuji untuk melihat signifikasi statistik dari rasio, korelasi antar rasio, kemampuan prediksi rasio, dan judgment dari peneliti sendiri. Hasil pengujian rasio memilih lima rasio yang dianggap terbaik untuk dijadikan variabel dalam model. Rasio – rasio tersebut adalah rasio modal kerja terhadap aktiva, rasio sisa laba ditahan terhadap total aktiva, rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap total aktiva, rasio nilai pasar saham terhadap total hutang, dan rasio penjualan terhadap total aktiva. Prediksi tersebut akan sangat membantu bagi para investor dalam menanamkan modalnya, apakah akan menjual, membeli, atau bahkan menahan investasinya pada perusahaan yang bersangkutan. Bagi pra pemimpin perusahaan, mereka mempunyai kepentingan untuk dapat menyusun, mempertimbangkan, dan memperbaiki serta menentukan keputusan yang tepat agar dapat dipertanggungjawabkan kepada pada pemegang saham. Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana prediksi kebangkrutan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 dengan menggunakan model Altman ZScore? Tujuan penelitian adalah “Untuk mengetahui dan melakukan prediksi kebangkrutan pada perusahaan farmasi menggunakan model Altman Z-Score.”
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, dilakukan analisis Deskriptif Kuantitatif. Metode deskriptif dapat menjelaskan rumusan masalah yang diteliti berkenaan dengan keberadaan variabel mandiri, variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen (Sugiyono, 2013). Sifat penelitian ini adalah replikasi, yaitu suatu penelitian pengulangan dari penelitianpenelitian terdahulu yang serupa namun dengan sampel dan periode yang berbeda. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perusahaan yang diteliti dan periode waktu melakukan analisis. Bila di lihat dari sumber datanya, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013:193). Sumber data sekunder yang digunakan pada penelitian ini berasal dari laporan keuangan perusahaan Farmasi di website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu suatu penelitian untuk memperoleh data teoritis melalui buku-buku atau literatur dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas serta melalui datadata laporan keuangan perusahaan yang akan diteliti dengan cara mengakses situs resmi BEI yaitu http://www.idx.co.id . Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang neraca dan
laporan laba rugi serta rasio keuangan perusahaan sampel selama periode 2012 sampai dengan 2014. Populasi menurut Sugiyono (2013:115) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Bahan Konsumsi Sub Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia terdiri dari 8 perusahaan, periode peneltian tahun 2012-2014. Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:116). Pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan sampel laporan keuangan periode 2012-2014 pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Bahan Konsumsi Sub Sektor Farmasi. Daftar nama perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah PT Darya Varia Laboratoria Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Merck Indonesia Tbk, PT Pyridam Farma Tbk, PT Tashio Pharmaceutical Indonesia Tbk, PT Tempo Scan Pacific Tbk. Variabel Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Sugiyono, 2013). Variabel depanden dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan (Z) perusahaan farmasi. Z ini digunakan sebagai indikator kesehatan atau
potensi kebangkrutan perusahaan, dimana Z dihitung dari standar pada formulasi nilai Z kali rasio-rasio keuangan terpilih, sehingga nilai Z selalu berubah tergantung rasio-rasio keuangan yang didapat. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (Sugiyono, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan perusahaan, yaitu: a. Modal Kerja / Total Aktiva b. Laba Ditahan / Total Aktiva c. EBIT / Total Aktiva d. Nilai Pasar Modal Saham / Nilai Buku Hutang e. Total Penjualan / Total Aktiva Setelah memperoleh data melalui prosedur pengumpulan data selanjutnya dianalisis. Langkahlangkah dalam analisis data sebagai berikut : 1. Menghitung rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai varibael independen dalam model Altman Z-Score 2. Melakukan proses analisis dengan analisis diskriminan 3. Melakukan perhitungan prediksi kebangkrutan setelah menemukan persamaan fungsi dan nilai cut off point. Menghitung nilai Z-Score pada persamaan fungsi analisis diskriminan. 4. Melakukan klasifikasi perusahaan yang masuk dalam kelompok sehat dan rawan bangkrut 5. Mengambil kesimpulan mengenai kinerja keuangan perushaaan yang diteliti dan diprediksi kebangkrutan dari hasil analisis dan interpretasi
data yang ada. HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Z-Score Perusahaan Farmasi Tahun 2012-2014 N Perusahaa Z-Score o n 2012 2013 2014 1 DVLA 1,011 0,815 0,854 2 INAF -3,533 -5,694 -5,360 3 KAEF 0,776 0,840 -0,273 4 KLBF 2,234 1,202 1,657 5 MERK 3,197 2,709 3,169 6 PYFA -2,329 -4,267 -3,692 7 SQBB 1,188 1,355 0,913 8 TSPC 1,554 1,093 0,583 Rata-Rata 0,064 -0.030 -0,034 Industri Sumber: Data diolah, 2016 Pada tahun 2012 terdapat dua perusahaan yang termasuk pada klasifikasi rawan bangkrut, pada tahun 2013 terdapat dua perusahaan yang termasuk dalam klasifikasi rawan bangkrut, dan pada tahun 2014 terdapat 3 perusahaan yang termasuk dalam kelompok rawan bangkrut berdasarkan penggolongan cut of point sebesar 0. Tabel 4.2 Wilks’ Lambda Test of Wilks’ ChiD Sig. Function Lambda square f (s) 1 .138 38.631 5 .000 Sumber: Data diolah, 2016 Dari Tabel 4.2 terlihat nilai wilks’ lamda sebesar 0,138 dan signifikan pada 0,000. Karena angka signifikan kurang dari 0,05 menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan anatara kedua kelompok perusahaan yaitu termasuk
sehat atau rawan bangkrut didasarkan pada kelima rasio. Tabel 4.3 Struktir Matrix Function 1 RE/TA .727 WC/TA .672 EBIT/TA .339 MVE/BVD -.140 S/TA .113 Sumber: Data diolah, 2016 Tabel Structure Matrix menjelaskan korelasi antara variabel independen dengan fungsi diskriminan yang terbentuk. Semakin tinggi urutan atau semakin diatas berarti variabel tersebut memiliki hubungan paling erat dengan fungsi diskriminannya. Hal itu berarti pihak perusahaan harus lebih memprioritaskan untuk memperhatikan variabel RE/TA (laba ditahan/total aktiva), lalu variabel WC/TA (modal kerja/total aktiva), kemudian variabel EBIT/TA (EBIT/total aktiva), kemudian MVE/BVD (nilai pasar modal saham/nilai buku hutang), dan S/TA (penjualan/total aktiva) untuk dapat meminimalisir terjadinya kebangkrutan. Tabel 4.4 Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 X1 9.191 X2 4.432 X3 2.151 X4 .155 X5 1.897 (Constant) -8.917 Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan pada Tabel 4.4 dapat diketahui persamaan diskriminan sebagai berikut: Z = -8,917 + 9,191 X1 + 4,432 X2 + 2,151 X3 + 0,155 X4 + 1,897 X5 Tabel 4.5 Functions at Group Centroids Kondisi Perusahaan Function 1 bangkrut -4.146 tidak bangkrut 1.382 Sumber: Data diolah, 2016 Sehingga nilai cut off point adalah:
(
)
(
)
=0 Berdasarkan nilai cut off point diatas, maka perusahaan yang memiliki skor diskriminan kurang dari 0 diklasifikasikan sebagai perusahaan dengan indikasi bangkrut, sedangkan yang memiliki skor lebih dari 0 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat. Tabel 4.6 Hasil Klasifikasi
Sumber: Data diolah, 2016 Terdapat satu perusahaan yang mengalami kesalahan dalam pengklasifikasian. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan hasil antara metode altman dengan hasil analisis diskriminan. Satu perusahaan yang tidak bangkrut pada metode altman berubah menjadi rawan
bangkrut setelah dilakukan analisis diskriminan. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian ini mempunyai implikasi praktis bagi perusahaan farmasi. Dengan melakukan analisis ini dapat membedakan perusahaan mana yang mengalami kondisi rawan bangkrut dan sehat. Bagi perusahaan yang termasuk dalam kategori rawan bangkrut perusahaan harus berhatihati dalam mengambil setiap kebijakan mengenai keuangan. Perusahaan harus segera meningkatkan kinerja keuangannya serta mengevaluasi dan memperbaiki struktur keuangannya agar perusahaan bisa keluar dari kondisi rawan bangkrut. Apabila perusahaan termasuk dalam kategori sehat, implikasi bagi perusahaan adalah perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangannya. Perusahaan harus selalu tanggap terhadap sekitarnya terlebih lagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang seakan tiada henti dilanda goncangan, memaksa perusahaan untuk selalu melakukan deteksi secara dini terhadap perubahan perusahaan terutama perubahanperubahan yang menjurus pada kondisi yang kurang menguntungkan. Untuk itu dibutuhkan suatu deteksi dini terhadap perusahaan agar perusahaan dapat mengantisipasi kesalahan dan mengetahui kondisi perusahaan. Dengan perhitingan Z-Score perusahaan dapat melihat komponen mana saja dari laporan keuangan yang perlu dievaluasi dan ditingkatkan untuk membuat perusahaan semakin sehat.
Penelitian ini juga dapat membatu investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan farmasi. Dengan penelitian ini investor dapat mengetahui bagaimana kondisi perusahaan sebelumnya, berada pada kondisi sehat atau tidak. Perhitungan nilai ZScore bagi pihak investor akan sangat membantu dalam menentukan keputusan investasi yang akan dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa penelitian terhadap delapan perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2014, untuk mengetahui indikasi kebangkrutan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Terdapat 6 perusahaan secara umum termasuk dalam kondisi sehat dari tahun 2012 sampai 2013, dan 5 perusahaan yang termasuk dalam kondisi sehat pada tahun 2014 2. Terdapat 2 perusahaan yang termasuk dalam indikasi rawan bangkrut dari tahun 2012 sampai 2013, yaitu Indofarma Tbk, dan Pyridam Farma Tbk dan 3 perusahaan yang termasuk dalam kondisi rawan bangkrut pada tahun 2014 yaitu Indofarma Tbk, Pyridam Farma Tbk, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. 3. Hasil perhitungan antara model Altman dan analisis diskriminan menunjukkan hasil yang berbeda atau terdapat miss classification dalam pengelompokan
perusahaan yaitu 1 perusahaan diklasifikasikan sebagai kondisi sehat dalam metode altman berubah masuk dalam klasifikasi rawan bangkrut setelah dilakukan analisis diskriminan karena nilai zscore dibawah cut off point.. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada delapan perusahaan farmasi di Bursa efek Indonesia periode 2012 sampai 2014, maka peneliti memberikan saransaran sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan hasil analisis Z-score menunjukkan bahwa ada beberapa perusahaan yang termasuk dalam kategori rawan bangkrut, hal ini berarti menandakan bahwa perusahaan sedang mengalami ancaman kebangkrutan. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus segera mengambil tindakan korektif atau pencegahan. 2. Untuk perusahaan yang berada dalam kondisi sehat, hendaknya terus memperhatikan, mempertahankan serta meningkatkan kinerja keuangannya. Sehingga perusahaan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kebangkrutan. 3. Bagi investor dalam melakukan keputusan investasi harus lebih selektif memilih perusahaan terutama perusahaan yang menunjukkan peningkatan kinerja keuangan atau
4.
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan baik menjadi pilihan yang lebih aman. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis analisis saja. Pemakaian beberapa model analalisis dapat digunakan sebagai bahan perbandingan agar analisis yang dilakukan benar-benar akurat. Kemudian periode perusahaan juga diperpanjang dan lebih baru lagi agar hasil penelitian benar-benar akurat, selain itu tidak hanya melihat pada faktor internal perusahaan saja tetapi juga melihat faktor-faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya indikasi kebangkrutan pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Altman, E. I, 1968. Financial Ratio, Discriminant Analysis, and the Prediction of Corporate Bankruptcy Journal of Finance (September): 589690 Agus Dwi Darmawan, 8 Mei 2013, Peluang Besar di Industri Farmasi: katadata.co.id, (online), (http://katadata.co.id/berita/2 013/05/08/peluang-besar-diindustri-farmasi, diakses pada 4 Januari 2016) Arini Sopiyah, 2013. Analisis Altman Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada
Perusahaan Farmasi di Indonesia. Jurnal Ilmu dan riset Manajemen. Vol.2 No. 11 Badan Pusat Statistik, 1 Februari 2016, Pertumbuhan produksi Industri Farmasi Manufaktur triwulan IV tahun 2015: www.bps.go.id, (online), (https//www.bps.go.id/brs/vie w/id/1259, diakses pada 20 Maret 2016) Bagoes Setyokumoro, 2009. Analisis Diskriminan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Brawijaya. Malang Bank Indonesia, Informasi Kurs: www.bi.go.id, (online), (http://www.bi.go.id/id/monet er/informasi-kurs/referensijisdor/Default.aspx, diakses pada 13 Juni 2016) Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2013. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Darya Varia Laboratoria Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Indofarma Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk,
www.idx.co.id April).
(diakses
6
Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Merck Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Pyridam farma Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Bursa Efek Indonesia (BEI), 2015, Laporan Keuangan PT Tempo Scan Pacifik Tbk, www.idx.co.id (diakses 6 April). Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Universitas Dipenogoro. Semarang Harahap, Sofyan Syafri, 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), 2004,
Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), Salemba Empat, Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Kokyung, 2013. Analisa Penggunaan Altman Z-Score dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan Pada PT Bakrie Telecom Tbk. Jurusan Akuntansi STIE MDP Maikel Jefriando, 19 Oktober 2015, 90% Bahan Baku Impor, Industri Farmasi Jadi Fokus Pemerintah: finance.detik.com, (online), (http://finance.detik.com/read /2015/10/19/205330/3047986 /1036/90-bahan-baku-imporindustri-farmasi-jadi-fokuspemerintah, diakses 4 Januari 2016) Munawir, 2012. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta Putri, Farida Eka, 2013. Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Automotive And Alliances yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 dengan Menggunakan Analisis Diskriminan (Z-Score). Skripsi Universitas Brawijaya. Malang. Safri,
2013. Analisa Prediksi Kebangkrutan Metode Altman Z”Score Pada PT Hanson International Tbk
Stefanus Teguh Irawan, 2009. Penerapan Analisis Z-Score Dalam Memprediksi Tingkat Kebangkrutan (Studi Pada
Perusahaan Rokok yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2007). Skripsi Universitas Brawijaya. Malang Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Weston, J. F. dan Copeland, 1995. Manajemen Keuangan Jilid 1 Edisi 9, Alih Bahasa: Drs. A. Jaka Wasana. MSM, Erlangga, Jakarta. Wijaya Adi Cahyono, 2013. Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Batubara yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012 dengan Menggunakan Analisis Model Z-Score Altman. Skripsi Universitas Brawijaya. Malang